BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORITIS 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan panduan sumber dana jangka panjang yang di gunakan oleh perusahaan (Arthur J. 2000: 542) menurut Husnan (1996: 275) struktur modal adalah perbandingan antara sumber jangka panjang yang bersifat pinjaman dan modal sendiri. Struktur modal juga dapat didefenisikan sebagai perimbangan atau perbandingan antara utang jangka panjang dan dengan modal sendiri (Riyanto,2001:296). Keputusan untuk memilih sumber pembiayaan merupakan keputusan bidang keuangan yang sangat penting bagi perusahaan. Dalam melakukan keputusan pendanaan, manajer keuangan harus mempertimbangkan serta mengkombinasikan sumber-sumber dana yang nantinya dapat memaksimumkan nilai perusahaan itu sendiri. Kebijakan pemenuhan dana dapat dibedakan menjadi kebijakan jangka pendek maupun kebijakan jangka panjang. Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara resiko dan pengembalian yang di harapkan akan menaikkan laba perusahaan tersebut. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan keseimbangan antara resiko yang diterima maka struktur modal perusahaan belum optimal dan dapat dilakukan penambahan modal bila di perlukan. Risiko yang sama besarnya dengan tingkat pengembalian oleh perusahaan menunjukkan keadaan struktur modal yang optimal. Berikut teori tentang struktur modal: 9 Universitas Sumatera Utara 2.1.2 Teori Struktur Modal a. Teori Agency Menurut teori ini, struktur modal di susun sedemikian rupa untuk mengurangi konflik antar berbagai kelompok kepentingan. Pada konflik yang pertama, jika hutang mencapai jumlah yang signifikan di bandingkan dengan saham, maka pemengang saham akan tergoda melakukan subsitusi asset. Dalam hal ini pemegang saham akan beroperasi dengan meningkatkan risiko perusahaan. Risiko perusahaan yang meningkat menguntungkan bagi pemegang saham karena kemugkinan memperoleh keuntungan yang tinggi akan semakin besar. b. Teori Modigliani Miller Sebuah perusahaan menerapkan kebijaksanaan yang berbeda dalam menentukan struktur modalnya dengan tujuan meningkatkan laba. Struktur modal perusahaan haruslah dapat memaksimumkan laba bagi kepentingan modal sendiri atau equitas yang tercermin dalam Return on equity. Menurut Brealey dan Myers terdapat dua pendekatan dalam kaitannya dengan struktur modal yang dinamakan proporsi I dan proporsi II. Proporsi I: nilai dari perusahaan yang berhutang sama dengan nilai perusahaan yang tidak berhutang. Implikasi dari proporsi I ini adalah struktur modal dari perusahaan tidak relevan, perubahan struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan weighted average cost of capital (WACC) perusahaan akan tetap sama tidak dipengaruhi oleh bagaimana perusahaan memadukan huatnga dan modal untuk membiayai perusahaan. Proporsi II biaya modal saham akan meningkat apabila perusahaan melakukan atau mencari pinjaman dari pihak luar. Risk of the equity bergantung 10 Universitas Sumatera Utara pada resiko dari operasional perusahaan dan tingkat hutang perusahaan. Brealey, Myers dan Marcus (1999) menyimpulkan dari teori Modigliani Miller tanpa pajak ini yaitu tidak membedakan antara perusahaan yang berhutang atau pemegang saham berhutang pada saat kondisi tanpa pajak dan pasar yang sempurna. Nilai perusahaan tidak bergantung pada struktur modalnya. Dengan kata lain, manajer keuangan tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan dengan proporsi debt dan equity yang digunakan untuk membiayai perusahaan. c. Packing Order Theory Pecking Order Theory yang di kembangkan oleh Stewart C. Myers dan Nicholas Majluf di tahun 1984 adalah: teori yang menyatakan bahwa perusahaan mengikuti hirarki tertentu dalam pengambilan keputusan keuangan yang menyangkut struktur modalnya. Secara singkat teori ini menyatakan bahwa: (a) perusahaan menyukai internal financial (pendanaan dari hasil operasi perusahaan berwujud laba ditahan), (b) Apabila pendanaan dari luar (eksternal financial) di perlukan maka perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman terlebih dalu, yaitu dimulai dengan penerbitan obligasi, kemudian diikuti dengan sekuritas yang berkarakteristik opsi (seperti obligasi konversi), baru akhirnya apabila masih belum mencukupi, saham baru akan diterbitkan. Sesuai dengan teori Pecking Order, tidak ada suatu terget ratio, karena ada dua jenis modal sendiri, yaitu internal dan eksternal. Menurut teori Pecking Order ini, manejer keuangan tidak memperhitungkan tingkat hutang yang optimal. Kebutuhan dana di tentukan oleh kebutuhan investasi maka perusahaan akan mencari dana untuk mendanai kebutuhan investasi perusahaan tersebut. 