III. 3.1 KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Produksi Menurut Assauri (1993), istilah produksi sering digunakan dalam suatu organisasi yang menghasilkan keluaran atau output, baik yang berupa barang atau jasa. Secara umum, produksi diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi keluaran (output). Dalam pengertiannya yang bersifat umum ini penggunaannya cukup luas, sehingga mencakup keluaran barang atau jasa. Jadi, dalam pengertian produksi tercakup setiap proses yang meruabah masukan–masukan dan menggunakan sumber – sumberdaya yang menghasilkan keluaran–keluaran yang berupa barang atau jasa. Dengan dasar pengertian itu, di dalam kegiatan yang menghasilkan barang atau jasa, dapat diukur kemampuan menghasilkan atau transformasinya, yang sering dikenal dengan produktivitas untuk setiap masukan yang dipergunakan. Sistem produksi adalah alat yang dipergunakan untuk mengubah masukan sumberdaya guna menciptakan barang atau jasa yang berguna sebagai keluaran (Buffa dan Sarin, 1996). Masukan • • • • • • Bahan Tenaga kerja Mesin Energi Modal Informasi Transformasi Proses Konversi Keluaran Barang atau Jasa Informasi Umpan Balik Gambar 1. Sistem Produksi dan Operasi Sumber : Buffa dan Sarin (1996) 3.1.2 Fungsi Produksi dan Operasi Penekanan dalam manajemen produksi dan operasi adalah kerangka pengambilan keputusan dalam pelaksanaan fungsi produksi dan operasi. Dalam 14 pelaksanaan fungsi produksi dan operasi ada lima tanggung jawab keputusan utama yang harus dilakukan, yaitu proses, kapasitas, persediaan, tenaga kerja dan mutu atau kualitas. Selain itu, terdapat keputusan–keputusan yang harus diambil terutama dalam kebijakan dan strategi produksi dan operasi, dimana kelima bidang pelaksanaan fungsi dari produksi dan operasi tersebut dapat terpadu dan dengan kerangka kebijakan dasar perusahaan serta menekan pada hal yang strategis. Empat fungsi terpenting dalam fungsi produksi dan operasi adalah : a. Proses pengolahan, merupakan metode atau teknik yang digunakan untuk pengolahan masukan. b. Jasa–jasa penunjang, merupakan sarana yang berupa pengorganisasian yang perlu dalam penetapan teknik serta metode yang akan dijalankan, sehingga proses – proses pengolahan dapat dijalankan secara efektif dan efisien. c. Perencanaan, merupakan penetapan keterkaitan dan pengorganisasian dari kegiatan produksi dan operasi yang akan dilakukan dalam suatu dasar waktu atau periode tertentu. d. Pengendalian atau pengawasan, merupakan fungsi untuk menjamin terlaksananya kegiatan yang sesuai dengan yang direncanakan, sehingga maksud dan tujuan untuk penggunaan dan pengolahan masukan pada kenyataanya dapat dilaksanakan. 3.1.3 Kombinasi Produksi Fungsi produksi menggambarkan hubungan antara faktor masukan yang digunakan perusahaan dan output (keluaran) yang didapatkannya. Beberapa perusahaan memproduksi dan menjual lebih dari satu produk dan menargetkan untuk berproduksi berdasarkan pada proporsi teknologi yang tetap. Biasanya perusahaan memiliki kecenderungan untuk memproduksi produk tertentu dibanding dengan produk lain. Fungsi produksi dan pilihan yang dapat diambil perusahaan ini dapat digambarkan secara grafis dengan menggunakan konsep isorevenue dan kurva kemungkinan produksi. 