LAMPIRAN

advertisement
Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com.
Last update : Juni 2012.
LAMPIRAN
191
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 1
INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. MAN I
a. Staffing
1. Berapa jumlah seluruh tenaga perawat di ruangan RB2 B?
2. Bagaimana jenjang pendidikannya?
3. Berapa lama masa kerjanya?
4. Bagaimana proses rekrutmen pegawai di ruangan RB2 B?
5. Apakah ada tenaga honorer di Ruangan RB2 B?
6. Bagaimana proses seleksi yang dilakukan untuk menempatkan pegawai
honorer di ruangan RB2 B?
7. Apa kriteria pegawai yang akan ditempatkan di ruangan RB2 B?
8. Bagaimana cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan
pegawai baru?
9. Pernahkah staf mengikuti pelatihan khusus di bidang keperawatan?
10. Bagaimana syarat/kriteria pegawai yang mendapatkan tugas belajar
ataupun
pendidikan
dan
pelatihan
dalam
pengembangan
ilmu
keperawatan?
11. Apakah ada subsidi yang diberikan rumah sakit/pemerintah untuk
peningkatan pendidikan di ruangan RB2 B?
12. Berapa perbandingan jumlah pasien dengan tenaga perawat di ruangan
RB2 B?
13. Apakah ada tugas rangkap yang dialakukan oleh staff
selain
melaksanakan asuhan keperawatan? jika ada jelaskan?
192
Universitas Sumatera Utara
b. Directing
1) Berapa kali kepala ruangan mengikuti pelatihan tentang manajemen
keperawatan?
2) Berapa kali kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan staff?
3) Bagaimana kepala ruangan merencanakan peningkatan SDM staf di
ruangan RB2 B
4) Bagaimana kepala ruangan memberi teguran kepada staff yang
melakukan kesalahan?
5) Bagaimana cara kepala ruangan memberi pujian kepada staffnya yang
melakukuan tugas dengan baik?
c. Controlling
1) Adakah sistem penilaian terhadap kinerja perawat di Ruangan RB2 B,
bagaimana pelaksanaanya?
2) Adakah penilaian khusus tehadap kinerja perawatan di Ruangan RB2
B?
3) Berapa kali dilakukan penilaian terhadap kinerja tersebut?
4) Siapa yang melakukan penilaian terhadap kinerja tersebut?
2. METODE
a. Planning
1) Apakah di Ruangan RB2 B mempunyai Visi, Misi serta Motto
Keperawatan?
2) Apakah di Ruangan RB2 B mempunyai standar asuhan keperawatan ?
Bagaimana Pelaksanaannya?
b. Organizing
1) Bagaimana gambaran struktur organisasi di Ruangan RB2 B?
2) Apakah metode penugasan yang digunakan di Ruangan RB2 B?
193
Universitas Sumatera Utara
3) Apakah alasan penggunaan metode penugasan keperawatan tersebut?
4) Ketetapan apa yang digunakan dalam penentuan Ka Tim dan perawat
pelaksana?
5) Bagaimana deskripsi kerja karu, katim dan perawat pelaksana?
6) Bagaimana sistem pendelegasian tugas yang dilakukan di Ruangan
RB2 B?
7) Bagaimana cara karu atau katim dalam mendelegasikan tugasnya?
8) Jika karu/katim berhalangan, kepada siapa dilimpahkan wewenang dan
tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan?
9) Siapa saja sasaran pelayanan kesehatan di Ruangan RB2 B?
10) Bagaimana pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien di ruangan?
11) Bagaimana pengklasifikasian pasien yang akan ditempatkan di
Ruangan RB2 B?
c. Directing
1) Bagaimana gaya kepemimpinan Karu di Ruangan RB2 B?
2) Apakah gaya kepemimpinan tersebut telah dijalankan?
3) Masalah apa yang biasanya menjadi konflik di Ruangan RB2 B?
4) Bagaimana cara kepala ruangan menyelesaikan konflik yang ada di
Ruangan RB2 B?
5) Menurut kepala ruangan apakah cara tersebut sudah efektif?
6) Kendala apa saja yang dihadapi kepala ruangan dalam menjalankan
tugasnya?
d. Controlling
1) Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di Ruangan RB2 B
apakah berjalan atau tidak?
2) Kapan saja kepala ruangan melakukan supervisi?
3) Adakah monitoring dokumentasi askep pasien di Ruangan RB2 B
194
Universitas Sumatera Utara
4) Apakah dokter melakukan visite setiap hari?
5) Adakah
monitor terhadap harapan-harapan dan kepuasan pasien
tentang pelayanan Keperawatan di Ruangan RB2 B?
Jika
ada,
jelaskan!
Kapan
(frekwensinya)
dan
bagaimana
pelaksanaannya?Jika tidak ada, jelaskan kenapa!
6) Bagaimana kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain?
7) Adakah supervisi bidang keperawatan ke ruangan-ruangan?
3. MATERIAL
1. Bagaimana kelengkapan logistik/ inventaris di Ruangan RB2 B?
2. Berapa jumlah bed yang tersedia dalam ruangan, bagaimana cara
perawatan dan pangamprahannya ?
3. Berapa jumlah tabung oksigen/ regulator, kondisinya dan bagaimana
cara perawatan dalam ruangan RB2 B?
4. Berapa jumlah alat EKG, kondisinya dan bagaimana cara perawatan
dalam ruangan RB2 B?
5. Berapa jumlah standard infus yang ada, berapa yang tidak dapat
digunakan dan bag cara perawatannya?
6. Bagaimana cara penyimpanan obat-obatan, siapa yang bertanggungjawab dalam pengamprahan obat-obatan tersebut?
7. Berapa jumlah alat-alat medis seperti gunting, klem, pinset dll yang
tersedia dalam ruangan?
8. Bagaimana cara perawatan alat-alat medis seperti pinset, gunting ,
klem dll, pensterilan dan pengamprahannya serta penyimpanannya ?
9. Berapa jumlah alat-alat tenun yang ada dalam ruangan seperti laken,
sarung bantal dll?
10. Bagaimana cara perawatan alat-alat tenun seperti bantal, laken, kasur,
dll, dan bagaimana cara pengamprahannya dan penyimpananya?
195
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2
Kumpulan evaluasi Diagnosa Keperawatan YANG SERING MUNCUL
Pada pasien di Rindu B 2 B
Sebagai panduan dalam pendokumentasian evaluasi keperawatan
pada pasien bedah urologi, bedah plastik dan bedah cartho&vaskular
“PELAYANAN TEPAT, PASIEN SELAMAT”
Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
196
Universitas Sumatera Utara
Medan
2012
Diagnosa: Nyeri
S:





Nyeri pada area abdomen
Nyeri pada area Suprapubik
Nyeri pada area Dada
Nyeri pada area area luka bakar
Skala nyeri : 0 (Tidak nyeri), 1-3 (Nyeri sedang), 4-6 (Nyeri sedang),
7-10 (Nyeri berat)
O:
Gelisah
Merintih kesakitan
Menangis
Menarik nafas panjang
Gerakan menghindar nyeri
Tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh meningkat
Wajah nyeri
Perubahan nafsu makan
Perilaku menjaga atau melindungi
Gangguan tidur
A: Gangguan rasa nyaman: Nyeri
P:
Kaji nyeri meliputi: lokasi, keparahan/skala nyeri (0-10), kualitas
nyeri, frekuensi nyeri.(mis; nyeri post operasi pada area abdomen,
skala nyeri 6 (sedang), nyeri dirasakan seperti ditusuk).
Ukur tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh
Kaji isyarat ketidaknyamanan nonverbal (mis: gelisah, mual,
menyeringai, pucat, manarik diri, mondar-mandir).
Berikan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien (mis;
perubahan posisi, mesase punggung).
Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.
Kolaborasi dalam pemberikan terapi analgesik, sesuai indikasi
Ketorolac 30 mg atau Tramadol 50mg
Laporkan kepada dokter DPJP jika tindakan pengatasan terhadap
nyeri tidak berhasil, konsul : manajemen nyeri.
