BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Salah satu wujud dari pengelolaan pembangunan kota adalah penataan ruang kota yang berkaitan dengan perkembangan dan perubahan kota itu sendiri. Pemanfaatan lahan melalui pola tata guna lahan merupakan salah satu ciri dari pertumbuhan dan perkembangan kota. Semakin meningkatnya jumlah penduduk di suatu daerah maka mengakibatkan permintaan atas tanah di kota semakin tinggi, baik untuk memenuhi ruang pemukiman maupun untuk menampung kegiatan usaha ekonomi masyarakat. Akibatnya, persediaan tanah terbatas sehingga kekuatan pasar menjadi penentu nilai pasar. Melihat kondisi ini, peran pemerintah sangat diperlukan dalam mengelola tata ruang kota untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin bervariasi baik penduduk lokal maupun pendatang. Pusat perdagangan merupakan komponen penting bagi suatu kota karena kota pada umumnya banyak dicirikan dengan kegiatan perdagangan yang lebih menonjol dibandingkan dengan kegiatan-kegiatan, atau sektor-sektor lain yang mempengaruhi jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) suatu kota. Kondisi ini juga berlaku di Kota Bukittinggi sebagai pusat perdagangan regional untuk Provinsi Sumatera Barat. Kota Bukittinggi memiliki potensi yang cukup besar di sektor perdagangan dan pariwisata. Kota Bukittinggi banyak dikunjungi baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara. Hal ini yang mendorong masyarakat dalam 1 2 meningkatkan aktivitas ekonomi di sektor perdagangan. Banyaknya para pengunjung membuat Kota Bukittinggi menjadi pusat kegiatan perdagangan grosir dan eceran yang utama di Provinsi Sumatera Barat. Perkembangan Kota Bukittinggi sebagai kota pusat perdagangan sekaligus pariwisata memerlukan suatu ruang atau bangunan yang dilengkapi dengan sarana pendukung dalam menampung kegiatan ekonomi. Lokasi ini dapat dijadikan sebagai tempat dalam mengembangkan kreasi produk yang akan ditawarkan kepada para wisatawan. Searah dengan perkembangan ekonomi Kota Bukittinggi dan permintaan masyarakat akan suatu lahan untuk menampung kegiatan ekonomi, investasi sektor properti di Kota Bukittinggi juga mengalami peningkatan. Salah satu properti yang menjadi perhatian masyarakat dalam berinvestasi adalah properti ruko. Investasi properti ruko merupakan salah satu jenis income producing properties atau dapat dikatakan sebagai properti komersial yang menghasilkan pendapatan dalam bentuk sewa ruko. Selain itu, transaksi jual beli properti ruko di Kota Bukittinggi juga meningkat karena diyakini memiliki peluang dalam tingkat pengembalian yang menguntungkan. Menurut Mizan (2005) diperlukan ruang pertokoan yang memadai untuk menampung kegiatan perdagangan dalam memenuhi kebutuhan para pedagang, yang diperoleh dengan cara membeli atau dengan cara menyewa dalam jangka waktu yang telah disepakati antara pemilik toko dengan penyewa. Permintaan ruang dan infrastruktur terus meningkat seperti peningkatan ruang untuk kegiatan perindustrian, perkantoran, tempat tinggal (apartemen, kondominium dan perumahan), pusat perbelanjaan (pertokoan) dan rekreasi karena diakibatkan oleh 3 pertumbuhan kegiatan ekonomi penduduk yang tinggi pada sektor sekunder. Sejalan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya, baik penduduk lokal maupun penduduk pendatang, hal ini menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya perkembangan ruko yang cukup pesat di Kota Bukittinggi. Perkembangan pembangunan ruko dapat dilihat di sepanjang Jalan Diponegoro, Jalan Sudirman, Jalan Sultan Syahril dan sepanjang Jalan By Pass Kota Bukittinggi. Dalam kurung waktu 3 (tiga) tahun belakang ini, perkembangan ruko pada empat lokasi ini tumbuh pesat karena berada antara dua titik pusat pelayanan jasa dan perdagangan Kota Bukittinggi. Lahan yang sebelumnya merupakan persawahan, sekarang dialihfungsikan menjadi kawasan ruko yang didukung dengan akses