BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian

advertisement
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Penelitian
Metodologi penelitian merupakan implikasi logis dari nilai-nilai, asumsiasumsi, aturan-aturan, dan kriteria yang menjadi bagian tak terpisahkan dari
paradigma. Oleh karena itu penjelasan posisi metodologis dapat dipandang
sebagai sebuah penegasan tentang nilai-nilai, asumsi-asumsi, aturan-aturan, dan
kriteria dari paradigma keilmuan yang mendasari sebuah penelitian. Paradigma
yang digunakan di dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivis.
Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan antitesis dari
paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu
realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai
analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan
langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan
dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.54
Paradigma ini menyatakan bahwa (1) dasar untuk menjelaskan kehidupan,
peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam kerangka positivistik, tetapi justru
dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awam
berisikan arti atau makna yang diberikan individu terhadap pengalaman dan
kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu-
54
Dedy N. Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta :
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Indonesia, 2003), Hal. 3
41
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
ilmu sosial; (2) pendekatan yang digunakan adalah induktif, berjalan dari yang
spesifik menuju yang umum, dari yang konkrit menuju yang abstrak, (3) ilmu
bersifat idiografis bukan nomotetis, karena ilmu mengungkap bahwa realitas
tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif; (4)
pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui indra karena pemahaman mengenai
makna dan interpretasi adalah jauh lebih penting; dan (5) ilmu tidak bebas nilai.
Kondisi bebas nilai tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan tidak pula
mungkin dicapai.55
Menurut Patton, para peneliti konstruktivis mempelajari beragam realita
yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari kontruksi tersebut bagi
kehidupan mereka dengan yang lain dalam konstruksivis, setiap individu memiliki
pengalaman yang unik. Dengan demikian, penelitian dengan strategi seperti ini
menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia
adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut56. Peneliti
menggunakan paradigma konstruktivis karena peneliti ingin mendapatkan
pengembangan pemahaman yang membantu proses interpretasi suatu peristiwa.
3.2 Tipe Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat deksriptif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
55
E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. (Depok:
LPSP3, 2007). Hal. 22-23
56
Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rdEdition, (Thousand
Oaks, California: Sage Publications, Inc., 2002), Hal. 96-97
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara holistik, dan dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah57.
Penelitian kualitatif dapat memperlihatkan yang pengalaman tidak
individu diketahui menghadapi masyarakat dalam kehidupan sehari-hari dan
mempelajari tentang pengalaman-pengalaman mungkin sebelumnya. Oleh karena
itu peneliti sebagai pengumpul data akan turun langsung ke lapangan untuk
pengumpulan data.58
Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dapat dilakukan dengan
cara wawancara mendalam dan observasi, peneliti akan menggunakan wawancara
mendalam. Peneliti menggunakan metode ini agar memberikan ruang bicara yang
luas kepada para narasumber dalam memberikan jawaban, sesuai dengan frame of
reference mereka.
Penelitian kualitatif mampu melukiskan kejadian atau realitas sosial dari
sudut pandang subyek bukan dari sudut pandang peneliti sebagai pengamat. Halhal yang diteliti meliputi perilaku, perasaan, dan emosi dari subyek penelitian.
Demi mendapatkan pemahaman otentik, pengamatan dan wawancara mendalam
dengan tujuan pertanyaan-pertanyaan terbuka dianggap sesuai dan potensial
dengan tujuan penelitian tersebut.59
57
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, Hal. 6
58
Robert Bogdan and Steven J Taylor, Introducton to Qualitative Research Methods : A
Phenomenological Approach to the Social Sciences, ( New York : John Wiley & Sons, 1975), Hal.
4-5
59
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001)
Hal.156
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Sebagai penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif., tujuan penelitian
adalah menggambarkan fenomena sosial. Dalam jenis penelitian ini dipaparkan
gambaran yang lengkap mengenai setting sosial dan hubungan-hubungan yang
terdapat dalam penelitian dan dilihat dari dimensi waktunya.
Berdasarkan tipe penelitian deskriptif, data yang di kumpulkan berupa
kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dengan begitu laporan penelitian ini
akan berisi kutipan-kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan
tersebut. Data tersebut dapat berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan,
foto, videotape, dokumen pribadi, catatan atau memo, dan dokumen resmi
lainnya 60 . Penelitian ini dilakukan dengan subyek penelitian remaja pengguna
aktif jejaring sosial Path.
