3 BAB 2 LANDASAN PERENCANAAN 2.1 Tinjauan

advertisement
BAB 2
LANDASAN PERENCANAAN
2.1
Tinjauan Data
Di dalam Food and Beverages industry yang semakin mengarah pada
monopolistic competition, makanan dibedakan berdasarkan kategori mereka masingmasing seperti chinese food, western food, makan lokal, dsb. Namun ada satu poin
penting yang membedakan makanan dari satu kategori dengan yang lain, yaitu
pengalaman yang dirasakan. Makanan dalam Food and Beverages industry adalah
sebuah pengalaman yang dirasakan, dimulai dari mendengar nama toko, interior,
pelayanan, hingga menu yang disajikan. Momentum ini seringkali dikenal sebagai
“The Moment of Truth“ dalam dunia bisnis.
Gambar 2.1 Logo SSU
Sunny Side Up Restaurant lahir dari visi bersama oleh orang-orang yang gemar
makan telur. Inti dari restoran ini adalah produk yang sederhana, sehat, dan siap saji.
Telur yang disajikan oleh SSU bukanlah telur biasa, melainkan “Golden Q Eggs”
yang sudah teruji kontrol klinis dan bersertifikat Halal dan bebas dari bakteri e-coli
dan salmonella.
3
4
2.1.1 Survey SSU oleh Redspace
Berdasarkan hasil survey kombinasi antara kuesioner dengan wawancara yang
dilakukan oleh Redspace pada tahun 2014 untuk mengetahui pendapat responden
terhadap SSU, tercatat 20 responden dengan kategori 15 responden adalah wanita,
dan 5 responden adalah pria dengan SES A-B dan lingkup umur antara 21-45 tahun.
Ketika ditanyakan pendapat mereka tentang SSU (diperbolehkan untuk
menjawab lebih dari satu kali), 16 responden menjawab restoran yang biasa-biasa
saja, 9 responden menjawab restoran dengan tema yang unik, 2 responden menjawab
SSU sebagai “Egg Expert” di mata mereka, 2 responden menjawab bahwa SSU
adalah restoran yang buruk.
17 dari 20 responden telah mengunjungi dan mencoba SSU, dan 3 responden
yang belun mengunjungi SSU dengan alasan tidak memiliki waktu, restoran yang
memiliki reputasi rasa yang kurang baik dan harga yang mahal, serta desain interior
yang terlihat kanak-kanak.
17 responden yang ditanyakan tentang menu favorit mereka di SSU, sebagian
besar responden menjawab menu yang bukanlah menjadi menu unggulan dari SSU.
Ketika ditanyakan apakah para responden merasa puas dengan kunjungan
mereka ke SSU, 2 responden menjawab puas, 8 responden menjawab biasa saja, dan
7 responden menjawab tidak puas.
Mayoritas dari responden menjawab tidak puas akan SSU ini, ketika
ditanyakan apakah mereka ingin kembali untuk mencoba SSU, 3 responden
menjawab ya, 3 responden menjawat tergantung, dan 11 responden menjawab tidak.
2.1.2 Market Situation
Bila dibandingkan dengan kompetitor besar lainnya, SSU berada dalam posisi
yang kurang menguntungkan. Hal ini bisa terlihat dalam bagan dibawah berikut ini.
