MODUL BOTANI FARMASI ANATOMI DAN MORFOLOGI DAUN Disusun Oleh : Indah Yulia Ningsih, S.Farm., M.Farm., Apt. BAGIAN BIOLOGI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2015 KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala nikmat kepada kami sehingga penyusunan modul kuliah ini dapat diselesaikan sebagai mana mestinya. Modul kuliah ini dimaksudkan sebagai bahan ajar yang akan mendukung kelancaran proses pembelajaran pada Mata Kuliah BOTANI FARMASI pada Fakultas Farmasi Universitas Jember. Materi-materi yang disajikan dalam modul ini diharapkan dapat memberikan pemahaman mendalam mengenai Anatomi dan Morfologi Daun yang penting sebagai dasar bagi mata kuliah semester-semester berikutnya. Sebagai sebuah karya keilmiaan, kami berharap semoga modul ini menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi siapa saja yang membaca dan mempelajarinya. Dan sebagai sebuah karya pula maka kami menyadari bahwa sudah pasti terdapat kekurangan ataupun kejanggalan di berbagai tempat dalam buku ini. Oleh sebab itu, demi kesempurnaannya di masa mendatang, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan. Jember, Januari 2015 PENYUSUN DAFTAR ISI Hal. Halaman Judul ............................................................................ i Kata Pengantar ........................................................................... ii Daftar Isi ................................................................................... iii 1.1.Anatomi Daun ................................................................. 1 1.1.1. Jaringan Epidermis ........................................... 2 1.1.2. Jaringan Mesofil Daun .................................... 10 1.1.3. Tulang Daun (Jaringan Pengangkut) .............. 13 1.2.Morfologi Daun ............................................................. 15 1.2.1. Bagian-Bagian Daun ....................................... 15 1.2.2. Daun Tunggal dan Daun Majemuk................. 18 1.3.Tugas/Diskusi ................................................................ 35 1.4.Rangkuman.................................................................... 36 1.5.Rujukan Pengayaan ....................................................... 36 1.6.Latihan Soal................................................................... 36 ANATOMI DAN MORFOLOGI DAUN A. Capaian Pembelajaran (LO) Prodi Mampu menerapkan ilmu dan teknologi kefarmasian dalam perancangan, pembuatan dan penjaminan mutu sediaan farmasi bahan alam. B. Capaian Pembelajaran (LO) MK Memahami anatomi dan morfologi daun dalam rangka mendukung pembuatan sediaan farmasi bahan alam yang berkualitas. C. Kompetensi yang Diharapkan 1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian anatomi dari organ daun suatu tanaman beserta fungsinya. 2. Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan tanaman berdasarkan struktur anatomi daun. 3. Mahasiswa mampu mendeskripsikan bagian morfologi dari organ daun suatu tanaman beserta fungsinya. 