15 Y ●Z 0 B A X Keterangan : A - - adalah kurva isorevenue B --- adalah kurva kemungkinan produksi Gambar 2. Kombinasi Output Sumber : Nicholson (1999) Kurva isorevenue adalah representasi secara grafik dari semua kombinasi output dari dua produk yang menghasilkan total pendapatan yang sama (Mulligan, 1989). Kurva kemungkinan produksi merupakan representasi secara grafik dari semua kombinasi output dengan penggunaan input pada proporsi teknologi yang tetap (Nicholson, 1999). Pada Gambar 2, mengindikasikan kuantitas dari tiap produk output yaitu X dan Y. jika harga output tetap maka akan terjadi kurva isorevenue linear. Pada kurva kemungkinan produksi mengindikasikan kombinasi output yang dapat diproduksi dengan menggunakan input–input yang sudah tertentu jumlahnya secara efisien. Peningkatan produksi Y akan menurunkan utilitas marginal dari produk X, begitunya juga sebaliknya. Karena itu perusahaan akan memilih kombinasi output dimana akan menerima pendapatan maksimal berdasarkan komposisi input produk yang ada. Hal tersebut terjadi sewaktu terjadi persinggungan antar kurva isorevenue dan kurva kemungkinan produksi. Serta pada Gambar 2 hal tersebut terjadi pada titik Z. pada titik Z dan komposisi input produk yang ada atau ditargetkan sekaligus dapat memperoleh pendapatan yang maksimal. 16 3.1.4 Manajemen Produk dan Operasi Pengertian manajemen produksi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Dengan istilah manajemen dimaksudkan adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan–kegiatan orang lain. Menurut Assauri (1993), manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan untuk mengatur dan mengkoordinasi penggunaan sumberdaya–sumberdaya yang berupa sumberdaya manusia, sumberdaya alat dan sumberdaya dana serta bahan, secara efektif dan efisien untuk menciptakan atau merubah kegunaan suatu barang atau jasa. Dengan pengertian ini, maka dalam istilah manajemen tercakup semua kegiatan atau aktivitas yang menghasilkan barang atau jasa itu. Dengan demikian dapatlah disadari bahwa manajemen produksi dan operasi selalu terdapat dan berguna bagi hampir semua organisasi. 3.1.5 Ruang Lingkup Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi dan operasi merupakan kegiatan yang cukup luas, di mulai dari penganalisaan dan penetapan keputusan saat sebelum dimulainya kegiatan produksi dan operasi, yang umumnya bersifat keputusan jangka panjang, serta keputusan - keputusan pada waktu menyiapkan dan melaksanakan kegiatan produksi dan pengoperasiannya, yang umumnya bersifat keputusan - keputusan jangka pendek. Dari uraian tersebut, maka ruang lingkup manajemen produksi dan operasi akan mencakup perancangan atau persiapan sistem produksi dan operasi, serta pengoperasian dari sistem produksi dan operasi. Jika diuraikan proses perancangan atau persiapan sistem produksi atau operasi terdapat beberapa kegiatan yaitu seleksi dan rancangan atau desain hasil produksi, seleksi dan perancangan proses serta peralatan, pemilihan lokasi atau site perusahaan dan unit produksi, rancangan tata letak dan arus kerja atau proses, rancangan tugas pekerjaan,strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas. Sedangkan pengoperasian dari sistem produksi dan operasi terdapat kegiatan antara lain penyusunan rencana produksi dan operasi, perencanaan dan pengendalian persedian serta penyediaan bahan baku, pemeliharaan mesin dan peralatan, pengendalian mutu dan manajemen tenaga. 