BAB 2 LANDASAN PERENCANAAN 2.1 Tinjauan Data Di dalam Food and Beverages industry yang semakin mengarah pada monopolistic competition, makanan dibedakan berdasarkan kategori mereka masingmasing seperti chinese food, western food, makan lokal, dsb. Namun ada satu poin penting yang membedakan makanan dari satu kategori dengan yang lain, yaitu pengalaman yang dirasakan. Makanan dalam Food and Beverages industry adalah sebuah pengalaman yang dirasakan, dimulai dari mendengar nama toko, interior, pelayanan, hingga menu yang disajikan. Momentum ini seringkali dikenal sebagai “The Moment of Truth“ dalam dunia bisnis. Gambar 2.1 Logo SSU Sunny Side Up Restaurant lahir dari visi bersama oleh orang-orang yang gemar makan telur. Inti dari restoran ini adalah produk yang sederhana, sehat, dan siap saji. Telur yang disajikan oleh SSU bukanlah telur biasa, melainkan “Golden Q Eggs” yang sudah teruji kontrol klinis dan bersertifikat Halal dan bebas dari bakteri e-coli dan salmonella. 3 4 2.1.1 Survey SSU oleh Redspace Berdasarkan hasil survey kombinasi antara kuesioner dengan wawancara yang dilakukan oleh Redspace pada tahun 2014 untuk mengetahui pendapat responden terhadap SSU, tercatat 20 responden dengan kategori 15 responden adalah wanita, dan 5 responden adalah pria dengan SES A-B dan lingkup umur antara 21-45 tahun. Ketika ditanyakan pendapat mereka tentang SSU (diperbolehkan untuk menjawab lebih dari satu kali), 16 responden menjawab restoran yang biasa-biasa saja, 9 responden menjawab restoran dengan tema yang unik, 2 responden menjawab SSU sebagai “Egg Expert” di mata mereka, 2 responden menjawab bahwa SSU adalah restoran yang buruk. 17 dari 20 responden telah mengunjungi dan mencoba SSU, dan 3 responden yang belun mengunjungi SSU dengan alasan tidak memiliki waktu, restoran yang memiliki reputasi rasa yang kurang baik dan harga yang mahal, serta desain interior yang terlihat kanak-kanak. 17 responden yang ditanyakan tentang menu favorit mereka di SSU, sebagian besar responden menjawab menu yang bukanlah menjadi menu unggulan dari SSU. Ketika ditanyakan apakah para responden merasa puas dengan kunjungan mereka ke SSU, 2 responden menjawab puas, 8 responden menjawab biasa saja, dan 7 responden menjawab tidak puas. Mayoritas dari responden menjawab tidak puas akan SSU ini, ketika ditanyakan apakah mereka ingin kembali untuk mencoba SSU, 3 responden menjawab ya, 3 responden menjawat tergantung, dan 11 responden menjawab tidak. 2.1.2 Market Situation Bila dibandingkan dengan kompetitor besar lainnya, SSU berada dalam posisi yang kurang menguntungkan. Hal ini bisa terlihat dalam bagan dibawah berikut ini. 5 Gambar 2.2 Bagan Perbandingan oleh Redspace, 2014 Problem utama dalam hal ini adalah terlalu banyaknya pilihan menu dan tidak adanya menu utama yang bisa menjadi center piece dari SSU. Ditambah pula dengan positioning statement yang kurang jelas dimana bukanlah makanannya lah yang menarik perhatian, melainkan bahan dasar yang berupa telur, dan semua orang tentunya bisa membuat telur. Selain itu tidak adanya kejelasan waktu dimana seharusnya target market memilih SSU sebagai pilihan restoran mereka. Berdasarkan tabel diatas, SSU harus melakukan perubahan yang cukup signifikan, dimulai dari jumlah menu utama yang disajikan. Diperlukan satu menu utama yang bisa menjadi hero dish dari SSU. Selain itu, juga diperlukan perubahan pada positioning statement SSU, terutama menjadi sesuatu yang lebih terfokus pada hero dish yang menjadi keunggulan dari SSU. Secara target market, target yang disasar oleh SSU sudah cukup terfokus. Karena tidak adanya kejelasan waktu untuk menikmati hidangan dari SSU, maka diperlukan sebuah waktu yang cukup jelas kapan untuk menikmati hidangan telur. 