4. Mahasiswa mampu mengenali dan membedakan tanaman berdasarkan struktur morfologi daun. 1.1. Anatomi Daun Daun merupakan salah satu organ tanaman yang terdiri dari beberapa sistem jaringan berikut: 1. Jaringan Epidermis : - Epidermis atas (adaksial) - Epidermis bawah (abaksial) 2. Jaringan mesofil atau parenkim daun - Jaringan mesofil palisade (jaringan tiang) - Jaringan mesofil sponsa (jaringan bunga karang) 2 Anatomi dan Morfologi Daun 3. Jaringan berkas pengangkutan - terletak pada mesofil (sponsa) - xilem - floem Gambar 1. Struktur anatomi daun 1.1.1. Jaringan Epidermis Jaringan epidermia merupakan jaringan yang terdiri dari berbagai bentuk sel, diantaranya bentuk kubus/prisma, tidak teratur dari permukaan, merupakan segi banyak, ada yang dindingnya berkelok-kelok tidak teratur, serta bentuk memanjang pada tanaman Monokotil. Berikut ini adalah karakteristik dari jaringan epidermis yang terdapat dalam daun : Anatomi dan Morfologi Daun • Jaringan paling luar pada setiap organ tumbuhan • Umumnya terdiri atas satu lapis sel yang irreguler • Sebagian besar terdiri dari vakuola yang berisi cairan • Pada beberapa tumbuhan spermatophyta, cairan ini berisi zat warna antosianin • Tidak mengandung kloroplas kecuali pada sel penutup stomata • Tumbuhan yang hidup di daerah kering dan terkena matahari secara intensif, epidermis dapat tersusun dari beberapa lapis sel, 2-16 lapis sel (Ficus, Piper) • Epidermis adaksial sering ditutup kutikula, tersusun dari zat kutin, berfungsi untuk mencegah penguapan air dan gangguan mekanik lain • Epidermis abaksial dinding sel lebih tipis dan lapisan kutikula lebih sedikit Sebagai jaringan terluar dari daun, epidermis memiliki peranan cukup penting. Beberapa fungsi epidermis fungsinya adalah : • Sebagai pelindung terhadap hilangnya air karena adanya penguapan • Sebagai pelindung terhadap kerusakan mekanik • Sebagai pelindung terhadap perubahan suhu • Sebagai pelindung terhadap hilangnya zat-zat makanan Pada jaringan epidermis daun terdapat alat-alat tambahan yang disebut pula sebagai derivat epidermis, antara lain : 3 4 Anatomi dan Morfologi Daun a. Stomata Stomata merupakan celah pada epidermis yang berwarna hijau. Alat tambahan ini terutama terdapat pada helaian daun permukaan bawah. Pada tumbuhan air, misalnya. Nymphaea, stomata hanya dijumpai pada permukaan adaksial. Stomata dibatasi oleh dua sel penutup yg bentuknya berlainan dg sel epidermis sekitar, yakni bentuk ginjal dan bentuk halter. Bentuk ginjal terdapat pada dicotyledoneae, sedang bentuk halter terdapat pada familia Poaceae Bagian-bagian dari stomata adalah sebagai berikut : Stoma atau apertura (celah) Sel penutup yang terdiri atas 2 sel (sepasang) yang mengandung kloroplas Sel tetangga yang jumlahnya 2 atau lebih Anatomi dan Morfologi Daun Gambar 2. Struktur penampang melintang stomata Tipe stomata ditentukan berdasarkan struktur , jumlah dan letak sel-sel tetangga, yaitu : Tipe anomositik (Ranunculaceae) Jumlah sel tetangga 3 atau lebih, satu sama lain sukar dibedakan. Bentuk sel tetangga sama dengan sel epidermis sekitar, sehingga ada yang mengatakan tidak punya sel tetangga Tipe anisositik (Solanaceae) Jumlah sel tetangga 3 atau lebih, satu sel jelas lebih kecil dari sel lain Tipe diasitik (Caryophyllaceae) Jumlah sel tetangga 2, bidang persekutuannya menyilang celah stomata Tipe parasitik (Rubiaceae) 5 6 Anatomi dan Morfologi Daun Jumlah sel tetangga 2, bidang persekutuannya segaris celah stomata Tipe aktinositik Merupakan variasi tipe anomositik yg ditandai dg sel tetangga yang pipih dan mengelilingi stomata dlm susunan berbentuk lingkaran Tipe bidiasitik (Labiatae) Jika sel