BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS A. Manajemen Sumber daya Manusia 1. Pengertian Sumber daya Manusia Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam bidang /fungsi produksi, pemasaran, keuangan, ataupun kepegawaian. Karena sumberdaya manusia (SDM) diangggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis sehingga di sebut manajemen sumber daya manusia. Istilah manajemen mempunyai arti sebagai pengetahuan tentang bagaimana seharusnya mengelola sumber daya manusia. Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi manajemen bukan hanya terdapat hanya pada bahan mentah, alat-alat kerja, mesin-mesin produksi, uang dan lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut karyawan (sumber daya manusia) yang mengelola factor produksi lainnya tersebut. Namun, perlu di ingat bahwa sumber daya manusia sendiri sebagai faktor produksi, seperti halnya factor produksi yang lainnya, merupakan masukan (input) yang diolah oleh perusahaan dan menghasilkan keluaran (output). Karyawan baru yang belum memiliki ketrampilan dan keahlian dilatih, sehingga menjadi 8 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 9 karyawan yang terampil dan ahli. Apabila dia dilatih lebih lanjut serta diberikan pengalaman dan motivasi, dia akan menjadi karyawan yang matang. Pengolahan sumber daya manusia inilah yang disebut Manajemen SDM. Pengertian manajemen sumber daya manusia menurut Panggabean, MSDM adalah proses yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pimpinan dan pengendalian kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan analisis pekerjaan,evaluasi pekerjaan, pengadaan, pengembangan, kompensasi, promosi dan pemutusan hubungan kerja guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Mathis dan Jackson (2006) SDM adalah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan organisasi. Demikian pula menurut The Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD) dalam Mullins (2005). Sumber daya manusia dinyatakan sebagai strategi perancangan, pelaksanaan dan pemeliharaan untuk mengelola manusia untuk kinerja usaha yang optimal termasuk kebijakan pengembangan dan proses untuk mendukung strategi. Menurut Marwansyah (2010:3), manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai pendayagunaan sumber daya manusia di dalam organisasi, yang dilakukan melalui fungsi-fungsi perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia, perencanaan dan pengembangan karir, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan kerja, dan hubungan industrial. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) merupakan proses pendayagunaan sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan dengan pengaplikasian fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia seperti perencanaan sumber daya manusia, rekrutmen dan seleksi, pengembangan sumber daya manusia,, pemberian kompensasi dan kesejahteraan, keselamatan dan kesehatan pekerja, penilaian prestasi kerja, pelatihan dan pengembangan, promosi dan pemutusan hubungan kerja, sehingga mampu memberikan kontribusi secara efektif dan efisien sesuai dengan harapan usaha perorangan, badan usaha, perusahaan, lembaga, maupun instansi. 2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia Fungsi manajemen sumber daya manusia menurut Dessler (2010) diklasifikasikan menjadi dua fungsi pokok. Kedua fungsi manajemen sumber daya manusia tersebut yaitu : 1. Fungsi manajerial : a) Perencanaan Menetapkan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan dan bagaimana cara mencapai tujuan tersebut. Untuk seorang manajer personalia perencanaan berarti menetapkan terlebih dahulu program personalia yang akanmembantu tujuan perusahaan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 b) Pengorganisasian Mengadakan pembagian tugas atau struktur hubungan antara pekerjaan pengkelompokan tenaga kerja sehingga tercapai suatu organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. c) Pengarahan Setelah perencanaan dan pengorganisasian telah ditetapkan, maka fungsi ini adalah sebagai memberitahukan pelaksanaannya kesalahan karyawan, seperti menunjukkan melatih memikirkan dan suatu perangsang, hadiah atau sanksi kepada karyawan sesuai dengan prestasi kerja yang mereka raih. d) Pengendalian Tindakan atau aktivitas yang dilakukan manajer untuk melakukan pengamatan, penelitian, serta penilaian dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi yang sedang atau telah berjalan untuk mencapai tujuan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. 