22 BAB 4 HASIL DAN BAHASAN Dalam bab analisis ini penulis akan, menjelaskan bagian-bagian dari novel yang menunjukkan konsep komunikasi nonverbal Jepang yakni ishin-denshin, kuki dan omoiyari. Untuk mempermudah dan memperjelas analisis juga adanya konsepkonsep komunikasi nonverbal Jepang tersebut, penulis menggunakan kode-kode komunikasi nonverbal; kinesics, oculesics, dan vocalics. 4.1 Analisis Konsep IshinIshin-Denshin antara Tokoh-Tokoh dalam Novel Tsugumi Ishin-Denshin 以心伝心 secara literatur artinya adalah pesan dari hati ke hati. Pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan akan tersampaikan pada penerima pesan dan sebisa mungkin dalam proses ishin-denshin tidak menggunakan banyak katakata karena kedua belah pihak sudah memahami satu sama lain (Weigand, 2008:202). Menurut Gudykunst dan Nishiida (1994:51), konsep ishin-denshin atau taciturnity yang berarti pemahaman dalam diam (Whaley dan Samster, 2007:406) merupakan karakteristik mayor pada masyarakat Jepang, dimana pembicaraan yang digunakan hanya sedikit. Dalam subbab analisis dan bahasan konsep ishin-denshin ini terdapat tiga kode nonverbal yang digunakan untuk mempermudah menganalisis konsep ishin-denshin. Salah satunya adalah kinesics yang merupakan pembelajaran pada komunikasi nonverbal mengenai posisi dan gerakan tubuh manusia, termasuk ekspresi wajah (facial expression), air mata dan sebagainya. Menurut Wood (2010:129) kode kinesics dalam komunikasi nonverbal seperti ekspresi wajah dan tatapan mata dapat memberikan pesan yang berupa perasaan, respon, emosi dan lainnya. 4.1.1 Analisis Konsep IshinIshin-Denshin antara Tokoh Shirakawa Maria dengan Yamamoto Tsugumi Dalam novel Tsugumi ini, tokoh Shirakawa Maria merupakan tokoh utama sekaligus tokoh protagonis karena ia berperan sebagai narator dalam cerita dan pada setiap adegan kehadirannya selalu muncul. Hal ini sesuai arti tokoh utama menurut Nurgiyantoro (1995:85) yakni tokoh yang selalu muncul pada setiap adegan dan berperan sebagai narator dalam cerita novel. Nurgiyantoro (1995:85) juga menjelaskan bahwa sifat tokoh protagonist biasanya memiliki sifat baik dan terpuji 23 seperti halnya Maria memiliki sifat penyabar, suka mengalah dan sensitif terhadap orang-orang di sekitarnya terutama Tsugumi. Tokoh Yamamoto Tsugumi gampang terpancing emosinya, suka berkata atau berkelakuan kasar walaupun orang di sekitarnya begitu menyayanginya. Namun karena inilah sifatnya sekilas menunjukan sifat yang biasa dimiliki tokoh antagonis, sesuai dengan arti tokoh antagonis menurut Nurgiyantoro (1995:85) yaitu yang sifat perannya berlawanan dengan protagonist juga mewakili sifat yang jahat dan seringkali dijadikan penyebab mulainya konflik dalam cerita. Ia memiliki sifat seperti itu karena kesal dengan kondisi tubuhnya yang lemah. Maria yang merupakan salah satu orang yang benar-benar memahami baik luar maupun dalam karakter juga tabiat Tsugumi, seperti kutipan berikut ini yang menunjukan adanya komunikasi ishin-denshin di antara mereka berdua: Situasi 1 思えばつぐみは日以来、学校では特別、自分を出さないように 始めたのかもしれない。それが、公開された最後のイベントに なた。しかしあの場に居る合わせたものはきっと一生忘れない だろう。あの時のつぐみの全身から発散していた強い輝き、そ して相手か、もしくは自分が殺しかねないような憎しみのエネ ルギーをたたえた瞳を。私は人の輪を割って中に入っていった。 つぐみは朝からに単なる邪魔者を見る目で私をちらりと見、私 は瞬間、自分の中のどこかがたじろぐのを感じた。(吉本、1 989:130) Terjemahan: Bila mengingat lagi tentang kejadian itu sekarang, aku merasa Tsugumi berubah setelah hari itu—ia mulai tidak menunjukan dirinya yang sebenarnya di sekolah. Saat itu merupakan hari terakhirnya membuat situasi di depan publik. Tapi untuk sepanjang hidup orang-orang yang ada di sekitar situ, pasti mereka tidak akan melupakannya sampai saat ini. Cahaya intens yang memancar dari tubuhnya, juga sebuah energi yang terlihat dari matanya meyakinkan kalau akan membunuh lawannya atau dirinya sendiri. Aku menulusuri kerumunan orang yang sedang melingkar dan masuk ke dalamnya. Tsugumi langsung menatapku tajam, memberikan tatapan yang tidak lain menganggapku sebagai penganggu. Untuk sesaat aku merasakan keraguan dan ingin mundur. Analisis: Pada kutipan cerita di atas, Maria menemukan Tsugumi yang sedang berkelahi dengan teman sekelasnya yang dianggap sebagai musuh nomor satunya Tsugumi. Namun Tsugumi memberikan tatapan tajam ke arah Maria saat ia sedang berkelahi dengan seorang siswi yang merupakan musuh nomor satunya di kelasnya 24 tersebut.Berdasarkan kutipan adegan ini, terdapat kode komunikasi nonverbal yaitu oculesics yang menurut penjelasan Budyatna dan Ganiem (2011:125-126), tatapan mata dapat memancarkan dan memperlihatkan emosi seseorang. Tatapan mata Tsugumi yang dijelaskan oleh Maria memperlihatkan Tsugumi memancarkan emosi, yakni kemarahan. Hal ini bisa diketahui juga bahwa penyebab kemarahannya tersebut lewat tatapan matanya, Maria menerima pesan berupa kemarahan dan ia juga menambahkan kalau Tsugumi begitu tajam tatapan matanya sampai-sampai ia merasakan kalau ia hanya menjadi pengganggu perseteruannya dengan lawan yang sedang dihadapinya. Dari analisis situasi ini menurut penulis terdapat komunikasi ishin-denshin antara kedua tokoh tersebut, dikarenakan Maria mengerti sekaligus mendapatkan pesan berupa kemarahan yang ditunjukan Tsugumi melalui kontak mata sesuai yang dijelaskan oleh Tsujimura dalam Davies dan Ikeno (2002:105) tentang salah satu faktor adanya ishin-denshin yaitu baik penerima maupun pemberi pesan saling mengerti satu sama lain apa yang dipikirkannya tanpa berkomunikasi secara verbal, selain itu terlihat juga interaksi pribadi antara kedua tokoh melalui salah satu kode nonverbal yakni oculesics dan seperti yang dijelaskan oleh Lebra (1990:349) mengenai sikap diam orang Jepang pada saat berkomunikasi. Hal ini diperkuat juga dengan penjelasan Maria mengenai ekspresi marah yang diperlihatkan Tsugumi; Situasi 2 つぐみが本気で怒った時、彼女はあすうっと冷えてゆくように 見える。それは本当に怒った時だけのことだ。つぐみはしょっ ちゅう癇癪を起こしたり、真っ赤になってどなりちらしたりす るが、そういう時のことではなく心の底から対象を憎しみの目 で見据えた時、彼女は別人になる。すべてを忘れて怒りの青白 い光に全身を深めたその様子は、いつも私に「高温の星ほど赤 ではなく青白く光る」という言葉を思いおこさせる。そして、 ずっと近くにいた私でさえ、滅多にそれほど怒ったつぐみを見 たことはない。