BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pemasaran dan Manajemen Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan ujung tombak perusahaan. Dalam dunia persaingan yang semakin ketat, perusahaan dituntut agar tetap bertahan hidup dan berkembang. Oleh karena itu seorang pemasar ditntut untuk memahami permasalahan pokok di bidangnya dan menyusun strategi agar dapat mencapai tujuan perusahaan. Menurut Philip Kotler dalam Danang Sunyoto (2012: 18), “Marketing is asocial and managerial process by which individuals and groups obtain what they need and what through creating, offering and exchanging products of value of with other”. Pemasaran adalah Proses sosial dan manajerial dimana seseorang atau kelompokmemperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan danpertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. Menurut Wiliam J. Stanton (2007) dalam Danang Sunyoto (2012: 18), “Marketing is a total system business designed to plan, price, promote anddistribute want satisfying products to target market to achieve organizational objective”. Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasran serta tujuan perusahaan. 8 Menurut Basu Swastha DH dalam Danang Sunyoto (2012:18)Pemasaran adalah “sistem keseluruhan dari kegiatan usah yang ditunjuk untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang, jasa, ide kepada pasar sasaran agar dapat mencapai tujuan organisasi, sedangkan menjual adalah ilmu dan seni memengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan”. Dari definisi diatas jelas menyatakan bahwa pemasaran tidak bersifat konstan, melainkan mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan dan evolusi itu sendiri.Dari penegrtian ketiga ahli di atas mengandung beberapa kesimpulan, yaitu : - Pemasaran adalah kegiatan manusia yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan langganan melalui proses pertukaran dan pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahan. - Pemasaran adalah kegiatan perusahaan dalam membuat rencana, menentukan harga, promosi serta mendistribusikan barang dan jasa. - Pemasaran beorientasi pada langganan yang ada dan potensial. - Pemasaran tidak hanya bertujuan memuaskan kepentingan langgan saja akan tetapi juga memperhatikan semua kepentingan pihak-pihak yang terlibat di dalamnya, seperti kesejahteraan sosial karyawan, kepentingan masyarakat sekitarnya, kepentingan para pemegang saham, pencemaran lingkungan dan lain-lain. 9 - Program pemasaran dimulai dengan sebuah ide tentang produk baru (barang, jasa, ide pribadi atau tempat) dan tidak berhenti sampai keinginan konsumen benar-benar terpuaskan. American Marketing Association (AMA) menawarkan definisi formal dalam Kotler (2009:5) Pemasaran adalah “suatu fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengomunikasikan, dan memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pemangku kepentingannya”. 2.1.2 Manajemen Pemasaran Dalam menerapkan pemasarannya perusahaan harus mampu memanajemen kegiatan pemasarannya dengan baik. Hal ini dilakukan agar perusahaan bisa menyiapkan segala kegiatan pemasarannya dengan sempurna, mulai dari perencanaan yang matang, perhitungan yang tepat, pengorganisasian yang baik, dan melakukan pengawasan yang baik pula. Dengan adanya manajeman pemasaran yang baik, peluang perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dan profit akan semakin besar. Selain itu manajemen pemasaran yang baik akan sangat membantu perusahaan dalam persaingan dengan kompetitor lainnya. Hal ini menunjukan bahwa manajemen pemasaran adalah salah satu senjata paling penting yang harus dimiliki perusahaan dalam mencapai tujuannya. Berikut ini adalah definisi dari beberapa parah ahli yang menjelaskan tentang arti pentingnya manajemen pemasaran : 10 Pengertian manajemen pemasaran menurut Kotler (2009:5) adalah “seni dan ilmu memilih pasar sasran dan meraih, mempertahankan, serta menumbuhkan pelanggan dengan menciptakan, menghantarkan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan yang unggul”. Menurut Sofjan Assauri (2010:13), “Manajemen pemasaran merupakan kegiatan penganalisisan, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian programprogram yang dibuat untuk membentuk, membangun dan memelihara, keuntungan dari pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan organisasi (perusahaan) dalam jangka panjang”. Pengertian manajemen pemasaran menurut Pride & Ferrell (2010) adalah “proses perencanaan, pengorganisasian, implementasi, dan mengatur aktivitas pemasaran untuk memfasilitasi pertukaran yang efektif dan efisien”. Menurut The American Marketing Association manajemen pemasaran adalah “sebagai aktifitas seluruh bagian perusahaan, dan proses untuk membuat, mengkomunikasikan, memberikan, dan menciptakan pertukaran yang memiliki nilai bagi pelanggan, klien, mitra, dan masyarakat luas”. Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa manjemen pemasaran memiliki lingkup yang sangat luas. Secara singkat dapat menyatakan bahwa manajemen pemasaran mencakup seluruh falsafat, konsep, tugas, proses, dan sistem pemasaran dengan intinya adalah strategi pemasaran terpadu. Salah satunya yaitu bauran pemasaran (marketing mix). 11 2.2 Jasa 2.2.1 Pengertian Jasa Jasa sering dipandang sebagi suatu fenomena yang rumit. Kata „jasa‟ (service) itu sendiri mempunyai banyak arti, mulai dari pelayanan pribadi (personal service) sampai jasa sebagi suatu produk. Sejauh ini sudah banyak pakar pemasaran jasa yang berusaha mendefinisikan pengertian jasa. Berikut ini adalah beberapa di antaranya: Menurut Kotler dalam Ratih Hurriyati (2008:27) mendefinisikan pengertian jasa (service), “A service is any act or performance that one party can offer to another that is essentially intangible and does not result in the ownership of anything. Its production may or may not be tied to a physical product”.Jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menybabkan perpindahan kepemikian. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. Selanjutnya menurut Valarie A.Zeithaml dan Mary Jo Bitner dalam Danang Sunyoto (2012:187) mengemukakan bahwa, “Service is all economic activities whose output is not a physical product or construction is generally consumed at the time it is produced, and provides added value in forms, (such as convenience, amusement, timelines, comfort or health) that are essentially intangible concerns of its first purchaser”. Jasa pada dasarnya adalah seluruh aktivitas ekonomi dengan output selain produk fisik atau konstruksi, yang umumnya dikonsumsi dan diproduksi pada saat bersamaan serta memberikan nilai tambah (misalnya 12 kenyamanan, hiburan, kesenangan atau kesehatan) secara prinsip tidak berwujud (intangible) bagi pembeli pertamanya. Menurut Lovelock et al (2011:16), “Jasa adalah suatu aktifitas ekonomi yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak yang lain. Sering kali kegiatan yang dilakukan dalam jangka waktu tertentu (time-based), dalam bentuk suatu kegiatan (performances) yang akan membawa hasil yang diinginkan kepada penerima, obyek, maupun aset-aset lainnya yang menjadi tanggung jawab dari pembeli. Sebagai pertukaran dari uang, waktu dan upaya, pelanggan jasa berharap akan mendapakan nilai (value) dari suatu akses ke barang-barang, tenaga kerja, tenaga ahli, fasilitas, jejaring dan sistem tertentu; tetapi para pelanggan biasanya tidak akan mendapatkan hak milik dari unsur-unsur fisik yang terlibat dalam penyediaan jasa tersebut”. Dari berbagai definisi diatas, tampak bahwa di dalam jasa selalu ada aspek interaksi antara pihak konsumen dan pihak produsen (jasa), meskipun pihak-pihak yang terlibat tidak selalu menyadari. Jasa bukan suatu barang, melainkan suatu proses atau aktivitas yang tidak berwujud, tetapi jasa dapat di produksi dan dapat di konsumsi untuk memenuhi kebutuhan konsumen. 2.2.2 Pemasaran Jasa Menurut Payne dalam Ratih Hurriyati (2008:42), Pemasaran jasa merupakan suatu proses mempersepsikan, memahami, menstimulasi dan memenuhi kebutuhan pasar sasaran yang dipilih secara khusus dengan 13 menyalurkan sumber-sumber sebuah organisasi untuk memenuhi kebutuhan tersebut. 2.2.3 Karakteristik Jasa Menurut Tjiptono (2009 : 16) karakteristik jasa yaitu dapat dilihat pada tabel 2.1 berikut : Tabel 2.1 Karakteristik Jasa dan Implikasi Manajemen KARAKTERISTIK Tidak Berwujud (Intangibility) Tidak Terpisahkan (Inseparability) Bervariasi Variability) Mudah Musnah (Perishability) Perbedaan jasa dan barang (Lack of ownership) IMPLIKASI MANAJEMEN Produk bersifat abstrak: lebih berupa tindakan atau pengalaman Kesulitan dalam evaluasi alternatif penawaran jasa: persepsi konsumen terhadap risiko Tidak dapat dipajang: diferensiasi sukar dilakukan Tidak ada hak paten: hambatan masuk (entry barriers) rendah Konsumen terlibat dalam produksi: kontsk dsn interaksi penting sekali Pelanggan lain juga terlibat: masalah pengendalian Karyawan mencerminkan dan mewujudkan bisnis jasa: relasi pribadi Lingkungan jasa: mendiferensiasikan bisnis Kesulitan dalam produksi massal: pertumbuhan membutuhkan jaringan kerja sama Standarisasi sukar dilakukan: sangat bergantung pada sumber daya manusia yang terlibat Kualitas sulit dikendalikan: variability lingkungan Tidak dapat disimpan: tidak ada sediaan Masalah beban periode puncak: produktivitas rendah Sulit menentukan harga jasa: masalah penetapan harga Pelanggan tidak dapat memiliki jasa: jasa disewakan 14 Sedangkan menurut Kotler (2009:39), Jasa mempunyai empat karakteristik yang berbeda yang sangat mempengaruhi desain program pemasaran : 1. Tidak Berwujud (Intangibility) Tidak seperti produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasakan, diraba, didengar, atau dibaui sebelum dibeli dan dikonsumsi. 