penutup dilapisi dua lapis sel tetangga, bidang persekutuannya menyilang celah stomata Anatomi dan Morfologi Daun Gambar 3. Stomata bentuk halter pada tanaman Monokotil (Stomata tipe Gramineae/Poaceae b. Rambut Epidermis (Trikoma) Trikoma merupakan onjolan atau apendiks dari epidermis dengan bentuk, struktur dan fungsi yang bermacam-macam. Fungsinya antara lain sebagai proteksi, penguat, sebagai kelenjar, dan lain-lain. Alat tambahan ini terdapat pada epidermis abaksial maupun adaksial. Trikoma memiliki struktur uniseluler, ataupun multiseluler . Bentuknya bermacam-macam, misalnya bentuk bintang (pada Malvaceae, Sterculiaceae), lurus sampai bercabang. Trikoma kadang terdiri dari sel hidup dan mempunyai glandula, rambut penggatal yang terdiri dari sel yang panjang, uniseluler dan mengandung zat kimia tertentu. Jika tersentuh, ujung rambut putus dan melepaskan cairan yang menyebabkan gatal. Beberapa jenis trikoma adalah sebagai berikut : Trikoma non glanduler (rambut penutup) 7 8 Anatomi dan Morfologi Daun Adalah trikoma yang tidak bersekresi Trikoma glanduler (rambut kelenjar) Adalah trikoma yang bersekresi. Trikoma glanduler terdiri dari Tipe Compositae (Asteraceae) (terdiri dari satu deret sel tangkai dan dua baris sel kelenjar) dan Tipe Labiatae (Lamiaceae) (terdiri dari 1 sel pangkal, 1 atau beberapa sel tangkai, sebaris mendatar sel kelenjar sebanyak 4, 8, 12 sel atau lebih Anatomi dan Morfologi Daun Gambar 4. Berbagai macam bentuk trikoma c. Sel Kipas Sel kipas merupakan derivat epidermis yang terdapat pada daun Gramineae dan Monokotil lain. Selnya lebih besar daripada 9 10 Anatomi dan Morfologi Daun sel epidermis biasa, dinding tipis dan vakuola besar. Pada penampang melintang tampak seperti kipas dengan sel terbesar di bagian tengah. Sel ini berisi banyak air dan tidak berisi kloroplas. Dinding selnya terdiri dari selulosa dan pektin. Sedangkan dinding luar terdiri dari kutin dan ditutupi kutikula. Fungsi sel kipas adalah untuk menyimpan air. Pada saat terjadi penguapan, sel kipas akan mengempis dan menyebabkan daun menggulung untuk mengurangi penguapan. Gambar 5. Struktur sel kipas pada jaringan epidermis 1.1.2. Jaringan Mesofil Daun Jaringan mesofil daun terletak antara epidermis adaksial dan abaksial. Jaringan ini terdiri dari jaringan palisade (jaringan tiang) dan jaringan sponsa (jaringan bunga karang). Ciri dari jaringan palisade, antara lain : Terdiri dari satu atau beberapa lapis sel yang panjang Tersusun rapat (ruang antar sel sedikit) Mengandung banyak kloroplas Anatomi dan Morfologi Daun Biasanya terdapat pada sisi adaksial, namun pada xerofit terdapat pada kedua sisi daun Gambar 6. Struktur jaringan mesofil daun pada tumbuhan dikotil Sedangkan ciri jaringan sponsa, antara lain : Sel-sel irreguler Tersusun agak renggang (banyak ruang antar sel) Ruang ini langsung berhubungan dengan stomata Stomata dan ruang antar sel berperan untuk mensuplai gas CO2 untuk keperluan fotosintesis Mengandung kloroplas, tetapi lebih sedikit dibanding selsel palisade Karena mengandung kloroplas, maka sering disebut klorenkim Perbedaan struktur mesofil bergantung pada spesies dan lingkungan tempat tumbuh 11 12 Anatomi dan Morfologi Daun Tumbuhan yang mendapat banyak sinar matahari, jaringan mesofil lebih kompak, palisade terdiri dari 2 – 3 lapis sel