5
Gambar 2.2 Bagan Perbandingan oleh Redspace, 2014
Problem utama dalam hal ini adalah terlalu banyaknya pilihan menu dan tidak
adanya menu utama yang bisa menjadi center piece dari SSU. Ditambah pula dengan
positioning statement yang kurang jelas dimana bukanlah makanannya lah yang
menarik perhatian, melainkan bahan dasar yang berupa telur, dan semua orang
tentunya bisa membuat telur. Selain itu tidak adanya kejelasan waktu dimana
seharusnya target market memilih SSU sebagai pilihan restoran mereka. Berdasarkan
tabel diatas, SSU harus melakukan perubahan yang cukup signifikan, dimulai dari
jumlah menu utama yang disajikan. Diperlukan satu menu utama yang bisa menjadi
hero dish dari SSU. Selain itu, juga diperlukan perubahan pada positioning statement
SSU, terutama menjadi sesuatu yang lebih terfokus pada hero dish yang menjadi
keunggulan dari SSU. Secara target market, target yang disasar oleh SSU sudah
cukup terfokus. Karena tidak adanya kejelasan waktu untuk menikmati hidangan dari
SSU, maka diperlukan sebuah waktu yang cukup jelas kapan untuk menikmati
hidangan telur.
6
2.1.3 Rebranding oleh Redspace
Redspace adalah branding agency yang menggabungkan berbagai teknologi
untuk memperkuat komunikasi brand dan mengaktivasi sebuah brand sehingga dapat
memberikan kesan yang mendalam kepada konsumen. Redspace memiliki visi untuk
mentransformasikan brand dengan memperkaya pengalaman konsumen terhadap
brand.
Redspace merubah jiwa dari SSU menjadi sesuatu yang baru, dimulai dari
perubahan brandmark, menu yang disajikan, hingga interior design. Bermula dari
tidak adanya menu utama yang bisa dijadukan hero oleh SSU, Redspace memberikan
solusi yang bertahap, tahap pertama adalah dengan membuat konsep baru yang unik,
memperbaiki menu, dan mengembangkan pengalaman saat terjadinya the moment of
truth.
Gambar 2.3 Logo SSU oleh Redspace
Solusi tersebut adalah “Omelette Rise-r”. Masyarakat Indonesia tentunya suka
menikmati nasi goreng dengan telur, karenanya Redspace merekomendasikan
kombinasi dari keduanya yang dikenal sebagai Omurice di Jepang. Omurice adalah
makanan sehat yang dan bernutrisi, ditambah lagi dengan suasana Jepang yang jelas
memberikan kualitas serta positioning yang jelas, “Omelette Riser, brings the spirit
of Breakfast, preparing us to always be ready to face the day.”
7
2.1.4 Sunny Side Up @Summarecon Mall Serpong
Outlet Sunny Side Up yang berada di Summarecon Mall Serpong (SMS),
Bekasi Utara adalah outlet pertama yang mengalami renovasi dan telah menjadi
Sunny Side Up yang baru. Outlet ini adalah satu-satunya outlet yang telah
bertransformasi ketika penulis melakukan riset.
Outlet ini berada di lantai dasar SMS dengan konsep lokasi open street
dilengkapi dengan meja dan bangku untuk hangout dan variasi restoran sepanjang
jalan. Secara lokasi, tempat ini memang menyasar kalangan muda yang gemar untuk
hangout dan berlama-lama. Dengan ruangan terbuka dan tersedianya banyak bangku
untuk duduk. Disepanjang pinggir jalan terdapat banyak outlet-outlet restoran yang
dilengkapi dengan tempat duduk mereka masing-masing. Pengunjung bisa memilih
untuk menikmati makanan di dalam restoran atau di luar restoran. Penulis sempat
bertanya kepada para pengunjung Sunny Side Up saat observasi lapangan dimulai,
dan mereka cukup menyukai kustomisasi omurice yang disediakan.
Gambar 2.4 Suasana lokasi di Summarecon Mall Serpong, 2015
8
2.1.4.1 Interior
Sunny Side Up ini adalah salah satunya. Dengan desain interior kayu yang
berkesan Jepang, modern dan hipster, sangat menarik perhatian bila disejajarkan
dengan restoran lainnya. Colour tone yang digunakan terkesan earthy namun playful,
berupa kombinasi dari warna cokelat kayu yang dipadukan dengan warna biru toska,
putih, dan kuning omelet yang menjadi aksen dari restoran. Poin menarik dari
interior ini adalah mural yang terlukis pada dinding beton sepanjang restoran. Mural
ini mengisahkan perjalan telur dari quality checking hingga akhirnya bisa dibuat
menjadi kombinasi omelet.
