BAB II LANDASAN TEORI A. Struktur Aktiva Menurut Suwarjono (2005:184) aktiva adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti (probable) yang diperoleh atau dikuasai oleh suatu entitas sebagai hasil transaksi atau kejadia masa lalu. Sedangkan menurut Niswonger,dkk (2005:44) bahwa yang dimaksud dengan aktiva adalah sumber daya yang dimiliki oleh entitas bisnis atau usaha. Sumber daya ini dapat berbentuk fisik atau hak yang mempunyai nilai ekonomis. Lalu menurut Munawir (2004:14) bahwa yang dimaksud dengan aktiva usaha yaitu tidak terbatas pada kekayaan aktiva berwujud saja, tetapi juga termasuk pengeluaranpengeluaran yang belum dialokasikan pada penghasilan yang akan datang, serta aktiva yang tidak berwujud lainnya (intangible asset) misalnya goodwill, hak paten, hak menertibkan dan sebagainnya. Struktur aktiva adalah susunan penyajian aktiva dalam rasio tertentu dari laporan keuangan yang nampak pada neraca sebelah debet. Struktur aktiva dapat dipandang dari aspek operasional yang pada dasarnya menggolongkan aktiva dalam perbandingan tertentu untuk keperluan operasi utama perusahaan. Untuk keperluan ini struktur aktiva dapat dipandang dari dua sisi yaitu aktiva yang harus tersedia untuk beroperasi perusahaan selama periode akuntansi berlangsung serta aktiva yang harus disediakan untuk beroperasi perusahaan. Adapun yang dimaksud dengan aktiva yang harus disediakan untuk operasi selama periode akuntansi berlangsung adalah golongan aktiva lancar. 5 6 Di lain pihak, aktiva yang harus disediakan untuk beroperasinya perusahaan adalah golongan aktiva tetap. Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam keadaan siap pakai dibangun lebih dahulu yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun (Standar Akuntansi Keuangan (SAK), 2009:16.2). Kebanyakan perusahaan industri dimana sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva tetap (fixed asset). Dari keseluruhan jumlah aktiva tetap, maka ada beberapa yang merupakan “keharusan” dalam perusahaan–perusahaan industri, karena tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Ada perusahaan–perusahaan yang menggunakan aktiva tetap dalam jumlah yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam proses produksi. Perusahaan yang menggunakan aktiva tetap yang relatif jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja disebut sebagai perusahaan yang “capital intensive”, sedangkan perusahaan– perusahaan yang memperkerjakan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan mesin–mesin, disebut sebagai perusahaan yang “labor intensive”. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semakin besar rasio aktiva tetap atas total aktiva (struktur aktiva), maka semakin tinggi tingkat capital intensive. Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa perusahaan dengan struktur aktiva yang fleksibel yaitu aktiva yang lebih mudah dicairkan (liquid) cenderung menggunakan leverage lebih besar daripada perusahaan yang struktur aktivanya tidak fleksibel. Oleh karena itu, pemilihan jenis aktiva oleh suatu perusahaan akan mempengaruhi pemilihan struktur modal perusahaan tersebut. Dalam penelitian yang 7 dilakukan oleh Hartono menunjukkan struktur aktiva mempunyai hubungan yang positif dengan struktur modal. Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan Saidi (2004), Agus Eko Sujianto (2001), dan Harjudi (1995). B. Ukuran Perusahaan Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya alam dengan tujuan untuk memproduksi barang dan jasa yang akan dijual (Salvatore, 2005). Menurut Sawir (2004) ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinan dan struktur keuangan dalam hamper setiap studi untuk alasan yang berbeda. Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva, jumlah penjualan, rata–rata total penjualan dan rata–rata total aktiva (Sujianto, 2004:129). Semakin besar total aktiva, penjualan dan kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Ketiga variabel ini digunakan untuk menentukan ukuran perusahaan karena dapat mewakili seberapa besar perusahaan tersebut. Semakin besar aktiva maka semakin banyak modal yang ditanam. Semakin banyak penjualan maka semakin banyak perputaran uang. Semakin besar kapitalisasi pasar maka semakin besar pula ia di kenal masyarat. Dari uraian yang telah dipaparkan, dapat disimpulkan bahwa beasr kecilnya (ukuran) perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan mempunyai tingkat pertumbuhan penjualan yang tinggi sehingga perusahaan tersebut akan lebih berani mengeluarkan saham baru dan kecenderungan untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar pula. Penentuan ukuran perusahaan ini didasarkan kepada total asset perusahaan (Suwito et al, 2005)Dari penelitian yang dilakukan para ahli yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif, yang berarti kenaikan 8 ukuran perusahaan akan diikuti dengan kenaikan struktur modal adalah penelitian yang dilakukan Saidi (2004) dan Harjudi (1995). C. Operating leverage Menurut Brigham dan Houston (2004), operating leverage adalah tingkat sejauh mana biaya-biaya tetapa digunakan di dalam operasi sebuah perusahaan. Operating leverage merupakan kepekaan EBIT terhadap penjualan perusahaan (Sawir, 2004). Dalam ilmu fisika, yang dimaksud dengan leverage (pengungkitan) adalah penggunaan alat pengungkit untuk mengangkut objek yang berat dengan sedikit kekuatan. Dalam ilmu politik, jika seseorang memiliki leverage, tindakan atau perkataan sekecil apa pun yang dilontarkan akan dapat mencapai banyak tujuan. Operating leverage terjadi pada saat perusahaan menggunakan aktiva yang menimbulkan beban tetap yang harus ditutup dari hasil operasinya. Karena dalam jangka panjang semua biaya menjadi variable, maka analisis ini adalah pengakuan bahwa biaya-biaya yang ditanggung perusahaan dapat dipisahkan menjadi dua jenis biaya yaiutu biaya tetap dan biaya variable. D. Struktur Modal 1. Pengertian struktur modal Istilah struktur modal ini berkaitan erat dengan perusahaan dalam rangka pendanaan dan pembiayaan (leverage). Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang paling penting bagi perusahaan. Struktur modal adalah bauran sumber pendanaan permanen (jangka panjang) yang digunakan perusahaan (Agness 2004:1). Struktur 9 modal merupakan kombinasi atau bauran segenap pos yang masuk ke dalam sisi kanan neraca sumber modal perusahaan. Struktur modal adalah perbandingan hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2004:299). Keputusan struktur modal berkaitan dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba ditahan dan depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari kreditur dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari pemilik merupakan modal sendiri. Struktur modal diukur dengan membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian. Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang semakin tinggi akibat membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat pengembalian yang diharpakan akan menaikan harga saham tersebut. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan kesinambungan antara risiko dan pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham (Brigham dan Houston, 2004). 2. Teori pendekatan struktur modal 1) Agency Theory Teori ini dikemukakan oleh .Jensen dan Meckling pada tahun 1976 (Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi, 2004), yang menyebutkan bahwa manajemen merupakan 10 agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendeglegasikan wewenang kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen disebut biaya agensi. 2) Signaling Theory Isyarat (signal) menurut Brigham dan Houston (2004) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan degan cara lain, termasuk penggunaan utang yang melebihi target stuktur modal yang normal. 3) Pecking Order Hypotesis Teori ini juga disebut teori Hierarki Pendanaan (Financial Hierarchy). Teori ini menjelaskan mengapa perusahaan akan menentukan hirarki sumber dana yang paling disukai. Teori ini berbasis pada informasi asimetri dan memiliki penjelesan yang berbeda dari teori saling tukar (trade off theory). Teori ini membedakan ekuitas dari laba ditahan dan penerbitan saham baru. Argumentasi pecking order didasarkan pada informasi asimetri sehingga biaya pendanaan eksternal menjadi lebih mahal dan manajer akan menggunakan sumber pendanaan yang memiliki biaya yang paling murah yakni dari sumber pendanaan internal, bila kebutuhan investasi lebih tinggi dari modal internal., 11 tambahan utang merupakan urutan kedua, dan yang terakhir adalah penerbitan ekuitas baru. 4) Trade Off