ANALISIS LAPORAN KEUANGAN FISKAL

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Pajak
1. Pengertian Pajak
Mohammad, (2007;3) mendefinisikan pajak sebagai berikut :
Pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara (yang dapat dipaksakan)
yang terhutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturanperaturan umum (undang-undang) dengan tidak mendapat prestasi
kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Definisi tersebut dapat dikembangkan menjadi :
Pajak adalah peralihan kekayaan dari sektor swasta ke sektor publik
berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat
imbalan yang secara langsung dapat ditunjukkan, yang digunakan untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum dan yang digunakan sebagai alat
pendorong, penghambat atau pencegah untuk mencapai tujuan yang ada di
luar bidang keuangan Negara.
Dalam undang-undang No. 28 Tahun 2007 mendefinisikan :
Pajak adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan Negara dan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
5
2. Ketentuan Umum Perpajakan
Sesuai dengan pasal 1 undang-undang nomor 6 tahun 2000, terdapat
beberapa pengertian yang terkait dengan ketentuan umum pajak yang diatur
dalam KUP antara lain sebagai berikut:
a. Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menurut ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan ditentukan untuk melakukan
kewajiban perpajakan, termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak.
b. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik Negara atau
daerah dengan nama dan dalam bentuk apapun, persekutuan, firma,
kongsi, koperasi, yayasan , lembaga, dana pension, bentuk usaha tetap,
serta bentuk badan usaha lainnya.
c. Masa pajak adalah jangka waktu yang lamanya sama dengan satu bulan
takwim kecuali ditetapkan lain oleh menteri keuangan.
d. Tahun pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim atau tahun kalender,
kecuali bila wajib pajak menggunakan tahun buku yang tidak sama dengan
tahun takwim.
e. Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat,
dalam masa pajak, dalam tahun pajak, atau dalam bagian ntahun pajak
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
6
3. Konsep Pajak Penghasilan (PPh)
Konsep Pajak Penghasilan dapat dibagi menjadi tiga, yaitu konsep
penghasilan (concept of income), konsep penghasilan global (world wide
income) dan konsep self assessment.
1. Konsep Penghasilan (Concept of Income)
Sesuai konsep accreation, penghasilan timbul bila ada tambahan
kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh Subjek Pajak
dengan nama dan bentuk apapun. Dalam hal ini penghasilan dapat timbul
dari kegiatan usaha (business profit), pekerjaan(employment income),
modal (capital income) dan lain-lain (other income).
2. Konsep Penghasilan global (World Wide Concept)
Sebagai Negara yang berdaulat, suatu Negara memiliki kewenangan untuk
menentukan cakupan hak pemajakannya atas penghasilan yang diterima
atau diperoleh oleh penduduknya (resident tax payers) maupun bukan
penduduknya
(non
resident
taxpayer)
yang
timbul
di
wilayah
jurisdiksinya.
Apabila hak pemajakannya diberlakukan atas penghasilan global, maka
disebut konsep pemajakan penghasilan global (world wide income
concept). Sebaliknya, apabila hak pemajakannya dibatasi hanya atas
penghasilan yang timbul dari wilayah jurisdiksinya, maka hal ini disebut
territorial income concept.
Jika kita melihat implementasi kedua konsep ini dalam ketentuan PPh kita,
maka world wide income concept berlaku terhadap Wajib Pajak dalam
7
negeri, sedangkan territorial income concept berlaku terhadap wajib pajak
luar negeri.
3. Konsep Self Assessment
Sesuai self assessment, besarnya pajak terutang dihitung sendiri oleh
Wajib Pajak dan kemudian dilaporkan dengan mengisi SPT. Untuk
memberikan kepastian hukum (legal certainty), jumlah pajak yang
terutang yang dilaporkan tersebut dianggap benar. Sebelumnya Indonesia
pernah menerapkan official assessment system dimana besarnya pajak
yang terutang ditetapkan oleh fiskus.
B. Pengertian Akuntansi dan Pembukuan Bagi Perpajakan
1. Pengertian Akuntansi
Peranan akuntansi dalam dunia bisnis sangat penting karena akuntansi
memberikan informasi yang dapat digunakan manajer untuk menjalankan
operasi perusahaan. Akuntansi juga memberikan informasi kepada pihakpihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja ekonomi dan kondisi
perusahaan.
Definisi akuntansi pada dasarnya dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari
segi prosesnya dan dari segi fungsinya.
Dari segi prosesnya, “Akuntasi adalah proses identifikasi, pengukuran,
pencatatan, penggolongan, pelaporan, dan penganalisisan transaksitransaksi keuangan suatu organisasi secara sistematis”Munawir(2002:7),
sedangkan dari segi fungsinya, Akuntansi adalah alat komunikasi antara
informasi akuntansi suatu organisasi dengan pihak manajemen dan pihakpihak yang berkepentingan di luar organiasasi atau perusahaan”
Munawir(2002:7).
8
Dari kedua definisi tersebut, definisi akuntansi secara umum menurut
Munawir (2002:7) sebagai berikut :
Akuntansi adalah suatu system yang mengukur aktivitas bisnis,
memproses
informasi-informasi
menjadi
suatu
laporan,
dan
mengkomunikasikan temuan-temuan tersebut kepada pengambil
keputusan.
