Evaluasi Kesesuaian Lahan untuk Komoditas Padi

advertisement
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gambaran Umum Kabupaten Kntai
Kartanegara
Kabupaten
Kutai
Kartanegam
merupakan
salah
satu
dari
13
KabupatenIKota yang terdapat di Provinsi
Kalimantan Timur. Dari ibu kota Provinsi
ke
Kalimantan
Timur
(Samarinda)
Tenggarong (Ibu kota Kabupaten Kutai
Kartanegara), cukup ditempuh dengan
perjalanan darat selama 30-45 menit (sekitar
25 km).
Kabupaten Kutai Kartanegara memiliki
luas wilayah daratan sekitar 27.263,l km2
terletak antara 115"26'28" Bujur Timur
sampai dengan 117'36'43" Bujur T i u r dan
128'21" Lmtang Utara sampai dengan
1'08'06" Lintang Selatan (BAPPEDA Kutai
Kartanegara, 2008).
Kabupaten
Kutai
Kartanegara
mempakan wilayah yang berbatasan dengan
Kabupaten Malinau, Kutai Timur dan Kota
Bontang pada sisi sebelah utara. Sisi sebelah
timur berbatasan dengan Selat Makasar,
sebelah selatan berbatasan deugan Kota
Balikpapan dan juga Kabupaten Penajam
Paser Utam, dan sisi sebelab barat
berbatasan dengan Kabupaten Kutai Barat
(BAPPEDA Kutai Kartanegara, 2008).
Kabupaten Kutai Kartanegara terbagi
atas 18 Kecamatan. Keseluruhan Kecamatan
tersebut adalah Sa~nbuja,Muara Jawa, SangaSanga, Loa Janan, Loa Kulu, Muara Muntai,
Muara Wis, Kota Bangun, Tenggarong, Sebulu,
Tenggarong Seberang, Anggana, M u m Badak,
Mamng Kayu, M u m Kaman, Kenohan,
Kembang Janggut dan Tabang. Luas wilayah
Kabupaten Kutai Kartanegara per Kecamatan
dapat difihat pada Tabel 1 .
Perangkat pemerintah daerah yaug secara
khusus menangani bidang pertanian tanaman
pangan di Kutai Kaxtanegara ialah Dinas
Pertanian Tanaman Pangan.
Berdasarkan Peraturan Daelah Nomer 39
Tahun 2000 tentang Sbuktur Pemerintahan
Daerah, Diias Pertaniau Kutai Kartanegara
mempakan perangkat daerah yang mempunyai
tugas pokok dalam melaksanakan keweuangan
otonomi daerah di Bidang Pertanian Kabupaten
Kutai Kahauegara. Dalam menyelenggarakan
tugas pokok tersebut, Dinas Pertanian
mempunyai fungsi :
1. Memuskan kebijakan teknis di
bidang pertanian tanaman pangan.
2. Pemberiaan perizinan dan pelaksanaan
pelayanan mum di bidang pertanian
tanaman pangan.
3. Pembinann terhadap pelaksanaan
teknis dinas dan Cabang Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten
Kutai Kamnegara.
4. Pengelolaan umsan ketatausahaan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Tabel 1 Luas wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara per Kccamatan
Kecsmstso
L u s s (km2)
Kcearnatan
Anggana
1.798.8
Muara Kaman
Kembang langgut
1.923.9
Muara Muntai
Kenohan (Kahala)
1.302,2
Muan Wis
Kota Bangun
1.143,7
Samboja
Loa Janan
644,2
Luas (km2)
3.410,l
Sanga-Sanga
Loa Kulu
1.405,7
Sebulu
Marang Kayu
1.165.7
Tabang
Muara Bad&
939.1
Tenggamng
398.9
M u m Jawa
745.5
l'cnggarong Scberang
437.0
Sumber : Badan Perencanaan Pembsllgunan Dacrah PAPPEDA) Kufai K m e g o r a (2008)
DAPPEDA
&ma.
Uiaix.m-
Sumber : BAPPEDA Kutai Kartanegara (2008)
Gambar 3 Peta Administrasi wilayah Kabupaten Kutai Kartanegnra.