2. Tidak Terpisahkan (Inseparability) Sementara barang fisik diproduksi, dimasukan dalam persediaan, di distribusikan melalui berbagai perantara, dan dikonsumsi kemudian. Sedangkan jasa pada umumnya diproduksi dan dikonsudijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi sekaligus pada waktu dan tempat yang sama. 3. Beragam (Heterogenitas) Karena kualitas jasa tergantung pada siapa yang menyediakannya, kapan dan di mana, dan kepada siapa, jasa sangat bervariasi. 4. Mudah Lenyap (Perishability) Jasa tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan, jadi dapat musnahnya jasa bisa menjadi masalah ketika permintaan berfluktuasi. Menurut Edward Wheatley yang dikutip oleh Buchari Alma (2005:244), ada beberapa perbedaan antara jasa dan barang, antara lain : 1. Pembelian jasa sangat dipengaruhi oleh motif yang didorong oleh emosi. 2. Jasa bersifat tidak berwujud, berbeda dengan barang yang bersifat berwujud, dapat dilihat, dirasa, dicium, memiliki berat, ukuran dan lain-lain. 15 3. Barang bersifat tahan lama, tetapi jasa tidak. Jasa dibeli dan dikonsumsi pada waktu yang sama. 4. Barang dapat disimpan, sedangkan jasa tidak dapat disimpan. 5. Ramalan permintaan dalam marketing barang merupakan masalah, tidak demikian halnya dengan marketing jasa. 6. Usaha jasa sangat mementingkan unsure manusia. 7. Distribusinya bersifat langsung, dari produsen kepada konsumen. 2.2.4 Karakteristik Jasa Perguruan Tinggi Jasa pada Perguruan Tinggi sebenarnya memiliki karakteristik tersendiri. Karakteristik yang menggambarkan secara jelas ciri-ciri tentang jasa pada Perguruan Tinggi. Berikut ini adalah karakteristik pada jasa Perguruan Tinggi menurut Rambat Lupiyoadi dan A.Hamdani (2006:148) : 1. Perguruan Tinggi termasuk ke dalam kelompok jasa murni, di mana pemberian jasa yang dilakukan didukung alat kerja atau sarana pendukung semata. Contoh: Ruang kelas, kursi, meja, buku-buku dan sebagainya. 2. Jasa yang diberikan membutuhkan kehadiran pengguna jasa (mahasiswa), yang dalam hal ini pelanggan yang mendatangi lembaga pendidikan tersebut untuk mendapatkan jasa yang diinginkan (meski dalam perkembangannya ada juga yang menawarkan program Universitas terbuka, kuliah jarak jauh [distance learning], dan lain-lain). 3. Penerima jasanya adalah orang, jadi merupakan pemberian jasa yang berbasis orang. Atau dalam jasa biasa disebut sistem kontak tinggi (high 16 contact system),yaitu hubungan antara pengguna jasa dengan penyedia jasa.Pelanggan dan penyedia jasa terus berinteraksi selama proses pemberian jasa berlangsung. Dengan kata lain, untuk menerima jasa, pelanggan harus menjadi bagian dari sistem jasa tersebut. 4. Hubungan dengan pelanggan berdasarkan hubungan keanggotaan (member relationship) dimana pelanggan telah menjadi anggota pada lembanga pendidikan (Perguruan Tinggi) tertentu. Sistem pemberian jasanya dilakukan secara terus-menerus dan teratur sesuai kurikulum yang telah ditetapkan. 2.2.5 Klasifikasi Jasa Menurut Lovelock dalam Tjiptono (2006: 23) jasa dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Berdasarkan sifat tindakan jasa Jasa dikelompokan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat tindakan jasa (tangibles actions dan intangible actions), sedangkan sumbu horizontalnya merupakan penerima jasa (manusia dan benda). 2. Berdasarkan hubungan dengan konsumen Jasa dikelompokkan ke dalam hubungan matriks yang terdiri atas dua sumbu,dimana sumbu vertikalnya menunjukkan tipe hubungan antara perusahaan jasa dan konsumennya (status keanggotaan dan hubungan 17 kontemporer). Sedangkan, sumbu horizontalnya sifat penyampaian jasa (penyampaian secara berkesinambungan/kontinu dan penyampaian diskrit). 3. Berdasarkan tingkat customization dan kemampuan mempertahankan standar konstan dalam penyampaian jasa. Jasa diklasifikasikan berdasarkan dua sumbu utama, yaitu tingkat customization karakteristik jasa sesuai dengan konsumen individual (tinggi dan rendah) dan tingkat kemampuan penyedia jasa dalam mempertahankan standar yang konstan (tinggi dan rendah). 