Perbedaan
akuntansi
keuangan
dengan
akuntansi
pajak
menurut
Mohammad (2005:18), yaitu sebagai berikut :
Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang berfungsi menyajikan
informasi kuantitatif mengenai suatu entitas ekonomi sebagai dasar
untuk mengambil suatu keputusan ekonomis terhadap beberapa
alternative yang tersedia, sedangkan akuntansi pajak merupakan
bagian dari akuntansi yang berhubungan dengan penyajian informasi
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan.
Informasi kuantitatif yang dikategorikan sebagai informasi akuntansi,
apabila informasi kuantitatif tersebut dapat diukur dan dinyatakan dalam
bentuk uang. Data berkenaan dengan umur pegawai, lamanya pengalaman
kerja, walaupun termasuk dalam informasi kuantitatif, akan tetapi tidak
dapat dikategorikan sebagai informasi akuntansi, karena tidak dapat diukur
dengan uang.
Fungsi akuntansi bagi perpajakan yaitu sebagai alat yang digunakan
untuk penentuan besarnya pajak yang terutang, oleh karena akuntansi
pajak ditujukan untuk menyajikan informasi yang berkenaan dengan
perpajakan, maka metode, prosedur, dan teknik pembukuannya sangat
dipengaruhi
oleh
perpajakan,maka
ketentuan
apabila
peraturan
dianggap
perlu
perundang-undangan
perusahaan
harus
menyelenggarakan pembukuan secara terpisah untuk tujuan pajak. Namun
dalam praktek, sebagian besar perusahaan hanya menyelenggarakan satu
9
pembukuan, dan untuk menentukan besarnya laba kena pajak dilakukan
dengan cara melakukan koreksi fiskal positif maupun koreksi fiskal
negative terhadap laba akuntansi.
2. Pengertian Pembukuan
Pengertian dari Pembukuan menurut Undang-Undang Perpajakan No. 16
Tahun 2000 Pasal 1 ayat (26) dalam Liberty (2002:57), menyatakan
bahwa:
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara
teratur untuk mengumpulkan data dan informasi yang meliputi
keadaan harta, kewajiban, modal, dan penghasilan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa yang
ditutup dengan menyusul laporan keuangan berupa neraca dan
laporan laba rugi pada setiap tahun pajak berakhir.
Pembukuan atau pencatatan harus :
a. diselenggarakan dengan itikad baik dan mencerminkan keadaan usaha
sebenarnya,
b. diselenggarakan di Indonesia,
c. menggunakan huruf latin dan angka arab,
d. menggunakan satuan mata uang rupiah dan mata uang asing yang
diizinkan oleh Menteri keuangan,
e. dalam bahasa Indonesia atau bahasa asing yang diizinkan Menteri
Keuangan,
f. diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan accrual basis atau
cash basis. Perubahan atas metode pembukuan atau pencatatan harus
mendapat persetujuan dari Direktorat Jenderal Pajak.
10
Pembukuan / pencatatan serta dokumen-dokumen lain harus
disimpan selama 10 tahun. Tempat penyimpanan dokumen tersebut untuk
wajib Pajak orang pribadi di tempat kegiatan atau tempat tinggal dan untuk
Wajib Pajak Badan di tempat kedudukan.
Penyelenggaraan Pembukuan yang baik akan dapat menyajikan
keterangan lengkap dan terinci mengenai semua transaksi yang dilakukan
dan memberikan manfaat antara lain:
a. mempermudah para Wajib Pajak dalam pengisian Surat Pemberitauan
(SPT) Tahunan PPh.
b. mempermudah perhitungan dan besarnya Penghasilan Kena Pajak
(PKP)
c. dapat mengetahui posisi keuangan serta hasil kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas Wajib Pajak.
d. pimpinan perusahaan ataupun pemegang saham atau pemilik akan
dapat mempelajari kegiatan-kegiatan yang dapat memberikan hasil
ataupun kegiatan-kegiatan yang kurang atau tidak memberikan hasil.
C. Laporan Keuangan Fiskal
Laporan Keuangan Fiskal adalah Laporan yang disusun khusus untuk
kepentingan perpajakan dengan mengindahkan semua peraturan
perpajakan”(Sophar, 2006:67).
Dalam menyusun Laporan Keuangan Fiskal maka hal-hal yang perlu
tercakup dalam laporan Keuangan Fiskal terdiri dari :
11
1. Neraca Fiskal adalah Laporan yang menggambarkan posisi keuangan yang
terdiri dari harta, uang dan modal pada tanggal penutupan buku yang
disusun dari pembukuan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dan sesuai dengan Prinsip Akuntansi
Indonesia.
2. Perhitungan Rugi-Laba Fiskal adalah Laporan yang menggambarkan hasil
usaha atau pekerjaan bebas Wajib Pajak selama satu tahun pajak, yang
disusun dari pembukuan Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan dan dengan Prinsip Akuntansi Indonesia.
3. Penjelasan Laporan Keuangan Fiskal.
4. Rekonsiliasi Laporan Keuangan komersial dengan laporan keuangan
fiskal. Laporan Keuangan fiskal dapat berbeda dengan laporan keuangan
komersial. Perbedaan tersebut terjadi karena perbedaan pengakuan
penghasilan dan biaya.
5. Ikhtisar Kewajiban Pajak
D. Penghasilan
1. Termasuk Objek Pajak Penghasilan
Menurut Undang-undang No. 36 tahun 2008 pasal 4 ayat (1)
menyebutkan,
Yang
dimaksud
objek
pajak
adalah
penghasilan.
Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima
atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari
luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau menambah
12
kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan bentuk
apapun.