2. Fungsi operasional : a) Pengadaan Merupakan usaha untuk menyediakan tenaga kerja yang dibutuhkan menurut jumlah dan mutu atau keahlian tertentu dengan cara mencari asal sumber tenaga kerja yang dibutuhkan, melaksanakan proses seleksi dan memanfaatkan tenaga kerja atas prinsip penyesuaian antara kebutuhan dan penyediaan tenaga kerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 b) Pengembangan Merupakan proses peningkatan kemampuan dan keterampilan, baik kemampuan manajerial maupun kemampuan teknis operasional, sebab penarikan, seleksi dan penempatan karyawan dijalankan dengan baik belum tentu menjamin bahwa mereka dapat menjalankan pekerjaannya di tempat yang baru dengan sebaik mungkin. c) Kompensasi Pemberian imbalan atau penghargaan yang adil dan layak dari pihak perusahaan terhadap para karyawannya atas prestasi yang telah diberikan oleh karyawan. d) Integrasi Usaha mempengaruhi para karyawan sedemikian rupa sehingga segala tindakan-tindakan mereka dapat diarahkan pada tujuan yang menguntungkan perusahaan, pekerjaan dan rekan sekerja. e) Pemeliharaan Memelihara para karyawan sehingga nyaman dan mampu bekerja dengan baik di perusahaan. f) Pemutusan hubungan kerja Kegiatan perusahaan untuk mengembalikan tenaga kerja kedalam masyarakat setelah membaktikan tenaganya dalam perusahaan diantaranya dengan : pemensiunan, pemberhentian sementara, pemberhentian dengan hormat, pemecatan, penggantian tenaga kerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 13 3. Tujuan Manajemen Sumber Daya Manusia Tujuan manajemen sumber daya manusia adalah memperbaiki kontribusi produktif orang-orang atau tenaga kerja terhadap organisasi atau perusahaan dengan cara yang bertanggung jawab secara strategis, etis dan sosial. Empat tujuan manajemen sumber daya manusia menurut Stoner (2013), sebagai berikut: 1) Tujuan Sosial Tujuan sosial manajemen sumber daya manusia adalah agar organisasi atau perusahaan bertanggungjawab secara sosial dan etis terhadap keutuhan dan tantangan masyarakat dengan meminimalkan dampak negatifnya. 2) Tujuan Organisasional Tujuan organisasional adalah sasaran formal yang dibuat untuk membantu organisasi mencapai tujuannya. 3) Tujuan Fungsional Tujuan fungsional adalah tujuan untuk mempertahankan kontribusi departemen sumber daya manusia pada tingkat yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. 4) Tujuan Individual Tujuan individual adalah tujuan pribadi dari tiap anggota organisasi atau perusahaan yang hendak mencapai melalui aktivitasnya dalam organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 B. Kecerdasan Emosional 1. Pengertian kecerdasan emosional Goleman (2000) dalam mangkunegara (2009:164) mengemukakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam meghadapi kegagalan, mengendalikan emosi dan menunda kepuasan, serta mengatur keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan dan mengatur suasana mengetahui cara berkomunikasi dengan menggunakan intelektual dan perasaan. Masalah yang terbesar dalam komunikasi adalah kesalahpahaman yang terjadi karena orang gagal menyampaikan apa yang dipikirkan dan di rasakan. Robbins dan Judge (2009:335) mendefinisikan kecerdasan emosional (emotional intelligence-EI) sebagai kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-petunjuk dan informasi emosional. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk memotivasi diri sendiri dan bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati, dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, mengatur suasana hati, dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berpikir, berempati dan berdoa (Goleman, 1998 dalam Masaong dan Tilomi, 2011:2). Masaong dan Tilomi (2011:69) secara sederhana kecerdasan emosional diartikan sebagai kegunaan emosi secara cerdas. Kecerdasan emosional didefinisikan sebagai kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi (Cooper dan Sawaf, 2002 dalam Masaong dan Tilomi, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 2011:69). Kecerdasan emosional diartikan sebagai suatu instrumen untuk menyelesaikan masalah dengan rekan kerja, membuat kesepakatan dengan pelanggan yang rewel, mengkritik atasan, menyelesaikan tugas sampai selesai, dan dalam berbagai tantangan lain yang dapat merusak kesuksesan (Weisinger, 2006 dalam Masaong dan Tilomi, 2011:69). sebagai kemampuan untuk Kecerdasan emosional diartikan "mendengarkan" bisikan emosional, dan menjadikannya sebagai sumber informasi maha penting untuk memahami diri sendiri dan orang lain demi mencapai sebuah tujuan (Ginanjar, 2003 dalam Masaong dan Tilomi, 2011:69). Dari definisi-definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan, memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, koneksi, dan pengaruh manusiawi untuk menyelesaikan masalah demi mencapai sebuah tujuan. 