4. Berdasarkan sifat permintaan dan penawaran jasa Jasa diklasifikasikan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sejauh mana penawaran jasa menghadapi masalah sehubungan dengan terjadinya permintaan puncak (permintaan puncak dapat dipenuhi tanpa penundaan berarti dan permintaan puncak biasanya melampaui penawaran). Sedangkan, sumbu horizontalnya adalah tingkat fluktuasi permintaan sepanjang waktu (tinggi dan rendah). 5. Berdasarkan metode penyampaian jasa Jasa dikelompokkan ke dalam sebuah matriks yang terdiri atas dua sumbu, dimana sumbu vertikalnya menunjukkan sifat interaksi antara konsumen dan perusahaan jasa (konsumen mendatangi perusahaan jasa; perusahaan jasa mendatangi konsumen; serta konsumen dan perusahaan jasa melakukan transaksi melalui surat atau media elektronik). Sedangkan, sumbu horizontalnya adalah ketersediaan outlet jasa (single sites atau multiple sites). 18 2.2.6 Kualitas Jasa Melalui penelitian yang dilakukan “Parasuraman, Zeithaml, dan Bray” (Tjiptono, 2006) terdapat lima faktor utama yang menentukan kualitas jasa yang dipersepsikan Pelanggan yaitu : 1. Bukti langsung(Tangibles) Tangibles merupakan bukti nyata dari kepedulian dan perhatian yang diberikan oleh penyedia jasa kepada konsumen. Pentingnya dimensi tangibles ini akan menumbuhkan image penyedia jasa terutama bagi konsumen baru dalam mengevaluasi kualitas jasa. Perusahaan yang tidak memperhatikan fasilitas fisiknya akan menumbuhkan kebingungan atau bahkan merusak image perusahaan. 2. Keandalan(Reliability) Reliability atau keandalan merupakan kemampuan perusahaan untuk melaksanakan jasa sesuai dengan apa yang telah dijanjikan secara tepat waktu. Pentingnya dimensi ini adalah kepuasan konsumen akan menurun bila jasa yang diberikan tidak sesuai dengan yang dijanjikan. Jadi komponen atau unsure dimensi reliability ini merupakan kemampuan perusahaan dalam menyampaikan jasa secara tepat dan pembebanan biaya secara tepat. 3. Ketanggapan(Responsiveness) Responsiveness atau daya tanggap merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan oleh langsung karyawan untuk memberikan pelayanan dengan cepat dan tanggap. Daya tanggap dapat menumbuhkan persepsi yang positif terhadap kualitas jasa yang diberikan. Termasuk didalamnya jika terjadi 19 kegagalan atau keterlambatan dalam penyampaian jasa, pihak penyedia jasa berusaha memperbaiki atau meminimalkan kerugian konsumen dengan segera. Dimensi ini menekankan pada perhatian dan kecepatan karyawan yang terlibat untuk menanggapi permintaan, pertanyaan, dan keluhan konsumen. Jadi komponen atau unsur dari dimensi ini terdiri dari kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam melayani pelanggan, dan penanganan keluhan pelanggan. 4. Jaminan(Assurance) Assurance atau jaminan merupakan pengetahuan dan perilaku employee untuk membangun kepercayaan dan keyakinan pada diri konsumen dalam mengkonsumsi jasa yang ditawarkan. Dimensi ini sangat penting karena melibatkan persepsi konsumen terhadap resiko ketidakpastian yang tinggi terhadap kemampuan penyedia jasa. Perusahaan membangun kepercayaan dan kesetiaan konsumen melalui karyawan yang terlibat langsung menangani konsumen. Jadi komponen dari dimensi ini terdiri dari kompetensi karyawan yang meliputi ketrampilan, pengetahuan yang dimiliki karyawan untuk melakukan pelayanan dan kredibilitas perusahaan yang meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan konsumen kepada perusahaan seperti, reputasi perusahaan, prestasi dan lain-lain. 5. Empati(Emphaty) Empati merupakan kemampuan perusahaan yang dilakukan langsung oleh karyawan untuk memberikan perhatian kepada konsumen secara individu, termasuk juga kepekaan akan kebutuhan konsumen. Jadi komponen dari 20 dimensi ini merupakan gabungan dari akses (access) yaitu kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan oleh perusahaan, komunikasi merupakan kemampuan melakukan untuk menyampaikan informasi kepada konsumen atau memperoleh masukan dari konsumen dan pemahaman merupakan usaha untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen. Menurut Hary dalam Tjiptono (2006) kualitas jasa merupakan “kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk jasa, manusia proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi pelangga. Merupakan suatu proses atau aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang dapat diraskan secara langsung hasilnya, yang pada akhirnya memenuhi harapan pelanggan”. 2.3 Bauran Pemasaran 2.3.1 Pengertian Bauran Pemasaran Jasa Tugas pemasar adalah merencanakan aktivitas-aktivitas pemasaran dan membentuk program pemasaran yang terintegrasi penuh untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan mengahntarkan nilai kepada pelanggan. Menurut Kotler & Keller (2012:47-48) : Komponen 4P bauran Pemasaran (The Four Ps Components of the Marketing Mix) : a. Product : Product variety, Quality, Design, Features, Brand name, Packaging, Size, Services, Warranties, and Returns. 