2.2 Pewilayahan Komoditas Pertanian
Djaenudin ef 01. (2002) mengemukakan
bahwa agar produktivitas lahan yang
diusabakan mencapai
optimal perlu
diberlakukannya
suatu
pewilayahan
komoditas pertanian yang sesuai dengan
daya dukung laban. Suatu komoditas
pertanian hams dikembangkan pada suatu
lahan yang paling sesuai, sehingga
mempunyai keunggulan komparatif dan
kompetitif.
Sugiarto (2007), diacu dalam Hand out
Mata Kuliah Kapita Selekta Meteorologi
memberikan batasan mengenai pengertian
suatu
komoditas
yang
mempunyai
keunggulan komparatif dan kompetitif.
Keunggulan komparatif berarti komoditas
yang diproduksi melalui dominasi dukungan
sumber daya atam, dimana daerah lain tidak
mampu memproduksi produk yang sejenis.
Suatu komoditas dikatakan memiliki
keunggulan kompetitif jika komoditas
tersebut diproduksi dengan cara yang efektif
dan efisien. Masih menurut Sugiarto (2007)
yang diacu dalam Hand out Mata Kuliah
Kapita Selekta Meteorologi, komoditas
tersebut telah memiliki nilai tambah dan
daya saing usaba, baik dari aspek kualitas,
kuantitas, maupun kontinuitas dan harga.
Laimeheriwa (2002) menyatakan bahwa
pewilayahan tanaman mempakan suatu
metode
evaluasi
lahan
yang
mengidentifikasikan lahan dan dapat
digunakan untuk tanaman tertentu, sehingga
dapat ditentukan kelas-kelas kesesuaian
lahan terhadap tanaman dan dapat diperoleh
lahan yang potensial untuk pengembangan
tanaman tertentu.
Subagyo el al. (2000a), diacu dalam
Djaenudin et al. (2002) menyatakan bahwa
areal yang dipilih untuk menentukan
komoditas unggulan barus tercakup pada
wilayah yang pemntukannya sebagai
kawasan budidaya pertanian sesuai dengan
kriteria sektoral dengan mempertimbangkan
kesesuaian lahan danlatau daya dukung
lahan. Apabila bal tersebut diperhatikan
maka pendekatan pewilayahan komoditas
pertanian akan dapat mengatasi penggunaan
lahan yang kurang atau tidak produktif.
Karakteristik lahan, iklim (curah hujan,
suhu udara) dan ketersediaan sumber daya
air
mempakan
dasar
dari
usaha
pengembangan suatu komoditas secara
intensif dalam sistem pertanian. Jika
informasi tentang ha1 tersebut terbatas, maka
komoditas yang dikembangkan oleh
masyarakat juga tebatas jenisnya. Hal ini
menyebabkan nilai jual relatif rendah, terutama
pada musim panen. Kesalahan dalam
menentukan kesesuaian iklim bagi tanaman
akan mengakibatkan
pertumbuhan dan
perkembangan tanaman tidak normal, sehingga
produktivitas akan menyimpang jauh dari
potensi sebenamya (Djaenudii et al. 2002).
Tujnan utama dilaksanakannya suatu
pewilayahan komoditas pertanian ialah nntuk
menentukan komoditas ~iliggulansuatu daerah.
Sugiarto (2007), diacu dalam Hand out Mata
Kuliah Kapita Selekta Meteorologi menjelaskan
tujuan ut&a tersebut merijadi tiga tuju& yang
saling berkorelasi, yaitu : (1) menginventarisasi
potensi komoditas ungylan daerab; (2)
melakukan analisis terhadap berbagai peluang
dan penghambat pengembangan komoditas
unggulan strategis tersebut;
dan (3)
Memmnskan strategi pengembangan komoditas
unggulan untuk mendukung peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
Terdapat tiga aspek utama yang hams diiaji,
dipelajari, dan diperhatikan dalam penetapan
komoditas unggulan suatu daerah. Ketiga aspek
utama tersebut ialah kondisi fisiktgeografis,
kondisi perekonomian rnasyarakat setempat,
dan kondisi snsial budaya.
Dwi (2006) menyatakan bahwa potensi
suatu daemh untuk pengembangan suatu
komoditas pertanian pada umulnnya ditentukan
oleh kecocokan antara sifat fisik lingkungan
(dalam ha1 ini mencangkup iklim, tanah,
topografi) dengan persyaratan tumbuh tanaman.
