PENDAHULUAN Penuaan merupakan suatu proses penurunan fungsi dan struktur suatu organisme yang bersifat intrinsik, seiring dengan berjalannya waktu dan mencerminkan kemampuan organisme tersebut untuk berinteraksi terhadap lingkungan. Proses yang berhubungan dengan proses penuaan telah diprogram secara genetik dan beberapa perubahan yang berhubungan dengan penuaan tidak dapat dielakkan dan akhirnya mencapai puncaknya dengan kematian. Penuaan merupakan akumulasi secara progresif berbagai perubahan patologis di dalam sel dan jaringan, yang terjadi seiring dengan waktu. 1-3 Meningkatnya usia harapan hidup menjelang tahun 2000 mencapai 80 tahun di Indonesia, 1 merupakan suatu bukti adanya peningkatan kesehatan. Sejalan dengan hal tersebut didapati berbagai perubahan sesuai proses penuaan kulit. Perubahan yang terlihat pada kulit menua adalah kulit menjadi kusam, kering, kendur, keriput disertai garis-garis ekspresi wajah yang nyata, pigmentasi yang tidak merata, dan tumor kulit yang sangat mempengaruhi penampilan seseorang. 4 Proses penuaan kulit merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari dan bersifat fisiologis. Pada sebagian masyarakat tertentu proses penuaan kulit bukan merupakan suatu masalah, tetapi pada sekelompok lain, terutama orang-orang yang berkecimpung dalam hal kecantikan, menjadi hal yang cukup berarti. Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat mempercepat proses penuaan kulit dini, yaitu usia, paparan sinar matahari, toksisitas lingkungan, merokok, penggunaan kosmetik, kekuatan mekanis, gizi, dan genetik.2 Pada dasarnya, setiap orang menginginkan kulit yang segar, cerah dan halus seperti kulit remaja, meskipun usianya sudah tidak lagi remaja. Sehingga berbagai usaha dilakukan untuk meremajakan kulit (skin rejuvenating), dan bisnis medis ini merupakan ladang subur yang selalu dapat dikembangkan dari waktu ke waktu. Peremajaan kulit adalah upaya untuk membuat kulit tampak sehat dan muda kembali dengan cara memberikan obat-obat topikal, tindakan operatif, maupun terapi hormonal. 1,3 Umumnya peremajaan kulit dilakukan pada kulit yang tidak terlindung (exposed skin), atau yang dikenal sebagai daerah kosmetika. Daerah peremajaan kulit ini adalah wajah, leher, dada bagian atas, lengan, dan tungkai bawah,3 kecuali peremajaan dengan terapi sulih hormon yang akan melibatkan semua organ tubuh.4. Chemical peeling (CP) atau pengelupasan kulit secara kimiawi, merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk peremajaan kulit, berupa suatu tindakan untuk mempercepat pengelupasan sel-sel mati dengan menggunakan bahan-bahan kimia tertentu,2 antara lain TCA (trichloro acetic acid). Berikut ini akan dilaporkan kasus peremajaan kulit pada seorang wanita, 37 tahun, ibu rumah tangga yang diduga akibat pekerjaannya sering terpajan sinar matahari. Kulit wajah menunjukkan reaksi penuaan dini, berupa kulit terasa kusam dan tidak cerah dan ingin dilakukan perawatan dengan chemical peeling. KASUS Seorang wanita , 37 tahun, ibu rumah tangga, alamat di Yogyakarta. Datang pertama kali ke poliklinik kulit dan kelamin RS. DR. Sardjito tanggal 26 Januari 2004, dengan keluhan utama ingin perawatan wajah karena kulit terasa semakin kusam dan tidak cerah. Pada anamesis diketahui bahwa sejak 3 bulan yang lalu, kulit wajah dirasakan semakin lama semakin kusam dan dirasa tidak cerah. Pasien tidak merasakan gangguan kesehatan lainnya. Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum baik, kompos mentis, kesan gizi cukup. Warna kulit pasien sawo matang dengan tipe kulit IV. Status dermatologik, pada daerah pipi kiri dan kanan, serta daerah pelipis tampak beberapa parut akne yang tersebar. Pasien direncanakan untuk dilakukan peeling TCA 30% (Blue-peel), dan sebelumnya dilakukan pre-peeling setiap malam selama 4 minggu dengan menggunakan asam tretinoin 0,05%. Kemudian dilakukan peeling dengan campuran TCA 30% dan bahan blue peeling. Kemudian dilakukan perawatan yaitu terapi post peeling berupa sabun pembersih, krim pagi berupa tabir surya berspektrum luas (SPF 33), dan pengolesan diulang setelah 4-5 jam. Pasien disarankanuntuk menghentikan semua kosmetik kecuali obat oles dan bahan-bahan topikal yang dianjurkan. Pada pemeriksaan hari kedua post peeling, didapatkan keadaan umum baik, gizi cukup, kompos mentis. Status dermatologi menunjukkan kulit wajah berwarna kehijauan, sebagian kulit punggung hidung mengelupas. Pada hari ketiga, kulit wajah tampak semakin kehitaman dan mulai tampak pengelupasan di pipi kiri dan dagu. Pada pinggir bibir tampak kulit mengering dan agak kaku. Pada hari kelima, daerah pinggir bibir dan daerah pipi sudah banyak yang terkelupas. Pada hari keenam, tampak kulit sekitar bibir mengelupas semakin melebar hingga daerah dagu dan pingir hidung serta daerah tepi mata. Hari ketujuh, pengelupasan semakin meluas dan kulit dibawah daerah pengelupasan tampak eritem. Hari kedelapan, pengelupasan kulit terjadi pada hampir seluruh pipi, dan dagu serta dahi. Pada hari kesembilan kulit dahi tampak mulai pecah-pecah dan sebagian mengelupas, daerah pipi dan dagu hampir semuanya terkelupas. Hari kesepuluh seluruh daerah dahi, pipi dan dagu terkelupas hanya tinggal sebagian. Hari kesebelas, kulit wajah hampir terkelupas semua, hanya pada bagian pipi kiri dan kanan tampak sebagian kecil belum terkelupas. Hari keduabelas, tampak pada kedua pipi eritem dan sebagian tertutup kulit kehitaman dan kering. Pada minggu kedua, tampak wajah ditutupi skuama putih tipis, dengan dasar eritem, dan pada minggu III, skuama semakin tipis, kulit wajah tampak semakin cerah dan agak eritem. Pada minggu IV, didapati kulit wajah sudah semakin nampak cerah dan bersih. PEMBAHASAN Kasus ini seorang wanita , 37 tahun, berobat dengan keluhan utama ingin perawatan wajah karena kulit wajah semakin kusam dan tidak cerah sejak 3 bulan yang lalu. Hal ini disebabkan karena pasien sering terpajan sinar ultraviolet (UV). Telah diketahui bahwa pajanan sinar matahari terutama UV mempunyai efek yang menguntungkan maupun merugikan pada kulit manusia. Pasien tidak merasakan gangguan kesehatan lainnya. Secara umum tipe kulit 1 sampai 3 jarang terjadi hiperpigmentasi pasca inflamasi dan merupakan kandidat yang terbaik untuk peeling. Sedangkan untuk tipe kulit 4 sampai 6 risiko cukup besar, tetapi bukan berarti tidak bisa dilakukan peeling. Kesimpulan klasifikasi Fitzpatrick ini lebih menunjukkan risiko hiperpigmentasi pasca inflamasi. Peremajaan kulit ada tiga macam, yaitu pengelupasan kimiawi, dermabrasi, laserbrasi atau gabungan antara ketiganya. Salah satu pengelupasan kimiawi yang terbaik atau dapat digolongkan baku emas adalah asam trikloro asetat, karena dilakukan tanpa neuro sedasi, broad spectrum dan dapat digunakan untuk semua jenis kulit serta banyak kelainan kulit yang dapat diatasi. Hasil yang diperoleh konsisten, tidak perlu netralisasi, tidak menyebabkan toksisitas sistemik, jarang terjadi reaksi alergi, kontra indikasi hanya beberapa, kedalaman dapat diatur sesuai dengan konsentrasi dan jumlah coated, jarang