Gambar 2.5 Entrance & Interior, 2015
9
Gambar 2.6 Mural Outlet, 2015
Gambar 2.7 Outdoor, 2015
2.1.4.2 Menu
Variasi menu yang ditawarkan terbagi dari appetizer, main menu, dessert, dan
drinks. Appetizer yang ditawarkan kurang lebih berbasis makanan barat. Main menu
yang ditawarkan terbagi atas tiga kategori, yaitu Omurice, Japanese food dan
Western food, omurice bisa dikustomisasi sesuai selera bila diinginkan. Dessert
10
terdiri dari variasi dan kombinasi es krim. yang ditawarkan cukup unik, terutama
minuman yang terbuat dari putih telur.
Gambar 2.8 Variasi Menu Utama, 2015
Gambar 2.9 Variasi Menu Tambahan, 2015
2.1.4.3 Promosi
Sunny Side Up sangat gencar dalam melakukan promosi, terutama dengan
menggunakan twitter. Bisa terbilang, twitter merupakan media komunikasi utama
dari Sunny Side Up untuk melakukan promosi, dimulai dari promo untuk mengupload foto ke twitter dan memberikan komentar untuk mendapatkan freebies,
11
hingga fakta-fakta tentang telur. Selain itu, media komunikasi yang lain adalah
website, namun sayangnya website dari Sunny Side Up masih berada dalam renovasi.
Sunny Side Up juga memiliki instagram dan facebook, namun sayangnya respon
yang diterima tidak sebaik twitter.
Gambar 2.10 Twitter SSU, 2015
12
Gambar 2.11 Website SSU, 2015
Gambar 2.12 Instagram SSU, 2015
Gambar 2.13 Promosi #QravedUp, 2015
13
2.1.4.4 Target Audience
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, pengunjung Sunny Side Up
adalah sekelompok anak muda dengan SES A-B, berumur 17-25 tahun yang senang
untuk hangout dan bersosialisi. Mereka senang berlama-lama di restoran hanya untuk
berbincang-bincang sambil menikmati makanan. Selain itu, mereka mempunyai
kebiasaan untuk mengupload foto-foto makanan yang akan dimakan ke media sosial
mereka.
2.1.4.5 Competitor
Berdasarkan penempatan restoran, yang berbasis dine-in, Sunny Side Up
memiliki beberapa competitor seperti:
2.1.4.5.6 Kenny Rogers ROASTERS
Didirikan pada tahun 1991 oleh musisi terkenal Kenny Rogers, restaurant ini
memiliki spesialisasi rottiserie chicken yang dipanggang sambil diputar di dalam
oven besar. Dilengkapi dengan berbagai pilihan saus dan menu pelengkap seperti
potato salad, coleslaw, cheesy macaroni, dll. Secara promosi, bisa terbilang Kenny
Rogers ROASTERS adalah competitor terberat, dengan promosi yang sama-sama
berbasis twitter yang terus update setiap hari. Dengan interior merah yang terkesan
panas membara, restoran ini mengangkat tema menu yang “Deliciously Healthy”.
2.1.4.5.7 Mie Tarik Laiker
Mie Tarik Laiker adalah sebuah restoran yang mengangkat mie tarik sebagai
menu utama. Mie tarik yang ditawarkan pun bervariasi, dengan side dish seperti ebi
furai dan udang bantal. Interior dari restoran ini bernuansa hijau muda rumput yang
senada dengan logo. Secara keseluruhan, restoran ini sangat minim dalam melakukan
14
media promosi, facebook hanya dibuat tanpa di-update terus menerus, dan website
pun tidak terawat.
2.1.5 Survey SSU oleh Penulis
Dilakukan survey mengenai persepsi masyarakat dalam mencoba restoran baru.