(吉本、1989:156) Terjemahan: Tsugumi terlihat kaku seperti es apabila ia sedang sangat geram. Tentu saja hal ini hanya terjadi apabila dia sangat marah. Tsugumi seringkali melepaskan amarahnya atas satu hal atau hal lainnya, wajahnya memerah dan berteriak ke sekitarnya, tapi yang kumaksud bukan amarah yang seperti itu. Ekspresi marah yang seperti membenci seseorang dari lubuk hatinya yang terdalam, pada saat itu ia akan berubah menjadi orang yang sangat berbeda. Semuanya 25 terlupakan kecuali amarahnya dan semua bagian tubuhnya seperti menyerap aura kemarahannya yang berwarna biru-putih. Saat aku melihatnya seperti itu, aku berpikir tentang bintang. Aku pernah mendengar saat bintang memanas dan terus memanas, warnanya yang awalnya dari merah akan berubah menjadi biru-putih. Selama ini aku terus disamping Tsugumi, akan tetapi aku jarang melihat kemarahanya yang seperti itu. Analisis: Sebelumnya, Wood (2010: 130) menjelaskan bahwa facial expression (ekspresi muka) yang termasuk dalam kinesics, dapat menyampaikan pesan berupa emosi atau perasaan seseorang. Seperti halnya pada Tsugumi yang memperlihatkan kemarahannya lewat ekspresi wajahnya dideskripsikan oleh Maria, wajahnya memerah dan menegang atau membeku seperti es. Dalam kutipan situasi di atas, Maria menjelaskan dua perbedaan amarah Tsugumi; yang pertama adalah ketika wajah Tsugumi menjadi merah, dalam hal ini amarahnya disebabkan oleh sifatnya yang temperamental sehingga emosinya mudah tersulut akan satu hal. Kedua, Maria mendeskripsikan ekspresi wajah Tsugumi yang berubah menjadi kaku seperti es dan penyebab rasa marah tersebut adalah karena seseorang yang membuatnya begitu kesal. Dari ekspresi yang ditunjukan oleh Tsugumi tersebut Maria mengerti kalau Tsugumi sedang marah dan kemarahan yang dideskripsikannya masing-masing memiliki penyebab yang berbeda, hal ini sesuai dengan penjelasan Whaley dan Samster (2007:406) bahwa keefektifan komunikasi ishin-denshin atau taciturnity bergantung juga kode nonverbal yang diberikan oleh pemberi pesan. Selain itu sesuai dengan yang dijelaskan oleh Ikeno dan Davies (2002:105) mengenai keintiman atau kedekatan hubungan seseorang dapat menjadi salah satu alasan terjadinya proses ishin-denshin. 4.1.2 Analisis Konsep IshinIshin-Denshin antara Tokoh Shirakawa Maria dengan Kyoichi Tokoh Kyoichi merupakan salah satu tokoh tambahan yang memiliki peran penting di dalam novel ini, karena ia merupakan kekasih Tsugumi dan hampir di beberapa adegan cerita seringkali muncul. Peranan Kyoichi dalam kehidupan Tsugumi, juga begitu mempengaruhinya. Kyoichi sebagai kekasih Tsugumi juga memiliki hubungan pertemanan dengan Maria yang cukup dekat. Sesuai pendapat Nurgiyantoro (1995:85) mengenai tokoh tambahan, tokoh yang kehadirannya hanya 26 beberapa kali atau hanya sekali, tergantung dengan proporsi cerita yang diberikan oleh penulis atau pembuat novel, selain itu, perannya dalam sebuah cerita adalah untuk memperjelas dan juga menonjolkan peranan, juga watak dari tokoh utama. Pada kutipan berikut Maria menceritakan tentang awal mula penyebab Tsugumi demam tinggi sehingga harus dirawat di rumah sakit yakni di malam sebelumnya Tsugumi membalas perbuatan seorang berandal yang merupakan salah satu pembunuh anjingnya Kyoichi, Gongoro, saat hujan deras. Kemudian Kyoichi mengungkapkan bahwa saat ia sedang memikirkan Tsugumi, dirinya selalu berhadapan dengan hal yang baginya besar seperti kehidupan dan kematian. Kemudian pada kutipan berikut setelah ia mendengar ungkapan perasaannya, Maria memberikan respon secara nonverbal; Situasi 1 私には、その気持ちがよくわかった。冷えてきた体の真ん中 に、恭一の視点が届いて胸を熱くした。つぐみはただそこにい るだけで、何か大きなものとつながっているのだ。(吉本、1 989:200) Terjemahan: Bagiku, aku mengerti perasaan itu. Pendapat yang diungkapkannya terasa menyusup bagian dalam tubuhku yang dingin, membuat dadaku hangat. Hanya dengan kehadiran Tsugumi, kami jadi terhubung dengan sesuatu yang besar. Analisis: Maria yang memiliki perasaan yang sama dengan Kyoichi, tidak memberikan respon apapun dan memilih untuk diam, menyimpan perasaannya. Seperti yang dijelaskan oleh Davies dan Ikeno (2002:105) ishin-denshin dapat terjadi diakibatkan latar belakang yang sama dan Maria tidak mengatakan perasaan yang sebenarnya dan hanya mengungkapkannya dalam hati karena ia mengerti yang dirasakan Kyoichi. Hal ini juga diperkuat dengan kutipan cerita berikut mengenai ungkapan perasaan Maria dan Kyoichi merasa akan kehilangan kehadiran Tsugumi; Situasi 2 私の声も闇にぎれた。恭一は海を見つめて、風にけずられてし まいそうな、はがない目をしていた。今まで見たいつよりも、 心細そうに見えた。この町からつぐみがいなくなってしまうこ と。この若い恋が新しい局面を迎えること。そういう言葉にな らないすべてのことが、恭一の胸にあるのだろう。ついにこの 間、ほんとうに手が届くくらいの頃、2人と2匹の犬が浜をゆ 27 く光景がここにあったことを忘れない。ただあたりまえに浜の 自然に溶け込み、育まれた日々だった。それはとても良い画面 として心に残っている。それからずっと、髪が濡れるほど長い 間、言葉も交わさず2人でそこに立っていた。とてもよくわか り合って、海の夜方を何となく見ていた。(吉本、1989: 200−201) Terjemahan: Suaraku juga hilang dalam kegelapan. Kyoichi yang sedang menatap laut, pandangannya terlihat lemah seakan hembusan angin akan membawanya pergi. Ia terlihat lebih lemah dibandingkan dengan sebelumnya. Tentang bagaimana kehadiran Tsugumi akan menghilang dari kota ini. Cinta ini yang masih muda akan membawa mereka ke fase yang baru, apakah semua hal tersebut yang tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata terdapat dalam hati Kyoichi. Hanya dengan waktu yang singkat sebelumnya, baru saja semua itu kelihatannya dapat dijangkau. Pemandangan saat keduanya membawa dua ekor anjing sambil menelusuri pinggir pantai, tidak bisa dilupakan. Hanya dengan membaurkan diri di pantai dengan bebasnya, merupakan hari yang menyenangkan. Hal tersebut merupakan gambaran yang membekas di hatiku. Setelah waktu yang panjang, saking panjangnya rambut kami menjadi lepek, kami berdua berdiri tanpa berbicara. Entah bagaimana terlihat bagian terjauh laut dalam rasa mengerti satu sama lain yang sempurna. Analisis: Pada kutipan adegan cerita di atas, Maria menjelaskan bagaimana Kyoichi terlihat begitu sedih melalui pandangan matanya. Sehingga tanpa mengetahui perasaan Kyoichi yang sebenarnya Maria sudah mengetahui dari pandangannya yang terlihat pilu, sesuai dengan pendapat Budyatna dan Ganiem (2010:125-126) juga menjelaskan tentang pandangan mata bisa menjadi ekspresi