BAB II LANDASAN TEORI

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kinerja Keuangan
Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh
informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh
perusahaan yang bersangkutan.
Laporan keuangan dipersiapkan atau dibuat dengan maksud untuk memberikan
gambaran atau laporan kemajuan secara periodik yang dilakukan pihak manajemen
yang bersangkutan. Jadi laporan keuangan adalah bersifat historis serta menyuluruh dan
sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data yang merupakan
hasil dari suatu kombinasi antara fakta yang telah dicatat, prinsip-prinsip dan kebiasaan
di dalam akuntansi serta pendapat pribadi (Munawir,2004:6)
Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh
laporan keuangan perusahaan. Laporan keuangan perusahaan merupakan salah satu
sumber infrormasi yang penting di samping informasi yang lain seperti informasi
industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan. Ada tiga macam laporan
keuangan yang harus dihasilkan yaitu neraca, laporan rugi laba, laporan aliran kas.
Secara garis besar menurut ada 5 jenis rasio yang digunakan untuk menilai
kinerja keuangan perusahaan, yaitu sebagai berikut: (Mamduh, 2007: 76)
1. Rasio Likuiditas yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi
kewajiban jangka pendeknya.
2. Rasio Aktivitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana efektivitas penggunaan
asset dengan melihat tingkat aktivitas.
3. Rasio Solvabilitas yaitu rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan
perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
4. Rasio Profitabilitas yaitu rasio yang melihat kemampuan perusahaan
menhasilkan laba.
5. Rasio Pasar yaitu rasio yang melihat perkembangan nilai perusahaan relatif
terhadap nilai buku perusahaan.
B. NET PROFIT MARGIN
NPM merupakan rasio yang membandingkan antara laba bersih dengan
penjualan. Dimana rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang
diperoleh dari setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin
baik kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi.
Net Profit Margin menurut Munawir (2004 : 89) adalah sebagai berikut:
Net profit margin yaitu besarnya keuntungan operasi yang dinyatakan dalam
prosentase dan jumlah penjualan bersih, dimana net profit margin ini mengukur
tingkat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan dihubungkan dengan
penjualan.
Net Profit Margin adalah rasio menghitung sejauh mana kemampuan
perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Rasio ini biasa
diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran
efisien ) di perusahaan pada periode tertentu (Mamduh, 2007: 83)
Para investor pasar modal perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba. Hal ini penting sekali karena dengan mengetahui hal tersebut
investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable atau tidak. Semakin besar
NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan
meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut. Angka NPM dapat dikatakan baik apabila > 5 %.
Net Profit Margin menurut Prihadi (2008 : 59)sebagai berikut:
Profit margin atau net profit margin (laba bersih) mengukur kemampuan perusahaan
dalam rangka memberikan return kepada pemegang saham. Rasio ini digunakan
untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih
setelah dipotong pajak.
Hubungan antara laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan
kemampuan manajemen dalam menjalankan perusahaan secara cukup berhasil untuk
menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang telah
menyediakan modalnya untuk suatu resiko yang diambil dalam investasi. Hasil dari
perhitungan mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Operasi
Net Profit Margin (NPM) =
Penjualan
C. ROA (Return on Assets)
1. Pengertian ROA (Return on Assets)
ROA merupakan analisa profitabilitas yang sering menjadi tolak ukur yang
kemudian diproyeksikan untuk melihat kemampuan perusahaan menghasilkan laba
untuk masa yang akan datang.
Menurut (Mamduh,2007: 84) analisis ROA mengukur kemampuan perusahaan
menghasilkan laba dengan menggunakan total asset (kekayaan )yang dipunyai
perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk mendanai aset tersebut.
Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh
keuntungan bersih yang akan meningkatkan daya tarik perusahaan kepada investor.
Peningkatan daya tarik perusahaan menjadikan perusahaan tersebut makin diminati
investor, karena tingkat pengembalian akan semakin besar. Hal ini juga akan
berdampak bahwa harga saham dari perusahaan tersebut di Pasar Modal juga akan
semakin meningkat sehingga ROA akan berpengaruh terhadap harga saham
perusahaan. Angka ROA dapat dikatakan baik apabila > 2%.