Theory Konsep trade off dalam balancing theory adalah menyeimbangkan manfaat dan biaya dari penggunaan utang dalam struktur modal sehingga disebut pula sebagai trade off theory (Brigham et all, 1999 dalam Kaaro,2003). Berdasarkan teori Modigliani dan Miller (1996) dalam manurung(2004), semakin besar utang yang digunakan, semakin tinggi nilai perusahaan. Model Meodigliani dan Miller mengabaikan faktor biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Struktur modal yang optimal dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan penggunaan utang dengan biaya kebangkrutan dan biaya keagenan yang disebut model trade off (Pangeran, 2004). 3. Komponen struktur modal Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Riyanto, 2004:240), yaitu : a. Modal Asing/Hutang Jangka Panjang (Long-Term Debt) Modal asing/hutang jangka panjang adalah hutang yang jangka waktunya adalah panjang, umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan, karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari : 12 a) Hutang Hipotik Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan) kecuali kapal dengan bunga, jangka waktu dan cara pembayaran tertentu. b) Obligasi (Bond) Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali pinjaman obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan. b. Modal Sendiri (Shareholder Equity) Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan untuk waktu yang tidak tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun sumber extern. Sumber intern di dapat dari keuntungan yang dihasilkan peerusahaan, sedangkan sumber extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen modal sendiri terdiri dari : 1. Modal Saham Saham adalah tanda bukti pengambilan bagian atau peserta dalam suatu Perseroan Terbatas (P.T), dimana modal saham terdiri dari : a) Saham Biasa (Common Stock) Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dimana pemilik saham ini, dengan memiliki saham ini berarti ia 13 membeli prospek dan siap menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan. b) Saham Preferen (Preferred Stock) Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang. 2. Laba Ditahan Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai deviden. 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal Faktor – faktor yang mempunyai pengaruh terhadap struktur modal perusahaan menurut Brigham dan Houston (2004:39-41) adalah : a. Stabilitas Penjualan Jika penjualan relatif stabil, perusahaan dapat secara aman menggunakan hutang lebih tinggi dan berani menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang penjualannya tidak stabil. b. Struktur Aktiva Apabila aktiva perusahaan cocok digunakan untuk dijadikan agunan kredit perusahaan tersebut cenderung menggunakan banyak hutang. b. Leverage operasi Jika hal–hal lain tetap sama, perusahaan dengan leverage operasi yang lebih kecil cenderung lebih mampu untuk memperbesar leverage keuangan karena ia akan mempunyai resiko bisnis yang lebih kecil. 14 c. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan–perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan lebih cepat, akan membutuhkan dana dari sumber ekstern yang lebih besar. d. Profitabilitas Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi, menggunakan hutang yang relatif kecil. Laba ditahannya yang tinggi sudah memadai membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. e. Pajak Bunga merupakan biaya yang dapat mengurangi pajak perusahaan, sedangkan deviden tidak. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat pajak perusahaan, semakin besar keuntungan dari penggunaan pajak, semakin besar daya tarik penggunaan hutang. f. Pengendalian Pengaruh hutang lawan saham terhadap posisi pengendalian manajemen bisa mempengaruhi struktur modal. g. Sifat Manajemen Sifat manajemen akan mempengaruhi dalam pengambilan keputusan mengenai cara pemenuhan kebutuhan dana. h. Sikap Pemberi Pinjaman dan Lembaga Penilai Peringkat Tanpa memperhatikan analisis para manajer atas faktor–faktor leverage yang tepat bagi perusahaan mereka, sikap pemberi pinjaman dan perusahaan penilai peringkat seringkali mempengaruhi keputusan struktur keuangan. i. Keadaan Pasar Modal 15 Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan dalam menjual sekuritas harus menyesuaikan dengan