Kecncokan antara sifat fisik lingkungan dari
suatu daerah dengan persyaratan tumbuh
tanaman dapat lnemberiltan informasi bahwa
komoditas tersebut potensial dikembangkan di
daerah bersangkutan.
2.3 Evaluasi Lahan
Food and Agriculture Orgunization (FAO)
(1977), diacu dalam Notohadiprawiro (1991)
mendefinisikan laban sebagai suatu daerah
permukaan daratan bumi yang ciri-cirinya
mencakup segala tanda pengenal, baik yang
bersifat cukup mantap rnaupun yang dapat
diramalkan bersifat mendaur, dari biosfer,
atmosfer, tanah, geologi, hidrologi, dan
populasi tumbuhan dan hewan, serta hasil
kegiatan manusia pada masa lampau dan masa
kini, sejauh tanda-tanda pengenal tersebut
memberikan pengaruh murad atas penggunaan
lahan nleh manusia pada masa kini dan masa
mendatang. Lebih lanjut, Djaenudin (1997),
yang diacu dalam Wirosoedarmo et al. (2007)
menyatakan bahwa lahan mempakan bagian
bentang alam (landscape) yang mencakup
pengertian dari fisik termasuk iklimm, topo&~afi
(reliej), hidrologi dan keadaan vegetasi
alami (natural vegetation) yang semuanya
secara potensial berpengaruh terhadap
penggunaan lahan
Hardjowigeno dan Widiatmaka (2007)
menyatakan
bahwa
evaluasi
lahan
m e ~ p a k a nbagian dari proses perencanaan
tataguna lahan. Inti evaluasi lahan ialah
membandimgkan persyaratan yang diminta
oleh tipe penggunaan lahan yang akan
diterapkan, dengan sifat-sifat atau kualitas
lahan yang diiiliki oleh lahan yang akan
digunakan.
2.4 Kesesuaian Lahan
Suatu lahan memiliki nilai berdasarkan
kegunaan, manfaat atau fungsi yang
dijalankannya. Istilah tersebut menurut
Notohadiprawiro (1991) disebut sebagai
harkat lahan.
Terdapat dua macam harkat lahan, yaitu
kemarnpuan (capabiliry) dan kesesuaian atau
keserasian (suitabiliry) (Notohadiprawiro,
1991).
Masing-masing
pengharkatan
tersebut berbeda dalam ha1 maksud
penilaian. Penilaian kemampuan bermaksud
menetapkan pembenahan pengelolaan yang
diperlukan untuk mencegah degradasi lahan.
Sedangkan penilian kesesuaian bemaksud
menetapkan pengelolaan
khas yang
diperlukan untuk memperoleh nasabah lebih
baik antara manfaat dan masukan yang
diperlukan, baik berdasarkan pengalaman
maupun antisipasi.
Menurut Hardjowigeno dan Widiatmaka
(2007), kesesuaian lahan adalah kecocokan
suatu lahan untuk tipe penggunaan lahau
Cjeuis tanamau dau tingkat pengelolaan)
tertentu. Terdapat dua jenis kesesuaian
lahan, yaitu kesesuaian lahan aktual dan
kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian
lahan aktual mempakan kesesuaian lahan
menurut kondisi yang ada saat ini, belum
mempertimbangkan
masukan
yang
diperlukan untuk mengatasi faktor pembatas
yang ada. Kesesuaian lahan potensial adalah
kesesuaian lahan yang akau dicapai setelah
dilakukan usaha-usaha perbaikan lahan
(land improvenlenf).
Sitorus (1998) mengemukakan bahwa
terdapat dua tahapan dalam memilih dan
menemukan lahan
yang sesuai untuk
tanaman tertentu. Tahapan yang pertama
adalah menilai persyaratan tumbuh tanaman
yang akan diusahakan. Tahapan kedua
adalah mengideutifikasi dan membatasi
lahan yang mempunyai sifat-sifat yang
diinginkan tetapi tanpa sifat lain yang tidak
diinginkan.