ROA mengukur tingkat laba terhadap asset yang digunakan dalam menghasilkan
laba tersebut. ROA dapat diartikan dengan dua cara:
a. Mengukur kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan asset untuk
memperoleh laba.
b. Mengukur hasil total untuk seluruh penyedia sumber dana, yaitu kreditor dan
investor.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba Bersih
Return on Assets (ROA) =
Total Aktiva
2. Manfaat ROA
Adapun manfaat ROA adalah sebagai berikut:
a. Analisa ROA dapat digunakan untuk mengukur efisiensi tindakan-tindakan yang
dilakukan oleh divisi/bagian, yaitu dengan mengalokasikan semua biaya dan
modal ke dalam bagian yang bersangkutan untuk membandingkan efisien suatu
bagian dengan bagian yang lain di dalam perusahaan yang bersangkutan.
b. Analisa ROA dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas dari masingmasing produk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan menggunakan product
cost system yang baik, modal dan biaya dapat dialokasikan kepada berbagaibagai produk yang dihasilkan oleh perusahaan yang bersangkutansehingga dapat
dihitung profitabilitas dari masing-masing produk.
c. ROA dapat digunakan untuk keperluan control dan perencanaan. Dimana
sebagai contoh ROA dapat digunakan sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan jikalau perusaahaan akan melakukan ekspansi.
d. ROA dapat digunakan sebagai pembanding kinerja dengan perusahaan lain yang
sejenis melalui data rasio, sehingga dapat diketahui kekurangan dan kelemahan
perusahaan.
e. ROA dapat mengukur efisiensi penggunaan moda kerja, efisiensi produksi dan
efisiensi penjualan, dengan catatan perusahaan dapat menjalankan fungsi
akuntansi secara menyeluruh.
3. Kelemahan ROA
ROA mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut:
a. Dalam fungsinya ROA dapat digunakan pembanding kinerja dengan perusaahaan
lain yang sejenis, tetapi dalam praktiknya hal ini memunculkan kelemahan dari
analisa ROA itu sendiri. Hala ini dikarenakan adanya perbedaan dalam penerapan
praktek-praktek akauntansi dari masing-masing perusahaan.
b. Kelemahan yang lain terletak pada adanya fluktuasi nilai dari mata uang dimana
hal ini mempengaruhi daya beli dari perusaahan tersebut. Biasanya menyangkut
asset yang akan dibeli dengan mata uang asing.
4. Komponen –komponen ROA
ROA mempunyai dua komponen yang masing-masing menghasilkan analisa yang
lebih tajam.
a. ROA berbasis setelah pajak.
Net Income + After – Tax Interest Expense
ROA =
Average Total Asset
ROA ini mengukur semua hasil dimana dapat diartikan:
Laba bersih setelah pajak (net income) yang merupakan jatah investor bunga setelah
pajak (after tax interest expense)
b. ROA berbasis pada EBIT (earning before and tax)
EBIT
ROA
=
Average Total Asset
D. ROE (Return on Equity)
1 Pengertian ROE
ROE merupakan perbandingan antara laba bersih dengan modal (modal inti)
perusahaan dimana rasio ini menunjukkan tingkat persentase yang dapat dihasilkan.
ROE yang tinggi berarti para pemegang saham akan memperoleh dividen yang tinggi
pula dan kenaikan ROE akan menyebabkan kenaikan saham sehingga ROE sangat
penting bagi para calon investor dan pemegang saham.
Menurut Mamduh (2007 : 84) pengertian ROE adalah sebagai berikut:
ROE adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. Meskipun rasio ini mengukur
laba dari sudut panadang pemegang saham, rasio ini tidak memperhitungkan deviden
maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena itu rasio ini bukan mengukur
return pemegang saham yang sebenarnya.
2 Manfaat ROE
Adapun manfaat ROE sebagai berikut:
a. ROE digunakan untuk mengukur rate of return (tingkat imbalan hasil) ekuitas.