jalan 2 (dua) arah. Selain itu, Kota Bukittinggi cukup strategis terhadap lintas regional, seperti lintasan dari Padang ke Medan dan lintasan dari Padang ke Pekanbaru. Melihat peluang ini, memberikan ide yang luas bagi investor dalam mengalokasikan dananya dengan mempertimbangkan keuntungan yang didapat dalam pengembangan investasi ini, apalagi didukung oleh lokasi yang stategis dan akses yang mudah. Pergeseran struktur ekonomi yang menitikberatkan pada sektor primer (pertanian, peternakan dan kehutanan) beralih kesektor sekunder (industri, jasa dan konstruksi) merupakan kondisi yang menunjukkan bahwa investasi lebih dominan berada di sektor industri dan jasa. Tingkat return yang dihasilkan menjadi indikator dalam melihat besarnya keuntungan yang dapat dihasilkan dari suatu investasi. Menurut Tandelilin (2010: 9) return merupakan suatu tingkat keuntungan yang diharapkan investor atas dana yang telah diinvestasikannya dan 4 sebagai ukuran dasar investor dalam memutuskan untuk melakukan investasi atau tidak. Nilai dari suatu aset investasi merupakan faktor utama bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Namun, masalah yang muncul dalam penentuan nilai properti ruko bagi pihak yang berkepentingan adalah diakibatkan karena informasi pasar yang tersedia sangat sedikit. Dalam pelaksanaan kegiatan penilai, terdapat beberapa metoda penilaian yang dapat digunakan oleh investor untuk memperoleh nilai aset yang mereka investasikan. Pendekatan pendapatan salah satu pendekatan penilaian properti yang dapat digunakan dalam penentuan nilai properti ruko melalui pendekatan kapitalisasi (capitalization approach). Tingkat kapitalisasi merupakan rasio antara pendapatan bersih operasi yang dihasilkan properti terhadap nilai atau harga jual properti tersebut. Hal ini juga dikemukakan oleh Trojanek (2010: 139) bahwa tingkat kapitalisasi di pasar properti mencerminkan rasio antara laba yang dihasilkan oleh properti (pendapatan operasi bersih atau pendapatan kotor) dengan harga transaksi. Tingkat kapitalisasi merupakan indikator nilai yang dapat menunjukkan gambaran mengenai kondisi suatu dana yang diinvestasikan dalam memberikan manfaat atau keuntungan bagi pemegang hak dari suatu aset investasi. Properti yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan pendapatan tahunan, hal ini menunjukkan tingkat kapitalisasi yang dihasilkan semakin rendah. Dalam metoda pendekatan pendapatan, tingkat kapitalisasi merupakan alat yang dapat digunakan dalam menggambarkan nilai manfaat dari aset yang diinvestasikan oleh para investor. Penerapan metoda pendekatan pendapatan 5 digunakan pada properti yang menghasilkan pendapatan yang berdasarkan pola pikir hubungan antara pendapatan dan nilai dari properti itu sendiri. Nilai yang dihasilkan bisa menjadi dua kondisi apabila penerapan yang tidak sesuai antara tingkat kapitalisasi dengan kondisi pasar yang sebenarnya yaitu nilai yang mengalami over value, di mana kondisi dari nilai yang dihasilkan berada di atas nilai pasar atau nilai sebenarnya. Selain itu, nilai yang dihasilkan juga dapat mengalami under value yaitu kondisi nilai yang dihasilkan berada di bawah nilai pasar atau nilai sebenarnya. Informasi tentang tingkat kapitalisasi properti ruko di Kota Bukittinggi yang berasal dari penelitian ilmiah belum pernah dilakukan sampai saat ini. Melihat kondisi perkembangan properti Kota Bukittinggi semakin meningkat setiap tahunnya, maka perlu dilakukan suatu analisis untuk mengetahui informasi mengenai tingkat kapitalisasi properti ruko di Kota Bukittinggi. Selanjutnya, informasi mengenai tingkat kapitalisasi yang diperoleh, dapat dimanfaatkan oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi properti ruko. Selain itu, informasi ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan para penilai dan investor untuk memahami bagaimana suatu tingkat kapitalisasi dapat terbentuk di pasar, sehingga nilai yang wajar dapat dihasilkan. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan permasalahan sebagai pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Berapa persen tingkat kapitalisasi properti ruko Kota Bukittinggi dalam menentukan nilai pasar yang wajar properti ruko? 6 2. Apakah terdapat perbedaan tingkat kapitalisasi properti ruko antara wilayah dekat pusat kota dengan wilayah yang jauh dengan pusat kota di wilayah penelitian? 3. Faktor–faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kapitalisasi properti ruko di Kota Bukittinggi? 1.3 Keaslian Penelitian Penelitian tentang tingkat kapitalisasi pada properti komersial yang menghasilkan pendapatan dan faktor–faktor yang mempengaruhinya secara umum telah banyak dilakukan. Frew dan Jud (2003) melakukan penelitian mengenai estimasi nilai proyek apartemen yang sangat penting untuk penilai, inverstor, penilai pajak dan pelaku pasar real estate lainnya. Penelitian ini menggunakan permodelan teknik hedonik untuk memperkirakan nilai sampel properti apartemen yang dijual pada tahun 1996-1999 di Oregon, Portland. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan nilai apartemen terjadi karena meningkatnya jarak dari pusat kota. Variasi harga apartemen yang diteliti meningkat dipengaruhi oleh variabel lokasi, amenitis, peningkatan ukuran apartemen dengan tingkat kapitalisasi sebesar 95 persen. Penurunan nilai apartemen dipengaruhi oleh usia bangunan yang semakin tua. Cherry dan Dick (2004) melakukan penelitian di Kota Shelby County, Tennesse. Penelitian yang dilakukan adalah tentang analisis tingkat kapitalisasi properti komersial (perkantoran, industri, apartemen dan hotel). Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menetapkan tingkat kapitalisasi properti komersial berdasarkan data transaksi pasar serta pendapatan dengan menggunakan 7 pendekatan yang sesuai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi penurunan rata–rata tingkat kapitalisasi secara signifikan selama 2 tahun terakhir sejak tahun 2001. Jonhson dan Vernooy (2004) melakukan penelitian dengan membuat model tingkat kapitalisasi properti yang hanya dipengaruhi oleh sewa kotor di Afrika Selatan. Penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis regresi sederhana dengan tujuan model estimasi regresi sederhana yang digunakan terhadap tingkat kapitalisasi yang diperoleh dapat mempermudah dalam menganalisis dan dapat diterapkan pada berbagai jenis properti lainnya. Mizan (2005) melakukan penelitian tentang tingkat kapitalisasi pertokoan dan faktor–faktor yang mempengaruhinya di Kota Palembang dengan menggunakan variabel-variabel yang dianggap memiliki pengaruh terhadap tingkat kapitalisasi yaitu luas bangunan, umur bangunan, tempo sewa, jarak ke pusat kota dan lokasi. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang digunakan dalam model penelitian memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat kapitalisasi pertokoan di Kota Palembang. McDonald (2008) melakukan penelitian tentang tingkat kapitalisasi, tarif diskonto dan pendapatan operasi bersih bangunan kantor Chicago. Menganalisis tingkat kapitalisasi untuk 132 bangunan kantor penjualan di pusat Kota Chicago 1996–2007 dengan menggunakan alat analisis deskriptif statistik dan analisis berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel perubahan tingkat hunian, tingkat bunga hipotek rill, luas yang disewakan, usia bangunan dan biaya 8 renovasi memiliki pengaruh yang positif terhadap tingkat kapitalisasi bangunan kantor sementara perubahan pekerja disektor keuangan berpengaruh negatif terhadap tingkat kapitalisasi bangunan perkantoran di Chicago. Hasil penelitian Thomas (2009) menunjukkan untuk menentukan nilai wajar setiap properti komersial, penjualan dan sewa dipilih dan disesuaikan dengan faktor ukuran, lokasi, usia dan kondisi. Tarif kapitalisasi pada properti