21 (Variasi produk, kualitas, desain, fitur, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, jaminan, dan pengembalian) b. Price : List Price, Discounts, Allowances, Payment period, and credit terms. (Daftar harga, diskon, tunjangan, periode pembayaran, dan ketentuan kredit) c. Place : Channels, Coverage, Assortments, Locations, Inventory, and Transport. (Saluran distribusi, sebaran pelanggan dalam suatu wilayah, aneka pelanggan, lokasi, persediaan dan penfiriman) d. Promotion : Sales promotion, Advertising, Sales force, Public relations, and Direct marketing. (Promosi penjualan, Periklanan, Tenaga penjual, Hubungan masyarakat, dan Pemasaran langsung) Updating The Four Ps of Modern Marketing Management : a. People : Menggambarkan, sebagian, pemasaran internal dan fakta bahwa karyawan adalah penentu bagi keberhasilan pemasaran. Pemasaran hanya akan berjalan baik dengan orang didalam organisasi. Ini sebenarnya juga mencerminkan bahwa pemasar harus melihat konsumen sebagai orang untuk memahami kehidupan mereka secara lebih luas, dan bukan hanya saat mereka berbelanja dan mengkonsumsi produk dan jasa. b. Process : Menggambarkan semua kreatifitas, disiplin, dan struktur di dalam manajemen pemasaran. Pemasar harus menghindari perencanaan yang tidak pasti dan pengambilan keputusan dan memastikan bahwa suatu seni ide-ide pemasaran dan konsep yang berjalan dan peran yang tepat semua yang mereka lakukan, saling menguntungkan dalam hubungan jangka panjang. 22 Seluruh rangkaian proses penting dalam menjalankan perusahaan untuk menghasilkan wawasan imajinatif dan produk baru, jasa, dan kegiatan pemasaran. c. Programs:Menggambarkan seluruh kegiatan perusahaan laiindalam mengelola konsumen. Ini meliputi 4P lama serta berbagai kegiatan pemasaran lainnya yang mungkin tidak cocok lagi dengan pemasaran lama. Terlepas dari apakah mereka sedang online ataupun ofline, tradisional ataupun nontradisional, kegiatan ini harus terintegrasi sehingga secara keseluruhan konsumen mendapat lebih besar dari jumlah bagian-bagian mereka dan mencapai tujuan bagi perusahaan. 2.3.2 Tambahan Bauran Pemasaran Pada Jasa Pendidikan ( People, Physical Evidence dan Process ) 1. People Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka „orang‟ yang berfungsi sebagi penyedia jasa sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. Keputusan dalam „orang‟ ini berarti berhubungan dengan sleksi, pelatihan, motivasi, dan manajemen sumber daya manusia. Untuk mencapai kulaitas terbaik maka pegawai harus dilatih untuk menyadari pentingnya pekerjaan mereka, yaitu memberikan konsumen kepuasan dalam memenuhi kebutuhannya. Pentingnya „orang‟ dalam pemasaran jasa berkaitan erat dengan pemasaran internal. Pemasaran internal adalah interaksi atau hubungan antara stiap karyawan dan departemen dalam suatu perusahaan yang 23 dalam hal ini dapat diposisikan sebagai konsumen internal dan pemasok internal. Tujuan dari adanya hubungan tersebut adalah untuk mendorong „orang‟ dalam kinerja memberikan kepuasan kepada konsumen. (Lupiyoadi, 2008 :75). Dalam dunia jasa pendidikan elemen-elemen „orang‟ yang dimaksud adalah dosen, pegawai kampus, konsumen serta jajaran atau pimpinan dari perguruan tinggi, bahkan cara berpakaian karyawan dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Menurut Lupiyoadi (2008: 75) Terdapat emapat kriteria peranan atau pengaruh dari aspek „orang‟yang mempengaruhi konsumen, yaitu: 1. Contactors : „orang‟ disinin berinteraksi langsung dengan konsumen dalam frekuensi yang cukup sering dan sangat mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli. 2. Modifers : „orang‟ di sini tidak secara langsung mempengaruhi konsumen tetapi cukup sering berhubungan dengan konsumen, contoh: resepsionis. 3. Influencers : „orang‟ memengaruhi konsumen dalam keputusan untuk membeli tetapi tidak secara langsung kontak dengan konsumen. 