2. Dimensi dan Indikator Kecerdasan Emosional Emotional Intelligence/EQ (Kecerdasan Emosional) menurut Goleman dalam mangkunegara (2009:167) adalah kemampuan merasakan, memahami, dan dengan efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber energi, informasi, dan pengaruh yang manusiawi. Berikut adalah dimensi kecerdasan emosional menurut mangkunegaran (2009:167) yaitu: a) Self awareness, artinya mengetahui keadaan dalam diri, hal-hal yang lebih disukai, dan intuisi. Kompentensi dalam dimensi pertama adalah http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 mengenali emosi sendiri, mengetahui kekuatan dan keterbatasan diri, dan keyakinan akan kemampuan sendiri. b) Self regulation, artinya mengelola keadaan dalam diri dan sumber daya diri sendiri. Kompetensi dimensi kedua ini adalah menahan emosi dan dorongan negatif, menjaga norma kejujuran dan integritas, bertanggung jawab atas kinerja pribadi, luwes terhadap perubahan, dan terbuka terhadap ide-ide serta informasi baru. c) Motivation, artinya dorongan yang membimbing atau membantu peraihan sasaran atau tujuan. Kompetensi dimensi ketiga adalah dorongan untuk menjadi lebih baik, menyesuaikan dengan sasaran kelompok atau organisasi, kesiapan untuk memanfaatkan kesempatan, dan kegigihan dalam memperjuangkan kegagalan dan hambatan. d) Empathy, yaitu kesadaran akan perasaan, kepentingan, dan keprihatinan orang. Dimensi ke-empat terdiri dari kompetensi understanding others, developing others, customer service, menciptakan kesempatan-kesempatan melalui pergaulan dengan berbagai macam orang, membaca hubungan antara keadaan emosi dan kekuatan hubungan suatu kelompok. e) Social skills, artinya kemahiran dalam menggugah tanggapan yang dikehendaki oleh orang lain. Diantaranya adalah kemampuan persuasi, mendengar dengan terbuka dan memberi pesan yang jelas, kemampuan menyelesaikan pendapat, semangat leadership, kolaborasi dan kooperasi, serta team building. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 Menurut Goleman dalam mangkunegara (2009:167) terdapat lima indikator kecerdasan emosional, yaitu: 1) Mengenali emosi diri. Yaitu kesadaran diri atau kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. 2) Mengelola emosi. Yaitu kemampuan menangani agar perasaan dapat terungkap dengan pas atau selaras hingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. 3) Memotivasi diri sendiri. Yaitu kemampuan untuk menata emosi sebagai alat untuk mencapai tujuan. 4) Mengenali emosi orang lain. Kemampuan untuk mengenali orang disebut juga empati. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain keluar dari kesusahannya. 5) Membina hubungan. Adalah mampu mengenali emosi masing-masing individu dan mengendalikannya. Sebelum dapat mengendalikan emosi orang lain, seseorang harus mampu mengendalikan emosinya sendiri dan mampu berempati. Individu yang hebat dalam membina hubungan dengan orang lain akan sukses dalam bidang apapun yang mengandalkan pergaulan yang mulus dengan orang lain. 3. Manfaat Kecerdasan Emosional Menurut Masaong dan Tilomi (2011:75-76) berpendapat bahwa kecerdasan emosional (EQ) yang tinggi akan sangat bermanfaat dan berpengaruh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 pada peningkatan kualitas hidup yang lebih baik sehingga kehidupan ini dapat memberi nilai yang tak terduga. Berikut ini manfaat dari kecerdasan emosional (EQ) : 1) Mengatasi Stres. Stres merupakan tekanan yang timbul akibat beban hidup dan dapat dialami oleh siapa saja. Toleransi terhadap stres merupakan kemampuan untuk bertahan terhadap peristiwa buruk dan situasi penuh tekanan. Orang yang cerdas secara emosional mampu menghadapi kesulitan hidup dengan kepala tegak, tegar, dan tidak hanyut oleh emosi yang kuat. 2) Mengendalikan Dorongan Hati (Menahan Diri) Merupakan karakteristik emosi untuk menunda kesenangan sesaat untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Mengendalikan dorongan hati merupakan salah satu seni bersabar dan menukar rasa sakit atau kesulitan saat ini dengan kesenangan yang jauh lebih besar di masa yang akan datang. Mengelola Suasana Hati Merupakan kemampuan emosional yang meliputi kecakapan untuk tetap tenang dalam suasana apapun, menghilangkan gelisah yang timbul, mengatasi kesedihan atau berdamai dengan sesuatu yang menjengkelkan. Aristoteles mengatakan bahwa marah itu mudah akan tetapi untuk marah kepada orang yang tepat, tingkat yang tepat, waktu, tujuan dengan cara yang tepat hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang cerdas secara emosi. 