6 2.1.3 Rebranding oleh Redspace Redspace adalah branding agency yang menggabungkan berbagai teknologi untuk memperkuat komunikasi brand dan mengaktivasi sebuah brand sehingga dapat memberikan kesan yang mendalam kepada konsumen. Redspace memiliki visi untuk mentransformasikan brand dengan memperkaya pengalaman konsumen terhadap brand. Redspace merubah jiwa dari SSU menjadi sesuatu yang baru, dimulai dari perubahan brandmark, menu yang disajikan, hingga interior design. Bermula dari tidak adanya menu utama yang bisa dijadukan hero oleh SSU, Redspace memberikan solusi yang bertahap, tahap pertama adalah dengan membuat konsep baru yang unik, memperbaiki menu, dan mengembangkan pengalaman saat terjadinya the moment of truth. Gambar 2.3 Logo SSU oleh Redspace Solusi tersebut adalah “Omelette Rise-r”. Masyarakat Indonesia tentunya suka menikmati nasi goreng dengan telur, karenanya Redspace merekomendasikan kombinasi dari keduanya yang dikenal sebagai Omurice di Jepang. Omurice adalah makanan sehat yang dan bernutrisi, ditambah lagi dengan suasana Jepang yang jelas memberikan kualitas serta positioning yang jelas, “Omelette Riser, brings the spirit of Breakfast, preparing us to always be ready to face the day.” 7 2.1.4 Sunny Side Up @Summarecon Mall Serpong Outlet Sunny Side Up yang berada di Summarecon Mall Serpong (SMS), Bekasi Utara adalah outlet pertama yang mengalami renovasi dan telah menjadi Sunny Side Up yang baru. Outlet ini adalah satu-satunya outlet yang telah bertransformasi ketika penulis melakukan riset. Outlet ini berada di lantai dasar SMS dengan konsep lokasi open street dilengkapi dengan meja dan bangku untuk hangout dan variasi restoran sepanjang jalan. Secara lokasi, tempat ini memang menyasar kalangan muda yang gemar untuk hangout dan berlama-lama. Dengan ruangan terbuka dan tersedianya banyak bangku untuk duduk. Disepanjang pinggir jalan terdapat banyak outlet-outlet restoran yang dilengkapi dengan tempat duduk mereka masing-masing. Pengunjung bisa memilih untuk menikmati makanan di dalam restoran atau di luar restoran. Penulis sempat bertanya kepada para pengunjung Sunny Side Up saat observasi lapangan dimulai, dan mereka cukup menyukai kustomisasi omurice yang disediakan. Gambar 2.4 Suasana lokasi di Summarecon Mall Serpong, 2015 8 2.1.4.1 Interior Sunny Side Up ini adalah salah satunya. Dengan desain interior kayu yang berkesan Jepang, modern dan hipster, sangat menarik perhatian bila disejajarkan dengan restoran lainnya. Colour tone yang digunakan terkesan earthy namun playful, berupa kombinasi dari warna cokelat kayu yang dipadukan dengan warna biru toska, putih, dan kuning omelet yang menjadi aksen dari restoran. Poin menarik dari interior ini adalah mural yang terlukis pada dinding beton sepanjang restoran. Mural ini mengisahkan perjalan telur dari quality checking hingga akhirnya bisa dibuat menjadi kombinasi omelet. Gambar 2.5 Entrance & Interior, 2015 9 Gambar 2.6 Mural Outlet, 2015 Gambar 2.7 Outdoor, 2015 2.1.4.2 Menu Variasi menu yang ditawarkan terbagi dari appetizer, main menu, dessert, dan drinks. Appetizer yang ditawarkan kurang lebih berbasis makanan barat. Main menu yang ditawarkan terbagi atas tiga kategori, yaitu Omurice, Japanese food dan Western food, omurice bisa dikustomisasi sesuai selera bila diinginkan. Dessert 10 terdiri dari variasi dan kombinasi es krim. yang ditawarkan cukup unik, terutama minuman yang terbuat dari putih telur. Gambar 2.8 Variasi Menu Utama, 2015 Gambar 2.9 Variasi Menu Tambahan, 2015 2.1.4.3 Promosi Sunny Side Up sangat gencar dalam melakukan promosi, terutama dengan menggunakan twitter. Bisa terbilang, twitter merupakan media komunikasi utama dari Sunny Side Up untuk melakukan promosi, dimulai dari promo untuk mengupload foto ke twitter dan memberikan komentar untuk mendapatkan freebies, 11 hingga fakta-fakta tentang telur. Selain itu, media komunikasi yang lain adalah website, namun