Survey berlangsung selama 3 hari, dari tanggal 12-15 April 2015. Survey berupa
kuesioner online yang disebarkan melalui sosial media. Tercatat terdapat 20
responden yang dikategorikan sebagai berikut: Jumlah responden sebanyak 20 (13
laki-laki, 7 perempuan), berdomisili dominan di Jakarta Barat (15 Jakarta Barat, 1
Jakarta Selatan, 4 diluar Jakarta), rentan umur dominan 21-25 tahun (16-20 tahun: 5
responden, 21-25 tahun: 12 responden, 26-30 tahun: 2 responden, diatas 31 tahun: 1
responden), pekerjaan dominan adalah mahasiswa (SMA: 2 responden, mahasiswa:
13 responden, karyawan: 4 responden, wirausaha: 1 responden), dengan pendapatan
dominan antara 1.000.000-5.000.000 IDR (100.000-500.000 IDR: 5 responden,
500.000-1.000.000 IDR: 3 responden, 1.000.000-5.000.000 IDR: 9 responden,
5.000.000-10.000.000: 3 responden.
Ketika ditanyakan apakah mereka sering menikmati makanan di restoran, 14
responden menjawab ya dan 6 responden menjawab tidak. Ketika ditanyakan
seberapa sering mereka makan di restoran, sebagian besar menjawab jarang, dengan
jenjang antara satu minggu sekali hingga dua minggu sekali. Ketika ditanya dengan
siapakah biasanya menikmati makanan di restoran, 9 responden menjawab teman, 7
responden menjawab keluarga, 3 responden menjawab pacar. Ketika ditanya apakah
mereka sering mencoba restoran baru, 13 responden menjawab ya, 7 responden
menjawab tidak. Ketika ditanya apakah yang menjadi penentu utama mereka dalam
mencoba restoran baru, 8 responden menjawab menu yang disajikan, 5 responden
menjawab rekomendasi, 5 responden menjawab harga, dan 2 responden menjawab
promo. Ketika ditanya dari manakah mereka biasa mencari informasi tentang
restoran baru, 13 responden menjawab teman, 4 responden menjawab progam
pendukung seperti food review, 2 responden menjawab website restoran, dan 1
responden menjawab keluarga. Ketika ditanyakan program pendukung apakah yang
sering dikunjungi, mereka menjawab anakjajan, jakartago, zomato, instagram, eats
and treats, dan food blogger lullabyspoon. Bila ditanyakan apa yang menjadi penentu
15
dalam memilih menu makanan di restoran baru, 5 responden menjawab gambar
menu makanan, 6 responden menjawab harga makanan, 4 responden menjawab
menu utama restoran, 3 responden menjawab chef’s recommendation, 2 responden
menjawab makanan sampingan. Ketika ditanyakan apa yang terlintas di benak
mereka ketika mendengan ‘Japanese food’, 14 responden menjawab sushi, 2
responden menjawab bento, 1 responden menjawab udon/ramen, 1 responden
menjawab dorayaki, dan 1 responden menjawab shabu-shabu.
2.2
Tinjauan Teori
2.2.1 Branding
Menurut Amelia E. Maulana dari buku yang berjudul “Brandmate”
melangsirkan bahwa branding adalah kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam
usaha membesarkan sebuah brand. Pencapaian tujuan brand bsia diukur apabila
sejak awal sudah jelas ditetapkan tujuan atau cita-citanya.
Brand yang kuat adalah sebuah brand yang dikenal luas, dimengerti maknanya,
disukai, selalu dipilih pada tiap kesempatan, dan direkomendasikan kepada
konsumen lainnya. Untuk memperoleh posisi brand kuat tentu tidak sederhana.
Butuh waktu dan strategi pemasaran yang tepat. Brand yang kuat adalah brand yang
telah menadapat sebuah posisi dimana cita-cita yang dicanangkannya sudah sama
seperti apa yang dipikirkan konsumen terhadapnya.