pasar modal tersebut. j. Kondisi Internal Perusahaan Apabila perusahaan memperoleh keuntungan yang rendah sehingga tidak menarik bagi investor, maka perusahaan lebih menyukai pembelanjaan dengan hutang daripada mengeluarkan saham. k. Fleksibilitas Keuangan. Seorang manajer pendanaan yang pintar adalah selalu dapat menyediakan modal yang diperlukan untuk mendukung operasi. Sedangkan menurut Riyanto (2004:297) struktur modal perusahaan dipengaruhi oleh faktor-faktor utama : a. Tingkat bunga Pada waktu perusahaan merencanakan pemenuhan kebutuhan modal adalah sangat dipengaruhi oleh tingkat bunga yang berlaku saat itu. b. Stabilitas Earning Stabilitas dan besarnya earning yang diperoleh perushaan akan menentukan apakah perushaan tersebut dibenarkan untuk menarik modal dengan beban tetap atau tidak. c. Susunan dari aktiva Kebanyakan dari perushaan industri di mana sebagian besar dari modalnya tertanam dalam bentuk aktiva tetap akan mengutamakan pemenuhan kebutuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal sendiri, sedangkan modal asing sifatnya hanya pelengkap. 16 d. Kadar resiko dari aktiva Makin lama modal harus diikatkan, makin tinggi derajat resikonya, makin mendesak keperluan akan pembelajaan seluruhnya atau sebagian besar dengan modal sendiri. e. Besarnya jumlah modal yang dibutuhkan Apabila jumlah modal yang dibutuhkan sekiranya dapat dipenuhi dari satu sumber maka tidak perlu mencari sumber lain. f. Keadaan pasar modal Keadaan pasar modal sering mengalami perubahan. Berhubungan dengan hal tersebut maka dalam rangka usaha mengeluarkan suatu sekuritas haruslah menyesuaikan dengan keadaan pasar modal. g. Sifat pasar modal Sifat manajer yang optimis dan risk seeker akan lebih berani untuk membiayai perusahaan dari hutang. Demikian juga sebaliknya untuk risk averter akan lebih suka pendanaan intern. h. Besarnya suatu perusahaan Perusahaan besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhannya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Menurut Hanafi (2008:345) beberapa pertimbangan dalam menentukan struktur modal antar lain : a. Stabilitas Penjualan Perusahaan yang mempunyai penjualan yang stabil, bisa menggunakan utang yang semakin tinggi. Semakin stabil penjualan suatu perushaan, semakin mampu perusahaan 17 tersebut menutup kewajiban-kewajiabannya. Jika kondisi ekonomi memburuk, perushaan dengan penjualan yang stabil mempunyai kemungkinan yang lebih tinggi untuk bisa menutup kewajibannya. b. Tingkat Pertumbuhan Penjualan Perusahaan yang mempunyai tingkat penjualan yang tinggi akan lebih menguntungkan jika memakai utang. c. Struktur Aset Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap yang lebih besar (yang berusia panjang), apalagi jika digabung dengan tingkat permintaan produk yang stabil akan menggunakan utang yang besar. Perusahaan yang mempunyai aset lancar lebih banyak, yang nilainya akan tergantung dari profitabilitas perusahaan, akan menggunakan utang yang lebih sedikit. d. Sikap Manajemen Manajemen yang konservatif akan menggunakan utang yang lebih sedikit, dan sebaliknya, pemegang saham yang ingin menjaga kendali atas perusahaan akan menggunakan utang yang lebih banyak. Sebaliknya, jika perusahaan tidak berkepentingan terhadap kendali perusahaan, akan cenderung menerbitkan saham baru. D. Laporan Keuangan 1. Definisi Laporan Keuangan “Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan, kinerja keuangan dan arus kas suatu entitas” (Raja 2012:16). Laporan yang memuat informasi mengenai perolehan laba yang ditujukkan dengan laba bersih pada perhitungan 18 laba rugi perusahaan sangat penting bagi investor, karena laporan tersebut memberikan informasi yang dapat membantu pembacanya dalam menjumlahkan waktu dan ketidak 6 pastian dari arus kas masa depan yang berguna untuk untuk menilai ekonomi suatu perusahaan dan menetukan probabilitas dari pembayaran kembali hutang perusahaan kepada kreditur. Informasi laporan keuangan yang tersaji oleh pihak manajemen merupakan dasar dalam menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan yang hasilnya merupakan bahan pertimbangan dalam mengambil suatu keputusan.Secara umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah: ”laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam periode tertentu” (kasmir, 2010) 1. Tujuan Laporan Keuangan Dalam PSAK No.1 (Revisi 2009) dikatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan penguna laporan keuangan juga menunjukan hasil pertangungjawaban manajemen atas pengunaan sumber daya yang dipercaya kepada merekan. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,laporan menyajikan informasi mengenai entitas yang meliputi : (a) Asset; (b) Liabilitas; (c) Ekuitas; (d) Pendapatan dan beban termasuk keuntunga dan kerugian; (e) Kontribusi dari dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik; dan (f) Arus kas. 19 Informasi tersebut, beserta informasi lainnya yang terdapat dalam cacatan atas laporan keuangan, membantu pengguna laporan dalam memprediksi arus kas masa depan dan khususnya, dalam hal waktu dan kepastian diperolehnya kas dan setara kas. 2. Komponen Laporan Keuangan Menurut PSAK No. 1 (Revisi 2009) laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen berikut ini: a. Laporan posisi keuangan Laporan yang memberikan informasi mengenai posisi keuangan perusahaan yang terdiri dari tiga unsur yaitu, aset, liabilities dan ekuitas perusahaan pada saat tertentu. Sehingga menunjukan persamaan, sebagai berikut: Aset= Liabilities + Ekuitas 1) Aset merupakan sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dimasa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan . 2) Liabilities merupakan kewajiban perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu. 3) Ekuitas merupakan hak residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilities. b. Laporan Laba Rugi Komprehensif Laporan yang menyajikan seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam satu periode. 20 c. Laporan Perubahan Ekuitas Laporan perubahan ekuitas adalah komponen laporan keuangan yang menyajikan perubahan-perubahan pada pos-pos ekuitas.Laporan ini sangat bermanfaat untuk mengidentifikasi alasan perubahan klaim pemegang ekuitas atas aktiva perusahaan laporan ini merinci perubahan ekuitas pemegang saham yang disebabkan penerbitan, pembelian kembali saham, reinvestasi laba.Laporan ini dipersiapkan setelah laporan laba rugi, karena laba bersih atau laporan ekuitas pemilik seringkali dipandang sebagai penghubung antara laporan laba rugi dengan neraca. d. Laporan Arus Kas Laporan arus kas adalah suatu ikhtisar penerimaan dan pengeluaran kas selama suatu periode tertentu dan diklasifikasikan menurut aktiva operasi , investasi dan pendanaan. e. Catatan Atas Laporan Keuangan Penyajian atas laporan keuangan menurut ikatan Akutan Indonesia (2004: 1.17): Catatan atas laporan keuangan harus disajikan dengan sistematis pada pos dalam neraca, laporan laba rugi, laporan kas harus berkitan dengan informasi yang didapat dalam catatan atas laporan keuangan. F. Penelitian Sebelumnya Penelitian Saidi (2004) meneliti tentang “Faktor–Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di BEI Tahun 1997–2002”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia sebanyak 130 perusahaan manufaktur. Sampel penelitian sebanyak 97 perusahaan. Penentuan anggota sampel dalam penelitian imi dilakukan dengan metode 21 random sampling. Penelitian ini melibatkan enam variabel yang terdiri atas satu variabel terikat (Y) dan lima variabel bebas (X). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan ukuran perusahaan, risiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dan struktur kepemilikan perusahaan secara bersama–sama berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan secara parsial hanya pertumbuhan perusahaan, profitabilitas, dan struktur kepemilikan berpengaruh secara signifikan terhadap struktur modal, sementara risiko bisnis berpengaruh tidak signifikan terhadap struktur modal. Penelitian Hartono (1990) meneliti tentang “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal dan Pengaruh Struktur Modal Terhadap Biaya Modal Pada PD Bank Pasar di Karesidenan Surakarta”. Populasi dan sampel dalam penelitian ini mengkhususkan pada Bank Pasar milik Pemerintah Daerah atau disebut PD Bank Pasar. Untuk daerah karesidenan Surakarta yang terdiri dari enam (6) Kabupaten dan satu (1) Kotamadia terdapat lima (5) PD Bank Pasar, yaitu : PD Bank Pasar Kodia Surakarta, PD Bank Pasar Kabupaten Karanganyar, PD Bank Pasar Kabupaten Klaten, PD Bank Pasar Kabupaten Sukoharjo, dan PD Bank Pasar Kabupaten Boyolali. Karena ke lima PD Bank Pasar ini mempunyai perbedaan jumlah aktiva, jumlah kredit yang beredar, dan jumlah deposito yang menyolok, maka ke lima PD Bank Pasar tersebut semuanya diteliti. Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian Hartono menggunakan metode observasi, metode wawancara, dan metode perpustakaan. Variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian Hartono meliputi : penjualan, struktur aktiva, tingkat pertumbuhan, dan profitabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah penjualan (kredit yang beredar), dan struktur aktiva. 22 Sedangkan faktor-faktor lain seperti : profitabilitas, dan tingkat pertumbuhan tidak secara signifikan berpengaruh terhadap struktur modal. Penelitian Harjudi (1995) meneliti tentang “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Struktur Aktiva, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Studi Kasus Pada PT Semen Cibinong Periode 1976-1993”. Penelitian ini bersifat studi kasus yang dilakukan di PT Cibinong, sehingga tidak diperlukan sampel. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data internal sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak (BAPEPAM) yang terdiri dari data laporan keuangan tahunan, dan prospektus PT Semen Cibinong. Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dan observasi. Variabel yang dianalisis dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua yaitu variabel tidak bebas (X) adalah struktur modal dan variabel bebas (Y) adalah ukuran perusahaan, struktur aktiva dan profitabilitas. Hasil dari penelitian ini adalah ukuran perusahaan dan struktur aktiva mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal dengan ditunjukkan koefisien regresi yang positif). Sedangkan profitabilitas mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal PT Semen Cibinong Indonesia yang ditunjukkan dengan koefisien regresi yang negatif, artinya keuntungan yang diperoleh sebagian besar ditanamkan ke dalam perusahaan. Penelitian Agus (2001) mengambil judul “Analisis Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Struktur Keuangan Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Indonesia”. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang go public di Bursa Efek Indonesia sebagaimana yang terdaftar pada ICMD 1998 dan homepage Bursa Efek Indonesia. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan metode 23 purposive sampling dengan tipe judgment sampling. Dengan kriteria pemilihan sampel, yaitu perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangan pada Bursa Efek Indonesia secara terus menerus per semester dari tahun 1997 sampai dengan tahun 1999 semester kedua, serta perusahaan-perusahaan yang bergerak dalam kelompok perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk, maka sampel penelitian ditetapkan sebanyak 30 perusahaan. Variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah struktur keuangan, struktur aktiva, intensitas aktiva, ukuran perusahaan, derajat operating leverage, pertumbuhan penjualan, dan return on asset. Hasil dari penelitian ini adalah struktur aktiva, intensitas aktiva, ukuran perusahaan, derajat operating leverage, pertumbuhan penjualan, dan return on asset berpengaruh baik secara parsial maupun simultan terhadap struktur keuangan. G. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara variabel terikat (dependent variabel) dengan variabel bebas (independent variabel) digambarkan dalam kerangaka sebagai berikut. Struktur aktiva E. (X1) Ukuran perusahaan Struktur Modal (X2) (Y) Operating leverage H. Hipotesis (X3) Gambar 2.1 Pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan dan operating leverage terhadap struktur modal. 24 H. Hipotesis Hipotesis yang dapat diambil dari permasalahan diatas adalah : Ho1 : Tidak terdapat pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan dan operating leverage secara bersama-sama terhadap struktur modal. Ha1 : Terdapat pengaruh antara struktur aktiva, ukuran perusahaan dan operating leverage secara bersama-sama terhadap struktur modal. Ho2 : Tidak terdapat pengaruh struktur aktiva, ukuran perusahaan dan operating leverage secara parsial terhadap struktur modal. Ha2 : Terdapat pengaruh ukuran perusahaan, likuiditas dan profitabilitas secara parsial terhadap struktur modal.