sayangnya website dari Sunny Side Up masih berada dalam renovasi. Sunny Side Up juga memiliki instagram dan facebook, namun sayangnya respon yang diterima tidak sebaik twitter. Gambar 2.10 Twitter SSU, 2015 12 Gambar 2.11 Website SSU, 2015 Gambar 2.12 Instagram SSU, 2015 Gambar 2.13 Promosi #QravedUp, 2015 13 2.1.4.4 Target Audience Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, pengunjung Sunny Side Up adalah sekelompok anak muda dengan SES A-B, berumur 17-25 tahun yang senang untuk hangout dan bersosialisi. Mereka senang berlama-lama di restoran hanya untuk berbincang-bincang sambil menikmati makanan. Selain itu, mereka mempunyai kebiasaan untuk mengupload foto-foto makanan yang akan dimakan ke media sosial mereka. 2.1.4.5 Competitor Berdasarkan penempatan restoran, yang berbasis dine-in, Sunny Side Up memiliki beberapa competitor seperti: 2.1.4.5.6 Kenny Rogers ROASTERS Didirikan pada tahun 1991 oleh musisi terkenal Kenny Rogers, restaurant ini memiliki spesialisasi rottiserie chicken yang dipanggang sambil diputar di dalam oven besar. Dilengkapi dengan berbagai pilihan saus dan menu pelengkap seperti potato salad, coleslaw, cheesy macaroni, dll. Secara promosi, bisa terbilang Kenny Rogers ROASTERS adalah competitor terberat, dengan promosi yang sama-sama berbasis twitter yang terus update setiap hari. Dengan interior merah yang terkesan panas membara, restoran ini mengangkat tema menu yang “Deliciously Healthy”. 2.1.4.5.7 Mie Tarik Laiker Mie Tarik Laiker adalah sebuah restoran yang mengangkat mie tarik sebagai menu utama. Mie tarik yang ditawarkan pun bervariasi, dengan side dish seperti ebi furai dan udang bantal. Interior dari restoran ini bernuansa hijau muda rumput yang senada dengan logo. Secara keseluruhan, restoran ini sangat minim dalam melakukan 14 media promosi, facebook hanya dibuat tanpa di-update terus menerus, dan website pun tidak terawat. 2.1.5 Survey SSU oleh Penulis Dilakukan survey mengenai persepsi masyarakat dalam mencoba restoran baru. Survey berlangsung selama 3 hari, dari tanggal 12-15 April 2015. Survey berupa kuesioner online yang disebarkan melalui sosial media. Tercatat terdapat 20 responden yang dikategorikan sebagai berikut: Jumlah responden sebanyak 20 (13 laki-laki, 7 perempuan), berdomisili dominan di Jakarta Barat (15 Jakarta Barat, 1 Jakarta Selatan, 4 diluar Jakarta), rentan umur dominan 21-25 tahun (16-20 tahun: 5 responden, 21-25 tahun: 12 responden, 26-30 tahun: 2 responden, diatas 31 tahun: 1 responden), pekerjaan dominan adalah mahasiswa (SMA: 2 responden, mahasiswa: 13 responden, karyawan: 4 responden, wirausaha: 1 responden), dengan pendapatan dominan antara 1.000.000-5.000.000 IDR (100.000-500.000 IDR: 5 responden, 500.000-1.000.000 IDR: 3 responden, 1.000.000-5.000.000 IDR: 9 responden, 5.000.000-10.000.000: 3 responden. Ketika ditanyakan apakah mereka sering menikmati makanan di restoran, 14 responden menjawab ya dan 6 responden menjawab tidak. Ketika ditanyakan seberapa sering mereka makan di restoran, sebagian besar menjawab jarang, dengan jenjang antara satu minggu sekali hingga dua minggu sekali. Ketika ditanya dengan siapakah biasanya menikmati makanan di restoran, 9 responden menjawab teman, 7 responden menjawab keluarga, 3 responden menjawab pacar. Ketika ditanya apakah mereka sering mencoba restoran baru, 13 responden menjawab ya, 7 responden menjawab tidak. Ketika ditanya apakah yang menjadi penentu utama mereka dalam mencoba restoran baru, 8 responden menjawab menu yang disajikan, 5 responden menjawab rekomendasi, 5 responden menjawab harga, dan 2 responden menjawab promo. Ketika ditanya dari manakah mereka biasa mencari informasi tentang restoran baru, 13 responden menjawab teman, 4 responden menjawab progam pendukung seperti food review, 2 responden menjawab website restoran, dan 