Semakin tinggi ROE yang dihasilkan perusahaan, akan semakin tinggi harga
sahamnya. Umumnya digunakan oleh para pemegang saham dan analis
sekuritas.
b. ROE digunakan untuk mengukur besarnya pengembalian terhadap investasi para
pemegang saham. Angka tersebut menunjukkan seberapa baik manajemen
memanfaatkan investasi para pemegang saham. ROE diukur 7 dalam satuan
persen. Tingkat ROE memiliki hubungan yang positif dengan harga saham,
sehingga semakin besar ROE semakin besar pula harga pasar, karena besarnya
ROE memberikan indikasi bahwa pengembalian yang akan diterima investor
akan tinggi sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut, dan
hal itu menyebabkan harga pasar saham cenderung naik.
c. ROE digunakan untuk mengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari
pengelolaan modal yang diinvestasikan oleh pemilik perusahaan. ROE diukur
dengan perbandingan antara laba bersih dengan total modal. Angka ROE yang
semakin tinggi memberikan indikasi bagi para pemegang saham bahwa tingkat
pengembalian investasi makin tinggi. Angka ROE dapat dikatakan baik apabila
> 12%.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Laba bersih – Deviden Saham Preferen
ROE =
Rata – rata Saham Biasa
Bagian atas persamaan tersebut (numerator) mencerminkan bagian laba yang bisa
dialokasikan ke pemegang saham untuk periode tertentu, setelah semua hak-hak
kreditur dan saham preferen telah dilunasi. Biaya bunga telah dikurangkan dari laba
bersih, sementara dividen untuk saham preferen belum dikurangkan. Karena itu
deviden untuk saham preferen harus dikurangkan dari laba bersih perusahaan untuk
memperoleh hak bersih pemegang saham biasa. Pembagi (denominator) persamaan di
atas mengukur rata-rata jumlah saham yang digunakan selama periode tersebut.
Untuk menghitung saham biasa, saham preferen biasanya dikurangkan dari total
saham. (Mamduh, 2007: 185)
E. Debt to Equity Ratio (DER)
DER merupakan rasio yang
menunjukkan komposisi dari total hutang
terhadap total ekuitas. Semakin tinggi DER menunjukkan komposisi total hutang
semakin besar dibanding dengan total modal sendiri, sehingga berdampak semakin
besar terhadap beban perusahaan bagi pihak luar (kreditur).
Modal dalam suatu bisnis merupakan salah satu sumber kekuatan untuk dapat
melaksanakan aktivitas perusahaan. Dimana struktur modal yang berkaitan dengan
sumber dana baik yang berasal dari para kreditur maupun sumber dana sendiri
merupakan modal pinjaman bagi perusahaan. Struktur modal berkaitan erat dengan
profitabilitas. Perusahaan akan terus menjaga keseimbangan struktur antara hutang
dengan ekuitas dengan cara memilih sumber dana dengan biaya rendah diantara
banyak sumber dana alternatif yang ada.
Segala kebijakan yang akan diambil perusahaan akan sangat dipengaruhi oleh
para pemegang saham. Termasuk kebijakan dalam pencarian sumber dana dimana
akan mencari sumber dana yang berbiaya murah sesuai dengan struktur modal
perusahaan sehingga dapat digunakan untuk aktivitas perusahaan.
Struktur modal berdasarkan sumber baik sumber internal maupun eksternal
dapat dibedakan menjadi dua kerangka teori yaitu
1. Balance theory
Berdasarkan balance theory, perusahaan mendasarkan kebijakan pendanaan
pada struktur modal yang optimal. Struktur modal yang optimal dibentuk
dengan menyeimbangkan manfaat dari penghematan Pajak atas penggunaan
utang terhadap biaya kebangkrutan.
2. Pecking order theory
Berdasarkan
pecking order theory, perusahaan lebih cenderung memilih
pendanaan yang berasal dari internal daripada eksternal. Apabila digunakan dana
yang berasal dari eksternal maka urutan pendanaan yang disarankan adalah
pertama dari utang, diikuti penerbitan ekuitas baru dan yang terakhir dari laba
ditahan.
DER menggambarkan besarnya proporsi antara total debt (total hutang) dan
total shareholder’s equity (total modal sendiri). Dimana Total debt merupakan total
liabilities (baik utang jangka pendek maupun jangka panjang); sedangkan total
shareholders’equity merupakan total modal sendiri (total modal saham yang disetor
dan laba yang ditahan) yang dimiliki perusahaan.