3) Dapat Memotivasi Diri Orang yang mampu memotivasi diri sendiri akan cenderung sangat produktif dan efektif dalam hal apapun yang dihadapi. Ada begitu banyak cara dalam memotivasi diri sendiri antara lain dengan banyak http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 membaca buku atau artikel-artikel positif, tetap fokus pada impian, mengevaluasi diri, dan terus melakukan intropeksi diri. 4) Memiliki Kemampuan Sosial Orang yang cerdas secara emosi mampu menjalin hubungan sosial dengan siapa saja. Seseorang yang memiliki kemampuan sosial dapat bergaul, menyenangkan, dan tenggang rasa terhadap orang lain. 5) Mampu Memahami Orang Lain Menyadari dan menghargai orang lain adalah hal terpenting dalam kecerdasan emosi. Hal ini disebut dengan empati. Keuntungan yang didapatkan dari memahami orang lain adalah kita lebih banyak pilihan tentang cara bersikap dan memiliki peluang lebih baik untuk berkomunikasi dan menjalin hubungan baik dengan orang lain. 4. Karakteristik Kecerdasan Emosional Patton dalam Mangkunegara (2008:173) mengemukakan ada delapan karakteristik kecerdasan emosional yang perlu dimiliki, yaitu : kesabaran, keefektifan, pengendalian dorongan, paradigma, ketetapan hati, pusat jiwa, temperamen, dan kelengkapan. a) Mengetahui Emosi Mangkunegara (2008:174) mengatakan bahwa kemampuan untuk mengetahui emosi dengan cara antara lain : 1. Mengetahui cetusan temperamen dan berusaha menghindari arus tidak sehat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 2. Menghentikan membenci, karena tidak mungkin mengarahkan perasaan negatif secara efektif. 3. Mempelajari cara-cara yang lebih baik untuk merespon tekanantekanan. b) Mengelola Emosi Patton dalam Mangkunegara (2008:174) menjelaskan cara mengelola emosi yaitu : 1. Belajar mengidentifikasi apa biasanya yang memicu emosi dan respon apa yang biasa diberikan. 2. Belajar dari kesalahan. 3. Belajar membedakan segala hal di sekitar yang dapat memberikan pengaruh dan yang tidak memberikan pengaruh. Dengan demikian akan memperoleh keharmonisan batin yang lebih baik. 4. Belajar untuk selalu bertanggung jawab terhadap setiap tindakan agar dapat mengendalikan emosi. 5. Belajar mencari kebenaran. 6. Belajar memanfaatkan waktu secara maksimal untuk menyelesaikan suatu masalah. 7. Belajar menggunakan kekuatan dan sekaligus kerendahan hati. Jangan merendahkan diri dan orang lain. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 C. Lingkungan Kerja 1. Pengertian Lingkungan Kerja Pengertian lingkungan kerja menurut Basuki dan Susilowati (2005:40) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada di lingkungan yang dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung seseorang atau sekelompok orang di dalam melaksanakan aktivitasnya. Menurut Sedarmayanti (2009:31) lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Sedangkan lingkungan kerja nonfisik adalah semua keadaan yang terjadi berkaitan dengan hubungan kerja, baik hubungan dengan atasan maupun dengan rekan kerja. Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangatlah penting, dalam hal ini diperlukan pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja bahwa lingkungan kerja perkantoran meliputi semua ruangan, halaman dan area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk kegiatan perkantoran. Persyaratan kesehatan lingkungan kerja dalam keputusan ini diberlakukan baik terhadap kantor yang berdiri sendiri maupun yang berkelompok. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 Dari sejumlah pengertian lingkungan kerja menurut para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar karyawan pada saat bekerja baik fisik maupun nonfisik yang dapat mempengaruhi karyawan saat bekerja. Jika lingkungan kerja kondusif, maka karyawan bisa aman, nyaman dan jika lingkungan kerja tidak mendukung maka karyawan tidak bisa aman dan nyaman. 