menyebabkan parut, waktu penyembuhan luka lebih pendek, end point untuk penentuan kapan untuk dihentikan, dan dapat dikombinasi dengan program lain. Peeling dengan TCA sering juga disebut “chemeexfoliation”, “chemosurgery”, atau dermapeeling, merupakan tindakan aplikasi satu atau lebih bahan yang bersifat mengelupas kulit, sehingga terjadi pengelupasan lapisan epidermis dan / dermis, dan diganti dengan epidermis maupun dermis yang baru.8 Pengolesan bahan kimiawi tersebut akan mengaktifkan sirkulasi perifer, sehingga terjadi proses peremajaan, hilangnya aktinik keratosis, kelainan pigmentasi maupun lesi-lesi akne vulgaris. Persiapan yang perlu dilakukan sebelum pengelupasan kulit secara kimiawi dengan TCA, terlebih dahulu dilakukan priming dengan asam tretinoin 0,05% selama 4 minggu. Pada saat akan dilakukan chemical peeling, pasien datang tanpa riasan wajah, dibersihkan dengan alkohol/aseton, selanjutnya dapat dibersihkan lagi dengan toner AHA. Dapat pula diberikan anestesi topikal bila diperlukan, atau dapat juga langsung diberikan cairan pengelupas. Kedalaman pengelupasan kulit bergantung pada tipe kulit menurut Fitzpatrick, priming/conditioning, cara pemakaian dengan kapas lidi, sponge atau kapas dengan gosokan ringan atau lebih kuat, jumlah coated dan jumlah volum cairan (wetting). KESIMPULAN Telah dilaporkan satu perawatan wajah dengan TCA 30% (blue-peel) pada seorang wanita 37 tahun. Tindakan yang dilakukan berupa chemical peeling dengan TCA 30%, memberikan hasil memuaskan, yang tampak pada minggu ke empat post peel. DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Beauregard S, Gilchrest BA. Survey of skin problem and skin regimen in the elderly. Arch Dermatol. 1987;123: 1638-43. Harold J. Brody, Gary D, Sorrel S, Resnik, Thomas H. A history of chemical peeling. Dermatol Surgery 2000; 26: 405-9. Pearl E. Grimes. Agent for ethnic skin peeling. Dermatologic Therapy. 2000; 13: 159-64. Kim K. Cook, William R. Chemical peel of nonfacial skin using glycolic acid gel augmented with TCA and neutralized based on visual staging. Dermatol Surgery, 2000; 26: 994-9. Brody.J.Harold.: Chemical Peeling and Resurfacing. Edisi ke-2. Mosby inc. 1997; 197:108-36. Zein E. Obagi, Zusan, Samer A, Michael B, Steven. TCA-Based Blue peel: a standardized procedure with depth control, American society for dermatologic surgery, Inc. Blackwell science, Dermatol surgery 1999; 25: 773-80. Makram M, Al Waiz, Ali I. Medium-depth chemical peels in the treatment of acne scars in dark-skinned individuals. Dematol Surg 2002; 28: 383-7. Timothy CF, Patrick W C. Topical revitalization of body skin, JEADV (2000); 14: 280-4. Contellesa C, Peris K, Onorati Mt, Fragnoli Mc, Chimenti S,. The use of chemical peeling in the treatment of different cutaneous hyperpigmentation. Dermatol Surg. 1999; 25: 450-4. Obagi ZO, Mazen M, Sawaf MM, Johnsohn JB, Laub, Steven MB, The controlled Medium-Depth trichloro acetic acid peel, methodology, outcome and complication rate. Int J Aesthetic Restor Surg, 1996; 4: 81-94. Kligman L, Skin changes in photoaging: Characteristics, prevention, and repair. Dalam: Kligman AM, Balin AK, eds. Aging and the skin. New York NY: Raven Press, 1993: 331-46. Kligman LH, Kligman AM. The nature of photoaging : its prevention and repair. Photodermatology. 1986; 3: 215-27. Kligman AM, Kligman LH, Photoaging. Dalam: Fitzpatrick TB, Eisen AZ, Wolf K, et al, eds. Dermatology in General Medicine. New York, NY: Mc-Graw-Hill, 1993: 2972-9. Keterangan Foto Kasus hubungi Sekretariat MDVI