akan emosi seseorang yang ditunjukan melalui salah satu kode nonverbal yaitu oculesics. Dalam adegan ini Maria juga tidak menyampaikan apa yang dipikirkannya terhadap Kyoichi mengenai Tsugumi, namun ia mengerti perasaan Kyoichi saat itu karena Maria juga merasakan hal yang sama. Dari seluruh analisis konsep ishin-denshin yang dianalisis dari empat situasi dan ilustrasi cerita dalam novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana, penulis merangkum beberapa situasi yang menunjukan adanya konsep ishin-denshin untuk memudahkan pembaca agar dapat memahami analisis yang telah dilakukan: 28 a. Tsugumi memberikan tatapan tajam ke arah Maria saat ia sedang berkelahi dengan seorang siswi yang merupakan musuh nomor satunya di kelas. Maria tahu dari pandangan mata Tsugumi kalau ia sedang benar-benar marah. b. Kemudian Maria menjelaskan bahwa ketika marah, wajah Tsugumi berubah menjadi merah dan menegang. Dari ekspresi ini Maria sudah mengetahui kalau ia sedang marah tanpa harus menjelaskannya secara verbal. c. Kyoichi menceritakan kepada Maria tentang bagaimana kedekatannya dengan Tsugumi juga kehadirannya yang selalu mengingatkannya akan seperti hidup dan kematian. Maria tidak memberikan respon perasaan yang sama dengan Kyoichi, sehingga tidak hal-hal karena ia memiliki perlu mengatakannya lagi. d. Maria mendeskripsikan pandangan mata yang diperlihatkan Kyoichi terlihat sendu, memberikan sebuah pesan kepada Maria bahwa ia yang merasa sedih dan kehilangan bila Tsugumi sudah tiada. 4.2 Analisis Konsep Kuki antara Tokoh-Tokoh dalam Novel Tsugumi Secara literatur 空気 (Kuki) artinya adalah udara, sedangkan makna harfiahnya yakni atmosfir yang terdapat dalam sebuah situasi dan melibatkan semua orang di dalamnya untuk memberikan perhatian (Gudykunst, 1993:57). Tsujimura dalam Saito (2007:50) juga menjelaskan kuki merupakan salah satu aspek yang mendominasi komunikasi dalam masyarakat Jepang baik dalam arti keduanya yaitu, suasana hati dan atmosfir pada situasi juga orang-orang yang terkait di dalamnya. . 4.2.1 Analisis Konsep Kuki antara Tokoh Shirakawa Maria dengan Yamamoto Tsugumi Pada kutipan cerita berikut merupakan adegan saat Maria menemukan Tsugumi yang tengah berkelahi dengan teman sekelasnya yang dianggap sebagai musuh nomor satunya di kelas; Situasi 1 「あたしがどれほど健康か、もっと見せてやろうか」と、つ ぐみがふいに言った。ほとんど抑揚のない声だったが、力 がもっていた。私はつぐみの目線を追ってみた。青ざめた 顔をした女の子が立っていた。つぐみと同じクラスの、つ ぐみと最高に仲の悪い女の子だった。(吉本、1989: 158) 29 Terjemahan: “Apa aku perlu lebih menunjukkan seberapa kuat diriku?.” Suaranya terdengar datar namun terdapat penekanan di dalamnya. Aku mengikuti tatapan matanya, mengarah ke anak perempuan yang berdiri dengan wajah pucat. Anak perempuan itu adalah teman sekelas Tsugumi yang memiliki hubungan paling buruk dengannya. Analisis: Berdasarkan situasi cerita di atas, diceritakan bahwa telah terjadi konflik antara Tsugumi dengan teman sekelasnya yang merupakan siswi yang memiliki hubungan terburuk dengannya. Terdapat kode nonverbal yang diperlihatkan oleh Tsugumi, yaitu vocalics (suara). Maria mendeskripsikan bahwa terdapat kekuatan dalam dialog verbal yang diucapkan oleh Tsugumi melalui nada bicaranya yang datar. Seperti yang dijelaskan oleh Budyatna dan Ganiem (2011: 131-132) mengenai pola titinada dalam kode nonverbal vocalics dapat menjadi sebuah acuan individu untuk menunjukan emosi tertentu dan pada tokoh Tsugumi ia membuat nada suaranya datar namun tegas, sehingga menimbulkan suatu penegasan bahwa dirinya kuat. Disamping itu siswi yang menjadi lawan dalam kutipan situasi cerita di atas memberikan respon dengan memperlihatkan ekpresi ketakutan yang merupakan salah satu bentuk kode nonverbal kinesics; facial expression (Budyatna dan Ganiem, 2011:127). Hal ini merupakan salah satu faktor utama timbulnya kuki, karena interaksi antar kedua tokoh yakni Tsugumi dan siswi yang menjadi lawannya menimbulkan sebuah situasi yang mempengaruhi individu sekitarnya termasuk Maria, sesuai dengan penjelasan Ito mengenai proses terjadinya kuki (1993:57). Respon Maria yang ditunjukannya yakni dengan tidak bertanya secara langsung pada Tsugumi atau lawannya merupakan salah satu ciri bahwa ia merasakan adanya Kuki, seperti dalam kutipan lanjutan cerita di atas berikut ini; 何があったの、と私はあわててそこら辺にいる子にたずねてみ た。その子は、よくわからないが、つぐみがマラソン選手に選 ばれたのを辞退した代わりに彼女が選ばれたしまい、それがく やしくて昼休みにつぐみを廊下に呼び出して何か皮肉なことを 言ったらしいと言った。そしてつぐみは黙って椅子を振り上げ、 ガラスを叩き割った言うのだ。(吉本、1989:158) Terjemahan: Aku mencoba bertanya pada anak yang berdiri di dekat situ, apa yang sedang terjadi. Ia tidak begitu yakin, katanya Tsugumi terpilih menjadi perwakilan kelasnya untuk maraton namun Tsugumi menolak, 30 kemudian anak perempuan tersebut terpaksa menjadi penggantinya. Kemudian karena kesal anak perempuan itu memanggil Tsugumi pada saat istirahat dan sepertinya mengatakan komentar yang sarkatis pada Tsugumi. Setelah itu ia bilang Tsugumi terdiam dan melempar kursi, memecahkan kaca. Analisis: Dalam kutipan cerita di atas Maria yang awalnya tidak mengerti penyebab konflik yang terjadi antar Tsugumi dengan teman sekelasnya, namun daripada ia bertanya langsung pada Tsugumi atau siswi tersebut, Maria memilih untuk bertanya pada siswa dan siswi lain yang berada disekitar tempat berlangsungnya konflik tersebut. Tindakan Maria tersebut sesuai dengan situasi terjadinya kuki yang dijelaskan oleh Yoshimoto melalui Gudykunst (1993:263) yakni seorang individu bisa memberikan respon secara tidak langsung atau memilih untuk diam, karena ia tidak ingin menimbulkan ketidakharmonisan dalam sebuah kelompok. Selain itu, konflik yang disebabkan oleh Tsugumi dan teman sekelasnya juga menimbulkan kuki atau atmosfer yang tidak menyenangkan bagi orang-orang yang berada di sekitarnya, dalam kutipan cerita berikut; Situasi 2 「さっき言ったことをもういっぺん言ってみな」つぐみが言っ た。相手の子は答えられず、周囲は固唾を飲んだ。誰ひとり、 教師を呼びに行きさえしなかった。自分で割ったグラスでちょ っと切ったのか、くるぶしに血がついていたが、つぐみは そ んなことは気 にもせずにただまっすぐ、相手を見ていた。本 当にこわい瞳をしいることに私は気づいた。不退のこわさでは ない、狂人だ。つぐみの目は静かに光って。果てのないところ を見ているように見えた。