BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan peneliti dalam melakukan penelitian sehingga peneliti dapat memperkaya teori yang digunakan dalam mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, peneliti tidak menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian peneliti. Namun peneliti mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam memperkaya bahan kajian pada penelitian peneliti. Berikut merupakan penelitian terdahulu berupa beberapa jurnal terkait dengan penelitian yang dilakukan peneliti Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Nama Judul Metodologi Hasil Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Program Tipe Program Perbedaan Corporate penelitian: Corporate terletak Social Deskriptif, Social pada Responsibillity Metode Responsibillity paradigma (CSR) Dalam Penelitian: (CSR) dengan dan jumlah kegiatan Studi Kasus, penanaman dari Pengelolaan Teknik 500 tanaman tanaman No 1 Perbedaan Ade Putri Amalia Lingkungan Pengumpulan bakau di Pulau Hidup Oleh data: 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z Rambut bakau yang di tanam 9 Corporate Wawancara bertujuan serta tempat Affair & PKBL Mendalam, untuk pelaksanaan PT. Danareksa mengurangi kegiatan. (Persero) Di tingkat erosi Jakarta dan abrasi pada wilayah penduduk yang bermukim di sekitar Pulau Rambut. 2.2. Pengertian Komunikasi Manusia adalah makhluk sosial yang akan selalu membutuhkan orang lain selama hidupnya. Oleh karena itu, manusia selalu berinteraksi dengan orang lain. Dua orang dikatan melakukan intraksi apabila masing-masing melakukan aksi dan reaksi. Itulah yang disebut tindakan komunikasi. Komunikasi merupakan dasar manusia. Dengan berkomunikasi, manusia saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari baik dilingkungan rumah, kantor maupun dimanapun manusia itu berada. Istilah komunikasi atau dalam bahasa inggris communicatio berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama makna. Jadi kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk http://digilib.mercubuana.ac.id/z 10 percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang dipergunakan dalam percakapan itu belum tentu menimbulkan kesamaan makn. Dengan lain perkataan, mengerti bahasanya saja belum tentu mengerti makna yang dibawakan oleh bahasa itu. Jelas bahwa percakapan kedua orang tadi bisa dikatan komunikatif apabila kedua-duanya, selain mengerti bahasa yang didipergunakan, juga mengerti makna dari bahan yang dipercakapkan. Akan tetapi, pengertian komunikasi yang dipaparkan diatas bersifat dasariah, dalam arti kata bahwa komunikasi itu minimal harus mengandung kesamaan makna antar dua pihak yang terlibat. Dikatakan minimal karena kegiatan komunikasi tidak hanya informatif, yakni agar orang lain mengerti dan tahu, tetapi juga persuasif, yaitu agar orang lain bersedia menerima suatu paham atau keyakinan, melakukan perbuatan atau kegiatan, dan lain-lain. Pentingnya komunikasi bagi kehidupan, sosial, budaya, pendidikan, dan politik sudah didasari oleh para cendekiawan sejak Aristoteles yang hidup ratusan tahun sebelum masehi. Akan tetapi, studi Aristoteles hanya berkisar pada retorika dalam lingkungan kecil. Baru pada pertengahan abad ke-20 ketika dunia diraskan semakin kecil akibat revolusi industri dan revolusi teknologi elektronik, setelah ditemukan kapal api, pesawat terbang, listrik, telepon, surat kabar, tv, radio, film dan sebagainnya maka para cendekiawan pada abad sekarang menyadari http://digilib.mercubuana.ac.id/z 11 pentingnya komunikasi ditingkatkan dari pengetahuan (knowledge) menjadi ilmu (science).1 Diatara para ahli sosiologi, ahli psikologi, dan ahli politik di Amerika Serikat, yang menaruh minat pada perkembangan komunikasi adalah Carl I. Hovland yang namanya telah disinggung dimuka. Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah Upaya sistematis untuk merumuskan secara tegar asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat dan sikap. Devinisi Hovland diatas menunjukan bahwa yang dijadikan objek studi ilmu komunikasi bukan saja penyampain informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (publi opinion) dan sikap publik (public attitude) yang dalam kehidupan sosial dan kehidupan politik memainkan peran yang amat penting. Bahkan dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah prilaku orang lain (communications is the process to modify the behavior of other individuals). Akan tetapi, seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif seperti diuraikan diatas. Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunukasi sering sekali mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold Lasswell dalam karyanya, The Stucture and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk Onong Uchjana Effendy.Teori Komunikasi dan Praktek , Jakarta: PT Remaja Humanika 2007 hal 9 1 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 12 menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect ?. Paradigma Lasswell diatas menunjukan bahwa komunikasi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : 1. Komunikator (communicator, source, sender) 2. Pesan (message) 3. Komunikan ( communicant, communicatee, receiver, recipient) 4. Efek ( effect, impact, influence) Jadi, berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media menimbulkan efek tertentu. Lasswell menghendaki agar komunikasi dijadikan objek studi ilmiah, bahkan setiap unsur diteliti secara khusus. Studi mengenai komunikator dinamakan cotrolanalysis2, penelitian mengenai pers, radio, televisi, film, dan media lainnya disebut media analysis penyelidikan mengenai pesandinamai content analysis, audience analysis adalah studi khasus tentang komunikan sedangkan effect analysis merupakan peneltian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi. Demikian kelengkapan unsur komunikasi menurut Carl I. Hovland yang mutlak harus ada dalam setiap prosesnya. Seperti ilmu-ilmu lainnya, ilmu komunikasi pun menyelidiki gejala komunikasi. Tidak hanya dengan pendekatan secara ontologis (apa itu komunikasi), tetapi juga secara aksiologis (bagaimana berlangsungnya Onong Uchjana Effendy. Teori Komunikasi dan Praktek , Jakarta: PT Remaja Humanika 2007 hal 10 2 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 13 komunikasi yang efektif) dan secara epistemologis (untuk apa komunikasi itu dilaksanakan). 3 Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang muncul dari lubuk hati. Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikiriannya kepada oarang lain tanpa menampakan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaannya kepada seseorang tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan perasaan disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Pikiran bersamaan perasaan yang akan disampaikan kepada orang lainitu oleh Walter Lippman dinamankan picture in our head, dan oleh Walter Hagemann disebut Bewustseinsinhalte. Yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya agar “gambaran dalam benak” dan “isi kesadaran” pada komunikator itu dapat dimengerti, diterima, dan bahkan dilakukan oleh komunikan. Onong Uchjana Effendy. Teori Komunikasi dan Praktek , Jakarta: PT Remaja Humanika 2007 hal 11 3 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 14 Mengenai persoalan tersebut dapat dijelaskan dengan penelaahan terhadap prosesnya. 2.2 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi sebagai salah satu bidang kajian ilmu komunikasi, selalu menjadi fenomena yang senantiasa aktual untuk didiskusikan, sejalan dengan semakin banyaknya tetangga dan persoalan organisasi itu sendiri. Globalisasi yang sedang melanda seluruh aspek kehidupan akhir-akhir ini, telah mengahruskan setiap manusia (termasuk lembaga atau organisasi) lebih mempersiapkan diri, agar tidak ‘tereliminasi’ oleh kompetisi global yang maha ketat. Lebih dari itu, perkembangan peradaban dunia yang begitu cepat, ‘mengharuskan’ setiap organisasi lebih jeli memilih paradigma yang tepat dalam merespons perkembangan yang ada. 4 Secara teoritas, kita mengenal beragam tindak komunikasi berdasarkan pada konteks dimana komunikasi tersebut dilakukan, yaitu konteks komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi dan komunikasi massa.5 Komunikasi organisasi