2.5 Kemampnan Lahan
Kemampuan lahan adalah harkat lahan yang
ditetapkan menurut macam pengelolaan atau
syarat pengelolaan yang diperlukan berkenaan
dengan pengendalian ballaya degradasi lahan
atau penekanan resiko kerusakan lahan selama
penggunaannya untuk maksud dan tujuan
tertentu (Notohadiprawiro, 199 I).
Menurut sistem United States Departement
of Agricz~lfure(USDA), klasifikasi kemampuan
lahan dibagi kedalam tiga tingkatan yaitu :
tingkat kelas, tingkat sub-kelas, dan tingkat unit
(satuan pengelolaan).
2.6 Metode Penentuan Kesesuaian Lahan
Metode yang digunakau dalam penentuan
kesesuaian lahan adalah dengan melakukan
pengkelasan kesesuaian tanah, kesesuaian
iklim, dan kesesuaian
pedo-agrokliiat
tanaman.
Menurut Djainudin et al. (2000)
pengkelasan dilakukan dengan menggunakan
hukum minimum, yaitu ~nemperbandingkan
(ntatching) antara kualitas dan karakteristik
lahan sebagai parameter dengan kiteria kelas
kesesuaian lahan yang telah disusun
berdasarkan persyaratan penggunaan atau
persyaratan tumbuh tanaman atau komoditas
yang dievaluasi.
Pada tingkat kelas, lahan dibedakan menjadi
lima kelas secara halitatif, yaitu kelas lahan
sangat sesuai (Sl), c u h p sesuai (S2), sesuai
marginal (S3), tidak sesuai pada saat ini (NI),
dan tidak sesuai untuk selamanya (N2). Hal
tersebut sesuai deugan sistem klasifikasi
kesesuaian lahan yaug diterapkan oleh F A 0
(Hardjowigeno dan Widiatmaka, 2007).
2.7 Hubnngan Iklim dan Tanaman
Iklim adalah sintesis, kesimpulan atau
statistik cuaca jangka panjang. Jadi unsur-unsur
iklim dan unsur-unsur cuaca sama. Menurut
Organisasi Meteorologi Dunia, waktu ideal
untuk pengumpulan data iklim dari data cuaca
adalah > 30 tahun (Nasir, 2004).
Kondisi cuaca dan iklim akan sangat
berpengaruh terhadap suatu jenis tanaman.
Menurut Nasir (2004), perbedaan mendasar
antara pengaruh cuaca dan pengaruh iklim
terhadap tanaman adalah bahwa cuaca sangat
menentukan hasil paneu aktual, sedangkan
iklim menentukan kapasitas hasil panen di suatu
pusat proditksi pertanian. Kapasitas hasil panen
adalah rata-rata produksi tiap musim panen
dalam jangka waktu panjang.
Tabel 2 Pusat produksi beberapa tanaman di Indonesia beserta tipe iklirm~ya
Tnnamsn/
Komoditas
Padi sawah
Sagu
Contoll Pusat Produksi
Pantai Jawa, Sumatera,
Kalimantan, dan Sulawesi
Pantai rawa, antara lain: Maluku dm
lrian Jaya
TipeKclas lklim
Sehmidth &
Koppcn
lrcrguson
Elevasi
(m.dpl)
0-700
Af, Am
dan Aw
A,BdanC
0-100
Af
A dan B
Am & Abv
A, B, C dan D
Tebu Irigasi
Dat. Rendah Jateng, Jatim
0-100
Jagung
Jatim, Madurq Lampung
Snlsel, NTB, dan N1T
0-700
Kacang tanah
Jatim,
NnMadura, Sulsel, NTB,
0-700
$nzv
Am dan Aw
A,B,CdanD
B, C dan D
Sumber :Nasir (2004)
Masih
menurut
Nasir
(2004),
pengembangan pusat produksi kultivar
memerlukan kesesuaian lingkungan yang
dapat
menunjang
pertumbuhan
dan
perkembangan sehingga menjamin produksi
yang tinggi baik dalam ha1 kuantitas maupun
kualitas. Daerah pusat produksi suatu
komoditas pertanian yang telah cukup lama
dapat digunakan sebagai daerah acuan
kesesuaian iklim dan tanaman. Contoh pusat
produksi beberapa tanaman di Indonesia
ditunjukkan pada Tabel 2.