17 3.1.6 Multicriteria Decision Making Keputusan merupakan proses pemilihan alternatif terbaik dari banyak alternatif. Pengambilan keputusan terkadang melibatkan pengalaman. Tidak jarang pada decision maker menambil keputusan dengan menggunakan insting atau intuisi, sehingga menghasilkan keputusan yang tidak tepat. Karenanya, untuk menghasilkan decision maker yang tepat membutuhkan informasi sebanyak mungkin sehingga hasil yang diperoleh dapat sesuai dengan dengan yang diinginkan. Metode multicriteria decision making ditujukan untuk pengambilan keputusan yang mengandung kriteria objek majemuk, saling konfliktual dan memiliki ekuran yang tidak bias saling dibandingkan (Pratiwi Indah, 2000). Dalam multicriteria decision making melibatkan lebih dari satu kriteria yang saling menimbulkan trade off keputusan dimana keputusan tingkat keputusan dari suatu kriteria berakibat pada penurunan kepuasan kriteria lainnya. Multicriteria decision making dapat dianggap sebagai istilah untuk semua model dan teknik yang berhubungan dengan multiobjective decision making dan multiattribute decision making. Tingkat keputusan relatif dari suatu kriteria disebut prioritas dan bobot. Prioritas mengarahkan pada kasus yang kriteria diurutkan berdasarkan kepentingan dan jika kepentingan pada tingkat lebih tinggi tidak diperhatikan, maka kriteria pada tingkat dibawahnya tidak dapat dilibatkan. Bobot digunakan untuk membedakan tingkat kepentingan dari beberapa kriteria dengan priortas yang berbeda. Optimasi multikriteria membantu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan dan atau lebih objektif yang saling bertentangan. Tujuan utama adalah untuk mencari solusi yang layak dimana kriteria yang bertentangan tersebut tidak dapat diperbaiki atau dioptimalkan secara bersama-sama dan memaksimalkan fungsi decision maker (Shapiro, 2001).. Oleh karena itu, dalam upaya pencapaian tujuan pengambilan kepusan terbaik tersebut kegiatan produksi selalu berusaha untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas diantara berbagai kegiatan yang saling bersaing (Buffa dan Sarin,1996). Dengan demikian, diperlukan suatu teknik untuk membantu proses pemecahan masalah pengalokasian sumber daya. Operation Research adalah 18 sebuah teknik yang berusaha menetapkan arah tindakan terbaik (optimum) dari sebuah pengambilan kebijakan dibawah sumberdaya terbatas. Dalam teknik optimalisasi upaya memperoleh suatu solusi dari suatu permasalahan yang dihadapi, jarang diperoleh suatu solusi terbaik. Hal ini disebabkan oleh berbagai kendala yang bersifat fisik, teknis, dan kendala lainnya yang berada diluar jangkauan pelaku kegiatan. Akibatnya seringkali solusi atau jawaban yang yang diperoleh dalam menyelesaikan masalah optimalisasi bersifat “the second best”. Menurut Taha (1992), tahap-tahap utama yang harus dilakukan untuk melakukan studi tentang operation research mencakup: 1. Definisikan masalah Dalam tahap ini ada tiga aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: deskripsi tentang sasaran atau tujuan dari studi tersebut, dan identifikasi alternatif keputusan sistem tersebut,dan pengenalan tentang keterbatasan, batasan dan persyaratan sistem tersebut. 2. Pengembangan Model Model yang dipilih harus sesuai dan mewakili sistem yang bersangkutan, serta harus menyatakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentukvariabel keputusan. 3. Pemecahan Model Dalam model matematika, pemecahan masalah dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimalisasi yang mengidentifikasikan dengan baik dan menghasilkan pemecahan yang optimal. 4. Pengujian Keabsaan Model Umumnya model yang digunakan untuk menguji keabsaan suatu model adalah dengan membandingkan kinerjanya dengan masa lalu yang tersedia untuk sistem aktual model tersebut. 5. Implementasi Hasil Akhir Pada tahap ini, hasil operasi harus diterjemahkan oleh peneliti secara terperinci serta diberikan dalam bentuk yang mudah oleh pihak yang mudah mengatur dan pengoperasikan sistem yang direkomendasikan tersebut. 