Phaseolus vulgaris L.

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Informasi Mengenai Buncis Secara Umum
Buncis (Phaseolus vulgaris L.) merupakan tanaman sayuran yang berasal dari
Amerika. Buncis merupakan tanaman musim panas yang memiliki tipe
pertumbuhan membelit dan merambat. Menurut Rubatzky dan Yamaguchi
(1998), selain bentuk merambat, ada juga bentuk kerdil determinate dan
indeterminate. Tipe merambat indeterminate dan tegak memiliki percabangan
yang lebih banyak dan, dengan jumlah buku pembungaan lebih banyak, memiliki
potensial hasil yang lebih besar. Bentuk semak determinate merupakan tipe
buncis yang pendek beberapa jenis tipe ini memiliki ciri tinggi yang tidak lebih
tinggi dari 60 cm. Daun pada tanaman buncis beranak-daun-tiga menyirip.
Kultivar yang ada pada pertanaman buncis sekarang ini memiliki daun kecil
sehingga meningkatkan penetrasi cahaya ke dalam kanopi tanaman, khususnya
untuk penanaman yang sangat rapat. Bunga tanaman buncis berukuran besar dan
mudah terlihat, berwarna putih, merah jambu, atau ungu. Bunga pada tanaman
buncis merupakan bunga sempurna, menyerbuk sendiri dan jarang terjadinya
persilangan terbuka, memiliki 10 benang sari, 9 diantaranya menyatu membentuk
tabung yang melingkupi bakal buah panjang, dan satu benang sari teratas terpisah
dari yang lain. Polong pada tanaman ini hampir selalu memanjang, bukan sekadar
13
membesar, panjangnya berkisar dari 8 hingga 20 cm atau lebih, dengan lebar
mulai kurang dari 1 cm (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998).
2.2 Pengertian Viabilitas dan Vigor Benih
Benih memiliki ciri utama jika dibedakan dengan biji, kalau benih memiliki daya
hidup yang disebut dengan viabilitas. Namun, apa pun fungsi suatu benih,
senantiasa mendambakan benih vigor, tidak sekadar benih yang hidup (viable).
Benih yang vigor akan menghasilkan produk di atas normal kalau ditumbuhkan
pada kondisi optimum. Benih vigor yang mampu menumbuhkan tanaman normal
pada kondisi alam suboptimum dikatakan memiliki kekuatan tumbuh (Sadjad,
Murniati, dan Ilyas, 1999). Pengertian viabilitas secara tidak langsung menurut
Sadjad ialah sama dengan gejala hidup. Namun, fenomena tumbuh benih bukan
merupakan satu-satunya parameter untuk menandakan gejala hidup. Gejala hidup
sudah dapat terlihat dari hasil proses metabolisme, yaitu berupa peningkatan laju
pernapasan benih. Gejala metabolisme yang segera tampak sesudah hidrasi
terjadi oleh proses imbibisi ialah perombakan bahan-bahan cadangan dalam benih
(Sadjad, 1994).
Viabilitas benih menurut Mugnisjah (1990) ialah daya hidup benih yang dapat
ditunjukkan oleh gejala metabolisme atau gejala pertumbuhannya atau
metabolismenya. Menurut Pramono (2011), viabilitas benih adalah daya hidup
benih yang ditunjukkan aktif secara metabolik dan memiliki enzim yang dapat
mengkatalisa reaksi metabolik yang diperlukan untuk pertumbuhan kecambah.
Viabilitas benih saat diproduksi, dipengaruhi oleh beberapa faktor: 1. ketersediaan
14
air, 2. ketersediaan hara, 3. serta kondisi dan keadaan lingkungan yang
mendukung. Viabilitas benih merupakan salah satu penentu mutu fisiologis
benih dan ditentukan oleh daya berkecambah dan vigor benih. Daya berkecambah
mencerminkan kemampuan benih untuk dapat tumbuh dan berkembang dalam
lingkungan yang suboptimum. Sedangkan vigor benih merupakan indikasi
viabilitas benih yang menunjukkan benih kuat tumbuh di lapangan dalam kondisi
yang tidak ideal. Sifat-sifat benih yang bervigor baik mencakup dua faset, yaitu
memiliki kekuatan tumbuh yang tinggi dan memiliki daya simpan yang tinggi.
Deteksi viabilitas benih yang didasarkan kebocoran elektrolit dari sejumlah benih
termasuk metode tidak langsung. Pertumbuhan kecambah atau bibit pada
pendeteksian viabilitas disebut indikasi viabilitas langsung, sedangkan indikasi
aktivitas enzim, disebut viabilitas tidak langsung (Sadjad, 1994).