11 Universitas Sumatera Utara Teori pecking order bisa menjelaskan bahwa kenapa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan yang lebih tinggi justru memiliki tingkat hutang yang lebih kecil. Tingkat hutang yang lebih kecil tersebut tidak di karena perusahaan mempunyai target tingkat hutang yang lebih kecil, tetapi karena mereka tidak membutuhkan dana eksternal, dana internal mereka cukup untuk memenuhi kebutuhan investasi. d. Trade Off Theory Trade off Theory (Modigliani dan Miller 1963) berasumsi bahwa semakin banyak hutang maka akan semakin tinggi beban yang harus di tanggung perusahaan. Satu hal yang penting bahwa semakin meningkatnya hutang, maka semakin tinggi profitabilitas kebangkrutan. Beban yang harus di tanggung saat menggunakan hutang yang lebih besar adalah biaya kabangkrutan, biaya keagenan dan beban bunga yang semakin besar. Sebagai contoh, semakin tinggi hutang, semakin besar bunga yang harus dibayarkan. Kemungkinan tidak membayar bunga yang tinggi akan semakin besar. Pemberian pinjaman bisa membangkrutan perusahaan jika perusahaan tidak bisa membayar hutang. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade off antara resiko dengan tingkat pengembalian. Trade off menerangkan bahwa struktur modal optimal ditemukan dengan menyeimbangkan keuntungan pajak dengan biaya tekanan finansial (the cost of financial distress) dari penambahan hutang, sehingga biaya dan keuntungan dari penambahan hutang di trade off (saling tukar) satu sama lain. 12 Universitas Sumatera Utara 2.1.3 Debt to Equity Ratio (DER) Mengacu pada Kasmir (2008:113) Debt To Eqity Ratio merupakan rasio yang digunakan untuk menghitung nilai utang dengan ekuitas, menurut Erich (1996: 98) suatu upaya untuk memperlihatkan, dalam format lain, proporsireltif dari klaim pemberi pinjaman terhadap hak kepemilikkan, dan digunakan sebagai peranaan hutang. Rasio ini dicari dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah yang akan disediakan pinjaman (kreditor) kepada pemilik perusahaan. Dengan kata lain, rasio ini berfungsi untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang. Semakin tinggi rasio ini, maka semakin besar resiko yang dihadapi, dan investor akan meminta tingkat keuntungan yang semakin tinggi. Rasio yang tinggi juga menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva, Selain itu kreditur juga mengasumsikan terdapat resiko yang besar dari perusahaan sehingga kreditur dapat saja memberikan bunga yang cukup besar, sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapatkan uang dari sumber-sumber luar terbatas. Rumus dari Debt to Equity Ratio sendiri adalah: Debt To Equity Ratio= Total kewajiban (jangka panjang+jangka pendek) Ekuitas 2.1.4 Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Asset Ratio menurut Kasmir (2008:113) merupakan utang yang digunakan untuk mengukur perbandingan antara total utang dengan total aktiva. Dengan kata lain, seberapa besar aktiva perusahaan di biayai oleh utang atau 13 Universitas Sumatera Utara seberapa besar utang perusahaan berpengaruh pada pengelolaan aktiva. Dari hasil pengukuran, apabila rasionya tinggi artinya pendanaan dengan utang semakin banyak, maka semakin sulit bagi perusahaan untuk memperoleh tambahan pinjaman karena dikhawatirkan perusahaan tidak mampu menutupi utangutangnya dengan aktiva yang dimilikinya. Demikian pula apabila rasionya rendah, semakin kecil perusahaan dibiayai dengan utang. Rumus Debt to Asset Ratio adalah: Debt to Asset Ratio ≡ Total Kewajiban (jangka pendek+jangka panjang) Total Aktiva (lancar+tidak lancar) 2.1.5 Longterm Debt to Equity Ratio (LDER) Menurut Kasmir (2008:114) Long Term debt to Equity merupakan rasio utang jangka panjang dengan modal sendiri. Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan jaminan utang jangka panjang dengan cara membandingkan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri yang disediakan oleh perusahaan. Rumus dari Longterm Debt to Equity adalah: Longterm to Equity Ratio= utang jangka panjang Ekuitas 2.1.6 Return On Equity (ROE) Menurut Riyanto dalam penelitian (Theresia: 2010) Return On Equity disebut juga dengan tingkat pengembalian Modal sendiri merupakan salah satu Rasio Profitabilitas, rasio ini menunjukkan keberhasilan atau kegagalan pihak manajemen dalam memaksimumkan tingkat hasil pengembalian investasi 14 Universitas Sumatera Utara pemegang saham dan menekankan pada hasil pendapatan sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan. Return on Equity dapat di hitung dengan Rumus: Return on Equity= Laba bersih x 100% Ekuitas 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Beberapa Penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan topik yaitu: NO PENELITI Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu JUDUL VARIABEL PENELITIAN 1. PENELITIAN HASIL PENELITIAN Fitrianto Pengaruh Variabel Penelitian Menunjukkan (2006) Struktur yang digunakan bahwa struktur modal dalam penelitian ini modal tidak terhadap adalah rasio jangka berpengaruh secara rentabilitas panjang modal sendiri. ekuitas terhadap signifikan terhadap sebagai rentabiltas variabel sendiri. independen, return modal on sebagai dan equity variabel dependen. 