Diagnosa: Hipertermi
197
Universitas Sumatera Utara
S:
Demam
Mual
O:
Kulit hangat bila disentuh
Kulit memerah
Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal
(Suhu normal dewasa 36,4-37,2 C dan anak usia 5-11 tahun 37,237,5 C)
Frekuensi napas meningkat
Kejang/konvulsi
Tekanan darah meningkat
Takikardia (peningkatan denyut nadi > 100/menit pada dewasa)
A: Hipertermi
P:
Kaji tanda hipertermia seperti
Demam contoh temp. 39 C
Peningkatan frekuensi pernapasan (takipnea)
Perubahan tekanan darah dan berkeringat banyak (aritmia)
Pantau tekanan darah, nadi, dan pernapasan
Pantau turgor kulit dan kelembapan membran mukosa
Pantau suhu tubuh pasien minimal setiap dua jam, sesuai kebutuhan
Lepaskan pakaian yang berlebihan dan menutupi pasien dengan kain
tipis
Kompres pasien dengan menggunakan waslap dingin dan diletakkan
pada aksila, dahi, leher, dan lipatan paha
Anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan oral
Kolaborasi dalam pemberikan obat antipiretik sesuai dengan
kebutuhan seperti:
Paracetamol tablet
Xyllo:della
Diagnosa: Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh
S:
Nyeri luka operasi
Nyeri abdomen
Melaporkan perubahan sensasi rasa misalnya makanan terasa pahit,
makanan tidak enak
Tidak selera makan
O:
Porsi yang disediakan tidak habis
Kurangnya minat pada makanan
198
Universitas Sumatera Utara
Luka, rongga mulut inflamasi
Konjungtiva dan membrane mukosa pucat
Diare lebih dari 3x sehari
Bising usus yang hiperaktif (normal 8-12 kali/menit)
A: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
P:
Ketahui makanan kesukaan pasien
Timbang BB pasien setiap ______ hari/minggu/bulan
Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan
Hindari prosedur invasif sebelum makan
Berikan pasien minuman atau camilan bergizi, tinggi protein, tinggi
kalori yang siap dikonsumsi, bila memungkinkan
Berikan informasi pada pasien/keluarga tentang makanan yang
bergizi dan tidak mahal.
Kolaborasi dalam pemasangan NGT (Naso Gastic Tube)
** Mual/Muntah
Catat warna, jumlah, dan frekuensi muntah
Minimalkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah
Tawarkan hygiene mulut sebelum makan
Kolaborasi memberikan obat antiemetik dan analgesik sebelum
makan atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkan misalnya Ranitidin
** Kehilangan Nafsu Makan
Minimalkan atau menghilangkan faktor-faktor yang dapat
berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien
Anjurkan pasien untuk memakan makanan seperti buah-buahan
segar atau jus buah, bila memungkinkan
Berikan makanan bergizi, tinggi kalori dan tinggi protein yang
bervariasi.
Diagnosa: Perubahan Eliminasi Urin
S:
Susah berkemih
Nyeri pada saat BAK (dysuria)
Berkemih tidak puas
BAK terputus-putus
O:
Urine sedikit, contoh: volume urine: 600cc/12jam
Urine berwarna merah
Kateter terpasang
Mengedan saat berkemih (hesistansi)
Pengeluaran urin secara tidak terkontrol (Inkontinensia)
199
Universitas Sumatera Utara
Berkemih yang sering pada malam hari (Nokturia)
Kesulitan untuk berkemih walaupun sudah ada dorongan kuat untuk
berkemih (Retensi)
Hasil laboratorium (ureum dan serum kreatinin, elektrolit serum,
Berat jenis urin, albumin)
A: Perubahan Eliminasi Urine
P:
Pantau eliminasi urin, meliputi : frekuensi, konsistensi, bau, volume
dan warna.
Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urin
bila diperlukan,
Anjurkan kepada pasien untuk minum 200 mL cairan pada saat
makan, di antara waktu makan dan di awal
Anjurkan pasien mengkonsumsi cairan per oral: ___cc untuk siang
hari;___cc untuk malam hari.
Lakukan stimulasi kandung kemih dengan menempelkan es ke
abdomen, menekan bagian dalam paha atau mengalirkan air.
Kolaborasi dalam pemasangan kateter
Kolaborasi dalam pemberian obat diuretik misalnya : Furosemid,
Lasix.
Diagnosa: Kerusakan Intergritas Kulit
S:
Ada luka operasi
Ada luka bakar
Kulit terasa panas, gatal pada area luka
O:
Ada luka pada kulit
Adanya jaringan nekrotik pada kulit
Kerusakan pada lapisan kulit
A : Kerusakan Intergritas Kulit
P:
Lakukan perawatan luka dengan teknik steril
Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan
gejala infeksi, cara untuk mempertahankan luka insisi tetap kering
ketika mandi.
Lakukan perawatan luka atau kulit secara rutin yang dapat dilakukan
meliputi :
Atur posisi pasien secara sering
Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembaban
yang berlebihan
Lindungi pasien dari kontaminasi fekal atau urin
Bersihkan dan membalut insisi dengan prinsip steril
200
Universitas Sumatera Utara
Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian
makanan dan nutrisi secara enteral dan palenteral
Ajarkan kepada klien dan keluarga tentang teknik pencegahan
infeksi (mencuci tangan)
Diagnosa: Gangguan Pertukaran Gas
S:
Frekuensi nafas cepat dan dalam (Dispnea)
Sakit kepala pada saat bangun
Gangguan penglihatan
O:
Frekuensi pernafasan meningkat
Irama pernafasan tidak teratur (irregular)
Warna kulit tidak normal (pucat dan kehitaman)
Sianosis
Keringat yang berlebihan (Diaforesis)
Cuping hidung mengembang
Gelisah
Penurunan kesadaran
Peningkatan denyut nadi (Takikardia)
Hiperkapnia (Peningkatan PCO2 >45 mmHg)
Hipoksemia (Penurunan saturasi oksigen (PO2) dalam darah)
Hasil lab menunjukan nilai AGDA tidak normal
(nilai normal: pH 7,35-7,45; PO2 80-100mmHg; PC02 35-45mmHg;
HCO3 22-26 mmol/L, BE -2-(+2)
Alkalosis pH> 7,45
Alkalosi respiratorik pH >7,4; PCO2<35mmHg
Alkalosis metabolik HCO3 > 26 mmol/l
Asidosis pH <7,35
Asidosis respiratorik pH < 7,35 PCO2 >42 mmHg
Asidosis metabolik pH< 7,35 dan HCO3 >28 mmol/l
A: Gangguan Pertukaran Gas
P:
Observasi bunyi paru ; frekuensi napas, kedalaman,dan usaha
pernapasan
Pantau status mental misalnya tingkat kesadaran somnolen
Observasi adanya sianosis
Pantau status pernapasan dan oksigenasi
Ajarkan kepada pasien teknik bernapas dan relaksasi
Pantau hasil gas darah (pH, PO2, PCO2, HC03, BE)
Pantau kadar elektrolit (natrium, kalium, klorida)
201
Universitas Sumatera Utara
Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen
Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (misalnya,
natrium bikarbonat untuk mempertahankan keseimbangan asambasa)
Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator, aerosol, dan nebulasi
ultrasonik sesuai dengan keperluan pasien ( cnth: Ventolin)
Lakukan konsultasi dengan dokter tentang kebutuhan akan
pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan penggunaan alat bantu yang
dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien
Diagnosa: Gangguan Perfusi Jaringan Serebral
S:
Mengungkapkan nyeri kepala secara verbal
Mengungkapkan kelelahan dan kelemahan
Mengungkapkan dispnea (nafas cepat dan dalam) secara verbal
O:
 Penurunan Kesadaran
 Kelemahan ektermitas atau kelumpuhan

 Tidak terjadi perubahan reaksi pupil
 Kesulitan menelan
 Perubahan respon motorik
1 : tidak ada respon
2 : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada)
3 : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas
dada)
4 : tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsangan
5 : menjangkau stimulus saat diberi rangsangan nyeri
6 : mengikuti perintah
A: Gangguan perfusi jaringan serebral
P:
Ukur tanda vital : suhu badan, tekanan darah, nadi, respirasi
Observasi status cairan termasuk asupan dan haluaran
Observasi ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaksivitas pupil,
Pantau refleks korneal, batuk dan muntah
Observasi hasil laboratorium AGDA : PO2, PCO2, dan kadar
bicarbonat, SaO2 dan kadar hemoglobin untuk menentukan
penerimaan oksigen ke jaringan
202
Universitas Sumatera Utara
Kolaborasi dalam pemberikan obat yang menyebabkan hipertensi
untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral
Kolaborasi dalam pemberikan obat-obatan untuk meningkatkan
volume intravaskuler
Kolaborsi dalam pemberikan obat diuretik dan osmotik misalnya ;
Furosemid
Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai 45 derajat,
bergantung pada kondisi klien dan permintaan medis
Diagnosa: Ansietas
S:
Banyak bertanya tentang penyakitnya/ tindakan yang akan dilakukan
O:
Gelisah
Cemas
Tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu meningkat
Berkeringat dingin
A: Ansietas
P:
Kaji tingkat kecemasan pasien.