Setiap tanaman membutuhkan syarat
tumbuh serta mempunyai daya adaptasi
terhadap fingkungan. Di lapangan kondisi
tersebut m e ~ p a k a ninteraksi antara potensi
alamiah dengan paket teknologi sistem usaba
tani dan infrastrukhu. Suatu tanaman yang
tumbuh, berkembang dan berproduksi
optimum terus menerus diperlukan kesesuaian
pedo-agroklimat. Kondisi kesesuaian tersebnt
memungkmkan
suatu
wilayah
untuk
dikembangkan menjadi pusat produksi
komoditi pertanian (Djaenudin et at. 2002).
Komponen pedo-agrokliat terdiri atas
topografi, jenis tanah, dan iklim (curah hujan
dan subu udara). Djaenudin et al. (2002)
menyatakan bahwa pengembangan komoditas
pertanian pada wilayah yang sesuai dengan
persyaratan pedo-agroklimat tanaman, yang
meliputi iklim, tanah, dan topografi, akan
memberikan hasil yang optimal dengan
kualitas prima. Keragaman sifat lahan
mempakan modal dasar yang dapat digunakan
sebagai pertimbangan dalam menentukan
pewilayahan komoditas pertanian di suatu
wilayah.
2.8 Klasifikasi lklim
Djaenudin el al. (2002) menyatakan bahwa
karakter iklim mencetminkan perpaduan
pengaruh unsur-unsurnya dan biasanya
dicirikan oleh tipe atau kelas iklim. Sampai
saat ini telah banyak metode klasifikasi iklim
yang dipublikasikan, diantaranya metode
Koppen, Schmidth-Ferguson, dan metode
Oldeman.
Klasifikasi Koppen didasarkan pada
hubungan antara iklim (suhu dan hujan ratarata) dengan pe~tumbt~han.
Menurut Koppen
vegetasi
yang
bidup
secm
alami
menggambarkan iklim tempat tumbuhnya.
Oleh karena itu batas-batas klasifikasi iklim
Koppen berkaitan dengan batas-batas
penyebaran vegetasi (Handoko, 1994).
Koppen membagi 12 tipe iklim, ditunjukkan
pada Tabel 3.
Tabel 3 Klasifikasi iklim mcnurut Koppen
Nams
Tipe IWim
lklim hujan bopis
Iklim kering
Af,AwdanAm
BS dm BW
lklim hujm sedang panas
lklim hutan sdju sejuk
lklim kutub
Cf, Cr dan Cw
Df dan Dw
ET dan EF
Sumber : Pnwirowardoyo (1995)
Penentuan tipe iklim menutut Schmidth
dan Ferguson hanya memperhatikan unsur
iklim curah hujan, memerlukan data hujan
bulanan paling sedikit 10 tahun. Kriteria yang
digunakan adalah penentuan bulan kering,
bulan lembab dan bulan basah masing-masing
bulan setiap tahun (Handoko, 1994).
Sumber : Hand Out Mata Kuliah Klimatologi Dasar (2006)
Gambar 4 Pembagian tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson.
1
Tabel 4 Pembagian tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson
Tipe lklirn
A
B
C
D
E
Ketemngnn
Daerah sangat basah dengan vcgetvsi hutan hujan tropis
Daerah basah dengan vegetvsi hutan hujan trapis
Daerah agak basah dengan vcgctasi hutan rirnba, diantaranyaterdnpatjenis
gugur pada rnusirn kernarau, misalnyajati
Dacrah sedang dengan vegetasi hutan musirn
Dacrah ag& kering dengan vegctaqi hutan sabana
Daerah kering dengan vegctasi hutan sabana
vcgevasi yang daunnya
F
G
Daerah sangat kering dengan vegetasi padang ilalang
H
Daerah ekstrim kering dengan vegetasi padang ilalang
Sumber : Handoko (1994)
Schmidth dan Ferguson menentukan
jumlah Bulan Kering (BK), Bulan Lembah
(BL) dan Bulan Basah (BB) tahun demi
tahun selama periode pengamatan, kemudian
dijumlahkan dan dirata-ratakan. Penentuan
tipe iklimnya menggunakan nilai Q, seperti
yang terlihat pada Gambar 4. Berdasarkan
perhitungan tersebut maka akan diperoleh 8
tipe iklim menurut Schmidth dan Furguson
(Tabel 4).