sangat penting dan layak untuk dipelajari, karena sekarang ini banyak orang yang tertarik dan memberi perhatian kepadanya guna mengetahui prinsip dan keahlian komunikasi yang dapat dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan organisasi, baik organisasi komersial seperti lembaga bisnis dan industri ataupun organisasi-organisasi sosial seperti lembaga rumah sakit maupun institusi pendidikan. Disamping itu penting juga mempelajari arus H. Syaiful Rohim.Teori Komunikasi, Prespektif, Ragam, & Aplikasi Jakarta: Rineka Cipta, 2009 hal 108 5 H. Syaiful Rohim, M.Si. Teori Komunikasi, Prespektif, Ragam, & Aplikasi Jakarta: Rineka Cipta, 2009 hal 109 4 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 15 komunikasi yang berlangsung dalam suatu organisasi, yaitu arus komunikasi vertikal yang terdiri dari arus komunikasi dari atas kebawah (downword communication) dan arus komunikasi dari bawah ke atas (upword communication) serta arus komunikasi yang berlangsung antara bagian ataupun karyawan. Dalam jenjang atau tingkatan yang sama. Arus komunikasi ini dikenal dengan nama komunikas horisontal. Komunikasi berasal dari bahasa Latin ‘communis’ atau ‘common’ dalam bahasa Inggris yang berarti sama. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna, “commennes”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita menoba berbagai informasi, gagasan atau sikap kita sebagai partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita seringkali mempunyai makna yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diinterpretasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat, demikian pengertian komunikasi yang diberikan Kathleen K. Reardon dalam buku Interpersonal Communication, Where Minds Meet (1987). Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss dalam buka Human Communication menguraikan adanya 3 model dalam komunikasi. Pertama, model komunikasi linear, yaitu pandangan komunikasi satu arah( one-way view of communication). Dalam model ini, komunikator memberikan suatu stimulus dan komunikan melakukan respon atau tanggapan yang diharapkan, tanpa mengadakan seleksi dan interpretasi. Contoh dalam model komunikasi linear ini adalah teori jarum http://digilib.mercubuana.ac.id/z 16 suntik (hypordemic needle theory).” Jika saya ingin mempersuasi anda, maka saya menyuntikan satu dosis persuasi kepada anda, sehingga anda akan ‘lekas sembuh’ dan melakukan apa yang saya inginkan”. Demikian pandangan dari teori jarum suntik tersebut. Model komunikasi yang kedua adalah interaksional yang merupakan kelanjutan dati pendapatan linear. Pada model komunikasi interaksional, diperkenalkan gagasan tentang umpan balik (feedback). Dalam model ini, penerima (reciver) melakukan seleksi, interpretasi dan memberikan respons terhadap pesan dari pengirim (sender). Komunikasi dalam model ini, dipertimbangkan sebagai proses dua arah (two-way) ataupun cylical process, dimana setiap partisipan memiliki pikiran ganda, dalam arti pada satu saat bertindak sebagai sender, namun pada waktu yang lain berlaku sebagai receiver,penerima pesan. Model yang ketiga adalah transaksional. Dalam pandangan transaksional, komunikasi hanya dapat dipahami dalam konteks hubungan (relationship) diantara dua orang atau lebih. Pandangan ini menekankan bahwa semua perilaku adalah komunikatif, tidak ada satupun yang tidak dapat dikomunikasikan. Mengenai organisasi, salah satu definisi menyebutkan bahwa organisasi merupakan satu kumpulan atau sistem individual yang melalui satu hirarki jenjang dan pembagian kerja, berupaya mencapai tujuan yang di tetapkan ( an orgaization is a collection, or is a collection, or system, of individuals who commonly, through a bierarchy and division of labor, seek to achieve a predetermined goal). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 17 Beberapa pakar memberi batasan tentang komunikasi organisasi sebagaimana dirangkum oleh Dr. Arni Muhammad (2004:65) sebagai berikut: Redding dan Sanbron mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Katz dan Kahn mengatakan bahwa komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahaan arti- arti dalam suatu organisasi. Zelco dan Dance mendefinisikan komunikasi organisasi dalam satu sistem yang paling tergantung yang paling mencangkup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Sedangkan Thayer menggunakan pendekatan sistem secara umum dalam memandang komunikasi organisasi. Menurutnya, komunikasi organisasi merupakan interkomunikasi dalam beberapa cara. Thayer menyebut minimal ada tiga sistem komunikasi yaitu pertama, berkenaan dengan kerja organisasi dengan seperti data mengenai tugas-tugas atau beroprasinya. Kedua, berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah, aturan dan petunjuk. Ketiga, berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi seperti hubungan dengan personal dan masyarakat dan pihak eksternal lainnya. R. Wayne Pace dan Don F. Faules (2001:31-33) mengemukakan definisi6 komunikasi organisasi dari dua perspektif yang berbeda. Pertama prespektif tradisional (fungsional dan objektif), mengidentifikasikan komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari satu organisasi tertentu. Kedua persprektif interpretif (subjektif) memaknai komunikasi organisasi sebagai proses penciptaan makna H. Syaiful Rohim. Teori Komunikasi, Prespektif, Ragam, & Aplikasi Jakarta: Rineka Cipta, 2009 hal 111 6 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 18 atas interaksi yang merupakan organisasi. Atau dengan kata lain bahwa komunikasi organisasi menurut perspektif ini adalah “prilaku pengorganisasian” yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu berinteraksi dan memberi makna atas apa yang sedang terjadi. Dari batasan tersebut dapat digambarkan, bahwa dalam suatu organisasi mensyaratkan adanya suatu jenjang jabatan atau kedudukan yang memungkinkan semua individu dalam organisasi tersebut memiliki perbedaan posisi yang jelas, seperti pemimpin, staf dan pimpinan karyawan. Disamping itu, dalam organisasi juga mensyaratkan ada pembagian kerja dalam arti setiap orang dalam sebuah institusi baik yang komersial maupun sosial, memiliki satu bidang kerjaan yang menjadi tanggung jawab. Komunikasi organisasi yang baik menentukan keberlangsungan baik perusahaan, organisasi maupun lembaga. Tanpa adanya komunikasi yang baik segala kegiatan tidak akan berlangsung secara semestinya. Contoh komunikasi organisasi yang diterapkan dengan baik oleh Kongres Wanita Indonesia (KOWANI). Dilihat dari kegiatan atau program yang dilakukan yang banyak diberikan apresiasi oleh Pemerintahan, organisasi lainnya maupun masyarakat. Hal ini tidak lepas dipengaruhi oleh komunikasi organisasi yang baik sehingga segala kegiatan atau program yang akan dijalani penuh dengan perencanaan dan berjalan sesuai dengan rencana. http://digilib.mercubuana.ac.id/z 19 Berikut dijelaskan dimensi-dimensi komunikasi dalam kehidupan organisasi terbagi dua, yakni komunikasi internal dan komunikasi eksternal:7 2.1.1 Komunikasi Internal Komunikasi Internal didefinisikan oleh Lawrence D. Brennan sebagai: “interchange of ideas among the administrators and it’s it particular structure (organization) and interchange of ideas horizontally and vertically within the fir which gets work done (operation and management)” (Pertukaran gagasan diantara para administrator dan karyawan dalam suatu perusahaan atau jawatan yang menyebabkan terwujudnya perusahaan atau jawatan tersebut lengkap dengan strukturnya yang khas (organisasi) dan pertukaran gagasan secara horizontal dan vertikal di dalam perusahaan atau jawatan yang menyebabkan pekerjaan berlangsung (operasi dan manajemen)” Organisasi sebagai kerangka (framework) menunjukkan adanya pembagian tugas antara orang-orang di dalam organisasi itu dan dapat diklasifikasikan sebagai tenaga pimpinan dan tenaga yang dipimpin. Komunikasi internal dapat dibagi menjadi dua dimensi dan dua jenis, yaitu: 1. Dimensi Komunikasi Internal Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi-Teori dan Praktek, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2007, hal.122-130. 7 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 20 Dimensi komunikasi internal terdiri dari komunikasi vertikal dan komunikasi horizontal. 