Yakinkan pasien dengan menyentuh, saling memberi empatik,
dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya.
Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan, terapi
okupasi.
Berikan lingkungan yang tenang
Beri dorongan kepada keluarga untuk menemani pasien
Berikan informasi tentang diagnosa dan perawatan, instruksikan
tentang teknik relaksasi, jelaskan semua prosedur.
Kolaborasi dalam pemberian pengobatan untuk mengurangi ansietas,
sesuai dengan kebutuhan
Diagnosa : Defisit perawatan Diri
S:
Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri
O: ketidakmampuan untuk :
 Menyuapkan makanan dari piring ke mulut
 Menguyah makanan
 Meletakkan makanan ke piring
 Memegang alat makan
 Menelan makanan
Ketidakmampuan dalam melakukan :
 Mengeringkan badan
 Mengambil perlengkapan mandi
 Masuk dan keluar kamar mandi
203
Universitas Sumatera Utara
 Membersihkan anggota tubuh
A: Defisit perawatan Diri
P:
Libatkan keluarga dalam perawatan diri
Ajarkan pasien menggunakan metode alternative untuk
makan/minum.
Sediakan makanan dalam porsi kecil
Berikan dukungan kemandirian dalam makan dan minum, bantu
pasien jika perlu
Ajarkan pasien/keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi
dan hygiene mulut
Tawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi
Mandirikan pasien dalam melakukan mandi dan hygiene mulut,
bantu pasien hanya jika diperlukan
Diagnosa : Resiko Infeksi
S:
Luka terasa gatal
Luka terasa panas
Luka terasa nyeri
O:
Terdapat kerusakan integritas kulit
Pengetahun yang kurang untuk menghindari infeksi (kurang
pengetahuan mengenai pentingnya mencuci tangan)
Malnutrisi (Nilai albumin)
Penurunan nilai Hb, leukosit
A:Resiko infeksi
P:
Anjurkan klien/keluarga untuk menjaga hygine pribadi untuk
melindungi tubuh terhadap infeksi
Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar
Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk
dan meninggalkan ruangan pasien
Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan
Batasi jumlah pengunjung bila diperlukan
Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan
harus melapor ke pusat kesehatan
Kolaborasi dalam pemberian antibiotik untuk pengendalian infeksi :
Cefotaxim, Ceftriaxon.
204
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3
PERAWAT RB2 B
1. SAPA
(Menyapa pasien dengan kata sapaan selamat pagi, selamat siang, dan
selamat malam)
2. Cuci tangan dengan 6 langkah benar
3. Bed to bed
a. Senyum dengan manis, menyapa dengan ramah, sentuh dengan lembut
b. Perkenalkan diri pada pasien
c. Menanyakan nama pasien, tanggal lahir dan no RM
d. Melihat ID bagde (gelang tangan pasien) yang terdiri dari :
 Warna biru = pasien pria
 Warna pink = pasien wanita
 Warna kuning = pasien resiko cedera jatuh
 Warna merah = pasien dari alergi
e. Menanyakan keluhan pasien
 Data Subjektif = keluhan yang dikatakan pasien
 Data Objektif = keluhan yang dapat dilihat oleh perawat
f. Mengukur Vital Sign
 Tekanan Darah (TD)
 Temperatur
 Pernafasan
 Pulse (Nadi)
g. Merumuskan masalah berdasarkan data subjektif dan data objektif
Contoh : Pola nafas tidak efektif, dan perubahan pola eliminasi
h. Planning (perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi
masalah yang ada/ diagnosa yang ditemukan)
i. Action (melakukan tindakan sesuai dengan planning yang sudah dibuat)
 RM 14 ditulis dengan pena warna hijau
4. Menerima pasien baru
 Memperkenalkan diri
 Melakukan edukasi yang terdiri dari :
a. Tata tertib
b. Hak dan kewajiban pasien
c. Manajemen nyeri
d. Pengendalian infeksi (cuci tangan)
NB : a - d wajib diisi pada RM 23
205
Universitas Sumatera Utara
 Melakukan tahap 1 sampai 3 seperti yang tertera di atas.
Lampiran 4
DAFTAR INVENTARIS DI RUANGAN RAWAT INAP RINDU B 2B
Kondisi
No
Nama Alat
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
Minor Set
Pinset Anatomis
Pinset Chirurgis
Gunting Lurus
Klem Arteri
Tromol kecil
Tromol Sedang
Tromol Besar
Kom Besar
Kom Kecil
Korentang
Neirbeken Besar
Neirbeken Kecil
Bak Instrumen Kecil (23 cm)
Bak Instrumen Sedang (27 cm)
Bak Instrumen Besar (40 cm)
Gunting Perban Besar (19 cm)
Gunting Perban Kecil (14 cm
Gunting Kecil
Gunting Hecting
Nald Holder
Autoclave
Sterilisator
Suction
Continue Suction
Troli GV
Rostul
Branchart
Ceret Listrik
Irigator (Klisma) Besar
Baik
8 set
8 set
8 buah 8 buah
10 buah 10 buah
8 buah 8 buah
2 buah 2 buah
8 buah 5 buah
3 buah 2 buah
1 buah 1 buah
3 buah 1 buah
3 buah
8 buah 7 buah
6 buah 6 buah
2 buah 2 buah
9 buah 8 buah
5 buah 3 buah
4 buah 4 buah
3 buah 3 buah
2 buah 2 buah
4 buah 4 buah
2 buah 2 buah
1 buah 1 buah
1 buah
1 buah 1 buah
2 buah
2 buah
7 buah 5 buah
3 buah
2 buah 2 buah
2 buah 2 buah
1 buah 1 buah
Rusak
3 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
2 buah
2 buah
-
Tidak
Layak
Pakai
3 buah
2 buah
3 buah
-
206
Universitas Sumatera Utara
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
Irigator (Klisma) Kecil
Regulator Central
Regulator Biasa
Pispot
Krenda Plastik
Kulkas
Lemari laken
Lemari Alat
Keranjang Sampah
Jam Dinding
Dispenser
1 buah 1 buah
3 buah 3 buah
4 buah 4 buah
8 buah 8 buah
6 buah 6 buah
1 buah
2 buah
2 buah
17 buah 17 buah
3 buah
1 buah
-
1 buah
2 buah
2 buah
3 buah
1 buah
-
207
Universitas Sumatera Utara
208
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6
Daftar Nama mahasiswa Yang Bertanggung Jawab di Ruang RB2 B RSUP H Adam Malik Medan
No
Nama Mahasiswa
Ruang Urologi
III. 3
III.4
II.4
Ruang bedah
plastik
III.5
II.5
Ruang
carto/vaskuler
III.6
II.6
Ruang
Luka bakar
III.7
II.7
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
209
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5
Daftar Nama Pegawai RB 2 B yang Bertanggung Jawab di Ruang RB2 B RSUP H Adam Malik Medan
Tanggal .....bulan. ...20..
N
o
Nama Pegawai
Ruang Urologi
Ruang Bedah Plastik & Carto/Vaskuler
Pelaksana I
Pelaksana II
PJ
1
2
3
4
5
6
7
8
9
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tim 1
Meri Lusiana S,Kep Ns
Iramawati
Rismauli Siahaan S,Kep
Laing Bresman saragih, Amk
Hotma Marpaung, Amk
Yanti Purnama Sari
Munarda Suhaila, Amk
Lesteria Dolok Saribu, Amk
Siti Nurhayati, Amk
Tim 2
Eka sari S,Kep, Ns
Uliana Tambunan S,Kep
Narko B padang S, Kep, Ns
Sri Aryani Amk
Rita Taruli
Neng Sagala
Aida Hanum
Juni Simamora, Amk
Tonggo Hutabaluan, S, Kep
Nesta Sinaga, Amk
Marlina Taringan, Amk
P
S
III.3
III.4
M
II.4
PJ
P
S
III.5
II.5
III.6
II.6
III.7
M
210
Universitas Sumatera Utara
II.7
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
INFEKSI NOSOKOMIAL
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan keluarga dan
pasien mengerti dan memahami tentang Infeksi Nosokomial.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan akan
dapat:
a. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan defenisi infeksi nosokomial
b. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara penularan infeksi
nosokomial
c. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara pencegahan dari infeksi
nosokomial
d. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan 6
tekhnik cara cuci tangan yang baik dan benar
B.