19 3.1.7 Linear Programming Linear programming paling sering digunakan untuk mengalokasikan sumberdaya yang terbatas atau langka diantara berbagai kegiatan yang saling bersaing sedemikian sehingga satu kriteria tertentu teroptimasi (minimum atau maksimum). Linear programming adalah salah satu teknik yang paling banyak digunakan dan dapat diterapkan untuk beragam persoalan produksi dan operasi. Definisi Linear programming adalah suatu analisis masalah dengan menggunakan sebuah fungsi linear dari sejuimlah variabel – variabel dengan tujuan maksimisasi atau minimisasi, dimana variabel – variabel tersebut merupakan anggota dari sejemlah kendala dalam bentuk per tidak samaan linear. Dalam Linear programming terdapat tiga jenis analisis, yaitu analisis primal, analisis dual dan analisis sensitivitas. Analisis–analisis ini akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. Model dari suatu Linear programming harus terdiri dari empat komponen. Komponen – komponen tersebut adalah : 1. Fungsi tujuan (maksimisasi atau minimisasi) Semua masalah mencari pemecahan maksimisasi dan minimisasi dari suatu jumlah, biasanya keuntungan atau biaya ataupun tujuan lain yang diinginkan. Tujuan tersebut harus dinyatakan secara jelas, baik dengan tulisan ataupun matematis. 2. Kendala Kendala tersebut merupakan jumlah pembatas dalam pencapaian tujuan. Tujuan dari Linear programming dibatasi oleh beberapa sumberdaya yang terbatas. 3. Adanya Alternatif Aktivitas Dengan adanya berbagai alternatif aktivitas, maka dengan Linear programming akan dicari sesuatu kombinasi dari berbagai aktivitas yang akan dicapai. 4. Fungsi Tujuan dan Fungsi Kendala Linear Fungsi tujuan dan fungsi kendala dalam bentuk hubungan matematik yang linear atau dalam bentuk per tidak samaan akan memberikan kemudahan memecahkan masalah. 20 3.1.8 Goal Programming Goal programming adalah suatu alat analisis yang dapat memecahkan masalah dengan tujuan ganda. Goal programming diharapkan dapat menutupi kelemahan dari linear prgaraming. Menurut Maarif et al (1989), jika mengikuti pendekatan linear programming, seluruh tujuan manajemen diungkapkan kedalam satu fungsi tujuan. Sebagai akibatnya sistem yang direncanakan dapat menjadi kondisi optimal pada satu tujuan dan harus mengorbankan tujuan – tujuan yang lain. Dengan kata lain, kelemahan linear programming tersebut adalah ketidak mampuannya dalam menyelesaikan kasus – kasus manajemen yang menghendaki sasaran tertentu yang ingin dicapai secara simultan atau sasaran yang hendak dicapai lebih dari satu. Keunggulan goal programming lainnya adalah informasi yang diberikan lebih banyak seperti pencapaian sasaran perusahaan yang saling bertentanagan, pemakaian prioritas dan pembobotan pada sasaran yang ingin dicapai. Kelemahan goal programming adalah tidak dapat menginterpretasikan angka minimum variabel deviasional yang merupakan tujuan dari goal programming karena memiliki satuan yang berbeda. Menurut Taylor (1993), goal programming merupakan suatu metode yang memperlihatkan suatu pendekatan penyelesaian terhadap masalah program linear yang mempunyai tujuan ganda dan saling bertentangan. Goal programming merupakan suatu variasi dari linear programming yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah dengan tujuan ganda atau lebih dari satu. Resolusi dalam goal programming tersebut hampir sama pada linear programming yaitu kepastian, proporsionalitas, aditivitas, divisibilitas, dan non negatif. Dalam goal programming tidak terdapat analisis dual dan analisis sensitivitas seperti dalam linear programming, hal tersebut disebabkan dalam goal programming terdapat lebih dari satu tujuan. Tujuan – tujuan tersebut mempunyai satu satuan yang berbeda sehingga tidak dapat disatukan dengan tujuan – tujuan lainnya sehingga nilai Z tidak dapat ditentukan. Asumsi dalam goal programming adalah sama dengan linear programming. 