Yang termasuk dalam pengertian penghasilan adalah
a. Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan, atau jasa yang
diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, honorarium, komisi,
bonus, gratifikasi, uang pension, atau imbalan dalam bentuk lainnya,
kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang ini.
b. Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan dari penghargaan.
c. Laba usaha
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta termasuk :
1. Keuntungan karena pengalihan harta kepada perseorangan,
persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal,
2. Keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan
lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham sekutu,
atau anggota,
3. Keuntungan
karena
likuidasi,
penggabungan,
peleburan,
pemekaran,pemecahan atau pengambilalihan usaha.
4. Keuntungan karena pengalihan usaha berupa hibah, bantuan atau
sumbangan, kecuali diberikan kepada keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau
badan pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk
13
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha pekerjaan, kepemilikanm atau
penguasaaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai
biaya
f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan lain karena jaminan
pengembalian utang.
g. Deviden, dengan nama dan dalam bentuk apapun termasuk deviden
dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa
hasil usaha koperasi.
h. Royalty
i. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah
tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing
m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n. Premi asuransi
o. Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang
terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p. Tambahan kekayaan netto yang berasal dari penghasilan yang belum
dikenakan pajak.
14
2. Penghasilan yang dikenakan PPh Final
Atas Penghasilan berupa bunga deposito dan tabungan-tabungan
lainnya, penghasilan dari transaksi saham dan sekuritas lainnya di bursa
efek, penghasilan dari pengalihan harta berupa tanah dan atau bangunan
serta pengalihan tertentu lainnya, mengenai pajaknya diatur dengan
Peraturan Pemerintah.
3. Tidak termasuk Objek Pajak Penghasilan
Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (3), yang tidak
termasuk objek Pajak adalah :
a. 1. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil
zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh
pemerintah dan para penerima zakat yang berhak.
2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis
keturunan lurus satu derajat, dan oleh badan keagamaan atau badan
pendidikan atau badan social atau pengusaha kecil termasuk
koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan; sepanjang tidak
ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau
penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan.
b. Warisan;
c. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
15
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang
diterima dalam bentuk natura dan kenikmatan dari wajib pajak atau
pemerintah.
e. Pembayaran
dari
perusahaan
asuransi
kepada
orang
pribadi
sehubungan dengan asuransi kesehatanm asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
f. Deviden atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan
terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, Badan Usaha
Milik Daerah, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
1. Deviden berasal dari cadangan laba yang ditahan,dan
2. Bagi perseroan terbatas, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan
Usaha Milik Daerah yang menerima dividen, kepemilikan saham
pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25% (dua
puluh lima persen) dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif diluar kepemilikan saham tersebut,
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh
pemberi kerja maupun pegawai;
h. Penghasilan dan modal yang ditanamkan oleh dana pension
sebagaimana dimaksud pada huruf g dalam bidang-bidang tertentu
yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.
16
i. Bagian Laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan
komanditer
yang
modalnya
tidak
terbagi
atas
saham-saham,
persekutuan, perkumpulan firma, kongsi;
j. Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh perusahaan reksadana
selama 5(lima) tahun pertama sejak pendirian perusahaan atau
pemberian ijin usaha;
k. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura
berupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan
menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia, dengan syarat badan
pasangan usaha tersebut;
1. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang menjalankan
kegiatan dalam sector-sektor usaha yang ditetapkan dengan
Keputusan Menteri Keuangan,dan
2. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia.
E. Biaya dan Pengeluaran
1. Biaya yang boleh dikurangkan (Deductible Expenses)
Biaya yang boleh dikurangkan dalam menghitung penghasilan kena
pajak menurut berdasarkan atas Undang-Undang No. 36 Tahun 2008
Tentang Pajak Penghasilan Pasal 6 ayat (1) dan (2), yaitu :
1. Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri
dan Bentuk Usaha Tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto
dikurangi :
17
a. Biaya
untuk
mendapatkan,
menagih
dan
memelihara
penghasilan, termasuk biaya pembelian bahan baku, biaya
berkenaan dengan pekerjaan atau jasa, termasuk upah,gaji,
honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang diberikan
dalam bentuk uang, bunga, sewa, royalty, biaya perjalanan,
biaya pengolahan limbah, piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih, premi asuransi, biaya administrasi, dan pajak kecuali
pajak penghasilan,
b. Penyusutan
atas
pengeluaran
untuk
memperoleh
harta
berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh
hak atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun,
c. Iuran kepada dana pension yang pendiriannya telah disahkan
oleh Menteri Keuangan,
d. Kerugian karena penjualan atau kenaikan harta yang dimiliki
dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan,
e. Kerugian karena selisih kurs mata uang asing,
f. Biaya
penelitian
dan
pengembangan
perusahaan
yang
dilakukan di Indonesia,
g. Biaya beasiswa, magang dan pelatihan,
h. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih, dengan syarat :
18
1) Telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi
komersial
2) Telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan
Negeri atau Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara
(BUPLN) atau
adanya perjanjian tertulis mengenai
penghapusan piutang / pembebasan utang antara kreditur
dengan debitur yang bersangkutan,
3) Sudah dipublikasikan dalam penerbit umum atau khusus,
dan
4) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak
dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak.
2. Apabila penghasilan bruto setelah pengurangan sebagaimana
dimaksud dalam ayat 1(satu) di dapat kerugian, maka kerugian
tersebut dikompensasikan dengan penghasilan mulai tahun pajak
berikutnya berturut-turut sampai dengan 5(lima) tahun.