1) Komukasi Vertikal Komunikasi vertikal yakni komunikasi dari atas ke bawah (downward communication) dan dari bawah ke atas (upward communication), adalah komunikasi dari pimpinan kepada bawahan dan daru bawahan kepada pimnpinan secara timbal-balik. 2) Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal adalah komunikasi secara mendatar, antara anggota staff dengan anggota staff, karyawan sesama karyawan, dan sebagainya. 2. Jenis Komunikasi Internal Komunikasi internal meliputi berbagai cara yang dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis, yakni: 1) Komunikasi Personal (Personal Communication) Komunikasi Personal adalah komunikasi antara dua orang dan dapat berlangsung dengan dua cara, seperti: a. Komunikasi tatap muka (face to face communication), yakni komunikasi yang berlangsung secara dialogis sambil menatap sehingga terjadi kontak pribadi (personal contact). Ini disebut komunikasi antarpersonal (interpersonal communication). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 21 b. Komunikasi bermedia (mediated communication), yakni komunikasi dengan menggunakan alat, seperti telepon dan memorandum. 2) Komunikasi Kelompok (Group Communication) Komunikasi kelompok adalah komunikasi antara seseorang dengan sekelompok orang dalam situasi tatap muka. 2.1.2. Komunikasi Eksternal Komunikasi eksternal adalah komunikasi antara pimpinan organisasi dengan khalayak di luar organisasi. Komunikasi eksterna terdiri atas dua jalur timbla-balik, yaitu: 1. Komuikasi dari Organisasi kepada Khalayak Komunikasi ini pada umumnya bersifat informatif, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga khalayak merasa memiliki keterlibatan, setidatidaknya ada hubungan bathin. 2. Komunikasi dari Khalayak kepada Organisasi Komunikasi ini merupakan umpan balik sebagai efek dari kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh organisasi. Jika informasi yang diberikan kepada khalayak menimbulkan efek yang sifatnya kontroversi (menyebabkan adanya yang pro dan kontra dikalangan khalayak), maka ini disebut opini publik (public opinion). http://digilib.mercubuana.ac.id/z 22 2.3 Public Relations (PR) Public Relations dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan istilah hubungan masyarakat atau disingkat dengan” Humas” merupakan salah satu bagian dari tiga bagian besar ilmu komunikasi yaitu jurnalistik, hubungan masyarakat dan periklanan. Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun dan mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antar organisasi dan publik yang mempengaruhi kesuksesan dan kegagalan organisasi tersebut. Definisi ini juga mengidentifikasikan pembentukan dan pemeliharaan hubungan baik antar organisasi dengan publik sebagai basis moral dan etis dari profesi Public Relations. Sebagai fungsi manajemen, Public Relations membantu masyarakat dalam menentukan keputusan dan menjalankan fungsi lebih efektif dengan memberikan kontribusi pemahaman bersama diantara kelompok dan institusi dan Public Relations juga berfungsi untuk menyelaraskan kebijakan publik dan privat. Public Relations sebagai fungsi komunikasi dalam organisasi dan sebagai profesi, saat ini telah berkembang cukup baik di Indonesia. Perkembangan fungsi dan praktik Public Relations di Indonesia tidak terlapau pesat. Sedangkan definisi Public Relations menurut Cutlip dan Center adalah “fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijakan dan tata cara seseorang atau organisasi demi kepentingan publik serta merencanakan http://digilib.mercubuana.ac.id/z 23 dan melakukan sesuatu program kegiatan untuk meraih pengertian dan dukungan publik”.8 Pengertian dari definisi ini menerangkan bahwa kegiatan Public Relations diberbagai organisasi menunjang manajemen untuk mencapai tujuannya secara efektif dan efisien serta membina hubungan antar manusia didalam serta diluar organisasi untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Berdasarkan beberapa definisi Public Relations tersebut Public Relations atau hubungan masyarakat merupakan suatu usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis baik itu kedalam