Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014 KEHIDUPAN SOSIAL RELIGIUS ISLAM MASYARAKAT DUKUH DELIK REJO SARI KELURAHAN KALISEGORO KECAMATAN GUNUNG PATI KOTA SEMARANG 1) 2) R. Soelistijanto , Khasanah Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial, IKIP Veteran Semarang Email : [email protected] Abstrak Dukuh Delikrejosari merupakan salah satu dukuh dalam kelurahan Kalisegoro Kecamatan Gunungpati Semarang. Penduduk dukuh Delikrejosari merupakan penduduk yang heterogen dengan mayoritas pemeluk Agama Islam. Komposisi penduduk Dukuh Delikrejosari beragam ada yang PNS, Swasta dan mayoritas di pertanian. Kehidupan masyarakat Dukuh Delikrejosari adalah kehidupan masyarakat sederhana dan harmonis. Penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui mengapa kehidupan masyarakat Dukuh Delikrejosari sederhana dan harmonis. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Delikrejosari memiliki elemen-elemen masyarakat yang berfungsi dengan baik sehingga tercapai keteraturan social. Elemen-elemen itu diantaranya adalah elemen Agama. Kehidupan beragama di Dukuh Delikrejosari berlangsung dengan baik. Pengajian dan sholat dilakukan baik di masjid maupun di rumah. Pengajian dan sholat yang utama adalah pada bulan Ramadhan dan hari Raya Kurban, selain nyadranan dan pengajian lainnya. Kehidupan remaja dan anak-anak juga berlangsung dengan baik yaitu rebana dan pengajian anak-anak. Kata Kunci: Kehidupan Sosial Religius, Pengajian, Kerukunan. I. Pendahuluan Masyarakat Jawa Tengah adalah masyarakat Jawa dengan kebudayaan Jawa di wilayah Jawa Tengah. Dalam kehidupan sehari-hari menggunakan bahasa Jawa dialek Jawa Tengah termasuk masyarakat Dukuh Delik Rejo Sari Kelurahan Kalisegor Kecamatan Gunungpati Semarang. Masyarakat hidup bersama menggunakan bahasa Jawa Tengah. Kehidupan masyarakat adalah masyarakat sederhana di pedesaan. Kehidupan sehari-hari masyarakat beragam dengan mayoritas pada pertanian. Beberapa anggota masyarakat ada yang sudah bekerja di sector formal seperti pegawai, dosen, polisi dan supir taxi. Kehidupan masyarakat Dukuh Delik Rejo Sari yang unik adalah kehidupan social budaya yang harmonis. Masyarakat hidup bersama dengan kerukunan yang tinggi dan banyak ditemukan kehidupan beragama yang menyatukan masyarakat. Pada kehidupan masyrakat dukuh Delik Rejo Sari selama beberapa tahun tidak ditemukan pertikaian apalagi sampai menjadi berita di Koran Suara Merdeka, berbeda dengan daerah lain yang pernah masuk Koran Suara Merdeka. Dalam kondisi masyarakat perkotaan yang materialistis dan globalisasi, kehidupan masyarakat Dukuh Delik Rejo Sari masih menunjukkan kehidupan yang bersahaja, MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 42 Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014 sederhana dan harmonis. Kehidupan social masih terhaga juga kehidupan beragama. Ini merupakan keunikan kehidupan social budaya masyarakat Dukuh Delik Rejo Sari. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah; Bagaimanakah kehidupan social budaya masyarakat dusun Delik Rejo Sari Kelurahan Kalisegoro Kecamatan Gunung Pati II. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Metode penelitian kualitatif ini adalah metode yang sering disebut metode penelitian naturalistic karena penelitiannya dilakukan dalam kondisi yang alamiah (natural setting); metode ini disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya; diesbut pula sebagai sebagai metode kualitatif karena data yang terkumpul dan analisis datanya lebih bersifat kualitatif. Dalam penelitian kualitatif peneliti akan berkunjung ke lokasi penelitian untuk mengamati dan mencari data. Langkah mengamati dilakukan dengan membuat catatan hasil pengamatan terhadap kehidupan social budaya masyarakat. Catatan dibuat dengan berdasar alam pikiran masyarakat yang diteliti bukan dari alam pikiran peneliti. Hasil pengamatan ditinjau dan dianalisis berdasar landasan teori. Hasil analisa disajikan dengan terlebih dahulu direduksi dengan hasil wawancara dengan key informan (informan kunci) yaitu bapak Takmir Masjid, dan warga. Hasil reduksi kemudian disajikan sebagai kesimpulan. III. Pembahasan Kehidupan social adalah kehidupan bersama individu dalam kehidupan bersama sebagai masyarakat. Individu hidup bersama dengan individu-individu yang lain dalam kehidupan masyarakat. Terdapat komunikasi dan interaksi social antar individu dalam kehidupan bersama sebagai masyarakat. Kehidupan saling komunikasi dan interaksi antar individu dalam masyarakat merupakan kehidupan social masyarakat (Koentjaraningrat, 1990;144). Kebudayaan secara etimologi sama seperti Cultuur (bahasa Belanda), culture (bahasa Inggris), colere (bahasa Latin) dan tsaqafah (bahasa Arab) yang memiliki arti, mengolah, mengerjakan, menyuburkan, mengembangkan dalam kehidupan pertanian. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 43 Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014 Pengertian Cultuur kemudian berkembang menjadi segala aktifitas manusia untuk mengolah alam (Koenjaraningrat,1990;179). Apabila ditinjau dari bayaan bahasa Indonesia, kata kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu Budhayah yang merupakan bentuk jamak dari Budhi yang berarti Budhi atau Akal. Kebudayaan adalah berhubungan dengan kehidupan budhi atau akal manusia(Koentjaraningrat,181).Dapat dikatakan bahwa kebudayaan adalah semua hasil cipta, karsa dan karya manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat adalah kehidupan bersama dari berbagai individu pada suatu tempat. Dapat dikatakan bahwa masyarakat adalah kehidupan bersama antar individu dengan aktivitas masing-masing dan satu sama lain di suatu tempat. Dalam kehidupan masyarakat, manusia akan memperoleh kecakapan, pengetahuan baru, sehingga mampu mengembangkan ketrampilan hidupnya. Dalam kebudayaan masyarakat, manusia memperoleh nilai-nilai budaya sehingga kehidupannya menjadi berbudaya. Analisa fungsional memberikan suatu kerangka untuk melihat dilemma-dilema kebijaksanaan social. Meskipun fungsionalisme ini merupakan perspektif yang abstrak dan sangat umum, pada hakikatnya merupakan suatu usaha untuk membahas pertanyaan-pertanyaan berikut ini. Persyaratan fungsional yang mendasar apa saja yang harus dipenuhi untuk suatu masyarakat, atau system social apa saja, supaya tetap bertahan sebagai suatu system yang hidup, dan bagaimana fungsi-fungsi ini dipenuhi. Walaupun demikian apakah tujuannya untuk memahami keteraturan social atau untuk membahas perubahan social, yang menjadi pokok permasalahan analisa fungsional adalah bekerjanya suatu system social yang sedang berlangsung, bukan mengenai munculnya atau perkembangannya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Sumber data pada penelitian ini adalah; Sumber-sumber pustaka tentang masyarakat dan kebudayaan.Observasi terhadap kehidupan masyarakat subyek penelitian. Hasil wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat. Aktivitas dalam analisis data setelah data dikumpulkan (data collection) adalah; data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification. Kehidupan beragam mayoritas wiraswasta di sector pertanian. Banyak warga yang bekerja sebagai petani dan di kebun-kebun. Ada pula yang menjadi Polisi, Dosen, Guru, Pegawai Swasta.Mayoritas beragama islam. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 44 Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014 Kehidupan budaya di Delikrejosari berupa kehidupan beragama. Kehidupan beragama di Delikrejo adalah melalui pengajian. Pengajian yang dilakukan: A. 1 Muhamaram Pengajian 1 Muharam adalah peringatan tahun baru Hijriyah memperingati hijrah Nabi Muhamad SAW ke Madinah. Pengajian dilakukan dengan do’a dan shalawat Nabi Muhamad SAW. Sekarang dilakukan dengan pengajian dengan do’a akhir tahun dan do’a awal tahun. Kalau dahulu berupa peringatan 1 Suro. Peringatan 1 suro dahulu dilakukan dengan membuat sesaji sebagai tolak bala karena ada culik. Slametan dilakukan di tengah jalan. B. Maulid Nabi Muhamad SAW Maulid Nabi Muhamad SAW adalah peringatan hari kelahiran Nabi Muhamad SAW. Dilakukan dengan pengajian dan makan bersama. Selain itu dilakukan arakarakan di Banaran. Pengajian dilakukan dengan rukun dan guyub. Pengajian juga dilakukan di jumat malam. Ada yang di masjid ada yang dirumahriumah. Membacakan kisah Syekh Abdul Qodir (manakib). Beliau adalah putra ulama yang jujur, suatu saat berangkat mencari guru, jalan di tepi sungai mendapat buah delima yang hanyut lalu dimakan. Setelah separo bartu teringat bahwa buah delima ada yang punya dan belum izin maka mencari pemiliknya. Setelah ketemu di haruskan mengaji atau menikahi anaknya yang buta, tuli dan lumpuh. Ternyata yang dimaksud buta adalah tidak pernah lihat maksiat, tuli tidak pernah dengar maksiat dan lumpuh tidak pernah jalan maksiat. Maka dinikahilah putrid pemilik kebun delima lahir Syekh Abdul Qodir. Intinya menjalankan syariah Agama Islam murni 100% sebagai kekasih Allah. C. Sholat Tarawih Sholat Tarawih merupakan sholat sunnah yang dilakukan berjama’ah di Masjid selama bulan Romadhan. D. Rabana Rabana adalah kehidupan kesenian alat music rebana di Masjid. Alat music rebana dimainkan oleh remaja masjid. Dimainkan dengan melantunkan shalawat. Shalawat berupa do’a dan puji-pujian kepada Nabi Muhamad SAW. E. Bulan Ramadhan Kehidupan beragama sangat kuat. Tampak pada waktu bulan Ramadhan banyak yang beribadah di Masjid. Semangat ibadah berlanjut pada saat pelaksanaan Sholat Ied Fitri di Masjid, beberapa warga menyediakan makanan. Makanan beragam dari opor dengan lontong, gudangan dengan ikan asin, ayam goren dan nasi dilengkapi dengan kerupuk, lontong tahu campur. Semua disediakan sebelum pe;aksanaan sholat ied di serambi Masjid. Warga bersama-sama melaksanakan takbir MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 45 Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014 dan sholat Ied Firtri berjama’ah bersama-sama. Warga yang melaksanakan beragam dari berbagai profesi, ada yang petani, wiraswasta ada juga yang dosen. Warga melaksanakan sholat Ied dengan khusyu dan hikmat dipimpin ulama dari warga yaitu Pk Nawir. Usai sholat warga mendengarkan khotbah dari Pk Ustadz. Khotban disampaiakan dalam bahasa Jawa. Usai mendengarkan khotbah, warga berbaris untuk bersalaman bersama satu demi satu. Usai bersalaman warga menyantap hidangan yang telah disediakan warga bersama-sama. Warga pria bersama warga pria sedangkan warga wanita dengan warga