Klasifikasi
Oldeman
tergolong
klasifikasi yang baru di Indonesia dan dalam
beberapa ha1 masih mengundang diskusi
mengenai batasan atau kriteria yang
digunakan. Bermanfaat dalam klasifikasi
lahan pertanian tanaman pangan di
Indonesia (Handoko, 1994).
Oldeman telah membuat sistem baru
dalam klasifikasi iklim yang dihuhungkan
dengan pertanian menggunakan unsur iklim
curah hujan. Kriteria yang digunakan dalam
klasifikasi ini didasarkan pada : BK (bulan
dengan CH<100 mm), BL (bulan dengan
CH antara 100-200 mm), dan BB (bulan
dengan CH>200 mm).
Oldeman
menggunakan
ketentuan
panjang periode bulan basah dan bulan
t rata-rata CH masingkering h ~ t ~ r u t - t u r udari
masing hulan selama periode pengamatan
tertentu. Tipe utama klasifkasi Oldeman dibagi
menjadi 5 tipe yang didasarkan pada jumlah
basah
berturut-turut,
sedangkan
bulan
suhdivisinya dibagi menjadi 4 tipe herdasarkan
jumlah bulan kering berturut-tumt. Dari 5 tipe
utama dan 4 subdivisi tersehut maka tipe iklim
dapat dikelompokan nienjadi 17 daerah
agroklimat Oldeman mulai dari Al sampai E4
(Handoko, 1994).
Pembagian tipe iklim menurut Oldeman
beserta daerah Agroklimatnya ditunjukkan pada
Tabel 5.
2.9 Sistem Informasi Geografis
Sistem
Informasi
Geografis
(SIG)
merupakan suatu sistem manual dan komputer
yang digunakan untuk mengumpulkan,
menyimpan, mengelola, dan menghasilkan
informasi yang mempunyai rujukan spasial atau
geografis (Danoedoro, 1996).
Sedangkan
menurut Wikipedia Indonesia SIG adalah
sistem informasi khusus yang mengelola data
yang memiliki informasi spasial (bereferensi
keruangan).
Menurut Arnnof (1989), diacu dalam
Widiyawati (2005) SIG adalah suatu sistem
berbasis komputer yang digunakan untuk
menyimpan dan memanipulasi informasiinformasi geografi. SIG dirancang untuk
mengumpulkan,
menyimpan
dan
menganalisis obyek-obyek dan fenomenafenomena
dimana
lokasi
geografis
mempakan karakteristik yang penting atau
kritis untuk dianalisis. Dwi (2006)
menyatakan bahwa konsep dasar SIG
merupakan suatu sistem terpadu yang
mengorganisir perangkat keras (hardware),
perangkat lunak (software) dan data yang
selanjumya dapat mendayagunakan sistem
penyimpanan, pengolahan lnaupun analisis data
secara simnltan, sehingga dapat diperoleh
informasi yang berkairan dengan aspek
kemangan (spasial). Contoh aplikasi SIG
ditunjukkan pada Gambar 5.
Tabel 5 Klasifikasi iklim Oldeman beserta daerah agroklimamya
Tipe lkllm
A1, A2
B1
82
CI
Ketersngsn
Sesuai untnk padi terus-mcnerus tetapi produltsi kumg karcna pada umumnya kerapatan fluks
radiasi surya rendah scpanjang tahun
Sesuai untuk padi terus-menerus dengan perencanaan awal musim lanam yanl: bnik. Produksi tinggi
bila panen pada musim kemarau.
Dapat ditanami padi dua knli setahun dengan variclas umur pendck dan musim kering yang pendek
cukup untuk tanaman palawija
Tanaman padi dapat sekali dan .palnwiia dua kali setahnn
~
Selahun hanya dapal sekali padi dan penanaman palawija yang kedua h'ms hati-hati jangan jaluh
C2, C3,C4
pada bnlan kering.
Tanaman padi umur pendck satu kali dan biasanya produksi bisa tinggi karena kerapatan Ruks
Dl
radiasi tinggi. Waktu tanam palawija cukup.
Hanya mungkin satu kali padi dan saw kali palawija setahun, terganlung pada adanya penediaan air
D2, D3, D4
irigasi.