2. Dimensi dan Indikator Lingkungan Kerja Berikut beberapa dimensi dan indikator yang diuraikan Mangkunegara (2009), yaitu : a. Dimensi kondisi lingkungan kerja fisik yang meliputi indikator sebagai berikut : 1) Penerangan / cahaya di tempat kerja Cahaya lampu sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, karena jika cahaya lampu yang tidak memadai akan berpengaruh terhadap keterampilan karyawan yang dalam melaksanakan tugas-tugasnya banyak mengalami kesalahan yang pada akhirnya pengerjaannya kurang efisien sehingga tujuan perusahaan sulit untuk dicapai. 2) Temperatur / suhu udara di tempat kerja. Setiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur yang berbeda. Manusia selalu mempertahankan tubuhnya dalam keadaan normal, dengan suatu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya. Manusia dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. 3) Kelembaban di tempat kerja. Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasanya dinyatakan dalam persentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara. Jika keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar, karena sistem. Selain itu, semakin cepatnya denyut jantung diakibatkan aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia akan selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu disekitarnya. 4) Sirkulasi udara di tempat kerja. Udara disekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau bau-bauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu proses metabolisme. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja, maka akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani, sumber utamanya adalah tanaman di sekitar tempat kerja, karena tanaman merupakan penghasil oksigen yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 dibutuhkan oleh manusia. Dengan terciptanya rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja. 5) Kebisingan di tempat kerja. Kebisingan merupakan suatu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga, karena jika dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan dalam bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan dalam berkomunikasi. Bahkan menurut penelitian, kebisingan serius dapat menyebabkan kematian. Kriteria pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien. 6) Tata warna di tempat kerja. Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik mungkin, karena pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena pengaruh warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. 7) Dekorasi di tempat kerja. Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena dekorasi tidak hanya berkaitan dengan hiasan ruang kerja saja, akan tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tata letak, tata warna, perlengkapan, dan lainnya untuk bekerja. 8) Keamanan di tempat kerja. Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman, maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 faktor kemanan perlu diwujudkkan keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja adalah dengan memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanann (SATPAM). b. Dimensi kondisi lingkungan kerja non fisik yang meliputi indikator sebagai berikut : 1) Faktor lingkungan sosial Lingkungan sosial yang sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan adalah latar belakang keluarga, yaitu antara lain status keluarga, jumlah keluarga, tingkat kesejahteraan dan lain-lain. 2) Faktor status sosial Semakin tinggi jabatan seseorang semakin tinggi pula kewenangan dan keleluasaan dalam mengambil keputusan. c. Dimensi kondisi psikologis dari lingkungan kerja yang meliputi indikator sebagai berikut : 1) Rasa bosan Kebosanan kerja dapat disebabkan perasaan yang tidak enak, kurang bahagia, kurang istirahat dan perasaan lelah. 2) Keletihan dalam bekerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 Keletihan kerja terdiri atas dua macam yaitu keletihan kerja psikis dan keletihan psikologis yang dapat menyebabkan meningkatkan absensi, turn over, dan kecelakaan. D. Kinerja Karyawan 1. Pengertian kinerja Mangkunegara (2006:67), mengemukakan pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Kinerja menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2006:378) adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan. Menurut Mangkunegara (2008:67) mengemukakan bahwa: Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Menurut Sedarmayanti (2011:260) mengungkapkan bahwa : Kinerja merupakan terjemahan dari performance yang berarti Hasil kerja seorang pekerja, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus dapat ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan). Menurut Wibowo (2010 : 7) mengemukakan bahwa : Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari pekerjaan tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dikemukakan bahwa kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai oleh seorang pegawai sesuai dengan standar dan kriteria yang telah ditetapkan dalam kurun waktu tertentu. 