wanita, mengelompok sendiri-sendiri. Suasana penuh dengan kebersamaan dan kekeluargaan. Para remaja juga turut bersama menikmati jajan ketan. Beberapa diantaranya menyalakan petasan. Menyediakan masakan dan lauk pauk untuk dihidangkan dan disantap bersama sudah menjadi tradisi. Dalam kegiatan Sholat Ied Fitri sudah lama yaitu semenjak ibuibu yang menyediak masakan masih kecil, orangtua mereka sudah menyediakan masakan untuk dihidangkan usai sholat Ied berjama’ah. Hingga sekarang ibu-ibu menyediakan masakan untuk dihidangkan dan disantap bersama usai Sholat Ied Fitri. Masakan yang dimasak dan dihidangkan beragam ada lontong opor ayam, ada gudangan dengan lauk ikan asin dan ayam goring, ada lontong tahu campur. Suasana penuh keakraban dan kekeluargaan. Ibu-ibu memasak masakan dan menghidangkan di masjid untuk disantap bersama usai Sholat Ied Fitri karena niat sodaqah semata. Tidak ada niat atau pamrih untuk mendapat pujian atau keuntungan materi. Niat menyediakan masakan semata-mata amal sodaqah sesuai ajaran Islam untuk bersedekah berbagi dengan sesame. Ajaran Islam mengajarkan pada umat Islam baik muslimin maupun muslimah untuk selalu bersedekah kepada sesame dalam berbagai bentuk. Ajaran ini diyakini dan dilaksanakan serta di amalkan oleh ibu-ibu dengan memasak masakan untuk dihidangkan di masjid usai Sholat Ied berjamaah. Ibu-ibu menyediakan masakan untuk disantap usai Sholat Ied Fitri dengan cara memasak sendiri di rumah masing-masing. Mereka memasak dibantu keluarga mereka masing-masing. Suami mereka juga membantu misalnya menyalakan perapian untuk memasak, membuat santan untuk lontong opor, memotong ayam untuk lontong opor atau untuk ayam goring lauk nasi gudangan. Namun ada sedikit kendala yaitu generasi muda jarang ikut membantu. Ini yang dirasakan ibu-ibu yaitu zaman semakin maju semakin kemajuan tapi generasi muda menjadi ogah-ogahan untuk ikut memasak sebagai bagian dari tradisi merayakan Sholat Ied Fitri di masjid. Para remaja kalau ditanyakan atau diminta membantu memasak pada umumnya nanti kalau sudah berkeluarga. Namun banyak ibu-ibu yang masih berkeyakinan bahwa para remaja nantinya dengan sendirinya akan tergerak dan bisa menjadi MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 46 Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014 tergerak untuk membantu atau memasak sendiri untuk ikut serta menjaga tradisi menyediakan masakan untuk merayakan Sholat Ied Fitri di masjid bersama-sama. Ibu-ibu menyediakan masakan tidak hanya untuk merayakan Sholat Ied Fitri namun juga untuk hari-hari besar Islam dan tradisi nyadran. Hari besar Islam misalnya Idhul Adha dan Hari Maulid Nabi Muhamad SAW juga diperingati dengan diikuti dengan menyediakan masakan untuk disantap bersama. Hari raya Idul Adha juga disebut Hari Raya Kurban yaitu Hari Besar Agama Islam untuk memperingati iman dan taqwa Nabi Ibrahim kepada Allah SWT. Ajaran Islam menganjurkan umat Islam untuk menyediakan korban hewan bisa Sapi, kambing atau unta untuk disembelih dan dagingnya dibagikan kepada orang miskin dan membutuhkan. Di hari perayaan dan pelaksanaan Hari Raya Idul Adha, ibu-ibu memasakn makanan untuk disediakan bersama di masjid. Warga juga menikmati hidangan dengan bersama-sama. Demikian pula untuk acara Maulid Nabi SAW, yang merupakan peringatan atas kelahiran Nabi Muhamad SAW. Acara lain adalah tradisi Nyadran. Para warga sebelum berangkat ke makam akan doa bersama dan makan-bersama-sama di masjid. Adanya masakan dari ibu-ibu