Total Hutang
Debt Equity Ratio =
Jumlah Modal sendiri
F. Pengaruh Variabel-Variabel Terhadap ROE
1. Pengaruh Return on Asset Terhadap Return on Equity
ROA memperhitungkan kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba
terlepas dari pendanaan yang dipakai. Sedangkan ROE secara eksplisit
memperhitungkan kemampuan perusahaan menghasilkan suatu laba bagi
pemegang saham biasa, setelah memperhitungkan bunga (biaya hutang) dan
deviden saham preferen ( biaya saham preferen). Laba yang diperoleh oleh
perusahaan dengan menggunakan aktiva yang dimiliki bisa dialokasikan ke
beberapa pemberi dana. Sisa laba bersih yang tidak dialokasikan ke hutang atau
saham preferen menjadi bagian pemegang saham biasa sebagai pemegang hak
sisa laba bersih setelah dikurangi hak pemegang hutang dan hak pemegang saham
preferen. Demikian juga pembiayaan aset, bagian aset yang tidak dibiayai oleh
hutang atau oleh saham preferen, harus dibiayai oleh saham biasa, Mamduh
( 2007: 180).
2. Pengaruh Net profit margin Terhadap Return on Equity
Net profit margin menunjukkan ukuran (dalam hal ini rasio) kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan pendapatan bersihnya (dalam hal ini net income
after tax) terhadap total penjualan (bersih) yang dicapai. Semakin tinggi rasio net
income yang dicapai oleh perusahaan terhadap penjulan bersihnya menunjukkan
semakin efektif operasional perusahaan dalam menghasilkan laba bersihnya.
Dengan meningkatnya rasio ini menunjukkan semakin baik kinerja perusahaan.
Dengan demikian hubungan antara rasio Net profit margin dengan kinerja
perusahaan adalah positif. Nilai Net profit margin yang semakin tinggi maka
berarti semakin efisien biaya yang dikeluarkan, yang berarti semakin besar tingkat
kembalian keuntungan bersih (Robert Ang, (1997) yang dikemukakan oleh Sahata,
2007).
Net profit margin, merupakan rasio antara laba bersih dengan penjualan,
yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh biaya termasuk pajak
dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi net profit margin semakin baik
operasi
suatu
perusahaan
karena
menampakkan
keberhasilannya
dalam
meningkatkan penjualan yang dibarengi dengan peningkatan yang sangat besar
dalam pengorbanan biayanya (Pieter Leunupun, (2003) yang dikemukakan oleh
Aminatuzzahra, 2010).
3. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Return on Equity
Dari sudut pandang manajemen keuangan, rasio leverage keuangan
merupakan salah satu rasio yang banyak dipakai untuk meningkatkan (leveraged)
profitabilitas perusahaan. Rasio leverage membawa implikasi penting dalam
pengukuran risiko finansial perusahaan. Terdapat pengaruh negatif pada leverage
keuangan yakni bahwa profitabilitas perusahaan berkurang sebagai akibat dari
penggunaan hutang perusahaan yang besar, sehingga dapat menyebabkan biaya tetap
yang harus ditanggung lebih besar dari operating income yang dihasilkan hutang
tersebut, Perusahaan dengan laba bertumbuh akan memperkuat hubungan DER
dengan profitabilitas yaitu dimana profitabilitas meningkat seiring dengan DER yang
rendah (Cryllius Martono, (2002) yang dikemukakan oleh Aminatuzzahra, 2010).
Tinggi-rendahnya debt equity ratio (yang merupakan output dari struktur
modal) akan mempengaruhi tingkat pencapian return on equity (ROE) yang
dicapai oleh perusahaan. Jika biaya yang ditimbulkan oleh pinjaman (cost of debt
– kd) lebih kecil daripada biaya modal sendiri (cost of equity – ke), maka sumber
dana yang berasal dari pinjaman atau hutang akan lebih efektif dalam
menghasilkan laba (meningkatkan return on equity); demikian sebaliknya
(Brigham, (1983) yang dikemukakan oleh Sahata, 2007).
G. Penelitian Terdahulu
1. Theresia. (2010).
Melakukan penelitian mengenai Analisis Pengaruh Struktur Modal Terhadap
Tingkat Pengembalian Modal Sendiri (Studi Kasus Pada Perusahaan Properti dan
Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Dimana tujuan penelitian
adalah untuk menganalisis pengaruh struktur modal terhadap tingkat pengembalian
modal sendiri (studi kasus pada perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di
bursa efek Indonesia). Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode analisis
deskriptif dan metode analisis statistik. Data yang digunakan adalah data sekunder.