Daerah ini umumnya terlnlu kering, mungkin hanya dapat satu kali palawija, itupun tergantung
E
hujan.
Sumber : lrawan (2007)
Sumbcr : wvw.grass.itc.it
Gambar 5 Contoh aplikasi SIG dengan Geograpliic Resotrrces Analysis Stipporl System.
2.10 Tanaman Padi
Supasyono
dan
Setyono
(1993)
menyatakan bahwa padi mempakan tanaman
semi aquatis yang cocok ditanaln pada lahan
tergenang. Meskipun demikian, padi juga haik
ditanam di laban tanpa geoangan, asal
kebutuhan airnya tercukupi. Oleh karena itu,
baik di Indonesia atau pun negam lain padi
ditanam di dua jenis lahan utama, yaitu lahan
sawah dan ladang (kering). Gamharan
fisiologis tanaman padi ditunjukkan pada
Gambar 6.
Sumber: www.aagos.ristek.go.id/pertanian/padi.pdf
Gamhar 6 Tanaman Padi (Oryza Saliva).
Soemartono et al. (1984) nlengatakan
hahwa tanaman padi memiliki hatang dengan
ruas-ruas yang di dalamnya berongga dengan
tinggi 1,O-1,5 meter. Dari tiap huku hatang
tumhuh daun yang herbentuk pita dan
pelapah.
Melalui tinjauan klimatologi, tanaman
padi dikategorikan ke dalam golongan
tanaman suhtropika. Literatur lainnya
mengatakan hahwa padi termasuk kategori
tanaman daerah tropis, tetapi juga tumbuh di
daerah suhhopis dan lintang pertengahan
(Hassan, 1963).
Padi dibedakan dalam dua tipe yaitu padi
kering (gogo) yang ditanam di dataran tinggi
dan padi sawah di dataran rendah yang
memerlukan penggenangan.
Umumnya padi dapat turnhuh di daerah
tropislsubtropis pada 45 derajat LU sampai 45
derajat LS dengan cnaca panas dan
kelembahan tinggi dengan ~nusim hujan 4
bulan. Rata-rata curah hujan yang baik adalah
200 mmibulan atau 1.500-2.000 mmltahun.
Padi dapat ditanatn di rnusim kemarau atau
hujan. Pada musim kemarau produksi
meningkat asalkan air irigasi selalu tersedia.
Di musim hujan, walaupun air melimpah
produksi dapat menurun karena penyerbukan
kurang intensif. Di dataran rendah padi
memerlukan ketinggian 0-650 m dpl dengan
temperahtr 22-27 "C sedangkan di dataran
tinggi 650-1.500 m.dpl dengan temperatur 1923 "C. Tanaman padi memerlukan penyinaram
matahari pennh tanpa naungan. Angin
berpengaruh
pada
penyerbukan
dan
pembuahan tetapi jika terlalu kencang akan
merobohkan tanaman (www.aagos.ristek.go.id
: akses 14 Februari 2009).
Padi gogo harus ditanam di lahan yang
berhumus, struktur remah dan cukup
mengandung air dan udara. Memerlukan
ketebalan tanah 25 em, tanah yang cocok
bewariasi mulai dari yang berliat, berdebu
halus, berlempung halus sampai tanah kasar
dan air yang tersedia diperlukan cukup
banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika
ada harus <50%. Keasaman tanah bewariasi
dari 4 salnpai 8. Padi sawah ditanam di tanah
berlempung yaug herat atau tanah yang
memiliki lapisan keras 30 cm di bawah
permukaan tanah. Menghendaki tanah lumpur
yang subur dengan ketebalan 18-22 em.
Keasaman tanah antara pH 4-7. Pada padi
sawah, penggenangan akan mengubah pH
tanam menjadi netral . Pada prinsipnya tanah
herkapur dengan pH 8.1-8,2 tidak merusak
tanaman
padi.
Karena
mengalami
penggenangan, tanah sawah memiliki lapisan
reduksi yang tidak mengandung oksigen dan
pH tanah sawah hiasanya mendekati netral.
Untuk mendapatkan ranah sawah yang
memennhi syarat diperlukari pengolahan tanah
yang khusus (www.aagos.ristek.go.id : akses
14 Februari 2009).
Download