menambah rasa bersatu dan guyub diantara sesame warga. Tumbuh rasa kebersamaan dan riang gembira sebagai keluarga satu sama lain. Ibu-ibu memasak masakan dengan ikhlas dan hati senang. Memasak sesusai dengan kemampuan dan rasa suka di hati. Semata-mata untuk berbagi bersama dengan warga sekitar dan doa bersama. Semata-mata mengharap ridho dan pahala dari Allah SWT. Ibu-ibu merasa sangat senang dan Alhamdulillah sudah berbagai dengan sesame apalagi apabila masakan yang dihidangkan dinikmati dan habis tiada bersisa. Ini merupakan kebutuhan dan penyaluran kebutuhan rohani masyarakat. Kebutuhan rohani tercukupi sehingga damai di hati di seluruh masyarakat. Tercipta kerukunan dan kebersamaan. Gejolak social dapat diredam melalui penyaluran kebutuhan rohani di masyarakat. Zakat fitrah juga sama. Beramai-ramai membawa beras ke masjid. F. Idul Adha Ibu-ibu masak untuk dihidangkan usai sholat Idul Adha.Bapak-bapak memotong korban ibu-ibu memotong dan menimbang daging korban.Sebagian daging korban dimasak dan dihidangkan dan sebagaian di bagi untuk warga dan sebagian disalurkan untuk warga desa lain yang tergolong membutuhkan. Kehidupan social masyarakat di Desa Delikrejosari adalah kehidupan bersama dalam pertemuan RT dan PKK untuk ibu-ibu. Pada pertemuan RT yang dilakukan rutin dalam MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 47 Vol : XXI, No : 2, OKTOBER 2014 setiap bulan dilakukan pertemuan kebersamaan warga bapak-bapak untuk membahas kehidupan dan kebutuhan bersama serta menyelesaikan masalah-masalah yang timbul. Hasil dari pertemuan RT adalah masjid desa yang di bangun dengan bantuan pemerintah kotamadya. Pertemuan PKK dilakukan ibu-ibu untuk menjalin kebersamaan ibu-ibu warga Delikrejosari. Dalam pertemuan ini dibahasa kebutuhan bersama ibu-ibu dan kebutuhan social ibu-ibu. Keakraban terjalin dengan baik. IV. Kesimpulan 1. Masyarakat Delikrejosari merupakan masyarakat harmonis. Dalam kehidupan masyarakat Delikrejosari terdapat elemen-elemen budaya dan social. Kebutuhan hidup masyarakat Delikrejosari sebagai masyarakat terpenuhi dengan adanya elemenelemen budaya social yang ada di masyarakat Delikrejosari. 2. Kebutuhan rohani masyarakat Delikrejosari terpenuhi melalui elemen-elemen budaya yaitu; pengajian, perayaan Idhul Fitri, perayaan Idhul Adha, rabana dan sadranan. 3. Kebutuhan social masyarakat Delikrejosari tersalurkan melalui rapat RT dan kegiatankegiatan social seperti kerjabakti. Kemungkinan terjadi konflik social tidak terjadi. 4. Dengan adanya elemen-elemen social budaya ini maka kebutuhan rohani dan social masyarakat Delikrejosari terpenuhi sehingga tidak ada gejolak di dalam masyarakat Delikrejosari. DAFTAR PUSTAKA Cliford Geertz, ed. 1973. The Interpretation of Culture. Basic Books: United States of America. Doyle Paul Johnson. 1981. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 1.PT Gramedia: Jakarta. -----------------------. 1981. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jilid 2.PT. Gramedia: Jakarta. Koentjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. PT. Rineka Cipta: Jakarta. Roger M. Keesing. 1989. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jilid I. Erlangga: Jakarta. ---------------------- 1989. Antropologi Budaya Suatu Perspektif Kontemporer. Jilid II. Erlangga: Jakarta Siti Waridah Q, dkk. 2001. Antropologi Untuk SMU Kelas 3. Bumi Aksara: Jakarta. Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Alfabeta: Bandung. MAJALAH ILMIAH PAWIYATAN 48