Tumbuhan yang kurang sinar matahari, palisade sebagian besar digantikan oleh jaringan sponsa Pada tumbuhan dari kelas monokotil, tidak ada perbedaan yang tegas antara palisade dengan sponsa Gambar 7. Struktur jaringan mesofil daun pada tumbuhan monokotil Anatomi dan Morfologi Daun 1.1.3. Tulang Daun (Jaringan Pengangkut) Tulang daun (vena) terdapat pada wilayah jaringan sponsa, tetapi ibu tulang daun (costa) membentang menempati wilayah palisade sampai sponsa. Tulang daun menjalar ke berbagai arah, maka pada sayatan melintang daun vena akan tampak terpotong melintang ataupun membujur. Namun pada daun dengan arah tulang daun yang sejajar (misal pada monokotil), maka pada sayatan melintang vena hanya terpotong melintang saja. Tulang daun terdiri dari : Selaput sklerenkim - menutup sebagian atau seluruh berkas pembuluh - berfungsi sebagai penguat - biasanya hanya terdapat pada costa (jarang pada vena) - pada vena, selaput ini terdiri dari sel-sel parenkim (seludang berkas/bordered parenchym) Floem Xilem Xilem biasanya lebih ke arah adaksial dan floem ke arah abaksial 13 14 Anatomi dan Morfologi Daun Gambar 8. Struktur tulang daun Anatomi dan Morfologi Daun 1.2. Morfologi Daun 1.2.1. Bagian-Bagian Daun Organ daun memiliki bagian-bagian, antara lain: (1) pangkal daun (leaf base) yaitu bagian yang berhubungan dengan bagian batang tumbuhan, (2) pelepah atau upih daun (vagina), yaitu bagian daun yang memeluk batang, (3) tangkai daun (petiole), yaitu bagian daun yang pada umumnya berbentuk silinder, dan (4) helaian daun (lamina), yaitu bagian daun yang berbentuk pipih dorso-ventral serta berguna untuk fotosintesis. Gambar 9. Perbedaan daun lengkap dan daun tidak lengkap 15 16 Anatomi dan Morfologi Daun Pangkal tangkai daun pada golongan tumbuhan tertentu dapat memiliki pengikut daun atau pelengkap daun, dapat bersifat persistent atau mudah gugur, dapat berupa daun penumpu (stipula), terdapat di pangkal tangkai daun, dan berdasarkan pada tata letaknya dibedakan menjadi: (1) daun penumpu bebas (liberae) (2) dua daun penumpu melekat di kanan-kiri pangkal tangkai daun (adnate) (3) daun penumpu di ketiak (axillaris; intrapetiolaris) (4) daun penumpu berlawanan (opposita; antidroma) (5) daun penumpu berilangan (interpetiolaris). Anatomi dan Morfologi Daun Gambar 10. Jenis-jenis stipula pada daun Disamping itu pengikut daun dapat berupa selaput bumbung (ochrea) yang merupakan pelindung kuncup, membalut batang, misalnya pada tumbuhan anggota suku Polygonaceae, dan lidah daun (ligula) merupakan tonjolan di ujung upih daun, dan berguna untuk melindungi kuncup dan 17 18 Anatomi dan Morfologi Daun air, misalnya pada semua jenis anggota suku Poaceae (Gramineae). Gambar 11. Ochrea dan Ligula 1.2.2. Daun Tunggal dan Daun Majemuk I. Daun Tunggal (Folium Simplex) Daun tumbuhan dapat lengkap atau tidak lengkap, bagi daun yang lengkap dipersyaratkan memiliki bagian upih daun, tangkai daun, dan helaian daun. Daun yang tidak lengkap, adalah daun yang tidak memiliki salah sam atau dua bagian utama, dapat memiliki kenampakan sebagai: (1) daun bertangkai; adalah daun yang hanya memiliki bagian tangkai dan helaian daun, (2) daun berupih; adalah daun yang hanya memiliki Anatomi dan Morfologi Daun bagian upih dan helaian daun, (3) daun duduk (sessile); adalah daun yang hanya memiliki