2.2.2 Corporate Identity
Corporate identity menurut M. Linggar Anggoro adalah suatu cara atau suatu
hal yang memungkinkan suatu perusahaan dikenal dan dibedakan dari perusahaanperusahaan lainnya. Ia juga menyebutkan bahwa identitas perusahaan harus
diciptakan melalui suatu rancangan desain khusus yang meliputi hal-hal unik atau
khas tentang perusahaan yang bersangkutan secara fisik.
16
M. Linggar Anggoro (2000) dalam bukunya Teori dan Profesi Kehumasan
serta Aplikasinya di Indonesia menyatakan elemen-elemen utama identitas
perusahaan atau identitas korporat meliputi tipe logo, warna/bentuk bangunan,
atribut, sampai dengan seragam dan pakaian resmi perusahaan. Penggunaan elemenelemen identitas perusahaan yang dominan dalam penulisan ini adalah penggunaan
tipe logo dan warna yang mencitrakan identitas dari SSU.
2.2.3 IMC
IMC (Integrated Marketing Communications) menurut Dun Schultz dalam
Belch & Belch (2012) adalah proses strategi bisnis yang digunakan untuk
mempersiapkan, membuat, pelaksanaan dan evaluasi yang bisa terukur dari program
komunikasi sebuah brand yang berlangsung secara terus menerus dengan para
konsumen, pelanggan, prospek, karyawan, pemegang saham, dan target audience
external dan internal lainnya yang memiliki relevansi dengan program komunikasi
tersebut. Tujuannya adalah untuk memperbaiki finansial dalam jangka pendek dan
untuk memperpanjang umur brand dalam jangka panjang. Dengan pengintegrasian
IMC secara optimal, hasil yang didapat akan semakin baik pula.
Dalam IMC terdapat tools yang disebut sebagai promotional mix untuk
mencapai goal jangka pendek dan jangka panjang. Tools tersebut adalah: advertising,
direct marketing, internet marketing, sales promotion, public relations, dan personal
selling. Penulisan ini menggunakan beberapa tools dari promotional mix seperti:
advertising, internet marketing, dan sales promotion.
Advertising merupakan suatu bentuk dari presentasi non- personal dan promosi
dari suatu ide, barang atau jasa yang tidak gratis (berbayar) dan dilakukan oleh
sponsor (perusahaan) yang teridentifikasi. Karakteristik dari iklan sendiri adalah
bersifat non- personal, komunikasi satu arah, memiliki sponsor, dan bertujuan untuk
mengubah sikap dan perilaku. Advertising pada umumnya ketika suatu perusahaan
ingin mengubah customer dari unaware, menjadi aware terhadap suatu brand.
Promosi nonpersonal tersebut bisa dalam bentuk gagasan, barang, atau jasa.
Internet marketing merupakan strategi pemasaran secara online, pemasaran
online ini bukan hanya menjual produk saja, tapi terdiri dari berbagai aspek dalam
17
memasarkan sebuah bisnis, diantaranya promosi, branding, menjual produk atau
layanan, dan lain-lain.
Sales promotion merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah dan
berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong pembelian atau penjualan suatu
produk atau jasa dan dirancang untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari
kosumen. Pada konsepnya, sales promotion digunakan untuk memotivasi konsumen
agar melakukan aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya penawaran
produk dalam jangka waktu terbatas.
2.2.4 Illustrasi
Menurut Lisa Graham dari buku yang berjudul ‘Basic of Design Layout and
Typhograph’, iIlustrasi dapat berupa diagram, pemetaan, tabel, kartun, dan gambar.
Ilustrasi berguna untuk menceritakan atau menjelaskan komponen dari atom, bahkan
ilustrasi merupakan cara yang efektif untuk menunjukkan ide atau konsep serius.
