Draft Laporan Tugas Akhir

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Transportasi secara umum adalah kegiatan memindahkan barang atau manusia
dari suatu tempat ke tempat lain. Transportasi merupakan elemen penting dalam
kegiatan pembangunan suatu wilayah. Dengan adanya transportasi, wilayah yang
tadinya terisolasi akan mulai terbuka dan berkembang menjadi sistem karena
adanya hubungan dengan wilayah lain dalam segi sosial, ekonomi, politik dan
budaya yang akan membawa pengaruh pada wilayah tersebut. Sistem transpotasi
yang menjadi elemen penting pembangunan suatu wilayah berhubungan erat
dengan kemajuan teknologi. Teknologi transportasi yang ada saat ini merupakan
hasil dari perkembangan teknologi transportasi dari masa ke masa.
Menurut Kramadibrata (1986), Perkembangan transportasi sebenarnya dimulai
dari perjalanan jarak jauh dengan berjalan kaki. Sejarah menunjukkan bahwa
selain dengan berjalan kaki, manusia juga dibantu oleh hewan dalam membawa
muatan yang tidak bisa diangkut oleh manusia. Perkembangan transportasi
menjadi sangat pesat setelah terjadinya revolusi industri yang disebabkan oleh
munculnya berbagai inovasi yang berkembang. Revolusi industri juga berdampak
hingga ke Indonesia. Kemunculan moda transportasi kereta api di Indonesia
disebabkan oleh masuknya teknologi perkeretaapian pada masa pendudukan
Belanda di Indonesia. Selanjutnya transportasi darat di Indonesia, yaitu kendaraan
bermotor mulai berkembang setelah munculnya beberapa industri otomotif di
Indonesia. Perkembangan teknologi akhirnya membawa pada munculnya jenisjenis kendaraan yang beroperasi saat ini. Perkembangan teknologi transportasi
darat di Indonesia, berkaitan langsung dengan situasi politik dan kekuatan yang
sedang berjalan pada masa itu.
Kereta api merupakan salah satu moda transportasi yang tersedia di Indonesia,
yaitu di Pulau Jawa dan Sumatera, yang digunakan untuk mengangkut
penumpang maupun barang. Masyarakat memilih menggunakan kereta api karena
kereta api merupakan moda transportasi yang memiliki jalur terpisah sehingga
1
2
terbebas dari kemacetan dan memiliki kecepatan lebih tinggi daripada mobil atau
bus sehingga waktu perjalanan lebih efisien. Kereta api dapat memiliki kapasitas
angkut lebih besar dan merupakan tipe transportasi yang bersih jika dibandingkan
dengan moda transportasi darat lainnya. Bus antar kota dengan pelayanan yang
baik dan penggunaan mobil pribadi karena kondisi jalan yang baik dapat menjadi
pesaing dari keberadaan kereta api di masyarakat, apabila kereta api tidak
memiliki nilai tambah sebagai daya tarik untuk masyarakat, dapat terjadi
kemungkinan masyarakat akan bergeser menggunakan moda transportasi selain
kereta api. Masalah yang ada di masyarakat adalah apakah besarnya tarif yang
dibebankan sudah sebanding dengan pelayanan yang didapatkan, tentunya setiap
jenis pelayanan kereta api memiliki tingkatan yang berbeda tergantung lama
perjalanan dan fasilitas yang didapat.
PT. Kereta Api Indonesia (PT. KAI), selaku penyelenggara sarana pekeretaapian
di Indonesia saat ini menyediakan layanan kereta api penumpang dan kereta api
barang. Jenis pelayanan yang disediakan oleh PT. KAI untuk kereta penumpang
berupa kereta api eksekutif, bisnis, ekonomi, kereta api lokal dan komuter,
sedangkan untuk kereta barang jenis pelayanan yang ditawarkan oleh PT. KAI
berupa angkutan barang umum, angkutan barang khusus, angkutan B3 dan
angkutan limbah B3.
Dalam Peraturan Presiden RI No. 53 Tahun 2012 Tentang Kewajiban Pelayanan
Publik dan Subsidi Angkutan Perintis Bidang Perkeretaapian, Biaya penggunaan
Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, serta Perawatan dan Pengoperasian
Prasarana Perkeretaapian Milik Negara, dijelaskan bahwa setiap penyelenggara
sarana perkeretaapian yang menggunakan prasarana perkeretaapian wajib
membayar biaya penggunaan prasarana perkeretaapian kepada Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian. Biaya yang dimaksud dalam hal ini
adalah Track Access Charge (TAC). Selanjutnya, dalam Peraturan Menteri
Perhubungan RI No. 62 Tahun 2013 Tentang Pedoman Perhitungan Biaya
Penggunaan Prasarana Perkeretaapian Milik Negara dijelaskan bahwa TAC atau
Biaya Penggunaan Prasarana Perkeretaapian adalah biaya yang harus dibayarkan
oleh penyelenggara prasarana perkeretaapian. Cara perhitungan besaran TAC
yang harus dibayarkan oleh PT. KAI dijelaskan dalam Peraturan Menteri
3
Perhubungan RI No. 62 Tahun 2013, lebih lanjut tata cara perhitungan besaran
TAC disempurnakan melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan
Pajak yang Berlaku Pada Kementerian Perhubungan.