helaian daun saja, sedangkan daun duduk yang pangkal helaiannya memeluk batang disebut duduk memeluk batang (amplexicaulis), (4) daun semu (filodia); adalah daun yang berkembang dan tangkai daun yang melebar. Gambar 12. Skema daun lengkap. Bentuk daun (circumscriptio) Penentuan bentuk daun berdasarkan pada bentuk dan helaian daun, sedangkan tangkai dan upih daun tidak menentukan bentuk daun. Bentuk daun dapat dibagi menjadi empat seri atau pola, yaitu : a. Seri ellip Seri ini merupakan bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di tengah-tengah helaian daun. 19 20 Anatomi dan Morfologi Daun Gambar 13. Seri atau pola bentuk helaian daun Bentuk-bentuk turunannya ditentukan berdasarkan perbandingan panjang dan lebar helaian daun, dibedakan menjadi: (1) bentuk bulat (orbeicularis); diidentifikasi demikian karena perbandingan panjang: lebar = 1:1, Anatomi dan Morfologi Daun (2) bentuk membulat (ovalis; elipticus); diidentifikasi demikian karena perbandingan panjang : lebar 1,5 2 : 1, (3) bentuk bulat memanjang (oblongus) perbandingan panjang : lebar 2.5 - 5 : 1, (4) bentuk lanset (lanceolatus) perbandingan panjang: lebar =5 - 10: 1. b. Seri bulat telur (ovate) yaitu bentuk helaian daun yang memiliki bagian terlebar di bawah tengah-tengah helaian daun, penentuannya bukan berdasarkan ukuran tetapi berdasarkan pengibaratan dengan bentuk benda, dibagi menjadi 2 tipe: (1) Pangkal helaian daun tidak bertoreh, memiliki empat variasi bentuk antara lain: (a) bentuk bulat telur (ovate) menyerupai bentuk telur 2 dimensi dengan pangkal membulat, (b) bentuk segitiga (triangulare); menyerupai bentuk dua dimensi segitiga sama kaki, (c) bentuk delta (deltoid) menyenipai bentuk dna dimensi segitiga sama sisi, (d) bentuk belah ketupat (rhomboid); menyerupai bentuk dua dimensi segi empat dengan sisi yang tidak sama panjang. (2) Pangkal helaian daun bertoreh, memiliki lima variasi bentuk antara lain: (a) bentuk jantung 21 22 Anatomi dan Morfologi Daun (cordatus; cordate); bentuk ini ditandai dengan ujung daun runcing, meruncing atau tumpul, dengan pangkal bertoreh, (b) bentuk ginjal (reniform); bentuk ini ditandai dengan ujung daun yang membulat, dan pangkal bertoreh, (c) bentuk anak panah (sagitate); daun sempit ujung tajam, pangkal daun dengan torch yang lancip, (d) bentuk tombak (hastate); sama dengan bentuk anak panah, tetapi torch pangkal daun lemah, sehingga hampir mendatar, (e) bentuk bertelinga (auriculate), seperti bangun tombak, tetapi pangkal helaian daun memanjang dan memeluk batang. c. Seri bulat telur terbalik (obovate) Bentuk-bentuk turunannya antara lain: (1) bentuk bulat telur terbalik (obovate); seperti bulat telur tetapi bagian terlebar di dekat ujung, (2) bentuk jantung terbalik (obcordate); seperti bangun jantung tetapi yang terlebar di dekat ujung, (3) bentuk pasak atau segitiga terbalik (cuneate), (4) bentuk sudip (spathulate), serupa dengan bulat telur terbalik dengan ukuran yang relatif panjang. d. Seri garis (lineans) Bentuk-bentuk turunannya antara lain: Anatomi dan Morfologi Daun (1) bentuk garis (linear); helaian daun dengan ukuran yang panjang, dengan penampang clip tipis, dan kaku, (2) bentuk pita (ligulate), (3) bentuk pedang (ensiformis); helaian daun dengan ukuran relatif panjang, dengan penampang helaian clip dan