perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user 1 I

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Wilayah Kecamatan Jatiyoso, terutama di Wonorejo mempunyai kondisi
lahan yang sangat miring (tingkat kemiringan lereng antara 65% - 85%)
dengan topografi berpegunungan (panjang lereng lebih dari 300 m), kondisi
ini sangat berpotensi menimbulkan bencana erosi tanah maupun longsor.
Menurut Nandariyah dan Mujiyo (2009), Pemanfaatan lahan seharusnya
selaras dengan kemampuan lahan, pada lahan-lahan dengan kemiringan lebih
dari 15% tidak dianjurkan untuk usaha tani tanaman pangan. Namun
kenyataan di lapangan banyak dijumpai para petani berusaha tani tanaman
pangan pada lahan-lahan yang miring, yang disebabkan oleh kondisi lahan
pada daerah perbukitan serta penguasaan lahan yang sempit. Kondisi tersebut
hanya dapat ditoleransi dengan syarat dibarengi dengan upaya-upaya
konservasi lahan secara baik.
Menurut Nandariyah dan Mujiyo (2009), salah satu tanaman
konservasi yang berpoternsi dikembangkan di Desa Beruk dan Wonorejo
adalah salak (Salacca zalacca Gaertn. Voss), karena tanaman ini memiliki
perakaran yang kuat dan mempunyai tajuk yang lebar sehingga mampu
menahan percikan air hujan. Tanaman salak berakar serabut menjalar
mendatar di bawah permukaan tanah. Daerah penyebarannya tidak luas,
dangkal, dan mudah rusak bila kekurangan air. Sebaliknya di tanah yang
tergenang air, akar-akar tanaman salak sulit sekali bernapas dan lamakelamaan membusuk. Karena itu, tanaman ini tumbuh baik di tanah gembur
dan lembab. Perkembangan akarnya dipengaruhi oleh cara pengolahan tanah,
pemupukan, tekstur tanah, sifat fisik dan kimia tanah, air tanah, lapisan bawah
tanah, dan faktor lainnya. Pada saat akar yang lama sudah berkurang
fungsinya, maka akar-akar baru akan segera tumbuh dan dapat bermunculan di
permukaan tanah. Dengan perkembangan akar seperti ini merupakan
keuntungan tersendiri karenacommit
tanaman
tersebut dapat memperbaiki vigor
to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2
digilib.uns.ac.id
tanaman. Selain itu karakteristik perakaran dari tanaman salak dapat
mempengaruhi stabilitas agregat tanah (Nazaruddin dan Kristiawati, 1992).
Berdasarkan hasil studi Tim Sibermas (2008) menyatakan bahwa
kondisi iklim (temperatur, curah hujan, dan kelembaban udara) di desa ini
cukup sesuai untuk pertumbuhan salak. Faktor drainase, toksisitas, alkalinitas,
bahaya banjir, dan penyiapan lahan sangat sesuai untuk pertumbuhan salak.
Faktor media perakaran dan retensi hara cukup sesuai untuk pertumbuhan
salak.
Berdasarkan uraian diatas, pada daerah penelitian ini memiliki potensi
menimbulkan bencana erosi tanah maupun longsor, maka sangat perlu diteliti
dan dikaji lebih dalam. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tentang
Hubungan Antara Stabilitas Agregat Tanah dengan Karakteristik Perakaran
Salak (Salacca zalacca Gaertn. Voss) di Desa Wonorejo, Kecamatan Jatiyoso,
Kabupaten Karanganyar.
B. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas agregat tanah,
salah satu diantaranya adalah karakteristik perakaran salak. Apakah stabilitas
agregat tanah mempunyai hubungan dengan karakteristik perakaran salak?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui pengaruh varietas salak, pupuk dan irigasi terhadap
karakteristik perakaran (volume akar).
2. Mengetahui hubungan karakteristik perakaran (volume akar) salak dengan
stabilitas agregat tanah.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bahwa budidaya
salak yang dapat memantapkan agregat tanah, sehingga dapat menunjang
program pengawetan tanah dan pencegahan bahaya longsor.
commit to user
3
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
E. Kerangka Berpikir
Lokasi Penelitian
·
·
Iklim sedang
Topografi
bergunung
Lahan Budidaya
tanaman Salak di
Desa Wonorejo,
Kecamatan
Jatiyoso,
Kabupaten
Karanganyar
Potensi terjadinya
Erosi dan Longsor
Karakteristik tanah
(Alfisols)
Satuan Percobaan
Varietas Salak, Pupuk, Irigasi
Kemantapan
Agregat
Volume Akar
commit to user
Download