3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sumber Daya Alam: Hutan Realita hidup dan kehidupan manusia tidak terlepas dari alam dan lingkungannya, karena hal tersebut merupakan sebuah hubungan mutualisme dalam tatanan keseimbangan alam dan kehidupannya (balancing ecosystem). Menurut pengertian umumnya, alam atau sumber daya alam adalah potensi sumber daya yang terkandung di dalam bumi baik berupa tanah air maupun lainnya yang dapat didayagunakan untuk memenuhi kepentingan manusia (Jaya 2004). Salah satu jenis sumber daya alam yang terdapat di Indonesia adalah hutan tropis yang memiliki luas terbesar ketiga di dunia dengan cadangan minyak, gas alam, emas, tembaga, dan mineral lainnya. Hutan Indonesia merupakan kawasan hutan hujan tropis yang terbesar di Asia-Pasifik, yaitu 1.148.400 Km2 (Jaya 2004). Namun dalam kenyataanya, pengelolaan sumber daya hutan masih harus dihadapkan pada beberapa masalah. Masalah tersebut antara lain adalah konversi lahan hutan menjadi lahan pertanian, perkebunan atau pertambangan, eksploitasi hutan yang berlebihan, pengabaian kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan perebutan hak milik lahan hutan. Akibat dari adanya masalah-masalah tersebut, sumber daya hutan tidak dapat berfungsi secara optimal sebagai sistem lingkungan yang penting bagi penyangga kehidupan di bumi. Meskipun demikian, persoalan tentang pengelolaan sumber daya hutan, kurang mendapat perhatian dari para pengambil keputusan. Terdapat beberapa alternatif penyelesaian masalah yang dihadapi oleh sumber daya hutan di Indonesia, salah satunya adalah menggunakan pendekatan Game Theory. Pendekatan ini digunakan karena sumber daya hutan memiliki beberapa kriteria khusus. Kriteria yang pertama adalah terdapat banyak stakeholder yang saling terkait satu dengan lainnya dalam aktivitas pengelolaan hutan. Setiap stakeholder tersebut memiliki kepentingan yang berbeda sehingga rentan terhadap konflik. Kriteria yang kedua adalah output yang dihasilkan dari hutan dapat menjadi sumber pendapatan yang besar, sehingga membuat sumber 4 daya hutan menjadi sesuatu yang menarik untuk dimiliki dan diperebutkan. Kriteria yang ketiga adalah masalah tata batas yang dapat mengarah terjadinya konflik lokal, regional bahkan internasional (Albiac dan Soriano 2008). 2.2 Game Theory Menurut Neumann and Morgenstern (1953), Game Theory adalah cabang matematika terapan yang sering dipakai dalam konteks ekonomi. Namun, mulai pertengahan abad kedua puluh, prinsip, konsep dan metodologi pada Game Theory telah berhasil diaplikasikan kedalam beberapa bidang lain. Bidang tersebut antara lain bidang politik, teknologi, sumber daya alam, hukum, kedokteran, dan lainnya. Seiring perkembangan zaman yang semakin pesat, Game Theory tidak hanya bisa digunakan untuk menganalisa masalah secara teoritis sesuai dengan hubungan antar masalah tersebut, namun juga bisa digunakan sebagai alat yang secara analitis memberikan pertimbangan untuk mengambil suatu keputusan. Manfaat dari adanya Game Theory adalah kita dapat melihat interaksi antar pemain dan hubungan saling ketergantungan antar pemain serta keterkaitan strategi yang mereka gunakan. Sebuah permainan strategis akan dicapai ketika seorang aktor memilih strategi yang dapat memaksimalkan keuntungan, berdasarkan strategi yang dipilih aktor lainnya. Secara ringkas teori ini menyediakan pendekatan permodelan formal terhadap situasi ekonomi, sosial, dan lingkungan mengenai bagaimana seorang aktor mengambil keputusan setelah berinteraksi dengan aktor lain. Game Theory dapat menjelaskan suatu paradoks yang cukup terkenal, yakni bagaimana seseorang dapat bekerjasama dalam masyarakat apabila masing-masing dari mereka cenderung berkompetisi dan berusaha untuk menjadi seorang pemenang. Terdapat beberapa istilah di dalam Game Theory (Turocy and Stengel 2001), antara lain adalah: 1. Individualisme Pengertian individualisme adalah keinginan setiap pemain atau aktor untuk memenangkan permainan karena adanya persaingan dengan pemain yang lain. 5 2. Rasionalitas Rasionalitas adalah tindakan rasional yang diambil dan diputuskan oleh seorang pemain berdasarkan informasi yang lengkap dari lingkungannya. Seorang pemain dikatakan rasional jika ia berusaha untuk bermain dengan cara-cara tertentu untuk memaksimalkan keuntungan bagi diri sendiri. 