Dimensi waktu dalam viabilitas benih menurut Sadjad (1994) dapat diartikan
untuk menggambarkan kecenderungann jalannya proses-proses metabolisme yang
diamati melalui pendekatan fisiologi atau biokimiawi benih contohnya mengenai
pertambahan berat struktur embrio, itensitas respirasinya, atau pembentukan asam
fitat yang terjadi selama Periode I (Periode Pembangunan Benih). Periodisasi
viabilitas juga berfungsi sebagai parameter viabilitas benih, bukan hanya sekadar
menjabarkan proses viabilitas benih pada seri waktu, yaitu menjabarkan status
viabilitas benih secara absolut dan simulatif (Sadjad, 1994).
15
2.3 Pengertian Perkecambahan
Perkecambahan (Bewley dan Black, 1994) adalah memulai dengan pengambilan
air oleh benih (absorpsi) dan mengakhiri dengan dimulainya pemanjangan oleh
poros yang berkenaan dengan janin, yang pada umumnya disebut dengan calon
akar. Menurut analis benih pengertian perkecambahan adalah muncul dan
berkembangnya struktur-struktur esensial dari embrio benih yang untuk dari jenis
benih tersebut menunjukkan kemampuan untuk membentuk tanaman normal yang
favourable (Pramono, 2011). Kebanyakan tumbuhan mencurahkan sebagian
besar biomassanya pada tajuk sehingga penyerapan garam mineral sebagian
dikendalikan oleh aktivitas tajuk (Frank & Cleon, 1995). Air dalam
perkecambahan benih memegang peranan penting. Air dalam benih digunakan
untuk aktivasi enzim, penguraian, translokasi, dan penggunaan bahan-bahan
cadangan makanan. Tanpa adanya air, tumbuhan tidak bisa melakukan berbagai
macam proses kehdupan apapun kira-kira 70% atau lebih daripada berat
protoplasma sel hidup terdiri dari air (Sadjad, 1993). Air memiliki tetapan
dielektrik yang sangat tinggi sehingga memiliki kemampuan yang sangat besar
sebagai pelarut senyawa polar (Rochmah, 2006)
2.4 Penderaan Secara Kimiawi dengan Etanol
Uji pengusangan cepat merupakan salah satu uji vigor daya simpan benih.
Uji tersebut tergolong dalam metode uji vigor benih dengan lingkungan
suboptimum, tetapi lingkungan tersebut diberikan sebelum benih dikecambahkan.
16
Uji ini bermanfaat untuk menduga berapa lama lagi benih dapat disimpan
sehingga sangat berguna bagi produsen, pedagang atau penyalur benih.
Etanol adalah sejenis cairan tidak berwarna yang mudah menguap, memiliki
aroma yang khas, dan termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal. Alkohol
digunakan sebagai pelarut dan regensia dalam laboratorium. Alkohol berbobot
molekul rendah larut dalam air. Kelarutan dalam air tersebut langsung disebabkan
oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Etanol memiliki kelarutan dalam air
tidak terhingga (Fessenden dan Joan, 1990).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pian (1981), diketahui bahwa etanol
dapat menurunkan kualitas benih yaitu mendenaturasi protein dan
mengendapkannya. Konsentrasi etanol yang tidak terlalu tinggi dan suhu rendah
etanol dapat mengendapkan protein serta enzim tanpa pengaruh buruk denaturasi
(Pian, 1981).
2.5 Identifikasi Kemunduran Benih
Kemunduran benih adalah suat proses perubahan yang terjadi dalam benih, yaitu
perubahan yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) yang berakibat
menurunnya viabilitas dan berakhir pada kematian benih. Konsep umum
kemunduran benih yang disampaikan oleh Delouche (1973) dalam Pramono
(2011): 1) kemunduran benih adalah proses yang tidak dapat dihindari/terelakkan
(ineroxable). Laju kemunduran dapat ditahan dengan cara menyimpan benih pada
suhu optimum. (2) Kemunduran benih adalah proses yang tidak dapat balik
17
(irreversible). Sekali benih mengalami kemunduran, proses anabolik tidak dapat
balik. Selain proses kemunduran benih, gejala kemunduran benih secara
fisiologis ditandai dengan menurunnya aktivitas enzim yang berhubungan dengan
perombakan cadangan makanan, adanya penurunan konsumsi O2, CO2, dan
produksi ATP, terjadinya peningkatan bocoran metabolit, meningkatnya
kandungan asam lemak bebas. Gejala performansi dapat ditunjukkan dengan
penurunan laju perkecambahan dan daya simpan (Pramono, 2011).
Download