3.3 Metode Penelitian
Sesuai dengan paradigma dan permasalahan yang dipilih dalam penelitian
ini, maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Tujuan penelitian ini
adalah untuk Mengidentifikasi penggunaan media sosial path terhadap eksistensi
diri pada remaja saat ini. Selain itu, peneliti ingin menggali pengalaman individu
dalam mendefinisikan suatu permasalahan dan remaja yang menjadi informan
bebas mengungkapkan definisinya tersebut.
Pada desain penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan studi
dramaturgi. Studi dramaturgi menyoroti perilaku dari manusia yang memiliki
peran ganda. Inti dari perspektif dramaturgi adalah pengelolaan kesan yang
60
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
dilakukan oleh manusia ketika akan berinteraksi dengan sesamanya. Jadi, fokus
penelitian disini adalah bukan mencari hasil dari suatu proses, melainkan proses
itu sendiri. Teori dramaturgi Erving Goffman, menjelaskan bahwa identitas
manusia adalah tidak stabil dan setiap identitas tersebut merupakan bagian
kejiwaan psikologi yang mandiri. Identitas manusia bisa saja berubah-ubah
bergantung dari interaksi dengan orang lain. Disinilah dramaturgi masuk,
bagaimana kita menguasai interaksi tersebut. Dalam dramaturgi, interaksi sosial
dimaknai sama dengan pertunjukan teater. Manusia adalah aktor yang berusaha
untuk menggabungkan karakteristik personal dan tujuan kepada orang lain
melalui “pertunjukan dramanya sendiri” (Little John& Karen A. Foss, 2009: 128)
Goffman melihat bahwa ada perbedaan akting yang besar saat aktor berada
di atas panggung (“front stage”) dan di belakang panggung (“back stage”) drama
kehidupan. Kondisi akting di front stage adalah adanya penonton (yang melihat
kita) dan kita sedang berada dalam bagian pertunjukan. Saat itu kita berusaha
untuk memainkan peran sebaik-baiknya agar penonton memahami tujuan dari
perilaku kita. Perilaku kita dibatasi oleh oleh konsep-konsep drama yang
bertujuan untuk membuat drama yang berhasil.61
Sedangkan back stage adalah keadaan di mana kita berada di belakang
panggung, dengan kondisi bahwa tidak ada penonton. Sehingga dapat berperilaku
bebas tanpa memedulikan plot perilaku bagaimana yang harus kita bawakan.
Kondisi ini sama dengan apa yang dunia teater katakan sebagai “breaking
character”. Dengan konsep dramaturgis dan permainan peran yang dilakukan oleh
61
Goffman, Erving. 1959. The Presentation of Self in Everyday Life. Jakarta:Erlangga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
manusia, terciptalah suasana-suasana dan kondisi interaksi yang kemudian
memberikan makna tersendiri.
Orang-orang memiliki ide tentang siapa diri mereka, ide-ide yang mereka
sajikan pada orang lain. Mereka memperhatikan citra yang orang lain bentuk dari
mereka. Hanya dengan memengaruhi citra dirinya kepada orang lain, mereka
dapat memerkirakan atau mengontrol bagaimana orang lain akan merespon diri
mereka. Proses penyesuaian (tailoring) tampilan mereka pada penonton yang lain
sangat mendasar bagi interaksi sosial. Goffman menyebutnya sebagai impression
management, sebuah proses dimana tiap orang memanipulasi dirinya untuk dilihat
orang lain untuk memberikan kesan tertentu. Mereka menjabarkan situasi dan
membuat isyarat ekpresif yang membawa mereka untuk bertingkahlaku
sebagaimana yang mereka rencanakan. Goffman mengasumsikan bahwa ketika
orang-orang berinteraksi, mereka ingin menyajikan suatu gambaran diri yang akan
diterima orang lain. Oleh karenanya setiap orang melakukan pertunjukan bagi
orang lain, sehingga ia menjadi aktor yang menunjukkan penampilannya untuk
membuat kesan bagi lawannya.62
Goffman berpendapat bahwa diri terbelah antara keinginan untuk
bertindak secara spontan dan keinginan untuk mengikuti harapan sosial. Menurut
metafora dramaturgical, upaya individu untuk mengikuti harapan sosial terbaik
dipahami sebagai dramatis, atau teater, pertunjukan. Dalam pertunjukan, pelaku
individu berusaha untuk meyakinkan orang lain bahwa mereka memang konsisten
dan stabil diri yang memainkan peran sosial mereka dengan baik.