3. Kepada orang pribadi sebagai Wajib Pajak dalam negeri diberikan
pengurangan berupa Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7.
Biaya
yang
dikurangkan
menurut
SF-27/PJ
22/1986
mengenai biaya entertainment, representasi, jamuan tamu dan
sejenisnya, sebagai berikut :
19
1. Biaya entertainment, representasi, jamuan dan sejenisnya untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan pada
dasarnya
dapat
dikurangkan
dari
penghasilan
bruto
sebagaimana dimakasud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a
Undang-Undang Pajak Penghasilan.
2. Wajib Pajak harus dapat membuktikan bahwa biaya-biaya
tersebut benar-benar dikeluarkan (formal) dan benar ada
hubungannya dalam kegiatan perusahaan untuk mendapatkan,
menagih, dan memeliharan penghasilan perusahaan,
3. Oleh karena itu, Wajib Pajak mengurangkan biaya-biaya
tersebut dari penghasilan bruto agar melampirkan pada Surat
Pemberitahuan Tahunan daftar mominatif seperti terlampir
yang berisi :
a. Nomor urut
b. Tanggal entertainment, dan sejenisnya yang telah diberikan,
c. -
Nama tempat entertainment dan sejenisnya yang telah
diberikan,
-
alamat entertainment dan sejenisnya
yang telah
diberikan,
-
Jenis entertainment dan sejenisnya yang telah diberikan,
-
Jumlah rupiah entertainment dan sejenisnya yang telah
diberikan,
20
d. Realisasi
usaha
yang
diberikan
entertainment
dan
sejenisnya dengan nomor urut tersebut diatas berisi :
-
Nama
-
Posisi
-
Nama perusahaan
-
Jenis usaha
4. Apabila petugas pajak yang melakukan penelitian atau
pemeriksaan
terhadap
Surat
Pemberitahuan
Tahunan
menemukan pos biaya entertainment dan sejenisnya, maka
kepada Wajib Pajak harus diminta daftar mominatif seperti
tersebut diatas untuk membuktikan, bahwa biaya-biaya tersebut
benar-benar
telah
dikeluarkan
dan
benar-benar
ada
hubungannya dengan kegiatan perusahaan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan perusahaan.
2. Biaya yang tidak boleh dikurangkan (Non deductible Expenses)
1. Biaya
yang
tidak
boleh
dikurangkan
dalam
menghitung
penghasilan kena pajak berdasarkan atas Undang-Undang No.36
Tahun 2008 Tentang Pajak Penghasilan Pasal 9 ayat (1) dan (2),
yaitu :
(1). Untuk menentukan besarnya penghsailan kena pajak bagi
wajib pajak dalam negeri dan BUT tidak boleh dikurangkan
dengan :
21
a. Pembagian Laba dengan nama dan dalam bentuk apapun
seperti deviden termasuk deviden yang dibayarkan oleh
perusahaan
asuransi
kepada
pemegang
polis
dan
pembagian sisa hasil usaha koperasi,
b. biaya
yang
dibebankan
atau
dikeluarkan
untuk
kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu dan
anggota,
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali
cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa
guna usaha dengan hak opsi untuk usaha asuransi,
cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan,
yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan
keputusan menteri keuangan (SE-20/PJ.4/1995),
d. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang
dibayar oleh wajib pajak pribadi kecuali jika dibayar oleh
pemberi kerja dan premi tersebut dihitung sebagai
penghasilan bagi wajib pajak yang bersangkutan,
e. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan
atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan
kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman
bagi seluruh pegawai, serta penggantian atau imbalan
dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu
22
dan yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang
ditetapkan dengan keputusan menteri keuangan,
f. Jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada
pemegang saham atau kepada wajib pajak yang
mempunyai
hubungan
istimewa
sebagai
imbalan
sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan,
g. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan dan
warisan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 ayat (3)
huruf a dan b, kecuali zakat atas penghsailan yang nyatanyata dibayarkan oleh wajib pajak pribadi pemeluk
agama Islam dan atau wajib pajak badan dalam negeri
yang dimiliki oleh pemeluk agama Islam kepada badan
amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentu atau
disahkan oleh pemerintah,
h. Pajak Penghasilan,
i. Biaya
yang
dibebankan
atau
dikeluarkan
untuk
kepentingan pribadi wajib pajak atau orang yang menjadi
tanggungannya.
j. Gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma
atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi
atas saham).
23
k. sanksi administrasi nerupa denda dan kenaikan serta
sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan
pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
(2). Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun
tidak
boleh
dibebankan
sekaligus,
melainkan
dibebankan melalui penyusutan atau amortisasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 atau 11A.
2. Biaya yang tidak boleh dikurangkan dalam menghitung besarnya
Penghasilan Kena Pajak Wajib Pajak dalam negeri dan Bentuk
Usaha Tetap berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 138 tahun 2000 tentang Perhitungan Pajak Penghsailan
dalam Pasal 4, yaitu termasuk:
a. Biaya
untuk
mendapatkan,
menagih,dan
memelihara
penghasilan yang bukan merupakan objek pajak,
b. Biaya
untuk
mendapatkan,
menagih,
dan
memelihara
penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat final,
c. Biaya
untuk
mendapatkan,menagih,
dan
memelihara
penghasilan netto sebagaimana dimaksud dalam pasal 15,
Undang-Undang Pajak Penghasilan,
d. Pajak Penghasilan, yang ditanggung oleh pemberi penghasilan,
kecuali pajak atas penghasilan sebagaimana dimaksud dalam
24
Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Pajak Penghasilan tetapi
tidak termasuk deviden sepanjang Pajak Penghasilan tersebut
ditambahkan dalam perhitungan dasar untuk pemotongan
pajak, dan
e. Kerugian dari harta atau utang yang tidak dimiliki dan tidak
dipergunakan dalam usaha atau kegiatan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan objek
pajak.
