BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastrointestinal ialah suatu kelainan atau penyakit pada jalan makanan/pencernaan. Penyakit Gastrointestinal yang termasuk yaitu kelainan penyakit kerongkongan (eshopagus), lambung (gaster), usus halus (intestinum), usus besar (colon), hati (liver), saluran empedu (traktus biliaris) dan pankreas(Sujono Hadi, 2002). Perdarahan merupakan gejala awal dari penyakit Gastrointestinal dalam 30% pasien. Hematemesis adalah muntah darah. Perdarahan biasanya proksimal dari ligamentum Treitz, kemungkinan dengan melena konkuren. Muntah yang berwarna seperti ampas kopi menandakan perdarahan yang lebih pelan. Melena adalah tinja yang gelap. Dapat diproduksi sebanyak 50 Ml dan dapat berlangsung 5 hari setelah akhir perdarahan. Biasanya timbul dari perdarahan Gastrointestinal atas(Linda Chandranata, 2000). Perdarahan yang sering ditemukan digastrointestinal yaitu perdarahan saluran makan. Perdarahan saluran makan dapat dibagi dua pokok, yaitu perdarahan saluran makan atas (SMBA) berupa hematemesis dan melena, serta perdarahan saluran makan bawah (SMBB) yaitu berupa pseudo-melena dan hematokezia. Telah banyak laporan yang membahas mengenai perdarahan saluran makan, baik dalam negeri maupun keluar negeri, antara lain: Hilmi dan kawankawan (1971) melaporkan kejadian perdarahan saluran makan bagian atas pada 184 kasus selama periode 1968 s/d 1970 yang dirawat di RS Cipto Universitas Sumatera Utara Mangunkusumo Jakarta, Djajapranata (1973), melaporkan 471 kasus hematemesis dan melena selama priode 1969-1971 di RS Dr. Sutomo Surabaya, Abdurachman dan Hadi (1975) melaporkan hasil penelitiannya selama 5 tahun dari tahun 1970 s/d 1974, menemukan 224 kasus hematemesis dan melena di RS Hasan Sadikin Bandung (Sujono Hadi, 2002). Menurut survey awal yang dilakukan peneliti di rumah sakit umum pusat Haji Adam Malik Medan selama priode April sampai Mei 2010 terdapat 133 pasien yang menderita penyakit gastrointestinal. Mual muntah adalah gejala utama lain penyakit gastrointestinal, muntah biasanya didahului dengan mual, yang dapat dicetuskan oleh bau, aktivitas, atau masukan makanan. Muntah dapat bervariasi isi dan warnanya. Muntah dapat berisi partikel makanan yang tidak tercerna atau darah (hematemesis). Bila ini terjadi segera setelah perdarahan, muntah berwarna merah terang. Bila darah tertahan dalam lambung, akan berubah menjadi warna kopi karena kerja enzim pencernaan(Brunner & Suddarth, 2002). Kesulitan menelan terjadi baik pada bentuk makanan padat maupun cairan, terutama bila terjadi refluks nasal, berarti adanya kelainan saraf (neuromuscular disorder). Kesulitan meneruskan makanan dari mulut kedalam lambung biasanya disebabkan oleh kelainan dalam tenggorokan biasanya infeksi atau tumor di oropharynx, larynx, spasme dari oto cricopharynx. Rasa terhentinya makanan didaerah retrosternal setelah menelan makanan, biasanya disebabkan kelainan dalam esofagus sendiri, yaitu timbulnya regurgitasi, refluks asam, rasa nyeri didada yang intermiten, misalnya pada akhalasia, karsinoma esofagus, spasme yang difus pada esofagus (Sujono Hadi, 2002). Universitas Sumatera Utara Pemberian nutrisi melalui pipa lambung dilakukan pada pasien yang tidak mampu memenuhi kebutuhan nutrisi peroral atau adanya gangguan fungsi menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut. Mual sampai muntah disebabkan oleh peningkatan produksi asam lambung sehingga menimbulkan masalah volume pemenuhan nutrisi dan cairan. Pola defekasi biasanya terjadi konstipasi akibat penurunan peristaltik usus (Arif Muttaqin, 2008). Pemberian makan siklik adalah pemberian makan berkelanjutan yang diberikan kurang dari 24 jam (mis 12 sampai 16 jam) agar kebutuhan nutrisi terpenuhi( Kozier, 2010). Penderita Gangguan Gastrointestinal yang hebat biasanya diberi makanan yang khusus guna mengimbangi cairan dan zat gizi yang hilang. Salah satu cara khusus untuk memberikan makan kepada orang sakit dalam keadaan seperti ini adalah pemberian makanan dengan menggunakan NGT. Komposisi makanan dapat dibagi menjadi enam kali pemberian. Pada penderita penyakit saluran pencernaan yang baru selasai operasi, pemberian makanan cair juga bertujuan menunjang tindakan operasi yang diperlukan (Sjahmien Moehyi, 2000) Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di atas tentang pentingnya pemenuhan nutrisi pada pasien gastrointestinal. Peneliti tertarik untuk meneliti Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT terhadap Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gangguan Gastrointestinal di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah penelitian ini adalah apakah pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGTberpengaruh terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal ? 1.3 Pertanyaan Penelitian 1.3.1. Bagaimana pemenuhan intake nutrisi dan cairan sebelum intervensi pada pasien gangguan gastrointestinal ? 1.3.2. Bagaimana pemenuhan intake nutrisi dan cairan sesudah intervensi pada pasien gangguan gastrointestinal ? 1.3.3 Apakah ada Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT terhadap Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada Pasien Gangguan Gastrointestinal sesudah dilakukan intervensi? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Adapun tujuan penelitian dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui pengaruh pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGT terhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal di RSUP Haji Adam Malik Medan. Universitas Sumatera Utara 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi pemenuhan intake nutrisi dan cairan sebelum intervensi pada pasien gangguan gastrointestinal. 2. Mengidentifikasi pemenuhan intake nutrisi dan cairan sesudah intervensi pada pasien gangguan gastrointestinal. 3. Mengidentifikasi Pengaruh Pengaturan Jadwal dan Volume Pemberian Nutrisi dan Cairan melalui NGT terhadap Pemenuhan Intake Nutrisi dan Cairan pada Pasien gangguan Gastrointestinal. 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Bagi Pendidikan Keperawatan Hasil yang diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi institusi pandidikan keperawatan di bidang medikal bedah. 1.5.2 Manfaat Bagi Pelayanan Keperawatan Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu referensi yang dapat menambah pengetahuan pelayanan keperawatan dalam pengaturan jadwal dan volume pemberian nutrisi dan cairan melalui NGTterhadap pemenuhan intake nutrisi dan cairan pada pasien gangguan gastrointestinal. 1.5.3 Manfaat Bagi Penelitian Keperawatan Dengan melakukan penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan serta pemahaman bagi peneliti keperawatan mengenai asuhan keperawatan pada pasien gangguan gastrointestinal. Universitas Sumatera Utara