62
Goffman, Erving. 1959. The Presentation of Self in Everyday Life. Jakarta: Erlangga.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Erving Goffman menyimpulkan tidak ada konsep diri yang riil, ia
hanyalah seperangkat topeng dan sandiwara situasi. Goffman menganggap bahwa
interaksi sehari-hari dapat dipahami lebih baik jika kita berpikir, bahwa
sesungguhnya orang-orang adalah aktor yang bermain di panggung. Sebagai
aktor, mereka memainkan peran dan memanipulasi sandaran, seting, kostum serta
simbol-simbol untuk mencapai hasil yang menguntungkan, semakin halus
interaksi tersebut, makin dihargai orang tersebut.63
Dalam penelitian ini paradigma yang digunakan adalah paradigma
konstruktivis. Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan
antitesis dari paham yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam
menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilu
sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui
pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan
menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.
3.4 Subyek Penelitian
Subjek penelitian atau responden adalah orang yang diminta untuk
memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Sebagaimana
dijelaskan oleh Arikunto subjek penelitian adalah subjek yang dituju untuk diteliti
oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali
untuk mengungkap fakta-fakta di lapangan. 64 Penentuan subjek penelitian atau
63
Goffman E.1983b. The Interaction Order. American Sociological Review Vol.48, pp.1-17.
Diunduh pada 01 November 2010
64
Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : RinekaCipta.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
sampel dalam penelitian kualitatif berbeda dengan penelitian kuantitatif. Lincoln
dan Guba (1985) mengemukakan bahwa penentuan sampel dalam penelitian
kualitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sampel dalam penelitian
konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel tidak didasarkan perhitungan
statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk mendapatkan informasi yang
maksimum, bukan untuk digeneralisasikan.65
3.4.1 Key Informan
Key informan dalam penelitian ini adalah lima orang pengguna aktif
media sosial path dikalangan remaja SMAN 3 Tangerang 2015/2016.
1.
Nama : Mutia Alzahra
Umur : 16 Tahun
Profesi : Pelajar
Bergabung di media sosial path sejak Febuari 2015, dijadikan sebagai key
informan karena seringnya memposting foto, lagu dan film serta
menampilkan keberadaan lokasi yang sedang di kunjungi narasumber.
2.
Nama : Vidya Febriany
Umur : 16 Tahun
Profesi : Pelajar
Bergabung di media sosial path sejak Mei 2013, dijadikan sebagai key
informan karena seringnya memposting keberadaan lokasi yang sedang di
kunjungi narasumber bersama teman-temannya.
65
Sugiyono, (2007), Metode Penelitian : Kualitatif, Kualitatif R&D, Alfabeta, Bandung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
3.
Nama : Winda Astuti
Umur : 17 Tahun
Profesi : Pelajar
Bergabung dimedia sosial path sejak juni 2013, dijadikan sebagai key
informan karena seringnya memposting foto, lagu dan keberadaan lokasi
yang sedang di kunjungi narasumber.
4.
Nama : Maora Isna Amanda
Umur : 16 Tahun
Profesi : Pelajar
Bergabung di media sosial path sejak Juni 2014, dijadikan sebagai key
informan karena seringnya memposting keberadaan lokasi yang sedang di
kunjungi narasumber bersama teman-temannya, dan memposting lagu dan
film.
5.
Nama : Windasari
Umur : 17 Tahun
Profesi : Pelajar
Bergabung dimedia sosial path sejak Maret 2013, dijadikan sebagai key
informan karena seringnya memposting foto, film, lagu dan keberadaan
lokasi yang sedang di kunjungi narasumber.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
3.4.2 Informan
Informan dalam penelitian ini adalah lima orang teman atau sahabat dari
key informan.
1.
Nama : Alif Ihza
Umur : 16 Tahun
Profesi : Pelajar
Dijadikan sebagai informan karena berpacaran dengan Mutia Alzahra.
Informan mengetahui kehidupan sosial Mutia Alzahra mulai dari
kehidupan nyata maupun kehidupan dunia maya.
2.
Nama : Annisa Kurnia
Umur : 16 Tahun
Profesi : Pelajar
Dijadikan sebagai informan karena sudah bersahabat dari SMP dengan
Vidya Febriany. Informan juga mengetahui kehidupan sosial Vidya
Febriany mulai dari keluarganya, asmara, kehidupan
nyata maupun
kehidupan dunia maya.
3.
Nama : Dewi Andrianty
Umur : 17 Tahun
Profesi : Pelajar
Dijadikan sebagai informan karena sudah bersahabat selama 4 tahun
dengan Winda Astuti. Informan mengetahui kehidupan sosial Winda
Astuti mulai dari
keluarganya, asmara, kehidupan nyata maupun
kehidupan dunia maya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
4.
Nama : Karina Deswari
Umur : 16 Tahun
Profesi : Pelajar
Dijadikan sebagai informan karena sudah bersahabat sejak masuk SMA
dengan Maora Isna Amanda. Informan mengetahui kehidupan sosial
Maora mulai dari keluarganya, kehidupan nyata maupun kehidupan dunia
maya.