Selain itu ada beberapa biaya yang mendapatkan perlakuan
khusus agar dapat dibebankan sebagai biaya fiscal, antara lain:
a. pembentukan dana cadangan,
Pembentukan dana cadangan yang diperbolehkan adalah yang
berdasarkan
KMK
No.80/KMK04/1995.
KMK
No,
235/KMK.01/1998 tanggal 14 April 1998 dan KMK No.
204/KMK04/2000 tanggal 06 Juni 2000 pembentukan dana
cadangan adalah sebagai berikut :
1. Cadangan penghapusan piutang tak tertagih, yaitu untuk
usah a bank,
2. Cadangan premi, yaitu untuk usaha asuransi,
3. Cadangan biaya reklamasi, yaitu untuk usaha pertambangan
b. Penyediaan makanan dan minuman oleh pemberi kerja bagi
sebagian pegawai. Berdasarkan SE-14/PJ31/2003 tanggal 5
25
Agustus 2003, ketentuan penyediaan makan dan minum bagi
pegawai di tempat kerja tidak mutlak harus seluruh pegawai.
Apabila sebagian pegawai tidak dapat memperoleh fasilitas innatura tersebut di tempat kerja karena sifat pekerjaannya tidak
memungkinkan (seperti tenaga kerja bagian pemasaran atau
dinas luar), maka biaya penyediaan makanan dan minuman
dapat diakui sebagai biaya fiscal,
c. Perlakuan
zakat
atas
penghasilan
dalam
perhitungan
penghasilan kena pajak. Berdasarkan KEP-163/PJ/2003 tanggal
10 Juni 2003, zakat dapat dikurangkan sebagai pengurang
dalam menghitung penghasilan kena pajak apabila wajib pajak
melampirkan lembar ke -1 surat setoran zakat atau fotocopy
yang telah dilegalisir oleh badan atau lembaga amil zakat pada
SPT tahunan pajak penghasilan,
d. Pembayaran pajak dan retribusi daerah yang menjadi biaya
tahun pajak yang bersangkutan. Berdasarkan SE-02/PJ.42.2002
tangggal 18 Februari 2002 semua pengeluaran untuk tahun
berjalan kecuali sanksi bunga, denda, atau kenaikan yang harus
dikapitalisasi,
e. Kenikmatan dan fasilitas yang diberikan untuk pegawai yang
dibayarkan 50% berdasarkan KEP-220/PJ/2002 tanggal 18
April 2002 tentang perlakuan PPh atas biaya pemakaian
26
telepon seluler dan kendaraan perusahaan, SE-09/PJ.42/2002
tanggal 17 Mei 2002 diatur hal-hak sebagai berikut :
1. Pembelian HP bagi pegawai untuk keperluan pekerjaan
sebesar 50% dicatat sebagai pembelian aktiva tetap
kelompok I dan dijadikan biaya melalui penyusutan,
2. Biaya pulsa dan servis HP 50% nya menjadi biaya
perusahaan,
3. Pembelian maupun perbaikan besar (capital expenditure)
atau sedan atau sejenis yang dimiliki dan digunakan
pegawai tertentu karena jabatannya dicatat 50% sebagai
pembelian aktiva tetap kelompok II dan dapat dibebankan
sebagai biaya melalui penyusutan,
4. Biaya servis rutin atas sedan atau sejenisnya yang dimiliki
dan digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat
50%nya sebagai biaya,
5. Pembelian maupun perbaikan besar (capital expenditure)
atau bus atau sejenis yang dimiliki dan digunakan pegawai
tertentu karena jabatannya dicatat 50% sebagai pembelian
aktiva tetap kelompok II dan dapat dibebankan sebagai
biaya melalui penyusutan,
6. Biaya service rutin atau bus atau sejenisnya yang dimiliki
dan digunakan pegawai tertentu karena jabatannya dicatat
50%nya sebagai biaya,
27
7. Kenikmatan bagi pegawai berupa HP dan antar jemput
diatas bukan penghasilan pegawai,
8. Termasuk kategori ponsel dan pager,
9. Termasuk kategori sedan dan minibus (kijang dan
sejenisnya)
10. Termasuk kategori biaya pemeliharaan adalah biaya bahan
bakar.
F. Penyusutan Fiskal
1. Biaya Penyusutan
Didalam pasal 11 UU PPh, Pengeluaran untuk memperoleh harta
berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun harus
dibebankan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan dengan cara mengalokasikan pengeluaran
tersebut selama masa manfaat harta tersebut melalui penyusutan.
Sejak reformasi perpajakan tahun 1984, penyusutan fiscal dibagi
menjadi 3 periode :
1). Periode tahun 1984 sampai dengan tahun 1994 berdasarkan Pasal
11 UU No.7 tahun 1983.
2) Periode tahun 1985 sampai dengan tahun 2000 berdasarkan pasal
11 UU No. 10 tahun 1994.
3) Periode tahun 2001 dan seterusnya berdasarkan Pasal 11 UU No.
17 Tahun 2000.
28
Perubahan penyusutan fiskal dari UU No. 10 tahun 1994 (1995 s.d
2000) ke UU No. 17 tahun 2000 adalah dari tahun penuh ke bulan
penuh.
