PENDAHULUAN - ADI SETIAWAN

advertisement
PENDAHULUAN
 Pakar
pengukuran psikologis
Edward Lee Thorndike (1918
dalam Gulliksen, 1974) :
apapun yang ada di dunia ini
pastilah ada dalam jumlah
tertentu  perlu diketahui baik
kuantitas (jumlah) dan kualitas
(mutunya).


Metode : cara bertindak menurut
sistim aturan tertentu agar mencapai
hasil optimal (arti luas).
Metode : sistem aturan yang
menentukan jalan untuk mencapai
pengertian baru pada bidang ilmu
pengetahuan tertentu (arti sempit).
 Introspeksi
 Eksperimentasi
 Pengukuran
 Studi
psikologis,
kasus
 Metode Fenomenaologis
 Hermeutika (mempelajari
interpretasi makna), dsb.

Apa yang menentukan seorang
ilmuwan memilih menggunakan
metode tertentu dan bukan yang lain
dalam melaksanakan aktivitas
ilmiahnya ?
Jawaban :
 Pilihan metode ilmiah ditentukan oleh
paradigm yang dianut atau diyakini
oleh ilmuwan yang bersangkutan.


Paradigma : serangkaian keyakinan dasar
(metafisika) tentang perkara-perkara yang
bersifat ultim atau tentang prinsip-prinsip
dasar.
Hal itu berarti paradigma merepresentasikan
sebuah pandangan hidup bagi para pemeluk
atau penganutnya memberi makna tentang
hakikat dunia tentang individu di dalam dunia
serta tentang kemungkinan relasi dengan
dunia serta bagian-bagiannya yang terbuka
bagi individu.

Guba & Lincoln (1994) : sebuah paradigm
memang akan mewarnai keyakinan ilmuwan
aatau peneliti menyangkut tiga pertanyaan
fundamental dalam penelitian yaitu
pertanyaan ontologism, pertanyaan
epistemologis dan pertanyaan metodologis.



Berkisar tentang bentuk (form) dan hakikat
(nature) realitas yang menjadi objek penelitian
serta apa yang bisa diketahui tentang realitas
tersebut.
Paham Positivisme  menganut paham
realism yang menyatakan bahwa realitas
bersifat real atau benar-benar ada dan
tunggal.
Seperti apakah dan cara kerja aneka bendagejala yang terdapat di dalam realitas faktual
tersebut.

Melalui pendekatan yang bersifat
reduksionistik dan deterministik sebabakibat, penelitian ilmiah diyakini mampu
mengungkap “kebenaran” yang bersifat
tunggal tentang aneka benda dan gejala
dalam realitas nyata dunia semesta termasuk
kehidupan manusia.

Paham konstruktivisme menganut paham
relativisme  realitas bersifat tidak tunggal
tetapi jamak bahkan kadang-kadang saling
bertentangan sebab merupakan hasil
konstruksi mental yang bersifat lokal dan
spesifik dalam arti bahwa bentuk dan isinya
ditentukan oleh pengalaman masing-masing
orang atau kelompok orang yang
meyakininya atau mendukungnya.

Tugas ilmu pengetahuan adalah memahami
aneka konstruksi tentang realitas tersebut
dialektis satu sama lain agar aneka
konstruksi tentang realitas tersebut
mengalami revisi dan rekonstruksi secara
terus menerus.


Pertanyaan epistemologis berkisar
tentang hakikat relasi antar orang
yang tahu atau yang akan tahu dan
objek atau gejala yang bisa diketahui.
Bagaimana seharusnya posisi orang
yang akan tahu agar mampu mencapai
pengetahuan tentang realitas.


Jawaban terhadap terhadap pertanyaan ini
ditentukan oleh jawaban terhadap pertanyaan
ontologism yang sudah harus terjawab
terlebih dulu (Guba & Lincoln, 1994).
Kaum positivis realis  mengambil posisi
atau sikap objektif, mengambil jarak,
membebaskan diri dari nilai-nilai agar
mampu mengungkap kebenaran tentang
realitas yaitu seperti apakah hakikat dan cara
kerja aneka objek dan gejala yang
membentuk realitas tersebut.


Kaum konstruktivis  krn tugas ilmu
pengetahuan adalah memahami dan
membantu terjadinya revisi atas aneka
konstruksi tentang realitas secara
terus menerus  bersikap
transaksional dan subjektivis.
Bagi kaum konstruktivis pengetahuan
merupakan hasil penciptaan atau
konstruksi bersama melalui interaksi
antara para subjek yang terlibat dalam
proses penelitian dan responden
penelitian.


Cara peneliti atau subjek yang akan tahu
menemukan atau mengungkap apa saja yang
diyakini bisa diketahui tentang objek atau
gejala yang diteliti.
Jawaban terhadap pertanyaan ini ditentukan
oleh jawaban pertanyaan ontologism dan
pertanyaan epistemologis yang harus sudah
dijawab terlebih dulu.

Kaum positivis-realis  penerapan metodemetode penelitian eksperimental-manipulatif
yang memungkinkan peneliti mengontrol
atau mengendalikan aneka faktor yang bisa
mencemari proses maupun hasil verifikasi
(pembuktian kebenaran) atau falsifikasi
(pembuktian kekeliruan) aneka hipotesis 
khususnya aneka metode yang bersifat
objektif-kuantitatif.

Kaum konstruktivis akan lebih mengandalkan
metode-metode hermeneutic-interpretatif
yang bersifat dialektik dalam arti metodemetode penafsiran yang memungkinkan
pengungkapan tesis-antitesis-sintesis agar
mampu melakukan rekonstruksi atau revisi
dalam arti pemahaman baru atau berbeda
terhadap aneka konstruksi tentang realitas
yang selama ini diyakini oleh kelompok
subjek yang diteliti  memberikan
pencerahan baik peneliti maupun kelompok
subjek yang diteliti.