3. Saling Ketergantungan Saling ketergantungan adalah salah satu ciri paling mencolok dalam sebuah permainan. Hal ini disebabkan karena semua pemain berada pada suatu bentang lahan yang sama, sehingga hal ini menyebabkan hasil permainan dari seorang pemain bergantung pada pilihan strategi pemain lain. 4. Strategi Pengertian strategi adalah serangkaian pilihan terbaik bagi seorang pemain terhadap suatu keadaan dalam keseluruhan permainan. 2.3 Keseimbangan Nash Menurut Nash (1953), salah seorang pelopor Game Theory, menunjukkan perbedaan antara permainan kooperatif dan non-kooperatif. Pengertian permainan kooperatif adalah kondisi ketika masing-masing pemain saling bekerjasama secara terikat dan memikirkan bagaimana suatu sumber daya dapat dibagi secara adil. Permainan non-kooperatif memperbolehkan kerjasama dilakukan, namun lebih mengacu kepada bagaimana seseorang dapat mencapai tujuannya sendiri atas dasar interaksinya dengan orang lain. Hasil dari kondisi ini adalah suatu keseimbangan (equilibrium), yang disebut sebagai keseimbangan Nash. Selain menjelaskan mengenai teori kooperatif dan non-kooperatif, keseimbangan Nash juga menjelaskan mengenai strategi optimal yang dapat dilakukan oleh seorang pemain terhadap strategi optimal yang dikeluarkan oleh pemain lain. Ketika seorang pemain memilih untuk menggunakan strategi yang tidak optimal, maka permainan tersebut tidak bisa dikatakan mencapai keseimbangan. Keseimbangan Nash dalam sebuah permainan, dapat diidentifikasi setidaknya menggunakan dua langkah, yang pertama adalah mengidentifikasi strategi optimal seorang individu atau pemain yang merupakan bentuk respon 6 terhadap strategi yang mungkin dilakukan oleh pemain lain. Kedua adalah ketika semua pemain bermain menggunakan strategi optimal yang mereka miliki (Romp 1997). 2.4 Role-Playing Game Role-playing game adalah sebuah mekanisme yang dirancang khusus untuk melihat interaksi antar pemain atau aktor sesuai dengan peran yang mereka mainkan dalam sebuah simulasi permainan (Cooper et al. 1999). Melalui mekanisme ini, seseorang dapat mengamati peran apa yang sebenarnya dimainkan, bagaimana tindakan dan keputusan pemain tersebut berdampak terhadap perilaku dan keputusan pemain lain, dan dampak keputusan tersebut terhadap keputusan yang menyangkut lingkungan. Selama permainan, setiap pemain diperbolehkan untuk bertindak secara kolektif, untuk ikut ambil bagian dalam menciptakan suatu lembaga atau aturan baru di antara pemain, atau untuk bekerjasama satu dengan lainnya. Ketika permainan berakhir, setiap pemain dapat menganalisis tindakan serta mengambil pelajaran kemudian membandingkan permainan tersebut ke dunia nyata. Permainan simulasi mempunyai beberapa bentuk, bentuk yang pertama adalah bentuk realitas eksplisit. Bentuk ini memiliki arti bahwa ketika permainan menyajikan situasi nyata aktor dan sumber daya alam. Bentuk kedua adalah bentuk realita implisit yang berarti permainan merupakan versi penyederhanaan dari aktor dan sumber daya alam. Terakhir adalah bentuk dunia virtual, yang memiliki arti bahwa permainan tidak selalu terkait dengan isu para aktor dan sumber daya alam pada dunia nyata. (ComMod 2009). 2.5 Landscape Game Terdapat beberapa alat simulasi yang merupakan hasil dari penurunan konsep Game Theory, antara lain adalah MAS (Multi Agent Simulation), CORMAS (program yang khusus diciptakan untuk melihat interaksi dalam pengelolaan sumber daya alam), INRM (Integrated Natural Resource Management). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Landscape Game. Alasan penggunaan game sebagai media dikarenakan anggapan bahwa game adalah suatu pendekatan yang efisien untuk bekerja dengan para pemangku 7 kepentingan, sehingga proses simulasi menjadi lebih sederhana dan dapat berfokus pada permainan tersebut. Selain itu, game memenuhi beberapa syarat dalam interaksi antar pemangku kepentingan dalam pengelolaan hutan. Syarat tersebut antara lain adanya strategi yang digunakan, adanya pemain atau aktor, adanya arena dan adanya peraturan yang harus diikuti. Landscape Game sendiri merupakan sebuah permainan yang fun, peduli lingkungan dan sensitif terhadap kebijakan pemerintah dan pasar. Permainan ini dilakukan di atas sebuah bentang alam (landscape) yang terdiri atas tutupan lahan alami dan buatan yang terdiri atas hutan inti, hutan tepi, dan lahan mosaik sebagai sebuah kesatuan ekosistem. Dijelaskan oleh Chomitz (2007), setiap bentang alam memiliki ciri dan kerentanan tersendiri terhadap faktor luar, karakteristik dari jenis-jenis bentang tersebut adalah sebagai berikut: 1. Hutan inti (forest core) memiliki ciri terdapat banyak hutan dengan sedikit penduduk dan sebagian besar adalah penduduk asli serta adanya sejumlah tekanan terhadap sumber daya kayu. Selain itu hutan inti memiliki jarak lebih dari enam kilometer di luar lahan mosaik. 