Penyusutan fiskal dilakukan terhadap aktiva tetap yang dimiliki
oleh perusahaan. Dan keperluan penyusutan fiskalnya, aktiva tersebut
harus dikelompokkan ke dalam kelompok masing-masing sesuai
dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 82/KMK.04/1995 jo
No. 520/KMK.04/2000 yang terdiri dari :
1. Aktiva tetap berwujud :
a. Kelompok bukan bangunan yang terdiri dari kelompok I, II, III,
IV.
b. Kelompok bangunan yang terdiri dari bangunan permanen dan
bangunan tidak permanen.
2. Aktiva tetap tidak berwujud, yang terdiri dari kelompok I, II, III,
IV di dalam peraturan perundang-undangan perpajakan hanya
terdapat dua metode penyusutan fiskal di dalam UU PPh Pasal 11,
yaitu :
a. Metode Garis Lurus (Straight Line Method)
Untuk kelompok aktiva bukan bangunan, kelompok bangunan
dan kelompok aktiva tidak berwujud.
b. Metode Saldo Menurun ( Double Declining Balance Method).
Untuk aktiva bukan bangunan dan aktiva tidak berwujud. Jadi
dapat dilihat bahwa untuk kelompok aktiva berupa bangunan
29
hanya diperbolehkan untuk menggunakan metode garis lurus
dalam penghitungan fiskalnya. Selain itu, tidak diperkenankan
melakukan penggabungan metode dalam satu tahun. Jika
terjadi perubahan metode dari tahun sebelumnya harus
mendapat persetujuan dari Deirektorat Jenderal Pajak.
2. Terdapat ketentuan umum tentang penyusutan fiskal:
1. Waktu dimulainya penyusutan fiscal bagi kelompok bangunan dan
kelompok bukan bangunan, yaitu penyusutan fiscal dimulai sejak
tahun pengeluaran (yang berlaku dari tahun 1984 sampai dengan
tahun 2000) atau bulan pengeluaran (yang berlaku dari tahun 2001
sampai dengan sekarang), kecuali dengan persetujuan Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) dimulai sejak tahun (1984 – 2000) atau
tahun 2001 digunakan aatau menghasilkan (saat mulai berproduksi
dan bukan saat diperolehnya penghasilan).
2. Penyusutan fiskal dilakukan perjenis aktiva tetap secara individual
(ada perincian yang dilampirkan dalam SPT PPh).
3. Bagi perusahaan yang PPh nya final atau deemed profit dan wajib
pajak orang pribadi yang menggunakan norma perhitungan telah
melakukan penyusutan fiskal.
4. Sesuai pembukuan wajib pajak, alat-alat kecil (small tools) yang
sama atau sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.
5. Dalam rangka menyesuaikan dengan karakteristik bidang-bidang
usaha tertentu seperti pertambangan minyak bumi dan gas alam
30
dan perkebunan tanaman keras, penyustan fiskalnya diatur
berdasarkan keputusan Menteri Keuangan.
G. Rekonsiliasi
Laporan
Keuangan
Komersial
dengan
Laporan
Keuangan Fiskal
Adanya perbedaan pengakuan penghasilan dan biaya antara akuntansi
komersial dan fiscal menimbulkan perbedaan penghasilan kena pajak
sehingga perlu rekonsiliasi fiscal. Perbedaan antara laporankeuangan
komersial dengan laporan keuangan fiscal dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu :
1. Perbedaan Waktu (Timing Differences)
“Perbedaan waktu adalah perbedaan yang bersifat sementara
karena adanya perbedaan waktu pengakuan atau pembebanab
penghasilan atau biaya untuk perhitungan pajak dan akuntansi”
(Sophar, 2005 :72).
Perbedaan waktu dapat dibagi menjadi perbedaan waktu positif
dan perbedaan waktu negative. Perbedaan waktu positif terjadi apabila
pengakuan beban untuk tujuan pajak lebih cepat dari pengakuan beban
untuk akuntansi, atau pengakuan penghasilan untuk tujuan pajak lebih
lambat dari pengakuan penghasilan untuk tujuan akuntansi.
Sedangkan perbedaan waktu negative terjadi jika ketentuan perpajakan
mengakui beban lebih lambat dari pengakuan beban menurut praktek
akuntansi, dan akuntansi mengakui penghasilan lebih lambat dari
pengakuan penghasilan menurut ketentuan perpajakan. Perbedaan
31
waktu yang terjadi dalam satu periode dapat mengakibatkan menurut
pajak yang lebih besar atau lebih kecil dari laba akuntansi.
Ada empat macam jenis transaksi yang dapat menimbulkan
perbedaan waktu, transaksi-transaksi tersebut adalah :
a. Pendapatan diakui lebih dahulu menurut akuntansi daripada
menurut pajak, contoh : laba bruto penjualan cicilan,
b. Biaya atau beban diakui lebih dahulu menurut pajak daripada
menurut akuntansi, contoh : penyusutan aktiva tetap menggunakan
taksiran umur lebih pendek daripada taksiran ekonomis yang
digunakan untuk tujuan akuntansi.
c. Pendapatan diakui lebih dahulu menurut pajak daripada menurut
akuntansi. Contoh : sewa-sewa yang diterima di muka,
d. Biaya atau beban diakui lebih dahulu menurut akuntansi daripada
menurut pajak. Contoh : Biaya asuransi atau penjualan produk
dengan system garansi.