membina hubungan antara atasan beserta stafnya dengan para karyawan, mengusahkan agar para karyawan bekerja dengan senang dan merasa puas, kesulitan dan keinginan para karyawan. Tugas keluar membina hubungan yang harmonis antara organisasi dengan publik eksternal, memperkenalkan produksi, menjaga image perusahaan, meningkatkan jumlah langganan dan sebagainya, karena itu Public Relations dapat dianggap sebagai alat atau media untuk menciptakan hubungan dengan siapa saja yang dapat membawa keuntungan. Semakin luasnya pemahaman pimpinan atau manajemen terhadap fungsi dan peran Public Relations, maka kedudukan Public Relations juga semakin baik strategis, atau sebaliknya semakin kurang pemahaman atau manajemen pimpinan terhadap Public Relations maka fungsi dan peran Public Relations di organisasi tersebut semakin tidak penting. Onong Uchjana Effendy, Human Relations dan Public Relations dalam Manajemen, Bandung CV, Mandar Maju, 2008 hal, 116 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 24 2.4 Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibillity (CSR) Komunikasi adalah sesuatu yang krusial untuk CSR dan sebaliknya. Apa yang didapatkan sekarang adalah sesuatu hal yang saling melengkapi antara PR dan CSR. Dua bidang ini perlu pengetahuan dan keterampilan satu sama lain yang faktanya banyak sekali cabang krisis komunikasi dari isu CSR. Jika mereka belum selesai, maka perusahaan perlu meemikirikan tentar tanggung jawab sosial. ("Communications are increasingly crucial to CSR and vice versa," Voien said. "What you're getting now is overlap between PR and CSR. The two fields need one another's knowledge and skills" in light of the fact that so many communication crises stem from CSR issues. "If they haven't already done so, companies need to think about CSR.")9 Definisi Corporate Social Responsibillity (CSR) menurut World Business Council On Sustainable Development adalah: “ Komitmen bisnis atau perusahan untuk berprilaku etis dan berkonstribusi terhadap pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, seraya meningkatkan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat luas” Definsi lain, Corporate Social Responsibillity (CSR) adalah tanggung jawab perusahaan untuk menyesuaikan diri terhadap kebutuhan dan harapan stakholders sehubung dengan isu-isu etika, sosial, dan lingkungan, disamping ekonomi.”10 Jurnal Senior PR Execs Playing Bigger Role in CSR Efforts, Potomac 59.47 (Dec 15, 2003) Yosal Irianta, Community Relations. Konsep dan Aplikasinya, 2008. Bandung : Simbioasa Rekatana Media, hal 20 9 10 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 25 Petkoski dan Twose (2003) mendefinisikan Corporate Social Responsibillity ( CSR) sebagai komitmen bisnis untuk berperan sebagai pendukung pembangunan ekonomi, bekerja sama dengan karyawan dan keluarganya, masyarakat lokal dan masyarakat lokal dan masyarakat luas, untuk meningkatkan mutu hidup mereka dengan berbagai cara yang menguntungkan bagi bisnis dan pembangunan. “the nature of corporate social responsibility (CSR) activities carried out by organizations in Ghana and how these activities tie into the government's key focus areas of development”.11 Didalam Green Paper Komisi Masyarakat Eropa 2001 dinyatakan bahwa kebanyakan definisi Corporate Social Responsibillity ( CSR) atau tanggung jawab sosial korporat) menunjukan konsep tentang pengintegrasian kepedulian terhadap masalah sosial dan lingkungan hidup ke dalam oprasi bisnis perusahaan dan interaksi sukarela antara perusahaan dan para stakholder-nya. ada dua hal yang terkait dengan Corporate Social Responsibillity ( CSR) yaitu pertimbangan sosial dan lingkungan hidup serta interaksi sukarela. 