(吉本、1989:158−15 9) Terjemahan: “Coba katakan sekali lagi kata-kata yang kau ucapkan sebelumnya,” kata Tsugumi. Anak perempuan itu tidak menjawab, orang-orang di sekitar hanya bisa menahan nafas. Tidak ada satupun orang di situ yang pergi untuk memanggil guru. Sepertinya Tsugumi melukai dirinya sendiri, terlihat luka irisan karena kaca yang dipecahkannya namun ia tidak peduli, tetap menatap lawannya. Aku menyadari tatapan matanya yang benar-benar menakutkan. Tidak menakutkan seperti orang yang kuat tapi melainkan maniak. Mata Tsugumi terlihat bercahaya dengan tenang, seperti sedang memandang tempat yang tidak berpenghujung. 31 Analisis: Maria mendeskripsikan bagaimana konflik yang ditimbulkan Tsugumi dan teman sekelasnya membuat orang-orang di sekitarnya menahan nafas karena merasa tidak nyaman dan tegang. Dalam situasi ini terdapat kode nonverbal kinesics dalam emosi yang direaksikan melalui reaksi fisiologis, seperti yang dijelaskan oleh Budyatna dan Ganiem (2011: 127), juga bisa menunjukan pesan nonverbal seseorang pada orang lain atau lawan interaksinya. 4.2.2 Analisis Konsep Kuki antara Tokoh Shirakawa Maria, Yamamoto Tsugumi dan Yamamoto Maria Tokoh Maria sebagai salah satu tokoh utama yang merupakan narator cerita seringkali menjelaskan juga menceritakan segala kejadian di sekitarnya. Pada kutipan berikut, Maria menceritakan sebuah situasi saat ia terkadang mengalami suatu malam yang baginya tidak biasa; Situasi 1 時々、不思議な夜がある。少し空間がずれてしまったような、 すべてのものがいっぺんに見えてしまいそうな夜だ。寝つかれ ずに聞き続ける柱時計のひびきと、天井に射してくる月光は、 私がまだほんの小さかった頃と同じように闇を支配する。夜は 永遠だ。そして、昔はもっとはるかに夜が水かったように思う。 何かの匂いがかすかにする。それは多分、あまりかすかなので 甘く感じる、別れの匂いなのだろう。(吉本、1989:8 0) Terjemahan: Terkadang ada malam yang ganjil. Malam yang aku rasakan seperti adanya celah, semuanya terlihat dengan begitu jelas pada saat itu juga. Saat tidak bisa tidur aku mendengar suara jam berdetak dan cahaya bulan yang masuk melalui celah, kemudian aku tersadar akan samanya hal ini dengan masa kecilku. Malam ini adalah selamanya. Kemudian, aku berpikir bahwa dulu malam terasa lebih panjang. Entah bagaimana aku bisa mencium bau yang tidak kuketahui. Mungkin saja saking tidak dikenalnya bau itu rasanya manis, seperti bau perpisahan. Maria menjelaskan bahwa ia pernah mengalami malam yang menurutnya merupakan sebuah momen yang ia rasakan perpisahan yang begitu mendalam, hal ini juga ia jelaskan bagaimana pengaruh lingkungan juga suasana di sekitarnya menjadi acuan yang membuat ia berpikir sekaligus sadar tentang perpisahan. Kutipan cerita 32 berikut merupakan adegan yang memperlihatkan tokoh Maria mengungkapkan kembali tentang salah satu kenangannya yang ia anggap sebagai malam perpisahan tersebut, yakni pada saat tokoh Maria, Tsugumi dan Yoko sedang menyaksikan acara favorit mereka dulu: Situasi 2 小学校の高学年の頃、私とつぐみと陽子ちゃんは、ある TV 番 組に熱病のように夢中になった。それは主人公が実の妹を捜し 求めて冒険をする話で、ふだんそういう「子供だまし」にひっ かからなかったつぐみでさえ、いっしょになって毎回欠かさず に見た。おかしなものだ、番組の印像は今や淡くかすみ、その わくわくした面影のようなものだけがよみがえってくる。TV を 見ていた部屋の明度や、その時飲んでいたカルピスの味、ぜん ぶうきの生ぬるい風の具合だけが生々しくよみがえってくる。 毎週、そうして楽しみにしていたが、ある夜、最終回を見終わ ってしまった。夕食の間は、みんな無口だった。(吉本、19 89:80−81) Terjemahan: Terdapat kenangan yang tidak terlupakan seperti malam ini. Sewaktu aku duduk di bangku sekolah dasar kelas atas, ada acara televisi yang aku, Tsugumi dan Yoko sukai. Ceritanya tentang tokoh utamanya yang mengalami berbagai petualangan untuk mencari adik perempuannya. Bahkan bagi seorang Tsugumi yang menganggapnya sebagai lelucon, ia menyaksikan acara tersebut bersama tanpa melewatkan setiap episodenya. Anehnya, sekarang kesan juga ketertarikanku akan acara tersebut sudah menghilang. Penerangan yang ada di ruangan pada saat kita menonton televisi, rasa minuman Calpis yang kita minum pada saat itu, hanya hembusan angin hangat dari kipas angin, hanya semua itu yang terasa begitu nyata. Setiap minggu kami selalu menghabiskan waktu seperti itu hingga suatu malam kami menyaksikan episode terakhir. Pada saat makan malam, semuanya terdiam. Analisis: Dalam kutipan adegan di atas, tokoh Maria juga tokoh Tsugumi dan Yoko mengungkapkan kembali perasaanya pada saat acara televisi yang disukai mereka berakhir. Karena berakhirnya acara tersebut pada saat makan malam, mereka semua terdiam. Hal ini sesuai yang dijelaskan oleh Ito (1993:57), yaitu dalam proses kuki terdapat mekanisme yang memicu sebuah situasi saat orang-orang yang termasuk didalamnya dipaksa untuk memenuhi posisi yang diajukan dan pemikiran ini diberlakukan untuk menjelaskan apa yang sedang terjadi dalam berbagai situasi. Mekanisme yang menjadi pemicu terjadinya kuki dalam adegan ini adalah acara 33 televisi yang menjadi kegemaran tokoh Maria, Tsugumi dan Yoko. Hal ini bisa dilihat lebih jelas dari saat tokoh Maria yang pada awal kutipan cerita menceritakan bahwa dirinya juga Tsugumi dan Yoko selalu menyaksikan acara televisi tersebut setiap minggu tanpa melewatkan satupun episodenya. Kemudian pada akhir kutipan, ketika episode terakhir acara tersebut berakhir, ketiga tokoh tersebut terdiam. Hal ini juga berkaitan dengan seperti yang diungkapkan oleh Tsujimura dalam Saito (2007: 50) tentang kuki yang merupakan salah satu aspek yang mendominasi komunikasi dalam masyarakat Jepang baik dalam arti keduanya yaitu, suasana hati dan atmosfir pada situasi juga orang-orang yang terkait di dalamnya. Selain itu pada kutipan adegan cerita berikut, tokoh Maria dan Yoko meresponnya dengan salah satu kode nonverbal vocalics yaitu sikap diam, saat mendegar Tsugumi berkilah atas komentar yang diberikan oleh ibunya atau Bibi Masako; Situasi 3 がっくりきていた私と陽子ちゃんは、反抗期しないのにその時 ばかりは何となくつぐみ寄りの気分になった。それくらい熱中 していたということだろう。(吉本、1989:81) Terjemahan: Aku dan Yoko yang merasa sedih, karena kami tidak menyangkalnya pada saat mendengar respon Tsugumi, entah kenapa respon tersebut rasanya tepat. Aku rasa hal tersebut menunjukkan bagaimana kami begitu menyukai acara tersebut. Analisis: Maria dan Yoko yang kecewa karena acara mereka berakhir, memilih untuk diam dan tidak berkilah pada saat Bibi Masako berkomentar tentang ekspresi kecewa mereka karena berakhirnya acara televisi tersebut. Setelah mendengar kilahan Tsugumi akan komentar tersebut, Maria dan Tsugumi tetap memilih untuk diam. Menurut Maria, respon yang diberikan Tsugumi sudah cukup memperlihatkan emosi yang dirasakannya pada saat itu. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Budyatna dan Ganiem (2010:131) mengenai sikap diam dalam kode nonverbal vocalics, ketiga tokoh menunjukan sikap diam karena menunjukan rasa sedih karena acara televisi yang mereka gemari sudah berakhir. Dalam kutipan berikut ini merupakan adegan setelah tokoh Maria, Yoko dan Tsugumi menyaksikan acara yang digemari mereka. Karena mereka bertiga tidak 34 bisa tidur, akhirnya ketiganya memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar pantai pada tengah malam; Situasi 4 石だらけのその浜辺に、幽霊のように閉じた海の家がぼんやり とたち並んでいた。沖のほうに見える旗が、波音と共に大きく ゆれていた。ひんやりとした風が熱いほほを冷やした。3人で コーラを買った。夜中の自動販売機のたてる音は、真暗な浜仲 をびくりとさせたようだった。暗い海が目の前にぼんやりゆれ ていた。そして私たちの町の灯が、はるか遠くにかすに、かげ ろうのように光っていた。「なんかここ、あの世みたい」と、 つぐみが言った。私達は、うん、うんと うなずいた。(吉本、1989:86) Terjemahan: Di pinggir pantai yang dipenuhi kerikil, kios-kios pantai yang berjejer terlihat tutup dan tidak berpenghuni. Terlihat bendera-bendara yang berkibar di lepas pantai diiringi suara ombak. Hembusan angin mendinginkan pipi kami yang hangat. Kami bertiga membeli cola. Suara dentingan mesin penjual minuman otomatis di tengah malam terasa mengejutkan. Pantai yang gelap terlihat samar-samar di mata. Di kejauhan terlihat lampu kota kami yang kelihatannya seperti bayangan.”Rasanya seperti di tempat itu, ya.” Ujar Tsugumi. Kami menganggukan kepala sebagai tanda menyetujui. Analisis: Pada kutipan di atas, Maria, Tsugumi dan Yoko sedang menelusuri pantai di tengah malam. Maria mendeskripsikan bahwa suasana pantai malam tidak berpenghuni terasa tidak menyenangkan. Suasana yang digambarkannya ternyata juga dirasakan oleh Tsugumi. Kemudian Maria dan Yoko memberikan respon dengan menganggukan kepala sebagai tanda menyetujui pendapat Tsugumi, yang mengatakan bahwa rasanya seperti di tempat itu, ya. Hal ini menunjukkan bahwa Maria dan Yoko sependapat bahwa saat itu rasanya seperti di dunia lain atau berbeda dan suasanya suram seperti saat acara televisi yang mereka sukai berakhir. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Budyatna dan Ganiem (2010:125) mengenai salah satu kode nonverbal yaitu kinesics. Diketahui dari respon nonverbal tersebut bahwa Maria, Tsugumi dan Yoko secara spontan sependapat dengan Tsugumi, seperti yang dijelaskan oleh Yoshimoto melalui Gudykunst (1993:263) mengenai proses terjadinya kuki, pendapat dan perasaan mereka sama dikarenakan atmosfir dan suasana di sekitar pantai tersebut. 35 Dalam analisis konsep kuki pada beberapa adegan dan situasi dalam novel Tsugumi penulis menemukan adanya konsep kuki. Berikut rangkuman analisis untuk memudahkan pembaca agar dapat lebih mudah memahaminya: a. Ketika Maria, Tsugumi dan Yoko selesai menonton episode terakhir acara televisi yang digemari, mereka tidak berbicara apa-apa. b. Saat makan malam bibi Masako menanggapi sikap diam Maria, Tsugumi dan Yoko karena acara yang digemari sudah habis. Tsugumi membalas tanggapannya, namun Yoko dan Tsugumi hanya terdiam. c. Dalam adegan ini telah usainya acara televisi yang digemari oleh Maria, Tsugumi dan Yoko sehingga tercipata suasana yang tidak menyenangkan sekaligus suram sehingga membuat ketiga tokoh terdiam. d. Ketika Maria, Yoko dan Tsugumi berjalan di pantai pada malam hari, Maria menjelaskan suasana pantai yang sepi dan gelap membuat suasana di antara mereka bertiga suram. e. Maria dan Yoko menjawab pertanyaan Tsugumi dengan anggukan kepala saat ia mengungkapkan pendapat dan pikirannya mengenai suasana pantai yang sepi dan suram. f. Suasana pantai yang gelap dan sepi menimbulkan atmosfir suram yang dirasakan oleh ketiga tokoh dan perasaan atau pikiran yang dirasakan oleh mereka sama. 4.3 Analisis Konsep Omoiyari antara Tokoh-Tokoh dalam Novel Tsugumi Omoiyari dalam bahasa Indonesia artinya empati atau tenggang rasa. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Jepang, omoiyari sangat dijunjung tinggi (Akanuma: 2004) dan hal ini dikarenakan omoiyari dianggap dapat menciptakan keharmonisan dalam kehidupan manusia. Selain itu Shinmura dalam Hara (2006:24) juga menjelaskan, dengan adanya omoiyari masyarakat Jepang juga dapat merasakan juga mengetahui perasaan, pikiran dan perilaku individu lainnya. 4.3.1 Analisis Konsep Omoiyari antara Tokoh Shirakawa Maria dengan Tokoh Yamamoto Tsugumi Dalam kutipan berikut merupakan adegan Maria melihat Yoko yang datang dengan penampilan yang kotor di kamar Tsugumi. Maria yang tidak mengetahui yang sedang terjadi, hanya bisa menyimak interaksi antar Tsugumi dan Yoko; 36 Situasi 1 つぐみの部屋には月明かりがよく入る。つぐみは半身起きあが り、見開いた瞳が闇に光っているのが見えた。そしてその視線 の前に、陽子ちゃんが全身泥だらけの格好で、震えながらつぐ みを見つめてしゃくり上げていた。その、ひっく、ひっくと言 う声に、つぐみはまるで怯えているような表情で、凍りについ たまま動かなかった。「陽子ちゃん、いったい。。。」私は言 った。もしかしたあの男達に襲われたのではと恐ろしい想像を したのだ。(吉本、1989:186−187) Terjemahan: Cahaya bulan yang cukup terang masuk, menerangi kamar Tsugumi. Dengan keadaan setengah sadar, Tsugumi duduk di atas futon (tempat tidur) dan aku bisa melihat kedua matanya yang terbuka lebar bersinar terang di kegelapan. Kuikuti tatapannya, aku melihat Yoko—seluruh badannya dipenuhi lumpur. Ia terlihat bergetar, menatap lurus ke arah Tsugumi, terisak tak terkendali, menahan nafasnya. Helaan nafasnya yang terdengar seperti cegukan ini kelihatannya membuat Tsugumi begitu ketakutan—ia duduk diam membeku.“Yoko, ada apa?,” kataku. Aku berpikir apakah mungkin Tsugumi diserang oleh para laki-laki itu. Analisis: Dari kutipan di atas dapat terlihat salah satu ciri komunikasi nonverbal, yaitu oculesics yang berarti kontak mata, seperti yang dijelaskan oleh Pearson, West dan Turner melalui Budyatna dan Ganiem (2010:125-126) mengenai kontak mata dalam komunikasi nonverbal, perasaan atau emosi dapat terlihat melalui tatapan mata seseorang. Saat Maria melihat Tsugumi yang sedang menatap ke arah Yoko dengan tatapan yang tidak biasa—terbuka lebar, kemudian sebaliknya Yoko juga menatap Tsugumi. Bisa diketahui bahwa terdapat situasi atau emosi yang tidak biasa dari Tsugumi, yaitu ketakutan. Lalu, setelah Maria mengikuti tatapan Tsugumi dan menyadari bahwa Yoko berdiri di hadapannya berdiri dengan tubuh bergetar sambil menangis terisak-isak juga nafas yang tidak beraturan. Dari reaksi fisiologis yang terjadi pada Yoko merupakan sebagian contoh dari kode komunikasi nonverbal kinesics (gerakan tubuh) seperti yang dijelaskan oleh Budyatna dan Ganiem (2010: 127) bahwa emosi terutama yang kuat bisa menyebabkan perubahan badan secara alamiah. Melalui dua kode komunikasi nonverbal tersebut, Maria sebagai penerima pesan dalam proses komunikasi, memahami adanya situasi yang tidak biasa sehingga ia bertanya pada Yoko untuk meminta penjelasan. 