BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA STASIUN METEOROLOGI NABIRE BMKG Jl. Sisingamangaraja No. 1 Nabire Telp. (0984) 22559,26169 Fax (0984) 22559 BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V STASIUN METEOROLOGI NABIRE ANALISA CUACA TERKAIT HUJAN SANGAT LEBAT DI NABIRE TANGGAL 18 NOVEMBER 2016 I. INFORMASI KEJADIAN LOKASI Telah terjadi hujan sangat lebat sekitar pukul 16.00 – 08.00 WIT di wilayah Kota Nabire dan sekitarnya. Kota Nabire, Kabupaten Nabire dan sekitarnya TANGGAL 18 November 2016 DAMPAK Hujan sangat lebat yang terjadi (± 16 jam) tersebut menyebabkan beberapa genangan air di sekitar ruas jalan di Kota Nabire KEJADIAN II. DATA CURAH HUJAN Data Curah Hujan Stasiun Meteorologi Nabire Curah Hujan Terukur (mm) 108.8 mm Keterangan Hujan Sangat Lebat III. ANALISA METEOROLOGI INDIKATOR KETERANGAN 1. Matahari Berdasarkan gambar gerak semu matahari, tanggal 18 November 2016 terlihat posisi matahari berada di Belahan Bumi Selatan (BBS). Hal ini berarti radiasi matahari akan lebih banyak diterima di daerah BBS dibandingkan dengan di deaerah BBU. Hal ini dapat menimbulkan pemanasan yang lebih banyak di daerah BBS yang dapat berakibatkan pada penurunan tekanan dan peningkatan awan – awan konvektif di daerah BBS. 2. ENSO (El Nino – South Osciilation) Berdasarkan data indeks Nino 3.4 tanggal 18 November 2016 yang bernilai – 0.40 dan data SOI tanggal 18 November 2016 yang bernilai – 5.8, maka dapat dikatakan bahwa pada tanggal 18 November 2016, potensi penguapan dan perawanan di wilayah benua maritim Indonesia cukup rendah dan potensi hujan cukup rendah di wilayah Indonesia terutama di bagian timur. 3. MJO (Madden – Julian Oscillation) Berdasarkan data diagram fase MJO pada tanggal 18 November 2016 yang berada di kuadran 1, sehingga tidak mempengaruhi kondisi curah hujan di sekitar wilayah Indonesia. 4. SST (Sea Surface Temperature) Berdasarkan data gambar nilai SST pada periode 18 November 2016, terlihat nilai SST yang hangat berkisar 300C di sekitar wilayah perairan Nabire. Kondisi SST yang hangat ini sangat mendukung untuk pasokan uap air dalam pembentukan awan-awan konvektif di wilayah Nabire. 5. Pola Tekanan Udara Berdasarkan gambar isobar dari tanggal 18 November 2016 terlihat bahwa secara umum wilayah Indonesia bagian selatan terdapat beberapa pola gangguan cuaca yakni 5 (lima) daerah tekanan rendah (Low Pressure) dan 2 (dua) daerah sirkulasi tertutup (Eddy). Hal BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI DAN menandakan GEOFISIKAbahwa WILAYAH V yang mendukung aktifnya tersebut kondisi STASIUN METEOROLOGI NABIRE pergerakan massa udara dari wilayah Indonesia bagian utara menuju wilayah Indonesia bagian selatan. Hal ini menyebabkan massa udara bergerak dari BBU (daerah bertekanan lebih tinggi) menuju BBS (daerah bertekanan lebih rendah). 6. Pola Arus Angin (Streamline) Berdasarkan gambar pola arus angina steamline pada tanggal 18 November 2016 diatas terlihat adanya pergerakan angin yang membawa massa udara dingin dari samudera pasifik dan melewati wilayah Nabire. Selain itu adanya pola konvergensi dan shearline diatas wilayah Nabire yang dapat berperan untuk pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan lebat serta adanya daerah sirkulasi tertutup (Eddy) di atas wilayah Sorong yang berdekatan dengan wilayah Nabire. 7. Kelembaban Relatif Berdasarkan data kelembaban relatif (Sumber: BOM Australia), pada lapisan 850 mb di sekitar wilayah Nabire, kelembaban relative bernilai 90 - 100% dan untuk lapisan 700 mb bernilai 80 - 100%. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat kejadian hujan sangat lebat kondisi udara basah sangat berpotensi untuk perbentukan awanawan di sekitar wilayah Nabire. 8. Citra Satelit Berdasarkan citra satelit, terlihat kumpulan awan – awan konvektif yang masuk wilayah Nabire awalnya berasal dari wilayah pergunungan dan perbukitan bagian selatan Nabire. Dari klasifikasi jenis awan diketahui awan yang terbentuk adalah Cumulonimbus (Cb) yang berpotensi menimbulkan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat. Kumpulan awan Cumulunimbus tersebut bergerak menuju wilayah Nabire pada jam 06 UTC dan pada 07 UTC terlihat bahwa kumpulan awan Cumulonimbus tersebut telah masuk ke wilayah Nabire dan semakin meluas ke seluruh wilayah Nabire hingga jam 21 UTC. Setelah itu pada jam - jam berikutnya kumpulan awan Cumulunimbus tersebut mulai berkurang dan pada akhirnya menghilang. IV. KESIMPULAN Berdasarkan analisis diatas dapat disimpulkan bahwa hujan yang terjadi di wilayah kota Nabire dan sekitarnya diakibatkan karena kondisi SST yang hangat, adanya Konvergensi, Shearline dan sirkulasi Eddy di sekitar wilayah Nabire yang menyebabkan terjadinya pembentukan awan – awan konvektif penghasil hujan sangat lebat. Hal ini juga didukung dengan RH lapisan 850 mb & 700 mb yang basah, berkisar antara 80 – 100% dan kondisi atmosfer yang labil. V. PROSPEK KEDEPAN Untuk 3 (tiga) hari ke depan, wilayah Nabire masih berpotensi terjadinya hujan dengan intensitas ringan hingga sedang terutama pada siang dan malam hari. VII. PERINGATAN DINI NIHIL LAMPIRAN BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V STASIUN METEOROLOGI NABIRE Gambar 1. Gerak Semu Matahari & Suhu Muka Laut Tanggal 18 November 2016 (Sumber : www.bom.gov.au) Gambar 2. Grafik Indeks Nino 3.4 dan SOI Tanggal 18 November 2016 (Sumber : www.bom.gov.au) Gambar 3. Analisa Arus Angin Jam 00.00 dan 12.00 UTC Tanggal 18 November 2016 (Sumber : www.bom.gov.au) Gambar 4. Gambar Fase MJO & Tekanan Udara Permukaan Tanggal 18 November 2016 (Sumber : www.bom.gov.au) BADAN METEOROLOGI DAN GEOFISIKA BALAI BESAR METEOROLOGI DAN GEOFISIKA WILAYAH V STASIUN METEOROLOGI NABIRE