12 The CSR orientations explained the priority accorded to some sets of activities representing the CSR practice of organisations from different literatures.13 11 Jurnal Corporate Social Responsibility in Ghana's National Development Dartey-Baah, Kwasi; Amponsah-Tawiah, Kwesi; Agbeibor, Victoria . Africa Today ; Bloomington 62.2 (Winter 2015) 12 Elvinnaro Ardianto. Public Relatios. Bandung. Remaja Rosdakarya, hal 263 13 Jurnal Exploring the Drivers and Nature of Corporate Social Responsibility Practice from an African Perspective, Hamidu, Aminu Ahmadu; Haron, Md Harashid; Amran, Azlan . International Review of Management and Marketing ; Mersin 6.4 (2016) http://digilib.mercubuana.ac.id/z 26 CSR criteria used by financial analysts is identified and compared with company valuation methods. the results of a multi-stakeholder dialogue on CSR and competitiveness. Kriteria CSR digunakan oleh analisis financial untuk mengidentifikasi dan menyamakan dengan metode penilaian perusahaan. Hasilnya diskusi dari multi-stakeholder untuk CSR dan daya saing.14 Corporate social responsibility (CSR) research has focused often on the business returns of corporate social initiatives but less on their possible social returns. 15 Perusahaan atau organisasi lebih banyak bergerak dalam konteks mengupayakan keuntungan bagi perusahaan atau organisasi itu sendiri, dan lebih banyak diwajibkan untuk melakukan recovery terhadap lingkungan. Hal ini berkaitan dengan keberadaannya di remote area. Sehingga, tanggung jawab sosial yang diberikan perusahaan atau organisasi yang ada disekitarnya lebih banyak bersifat charity, dan terdapat kecenderungan pola pemukiman bagi karyawan dan kerabatnya terlepas sama sekali dengan komunitas lokal yang ada, dan menampakan kantung-kantung pemukiman di dalam pemukiman komonitas lokal. Kecenderungan pemisahan pola pemukiman ditunjang pula oleh adanya pola hidup yang berbeda antar masing-masing komonitas, sehingga kondisi ini memunculkan banyak kecemburuan sosial dari komunitas lokal terhadap komunitas perusahaan. keemburuan sosial ini dapat memuncak dan meletus dalam Jurnal Exploring the Nature of the Relationship Between CSR and Competitiveness,Vilanova, Marc; Lozano, Josep Maria; Arenas, Daniel . Journal of Business Ethics, suppl. Supplement : JBE; Dordrecht 87 (Apr 2009) 14 Jurnal Corporate Socially Responsible Initiatives and Their Effects on Consumption of Green Products, Romani, Simona; Grappi, Silvia; Bagozzi, Richard P . Journal of Business Ethics : JBE; Dordrecht 135.2 (May 2016) 15 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 27 bentuk konflik manakala terdapat lingkungannya yang mengakibatkan kerugian pada komunitas lokal. Oleh karena itu, perusahaan atau organisasi kemudian dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam kehidupan bermasyarakat. Artinya, bahwa perusahaan atau organisasi mempunyai kewajiban sosial terhadap komunitas lainnya sebagai sesuatu yang berdiri dan saling membutuhkan. Oleh karena, itu Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibillity (CSR) berhubungan erat dengan “pembangunan berkelanjutan”, yakni suatu organisasi atau perusahaan dalam melaksanakan aktivitasnya harus mendasarkan keputusannya tidak semata berdasarkan dampaknya dalam aspek ekonomi, misalnya tingkat keuntungan atau deviden, tetapi juga harus menimbang dampak sosial dan lingkungan yang ditimbulkan dari keputusannya itu, baik untuk jangka pendek maupun untuk jangka yang lebih panjang. Dengan pengertian tersebut, Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibillity (CSR) dapat dikatakan sebagai kontribusi perusahaan atau organisasi terhadap tujuan pembangunan bekerlanjutan dengan cara manajemen dampak (meminimalis dampak negatif dan memaksimalisasi dampak postif) terhadap seluruh pemangku kepentingannya. 2.4.1 Tahapan Corporate Social Responsibillity Dalam melaksanakan prorgam Corporate Responsibillity atau yang dikenal CSR ada tahap yang harus dilakukan. Tahapan dari CSR atau Corporate Sosial Responsibillity yaitu : 1. Fact Finding (Mendefinisikan masalah) Langkah pertama ini mencakup tahapan-tahapan pelaksanaan CSR yakni, http://digilib.mercubuana.ac.id/z 28 membentuk tim kepemimpinan CSR, melakukan kajian terhadap dokumen, proses, dan aktivitas perusahaan, mengidentifikasi dan melibatkan stakeholder kunci. 2. Planning (Membuat rencana dan program) Segala informasi yang sudah dikumpulkan di tahap pertama, digunakan untuk membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuaan, tindakan dan komunikasi, taktik dan sasaran. 