37 Sikap Maria yang menunjukan adanya interaksi dan adanya empati terlihat dalam situasi ini, ia memahami terlebih dahulu melalui kode komunikasi nonverbal yang ditunjukan oleh Yoko maupun Tsugumi kemudian setelah itu ia meminta penjelasan, namun disamping mendengarkan ia juga berpikir mengenai yang terjadi dengan Tsugumi. Ia mengira kalau Tsugumi diserang oleh berandal yang sebelumnya mempunyai masalah dengan Kyoichi dan situasi ini menunjukkan salah satu faktor adanya omoiyari yang dijelaskan oleh Shinmura dalam Hara (2006:24) mengenai kesensitifan seorang individu terhadap individu lainnya. 4.3.2 Analisis Konsep Omoiyari antara Tokoh Shirakawa Maria dan Yamamoto Yoko Yamamoto Yoko dalam novel Tsugumi ini merupakan tokoh yang dikategorikan ke dalam tokoh utama dikarenakan perannya sebagai kakak kandung dari Tsugumi dan kehadirannya hampir ada di setiap adegan penting. Terutama pada saat terjadinya konflik yang disebabkan oleh Tsugumi. Sebagai salah satu tokoh protagonis dalam novel Tsugumi, Yoko memiliki sifat penyabar, polos dan sensitif. Sebagai seorang kakak, Yoko sangat sabar terutama dalam menghadapi Tsugumi yang sering berkata kasar padanya. Hal ini terlihat pada saat Tsugumi sedang mengalami gejolak atau konflik emosi pada dirinya, seperti. pada salah satu adegan, Tsugumi kehilangan anjing bernama Gongoro yang dimiliki oleh kekasihnya, Kyoichi. Gongoro dibunuh oleh kawanan berandal kota karena berandal kota tersebut memiliki masalah dengan Kyoichi dan hal ini membuat Tsugumi berpikir untuk merencanakan balas dendam karena ia begitu menyayangi Gongoro dan juga iba terhadap Kyoichi tanpa sepengetahuan orang-orang sekitarnya. Kemudian pada suatu malam Yoko berhasil menguak apa yang telah dilakukan Tsugumi, diikuti dengan Maria sebagai narator yang mendeskripsikan dalam kutipan kejadian berikut: Situasi 1 しかし、静な声で陽子ちゃんは言った。「つぐみ、私が何をし たか、わかるね?」するっとつぐみ黙ってゆっくりうなずです いた 。「あんなことをしてはいけいないよ」陽子ちゃんは言 い、その汚い手で顔をぬぐった。止まらないひっくひっくとい う音に途切れながら、一所懸命こう告げた。「それじゃあ生き ゆけないよ」私にさっぱりわからなかった。ただ、明かりもつ けずにそうして向かいあう姉妹を見ていた。つぐみはパッと目 を伏せ、恭一にならってそうしたのか、枕の下にしていたきれ 38 いなタオルを乱暴に引っぱり出して差し出した「ごめ ん。。。。」(吉本、1989:187) Terjemahan: Tapi dengan suara yang tenang, Yoko berkata,”Tsugumi, kau tahu apa yang baru saja kulakukan, kan?” Dengan perlahan tanpa berkata apapun, Tsugumi mengangguk.“Kau tidak boleh seenaknya melakukan hal seperti itu!” Yoko menangis, menghapus air matanya dengan salah satu tangannya yang kotor. Kemudian dengan sepenuh tenaga yang dimilikinya ia mengatakannya dengan kata-kata, yang terhambat karena isakannya, ia berkata,”Kau tidak akan bisa hidup dengan mudah kalau kau melakukan hal seperti itu.”Aku tidak mengerti apa yang dimaksudnya. Kutatap kedua kakak-beradik tersebut yang diterangi sedikit cahaya. Tiba-tiba Tsugumi menurunkan pandangannya kemudian merendahkan badan dan mengambil handuk bersih yang tergelar di atas bantal dengan kasar, melemparnya.”Maaf.” Analisis: Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya pada analisis sebelumnya Tsugumi melakukan balas dendam atas anjing peliharaanya yang dibunuh oleh sekelompok preman, dan dalam kutipan di atas merupakan cerita yang masih berhubungan dengan kutipan cerita sebelumnya. Yoko yang merupakan kakak perempuan Tsugumi datang dengan penampilan yang kotor sambil menangis terisak. Bila dilihat dari kode nonverbal menurut penjelasan Budyatna dan Ganiem (2010: 127), air mata pada seorang individu merupakan salah satu cirri individu memperlihatkan emosinya melalui perubahan fisiologis yang termasuk dalam kode nonverbal oculesics. Melalui salah satu kode nonverbal ini Tsugumi tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi pada Yoko dan tanpa mengatakan penyebabnya Tsugumi sudah tahu hal yang menyebabkan Yoko menangis, sesuai dengan penjelasan omoiyari menurut Travis (1998:55) yakni pada proses omoiyari orang yang diberikan omoiyari tidak perlu menjelaskan keinginan atau pesan yang ingin disampaikan secara verbal. 4.3.3 Analisis Omoiyari antara Tokoh Shirakawa Maria dan Ayahnya Shirakawa Maria Tokoh ayah Maria dalam novel Tsugumi merupakan tokoh pembantu dikarenakan durasi kehadirannya dalam adegan cerita dapat dikatakan sedikit dan hanya ada pada beberapa bagian cerita. Hubungan antar Maria dan ayahnya semakin dekat setelah mereka pindah ke Tokyo. Dalam kutipan berikut merupakan adegan 39 saat Maria bercerita tentang kebiasaan ayahnya yang selalu pulang kerja dengan membawakan makanan, namun hal ini malah membuatnya khawatir; Situasi 1 私と母と、3人で暮らしはじめてから父は、毎晩家に帰ってく るのが楽しくてしょうがない様子だった。ほほえみしいほどの はしゃぎぶりだ。毎晩必ず、寿司だの、ケーキだのを抱えては、 ただいまあとゆるみきった笑顔でドアを開ける父を見ると、私 は、「この人は会社でちゃんと仕事が手についているのだろう か」とちょっと不安になった。(吉本、1989:42) Terjemahan: Aku dan ibuku sewaktu kami mulai tinggal bertiga bersama ayahku, setiap malam ia pulang ke rumah dengan kondisi yang begitu senang. Hanya dengan melihatnya tersenyum bisa membuatku senang. Setiap malam aku selalu melihat ayahku yang datang dengan membawa sushi atau kue sambil tersenyum lembut saat membuka pintu. Aku sedikit khawatir apakah orang ini benar-benar bekerja di kantor. Pada kutipan adegan di atas terlihat bahwa tokoh Maria merasa khawatir karena ayahnya yang selalu membawa makanan setiap malam sepulang kerja dan hal tersebut selalu dilakukannya tiap malam. Maria juga menjelaskan dengan salah satu kode nonverbal kinesics yaitu ekspresi wajah, yaitu ayahnya yang selalu tersenyum saat ia pulang dengan membawa makanan. Seperti penjelasan Wood (2010:129), ekspresi wajah juga bisa menjadi respon yang kita berikan pada orang yang menjadi lawan interaksi, dalam adegan ini Maria menerima pesan yang ditunjukkan oleh ayahnya melalui ekspresi wajah yang menyertai tingkah lakunya. Kemudian Maria malah berpikir apakah ayahnya melakukan pekerjannya dengan baik di kantor. Sesuai yang dikemukakan oleh Tsuchiyama (2010: 33-34), respon secara tidak langsung yang diberikan oleh Maria merupakan omoiyari karena ia memiliki pikiran akan khawatir dengan pekerjaan ayahnya setelah menerima pesan berupa tingkah laku yang disertai juga ekspresi wajah. Hal ini juga diperkuat dengan kutipan cerita berikut mengenai hal lain yang dilakukan oleh ayahnya yang membuat Maria khawatir: Situasi 2 彼は土日ともなると、車で、東京中のいい店うまい店に私達 を引っぱり回したり、自分で手料理を作ったり、別につけな くてもいいと言っているのに私の机の上に本棚を日曜大工し たりして大変だった。