Penulis memilih gaya ilustrasi yang diadaptasi melalui manga Jepang yang sesuai
dengan corporate identity SSU yang baru.
Manga berarti komik dalam bahasa Jepang, Sedangkan pembuat manga disebut
mangaka. Ciri khas paling menonjol dari penggambaran manga ini terletak pada
wajah para tokohnya. Mata dari karakter manga digambar dengan ukuran yang besar,
hidungnya digambar seminimalis mungkin, dan bibir dari si tokoh selalu terlihat
kecil. Hal yang juga menarik dari penggambaran manga ini adalah rambut para
tokohnya selalu berwarna-warni. Selain itu, penggambaran gaya karakteristik manga
sangatlah dipengaruhi dengan gaya masing-masing mangaka.
2.2.5 Tipografi
Menurut Yunita Wijaya dalam ‘Tipografi dalam Desain Komunikasi Visual’,
menerangkan bahwa dalam desain komunikasi visual tipografi dikatakan sebagai
‘visual language’, yang berarti bahasa yang dapat dilihat.Tipografi adalah salah satu
sarana untuk menterjemahkan kata-kata yang terucap ke halaman yang dapat dibaca.
Peran dari pada tipografi adalah untuk mengkomunikasikan ide atau informasi dari
18
halaman tersebut ke pengamat. Tipografi merupakan representasi visual dari sebuah
bentuk komunikasi verbal dan merupakan properti visual yang pokok dan efektif.
Hadirnya tipografi dalam sebuah media visual merupakan faktor yang membedakan
antara desain grafis dan media ekspresi visual lain seperti lukisan. Lewat kandungan
nilai fungsional dan nilai estetiknya, huruf memiliki potensi untuk menterjemahkan
atmosfir-atmosfir yang tersirat dalam sebuah komunikasi verbal yang dituangkan
melalui abstraksi bentuk-bentuk visual. Dalam penulisan, tipografi digunakan
sebagai elemen desain visual dan sebagai fungsional. Tipografi sebagai elemen
desain berupa susunan huruf Jepang yang memiliki ciri khas guratan garis yang
sangat berbeda dengan huruf alfabet yang umumnya digunakan dalam Bahasa
Indonesia. Selain itu, tipografi sebagai fungsional bersifat untuk memberikan
informasi pesan yang ingin disampaikan.
2.2.6 Media Hi-Tech
Menurut Burgon dan Huffner (2002), media komunikasi ialah perantara dalam
penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikate yang bertujuan untuk
efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut. Dalam hal ini, media hi-tech
tentunya sudah dikenal sebagai internet yang menyebar luas. Penulis menggunakaan
website sebagai media utama berbasiskan pada keuntungan yang dipaparkan oleh
Burgon dan Huffer. Fungsi media komunikasi yang berteknologi tinggi ialah sebagai
berikut:
1. Efisiensi penyebaran informasi; dengan adanya media komunikasi terlebih
yang hi-tech akan lebih membuat penyebaran informasi menjadi efisien.
Efisiensi yang dimaksudkan di sini ialah penghematan dalam biaya, tenaga,
pemikiran dan waktu.
2. Memperkuat eksistensi informasi; dengan adanya media komunikasi yang
hi-tech, kita dapat membuat informasi atau pesan lebih kuat berkesan
terhadap audience/ komunikate.
3. Mendidik, mengarahkan dan mempersuasi; media komunikasi yang
berteknologi tinggi dapat lebih menarik audience. Hal yang menarik
tentunya mempermudah komunikator dalam mempersuasi, mendidik dan
mengarahkan karena adanya efek emosi positif.
19
4. Menghibur, media komunikasi berteknologi tinggi tentunya lebih
menyenangkan (bagi yang familiar) dan dapat memberikan hiburan
tersendiri bagi audience. Bahkan jika komunikasi itu bersifat hi-tech maka
nilai jualnya pun akan semakin tinggi. Misalnya, presentasi seorang
marketing akan lebih mempunyai nilai jual yang tinggi jika menggunakan
media komunikasi hi-tech daripada presentasi yang hanya sekedar
menggunakan metode konvensional.
