bab i pendahuluan

advertisement
 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Bank adalah suatu lembaga keuangan yang mempunyai peranan
sebagai tempat menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya
kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit(Abdullah, 2004;17).
Di Indonesia sistem perbankan yang digunakan adalah dual banking
system dimana beroperasi dua jenis usaha bank yaitu bank syariah dan
bank konvensional. Bank konvensional mengenal sistem bunga,
sehingga profit yang didapat bersumber dari bunga tersebut. Sedangkan
pada bank syariah tidak mengenal sistem bunga, sehingga profit yang di
dapat bersumber dari bagi hasil dengan pelaku usaha yang
menggunakan dana dari bank syariah serta investasi dari bank syariah
sendiri (Antonio, 2001).
Sebagai lembaga mediasi sektor keuangan, bank memiliki peran
penting dalam perekonomian. Mediasi keuangan pada sektor perbankan
tentu sangat penting bagi setiap negara termasuk Indonesia. Mediasi
sektor keuangan tentu juga terkait dengan efisiensi pada perekonomian.
Penelitian Levine menunjukkan bahwa efisiensi pada sektor keuangan
akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Dengan demikian apabila
perekonomian suatu negara berkembang lebih cepat maka semakin baik
tingkat mediasi suatu perbankan dalam pengumpulan serta penyaluran
dananya.
Struktur perbankan yang sehat dan operasional yang efisien
merupakan inti dari semua permasalahan perbankan, karena baik
buruknya industri perbankan akan banyak ditentukan oleh baik tidaknya
struktur yang dibuat dan kebijakan yang efisien, disamping perlu
adanya fungsi pendukung yang lain, seperti pengawasan dan pengaturan
yang efektif. Munculnya perbankan syariah, dapat mendorong dan
mempercepat kemajuan ekonomi suatu masyarakat dengan melakukan
kegiatan perbankan (financial), komersial, dan investasi sesuai dengan
prinsip Islam.
Perkembangan bank syariah di Indonesia juga telah mendapatkan
perhatian tersendiri, dengan dikeluarkannya cetak biru pengembangan
bank syariah di Indonesia oleh Bank Indonesia. Perkembangan
perbankan syariah di Indonesia menunjukkan arah peningkatan.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: aset,
dana pihak ketiga (DPK), dan pembiayaan.
PT.
Bank
Syariah
Mandiri
hadir
sebagai
bank
yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang
melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai
rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT. Bank Syariah
Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
Berdasarkan laporan keuangan PT. Bank Syariah Mandiri dapat
diketahui bahwa ROA pada tahun2007 sebesar 1,31%. ROA tersebut
meningkat signifikan dibandingkan tahun 2006 yaitu sebesar 1,00%.
Bahkan apabila dibandingkan 2010, mencapai 1,73% , ROA tersebut
meningkat 0,73 % selama 5 tahun (http://www.syariahmandiri.co.id)
Mencermati perkembangan perbankan syariah di Indonesia,
tidaklah lengkap apabila tidak disertakan kondisi perbankan di
Indonesia pada masa krisis moneter dan finansial yang melanda banyak
negara pada 1998 dan 2008 lalu. Krisis yang melanda bangsa Indonesia,
menjadi awal terpuruknya sebuah negara dengan kekayaan alam yang
melimpah ini. Dari awal 1998, Indonesia terus mengalami kemerosotan,
terutama dalam bidang ekonomi. Nilai tukar semakin melemah, inflasi
tak terkendali, juga pertumbuhan ekonomi yang kurang berkembang di
negara ini.
Pada masa krisis moneter perbankan mengalami goncangan
yang hebat baik dalam aspek pendanaan, likuiditas maupun penyaluran
kredit. Sebagai konsekuensi dari krisis moneter ini, Bank Indonesia
pada tanggal 14 Agustus 1997 terpaksa membebaskan nilai tukar rupiah
terhadap valuta asing, khususnya dollar AS, dan membiarkannya
berfluktuasi secara bebas (free floating) menggantikan sistem
managedfloating yang dianut pemerintah sejak devaluasi Oktober 1978.
Dengan demikian Bank Indonesia tidak lagi melakukan intervensi di
pasar valuta asing untuk menopang nilai tukar rupiah, sehingga nilai
tukar ditentukan oleh kekuatan pasar semata. Nilai tukar rupiah
kemudian merosot dengan cepat dan tajam dari rata-rata Rp 2.450 per
dollar AS Juni 1997 menjadi Rp 13.513 akhir Januari 1998, namun
kemudian berhasil menguat kembali menjadi sekitar Rp 8.000 awal Mei
1999.