21 Asumsis – asumsi yang harus dipenuhi dalam linear programming adalah : 1. Kepastian (Certainty) Asumsi ini menyatakan bahwa parameter atau nilai dari tujuan dan kendala dapat diketahui secara pasti dan tidak berubah selama periode perencanaan. 2. Proposional (Proposionality) Diasumsikan bahwa naik turunnya nilai dan penggunaan sumberdaya atau perubahan fasilitas berbanding lurus dengan perubahan tingkat kegiatan. 3. Aditivitas (Addityvity) Asumsi ini mensyaratkan bahwa untuk setiap tingkat kegiatan tertentu,nilai total fungsi sasaran Z dan pemakaian total dari setiap pemakaian sumberdaya sama dengan jumlah kontribusi atau penggunaan sumberdaya oleh setiap kegiatan yang dilakukan. Dengan kata lain, nilai tujuan dari setiap kegiatan tidak saling saling mempengaruhi. Sebagai contoh pelanggaran aditivitas adalah: Z=c1x1 + c2x2 + c3x1x2 4. Divisibilitas (Divisibility) Asumsi ini berarti bahwa output penyelesaian dari setiap kegiatan dapat berupa bilangan pecahan. 5. Non Negatif Hal ini berarti bahwa tidak ada hasil output yang negatif, karena tidak mungkin untuk perusahaan menghasilkan output dalam jumlah yang negatif. Ada dua perbedaan yang dapat dilihat dari linear programming dan goal programming. Perbedaan tersebut dalam model tujuan dan kendala-kendala. Dalam goal programming,tujuan ganda merupakan fungsi tujuan yang dinyatakan dalam bentuk kendala. Tujuan tersebut kadang mempunyai sifat yang saling bertentangan antara satu tujuan dengan tujuan yang lain. Oleh karena itu, tujuantujuan tersebut harus disusun berdasar prioritasnya.pembagian proritas tersebut dibentuk sebagai pengutamaan (preemptive),yaitu dengan mendahulukan kepuasan pada tujuan yang telah diberi prioritas utama sebelum menuju pada tujuan berikutnya. Kendala dalam goal programming dibagi menjadi dua,yaitu kendala sistem fungsional dan kendala tujuan. Kendala sistem atau fungsional adalah kendala yang harus dipenuhi jika diperlukan. 22 Dalam memformulasikan program tujuan ganda ada sedikit perbedaan antara linear programming dengan goal programming. Dalam goal programming ada sepasang variabel deviasional (positif dan negatif) yang berada pada fungsi kendala tujuan yang pada dasarnya merupakan peubah slack atau surplus pada linear programming. Peubah ini berfungsi untuk menampung penyimpangan atau deviasi yang terjadi pada ruas kiri persamaan kendala terhadap ruas kanannya. Dengan demikian Goal Programming berarti sebuah metode yang mengurangi fungsi simpangan dari tujuan atau sasaran sesuai dengan yang dikehendaki oleh berbagai fungsi kendala yang mengikat tujuan sebagai syarat. Menurut Mulyono (1991), dalam setiap Goal programming minimal terdapat tiga komponen,yaitu : 1) Fungsi tujuan, yaitu fungsi yang meminimumkan angka penyimpangan dari suatu ruas pada suatu kendala tujuan. 2) Kendala tujuan, yaitu suatu tujuan yang diekspresikan dalam persamaan matematik dengan memasukkan variabel simpangan. 