Pokok Bahasan
Infeksi Nosokomial
C.
Sub Pokok Bahasan
1.
Defenisi Infeksi Nosokomial
211
Universitas Sumatera Utara
D.
2.
Cara Penularan Infeksi Nosokomial
3.
Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial
4.
6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
Sasaran Penyuluhan
Keluarga dan pasien yang di rawat di ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik
Medan
E.
Waktu dan tempat
 Hari/tanggal
: Selasa, 19 Juni 2012
 Waktu
: 15 Menit
 Tempat
: Ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan
F. Metode
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya Jawab
G. Media dan alat
 Leaflet
212
Universitas Sumatera Utara
I.
KegiatanPenyuluhan
Tahap
Kegiatan Penyuluhan
Metode
Pendahuluan
1. Memberi salam pembuka
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pokok
bahasan dan tujuan
penyuluhan
Ceramah
Penyajian
1. Menjelaskan Pengertian
infeksi nosokomial
2. Menjelaskan cara
penularan infeksi
nosokomial
3. Menjelaskan cara
pencegahan dari infeksi
nosokomial
4. Menjelaskan dan
mendemonstrasikan 6
tekhnik cara mencuci
tangan yang baik dan benar
Ceramah
Dan
demonstr
asi
Penutup
J.
1. Memberikan kesempatan
kepada pasien dan
keluarga untuk bertanya
2. Memberikan pertanyaan
kepada pasien serta
keluarga
Media
dan
alat
Menjawab salam Leaflet
Memperhatikan
Memperhatikan
Kegiatan
sasaran
Memperhatikan
Leaflet
Memperhatikan
Memperhatikan
Diskusi
Umpan balik
Leaflet
Evaluasi
1.
Struktur
 Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
 Media dan alat memadai
 Setting sesuai dengan kegiatan
2.
Proses
 Pelaksanaan pre planning sesuai dengan alokasi waktu
 Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif
213
Universitas Sumatera Utara
 Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh
penyuluh pada saat diskusi
3.
Hasil
 Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh penyuluh pada saat evaluasi
K.
Materi Penyuluhan
A. Pengertian Infeksi Nosokomial
Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh
yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul
selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu
gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi
nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan
tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi
penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru
menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut
infeksi nosokomial.
Infeksi nosokomial ini dapat berasal dari dalam tubuh penderita maupun
luar tubuh. Infeksi endogen disebabkan oleh mikroorganisme yang semula
memang sudah ada didalam tubuh dan berpindah ke tempat baru yang kita sebut
dengan self infection atau auto infection, sementara infeksi eksogen (cross
infection) disebabkan oleh mikroorganisme yang berasal dari rumah sakit dan dari
satu pasien ke pasien lainnya.
214
Universitas Sumatera Utara
B. Cara Penularan Infeksi Nosokomial
Cara penularan infeksi nosokomial bisa berupa infeksi silang (Cross
infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita
lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. Infeksi sendiri (Self
infection, Auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri
yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Infeksi lingkungan
(Environmental infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda
atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit.
Misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain (Depkes RI, 1995).
Menurut Jemes H,Hughes dkk, yang dikutip oleh Misnadiarli 1994, tentang model
cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung
antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien. Seterusnya, kontak
tidak langsung ketika objek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam lingkungan
menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh
perawatan luka paska operasi. Selain itu, penularan cara droplet infection dimana
kuman dapat mencapai ke udara (air borne) dan penularan melalui vektor yaitu
penularan melalui hewan/serangga yang membawa kuman (Depkes RI, 1995).
C. Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial
Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang
terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk :
a) Membatasi transmisi organisme dari atau antara pasien dengan cara
mencuci tangan dan penggunaan sarung tangan, tindakan septik dan
aseptik, sterilisasi dan disinfektan.
215
Universitas Sumatera Utara
b) Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.
c) Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi
yang cukup, dan vaksinasi.
d) Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur
invasif.
e) Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya.
Terdapat berbagai pencegahan yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi
nosokomial. Antaranya adalah dikontaminasi tangan dimana transmisi penyakit
melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan. Tetapi
pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan
seperti
kurangnya
peralatan,
alergi
produk
pencuci
tangan,
sedikitnya
pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama.
Penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan apabila melakukan tindakan atau
pemeriksaan pada pasien dengan yang dirawat di rumah sakit (Louisiana, 2002).
Simonsen et al (1999) menyimpulkan bahwa lebih dari 50% suntikan yang
dilakukan di negara berkembang tidak aman contohnya adalah jarum, tabung atau
keduanya yang dipakai secara berulang-ulang. Untuk mencegah penyebaran
infeksi melalui jarum suntik maka diperlukan, penggunaan jarum yang steril dan
penggunaan alat suntik yang disposabel. Masker digunakan sebagai pelindung
terhadap penyakit yang ditularkan melalui udara. Sarung tangan, sebaiknya
digunakan terutama ketika menyentuh darah, cairan tubuh, feses maupun urine.
Sarung tangan harus selalu diganti untuk setiap pasiennya, baju khusus juga harus
216
Universitas Sumatera Utara
dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan
untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses (Louisiana, 2002).
Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit
sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran.
Administrasi rumah sakit harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan
dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis
yang telah dipakai berkali-kali. Usahakan pemakaian penyaring udara, terutama
bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat
menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik
boleh menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah
sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan
pemprosesan serta filternya untuk mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri.
Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare
untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu
bersih dan diberi disinfektan (Wenzel, 2002).
D. 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar
Ada 3 istilah dalam mencuci tangan yaitu hand wash, hand rub dan cuci
tangan surgical. Yang memungkinkan untuk kita lakukan di rumah adalah hand
wash dan hand rub karena cuci tangan surgical biasanya dilakukan oleh dokterdokter pra dan pasca operasi. Hand wash dilakukan bila terlihat tangan kita kotor
dan menggunakan air dan sabun sedangkan hand rub dilakukan bila tangan kita
terlihat bersih dengan membersihkan tangan menggunakan cairan berbasis
alcohol.
217
Universitas Sumatera Utara
Berikut adalah langkah melakukan cuci tangan yang baik :
Tuangkan cairan cuci tangan pada telapak tangan (hand rub) atau bisa
menggunakan sabun dan air mengalir (hand wash) lalu ikuti gerakan cuci tangan
pada gambar dibawah
1.
Telapak tangan dengan telapak tangan
2.
Telapak tangan kiri diatas punggung tangan kanan dan sebaliknya
3.
Telapak dan jari saling terkait
4.
Punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci
5.
Jempol kiri digosok memutar dan sebaliknya
6.
Jari kiri menguncup dan diputar pada telapak tangan kanan dan
sebaliknya.
218
Universitas Sumatera Utara
Bila menggunakan air dan sabun setelah selesai mencuci tangan tiriskan
tangan dengan mengangkat kedua tangan atau dengan kain yang bersih (
Admin, 2010).
Daftar Pustaka
Depkes RI. (1995).Infeksi Nosokomial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Admin.
(2010).
Cara
Pencegahan
Infeksi
http://radioharmonifm.com/home/cara
Nosokomial.
pencegahan
Diakses
dari
infeksi
nosokomial/pada tanggal 20 Februari 2012
219
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
“PENGENDALIAN INFEKSI”
A. Persiapan
Persiapan kegiatan penyuluhan pengendalian infeksi dilakukan mahasiswa
Profesi Ners Keperawatan USU dengan sebelumnya berkoordinasi dengan kepala
ruangan dalam hal pengadaan penyuluhan di ruang RB2 B. Kemudian mahasiswa
Profesi Ners Keperawatan USU mempersiapkan materi yang akan disampaikan
melalui media leaflet.
Materi penyuluhan yang dipersiapkan disesuaikan dengan susunan materi
yang telah disusun dalam satuan acara pengajaran (SAP) yaitu Defenisi Infeksi
Nosokomial, Cara Penularan Infeksi Nosokomial, Cara Pencegahan dari Infeksi
Nosokomial dan 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar. Materi
dipersiapkan dalam bentuk leaflet.