「遅れてきたマイホームパパ」だ。し かしその熱心さは確かに、3人の間にわだかまっていた細か 40 な不安かすを取り去ってくれた。年月が生み出したひずみが とけて、家族がうまく回り始めた。(吉本、1989:4 2) Terjemahan: Pada hari Sabtu dan Minggu ia akan memaksa kami pergi berkeliling di sekitar Tokyo untuk toko bagus dan restoran enak yang diketahuinya, memasak masakan yang dibuat oleh dirinya dan hari Minggunya ia akan menjadi seorang tukang kayu, membuatkanku rak-rak buku yang kemudian diletakan di atas meja belajarku walaupun aku sudah mengatakan bahwa aku tidak memerlukannya. Ayahku adalah seorang ‘Papa yang selalu telat pulang ke rumah.’ Akan tetapi karena kegigihannya itu ia berhasil menepis kekhawatiran masing-masing yang ada pada kami bertiga. Tekanan yang selama ini berbulan-bulan juga bertahun-tahun mengikat kami akhirnya terlepas, membuat kami memulai untuk menjadi keluarga yang baru. Dalam kutipan di atas bisa diketahui bagaimana Maria mengagumi ayahnya yang tetap sebisa mungkin menyempatkan waktu untuk menghabiskan waktu bersama dirinya dan ibunya. Seperti yang dijelaskan oleh Shinmura melalui Hara (2006:24) mengenai omoiyari bisa muncul karena kesensitifan individu lain baik melalui emosi atau perilaku, demikian halnya juga yang penilaian Maria atas perilaku-perilaku yang dilakukan oleh ayahnya bahwa ayahnya memperhatikan keluarganya walaupun sibuk dengan pekerjaannya sehingga Maria menganggap bahwa karena ayahnyalah keluarganya tetap bersatu. Hal ini juga diperkuat dengan adegan pada saat Maria secara tidak sengaja melihat ayahnya yang baru pulang kerja di daerah perkotaan di antara sekelompok pegawai kantoran lainnya; Situasi 3 東京に来たばかりの頃、いちど仕事帰りの父を見かけたことが あった。私が映画を見た後で、オフィス街の交差点で信号待ち をしていた時だった。西陽に映えるそらがビルの窓いちめんに どこまくっきりと、鏡のように鮮かにうつっていた。ちょうど 退社時刻で、大勢のスーツ姿や私服に戻った華やかなOLたち が信号にどっとたまって、青になるのを待っていた。風の具合 も人々の表情もちょうど同じように淡く疲れて、みんなあての あるような、ないようなあいまいな笑顔で話をしていた。黙っ ている顔はほんの少しきびしかった。ふと、通りの向こう側を 歩いてゆく男の人がやたら目につくなあと思ったら、何のこと はない、父だった。父もまたきびしい顔で歩いてゆくのが、不 思議に思えた。(吉本、1989:45) Terjemahan: 41 Sewaktu kami baru datang ke Tokyo, aku pernah sekali melihat ayah saat pulang kerja. Setelah selesai menonton film, aku menunggu lampu merah di perempatan bangunan perkantoran kota. Langit dengan cahaya pancaran matahari terbenam dan pergantian warnanya yang perlahan terpantul di jendela gedung-gedung seperti cermin. Tepat sekali pada saat itu jam pulang kerja, sebuah kerumunan karyawan berpakaian seragam dan setelan resmi juga karyawati sedang menunggu lampu merah yang kemudian berganti warna menjadi biru. Kondisi angin yang berhembus serasi dengan ekspresi wajah orang-orang yang terlihat begitu letih. Sebagian pekerja memperlihatkan senyum ambigunya pada saat mereka berbicara. Orang-orang yang hanya diam terlihat sedikit tegas. Secara tiba-tiba perhatianku teralihkan pada pria yang sedang berjalan di sisi lain jalan, saat tersadar ia adalah ayahku. Ayahku juga memperlihatkan wajah tegas sambil berjalan dan menurutku hal itu aneh. Analisis: Pada kutipan cerita di atas diketahui bahwa Maria bercerita pada saat ia sedang berada di persimpangan jalan, secara tidak sengaja bertemu dengan ayahnya yang baru pulang kerja sedang berjalan menyusuri jalanan kota dengan memperlihatkan wajah yang tegas. Ekspresi wajah menurut Budyatna dan Ganiem (2011: 125) merupakan salah satu kode nonverbal yaitu kinesics. Lewat ekspresi wajah yang ditunjukan oleh ayahnya Maria yaitu ekspresi tegas, Maria menginterpretasikan pemikirannya yaitu ia berpikir bahwa ekspresi yang ditunjukkan oleh ayahnya itu tidak biasa atau aneh. Seperti penjelasan tentang omoiyari oleh Tsuchiyama (2010:33-34), perilaku yang diperlihatkan atau ditunjukkan orang lain dapat menjadi munculnya rasa kesensitifan pada diri seseorang. Hal ini juga diperkuat dengan kutipan cerita berikut mengenai kebiasaan ayahnya memasang wajah tegas seperti yang dideskripsikannya pada saat di rumah: Situasi 4 家では TV を見ながらうたたねに入る直前にしか見せない表情 だった。興味深い気持ちでは私は父の「外の顔」を見つめた。 するとその時、父の会社ビルから1人のOLが走り出てきて、 大声で父を呼び止めた。私のいる反対側の道路からはその一部 始終がよく見えた。彼女は手に、書類が入っていると思われる 封筒を抱きえていた。名を呼ばれた父はきょろきょろしてから やっと彼女を見つけ、ああ、悪い悪い、と言うように口を動か して笑った。息を切らせってよった彼女は父に封筒を渡して徴 笑み、頭を下げて、戻っていた。じゃ、と言った父は封筒を抱 きえてまた足早に、駅へ向かって歩きはじめた。その時、信号 が変わり、どっと人は流れた。私は追いかけようかと、しばし 42 迷ったが、出遅れたのでやめてしまい、夕暮れの街中で、ちょ っと考えた。そのほんの一瞬の、単なる忘れるもの事件は、そ れでも父のこれまでの生活を自然な形で佳技ね垣間見せてくれ た。父の、長い長い生活。私と母にとってのあの海兵の町で生 活した日々と同じだけの年月、父もここで呼吸していたのだ。 前妻ともめたり、仕事をしたり、実績をあげたり、ごはんを食 べたり、今みたいに忘れものをしたりして、時には遠い町で暮 らす私と母を思い出して。私と母にとっては生活の場だったあ の町は父にとっては週未だけ訪ねる安らぎの場だったのだろう か。(吉本、1989:45−46) Terjemahan: Ekspresi yang diperlihatkannya hanya terlihat pada saat ia sedang menonton televisi di rumah. Ekspresi luar yang diperlihatkannya terlihat seperti memiliki ketertarikan yang begitu mendalam. Pada saat ia melakukannya, seorang karyawati dari kantor ayahku berlari keluar dari gedung dan memanggil ayahku dengan suara keras. Aku dapat melihat semua kejadian tersebut dari arah seberang jalan tempatku berada. Di tangan karyawati itu, terlihat sebuah amplop yang dipegangnya dan berisi dokumen. Ayahku yang dipanggil namanya setelah menoleh sekaligus mencari-cari akhirnya menemukan karyawati tersebut dan menggerakan mulut seakan seperti berbicara,’Ah Maaf.’ Karyawati tersebut yang kehabisan nafas memberikan amplop pada ayahku sambil tersenyum kemudian sedikit menundukan kepala dan kembali ke gedung. Ayahku yang berpamitan,‘Dah,’ memeluk amplop tersebut kemudian berjalan cepat menuju stasiun kereta. Pada saat itu, lampu merah berganti warna dan orang-orang mulai berjalan. Aku sempat berniat untuk mengejarnya namun ragu dan tidak melakukannya karena sudah telat, termenung di tengah kota sore itu. Sesingkat kejadian biasa barang yang terlupakan itu, terlintas bagaimana ia memperlihatkan secara tidak langsung mengenai kehidupannya sebelum tinggal bersamaku dan ibuku. Kehidupan ayahku sebelumnya yang begitu lama sekali. Selama satu bulan dan tahun selama ibuku dan aku tinggal di kota yang berada di pinggir pantai itu, dengan waktu yang sama ayahku bernafas di kota ini. Berdebat dengan istri sebelumnya, bekerja, mendapatkan reputasi, makan, lupa akan barang-barangnya seperti yang dilakukannya sekarang ini dan setiap kali mengingatkanku akan bagaimana aku dan ibuku tinggal di kota yang jauh tersebut. Apakah mungkin bagi ayahku, kota tempat tinggal aku dan ibuku dulu itu hanya sekedar tempat berlibur yang tenang untuk dikunjungi? Analisis: Dalam kutipan cerita di atas, Maria mengungkapkan tentang ekspresi yang ditunjukan ayahnya hanya diperlihatkan pada saat ia sedang berada di rumah. Sesuai penjelasan Maria, ekspresi yang ditunjukan oleh ayahnya bisa dilihat pada saat ia sedang menonton televisi yaitu ekspresi seperti memiliki ketertarikan akan sesuatu 43 yang begitu mendalam, sesuai dengan penjelasan Budyatna dan Ganiem (2011:127) mengenai ekspresi wajah atau facial expression dalam kode nonverbal kinesics merupakan salah satu cara mengetahui pesan seseorang dalam sebuah interaksi. Melalui ekspresi wajah yang termasuk dalam kode nonverbal kinesics, Maria menyadari adanya kejanggalan pada ayahnya. Lebih lagi saat ia melihat perubahan ekspresi wajah ayahnya yang berubah menjadi senyuman saat bertemu dengan karyawati dari kantornya memberikan amplop dokumen yang terlupakan oleh ayahnya. Perubahan ekspresi ini mengimplikasikan sebuah pesan nonverbal yang diberikan oleh ayahnya Maria secara tidak langsung dan Maria merespon pesan tersebut. Situasi 5 うん、きっとある、と私は思った。一生口に出さなくても、心 の低の方で何もかもが面倒になったことがきっとあるだろう。 あんまり妙な状況にいたので、かえって私たち3人は「典型的 な幸福な家族」というシナリオの中の人々のように優しくしな ってしまった。誰ひとり、本当は心の低に眠るはずのどろどろ した感情を見せないように無意識に努力している。人生は演技 だ、と私は思った意味は全く同じでも幻想という言葉より私に とって近い感じがした。その夕方、雑踏の中でそれはめくるめ く実感の瞬間だった。ひとりの人間はあらゆる段階の心を、あ らゆる良着物や汚いものの混沌を抱えて、自分ひとりでその重 みを支えて生きてゆくのだ。まわりにいる好きな人達になるべ く親切にしたいと願いながら、ひとりで。「お父さん、あんま り無理をしてオーバーヒートしないでね」私は言った。父は顔 を上げてきょとんとした。(吉本、1989:46−47) Terjemahan: Aku berpikir,’Ya, pasti pernah.’ Walaupun ia tidak mengungkapkannya, namun jauh di dalam lubuk hatinya pasti ia pernah mempermasalahkannya, bukan? Kami bertiga pernah mengalami situasi yang ganjil, kami berperan baik di dalam sebuah skenario yang disebut dengan ‘Keluarga Tipikal Bahagia.’ Walaupun kami tidak menyadarinya akan tetapi masing-masing dari diri kami berupaya untuk menangani emosi yang bergejolak dan sebenarnya sudah tertidur di dalam lubuk hati kami. Menurutku hidup adalah sebuah pertunjukan, kata ilusi memiliki arti yang sama namun bagiku kata pertunjukan rasanya lebih mendekati. Sore itu merupakan saat aku merasakan sebuah perasaan yang menakjubkan. Masing-masing dari diri kita membawa hati (perasaan) yang kita miliki, pada setiap tahapnya dan baik buruknya. Kita juga harus membawa semua beban ini sendirian, melalui hidup yang kita jalani. Sambil mencoba untuk berbuat baik terhadap orang yang kita sukai di sekitar, kita membawa 44 beban ini sendiri. “Ayah, jangan terlalu memaksakan dirimu, ya.” Tukasku. Ayahku langsung mengangkat wajahnya. Analisis: Pada kutipan adegan cerita di atas Maria mengungkapkan tentang dugaannya tentang perasaan ayahnya sebelum ia tinggal bersama dirinya dan ibunya. Maria menduga bahwa ayahnya pernah berpikir kalau ia dan ibunya dianggap hanya menyusahkan saja. Karena ia beranggapan dalam sebuah keluarga yang disebut sebagai ‘Keluarga Tipikal Bahagia’ terdapat juga sebuah keadaan yang masingmasing dari anggota keluarga tanpa disadari berusaha menangani perasaan juga emosi mereka yang sebenarnya. Maria juga beranggapan bahwa hidup manusia itu bagaikan sebuah pertunjukan, setiap orang akan selalu membawa perasaan juga beban yang mereka miliki dalam hidupnya dan terhadap orang yang disukai atau sayangi manusia akan mencoba berbuat baik terhadap orang tersebut. Ungkapan perasaan dan pemikiran sesuai dengan penjelasan omoiyari menurut Shinmura dalam Hara (2006:24), yaitu omoiyari dapat dirasakan atau disadari apabila salah satu individu memiliki kesensitifan terhadap individu lainnya baik secara perasaan, pikiran dan sikap, karena Maria juga merasakan dan mengetahui perasaan sekaligus pikiran ayahnya. Omoiyari pada bagian kutipan adegan di atas juga bisa dilihat dari respon Maria yang diberikannya secara verbal yaitu, agar ayahnya jangan terlalu memaksakan diri. Berdasarkan analisis konsep omoiyari yang telah dilakukan, terdapat beberapa adegan dan situasi dalam novel Tsugumi yang menunjukan konsep omoiyari. Penulis merangkum situasi dan adegan tersebut, agar pembaca lebih mudah memahami konsep omoiyari yang penulis analisis dalam novel Tsugumi karya Yoshimoto Banana: a. Ketika Maria melihat Tsugumi yang sedang duduk di dalam kamarnya dan melihat Yoko dengan tatapan ketakutan. b. Yoko terlihat gemetaran dan menangis namun ia tidak menjawab pertanyaan Maria. c. Maria yang tidak mengetahui apa yang sedang terjadi, berpikir kalau Tsugumi diserang oleh berandal yang membunuh anjingnya Kyoichi, Gonggoro. d. Ketika Yoko menangis terisak, Maria berpikir ada suatu hal yang terjadi pada Yoko. 45 e. Maria menjelaskan ekspresi wajah ayahnya yang terlihat begitu senang saat pulang kerja dan selalu pulang dengan membawa berbagai macam makanan. f. Suatu hari Maria melihat wajah ayahnya yang terlihat lelah. Kemudian ketika seorang pekerja wanita dari kantornya datang membawakan dokumennya yang terlupakan, ayahnya langsung mengubah ekspresinya dengan senyuman. g. Dari tingkah laku juga ekspresi ayahnya, Maria khawatir apakah ia mengerjakan tugasnya dengan baik di kantor. Selain itu, Maria juga mengungkapkan secara verbal agar ayahnya tidak memaksakan diri dalam melakukan pekerjaannya.