3) Kendala non negatif, yaitu kendala-kendala dalam Goal Programming tidak mungkin bernilai negatif. Dalam merumuskan model goal programming meenurut Mulyono (1991) dapat dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini : 1. Menentukan variabel keputusan Tahap pertama ini merupakan kunci utama yang menyatakan secara jelas variabel keputusan yang tidak diketahui, makin tepat definisi makin mudah untuk pekerjaan permodelan yang lain. 2. Menentukan kendala-kendala Pada tahapan ini ditentukan nilai-nilai sisi kanan lalu ditentukan teknologi dan variabel dalam kendala. Selain itu,perlu pula untuk memperhatikan jeenis penyimpangan yang diperbolehkan. Bila penyimpangan diperbolehkan dalam dua arah, maka tempatkan kedua variabel devisional pada kendala tersebut. Apabila penyimpangan tersebut hanya diperbolehkan dalam satu arah, maka hanya satu variabel devisional yang perlu di tempat kan pada kendala yang bersangkutan. 23 3. Menentukan prioritas utama Pada tahap ini dilakukan urutan terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Biasanya urutan tujuan merupakan pernyataan preferensi individu. Apabila persoalannya tidak memiliki urutan tujuan, maka lewatin tahap ini dan lanjutkan pada tahap berikutnya. 4. Menentukaan bobot Membuat urutan dalam tujuan tertentu. Bila tahapan ini dirasakan tidak perlu, maka dilanjutkan pada tahap berikutnya. 5. Menentukan fungsi tujuan Pilih variabel devisional yang benar untuk dimassukan dalam fungsi tujuan. Setelah itu berilah prioritas dalam bobot yang tepat apabila diperlukan. Model Umum Goal Programming (Nasendi dan Anwar.1985): Minimumkan : Z = Σ (Py Wiy dpi + Ps Wis dni) Kendala Tujuan : Z = aij + dni – dpi = bi Untuk I = 1,2,…,m tujuan Kendala Sistem : 1. ∑ g kj x j ≤ atau ≥ C k Untuk k = 1,2,3,…,p kendala sistem dan j = 1,2,3,…,n 2. xj , dni, dpi ≥ 0 3. dni, dpi = 0 Dimana : dni dan dpi = jumlah unit deviasi minimum (batas bawah) atau deviasi maksimum (batas atas) terhadap tujuan (bi). Wiy dan Wis = timbangan atau penalti (ordinal atau cardinal) yang diberikan terhadap satu unit deviasi minimum (batas bawah) atau terhadap deviasi maksimum (batas atas) terhadap tujuan (bi). aij = koefisien teknologi fungsi kendala tujuan, yang berhubungan dengan tujuan yaitu peubah pengambilan keputusan (xj) 24 xj = peubah pengambilan keputusan atau kegiatan yang kini dinamakan sub tujuan 3.2 bi = tujuan atau target yang ingin dicapai gkj = koefisien teknologi fungsi kendala sistem Ck = jumlah sumberdaya yang tersedia Py, Ps = faktor – faktor prioritas Kerangka Pemikiran Operasional Pada suatu kegiatan produksi yang telah mapan, berkesinambungan dan berkala besar kerap kali jumlah produksi dipengaruhi oleh suatu peramalan yang didasrkan pada informasi jumlah permintaan yang telah terjadi. Hasil dari peramalan tersebut juga menjadi target atau tujuan produksi yang akan dicapai. Pada Mill MNO PT. ISM Bogasari Flour Mills, rencana target produksi diberikan oleh bagian PPIC dengan telah memperhitungkan permintaan pasar, stok yang tersedia dan daya simpan tepung terigu. Selain memberikan rencana target produksi PPIC juga melakukan koordinasi input yang diperlukan pada proses produksi. Untuk membentuk suatu model optimalisasi diperlukan suatu observasi dan wawancara pada manajemen Mill untuk mengentahui tujuan yang ingin dicapai, variabel–variabel keputusan, kendala tujuan dan kendala fungsional. Setelah pembentukan model, lalu dilakukan optimalisasi produksi. 25 Permintaan Produk Product Planning and Inventory Control (PPIC) 1. 2. 3. 4. Rencana Target Produksi Minimisasi Biaya Listrik Minimisasi Jam Tenaga Kerja Minimisasi Biaya Air Input • Bahan Baku (gandum dan air) • Tenaga Kerja • Barang Modal (mesin) Proses Produksi (Mill MNO) Pembentukan Model Penentuan : • Variabel Keputusan • Tujuan dan Prioritas (jika lebih dari satu tujuan) • Kendala Tujuan dan Kendala Fungsional The Best Compremise Solution Pengaplikasian Keterangan : Ruang Lingkup Penelitian Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasiona 26