1 responden menjawab keluarga. Ketika ditanyakan program pendukung apakah yang sering dikunjungi, mereka menjawab anakjajan, jakartago, zomato, instagram, eats and treats, dan food blogger lullabyspoon. Bila ditanyakan apa yang menjadi penentu 15 dalam memilih menu makanan di restoran baru, 5 responden menjawab gambar menu makanan, 6 responden menjawab harga makanan, 4 responden menjawab menu utama restoran, 3 responden menjawab chef’s recommendation, 2 responden menjawab makanan sampingan. Ketika ditanyakan apa yang terlintas di benak mereka ketika mendengan ‘Japanese food’, 14 responden menjawab sushi, 2 responden menjawab bento, 1 responden menjawab udon/ramen, 1 responden menjawab dorayaki, dan 1 responden menjawab shabu-shabu. 2.2 Tinjauan Teori 2.2.1 Branding Menurut Amelia E. Maulana dari buku yang berjudul “Brandmate” melangsirkan bahwa branding adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam usaha membesarkan sebuah brand. Pencapaian tujuan brand bsia diukur apabila sejak awal sudah jelas ditetapkan tujuan atau cita-citanya. Brand yang kuat adalah sebuah brand yang dikenal luas, dimengerti maknanya, disukai, selalu dipilih pada tiap kesempatan, dan direkomendasikan kepada konsumen lainnya. Untuk memperoleh posisi brand kuat tentu tidak sederhana. Butuh waktu dan strategi pemasaran yang tepat. Brand yang kuat adalah brand yang telah menadapat sebuah posisi dimana cita-cita yang dicanangkannya sudah sama seperti apa yang dipikirkan konsumen terhadapnya. 2.2.2 Corporate Identity Corporate identity menurut M. Linggar Anggoro adalah suatu cara atau suatu hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaanperusahaan lainnya. Ia juga menyebutkan bahwa identitas perusahaan harus diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi hal-hal unik atau khas tentang perusahaan yang bersangkutan secara fisik. 16 M. Linggar Anggoro (2000) dalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan serta Aplikasinya di Indonesia menyatakan elemen-elemen utama identitas perusahaan atau identitas korporat meliputi tipe logo, warna/bentuk bangunan, atribut, sampai dengan seragam dan pakaian resmi perusahaan. Penggunaan elemenelemen identitas perusahaan yang dominan dalam penulisan ini adalah penggunaan tipe logo dan warna yang mencitrakan identitas dari SSU. 2.2.3 IMC IMC (Integrated Marketing Communications) menurut Dun Schultz dalam Belch & Belch (2012) adalah proses strategi bisnis yang digunakan untuk mempersiapkan, membuat, pelaksanaan dan evaluasi yang bisa terukur dari program komunikasi sebuah brand yang berlangsung secara terus menerus dengan para konsumen, pelanggan, prospek, karyawan, pemegang saham, dan target audience external dan internal lainnya yang memiliki relevansi dengan program komunikasi tersebut. Tujuannya adalah untuk memperbaiki finansial dalam jangka pendek dan untuk memperpanjang umur brand dalam jangka panjang. Dengan pengintegrasian IMC secara optimal, hasil yang didapat akan semakin baik pula. Dalam IMC terdapat tools yang disebut sebagai promotional mix untuk mencapai goal jangka pendek dan jangka panjang. Tools tersebut adalah: advertising, direct marketing, internet marketing, sales promotion, public relations, dan personal selling. Penulisan ini menggunakan beberapa tools dari promotional mix seperti: advertising, internet marketing, dan sales promotion. Advertising merupakan suatu bentuk dari presentasi non- personal dan promosi dari suatu ide, barang atau jasa yang tidak gratis (berbayar) dan dilakukan oleh sponsor (perusahaan) yang teridentifikasi. Karakteristik dari iklan sendiri adalah bersifat non- personal, komunikasi satu arah, memiliki sponsor, dan bertujuan untuk mengubah sikap dan perilaku. Advertising pada umumnya ketika suatu perusahaan ingin mengubah customer dari unaware, menjadi aware terhadap