2. Jenis lahan berikutnya adalah hutan tepi (forest edge). Jenis ini memiliki tekanan untuk terjadinya penggundulan hutan dan degradasi lahan hutan cukup tinggi, serta pengawasan sering kali tidak efektif karena aksesbilitas yang mudah. Hutan ini berada di luar wilayah lahan mosaik, tetapi tidak lebih dari enam kilometer jaraknya dari lahan mosaik. Definisi ini didasarkan pada jarak rata-rata kasar aktivitas pengambilan sumber daya hutan oleh rumah tangga atau pertanian berpindah di sekitar pemukiman. 3. Lahan mosaik (mosaic land) adalah lahan dengan kepemilikan yang biasanya didefinisikan atas kepadatan penduduk yang tinggi, letaknya lebih dekat dengan pasar dan sering kali pengelolaan hutan alaminya tidak dapat bersaing (dari sudut pandang pemilik lahan) dengan pertanian atau perkebunan. Investasi pada jenis ini pada umumnya adalah lahan pertanian, campuran antara hutan dan pertanian, dan bagian bagian kecil dari hutan yang dikelilingi oleh lahan pertanian. Jadi domain ini terdiri dari atas hutan-hutan mosaik yang dikelilingi 8 lahan-lahan pertanian yang luas. Berikut adalah gambar Landscape Game, lahan atau sel yang berwarna kuning adalah jenis lahan mozaik, warna hijau muda adalah lahan hutan tepi dan lahan dengan warna hijau tua adalah lahan hutan inti. Gambar 1 Papan permainan Landscape Game (Purnomo 2008). Dibutuhkan strategi untuk memenangkan permainan Landscape Game ini, karena permainan ini memadukan konsep manajemen bentang alam yang berkelanjutan, konservasi, Game Theory, dan kegembiraan. Strategi yang digunakan pemain nantinya harus dapat memaksimalkan keuntungan pemain dan pada saat yang bersamaan juga harus memperhatikan keragaman bentang alam, penyerapan karbon untuk mencegah pemanasan global dan penciptaan tenaga kerja. Strategi yang digunakan pemain erat kaitannya dengan kebijakan yang berlaku ketika permainan berlangsung. Kebijakan pada permainan ini merupakan gambaran simulasi dari kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam oleh manusia. Kebijakan manusia dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan lingkungan sosial pengambil kebijakan. 9 2.6 Teori Penilaian Sumber daya Alam 1. Teori Naturalis Teori ini menjelaskan bahwa dalam melakukan pengelolaan sumber daya alam, manusia tidak boleh sampai menimbulkan kerusakan yang signifikan terhadap lingkungan. Segala sesuatu benda yang berada pada sebuah komunitas biotik memiliki hak untuk dijaga keberadaannya, keberlanjutannya, dan keindahannya. Selain itu, teori ini menjelaskan tentang bagaimana sumber daya alam tidak bisa dimanfaatkan secara sembarangan oleh manusia. 2. Teori Libertarian Teori ini menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya alam dapat dilakukan dengan baik dan lestari jika dikelola oleh manusia dengan kepemilikan individu yang jelas. Selain itu, menurut pencetus teori ini, Robert Nozick dalam Nozick (1974), pemberian hak secara individu akan membentuk kesejahteraan sosial secara keseluruhan karena kekayaan akan terdistribusi dengan baik melalui sistem pajak. Teori ini juga menjelaskan bahwa setiap individu dapat memanfaatkan sumber daya alam secara bebas untuk kesejahteraan manusia asalkan terdapat legalitas dan terjadi akad jual beli antara pemain dan pemerintah. 3. Teori Rawlsian Teori selanjutnya adalah teori Rawlsian yang dicetuskan oleh John Rawls dalam Rawls (1971). Teori ini merupakan kebalikan dari teori yang dikemukakan oleh Nozick meskipun terdapat kesamaan, yakni obyek utamanya adalah menyejahterakan manusia. Menurut teori ini, kesejahteraan sosial dalam teori ini hanya akan dapat dicapai jika pemanfaatan sumber daya alam dilakukan berdasarkan prinsip kepemilikan secara umum atau bersama sehingga keadilan sosial akan diperoleh melalui distribusi kekayaan yang merata. 10 4. Teori Utilitarian Teori ini dicetuskan oleh Davis Hume dan disempurnakan oleh Stuart Mill dalam Mill (1906). Teori ini menjelaskan bahwa pengelolaan sumber daya alam harus mempertimbangkan kesejahteraan secara sosial yang merupakan agregasi dari utilitas individu dengan mempertimbangkan kelestarian lingkungan. Teori ini termasuk kedalam teori ekonomi modern yang mengatakan bahwa sumber daya alam harus dimanfaatkan sebesar mungkin untuk kesejahteraan manusia dengan waktu selama mungkin.