1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan bahan dan teknologi bidang kedokteran gigi terus meningkat, baik berkaitan dengan teknik perawatan maupun alat dan bahan yang dipergunakan dalam perawatan. Salah satu teknologi yang berkembang adalah teknik dalam kontrol plak dan pembersihan pewarnaan ekstrinsik permukaan gigi. M etode pembersih yang menggunakan hembusan udara, air dan partikel abrasif (air polisher) merupakan metode yang mulai berkembang penggunaanya mencakup bidang periodontologi, konservasi dan ortodontik (Gerbo dkk., 1993). M etode air polisher pertama diperkenalkan dalam bidang kedokteran gigi pada tahun 1970, dipergunakan sebagai alat untuk me mbrsihkan pewarnaan ekstrinsik dan debris di permukaan gigi. Penelitian dan pengembangan metode air polisher terus berkembang sejak awal penggunaanya mencakup beberapa aspek, mulai dari alat, efektifitas dan efisiensinya. Saat ini beberapa jenis air polisher telah dikembangkan, baik dari alat maupun bahan abrasif yang dipergunakan (G utmann dan Everett, 1998). Air polisher menggunakan instrumen handpiece dan partikel abrasif yang dihembuskan bersama air serta udara bertekanan terhadap permukaan gigi. Energi kinetik dari partikel abrasif yang dihembuskan bersama udara dan air mengenai permukaan gigi sehingga pewarnaan ekstrinsik dan plak akan terlepas hal ini terjadi karena adanya proses abrasi dan erosi (Caren dkk.,1990). Partikel abrasif yang biasa digunakan adalah sodium bikarbonat. Sodium bikarbonat atau Natrium bikarbonat adalah senyawa kimia dengan rumus Na HCO 3 , 2 dalam penyebutannya sering disingkat menjadi bicnat. Senyawa ini termasuk kelompok alkaloid, berbentuk krista yang sering terdapat dalam sediaan serbuk dan larut dalam air. Sodium bikarbonat merupakan senyawa kimia yang sering dikenal sebagai baking soda atau soda pengem bang dalam pembuatan roti. Penggunaan sodium bikarbonat cukup luas, mencakup industri kimia, obat-obatan hingga penggunaan dalam rumah tangga sebagai bahan pembersih. Sodium bikarbonat merupakan mineral lunak dan larut dalam air. Sebagai bahan partikel abrasif dalam metode air polisher, penggunaannya efisien dan aman pada permukaan email yang sehat (Eduardo dan Roberta, 2012). Air polisher dapat membersihkan plak dan pewarnaan ekstrinsik dalam waktu yang lebih singkat bila dibandingkan dengan metode tradisional. Dalam bidang ortodontik, penggunaan diterapkan sebagai propilaksis permukaan email sebelum dilakukan pemasangan braket dan sebagai plak kontrol selama dalam masa perawatan menggantikan penggunaan pum ice dan rubber cup (Caren dkk.,1990). Perawatan ortodontik bertujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki malposisi gigi, fungsi dan estetika namun disisi lain dapat juga mengakibatkan keadaan yang kurang menguntungkan dari segi higienis dalam mulut. Komponen alat dan bahan dalam perawatan gigi, baik braket, kawat dan alat tambahan lainya dapat mengakibatkan peningkatan akumulasi plak dan debris sisa makanan (Gerbo dan Barnes, 1993). Alat ortodontik cekat memiliki 3 komponen utama yaitu braket sebagai komponen perantara antara gigi dan komponen aktif, kawat busur yang berfungsi 3 sebagai sum ber kekuatan dan band sebagai unit penjangkaran. Sifat fisik dan mekanik kawat busur ortodontik sangat dipengauhi bahan utama kawat. Kawat busur dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa kriteria, berdasarkan bahannya terdiri dari stainles steel, nikel titanium dan beta titanium. Berdasarkan bentuk penampangnya, dapat bulat atau persegi. Ukuran penampang kawat busur bulat yang biasa dipergunakan untuk perawatan ortodontik terdiri dari ukuran 0,012”, 0,014”, 0,016”, 0,018” hingga 0,022”. Untuk penampang persegi ukuran penampang 0,016” x 0,016”, 0,016”x 0,022”, 0,019”x 0,025” (Rahardjo,2009 ; William dkk., 1995). Selain bahan, sifat fisik dan mekanik kawat busur juga dipengaruhi oleh bentuk penampang dan ukuran diameter penampang kawat busur ortodontik. Dalam ukuruan penampang yang sama, kawat dengan bentuk bulat memliki elatisitas yang lebih besar jika dibandingkan dengan bentuk persegi (O’Brien, 2002). Bahan logam dalam perawatan kedokteran gigi beinteraksi sec ara terus menerus dengan cairan fisiologis dalam rongga mulut, terutama saliva, selain bahan kimia atau ion ion mineral dalam rongga mulut baik organik maupun non organik. Beragam jenis logam digunakan dalam perawatan ortodontik, seperti stainless steel, alloy cobalt chromium, nickel titanium, beta titanium dan lain-lain. Bahan logam dalam aplikasinya selama berada dalam rongga mulut dipengaruhi banyak faktor baik tekanan, perubahan kimia, perubahan suhu yang berasal dari makanan, minuman maupun bahan medikasi dalam perawatan gigi. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi bahan logam secara elektrokimia. Reaksi secara elektrokimia antara bahan logam dan lingkungan rongga mulut pembentukan dapat mengakibatka n disolusi atau senyawa kim ia. Proses kimiaw i, mekanik dan elektrokimia terjadi 4 secara simultan ini disebut tribocorotion. Proses ini mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi permukaan kawat busur karena adanya degradasi atau korosi yang terjadi dalam rentang waktu selama perawatan. Hasil scaning electron microscope pada permukaan kawat busur yang terbuat dari stainless steel, Cobalt chrom ium, Nicel titanium dan beta titanium menunjukkan adanya perubahan permukaan akibat proses korosi elektrokimiawi dalam saliva buatan. Permukaan kawat busur ortodontik dapat mengalami pitting corrosion pada lingkungan saliva rongga mulut. Korosi yang terjadi berupa pembentukan lubang lu bang kecil pada permukaan kawat (Chaturvedi dan Upadhayay, 2010 ). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Kaneko dkk., (2004), diketahui bahwa perubahan permukaan kawat busur dapat menyebabkan degradasi sifat mekanik. M enurut Walker dkk., (2007), terjadi penurunan busur ortodontik dari bahan stainless steel yang sifat mekanik kawat mengalami perubahan permukaan.Proses korosi terjadi pada band, braket dan kawat busur dari stainless o steel dan nikel titanium yang direndam dalam saliva buatan dalam temperature 37 C terjadi dalam dua minggu pertama (Barret, 1993). Degradasi sifat fisik dan mekanik logam dipengaruhi juga oleh adanya proses hydrogen embritlement yang dapat mengakibatkan menurunnya ductility atau kekenyalan bahan (Kaneko dkk., 2004). Pencegahan terhadap kemungkinan adanya efek kurang menguntungkan yang terjadi akibat adanya akumulasi plak dan debris dalam jangka panjang selama masa perawatan ortodontik harus diperhatikan, sehingga perlu dilakukan pembersihan plak secara berkala pada waktu kontrol perawatan. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah menggunakan air polisher sebagai alat bantu dalam 5 melakukan pembersihan dengan pertimbangan efisensi waktu dan efektifitas dalam membersihkan plak (Gerbo dan Barnes, 1993). Penggunaan air polisher pada pasien perawatan ortodontik alat cekat, meskipun efisien, namun dapat mengakibatkan efek yang kurang menguntungkan. M enurut Willmes dkk., (2009), penggunaan mengakibatkan perubahan morfologi permukaan terjadinya metode air polisher dapat kawat busur dan braket,yaitu kekasaran permukaan. Kekasaran permukaan braket dan kawat busur terjadi akibat adanya abrasi pada permukaan akibat hembusan partikel abrasif yang dipergunakan. M enurut menggunakan air polisher Jorge dkk., (2012), lama waktu penyemporotan mempengaruhi besarnya kerusakan permukaan braket. Friksi antara kawat dan braket lebih besar terjadi pada kawat dan braket yang disemprot menggunakan sodium bikarbonat dengan waktu yang lebih lama. B. Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang masala h tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat perbedaan daya lenting kawat busur ortodontik antara yang disemprot dengan yang tidak disemprot menggunakan air polisher setelah direndam dalam saliva buatan. 2. Apakah terdapat perbedaan daya lenting kawat busur ortodontik antara Stainless steel dan Nikel titanium setelah menggunakan air polisher direndam dalam saliva buatan dan disemprot 6 3. Apakah Terdapat perbedaan daya lenting kawat busur ortodontik antara sebelum dan setelah dilakukan pengulangan perendaman dan peyemprotan pada hari ke 15 dan 30. 4. Apakah terdapat interaksi antara penggunaan air polisher, jenis kawat busur, dan waktu perendaman terhadap daya lenting kawat busur ortodontik. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan air polisher tehadap daya lenting kawat busur ortodontik setelah direndam dalam saliva buatan 2. Untuk mengetahui pengaruh pengulangan penggunaan air polisher terhadap daya lenting kawat busur stainless steel dan nikel titanium setelah direndam dalam saliva buatan. 3. Untuk mengetahui pengaru h waktu perendaman dalam saliva buatan terhadap daya lenting kawat busur ortodontik setelah dilakukan peyemprotan dengan air polisher. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian diharapkan dapat dim anfaatkan : 1. M emberi tambahan informasi mengenai penggunaan air polisher pada pembersihan plak dalam perawatan ortodontik serta pengaruhnya terhadap sifat mekanis kawat busur stainless steel dan nikel titanium . 2. Sebagai bahan pertimbangan penggunaan air polisher dalam bidang ortodontik. 7 E. Keaslian Penelitian Beberapa penelitian telah dilakukan untuk mengetahui efek yang terjadi akibat penggunaan air polisher dalam bidang ortodontik. Wilmes dkk., (2009) melakukan penelitian pengaruh penggunaan air polisher terhadap permukaan alat ortodontik cekat. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya kekasaran permukaan pada braket. Eduardo dan R oberta (2012), melakukan penelitian pengaruh penggunaan air polisher dengan sodium bikarbonat sebagai partikel abrasif terhadap permukaan braket keramik dan stainless steel. Hasil penelitian menunjukkan terjadinya peningkatan perubahan morfologi permukaan pada kedua jenis braket dan terj adi peningkatan friksi an tara braket dan kawat busur. Sepengetahuan penulis, penelitian pengaruh penggunaan air polisher dengan bahan abrasif sodium bikarbonat terhadap sifat mekanis kawat busur ortodontik yang telah direndan dalam saliva buatan khususnya daya lenting kawat belum pernah dilakukan.