Kebijakan penetapan besaran TAC perlu dipikirkan sebaik mungkin agar kereta
api dapat bersaing dengan moda transportasi lain. Sebagai contoh, kendaraan
pribadi dan angkutan barang di jalan tidak perlu membayar biaya penggunaan
jalan, sebaliknya kereta api yang merupakan transportasi massal dibebani dengan
biaya penggunaan infrastruktur (TAC) sebagai bagian dari struktur tarif kereta
api. Proses pengenaan TAC ini nantinya diharapkan akan mempermudah
berlakunya era Multioperator Kereta Api sesuai amanat yang tertuang dalam
Undang-Undang Perkeretaapian Nomor 23 Tahun 2007.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan sebelumnya, permasalahan yang
dibahas pada penelitian kali ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimana
struktur
dan
komponen
biaya
penggunaan
prasarana
perkeretaapian berdasarkan peraturan dan regulasi yang terkait?
2. Berapa besaran biaya penggunaan prasarana perkeretaapian pada layanan
angkutan barang petikemas?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dijabarkan di atas, tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut.
1. Mengidentifikasi struktur dan komponen biaya penggunaan prasarana
perkeretaapian berdasarkan peraturan dan regulasi yang terkait.
2. Menganalisis biaya penggunaan prasarana perkeretaapian pada layanan
angkutan barang petikemas.
4
1.4 Batasan Masalah
Mempertimbangkan banyaknya jenis pelayanan dan jumlah kereta api yang saat
ini beroperasi di Indonesia, maka dilakukan pembatasan penelitian sebagai
berikut.
1. Perhitungan biaya penggunaan prasarana perkeretaapian mendasarkan pada
rumusan yang tercantum dalam Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 62
Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah RI No. 11 Tahun 2015.
2. Obyek yang diteliti adalah layanan kereta api barang petikemas yang
beroperasi di Pulau Jawa.
3. Jumlah dan frekuensi layanan kereta api barang petikemas berdasarkan pada
Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2013.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menambah wawasan secara khusus bagi Penulis dan secara umum bagi
masyarakat di bidang perkeretaapian, terutama dalam perhitungan biaya
penggunaan prasarana perkeretaapian dan pengaruhnya terhadap pelayanan
serta tarif penggunaan layanan kereta api.
2. Hasil perhitungan biaya penggunaan prasarana perkeretaapian dapat
digunakan oleh PT. KAI sebagai referensi untuk menghitung besaran tarif
layanan angkutan barang petikemas.
3. Dapat
digunakan
oleh
Pemerintah
sebagai
bahan
evaluasi
dalam
penyempurnaan peraturan tentang biaya penggunaan prasarana perkeretaapian.
1.6 Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian terdahulu yang membahas moda transportasi kereta api telah
dilakukan, baik fokus pada ulasan terkait biaya penggunaan prasarana
perkeretaapian maupun aspek-aspek terkait lainnya.
1. Crozet et al (2013) membahas tentang biaya penggunaan prasarana kereta api
di Perancis. Biaya penggunaan prasarana kereta api yang tinggi khususnya
untuk jalur kecepatan tinggi, menimbulkan banyak teori dan pertanyaan praktis,
5
yang kemudian dijelaskan prinsip-prinsip yang mendasari skema harga untuk
kecepatan tinggi di Perancis.
2. Link (2004) membahas tentang perhitungan biaya penggunaan prasarana
perkeretaapian (TAC) di Jerman dengan suatu formula yang sudah memiliki
parameter tertentu. Parameter yang berpengaruh dalam perhitungan nilai TAC
di Jerman yaitu kategori jalur kereta api, jenis akses, jenis layanan kereta, serta
variasi penggunaan faktor regional.
3. Muthohar (2010) menyimpulkan bahwa skema Public Service Obligation
(PSO), Infrastructure Maintenance and Operation (IMO) dan Track Access
Charge (TAC) menandai awal baru industri kereta api nasional yag diberikan
otonomi untuk menawarkan layanan komersial, kualitas pelayanan yang lebih
baik dan berdaya saing. Skema ini juga diusulkan sebagai langkah awal untuk
mempertegas pemisahan sarana perkeretaapian dengan manajemen jasa
transportasi. Diperlukan perumusan strategi untuk menghindari permasalahan
terkait kurangnya optimalisasi kinerja kereta api dan untuk mendukung
kelancaran kereta api nasional reformasi. Hal sederhana yang harus dilakukan
pemerintah adalah merujuk kembali ke konsep asli PSO, IMO dan TAC skema
sebagai kesatuan entitas independen.
4. Mayang (2014) membahas tentang analisis pengaruh variasi faktor prioritas
penggunaan prasarana kereta api terhadap nilai TAC pada kereta penumpang
di Indonesia. Dalam perhitungan TAC terdapat faktor prioritas penggunaan
prasarana yang disamakan untuk seluruh jenis pelayanan kereta api.
Kenyataannya setiap jenis pelayanan KA memiliki prioritas dan tingkat
kerusakan pada prasarana yang berbeda.
5. Sinaga (2007) menganalisis pergerakan petikemas di Indonesia dengan
menggunakan pemodelan sebaran pergerakan gravity. Penerapan sistem
jaringan menggunakan moda transportasi laut dapat meningkatkan pergerakan
petikemas di Indonesia.
Kekhususan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian-penelitian sebelumnya
yaitu adanya komparasi tata cara perhitungan biaya penggunaan prasarana
perkeretaapian secara khusus pada layanan angkutan petikemas berdasarkan
Peraturan Menteri Perhubungan RI No. 62 Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah
RI No. 11 Tahun 2015.
Download