Merosot nilai tukar dari fenomena tersebut memicu bank untuk
menaikkan suku bunga simpanan dan suku bunga kreditnya. Akibatnya
bank-bank konvensional mengalami negative spread, yaitu bunga kredit
lebih kecil dibandingkan dengan bunga simpanan, dan juga mengalami
kesulitan likuiditas untuk membayar bunga deposito sedangkan
pinjaman yang tersalurkan sangat sedikit karena para pengusaha tidak
sanggup membayar tingginya suku bunga kredit dan kalaupun pinjaman
dapat tersalurkan maka potensi timbulnya kredit bermasalah sangat
besar (Abdullah, 2004).
Salah satu variable makro ekonomi yang sangat berpengaruh
terhadap kinerja perbankan syariah adalah inflasi. Inflasi adalah suatu
proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus
(kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan
oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,
berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan
spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran
distribusi barang.
Inflasi dalam kondisi tertentu dibutuhkan dalam perekonomian dan
dalam kondisi tertentu justru berbahaya bagi sebuah perekonomian
terutama jika tingkat inflasi itu tidak stabil. Inflasi merupakan cerminan
kenaikan harga-harga. Kenaikan harga barang dan jasa berarti
peningkatan pemasukan bagi produsen. Ketika beban akibat kenaikan
harga bahan produksi lebih kecil dari harga penjualan hasil produksi,
maka perusahaan mengalami peningkatan profitabilitas. Akan tetapi,
ketika kenaikan harga barang dan jasa direspon dengan penurunan
konsumsi, maka akan menurunkan penjualan barang dan jasa yang
kemungkinannya berdampak pada penurunan profitabilitas perusahaan.
Bagi produsen yang melakukan pinjaman kredit ke bank, hal ini akan
berdampak pada kesulitan pengembalian pokok pinjaman maupun
bunga pinjaman terhadap bank. Maka hal tersebut akan berdampak pula
terhadap profitabilitas bank.
Bank
Indonesia
memiliki
tujuan
untuk
mencapai
dan
memelihara kestabilan nilai rupiah, sebagaimana tercantum dalam UU
No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud
dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap
harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk
mencapai tujuan tersebut, Bank Indonesia melakukan kebijakan
moneter melalui penetapan sasaran moneter, seperti uang beredar atau
suku bunga, dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang
ditetapkan oleh pemerintah.
Untuk mengatasi kesulitan likuiditas perbankan nasional, Bank
Indonesia dan pemerintah melakukan dua pendekatan yakni melikuidasi
atau menutup bank-bank kecil dan menyita asset yang dimilikinya
sebagai kompensasi dari hutang-hutang yang mereka miliki, dan bagi
bank-bank yang memiliki kapitalisasi besar, Bank Indonesia dan
pemerintah memberikan bantuan berupa Bantuan Likuiditas Bank
Indonesia (BLBI).
Pada perkembangan selanjutnya, semakin membaiknya kondisi
perekonomian Indonesia ditandai dengan perubahan indikator makro
yang relatif tidak seburuk masa krisis, bank konvensional pun
mengalami dampak positif dengan membaiknya beberapa kinerja rasio
keuangannya. Demikian pula bank syariah, walaupun belum terlalu
membooming tetapi prospek bank syariah akan mengalami kenaikan
dari waktu ke waktu.
Sebagai pelaku dalam perekonomian di Indonesia, bank syariah
dan bank konvensional dalam praktiknya tetap menghadapi risiko
sistematis akibat fluktuasi variabel makro ekonomi yang mempengaruhi
kinerja bank tersebut. Salah satu variabel makro tersebut adalah Produk
Domestik Bruto (PDB). Menurut Samuelson (2004:112) Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah jumlah output total yang dihasilkan
dalam batas wilayah suatu negara dalam satu tahun. Produk Domestik
Bruto (PDB) mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di
wilayah suatu negara tanpa membedakan kewarganegaraan pada suatu
periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Produk Domestik Bruto
(PDB) juga dapat digunakan untuk mempelajari perekonomian dari
waktu ke waktu atau untuk membandingkan beberapa perekonomian
pada suatu saat. Pendapatan per kapita/tahun biasanya digunakan
sebagai salah satu indikator akhir dalam melihat kemajuan pertumbuhan
perekonomian suatu negara. Pendapatan per kapita ini diperoleh dengan
membagi pendapatan nasional (GNP atau GDP) dengan jumlah
penduduk di suatu negara. Perubahan variabel ekonomi makro ini
disamping dapat berpengaruh terhadap kegiatan perekonomian juga
dapat berdampak terhadap kinerja perbankan syariah tersendiri.