5. Kontrol sosial; media komunikasi yang berteknologi tinggi akan lebih
mempunyai fungsi pengawasan terhadap kebijakan sosial. Seperti
misalnya, informasi yang disampaikan melalui TV dan internet akan lebih
mempunyai kontrol sosial terhadap kebijakan pemerintah sehingga
pemerintah menjadi cepat tanggap terhadap dampak kebijakan tersebut.
2.2.7 Social Media
Perkembangan teknologi yang pesat, serta mudahnya akses untuk mendapatkan
teknologi mendorong penggunaan internet di masyarakat. Menurut Joseph Turrow
dalam Media Today : An Introduction To Mass Communications (2009), tingkat
penjualan smartphone dan komputer portable yang tinggi,dan ketersediaan akses
internet, menjadi faktor pendukung dalam membangun online marketing. Jumlah
pengguna situs social media yang cukup besar, mendorong produsen smartphone dan
telepon selular lainnya untuk menyediakan aplikasi situs social media pada
produknya. Secara definisi, social media adalah struktur sosial yang dibangun
atas node (bisa berupa orang/individu maupun organisasi) yang terikat satu sama lain
dengan lebih dari satu model ikatan. Jenis-jenis ikatan tersebut misalnya kesamaan
nilai, visi, ide, kepentingan, finansial, pertemanan, ketidak sukaan, konflik dan
perdagangan. Semakin mudah jejaring tersebut mengakomodasi individu atau
kelompok membuat jejaring baru, semakin mudah menarik node. Ada beberapa hal
mengapa social media bisa cukup fenomenal di Indonesia:
1. Social Ignition: secara budaya, Indonesia cenderung lebih sosial (dalam arti
yang literal) daripada di barat, tempat dimana situs seperti facebook
dilahirkan. Sehingga kehadiran facebook lebih seperti ‘ignite’ dari bentuk
jejaring yang sudah ada. Jika Anda tinggal di daerah pedesaan, adalah hal
yang jamak kenal dengan seluruh orang di desa, bahkan yang tinggal di lain
20
desa. Sedangkan di kota, hal itu tidak lagi ditemukan. Sehingga keberadaan
situs seperti facebook dapat menyalakan kembali, keinginan untuk merajut
jaringan pertemanan.
2. Memperluas titik kesamaan: jika kenalan di desa atas dasar kewilayahan,
maka di social media dapat membuat kenalan-kenalan baru berdasarkan
kesamaan lain (seperti sama-sama senang artis tertentu, hobi fotografi dan
sebagainya).
3. Menginformasikan kegiatan peer (rekanan/teman) tanpa diminta: salah satu
informasi favorit yang digemari di social media adalah melihat aliran
aktifitas lengkap dengan komentar-komentar pribadi terhadapnya (dan
penggunapun bisa memberikan komentar langsung). Ini bisa membuat
seseorang yang tadinya merasa ‘alone against the world‘ menjadi ‘being
part of something‘.
Karakteristik-karakteristik di atas, adalah pasar yang sangat baik bagi pemasar.
Karena word of mouth sangat cepat tersebar di social media seperti ini. Entah itu
berita buruk, ataupun rekomendasi baik. Diperlukan strategi yang baik agar pemasar
tidak terjebak pada anggapan ‘teman sebagai calon pelanggan’, tapi tetap ‘teman
adalah teman’, sehingga dapat membentuk loyalitas brand yang lebih baik. Sesuai
dengan hasil riset yang dilakukan oleh penulis, SSU menggunakan social media
sebagai media utama untuk berkomunikasi dengan pelanggannya, sehingga sangatlah
rasional bila social media kembali digunakan sebagai salah satu media yang perlu
diperhatikan dalam penulisan.
Download