suatu brand. Promosi nonpersonal tersebut bisa dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa. Internet marketing merupakan strategi pemasaran secara online, pemasaran online ini bukan hanya menjual produk saja, tapi terdiri dari berbagai aspek dalam 17 memasarkan sebuah bisnis, diantaranya promosi, branding, menjual produk atau layanan, dan lain-lain. Sales promotion merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah dan berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu produk atau jasa dan dirancang untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari kosumen. Pada konsepnya, sales promotion digunakan untuk memotivasi konsumen agar melakukan aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya penawaran produk dalam jangka waktu terbatas. 2.2.4 Illustrasi Menurut Lisa Graham dari buku yang berjudul ‘Basic of Design Layout and Typhograph’, iIlustrasi dapat berupa diagram, pemetaan, tabel, kartun, dan gambar. Ilustrasi berguna untuk menceritakan atau menjelaskan komponen dari atom, bahkan ilustrasi merupakan cara yang efektif untuk menunjukkan ide atau konsep serius. Penulis memilih gaya ilustrasi yang diadaptasi melalui manga Jepang yang sesuai dengan corporate identity SSU yang baru. Manga berarti komik dalam bahasa Jepang, Sedangkan pembuat manga disebut mangaka. Ciri khas paling menonjol dari penggambaran manga ini terletak pada wajah para tokohnya. Mata dari karakter manga digambar dengan ukuran yang besar, hidungnya digambar seminimalis mungkin, dan bibir dari si tokoh selalu terlihat kecil. Hal yang juga menarik dari penggambaran manga ini adalah rambut para tokohnya selalu berwarna-warni. Selain itu, penggambaran gaya karakteristik manga sangatlah dipengaruhi dengan gaya masing-masing mangaka. 2.2.5 Tipografi Menurut Yunita Wijaya dalam ‘Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual’, menerangkan bahwa dalam desain komunikasi visual tipografi dikatakan sebagai ‘visual language’, yang berarti bahasa yang dapat dilihat.Tipografi adalah salah satu sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca. Peran dari pada tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari 18 halaman tersebut ke pengamat. Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif. Hadirnya tipografi dalam sebuah media visual merupakan faktor yang membedakan antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan melalui abstraksi bentuk-bentuk visual. Dalam penulisan, tipografi digunakan sebagai elemen desain visual dan sebagai fungsional. Tipografi sebagai elemen desain berupa susunan huruf Jepang yang memiliki ciri khas guratan garis yang sangat berbeda dengan huruf alfabet yang umumnya digunakan dalam Bahasa Indonesia. Selain itu, tipografi sebagai fungsional bersifat untuk memberikan informasi pesan yang ingin disampaikan. 2.2.6 Media Hi-Tech Menurut Burgon dan Huffner (2002), media komunikasi ialah perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikate yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut. Dalam hal ini, media hi-tech tentunya sudah dikenal sebagai internet yang menyebar luas. Penulis menggunakaan website sebagai media utama berbasiskan pada keuntungan yang dipaparkan oleh Burgon dan Huffer. Fungsi media komunikasi yang berteknologi tinggi ialah sebagai berikut: 1. Efisiensi penyebaran informasi; dengan adanya media komunikasi terlebih yang hi-tech akan lebih membuat penyebaran informasi menjadi efisien. Efisiensi yang dimaksudkan di sini ialah penghematan dalam biaya, tenaga, pemikiran dan waktu. 2. Memperkuat eksistensi informasi; dengan adanya media komunikasi yang hi-tech, kita dapat membuat informasi atau pesan lebih kuat berkesan terhadap audience/ komunikate. 3. Mendidik, mengarahkan dan mempersuasi; media komunikasi yang berteknologi tinggi dapat lebih menarik audience. Hal yang menarik tentunya mempermudah komunikator dalam mempersuasi, mendidik dan mengarahkan karena adanya efek emosi positif. 