2. Indikator dan Dimensi Kinerja Karyawan Mangkunegara (2009:14) mengatakan bahwa kinerja (performance) dipengaruhi oleh tiga faktor atau dimensi, yaitu: a) dimensi individual (atribut individu) b) dimensi psikologis (upaya kerja atau work effort) c) dimensi organisasi (dukungan organisasi) 1. Dimensi atribut individu memiliki indikator-indikator: 2. 3. Kemampuan Keahlian Latar belakang Dimensi upaya kerja (work effort) memiliki indikator-indikator: Persepsi Attitude Personality Pembelajaran Motivasi Dimensi dukungan organisasi memiliki indikator-indikator: Sumber daya Kepemimpinan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 3 Penghargaan Struktur organisasi Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Tinggi rendahnya kinerja seorang pegawai tentunya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhinya baik secara langsung ataupun tidak langsung. Mangkunegara (2009:67) menyatakan bahwa: Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). Sedangkan menurut Keith Davis dalam Mangkunegara (2009:67) dirumuskan bahwa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja adalah : 1. Human Performance = Ability + Motivation Motivation = Attitude + Situation Ability = Knowledge + Skill Faktor Kemampuan Secara psikologis, kemampuan (Ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge + Skill). Artinya, pegawai yang memiliki IQ rata-rata (IQ 110 – 120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai prestasi kerja yang diharapkan. Oleh karena itu, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya (the right man on the right place, the right man on the right job). 2. Faktor Motivasi Motivasi terbentuk dari sikap seorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Sikap mental merupakan kondisi mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal. Sikap mental seorang pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik (sikap secara mental, fisik, tujuan dan situasi). Artinya seorang pegawai harus siap mental, mampu secara fisik, memahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai serta mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja. Menurut Timple yang dikutip oleh Mangkunegara (2006:15) faktor-faktor kinerja terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal : Faktor internal yaitu faktor yang dihubungkan dengan sifat-sifat seseorang. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seseorang yang berasal dari lingkungan. Seperti perilaku, sikap, dan tindakan-tindakan rekan kerja, bawahan atau pimpinan, fasilitas kerja, dan iklim organisasi. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi kinerja dapat bersumber dari dalam individu pegawai maupun dari luar individu. Tinggal bagaimana kebijakan organisasi mampu menyelaraskan antara faktorfaktor tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 E. Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini antara lain : 1) Penelitian yang di lakukan oleh Widodo, et al (2014) dengan judul penelitian’pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja pegawai pada bagian organisasi dan tata laksana secretariat daerah kabupaten kutai timur”. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja pegawai pada Bagian Organisasi dan Tatalaksana Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur baik secara bersama-sama maupun secara parsial. Penelitian ini digunakan metode eksplanatif karena penulis menyoroti hubungan antara variabel-variabel penelitian dan menguji hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Adapun analisis data yang digunakan adalah regresi linier berganda. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa maka dapat diketahui variabel-variabel yang berpengaruh terhadap pada Bagian Organisasi dan Tatalaksana Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur.Adapun Nilai Durbin Watson yang diperoleh adalah sebesar 1,752. Secara keseluruhan variable dependen memberi pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai. Namun variabel kecerdasan emosional memberikan pengaruh dominan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Organisasi dan Tatalaksana Sekretariat Daerah Kabupaten Kutai Timur. Hasil ini dibuktikan dari nilai t tertinggi yaitu 4,929 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 2) Penelitian yang dilakukan oleh Arianto (2014) dengan judul “lingkungan kerja terhadap kinerja tenaga pengajar Yaspenlub Demak”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja tenaga pengajar. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh tenaga pengajar Yaspenlub Demak. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dianalisis dengan regresi linearganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja tenaga pengajar. 3) Penelitian yang di lakukan oleh Karimi (2014) dengan judul penelitian “Pengaruh Kecerdasan Emosional pada Kinerja Pegawai di Industri Hotel di Kenya”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menguji apakah studi yang berusaha untuk menetapkan berapa kesadaran diri, manajemen diri dan hubungan manajemen pengaruh pada kinerja karyawan. Penelitian ini menggunakan explanatory atau desain penelitian non-eksperimental. Populasi penelitian terdiri dari karyawan dari Hotel terkemuka. Studi ini menggunakan teknik simple random sampling. Peneliti menggunakan kuesioner dan wawancara untuk mengumpulkan informasi dari responden nya dipilih. Peneliti menggunakan kedua sumber data primer dan sekunder untuk mengumpulkan informasi untuk studi penelitian. Wawancara dilakukan serta distribusi kuesioner. Sebuah studi percontohan dilakukan untuk memastikan reliabilitas instrumen penelitian. Data kuantitatif disajikan menggunakan template seperti grafik batang dan diagram lingkaran setelah analisis. Sebuah model regresi berganda diterapkan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 untuk menentukan hubungan antara variabel dependen dan independen. Studi ini menemukan bahwa kesadaran diri, manajemen diri dan hubungan pengaruh manajemen kinerja karyawan. Oleh karena itu merekomendasikan pelatihan dan dorongan dari kerja sama tim dalam organisasi dengan alam kecerdasan emosional dan karena itu meningkatkan kinerja karyawan. 4) Penelitian yang di lakukan oleh Pande (2012) dengan judul penelitian “ pengaruh kecerdasan emosional pada kinerja alumni fakultas ekonomi universitas udayana”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional pada kinerja alumni. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode purposive sampling. Pengujian validitas dan reliabilitas instrumen yang digunakan pada penelitian memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang dapat diterima. Teknik analisis data yang menggunakan regresi linear berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh pada kinerja alumni. 5) Penelitian yang di lakukan oleh Hasballah et. al (2015) dengan judul penelitian “pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja pegawai serta implikasi pada kinerja organisasi dinas kehutanan dan perkebunan kabupaten pidie”.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja pegawai Lokasi penelitian dilakukan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Pidie. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional secara simultan maupun parsial berpengaruh terhadap kinerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 33 pegawai organisasi melalui kinerja pegawai Dinas Kehutanan dan PerkebunanKabupaten Pidie. 6) Penelitian yang di lakukan oleh Shodiqi et. al (2013) dengan judul penelitian “hubungan antar a kecerdasan emosional dengan perilaku prolingkungan serta perbedaan jenis kelamin” penelitian ini merupakan penelitian korelasi untuk mengtahui hubungan antar variable dan penelitan comparasi untuk mengetahui tiap variable setiap jenis kelamin. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa prodi teknik lingkungan fakultas teknik unlam sebanyak 50 orang di pilih secara pupasive random sampling. Penelitian ini menggunakan skala kecerdasan emosional dan kuesoner pro-lingkungan. Analisa dan menggunakan anaisis korelasi, kovarian dan uji t melaluli SPSS 19.0. hasil penelitian menunjukan bahawa kecerdasan emosional dan perilaku pro- lingkungan berpengaruh positif, tidak ada perbedaan antara kecerdasan emosional dengan perilaku prolingkungan pada jenis kelamin. 7) Penelitian menurut Wijaya (2014) dengan judul “ analisa pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan di hotel “X”’. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional, terhadap kinerja karyawan, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode analisa kuantitatif. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa kecerdasan emosional berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan hotel X. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 34 8) Penelitian menurut Wicaksana (2013) dengan judul “Pengaruh Kecerdasan Emosional dan Motivasi Berprestasi Terhadap Kinerja Guru Yayasan Pendidikan Panjang Lampung (YPPL) di Bandar Lampung” . tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah kecerdasan emoosional berrpengaruh pada kinerja guru yayasan pendidikan panjang lampung. Variable ini menggunakan variabel bebas yang diteliti baik secara parsial dan secara bersama-sam mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap variabel terikatnya. Penelitian ini telah memperkuat beberapa teori bahwa kinerja guru sebagai variabel dependen dan idependen. Hal tersebut terlihat pada hasil perhitungan analisis data, yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh antara kecerdasan emosional terhadap kinerja guru sebesar 28,2%. Hal ini berarti kecerdasan emosional mempunyai pengaruh sebanyak 28,2% dalam peningkatan kinerja guru, sehinggaterdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kecerdasan emosional terhadap kinerja guru. 9) Menurut Penelitian Oriarewo (2014) dengan judul “pengaruh kecerdasan emosional pada kinerja kerja kewirusahaa sebuah empiris analisis industry perhotelan di makurdi, benue state, Nigeria”. Tujuan penelitian ini untuk mengetahuipengaruhdari dimensi kecerdasan emosional (yaitu, self appraisal emosional, penilaian emosional orang lain, regulasi emosi dan penggunaan emosi) terhadap kinerja kewirausahaan. Desain ex-post facto,sederhana. Teknik pengambilan sampel acak dan kuesioner yang digunakan untuk menghasilkan data dari responden yang dipilih di industri http://digilib.mercubuana.ac.id/ 35 perhotelan di Makurdi, Benue State, Nigeria. Data dianalisis menggunakan uji Chi-square. Ditemukan bahwa setiap dimensi kecerdasan emosional secara signifikan berkaitan dengan kewirausahaan kinerja. 10) Menurut Peneitian Waryanti (2011) dengan judul “ analisa pengaruh kecerdasan emosional terhadap kinerja karyawan ( studi empiris pada rumah saskit umum daerah semarang”. Tujuan penelitian ini adalah apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja karyawan, Penelitian ini dilakukan di RSUD kota Semarang.Terdapat 100 responden yang telah terpilih sebagai sampel dengan menggunakan teknik pengambilan sampel berupa simple random sampling. Metode pengambilan data adalah dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Penelitian menemukan bahwa seluruh hipotesis dalam penelitian ini telah terbukti secara signifikan. Kecerdasan emosional berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. F. Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis 1. Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Kinerja Karyawan. Semakin tinggi kecerdasan emosional maka kinerja karyawan semakin meningkat, memahami emosi dan pengetahuan emosional sehingga dapat meningkatkan perkembangan emosi dan intelektual. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 36 Hasil penelitian dari Widodo, et al, (2014), Afiantari (2015), Wijaya (2014), dan Wicaksana (2013) menunjukan bahwa kecerdasan emosional memberi pengaruh secara positif terhadap kinerja. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat dan pengaruh antara faktor kecerdasan emosional dan factor kinerja karyawan. Jadi, hubungan antara variabel kecerdasan emosional dengan kinerja karyawan adalah H1: Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 2. Pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan. Kerja Lingkungan kerja yang kondusif dapat meningkatkan kinerja karyawan dan sebaliknya, lingkungan kerja yang tidak memadai menurunkan kinerja karyawan. Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila manusia yang terlibat di dalamnya dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman dan nyaman. Menurut Hasballah et al (2015) lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Jadi hubungan antara lingkungan kerja dengan kinerja karyawan adalah H2: Lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Dari uraian pemikiran tersebut di atas dapat di perjelas melalui variabel pengaruh kecerdasan emosional dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan, secara skematis di gambarkan seperti pada gambar di bawah ini: H1 Kecerdasan Emosional Kinerja Karyawan Lingkungan Kerja H2 Gambar 2.1 Model Kerangka Konseptual Penelitian http://digilib.mercubuana.ac.id/