Penelitian ini menggunakan data penelitian berjumlah 39 Perusahaan. Pengujian
hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji F dan uji t, dengan tingkat signifikansi
(α) 5%. Hasil uji F menunjukkan bahwa pada sektor properti dan manufaktur
variabel Debt to Asset Ratio (DAR) dan Debt To Equity Ratio (DER) dan Longterm
Debt To Equity Ratio (LDER) dapat mengestimasi variabel Return on Equity (ROE)
dalam model analisis. Hasil uji t (secara individual) menunjukkan bahwa pada
sektor properti masing-masing variabel Debt to Asset Ratio (DAR), Longterm Debt
To Equity Ratio (LDER) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return on
Equity (ROE) sedangkan Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap
Return on Equity (ROE).
2. Seri Agustina (2009)
Seri agustina dalam abstraksinya mengemukakan mengenai Analisa
Pengaruh Return on Assets (ROA) Dan Debt to Total Asset terhadap Return on
Equity (ROE) dimana jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif
dan penelitian analisis, teknik pengambilan sampel yang dilakukan adalah
perusahaan yang go-public di BEJ ( 2001-2005) dan perusahaan yang dijadikan
sampel adalah perusahaan yang bergerak pada sektor industri property. Hasil dari
penelitian menunjukkan bahwa pengaruh ROA Terhadap ROE sebesar 6.3 %
sedangkan 93.7 % dipengaruhi oleh faktor lainnya. Sementara tingkat uji signifikasi
menunjukkan Ho ditolak dengan perhitungan t hitung > t tabel yaitu t hitung
diperoleh sebesar 3.205 sementara t tabel diperoleh sebesar 1.96 pada tingkat
kepercayaan 95 persen (α=0,05). Sedangkan pengaruh Debt To Total Asset
Terhadap ROE sebesar 0.6 % sedangkan 99.4 % dipengaruhi oleh faktor lainnya.
Sementara tingkat uji signifikasi menunjukkan Ho diterima dengan perhitungan t
hitung < t tabel yaitu t hitung diperoleh sebesar 0.884 sementara t tabel diperoleh
sebesar 1.96 pada tingkat kepercayaan 95 persen (α=0,05).
3. Sahata Pardomuan Sidabutar (2007)
Sahata Pardomuan Sidabutar, SE melakukan penelitian mengenai Analisa
Pengaruh Kepemilikan Institusi, Net Profit Margin, Debt to Equity Ratio, dan
Rasio-Rasio Bank Terhadap REO (Studi Empiris: Perusahaan perbankan Yang
Listed di BEJ Periode 2003-2005) yang mana penelitian ini dilakukan untuk
menguji pengaruh variabel Kepemilikan saham Institusi, Net Profit Margin (NPM),
Debt to Equity Ratio (DER), BOPO dan GWM terhadap Return on Equity (ROE).
Populasi dalam penelitian ini adalah 25 bank yang listed di BEJ. Teknik analisis
yang digunakan adalah regresi berganda dengan persamaan kuadrat terkecil dan uji
hipotesis menggunakan t-statistik untuk menguji koefisien regresi parsial serta fstatistik untuk menguji keberartian pengaruh secara bersama-sama dengan level of
significance 5%. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa data NPM, DER, dan
GWM secara parsial signifikan berpengaruh positif terhadap ROE perusahaan
perbankan di BEJ periode 2003-2005 pada level of significance kurang dari 5%,
BOPO berpengaruh signifikan negatif terhadap ROE, namun Institutional
ownership tidak berpengaruh signifikan terhadap ROE dengan signifikansi lebih
besar dari 5%. Sementara secara bersama-sama (Kepemilikan saham Institusi, Net
Profit Margin (NPM), Debt to Equity Ratio (DER), BOPO dan GWM) terbukti
signifikan berpengaruh terhadap ROE perusahaan di BEJ pada level kurang dari
5%. Kemampuan prediksi dari kelima variabel tersebut terhadap ROE sebesar
73,8%, sedangkan sisanya 26,2% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dimasukkan ke dalam model penelitian.
Download