komersial di Ukraina menurun dari 16 persen menjadi 7 persen diakibatkan harga jual meningkat. Trojanek (2010) melakukan penelitian tentang penerapan pendekatan pendapatan pada properti di Polandia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan pendapatan diterapkan dalam menghitung nilai pasar properti, yang dapat memperoleh atau mendapatkan penghasilan. Menghitung nilai pasar dengan penerapan pendekatan subjek berarti memperkirakan nilai pasar dari hak untuk menerima arus pendapatan yang tidak terbatas. Supardi (2012) melakukan penelitian tentang penerapan model penilaian alternatif pendekatan kapitalisasi pendapatan properti komersial, apartemen di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kapitalisasi pendapatan apartemen di Jakarta dengan rumus baru tidak berbeda signifikan. Selanjutnya, variabel jarak apartemen ke CBD yang digunakan dalam penelitian berpengaruh positif dan signifikan terhadap tingkat kapitalisasi, sedangkan variabel tingkat optimalisasi pengembangan lahan berpengaruh signifikan dengan arah negatif terhadap tingkat kapitalisasi. 9 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan sebelumnya terletak pada perbedaan wilayah objek penelitian. Penelitian ini dilakukan di Kota Bukittinggi, Provinsi Sumatera Barat dengan memilih 4 (empat) lokasi penelitian yang mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun belakangan ini. Perbedaan periode waktu penelitian dan variabel yang digunakan dalam penelitian adalah luas bangunan, luas parkir, umur bangunan, jumlah lantai, jarak properti dari pusat kota, tempo sewa dan lokasi sebagai dummy variable. 1.4 Tujuan Penelitian Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran tingkat kapitalisasi di masingmasing lokasi penelitian dan menganalisis faktor–faktor yang dianggap memiliki pengaruh terhadap tingkat kapitalisasi properti ruko di Kota Bukittinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. menganalisis tingkat kapitalisasi properti ruko Kota Bukittinggi dalam melihat nilai pasar yang wajar properti ruko; 2. menganalisis perbedaan tingkat kapitalisasi properti ruko antara wilayah dekat pusat kota dengan wilayah yang jauh dengan pusat kota di wilayah penelitian; 3. menganalisis faktor–faktor yang mempengaruhi tingkat kapitalisasi properti ruko di Kota Bukittinggi. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai tingkat kapitalisasi dalam menentukan nilai pasar properti ruko yang wajar dan faktor– 10 faktor yang mempengaruhi di Kota Bukittinggi. Manfaat dari penelitian ini sebagai berikut: 1. penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang tingkat kapitalisasi properti ruko di Kota Bukittinggi, sehingga pihak yang berkepentingan dalam investasi dapat mengambil keputusan yang baik dalam mengalokasikan dananya untuk berinvestasi pada properti ruko; 2. metoda dan hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi, pengetahuan dan dapat dijadikan sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya; 3. diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi dalam pengambilan kebijakan bagi Pemerintahan Kota Bukittinggi maupun lembaga swasta dan lembaga lainya yang terkait dengan penelitian yang dilakukan. 1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bab I merupakan pengantar penelitian yang terdiri dari latar belakang penelitian, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan dalam penelitian. Bab II merupakan bagian tinjauan pustaka dan alat analisis yang terdiri dari tinjauan pustaka, landasan teori, model penelitian dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian. Bab III merupakan bagian analisis data yang terdiri dari metoda penelitian yang dilakukan, perkembangan dan hubungan antarvariabel, hasil analisis data penelitian dan pembahasan. Bab IV merupakan bagian simpulan dan saran penelitian yang terdiri dari kesimpulan penelitian dan saran hasil penelitian.