5.
Nama : Iwan Syahlan
Umur : 17 Tahun
Profesi : Pelajar
Dijadikan sebagai informan karena sudah bersahabat sejak SMA dengan
Windasari. Informan mengetahui kehidupan sosial Windasari mulai dari
asmara, kehidupan nyata maupun kehidupan dunia maya.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian. karena itu seorang peneliti harus terampil dalam mengumpulkan data
agar mendapatkan data yang valid dan tujuan utama dari penelitian adalah
untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan. Pengumpulan data adalah
prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.
Menurut Lofland dan Lofland dalam Djam’an Satori, sumber data utama dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah tambahan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
seperti dokumen, dan lain-lain66. Sebagaimana yang dijelaskan yaitu:
“Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting
(kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih
banyak pada berperan serta (participan observation), wawancara mendalam (in
depth interview) dan dokumentasi”.67.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif yang paling utama adalah dengan menggunakan teknik wawancara dan
observasi atau pengamatan langsung, studi dokumentasi dan lainnya digunakan
sebagai teknik pendukung untuk melengkapi data yang akan diperoleh di
lapangan. Maka, secara garis besar teknik pengumpulan data dalam penelitian
kualitatif dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu :
A. Data yang diperoleh dari wawancara atau interview
B. Data yang diproleh dari observasi
C. Data yang berupa dokumen, atau karya seni yang kemudian dinarasikan
(dikonversikan kedalam narasi)
3.5.1 Data Primer
Data Primer, adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang
diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang
dapat dipercaya, yakni subjek penelitan atau informan yang berkenaan dengan
66
Satori, Djam’an. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Universitas Pendidikan
Indonesia.
67
Sugiyono, (2007), Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kualitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
variabel yang diteliti atau data yang diperoleh dari responden secara langsung68.
Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan adalah melakukan
wawancara mendalam kepada informan yaitu pengguna media sosial path
dikalangan remaja SMAN 3 Tangerang 2016/2017..
Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Data primer ini berupa catatan hasil wawancara yang
diperoleh melalui wawancara yang penulis lakukan. Selain itu, penulis juga
melakukan observasi lapangan dan mengumpulkan data dalam bentuk catatan
tentang situasi dan kejadian di perpustakaan.69
3.5.2 Data Sekunder
Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari teknik pengumpulan data
yang menunjang data primer. Dalam penelitian ini diperoleh dari hasil observasi
yang dilakukan oleh penulis serta dari studi pustaka. Dapat dikatakan data
sekunder ini bisa berasal dari dokumen-dokumen grafis seperti tabel, catatan, foto
dan lain-lain70.
Data ini digunakan untuk mendukung infomasi dari data primer yang
diperoleh baik dari wawancara, maupun dari observasi langsung ke lapangan.
Peneliti juga menggunakan data sekunder hasil dari studi pustaka. Dalam studi
68
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta :
Rineka Cipta
69
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
70
Arikunto, S. 2010. Prosedur penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. (Edisi Revisi). Jakarta :
Rineka Cipta
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
pustaka, peneliti membaca literatur-literatur yang dapat menunjang penelitian,
yaitu literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.71
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana
dikutip Moleong, adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilahmilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,
mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada
orang lain. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal
dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada, menyusun secara
sistematis, kemudian mempresentasikan hasil penelitiannya kepada orang lain72.
Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan
informan kunci, yaitu seseorang yang benar-benar memahami dan mengetahui
situasi obyek penelitian. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif, dengan lebih
banyak bersifat uraian dari hasil wawancara dan studi dokumentasi. Data yang
telah diperoleh akan dianalisis secara kualitatif serta diuraikan dalam bentuk
deskriptif. Menurut Patton, analisis data adalah “proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan uraian dasar”. Definisi
tersebut memberikan gambaran tentang betapa pentingnya kedudukan analisis
data dilihat dari segi tujuan penelitian. Prinsip pokok penelitian kualitatif adalah
menemukan teori dari data.
71
72
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B. Bandung: Alfabeta.
Lexy J., Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif. Karena
itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat penting. Melalui
keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian kualitatif dapat tercapai.
Dalam penelitian ini untuk mendapatkan keabsahan data dilakukan dengan
triangulasi. Adapun triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu 73 . Dalam memenuhi keabsahan data
penelitian ini dilakukan triangulasi dengan sumber. Menurut Patton, triangulasi
dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan
suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam
penelitian kualitatif. Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada
penelitian ini yaitu membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang
berkaitan.
73
Lexy J., Moleong. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download