3. Actuating and Communicating (Bertindak dan Berkomunikasi) Pada tahap ini, segala dokumen maupun perencanaan yang sudah dibuat mulai dijalankan dan dikomunikasikan kepada pihak-pihak yang terkait guna mencapai tujuan program. Dimulai dari personal communication (komunikasi personal), group communication (komunikasi kelompok), dan mass communication (komunikasi massa). 4. Evaluating (Mengevaluasi Program) Langkah terakhir dari proses ini adalah melakukan penilaian atas persiapan, implementasi dan hasil dari program.16 2.5 Lembaga Non Provit Organisasi nirlaba atau organisasi non-profit adalah suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal didalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersial, tanpa ada perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). (Komang, 2008) Karakter Yusuf Wibisono. Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. 2007 Hal 127. Gersik: Fascho Publising 16 http://digilib.mercubuana.ac.id/z 29 dan tujuan dari organisasi non-profit menjadi jelas terlihat ketika dibandingkan dengan organisasi profit. Organisasi non-profit berdiri untuk mewujudkan perubahan pada individu atau komunitas, sedangkan organisasi profit sesuai dengan namanya jelas-jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi non-profit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia. (Komang, 2008) Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar terhadap berkembangnya organisasi nirlaba. Dari organisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir, memiliki daya saing yang tinggi, aspek kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan. Hampir diseluruh dunia ini, organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka 11 menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri, bagaimana efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi bencana tsunami di Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. (Komang, 2008) Menurut Sri Sapto (2009), organisasi nirlaba dapat didefinisikan secara hukum sebagai organisasi yang tidak dapat mendistribusikan aset atau pendapatannya untuk kepentingan dan kesejahteraan pekerja atau pemimpinnya. Akan tetapi dibalik pembatasan yang demikian, terdapat beberapa kelonggaran. Yang pertama adalah organisasi nirlaba tidak dilarang untuk http://digilib.mercubuana.ac.id/z 30 memberikan kompensasi untuk pekerjanya sebagai imbal balik atas kinerja yang diberikan. Yang kedua adalah organisasi nirlaba tidak dilarang untuk mencari keuntungan, akan tetapi sekali lagi bukan untuk didistribusikan melainkan untuk pendanaan proyek lainnya. Keuntungan lainnya adalah organisasi nirlaba tidak dikenai pajak. Sementara pendapat lain menyebutkan bahwa organisasi nirlaba adalah organisasi yang menuntut manajemennya untuk mampu memberikan program dan pelayanan kepada publik sesuai dengan apa yang disyaratkan oleh para penyandang dana. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa organisasi nirlaba sangat tergantung kepada penyandang dana dan memberikan pelaporan kepada para pelaporan kepada penyandang dana tersebut Tidak ada kepemilikan seperti lazimnya pada organisasi bisnis, dalam arti bahwa kepemilikan dalam organiasasi non profit tidak dapat dijual, dialihkan, atau ditebus kembali, atau kepemilikan tersebut tidak mencerminkan proporsi pembagian sumber daya entitas pada saat likuiditas atau pembubaran entitas. Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) Adalah salah satu contoh lembaga atau organisasi nirlaba atau non profit mereka tidak menjual atau mengkomersilkan kegiatan yang dilakukan. Semua kegiatan yang dilakukan bersifat charity, tidak mengharapkan timbal balik atas apa yang sudah dilakukan untuk kemajuan bangsa Indonesia. Contoh ke dua organisasi non profit yaitu LSM. Lembaga Swadaya Masyarakat disingkat LSM adalah sebuah organisasi yang didirikan oleh perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela yang memberikam http://digilib.mercubuana.ac.id/z 31 pelayanan kepada masyarakat umum, tidak hanya untuk kepentingan para anggota seperti yang dilakukan koprasi ataupun profesi. http://digilib.mercubuana.ac.id/z