B. Pelaksanaan
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan adalah Setelah
dilakukan penyuluhan, diharapkan keluarga dan pasien mengerti dan memahami
tentang Infeksi Nosokomial dan dapat mempraktekkan 6 langkah cuci tangan
dengan benar. Adapun penyuluhan tentang pengendalian infeksi dilakukan pada:
Hari/ Tanggal
: Jum at , 22 Juni 2012
220
Universitas Sumatera Utara
Waktu
: 09.00-selesai
Tempat
: Ruang RB2 B
Dan dilaksanakan oleh:
1. Moderator
: Vina Prismawati Sagala, S.Kep
2. Penyuluh
: Nuraidar, S.Kep
Penyuluhan dimulai setelah melakukan operan bed to bed bersama
kepala ruangan. Penyuluhan diberikan kepada seluruh pasien dan keluarga yang
terdapat di sembilan ruangan rawat inap RB2 B. Materi disampaikan dengan baik.
Penyuluhan dilakukan diawali dengan menanyakan kepada
peserta tentang
pengetahuan keluarga dan pasien mengenai infeksi nosokomial dan juga tentang
cara cuci tangan, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan diselingi dengan
menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang disampaikan. Kemudian
dilakukan pendemostrasian mengenai 6 langkah mencuci tangan yang benar.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Kegiatan dilaksanakan di Sembilan ruang rawat inap RB2B yaitu kamar III3,
III4, II4, III5, II5, III6, II6, III7 dan II7
 Penyuluhan dimulai pukul 09.00 WIB selama 30 menit dan diakhiri pada
pukul 09.30 WIB.
 Media yang digunakan berupa leaflet.
221
Universitas Sumatera Utara
2. Evaluasi Proses
 Penyuluhan dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya. Durasi waktu penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan
yaitu 30 menit.
 Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias
dalam mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
 Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang
pengendalian infeksi.
 Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Penyuluhan pengendalian infeksi dilakukan sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif dan peserta
dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat menjawab pertanyaan
80% dengan benar dan dapat mengulangi kembali 6 langkah cuci tangan yang
benar.
2. Saran
Sebaiknya pasien dan keluarga diingat setiap hari tentang 6 langkah
mencuci tangan yang benar, sehingga pasien dan keluarga dapat mengingat serta
melakukannya setiap hari.
222
Universitas Sumatera Utara
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
MANAGEMENT NYERI (PAIN MANAGEMENT)
A. TUJUAN
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan keluarga dan
pasien mengerti dan memahami tentang manajemen nyeri.
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit, peserta penyuluhan akan
dapat:
1. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan defenisi manajemen nyeri
2. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi
nyeri
3. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara mengkaji persepsi Nyeri
4. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara
mengatasi nyeri
B. Pokok Bahasan
Manajemen Nyeri
C. Sub Pokok Bahasan
1. Menjelaskan pengertian manajemen nyeri
223
Universitas Sumatera Utara
2. Menyebutkan faktor yang mempengaruhi nyeri
3. Menjelaskan cara mengkaji persepsi Nyeri
4. Menjelaskan cara mengatasi nyeri
D.
Sasaran Penyuluhan
Keluarga dan pasien yang di rawat di ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik
Medan
E.
Waktu dan tempat
 Hari/tanggal
: Rabu, 13 Juni 2012
 Waktu
: 15 Menit
 Tempat
: Ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan
F. Metode
 Ceramah
 Demonstrasi
 Tanya Jawab
G. Media dan alat
 Leaflet
224
Universitas Sumatera Utara
I.
Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Pendahuluan
Penyajian
Penutup
J.
Kegiatan Penyuluhan
Metode
2. Memberi salam
pembuka
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan pokok
bahasan dan tujuan
penyuluhan
1. Menjelaskan
pengertian
manajemen nyeri
2. Menyebutkan faktor
yang mempengaruhi
nyeri
3. Menjelaskan
cara
mengkaji
persepsi
Nyeri
4. Menjelaskan
cara
mengatasi nyeri
Ceramah
3. Memberikan
kesempatan kepada
pasien dan keluarga
untuk bertanya
4. Memberikan
pertanyaan kepada
pasien serta keluarga
Media
dan
alat
Menjawab salam Leaflet
Memperhatikan
Memperhatikan
Kegiatan
sasaran
Ceramah
Memperhatikan
Dan
demonstrasi
Memperhatikan
Leaflet
Memperhatikan
Demonstrasi
Diskusi
Umpan balik
Leaflet
Evaluasi
1.
Struktur
 Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan
 Media dan alat memadai
 Setting sesuai dengan kegiatan
2.
Proses
 Pelaksanaan pre planning sesuai dengan alokasi waktu
225
Universitas Sumatera Utara
 Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif
 Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh
penyuluh pada saat diskusi
3.
Hasil
 Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh penyuluh pada saat evaluasi.
K.
Materi Penyuluhan
Pengertian Nyeri
Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak mnyenangkan
yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual.
Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau
perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.
Faktor yang mempengaruhi nyeri :
1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Kebudayaan
4. Makna Nyeri
5. Perhatian
6. Ansietas
7. Keletihan
8. Pengalaman Sebelumnya
9. Gaya Koping
226
Universitas Sumatera Utara
10. Dukungan Keluarga dan Sosial
Cara Mengkaji Persepsi Nyeri
a. Intensitas nyeri
 Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala
verbal,(0 -10)
 0 = tidak ada nyeri,
 1-3 nyeri ringan dan pasien dapat berkomunikasi dengan baik
 4-6 nyeri sedang, secara langsung masih bisa mendesis, menyeringai,
dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mengikuti perintah dengan baik
 7- 10 = nyeri hebat, dimana tidak dapat mengeikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, tidak dapat dilatasi dengan nafas dalam dan
pengalihan perhatian, dan tidak mampu untuk berkomunikasi.
b. Karakteristik nyeri.
c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang
bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas)
d. Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari- hari (misalnya tidur,
nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik,
bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai).
e. Kekhawatiran individu tentang nyeri.
Cara mengatasi nyeri:
a. Teknik latihan pengalihan

Menonton TV

Berbincang-bincang dengan orang lain
227
Universitas Sumatera Utara
b. Stimulasi kulit
 Menggosok secara halus pada daerah nyeri
 Menggosok punggung
 Menggunakan air hangat dan dingin
 Mendengarkan music
c. Teknik relaksasi
 Menganjurkan pasien untuk menarik napas
 Mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara
perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung.
d. Kompres hangat atau dingin
 Caranya gunakan handuk yang telah dibasahi air hangat atau air
dingin kemudian ditempelkan pada area yang nyeri.
e. Imajinasi terbimbing
 Yaitu dengan mengarahkan pasien membayangkan sesuatu yang
dapat membuatnya nyaman membayangkan sesuatu tempat yang
memberikan dirinya tenang, seperti sawah yang terhampar luas
dengan hijaunya dedauanan padi.
f. Posisi tidur yang nyaman
Dapat mengurangi stress (penekanan pada luka, dengan cara:
 Beri bantal tambahan untuk menyokong tubuh
 Atur posisi tempat tidur
 Atur posisi tubuh (mika/miki).
228
Universitas Sumatera Utara
Daftar Pustaka
Daniel, R. (2004) nursing fundamentals: caring & clinical desicion making.
Clifton par,NY: Delmar Learning
Ross, E.L(2004). Hot topic pain management.philadelphia, pennsylavania: hanley
& Belfus, INC
229
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
“MANAJEMEN NYERI”
A. Persiapan
Persiapan kegiatan penyuluhan manajemen nyeri dilakukan mahasiswa
Profesi Ners Keperawatan USU dengan sebelumnya berkoordinasi dengan kepala
ruangan dan juga Clinical Instructur dalam hal pengadaan penyuluhan di ruang
RB2 B. Kemudian mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU mempersiapkan
materi yang akan disampaikan melalui media leaflet. Materi penyuluhan yang
dipersiapkan disesuaikan dengan susunan materi yang telah disusun dalam satuan
acara pengajaran (SAP) yaitu pengertian manajemen nyeri, faktor yang
mempengaruhi nyeri, cara mengkaji persepsi nyeri, cara mengatasi nyeri. Materi
dipersiapkan dalam bentuk leaflet.