2. Herawati Pengaruh (2007) Debt Equity Variabel To digunakan Ratio penelitian (DER) adalah terhadap variabel rentabilitas independen yang Hasil penelitian dalam menunjukkan ini bahwa DER DER berpengaruh positif terhadap dan Rentabilitas modal modal sendiri Rentabilitas modal sendiri. 15 Universitas Sumatera Utara pada PT Inti sendiri (ROE) Bandung varibel sebagai dependen. 3. Anggraeni Pengaruh Variabel (2005) struktur digunakan modal penelitian terhadap adalah tingkat variabel pengembalian independen, Ekuitas Rentabilitas modal ROE. (ROE) pada sendiri perusahaan sebagai yang Hal ini dalam menunjukkan ini bahwa struktur DER modal memiliki pengaruh dan signifikan terhadap (ROE) variabel yang terdaftar dependen. di BEJ tahun 2004 4. Andreas Pengaruh Variabel yang Hasil (2010) Struktur digunakan modal penelitian terhadap adalah DER dan DAR rentabilitas DAR dalam menunjukkan ini bahwa DER dan tidak sebagai berpengaruh secara modal sendiri variabel pada industri independen penelitian parsial terhadap dan ROE otomotif yang Rentabilitas Modal terdaftar bursa 5. di sendiri (ROE) efek sebagai variabel Indonesia dependen. Theresia Analisis Variabel (2010) Pengaruh digunakan yang Hasil uji secara dalam individual 16 Universitas Sumatera Utara Struktur penelitian ini menunjukkan Modal adalah DER,DAR bahwa terhadap dan LDER sebagai berpengaruh positif tingkat variabel pengembalian independen DAR dan signifikan dan terhadap ROE, modal sendiri tingkat sedangkan pada pengembalian dan perusahaan modal properti real dan (ROE) LDER sendiri berpengaruh adalah negatif estate variabel dependen. yang terdaftar DER dan signifikan terhadap ROE. di bursa efek Indonesia Sumber: Hasil Olahan Penulis (2013). 2.3 Kerangka Konseptual Kerangka Konseptual penelitian ini dapat dilihat dapat dilihat di gambar berikut ini: Debt To Equity Ratio (X1) Debt To Asset Ratio (X2) Longterm Debt To Equity R(X3) ROE (Y) Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 17 Universitas Sumatera Utara Berdasarkan kerangka konseptual di atas, dapat diketahui bahwa variabel independen dalam penelitian ini adalah Debt To Equity Ratio (DER), Debt To Asset Ratio (DAR) dan Longterm Debt To Equity Ratio (LDER) sedangkan variabel dependen adalah Return On Equity (ROE). Rasio Solvabilitas (leverage) keuangan adalah rasio yang menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik jangka panjang maupun jangka pendek. Rasio ini terbagi atas debt to equity ratio, debt to asset ratio, longterm debt to equity ratio, longterm debt to capitalization ratio, times interes earned, cash flow interest coverage dan cash return on sales. Namun dalam penelitian ini rasio yang digunakan dalam Struktur Modal adalah rasio: debt to equity ratio, debt to asset ratio, longterm debt to equity ratio, yang mana debt to equity ratio adalah rasio yang membandingka antara total utang terhadap total equitas, sedangkan rasio debt to asst ratio adalah rasio yang membandingkan total utang terhadap total total asset dan rasio longterm debt to equity ratio adalah rasio yang membandingkan antara utang jangka panjang terhadap equitas. Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan, Kasmir (2008:196). Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan adalah profit margin, laba per lembar saham, return on invesment dan return on equity. Variabel dependen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah rasio ROE. Return on equity adalah rasio yang mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Struktur modal (leverage) dan (ROE) memiliki hubungan yang tidak bisa diabaikan, dimana keduanya memiliki hubungan yang saling mempengaruhi satu 18 Universitas Sumatera Utara dan lainnya, hal itu dikarenakan perusahaan memerlukan peningkatan profitabilitas agar dapat bertahan hidup jangka panjang dan nantinya berpengaruh pada nilai perusahaannya. Di antaranya tentang besar kecilnya nilai yang dikeluarkan perusahaan untuk kebutuhan sosial dan lingkungan perusahaan, pembayaran bunga dan penambahan utang dalam struktur modal. 2.4 Hipotesis Berdasarkan kerangka konseptual di atas yang telah diuraikan, maka dapat di rumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : H1 : Debt To Equity Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Return On Equity. H2 : Debt To Asset Ratio berpengaruh secara parsial terhadap Return On Equity. H3 : Longterm Debt To Equity Ratio berpengaruh secara parsil terhadap Return On Equity. H4 : Debt To Equity Ratio, Debt To Asset Ratio dan Longterm debt To Equity Ratio berpengaruh secara simultan terhadap Return On Equity. 19 Universitas Sumatera Utara