tebal, (4) bentuk paku atau dabus (subulate) helaian dengan ukuran pendek seperti sisik keras, dengan penampang helaian silindris, ujung runcing, dan berkayu, (5) bentuk jarum (acerose); helaian daun berukuran sangat panjang, penampang silindris, ujung runcing. Di samping bentuk helaian daun juga penting untuk dicermati untuk membuat deskripsi tumbuhan, diantaranya: a. Ujung helaian daun (apex) Jenis helaian daun dapat dibedakan sebagai berikut: (1) Meruncing (acuminate) (2) runcing (acute); bentuk ujung ini bersudut runcing, tetapi dua sismya membelok, bersudut lancip, (3) tumpul (obtuse); bentuk ujung ini bersudut tumpul, kurang dari 900, 23 24 Anatomi dan Morfologi Daun (4) membulat (rotundate); bentuk ujung ini tak bersudut dan membulat, pada daun bulat atau jorong, (5) rompang (truncate); bentuk ujung rata, pada daun segitiga terbalik, (6) terbelah (emarginate); bentuk ujung menunjukan suatu torehan atau belahan, kadang nampak nyata, (7) berekor kecil (mucronate) ujung daun ditutupi oleh dun keras, (8) berekor (caudate); ujung daun seperti meruncing tetapi berukuran panjang serta membelok. Gambar 14. Jenis ujung helaian daun b. Pangkal helaian daun (basis) Pangkal daun berdasarkan pertemuan tepi helaian daun dibedakan antara: Anatomi dan Morfologi Daun (1) helaian daun tidak bertemu: memiliki variasi bentuk runcing, meruncing, tumpul, membulat, rompang, dan terbelah. (2) helaian daun bertemu: (a) daun tertembus batang (perfoliatus) daun duduk tetapi batang menembus pertengahan helaian daun, (b) bentuk tameng (peltatus) tangkai daun bertumpu di bagian helaian daun, biasanya helaian berbentuk membulat seperti layaknya perisai. Gambar 15. Jenis pangkal helaian daun sehingga 25 26 Anatomi dan Morfologi Daun c. Tepi daun (margo folii) Tepi daun apabila torehan tidak mempengaruhi bentuk helaian (tepi daun merdeka), maka berdasarkan pada besamya sudut tonjolan (angulus) dan sudut torehan (sinus) dapat dibedakan menjadi bentuk-bentuk: (1) bergerigi (serrate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut runcing, (2) beringgit (crenate) apabila sinus bersudut runcing dan angulus bersudut tumpul, (3) bergigi (dentate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut runcing, (4) berombak (rephandate) apabila sinus bersudut tumpul dan angulus bersudut tumpul, (5) rata (integer) apabila tidak dijumpai sinus dan angulus. Gambar 16. Sinus dan angulus pada torehan tepi daun Anatomi dan Morfologi Daun Gambar 17. Berbagai bentuk tepi halaian daun pada tumbuhan berbiji. Keterangan; a. rata, b. bergerigi, c. bergigi, d. beringgit. e. berombak. f. berbagi menyirip. Gambar 18. Torehan tepi daun yang tidak mempengaruhi bentuk 27 28 Anatomi dan Morfologi Daun Tepi daun apabila torehannya mempengaruhi bentuk, maka bentuk tepi ditentukan berdasarkan pada dalamnya toreh dan tipe pertulangan daunnya. Terdapat tiga bentuk apabila dipandang dari dalamnya torehan daun, yaitu: (1) bercangap (fidus); dalamnya toreh kurang dari separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjari disebut bercangab menjari (palmatifidus), menyirip dan disebut apabila tipe pertulangan bercangab menyirip (pinnatifidus), (2) berlekuk (lobus); apabila dalamnya toreh sama dengan separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjari disebut berlekuk menjari (palmatilobus), dan