Dari segi ontologisnya  pengukuran
psikologis mengikuti pengandaian kaum
realis ketika meyakini bahwa kendati
bersifat abstrak maupun berbagai atribut
psikologis seperti intelegensia, bakat, sifat
kepribadian  sungguh-sungguh real nyata
ada dalam diri setiap individu atau pribadi
manusia.


Atribut psikologis merupakan variabel yang
bisa ada dalam kuantitas yang berlainan
bukan sesuatu yang konstan khususnya dari
orang ke orang - kekhususan individu
(individual differences) yang memberikan ciri
unik pada setiap orang.
Keberadaan aneka atribut psikologis dalam
kuantitas yang berlainan dalam diri setiap
orang tersebut bersifat relative permanen
atau tetap.

Epistemologisnya - pengukuran
psikologis menganut keyakinan bahwa agar
mampu mengungkap hakikat dan cara kerja
aneka atribut psikologis khususnya lewat
kegiatan pengukuran, peneliti harus hampu
bersikap dualis dalam arti mengambil jarak
terhadap objek penelitiannya dan bersifat
objektif dalam arti tidak boleh membiarkan
subjektivitas mempengaruhi proses dan
hasil penelitian atau pengukurannya.

Aneka faktor subjektif dipandang sebagai
sumber error (kesalahan) yang akan merusak
validitas (ketepatan) dan reliabilitas
(keajekan/keterandalan) hasil-hasil
pengamatan/pengukuran.


Pengukuran : kuantifikasi yaitu peneraan
bilangan pada suatu atribut psikologis
tertentu untuk menyatakan kuantitas atau
jumlahnya.



Hard sciences  kimia , fisika
Soft sciences  ilmu-ilmu sosial

Pengukuran psikologis cenderung berada
pada paradigm positivis-realis  dalam
perkembangannya dipengaruhi paradigm
konstruktivis-relativis.


Psikologi posmodernis  konstruktivisrelativis : pengetahuan sebagai produk
interaksi sosial.
Psikologi tradisional atau psikologi arus
utama  psikologi modernis : pengetahuan
sebagai refleksi atau pantulan objektif


Kedua  semua itu terbentuk melalui proses
historis dan menemukan atau mendapatkan
makna masing-masing dalam konteks
tertentu.
Ketiga  pengalaman individu terletak di
jejaring konstruksi yang dibentuk oleh
kebudayaan dan sejarah, mencampakkan
konsep subjek dan subjektivitas sebagai
entitas otonom sebaliknya memandang setiap
individu berada di jejaring relasi dengan
orang lain.


Keempat -> konsep identitas yang bersifat
ganda, transien atau sementara serba
mengalir-berubah-bergerak nonsubjectified
atau bebas dari perangkap subjek bersifat
disorganized atau liar-tak-terduga bersifat
decomposing atau cair serta plural.
Kelima -> untuk memahami aneka fenomena
dan peristiwa apalagi terkait manusia seorang
ilmuwan justru harus mengandalkan aneka
sarana ilmiah lunak meliputi antara lain
sejarah, sosiologi dan aneka pendekatan
kualitatif.


Ada dua arus metode dan cara
berpikir yang berkembang dalam
psikologi  psikologi ekperimental
dan psikologi korelasional.
Tugas psikologi eksperimental :
meneliti aneka korelasi yang
diciptakan oleh sang ilmuwan sendiri
dengan cara mengubah aneka kondisi
agar bisa mengamati konsekuensi
atau dampaknya.


Tugas psikologi korelasional : meneliti
aneka korelasi yang muncul secara
alamiah berupa variasi atau perbedaan
antar individu, kelompok sosial dan
spesies.
Bisa meneliti hal-hal di luar
kendalinya dan kiranya tidak pernah
mampu dikendalikannya.



Pengukuran psikologis : mengamati dan
mengorganisasi data hasil eksperimen alam
agar selanjutnya mampu membuat aneka
keputusan (decision making) dan/atau
merumuskan prediksi khususnya tentang
orang.
Penerapan pembuatan keputusan :
klasifikasi atau penempatan seseorang dalam
suatu kategori dan bukan kategori yang lain,
untuk berbagai tujuan atau keperluan.
Mencakup placement , screening atau
penyaringan, sertifikasi dan seleksi.


Penempatan -> membantu institusi memilah
orang-orang ke dalam sejumlah program
yang berlainan sesuai kebthan atau taraf
kemampuan masing-masing.
Penyaringan  mengidentifikasi orang-orang
yang mungkin memiliki karakteristik atau
kebutuhan khusus tertentu sehingga perlu
diberi perhatian atau pendampingan khusus.


Sertifikasi -> menguji kompetensi atau
kemampuan seseorang dalam bidang tertentu
untuk selanjutnya memberikan privelese atau
hak istimewa untuk melakukan peran atau
tugas terkait sesudah diperoleh bukti bahwa
orang tersebut memiliki kemampuan
minimum untuk melakukan peran atau tugas
terkait.
Seleksi -> memilih sebagian dari sejumlah
besar calon yang dipandang memenuhi syarat
untuk diterima belajar atau bekerja di
lembaga atau organisasinya.

Menyediakan sarana yang cepat, mudah dan
relatif murah untuk membuat keputusan dan
prediksi dalam rangka pengklasifikasian
orang untuk berbagai keperluan khususnya
dalam situasi yang lazimnya menuntut kita
memilih demi mendapatkan martabat
terbesar bagi sebanyak mungkin orang di
tengah ketersediaan sumber daya yang
umumnya terbatas.
Download