Selama tiga tahun dari 2005, 2006, dan 2007 perekonomian
Indonesia tumbuh cukup signifikan (rata-rata di atas 6%), menjadikan
Indonesia saat ini secara ekonomi cukup dipertimbangkan oleh
perekonomian dunia. Pada tahun 2008 pendapatan per kapita Indonesia
sudah meliwati US$ 2.000. Dan pada tahun 2009, Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia ditetapkan di atas angka 5.000 triliun Rupiah
atau setara dengan US$ 555 milyar. Angka-angka ini cukup mendukung
estimasi bahwa pada tahun 2015 Indonesia sudah menjadi salah satu
raksasa ekonomi dunia dengan Produk Domestik Bruto (PDB) di atas
US$ 1 triliun. Namun masih banyak hambatan yang dihadapi oleh
perekonomian Indonesia untuk menuju kesana, misalnya; tingginya
inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya harga energi dunia (sudah
menyentuh 11,,%), belum optimalnya kedatangan FDI ke Indonesia,
dan belum optimalnya peranan APBN sebagai stimulus ekonomi
(belum ekspansif).
Berdasarkan penjelasan diatas muncul pertanyaan apakah
variabel
makro
ekonomi
diatas
memang
cukup
signifikan
mempengaruhi kinerja perbankan syariah? Serta sejauhmana pengaruh
tersebut? Efisiensi perbankan syariah lintas negara menunjukkan
gambaran menarik, yaitu besarnya inflasi dan pendapatan nasional
suatu negara dapat meningkatkan efisiensi praktik operasional bank
syariah yang cukup baik dan membawa pengaruh positif bagi upaya
menggerakkan perekonomian. Selain itu, kinerja perbankan syariah
menarik untuk diteliti lebih dalam, terlebih penelitian-penelitian
tersebut masih sedikit dilakukan. Berdasarkan parameter kinerja yaitu
efisiensi perbankan syariah tersebut, penulis tertarik mengambil judul “
Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Produk Domestik Bruto (PDB)
terhadap Kinerja Bank Syariah Mandiri Periode 2008-2010 “
1.2 Rumusan dan Batasan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis akan
membatasi pembahasan pada 4 pokok masalah permasalahan terkait
saja, yaitu:
1.
Bagaimana kinerja PT. Bank Mandiri Syariah periode 2008-2010 ?
2.
Apakah tingkat inflasi di Indonesia berpengaruh terhadap kinerja
PT.Bank Mandiri Syariah periode 2008-2010 ?
3.
ApakahProduk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia berpengaruh
terhadap kinerja PT. Bank Syariah Mandiri periode 2008-2010 ?
4.
Apakah tingkat inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia berpengaruh secara bersama-sama terhadap kinerja
PT.Bank Mandiri Syariah periode 2008-2010 ?
1.2.2 Batasan masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya penelitian yang dilakukan,
maka penulis memfokuskan dan membatasi permasalahan yaitu sebagai
berkut:
1.
Indikator perekonomian makro Indonesia yang digunakan adalah
data inflasi bulanan yang dihitung berdasarkan Indeks Harga
Konsumen (IHK) dan tingkat Produk Domestik Bruto (PDB).
2.
Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah
return on assets (ROA) yang menunjukkan rasio profitabilitas.
3.
Penelian ini dilakukan pada PT. Bank Mandiri Syariah.
4.
Data yang digunakan adalah data sekunder yang bersumber dari
Bank Indonesia dan Biro Pusat Statistik, serta data bulanan laporan
keuangan PT. Bank Syariah Mandiri periode Januari 2008 hingga
Desember 2010.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari
penelitian ini adalah:
1.
Untuk mengetahui kinerja PT. Bank Syariah Mandiri periode 20082010,
2.
Untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi di Indonesia terhadap
kinerja PT. Bank Syariah Mandiri periode 2008-2010,
3.
Untuk mengetahui pengaruh Produk Domestik Bruto (PDB) di
Indonesia terhadap kinerja PT. Bank Syariah Mandiri periode
2008-2010,
4.
Untuk mengetahui tingkat inflasi dan Produk Domestik Bruto
(PDB) terhadap kinerja PT.Bank Mandiri Syariah periode 2008-
2010 secara bersama-sama.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
1.
Bagi penulis pribadi, penelitian ini sebagai salah satu syarat
mendapat gelar sarjana sains terapan pada jurusan Akuntansi,
program studi Keuangan Syariah, dan juga menambah pengetahuan
dan pengalaman penulis agar dapat mengembangkan dan
mengaplikasikan
ilmu
yang
diperoleh
selama
mengikuti
perkuliahan di program studi Keuangan Syariah perguruan tinggi
Politeknik Negeri Bandung.
2.
Bagi bank syariah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah
satu bahan pertimbangan dalam rangka memperhatikan dan
mengantisipasi berbagai faktor makro ekonomi yang dapat
mempengaruhi kinerja keuangan bank syariah, khususnya kinerja
PT. Bank Syariah Mandiri dan dunia perbankan syariah pada
umumnya.
3.
Bagi ilmu pengetahuan, penelitian ini diharapkan dapat menambah
kepustakaan dan bermanfaat bagi akademisi lain sebagai bahan
kajian untuk penelitian selanjutnya
Download