apabila tipe pertulangan menyirip disebut berlekuk menyirip (pinnatilobus), (3) berbagi (partitus); apabila dalamnya toreh lebih dan separo panjang tulang cabang daun, apabila tipe pertulangan menjan (palmapartitus), dan disebut berbagi apabila tipe menjari pertulangan menyinip disebut berbagi menyirip (pinnapartitus). Anatomi dan Morfologi Daun Gambar 19. Torehan tepi daun yang mempengaruhi bentuk d. Pertulangan helaian daun (Nervatio) Pertulangan daun adalah kelanjutan dan tangkai daun, sehingga merupakan kumpulan berkas pengangkutan pada helaian daun. Pertulangan daun utama disebut ibu tulang daun (costa), pada umumnya membagi daun memjadi dua sisi lateral. Ibu tulang daun memiiki percabangan yang disebut tulangan cabang atau cabang lateral, dan dari cabang lateral tumbuh pertulangan daun yang terhalus yang disebut urat daun (vena). Pada daun jenis tumbuhan tertentu misalnya pisang (Musa paradisiaca), cabang lateral ujungnya saling bertautan membentuk tulang pinggir. 29 30 Anatomi dan Morfologi Daun Berdasarkan pada susunan tulang cabang dibedakan empat tipe pertulangan daun, yaitu: (1) menyirip (penninerve) tulang cabang tersusun seperti sirip pada ikan, (2) menjari (paimmerve); sejumlah tulang cabang lurus tersusun seperti susunan jan, muncul dan satu titik (ujung tangkai daun), (3) melengkung (curvinerve) sejumlah tulang cabang melengkung, tersusun seperti susunan jari, muncul dari satu titik (ujung tangkai daun), (4) sejajar (rectinerve); sejumlah tulang cabang tersusun sejajar dari pangkal sampai ujung helaian daun. Anatomi dan Morfologi Daun II. Daun Majemuk (Folium Compositum) Daun majemuk berbeda dengan daun tunggal apabila dilihat dari beberapa aspek, antara lain; tata letak kuncup batang, jumlah helaian perdaun, percabangan tangkai daun, pertumbuhan, dan gugurnya daun (umur daun). Di bawah ini 31 32 Anatomi dan Morfologi Daun tabel tentang perbedaan daun tunggal dan majemuk. Daun majemuk disusun oleh bagian-bagian yang terdiri atas: (1) tangkai induk (rachis) merupakan aksis pokok yang di ketiak pangkal daunnya dijumpai adanya kuncup, (2) ruas cabang (rachilla) merupakan percabangan lanjutan dari aksis pokok, yang dapat dibedakan berdasarkan urutannya, yaitu ruas cabang tingkat 1 (rachiolla), ruas cabang tingkat 2 (rachiololus), dan seterusnya. Pada bagian ini kemudian ditumbuhi oleh anak daun (foliole), (3) tangkai anak daun (petiolole) adalah tangkai pendukung helaian daun anak daun setara dengan daun tunggal, dan (4) helaian anak daun (foliolum). Gambar 20. Bagian-bagian daun majemuk Berdasarkan susunan dari anak daunnya, daun majemuk dapat dibedakan menjadi lima macam, yaitu: (1) daun majemuk Anatomi dan Morfologi Daun menyirip (pinnatus); anak daun tersusun di kanan-kiri aksis dengan susunan seperti sirip ikan, (2) daun majemuk menjari (palmatus) anak daun tumbuh pada ujung aksis secara radial, membentuk susunan seperti jari, (3) daun majemuk bangun kaki (pedatus); anak daun anterior tersusun menjari, tetapi dua anak daun posterior tumbuh pada tangkai anak daun sebelumnya. 