2. Perbedaan Tetap (Permanent Differences)
“Perbedaan Tetap adalah perbedaan pengakuan suatu penghasilan
atau biaya berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dengan prinsip akuntansi yang bersifat permanent”.
(Sophar, 2005 :74).
Perbedaan permanent dapat bersifat positif (laba pembukuan lebih
besar dari laba fiscal) dengan adanya laba akuntansi yang tidak diakui
oleh ketentuan perpajakan dan relif pajak misalnya PTKP dan
perangsang penanaman, sedangkan perbedaan permanent negative
32
disebabkan adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang
tidak diakui oleh ketentuan fiscal. Perbedaan tetap contohnya seperti ,
pemberian kenikmatan atau natura, biaya jamuan tamu, sumbangan,
rugi penarikan harta tetap dari pemakaian, pajak penghasilan pasal 26
atas royalty yang ditanggung oleh pemberi hasil, pendapatan bunga,
hibah dan warisan, bunga dan deviden.
3. Contoh Kasus Perhitungan Laporan Keuangan Fiskal
PT. PERDANA
LAPORAN LABA RUGI
Untuk Tahun yang berakhir 31 Desember 2007
(dalam rupiah)
Penghasilan dari usaha dalam negeri :
Penjualan
-Retur Penjualan
-Potongan penjualan
Penjualan Netto
Harga Pokok Penjualan
Laba Bruto
Biaya Usaha:
-Gaji, upah, THR, Tunjangan lain
-Alat tulis dan biaya kantor
-Biaya Perjalanan dinas
-Biaya listrik dan telpon
-Biaya makan karyawan
-Biaya promosi
-PBB dan Bea Materai
-Pajak
-Biaya representasi
-Biaya royalty
-Biaya konsumsi/penjamuan
-Biaya sewa
-Biaya kerugian piutang
-Biaya penyusutan
20,005,654,000.00
(954,852,000.00)
(545,987,000.00)
18,504,815,000.00
(14,654,879,000.00)
3,849,936,000.00
1,551,900,000.00
23,958,000.00
53,465,000.00
16,825,000.00
36,783,000.00
297,285,000.00
53,726,000.00
60,000,000.00
65,798,000.00
237,465,000.00
12,132,000.00
197,958,000.00
105,654,000.00
169,000,000.00
33
-Biaya lain-lain
Total Biaya Usaha
Laba Usaha
Penghasilan di luar usaha:
-Dividen
-Sewa
Total penghasilan luar usaha
Laba bersih dalam negeri
Penghasilan dari luar negeri
-Laba usaha dari Kanada
-Bunga obligasi dari Singapura
Total Penghasilan dari luar negeri
Laba (Penghasilan netto)
293,873,000.00
(3,175,822,000.00)
674,114,000.00
40,000,000.00
25,000,000.00
65,000,000.00
739,114,000.00
200,000,000.00
50,000,000.00
250,000,000.00
989,114,000.00
Sumber : Siti Resmi (2007)
Rincian Harga Pokok Penjualan :
-
Persediaan barang dagang, 1 Januari 2007
Rp 5,000,000,000.00
-
Pembelian Netto tahun 2007
Rp 13,000,000,000.00
-
Persediaan barang dagang, 31 Desember 2007
Rp (3,345,121,000.00)
Harga Pokok Penjualan
Rp 14,654,879,000.00
A. Informasi yang digunakan sebagai dasar penyesuaian perhitungan laba
(rugi) fiscal.
1. Dalam penjualan tidak memasukkan penjualan kepada karyawan sebesar Rp
20,000,000.00 yang penagihannya melalui pemotongan gaji setiap bulan.
2. Di dalam gaji, upah, Tunjangan Hari Raya (THR), dan tunjangan lain terdapat
pengeluaran untuk pembelian beras yang dibagikan kepada karyawan senilai
Rp 20,365,000.00 dan biaya pengobatan karyawan senilai Rp 5,100,000.00.
34
3. Dalam biaya perjalanan dinas terdapat bukti-bukti pendukung atas nama
keluarga pemegang saham sebesar Rp 596,000.00
4. Dalam biaya promosi terdapat sumbangan yang tidak ada hubungannya
dengan kegiatan utama perusahaan sebesar Rp 12, 754,000.00
5. Pajak sebesar Rp 60,000,000.00 merupakan angsuran PPh bulanan selama
tahun 2007 (Angsuran PPh Pasal 25)
6. Pengeluaran berupa biaya representasi tidak didukung dengan bukti
pengeluaran dari pihak eksternal)
7. Biaya royalty sebesar Rp 237,465,000.00 yang ada bukti pendukungnya dari
pihak eksternal sebesar Rp 225,353,000.00.
8. Piutang yang benar-benar tidak tertagih dan telah memenuhi syarat untuk
diakui sebagai piutang tak tertagih menurut perpajakan dalam tahun 2007
sebesar Rp 60,500,000.00
9. Perusahaan mempunyai aktiva tetap sebagai berikut :
a. Mesin produksi beli pada tanggal 1 Januari 2001 seharga Rp
500,000,000.00 , taksiran umur ekonomis 10 tahun.
b. Kendaraan dibeli pada tanggal 31 Desember 2001 seharga Rp
400,000,000.00 , taksiran umur ekonomis 10 tahun.
c. Computer dibeli pada tanggal 6 Maret 2003 seharga Rp 300,000,000.00 ,
taksiran umue ekonomis 5 tahun.
d. Inventaris dibeli pada tanggal 1 Januari 2001 seharga Rp 200,000,000.00 ,
taksiran umur ekonomis 8 tahun.
