termasuk jembatan

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sesuai UU 38 Tahun 2004 tentang jalan, dinyatakan bahwa jalan
(termasuk jembatan) sebagai bagian dari sistem transportasi nasional mempunyai
peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial, budaya serta
lingkungan yang dikembangkan melalui pendekatan pengembangan wilayah agar
tercapainya keseimbangan dan pemerataan pembangunan antar daerah. Hal ini
memberikan pengertian betapa pentingnya jembatan dalam mewujudkan
pemerataan pembangunan di Indonesia. Subarkah (1979) menyatakan bahwa
jembatan adalah bangunan yang memungkinkan jalan menyilang saluran air,
lembah atau menyilang jalan lainnya yang tidak sama tinggi permukaannya dan lalu
lintas jalan itu tidak terputus. Jembatan dapat diartikan sebagai konstruksi yang
menghubungkan dua jalan yang terputus akibat adanya rintangan. Rintangan
tersebut dapat berupa alur sungai, danau, saluran irigasi, jalan kereta api maupun
jalan rata yang melintang dan tidak sebidang.
Jembatan gelagar adalah jembatan tipe balok, tipe yang paling sederhana
dan paling banyak digunakan di Indonesia. Penggunaan material baja sebagai
penyusun jembatan cukup banyak. Menurut IBMS, material baja digunakan 46%
atau sepanjang 230 km jembatan di Indonesia. Pada perencanaan sebuah jembatan,
dikenal berbagai peraturan yang menuntun perancang. Parameter desain yang harus
ditinjau antara lain lendutan. Lendutan yang terjadi pada struktur khususnya
jembatan gelagar baja merupakan salah satu dari empat parameter kemampuan
layan yang wajib untuk dipertimbangkan. Di dalam peraturan-peraturan terkait
perencanaan suatu struktur bangunan, dikenal istilah lendutan ijin, yakni lendutan
maksimum yang diperbolehkan terjadi pada suatu struktur tergantung dari fungsi
penggunaan, sifat pembebanan serta elemen-elemen yang didukung oleh struktur
tersebut. Lendutan ijin ini berbanding lurus dengan panjang bentang struktur yang
dimaksud. Semakin panjang bentang struktur tersebut, maka lendutan yang dijinkan
terjadi semakin besar. The American Association of State Highway and
Transportation Officials (AASHTO) memberlakukan batas layan yang dianggap
1
sebagai penyebab dari ketidaknyamanan pengguna jembatan dan kerusakan pada
lantai (deck) jembatan. Batas lendutan untuk beban hidup dari AASHTO adalah
L/800 untuk jembatan biasa dan L/1000 untuk jembatan pejalan kaki. Nilai batas
lendutan ini juga dipakai dalam RSNI T-03-2005 sebagai salah satu kontrol dalam
perancangan jembatan di Indonesia. Untuk baja dengan kekuatan tidak terlalu
tinggi, batas lendutan tidak terlalu berpengaruh pada jembatan jika ditinjau dari segi
ekonomis. Namun, dengan dikenalkannya baja berkekuatan tinggi (high
performance steel - HPS), batas lendutan menjadi lebih penting dalam desain
jembatan. (Barker, et al., 2011). Karena kekuatan leleh baja HPS yang lebih tinggi,
penampang yang lebih kecil dapat digunakan jika dibandingkan dengan baja pada
umumnya. Hal ini akan membuat kontrol lendutan menjadi lebih penting.
Di Indonesia, batas lendutan digunakan sebagai kontrol pada saat
perancangan sebuah struktur. Batas lendutan ini ditinjau terhadap beban pada
kondisi layan, namun, masih terdapat kesulitan untuk mendeteksi kondisi tegangan
pada saat pengujian struktur di lapangan. Belum ada penjelasan mengenai kondisi
tegangan pada komponen struktur saat komponen struktur tersebut menerima
lendutan maksimum. Keadaan inilah yang menjadi dasar dilakukannya penelitian
“Prediksi Rasio Tegangan Girder pada Struktur Jembatan Baja Berdasarkan Nilai
Lendutan” ini.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah belum adanya hubungan antara nilai lendutan maksimum dan rasio tegangan
jembatan gelajar baja.
1.3.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
1. Melakukan analisis kapasitas penampang dan gaya dalam yang terjadi
pada suatu struktur jembatan gelagar baja yang diberi beban layan.
2. Melakukan cek terhadap nilai lendutan dan rasio tegangan yang terjadi
pada saat struktur diberi beban layan.
2
3. Mencari hubungan antara nilai lendutan dan rasio tegangan pada profil
dan bentang jembatan yang bervariasi.
1.4.
Batasan Penelitian
Batasan-batasan dalam penelitian ini untuk melakukan analisis antara lain
adalah sebagai berikut :
1. Struktur yang digunakan adalah struktur jembatan gelagar baja.
2. Beban berupa berat sendiri struktur dan beban kendaraan rencana.
3. Parameter tinjauan adalah lendutan akibat dari kombinasi beban yang
bekerja pada jembatan gelagar baja.
1.5.
Manfaat Penelitian
Manfaat setelah dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
1. Mampu menjelaskan hubungan antara lendutan maksimum, rasio
tegangan dan beban pada komponen struktur baja dengan profil yang
ditinjau.
2. Dapat memprediksikan besar tegangan yang terjadi pada sebuah
struktur jembatan gelagar baja dengan menggunaan nilai lendutan hasil
uji pembebanan.
3. Menjadi referensi studi mengenai kemampuan layan pada jembatan
struktur gelagar baja.
1.6.
Keaslian Penelitian
Tugas akhir dengan bahasan tentang prediksi rasio tegangan girder pada
struktur jembatan baja berdasarkan nilai lendutan, baik yang terdapat di
Perpustakaan Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas
Gadjah Mada maupun di Universitas lainnya yang telah ditelusuri penulis, tidak
ditemukan judul atau pembahasan yang sama dengan Tugas Akhir ini. Maka dari
itu, Tugas Akhir ini dikatakan asli.
3
Download