19 4. Menghibur, media komunikasi berteknologi tinggi tentunya lebih menyenangkan (bagi yang familiar) dan dapat memberikan hiburan tersendiri bagi audience. Bahkan jika komunikasi itu bersifat hi-tech maka nilai jualnya pun akan semakin tinggi. Misalnya, presentasi seorang marketing akan lebih mempunyai nilai jual yang tinggi jika menggunakan media komunikasi hi-tech daripada presentasi yang hanya sekedar menggunakan metode konvensional. 5. Kontrol sosial; media komunikasi yang berteknologi tinggi akan lebih mempunyai fungsi pengawasan terhadap kebijakan sosial. Seperti misalnya, informasi yang disampaikan melalui TV dan internet akan lebih mempunyai kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah sehingga pemerintah menjadi cepat tanggap terhadap dampak kebijakan tersebut. 2.2.7 Social Media Perkembangan teknologi yang pesat, serta mudahnya akses untuk mendapatkan teknologi mendorong penggunaan internet di masyarakat. Menurut Joseph Turrow dalam Media Today : An Introduction To Mass Communications (2009), tingkat penjualan smartphone dan komputer portable yang tinggi,dan ketersediaan akses internet, menjadi faktor pendukung dalam membangun online marketing. Jumlah pengguna situs social media yang cukup besar, mendorong produsen smartphone dan telepon selular lainnya untuk menyediakan aplikasi situs social media pada produknya. Secara definisi, social media adalah struktur sosial yang dibangun atas node (bisa berupa orang/individu maupun organisasi) yang terikat satu sama lain dengan lebih dari satu model ikatan. Jenis-jenis ikatan tersebut misalnya kesamaan nilai, visi, ide, kepentingan, finansial, pertemanan, ketidak sukaan, konflik dan perdagangan. Semakin mudah jejaring tersebut mengakomodasi individu atau kelompok membuat jejaring baru, semakin mudah menarik node. Ada beberapa hal mengapa social media bisa cukup fenomenal di Indonesia: 1. Social Ignition: secara budaya, Indonesia cenderung lebih sosial (dalam arti yang literal) daripada di barat, tempat dimana situs seperti facebook dilahirkan. Sehingga kehadiran facebook lebih seperti ‘ignite’ dari bentuk jejaring yang sudah ada. Jika Anda tinggal di daerah pedesaan, adalah hal yang jamak kenal dengan seluruh orang di desa, bahkan yang tinggal di lain 20 desa. Sedangkan di kota, hal itu tidak lagi ditemukan. Sehingga keberadaan situs seperti facebook dapat menyalakan kembali, keinginan untuk merajut jaringan pertemanan. 2. Memperluas titik kesamaan: jika kenalan di desa atas dasar kewilayahan, maka di social media dapat membuat kenalan-kenalan baru berdasarkan kesamaan lain (seperti sama-sama senang artis tertentu, hobi fotografi dan sebagainya). 3. Menginformasikan kegiatan peer (rekanan/teman) tanpa diminta: salah satu informasi favorit yang digemari di social media adalah melihat aliran aktifitas lengkap dengan komentar-komentar pribadi terhadapnya (dan penggunapun bisa memberikan komentar langsung). Ini bisa membuat seseorang yang tadinya merasa ‘alone against the world‘ menjadi ‘being part of something‘. Karakteristik-karakteristik di atas, adalah pasar yang sangat baik bagi pemasar. Karena word of mouth sangat cepat tersebar di social media seperti ini. Entah itu berita buruk, ataupun rekomendasi baik. Diperlukan strategi yang baik agar pemasar tidak terjebak pada anggapan ‘teman sebagai calon pelanggan’, tapi tetap ‘teman adalah teman’, sehingga dapat membentuk loyalitas brand yang lebih baik. Sesuai dengan hasil riset yang dilakukan oleh penulis, SSU menggunakan social media sebagai media utama untuk berkomunikasi dengan pelanggannya, sehingga sangatlah rasional bila social media kembali digunakan sebagai salah satu media yang perlu diperhatikan dalam penulisan.