4. Isolateds : „orang‟ di sini tidak secara langsung ikut serta dalam bauran pemasaran dan juga tidak sering bertemu dengan konsumen. Contoh: karyawan bagian administrasi penjualan, SDM, dan pemrosesan data. 2. Physical Evidence Physical ecidenceadalah lingkungan fisik perusahaaan tempat jasa diciptakan dan tempat penyedia jasa dan konsumen berinteraksi, ditambah unsur tangible apa saja yang digunakan untuk mengkomunikasikan atau mendukung 24 peranan jasa itu. Dalam bsinis jasa, pemasar perlu menyediakan petunjuk fisik untuk dimensi intangible jasa yang ditawarkan perusahaan, agar mendukung positioning dan image serta meningkatkan lingkup produk (product surround). Physical evidence yaitu Lingkungan tempat jasa di-deliver dan tempat perusahaan berinteraksi dengan pelanggan, beserta semua komponen tangible yang memfasilitasi kinerja dan komunikasi jasa. Contoh Physical Evidence bagi dunia jasa pendidikan terutama bagi lembaga Perguruan Tinggi baik negri ataupun swasta :Gedung kampus, ruang kelas, aula, gedung olah raga, toilet, kantin, area parkir dan lain-lain. Physical evidence menjadi salah satu faktor yang sangat penting bagi konsumen dalam menilai dan memilih lembaga pendidikan (Perguruan Tinggi), dan karena hal ini pyhsical evidence merupakan lingkungan fisik tempat jasa diciptakan dan langsung berinteraksi dengan konsumen. Ada 2 jenis bukti fisik menurut (Rambat Lupiyoadai – A. Hamdani :71), yaitu : 1. Bukti penting (essential evidence) : merupakan keputusan-keputusan yang dibuat oleh pembari jasa mengenai desain dan tata letak (layout) dari gedung, ruangan, dan lain-lain. 2. Bukti pendukung (peripheral evidence) : merupakan nilai tambah yang bila berdiri sendiri tidak akan berarti apa-apa. Jadi, hanya berfungsi sebagai pelengkap saja, walaupun demikian perannya sangat penting dalam proses produksi jasa. 25 3. Process Proses adalah gabungan semua aktivitas, umumnya terdiri dari prosedur, mekanisme, jadwal dan arus aktivitas aktual saat jasa delivery dan sistem atas operasi jasa dihasilkan dan disampaikan kepada konsumen(Rambat Lupiyoadi –A. Hamdani 2008 :76). Proses dapat dibedakan dalam dua cara, yaitu: Kompleksitas (complexity), berhubungan dengan langkah-langkah dan tahapan proses Keragaman (divergence), berhubungan dengan adanya perubahan dalam langkah-langkah atau tahapan proses. Bagi Perguruan Tinggi keputusan yang paling mendasar yang dibuat perguruan tinggi adalah proses atau program dan jasa apa yang akan ditawarkan pada mahasiswa, alumni, donatur dan masyarakat lainnya. Karena perguruan tinggi termasuk dalam jasa yang sifatnya jasa murni, maka disini yang diberikan adalah program jasa dan didukung oleh sarana pendukung seperti ruang kelas, meja, kursi, papan tulis, buku-buku dan sebagainya. Banyak Universitas menawarkan program pendidikan seperti ; perkuliahaan, perpustakaan, atau jasa informasi, laboratorium, dan lain-lain. Program rekreasi seperti ; fasilitas atletik/klub, film, tari danunit kegiatan mahasiswa lainnya. Program pengembangan pribadi dan jasa seperti : konseling, organisasi kemhasiswaan dan lin-lain. Semua program tersebut dapat dinilai stelah kita mengalaminya sendiri. Jadi, jasa tersebut ada bila diberikan oleh penyedia jasa 26 (perguruan tinngi) dan memerlukan kehadiran si penerima jasa (mahasiswa), yang selanjutnya disebut dengan jasa kontak tinggi (high contact service). Dalam membuat program dan jasa perlu dikethui siklus hidupnya, dimana siklu hidup program atau jasa meliputi empat tingkatan, yaitu : 1. Tahap perkenalan (introduction) yaitu periode dimana terjadinya pertumbuhan lambat karena program baru diperkenalkan kepda masyarakat (calon mahasiswa) di pasar. Biaya umumnya tinggi pada tingkat ini, karena besarnya investai perguruan tinggi pada usaha dan periklanan disaat baru hanya ada di sedikit konsumen (mahasiswa) 2. Tahap pertumbuhan (growth) yaitu periode dimana terjadi penerimaan pasar yang cepat dari sutau program, bila program tersebut disukai dan dapat memuaskan. 3. Tahap kematangan atau dewas (maturity) yaitu periode diman terjadi perlambatan dalam pertumbuhan karena program yang dimilki sudah diterima oleh banyak konsumen potensial. Permintaan mengalami penurunan dan banyak program lain yang lebih menarik yang ditawarkan oleh pesaing. 4. Tahap penurunan (decline) yaitu periode dimana terjadinya penurunan ketertarikan dari konsumen terhadap program yang ditawrkan. 27 2.4 Kepuasan Konsumen (Mahasiswa) 2.4.1 Pengertian Kepuasan Konsumen Pada era persaingan bisnis yang sangat ketat kepuasan konsumen menjadi hal yang sangat penting. Produk atau jasa dengan mutu yang jelek, mahal, serta distribusi yang lambat tentunya akan membuat pelanggan merasa tidak puas. Maka dari itu perusahaan (Perguruan Tinggi) harus mampu melakukan hal yang terbaik agar mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya. Tingkat kepuasan konsumen sangat tergantung dari mutu produk atau jasa. Konsumen sendiri akan merasa puas apabila produk atau jasa yang digunakan mampu memenuhi kebutuhannya. Berikut adalah definisi tenetang kepuasan pelanggan : Supranto (2006: 224) menjelaskan bahwa “Kepuasan atau ketidak puasan konsumen merupakan perbedaan antara harapan dan kinerja yang dirasakan. Jadi, pengertian kepuasan pelanggan berarti bahwa kinerja suatu barang sekurangkurangnya sama dengan apa yang diharapkan” Menurut Kotler dan Keller (2009:133) menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang timbul setelah membandingkan antara kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) terhadap ekspektasi mereka. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan berasal dari kinerja suatu barang atau jasa yang digunakan pelanggan untuk memenuhi kepuasan pelanggan. 28 2.4.2 Faktor-Faktor Pendorong Kepuasan Konsumen Berikut ini adalah faktor-faktor pendorong kepuasan konsumen menurut Handi Irawan (2007 :37) : 1. Kualitas Produk : Pelanggan puas apabila setelah membeli dan menggunakan produk tersebut, ternyata kualitas produknya baik. 2. Harga : Untuk pelanggan yang sensitive biasanya harga murah adalah sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for money 3. Kualitas Pelayanan : Kualitas pelayannan ini sangat bergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi dan manusia. 4. Faktor Emosional : untuk beberapa produk yang berhubungan dengan gaya hidup seperti mobil, kosmetik, pakaian, emosional faktor relatif penting. Rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang penting dan sebagainya. 5. Kemudahan : Hal ini berhubungan dengan biaya untuk mendapatkan produk atau jasa. 2.4.3 Cara Mengukur Tingkat Kepuasan Konsumen Untuk mengetahui apakah produk atau jasa yang diberikan PerguruanTinggi mampu memberikan kepuasan atau tidak bagi konsumennnya (Mahasiswa). Maka Perguruan Tinggi harus mampu mengetahui atau mengukur kepuasan Mahasiswanya terhadap produk atau jasanya. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen yaitu dengan cara menggunakan kuesioner. 29 Perusahaan atau Perguruan Tinnggi harus mendisain kuesioner kepuasan pelanggan secara akurat dan dapat memperkirakan persepsi pelanggan tentang mutu barang atau jasa. Meurut Kotler dalam Tjiptono (2006:366), ada empat metode untuk mengukur kepuasan pelanggan, yaitu : 1. Sistem keluhan dan saran Setiap organisasi yang berorientasi pada pelanggan perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pelanggannya untuk menyampaikan saran, kritik, pendapat, dan keluhan mereka. Media yang bisa digunakan antara lain menyediakan kotak saran, kartu komentar, saluran telepon khusus bebas pulsa, dan website. 2. Ghost shopping Metode ini dilaksanakan untuk memperoleh gambaran mengenai kepuasan pelanggan adalah dengan mempekerjakan beberapa orang sebagai ghost shoppers untuk berperan sebagai pelanggan potensial jasa perusahaan dan pesaing. Kemudian mereka melaporkan temuan-temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan jasa perusahaan dan pesaing. Selain itu para ghost shoppers juga dapat mengamati cara perusahaan dan pesaingnya melayani permintaan spesifik pelanggan, menjawab pertanyaan pelanggan dan menangani setiap keluhan pelanggan. 3. Lost customer analysis Perusahaan selayaknya menghubungi para pelanggan yang telah berhenti membeli atau yang telah pindah ke perusahaan lain agar dapat memahami 30 mengapa hal itu terjadi dan supaya dapat mengambil kebijakan perbaikan atau penyempurnaan selanjutnya. Bukan hanya exit interview saja yang perlu, tetapi pemantauan customer loss rate juga penting, dimana peningkatan customer loss rate menunjukan kegagalan perusahaan dalam memuaskan pelanggannya. 4. Survei kepuasan konsumen Umumnya sebagian besar penelitian mengenai kepuasan pelanggan menggunakan metode survei, baik melalui via pos, telepon, email, maupun wawancara pribadi. Melalui survei perusahaan akan memperoleh tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelanggannya dan juga memberikan tanda positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap pelanggannya. 2.4.4.Program Kepuasan Konsumen Pada umumnya program kepuasan konsumen meliputi kombinasi dari tujuh elemen utama (Tjiptono, 2006:354) yakni : 1. Barang dan jasa berkualitas Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan konsumen harus memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Paling tidak, standarisasinyaharus menyamai para pesaing utama dalam industri. Perusahaan yang tingkat kepuasan pelanggannya tinggi menyediakan tingkat layanan pelanggan yang tinggi pula. 31 2. Relasi Pemasar(Relationship Marketing) Relationship Marketing adalah upaya menjalin relasi jangka panjang dengan para pelanggan dengan mengutamakan peluang untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan atas dasar kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak. Asumsinya adalah bahwa relasi yang kokoh dan saling menguntungkan antara penyedia dan konsumen dapat membangun bisnis ulangan dan menciptakan loyalitas konsumen. 