B. Pelaksanaan
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan adalah keluarga akan
dapat memahami penanganan dan mendemonstrasikan manajemen nyeri, Adapun
penyuluhan tentang manajemen nyeri dilakukan pada:
Hari/ Tanggal
: Kamis, 14 Juni 2012
Waktu
: 10.00-10.30 WIB
Tempat
: Ruang RB2 B/ Kamar II.4
230
Universitas Sumatera Utara
Dan dilaksanakan oleh:
Penyuluh
: Nuraidar, S.Kep
Penyuluhan dimulai setelah melakukan operan bed to bed bersama kepala
ruangan. Penyuluhan diberikan kepada Ny. R dan keluarga yang berada di kamar
II.4 RB2 B. Materi disampaikan dengan baik. Penyuluhan dilakukan diawali
dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien
mengenai manajemen nyeri, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan
diselingi dengan menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang
disampaikan.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Kegiatan dilaksanakan di ruang rawat inap RB2 B yaitu kamar II.4
 Penyuluhan dimulai pukul 10.00 WIB selama 20 menit dan diakhiri pada
pukul 10.20 WIB.
 Peserta penyuluhan berjumlah 2 orang
 Media yang digunakan berupa leaflet.
2. Evaluasi Proses
 Penyuluhan dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya. Durasi waktu penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan
yaitu 20 menit.
231
Universitas Sumatera Utara
 Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias
dalam mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
 Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang
manajemen nyeri
 Peserta dapat mengulangi kembali bagaimana cara mengatasi nyeri.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Penyuluhan manajemen nyeri dilakukan sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif dan peserta
dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat menjawab pertanyaan
80% dengan benar dan dapat mengulangi bagaimana cara mengatasi nyeri yang
dirasakan oleh Ny R.
2. Saran
Pendidikan kesehatan sangat penting bagi pasien dan keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan mereka tentang penyakitnya dan dapat mengambil
langkah yang tepat dalam pengobatan. Perawat harus mempunyai pengetahuan
yang cukup dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga,
sehingga dapat membantu pasien dalam mengatasi masalah kesehatannya.
232
Universitas Sumatera Utara
SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)
RANGE OF MOTION (ROM)
1. Tujuan Instruksional
A. Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan
diharapkan pasien atau anggota keluarga dapat membantu melakukan latihan
ROM dengan benar di Ruang RB 2 B RSUH Adam Malik Medan.
B. Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan
diharapkan mampu :
1. Menyebutkan pengertian ROM
2. Menyebutkan tujuan ROM
3. Menyebutkan jenis ROM
4. Menyebutkan Sendi yang digerakan
5. Menyebutkan indikasi latihan ROM
6. Mengajarkan Latihan Pasif Anggota Gerak Atas
7. Mengajarkan Latihan pasif anggota gerak bawah
8. Mengajarkan Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah
2.
Pengorganisasian
Moderator
: Nuraidar S.Kep
233
Universitas Sumatera Utara
Peserta Penyuluhan : pasien atau anggota keluarga yang mengalami hambatan
mobilisasi ditempat tidur di Ruang RB 2 B RSUH Adam Malik Medan.
3. Strategi Kegiatan
Tahap
Kegiatan Penyuluhan
Pendahuluan
1. Membuka pertemuan
dengan memberi salam
2. Memperkenalkan diri
kepada peserta
3. Menjelaskan TIU/TIK
Penyajian
Penutup
Media/
Alat
-
Kegiatan Peserta
Metode
Waktu
1. Mendengarkan
Diskusi
3’
Diskusi
15’
Diskusi
2’
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
1. Menyebutkan
pengertian ROM
2. Menyebutkan tujuan
ROM
3. Menyebutkan
jenis
ROM
4. Menyebutkan
Sendi
yang digerakan
5. Menyebutkan indikasi
latihan ROM
6. Mengajarkan Latihan
Pasif Anggota Gerak
Atas
7. Mengajarkan Latihan
pasif anggota gerak
bawah
8. Mengajarkan Latihan
aktif anggota gerak
atas dan bawah
Leaflet
1. Memberi kesempatan
bertanya pada peserta
2. Membuat kesimpulan
3. Menutup penyuluhan
-
1. Mendengarkan
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
4. Mendengarkan
5. Mendengarkan
6. Latihan
7. Latihan
8. Latihan
1. Tanya jawab
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
4. Sasaran Penyuluhan
Pasien atau anggota keluarga yang mengalami hambatan mobilisasi ditempat
tidur di Ruang RB 2 B RSUH Adam Malik Medan.
234
Universitas Sumatera Utara
5. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Rabu, 13 Juni 2012
Waktu
: 20 Menit
Tempat
: Ruang RB 2 B RSUH Adam Malik Medan
6. Metode
Diskusi dan stimulasi
7.
Media dan Alat
Leaflet
8.
Evaluasi
Kriteria Hasil : Diharapkan pada proses penyuluhan berlangsung dengan baik,
peserta berpartisipasi dalam penyuluhan dengan bertanya, menjawab dan
antusias serta peserta dapat memahami materi penyuluhan serta pasien atau
anggota keluarga dapat melakukan latihan ROM dengan benar di Ruang RB 2
B RSUH Adam Malik Medan.
9.
Materi Penyuluhan
235
Universitas Sumatera Utara
1. Pengertian
Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi
dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya
sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Potter and Perry, 2006).
2. Tujuan
Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan Mencegah kontraktur dan
kekakuan pada sendi (Potter and Perry, 2006).
3. Jenis ROM
ROM pasif
:
Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai
dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %
ROM aktif
:
Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien
dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak
sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 % D. Jenis gerakan Fleksi Ekstensi
Hiper ekstensi Rotasi Sirkumduksi Supinasi Pronasi Abduksi Aduksi Oposisi
(Potter and Perry, 2006).
4. Sendi yang digerakan
1. ROM Aktif Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien
sendri secara aktif.
2. ROM Pasif Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang
terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya secara mandiri.
236
Universitas Sumatera Utara
a. Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)
b. Bahu tangan kanan dan kiri ( fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi
bahu)
c. Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
d. Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
e. Jari-jari
tangan
(fleksi/ekstensi/hiperekstensi,
abduksi/adduksi,
oposisi)
f. Pinggul
dan
lutut
(fleksi/ekstensi,
abduksi/adduksi,
rotasi
internal/eksternal)
g. Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi)
h. Jari kaki (fleksi/ekstensi)
5. Indikasi
1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
2. Kelemahan otot
3. Fase rehabilitasi fisik
4. Klien dengan tirah baring lama (Potter and Perry, 2006)
6. Latihan Pasif Anggota Gerak Atas
•
Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu :
o Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainnya memengang
lengan.
o Luruskan siku naikan dan turunkan legan dengan siku tetap lurus
237
Universitas Sumatera Utara
•
Gerakan menekuk dan meluruskan siku :
o Pegang lengan atas dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan
meluruskan siku
•
Gerakan memutar pergelangan tangan :
o Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan yang lainnya
menggenggam telapak tangan pasien
o Putar pergelangan tangan pasien ke arah luar (terlentang) dan ke arah
dalam(telungkup)
•
Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan:
o Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan lainnya memegang
pergelangan tangan pasien
o Tekuk pergelangan tangan ke atas dan ke bawah
•
Gerakan memutar ibu jari:
o Pegang telapak tangan dan keempat jari dengan tangan satu, tangan
lainnya memutar ibu jari tangan
o Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan
o Pegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan yang lainnya
menekuk dan meluruskan jari-jari tangan (Potter and Perry, 2006)
7. Latihan pasif anggota gerak bawah
•
Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha
o Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai
238
Universitas Sumatera Utara
o Naikkan dan turunkan kaki dengan lutut yang lurus (Potter and Perry,
2006).
8. Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah
•
Latihan I
o Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas
o Letakan kedua tangan diatas kepala
o Kembalikan tangan ke posisi semula
•
Latihan II
o Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang
sehat
o Kembalikan ke posisi semula
•
Latihan III
o Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas
o Kembalikan ke posisi semula
•
Latihan IV
o Tekuk siku yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat
o Luruskan siku kemudian angkat ketas
o Letakan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.
•
Latihan V
o Pegang pergelangan tangan yang kontraktur mengunakan tangan yang
sehat angkat ke atas dada
o Putar pengelangan tangan ke arah dalam dan ke arah luar
•
Latihan VI
239
Universitas Sumatera Utara
o Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian
luruskan
o Putar ibu jari yang lemah mengunakan tangan yang sehat
•
Latihan VII
o Letakan kaki yang seht dibawah yang kontraktur
o Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah
pergelangan kaki yang kontraktur
o Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian
turunkan pelan-pelan.