1. Daun Majemuk Menyirip (Pinnatus) Daun majemuk menyirip dapat hanya memiliki satu helaian anak daun, yang pangkal tangkainya bersendi terhadap aksis pokoknya, disebut daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolate), misalnya daun jeruk (Citrus aurantifolia; Rutaceae), dan daun melati (Jasminum sambac; Olaceae). Daun majemuk menyirip berdasarkan posisi anak daun ujung dibedakan menjadi: (1) daun majemuk genap (abruptepinnate) karena terdapat sepasang anak daun berhadapan di ujung aksis, baik jumlah anak daunnya genap atau ganjil, (2) daun majemuk menyirip gasal (imparipinnate) karena hanya ada satu anak daun di ujung aksis, baik jumlah anak daunnya genap atau ganjil. Berdasarkan pada posisi anak daunnya terhadap aksis pokok, daun majemuk menyirip dapat dibedakan menjadi: (1) daun majemuk menyirip berpasangan, pasangan 33 34 Anatomi dan Morfologi Daun anak daun berhadapan pada aksis pokok, (2) daun majemuk berseling; anak daun tidak berpasangan dan berhadapan, tetapi berseling pada aksis pokok, (3) daun mejemuk menyirip berselang-seling (interuptepinnate); anak daun berpasangan dengan posisi berhadapan, tetapi setiap pasangan memiliki ukuran yang berbeda. 2. Daun Majemuk Ganda atau rangkap (Bipinnate) Adalah daun majemuk yang ruas cabangnya (rachis) bertingkat, dan anak daun duduk pada ruas cabang tingkat tertentu. Daun majemuk menyirip apabila anak daun duduk pada ruas cabang tingkat satu (rachilla), maka disebut daun majemuk menyirip ganda dua, misalnya daun lamtoro (Leucaena glauca), dan bila anak daun duduk pada ruas cabang tingkat dua (rachiolla) disebut daun majemuk menyirip ganda tiga. 3. Daun Majemuk Menjari (Palmate atau Digitalis) Daun majemuk menyirip dibedakan berdasarkan pada jumlah anak daun, yaitu daun majemuk menyirip beranak daun: (1) dua (bifoliate), (2) tiga (trifoliate), (3) lima (quinquefoliate), (4) tujuh (septemfoliate), (5) banyak (polyfoliate). Kondisi ganda pada daun majemuk menjari Anatomi dan Morfologi Daun terdapat pada jenis tumbuhan Aquilegia vulgaris, yang bersifat ganda dua (biternatus). Gambar 21. Berbagai bentuk daun majemuk 1.3. Tugas/Diskusi Buatlah makalah tentang identifikasi struktur anatomi dan morfologi daun suatu tanaman. Gunakan setidaknya 2 artikel dari buku teks, jurnal ilmiah terakreditasi atau internasional untuk menyusun makalah anda. jurnal ilmiah 35 36 Anatomi dan Morfologi Daun 1.4. Rangkuman Struktur anatomi dan morfologi tumbuhan sangat penting dalam identifikasi terkait penggunaan tanaman dalam farmasi. Jaringan yang cukup penting dalam anatomi daun adalah jaringan epidermis, jaringan meristem dan jaringan pengangkut. Identifikasi morfologi daun dapat ditinjau dari bentuk helaiannya, bentuk ujung, pangkal maupun tepi daun. 1.5. Rujukan Pengayaan Tjitrosoepomo, G., 1987. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.. Kimball, JW., 1983. Biologi. IPB, Jakarta : Erlangga. Much. Marjanin, Hadmadi. 1980. Botani I. Jakarta : CV. Yasaguna. Rosanti, D. 2013. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga. Van Steenis, C.G.G.J., 1975. Flora untuk Sekolah di Indonesia. Jakarta : Paramita. Fahn, A. 1995. Anatomi Tumbuhan Edisi Ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 1.6. Latihan Soal Jawablah soal-soal di bawah ini dengan jelas! 1. Buatlah struktur anatomi daun beserta bagian-bagiannya! 2. Jelaskan fungsi jaringan epidermis! 3. Jelaskan fungsi trikoma dan stomata! Anatomi dan Morfologi Daun 4. Jelaskan perbedaan antara daun lengkap dan tidak lengkap! 5. Jelaskan perbedaan antara daun tunggal dan daun majemuk! 37