35
e. Bangunan permanent selesai dibangun pada tanggal 31 Desember 2000
senilai Rp 600,000,000.00 , taksiran umur ekonomis 20 tahun.
Berdasarkan
kebijakan
manajemen
perusahaan,
mesin
produksi
mempunyai nilai residu 10% dari harga perolehan, sedangkan aktiva tetap
yang lain ditaksir mempunyai nilai residu 20% dari harga perolehan.
Metode perhitungan penyusutan yang digunakan adaloah garis lurus.
Menurut fiscal ( ketentuan perpajakan), mesin produksi, kendaraan,
computer dan inventaris merupakan aktiva berwujud kelompok II.
Perusahaan memilih metode garis lurus dalam menghitung penyusutan
fiscal.
10. Dalam biaya lain-lain terdapat biaya rekreasi karyawan Rp 2,652,000.00
11.Penghasilan
sewa
(dalam
penghasilan
luar
usaha)
sebesar
Rp
25,000,000.00 terdiri atas sewa bangunan senilai Rp 5,000,000.00, sewa
atas peralatan pabrik senilai Rp 12,000,000.00 dan sewa atas kendaraan
senilai Rp 8,000,000.00. Penghasilan Sewa ini diterima dari PT. Putra
Surya. Sewa tersebut diterima setiap tahun untuk jangka waktu beberapa
tahun.
12. Dividen sebesar Rp 40,000,000.00 terdiri atas dividen kas atas penyertaan
saham (20%) pada PT. Adinda sebesar Rp 15,000,000.00 , dan dividen kas
atas penyertaan saham (30%) pada PT. Kapuas Raya sebesar Rp
25,000,000.00
36
PT. PERDANA
Rekonsiliasi Fiskal Perhitungan Laba Rugi
Tahun Pajak 2007
(dalam ribuan rupiah)
Penghasilan dari Usaha dalam negeri
Penjualan
- Retur Penjualan
- Potongan Penjualan
Penjualan Netto
Harga Pokok Penjualan
Laba Bruto
Biaya Usaha:
- Gaji, Upah, THR, Tunjangan lain
- Alat tulis dan biaya kantor
- Biaya Perjalanan dinas
- Biaya Listrik dan telpon
- Biaya makan karyaw an
- Biaya promosi
- PBB dan bea materai
- Pajak
- Biaya Representasi
- Biaya Royalty
- Biaya konsumsi / penjamuan
- Biaya sew a
- Biaya kerugian piutang
- Biaya penyusutan
- Biaya Lain-lain
Total Biaya Usaha
Laba Usaha
Menurut
Rekonsiliasi Fiskal
Menurut Fiskal
Akuntansi
Koreksi Positif
Koreksi Negatif
20,005,654 A1) 20,000
20,025,654
-954,852
-954,852
-545,987
-545,987
18,504,815
18,504,815
-14,654,879
14,654,879
3,849,936
3,869,936
1,551,900
23,958
53,465
16,825
36,783
297,285
53,726
60,000
65,798
237,465
12,132
197,958
105,654
169,000
293,873
-3,175,822
674,114
Penghasilan di luar usaha:
- Dividen
- Sew a
Total Penghasilan di luar usaha
A2) 25,465
A3) 596
A4) 12,754
A5) 60,000
A6) 65,798
A7) 12,112
A8) 45,154
A9) 36,000
A10) 2,652
40,000
25,000
65,000
A12) 25,000
A11) 5,000
1,526,435
23,958
52,869
16,825
36,783
284,531
53,726
0
0
225,353
12,132
197,958
60,500
205,000
291,221
-2,987,291
882,645
15,000
20,000
35,000
Laba bersih dalam negeri
Penghasiloan dari Luar Negeri
- Laba usaha dari Kanada
- Bunga obligasi dari Singapura
Total Penghasilan dari Luar Negeri
739,114
917,645
200,000
50,000
250,000
200,000
50,000
Laba (Penghasilan Netto)
989,114
Menghitung PPh yang Terutang Tahun Pajak 2007
Penghasilan Netto Fiskal
Rp 1,167,645,000.00
37
250,000
1,167,645
Kompensasi rugi tahun sebelumnya
Rp
100,000,000.00
Penghasilan Kena Pajak
Rp 1,067,645,000.00
PPh terutang
10% x Rp
50,000,000.00
Rp
5,000,000.00
15% x Rp
50,000,000.00
Rp
7,500,000.00
30% x Rp 967,654,000.00
Rp
290,293,500.00
Total PPh terutang tahun 2007
Rp
302,793,500.00
Menghitung PPh kurang atau Lebih Dibayar tahun pajak 2007
Total PPh terutang
Rp 302,793,500.00
Kredit Pajak
PPh Pasal 22
Rp 165,625,000.00
PPh Pasal 23
Rp
PPh Pasal 24
Rp 69,221,767.00
3,210,000.00
PPh Pasal 25 (info Kasus B.5) Rp 60,000,000.00
Total kredit Pajak tahun 2007
Rp 298,056,767.00
PPh kurang bayar tahun 2007
Rp
4,763,733.00
Kekurangan bayar ini disetor ke bank paling lambat tanggal 25 Maret 2008
dengan menggunakan Surat Setor Pajak.
*PPh Pasal 23 atas sewa
Rp
960,000
PPh Pasal 23 atas dividen Rp 2,250,000
38
Download