•
Latihan VIII
o Angkat kaki yang kontraktur mengunakan kaki yang sehat ke atas
sekitar 3 cm
o Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi
yang satunya lagi
o Kembali ke posisi semula dan ulang sekali lagi
•
Latihan IX
o Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang
kontraktur dengan tangan satu
o Dengan tangan lainnya penolong memegang pingang pasien
o Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya
o Kembali keposisi semula dan ulangi sekali lagi
240
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
“ROM (Range Of Motion)”
A. Persiapan
Persiapan kegiatan penyuluhan ROM (Range Of Motion) dilakukan
mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU dengan sebelumnya berkoordinasi
dengan kepala ruangan dan juga Clinical Instructur dalam hal pengadaan
penyuluhan di ruang RB2 B. Kemudian mahasiswa Profesi Ners Keperawatan
USU mempersiapkan materi yang akan disampaikan melalui media leaflet. Materi
penyuluhan yang dipersiapkan disesuaikan dengan susunan materi yang telah
disusun dalam satuan acara pengajaran (SAP) yaitu pengertian ROM, tujuan
ROM, jenis ROM, indikasi latihan ROM, Latihan Pasif Anggota Gerak Atas,
Latihan pasif anggota gerak bawah, Mengajarkan Latihan aktif anggota gerak atas
dan bawah. Materi dipersiapkan dalam bentuk leaflet.
B. Pelaksanaan
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan adalah keluarga akan
dapat memahami penanganan dan mendemonstrasikan ROM (Range Of Motion),
Adapun penyuluhan tentang ROM (Range Of Motion) dilakukan pada:
Hari/ Tanggal
: Kamis, 14 Juni 2012
Waktu
: 11.00-11.20 WIB
241
Universitas Sumatera Utara
Tempat
: Ruang RB2 B/ Kamar II.4
Dan dilaksanakan oleh:
Penyuluh
: Nuraidar, S.Kep
Penyuluhan diberikan kepada Ny. R dan keluarga yang berada di kamar
II.4 RB2 B. Materi disampaikan dengan baik. Penyuluhan dilakukan diawali
dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien
mengenai ROM, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan diselingi dengan
menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang disampaikan.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Kegiatan dilaksanakan di ruang rawat inap RB2 B yaitu kamar II.4
 Penyuluhan dimulai pukul 11.00 WIB selama 20 menit dan diakhiri pada
pukul 11.20 WIB.
 Peserta penyuluhan berjumlah 2 orang
 Media yang digunakan berupa leaflet.
2. Evaluasi Proses
 Penyuluhan dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya. Durasi waktu penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan
yaitu 20 menit.
242
Universitas Sumatera Utara
 Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias
dalam mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
 Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang
ROM (Range Of Motion).
 Peserta dapat mengulangi dan melakukan demonstrasi ROM (Range Of
Motion).
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
 Penyuluhan ROM (Range Of Motion) dilakukan sesuai dengan waktu yang
direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif dan peserta
dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat menjawab
pertanyaan 80% dengan benar dan dapat mengulangi dan melakukan
demonstrasi ROM (Range Of Motion).
2. Saran
Pendidikan kesehatan sangat penting bagi pasien dan keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan mereka tentang penyakitnya dan dapat mengambil
langkah yang tepat dalam pengobatan. Perawat harus mempunyai pengetahuan
yang cukup dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga,
sehingga dapat membantu pasien dalam mengatasi masalah kesehatannya.
243
Universitas Sumatera Utara
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
TRIK-TRIK PENCEGAHAN BATU GINJAL BERULANG
2. Tujuan Instruksional
A. Umum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan
diharapkan pasien dapat melakukan cara pencegahan batu ginjal berulang di
Ruang RB2 B Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan.
B. Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan
diharapkan mampu :
9. Menyebutkan Definisi Batu Ginjal
3.
10.
Menyebutkan Gejala-gejala Batu Ginjal
11.
Menyebutkan Hal-Hal Yang Menyebabkan Batu Ginjal
12.
Menyebutkan Trik-Trik Pencegahan Batu Ginjal Berulang
Pengorganisasian
Penyuluh
: Nuraidar
Peserta Penyuluhan
: Ny R dan anggota keluarga Ny R di Ruang RB2 B
Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan
244
Universitas Sumatera Utara
4. Strategi Kegiatan
Tahap
Kegiatan Penyuluhan
Pendahuluan
1. Membuka pertemuan
dengan
memberi
salam
2. Memperkenalkan diri
kepada peserta
3. Menjelaskan TIU/TIK
1. Menyebutkan definisi
batu ginjal
2. Menyebutkan gejalagejala batu ginjal
3. Menyebutkan hal-hal
yang menyebabkan
batu ginjal
4. Menyebutkan trik-trik
pencegahan
batu
ginjal berulang
1. Memberi kesempatan
bertanya pada peserta
2. Membuat kesimpulan
3. Menutup penyuluhan
Penyajian
Penutup
Media/
Alat
-
Kegiatan Peserta
Metode
Waktu
1. Mendengarkan
Diskusi
2’
Diskusi
15’
Diskusi
3’
2. Mendengarkan
Leaflet
3. mendengarkan
1. Mendengarkan
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
4. Mendengarkan
-
1. Tanya jawab
2. Mendengarkan
3. Mendengarkan
10. Sasaran Penyuluhan
Ny R dan anggota keluarga Ny R di Ruang RB2 B Rumah Sakit Umum Adam
Malik Medan.
11. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Juni 2012
Waktu
: 20 Menit
Tempat
: Ruang RB2 B Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan.
12. Metode
Diskusi
245
Universitas Sumatera Utara
13. Media dan Alat
Leaflet
14. Evaluasi
Kriteria Hasil : Diharapkan pada Proses penyuluhan berlangsung dengan
baik, peserta berpartisipasi dalam penyuluhan dengan bertanya, menjawab
dan antusias serta peserta dapat memahami materi penyuluhan serta pasien
dapat melakukan cara pencegahan batu ginjal berulang di Ruang RB2 B
Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan.
15. Materi Penyuluhan
TRIK-TRIK PENCEGAHAN BATU GINJAL BERULANG
Definisi
Batu ginjal disebabkan oleh penggumpalan kristal mineral dan garam di
dalam ginjal atau saluran kencing. Besarnya batu ginjal bervariasi, dari hanya
sebesar butiran pasir sampai sebesar bola golf. Pada kebanyakan kasus, batu ginjal
tidak menimbulkan gejala karena ukurannya kecil sehingga dapat terbuang sendiri
melalui air seni tanpa kita sadari. Namun, kadang-kadang bila ukurannya besar
mereka dapat tersangkut di saluran kencing sehingga menimbulkan sakit luar
biasa yang disebut kolik. Dalam kasus lain, batu ginjal terus menetap dan
perlahan-lahan membesar di dalam ginjal sehingga menyebabkan kerusakan
permanen. Karena alasan tersebut, penting sekali untuk mencegah timbulnya batu
ginjal.
246
Universitas Sumatera Utara
Penyebab
Batu ginjal terutama disebabkan oleh kristalisasi kalsium oksalat (sejenis
garam pada beberapa makanan) atau, yang lebih jarang, asam urat (limbah
penguraian
protein
dalam
tubuh).
Konsumsi
berlebihan
makanan yang
mengandung kalsium oksalat atau asam urat berisiko menimbulkan batu ginjal.
Kurang mengkonsumsi cairan juga dapat menjadi penyebab. Bila kita kurang
minum, air seni menjadi lebih kental sehingga memudahkan kristalisasi garam
dan mineral. Kelainan metabolisme tertentu juga dapat membuat tubuh lebih
mudah memproduksi batu ginjal.
Batu ginjal sering terulang pembentukannya, terutama bila faktor-faktor
seperti pola makan dan pola minum seseorang tidak berubah. Pria dua kali lebih
sering terkena dibandingkan wanita dan risikonya terus meningkat seiring usia.
Gejala batu ginjal dirasakan 12% pria dan 5% wanita berumur 70 tahun.