3. Program promosi loyalitas Program ini memberikan semacam „penghargaan‟ (rewards) khusus (seperti bonus, diskon, voucher, dan hadiah yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian produk atau jasa perusahaan) kepada pelanggan rutin agar tetap loyal pada produk dari perusahaan yang bersangkutan. Melalui kerja sama seperti ini diharapkan kemampuan untuk menciptakan dan mempertahankan kepuasan serta loyalitas konsumen akan semakin lancar. 4. Fokus pada konsumen terbaik maksudnya berfokus pada 20% dari konsumen yang secara rutin mengkonsumsi dan 80% dari penjualan. Konsumen terbaik disini bukan hanya pelanggan yang rutin saja melainkan menyangkut pembayaran yang lancar dan tepat waktu, tidak terlalu banyak membutuhkan layanan menyukai stabilitas dari pada terus-menerus berganti pemasok untuk mendapatkan harga termurah. 32 5. Sistem penanganan komplain secara efektif Penanganan komplain terkait erat dengan kualitas produk. Fakta menunjukkan bahwa kebanyakan pelanggan mengalami berbagai macam masalah, setidaknya berkaitan dengan konsumsi beberapa jenis produk, waktu penyampaian, atau layanan pelanggan. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus memiliki sistem penanganan komplain yang efektif. Sistem penanganan komplain atau keluhan yang efektif membutuhkan beberapa aspek dalam rangka menyampaikan komentar, kritik, saran, pertanyaan ataupun kompalin, diantaranya : 1. Permohonan maaf kepada pelanggan atas ketidaknyamanan yang mereka alami. 2. Empati terhadap pelanggan yang marah. 3. Kecepatan dalam penanganan keluhan. 4. Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan masalah/keluhan. 5. Kemudahan bagi konsumen untuk menghubungi perusahaan. 6. Jaminan Garansi (Unconditional Guarantees) Unconditional Guarantees ini dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program kepuasan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit yang disampaikan kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang dapat diharapakan akan mereka terima. 7. Program pay for performance Program kepuasan pelanggan tidak bisa terlaksana tanpa adanya dukungan sumber daya manusia dalam organisasi. Sebagai ujung tombak 33 perusahaan yang berinteraksi langsung dengan konsumen dan berkewajiban memuaskan mereka, karyawan juga harus dipuaskan kebutuhannya. 2.5 Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No 1. Peneliti Vera Marintan Lingga Tahun 2007 Variabel yang Diteliti Alat Analisis Analisis SPSS Kepuasan Konsumen Terhadap Pelaksana an Bauran Pemasaran (7P) pada Toserba X Bogor 34 Hasil Berdasarkan indeks kepuasan konsumen (customer satisfaction index) diperoleh bahwa pelanggan Toserba X puas terhadap pelaksanaan bauran pemasaran di Toserba X. Rekomendasi alternatif strategi bauran pemasaran yang diajukan bagi manajemen Toserba X antara lain meningkatkan kinerja Quality Control, meningkatkan peranan petugas parkir, menyebarluaskan iklan ke tempat-tempat pemukiman masyarakat, memberikan pendidikan setiap satu bulan sekali bagi pramuniaga tentang produkproduk yang dijual di Toserba X, memberikan pembinaan kepada pramuniaga mengenai komunikasi dan hubungan pramuniaga dengan pelanggan, misalnya dengan program ”senyum”, menyediakan kotak saran, serta memperhatikan keadaan bukti fisik sebuah tempat sebelum dijadikan toko. 2. Siti Fatonah 2009 3. Noor 2008 Sembiring Pengaruh Price, People, Process Dan Physical Evidence Terhadap Kepuasan Pelanggan Pada PT. BNI Securities Cabang Surakarta Mengukur Kepuasan Pelanggan Hotel Bintang 4 Dan 5 di DKI Jakarta melalui Pelayanan Petugas, Prasarana Fisik, dan Proses SPSS SPSS 35 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel dependen kepuasan pelanggan dipengaruhi secara signi fikan oleh empat variabel independen yang terdiri dari price, people, processdan physical evidence, baik secara individualmaupun secara bersama-sama. Variabel independen yang paling dominan dalam mempengaruhi kepuasan pelanggan adalah physical evidence. Mengetahui pelaksanaan bauran pemasaran non convensional jasa hotel bintang 4 & 5 yang terdiri dari petugas pelayanan, prasarana fisik dan proses pelayanan bahwa permasalahan bauran pemasaran non convensional yang terdiri dari prasarana fisik, petugas pelayanan dan proses pelayanan menurut pelanggan sudah baik, tetapi kinerja bauran pemasaran non convensional yang membuat pelanggan kurang baik adalah petugas pelayanan. 2.6 Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 PEOPLE (X1) KEPUASAN KONSUMEN (Y) PHYSICAL EVIDENCE (X2) PROCESS (X3) 36