Krisis kolik ginjal
Ketika batu ginjal tersangkut, terjadi situasi yang disebut krisis kolik
ginjal. Ini adalah kedaruratan medis yang memerlukan tindakan segera untuk
menghilangkan sakit dan mencegah komplikasi yang terkait (pendarahan, infeksi
ginjal, dll). Gejala krisis kolik ginjal adalah:
•
sakit yang sangat menyengat dan tajam di ginjal (di bawah tulang rusuk
belakang) yang menjalar hingga ke perut, kelamin dan paha. Rasa sakit
bisa berlangsung beberapa menit atau jam yang diselingi periode nyaman.
•
rasa mual dan muntah, demam atau menggigil.
247
Universitas Sumatera Utara
•
buang air tidak lancar, hanya sedikit-sedikit yang keluar. Hal ini
disebabkan oleh sumbatan batu ginjal dalam aliran air seni.
•
ada darah dalam air seni
Bila Anda terkena krisis kolik ginjal, Anda harus segera memeriksakan
diri ke dokter. Langkah terbaik biasanya adalah langsung ke bagian gawat darurat
rumah sakit di mana tersedia peralatan yang lengkap untuk menangani krisis
Anda. Anda akan mendapatkan penghilang nyeri yang disuntikkan agar rasa sakit
Anda segera hilang. Dokter kemudian akan memeriksa keberadaan batu ginjal
dengan pemeriksaan sampel darah dan urin serta ultrasound, CT Scan atau
rontgen. Pemeriksaan ini membantu dokter menentukan tindakan apa yang
sebaiknya diambil.
Jika batu ginjal cukup besar dan tidak dapat dikeluarkan melalui saluran
kemih,
Anda
mungkin
harus
menjalani litotripsi
atau
operasi
untuk
menghilangkannya. Litotripsi menggunakan gelombang kejut atau laser untuk
memecah batu ginjal tanpa pembedahan. Operasi yang disebut perkutaneus
nefrolipotomi dilakukan bila batu ginjal terlalu besar atau berada di tempat yang
tidak memungkinkan pemecahan dengan litotripsi.
Pencegahan
1. Minumlah air yang cukup. Minumlah setidaknya 2 liter air sehari atau
satu gelas setiap jamnya (lebih banyak bila cuaca panas atau Anda banyak
beraktivitas fisik). Dengan meminum banyak air, urin Anda bertambah
sehingga mengurangi konsentrasi garam dan mineral.
248
Universitas Sumatera Utara
2. Minumlah sepanjang hari. Bila Anda minum hanya di pagi hari, air
tersebut akan dibuang melalui kencing dalam dua jam berikutnya sehingga
konsentrasi garam dan mineral di siang hari meningkat. Anda harus
membiasakan minum lebih sering.
3. Pilih makanan yang kaya vitamin A. Asupan vitamin A sebesar 5000 IU
per hari (setara 60 gram wortel) menyehatkan fungsi sistem urin dan
mencegah pembentukan batu ginjal. Makanan yang kaya vitamin A adalah
brokoli, melon, ikan, dan hati. Namun, berhati-hatilah jangan terlalu
banyak mengkonsumsi makanan bervitamin A dari sumber hewani, karena
kelebihan vitamin A justru menyebabkan masalah kesehatan lain.
4. Kurangi garam dalam makanan. Dengan mengurangi garam, Anda
mengurangi kadar kalsium dalam urin.
5. Jangan berlebihan mengkonsumsi susu dan produk susu (keju, yogurt,
es krim, dll) berkalsium tinggi. Kelebihan kalsium akan dibuang oleh
tubuh melalui urin sehingga meningkatkan risiko batu ginjal.
6. Jangan berlebihan mengkonsumsi makanan yang mengandung
kalsium oksalat tinggi seperti cokelat, kacang, bayam, anggur, dll.
7. Jangan berlebihan mengkonsumsi vitamin C dan D karena dapat
mempermudah pengkristalan kalsium oksalat. Konsumsi 3 atau 4 gram
vitamin C dan 400 IU vitamin D setiap hari sudah memenuhi kebutuhan
sebagian besar orang.
249
Universitas Sumatera Utara
8. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium
dan vitamin B6 karena dapat mengurangi kadar kalsium oksalat dalam air
seni.
9. Kembangkan pola hidup aktif. Kalsium adalah unsur pembentuk tulang.
Dengan hidup aktif, Anda membantu pembentukan kalsium menjadi
tulang. Sebaliknya, gaya hidup kurang gerak mendukung kalsium untuk
beredar dalam darah dan berisiko menjadi kristal.
10. Kurangi peredaran asam urat. Semua hal yang dapat mencegah asam
urat juga mencegah pembentukan batu ginjal.
DAFTAR PUSTAKA
Majalah Kesehatan Sumber Informasi Kesehatan Anda. (2011). Gejala dan
Pencegahan Batu Ginjal. Diunduh dari http://majalahkesehatan.com/gejaladan-pencegahan-batu-ginjal/ tanggal 18 Juni 2012 pukul 11.12 WIB
Y., Hadipratomo. (2008). Batu Ginjal, Penyebab dan Pencegahannya. Diunduh
darihttp://www.f-buzz.com/2008/06/26/batu-ginjal-penyebab-dan
pencegahannya/ tanggal 18 Juni 2012 pukul 10.34 WIB
250
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18
LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN
“TRIK-TRIK PENCEGAHAN BATU GINJAL BERULANG”
A. Persiapan
Persiapan kegiatan penyuluhan “Trik-Trik Pencegahan Batu Ginjal
Berulang” dilakukan mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU dengan
sebelumnya berkoordinasi dengan kepala ruangan dan juga Clinical Instructur
dalam hal pengadaan penyuluhan di ruang RB2 B. Kemudian mahasiswa Profesi
Ners Keperawatan USU mempersiapkan materi yang akan disampaikan melalui
media leaflet. Materi penyuluhan yang dipersiapkan disesuaikan dengan susunan
materi yang telah disusun dalam satuan acara pengajaran (SAP) yaitu definisi batu
ginjal, gejala-gejala batu ginjal, hal-hal yang menyebabkan batu ginjal, trik-trik
pencegahan batu ginjal berulang. Materi dipersiapkan dalam bentuk leaflet.
B. Pelaksanaan
Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan adalah keluarga akan
dapat memahami tentang batu ginjal dan dapat mencegah batu ginjal berulang,
Adapun penyuluhan tentang trik-trik pencegahan batu ginjal berulang dilakukan
pada:
Hari/ Tanggal
: Kamis, 5 Juni 2012
Waktu
: 13.00-13.15 WIB
Tempat
: Ruang RB2 B/ Kamar II.4
251
Universitas Sumatera Utara
Dan dilaksanakan oleh:
Penyuluh
: Nuraidar, S.Kep
Penyuluhan diberikan kepada Ny. R dan keluarga yang berada di kamar
II.4 RB2 B. Materi disampaikan dengan baik. Penyuluhan dilakukan diawali
dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien
mengenai penyebab batu ginjal, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan
diselingi dengan menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang
disampaikan.
C. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
 Kegiatan dilaksanakan di ruang rawat inap RB2 B yaitu kamar II.4
 Penyuluhan dimulai pukul 13.00 WIB selama 15 menit dan diakhiri pada
pukul 13.15 WIB.
 Peserta penyuluhan berjumlah 3 orang
 Media yang digunakan berupa leaflet.
2. Evaluasi Proses
 Penyuluhan dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan
sebelumnya. Durasi waktu penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan
yaitu 15 menit.
252
Universitas Sumatera Utara
 Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias
dalam mengikuti penyuluhan.
3. Evaluasi Hasil
 Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang
penyebab terjadinya batu ginjal.
 Peserta dapat mengulangi kembali bagaimana cara-cara mencegah batu
ginjal berulang.
D. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Penyuluhan trik-trik pencegahan batu ginjal berulang dilakukan sesuai
dengan waktu yang direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara
kondusif dan peserta dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat
menjawab pertanyaan 80% dengan benar dan dapat mengulangi cara mencegah
terjadinya batu ginjal berulang..
2. Saran
Pendidikan kesehatan sangat penting bagi pasien dan keluarga untuk
meningkatkan pengetahuan mereka tentang penyakitnya dan dapat mengambil
langkah yang tepat dalam pengobatan. Perawat harus mempunyai pengetahuan
yang cukup dalam memberikan pendidikan kesehatan bagi pasien dan keluarga,
sehingga dapat membantu pasien dalam mengatasi masalah kesehatannya.
253
Universitas Sumatera Utara
Download