BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada awalnya lembaga Pondok Pesantren tidak dapat dikatakan
sebagai lembaga Pendidikan Sekolah atau Madrasah seperti yang ada sekarang.
Berdirinya sebuah Pondok Pesantren tidak dapat dipisahkan dari keadaan sosial
budaya Masyarakat sekitarnya. Tidak jarang tempat asal mula Pondok
Pesantren berdiri berada dipedukuhan kecil yang Penduduknya belum
beragama atau belum menjalankan syariat Agama.1 Mengartikan politik
kedalam dua definisi. Pertama pandangan yang mengkaitkan politik dengan
negara, yakni dengan urusan pemerintahan pusat atau pemerintahan daerah.
Kedua, pandangan yang mengaitkannya dengan masalah kekuasaan, otoritas
atau konflik..2
Setiap kajian tentang Islam tradisional dikepulauan indonesia,
terutama dijawa harus mempertimbangkan peran pesantren dan para kyai yang
memimpinya. Pesantren secara harfiah berarti tempat santri, adalah lembaga
yang sangat penting bagi islam tradisional dinegara kepulauan ini. Pesantren
pada umumnya terletak pada desa terpencil atau dipinggiran kota. Pemisahan
dari kehidupan duniawi mendorong santri memusatkan perhatiannya pada studi
keagamaan dan menempuh kehidupan penuh keprihatinan yang kondusif bagi
pengembangan spiritual3.
1
Sukamto, kepemimpinan kiai dalam pesantren (jakarta: pustaka LP3S, 1999) hal 41
Ibid hal 141
3
Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama(Yogyakarta: LkiS, 2003) hal 22
2
1
2
Dalam kajian politik Islam kontemporer, setidaknya ada tiga aliran
pemikiran tentang hubungan antara islam dan politik. Bahwa Islam bukanlah
semata-mata agama yang hanya menyangkut hubungan manusia dan Tuhan.
Islam dipandang sebagai agama yang sempurna dan lengkap mengatur segala
aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan bernegara.. Mereka pada
umumnya
berpendirian
bahwa
islam
memerlukan
kekuatan
untuk
melaksanakan syariah dan dakwah. Syariah akan dapat berjalan dengan baik
jika terdapat kekuatan yang melaksanakan, yaitu negara.oleh karena itu,
mengangkat satu khalifah hukumnya fardhu bagi seluruh kaum muslimin.4
Kyai dan tokoh pesantren sering kali menjadi lahan sasaran para
politisi, dalam membangun basis dukungan politik. Pada setiap pemilu, maka
suara kyaidan santri slalu diperebutkan, bukan saja oleh partai – partai politik
berbasis islam saja, melainkan juga partai – partai
politik yang berbasis
nasionalis.
Kalaupun politik itu mau diartikan sebagai pergaulatan kekuasaan,
maka sebetulnnya, peran ulama dalam politik bukanlah sesuatu yang nihil,
apalagi jika politik dipahami sebagai lahan yang mesti diisi oleh orang – orang
yang mengerti tentang agama. Sebab politik merupakan kendaraan paling cepat
untuk membawa angin perubahan dan kekuasaan untuk merobohkan tembok –
tembok yang kokoh.
Pesantren dan partai politik sesungguhnya dua entitas yang agak
berjauhan.Pesantren lebih identik dengan pendidikan yang bersentuhan dengan
4
Ibid hal 23
3
keilmuan dan moralitas, sedangkan partai politik lebih dekat pada upaya
bersama untuk meraih, mempertahankan, dan merebut kekuasaan. Pesantren
dalam kehidupan kesehariannya sibuk dengan kajian kitab yang membahas
pandangan ulama-ulama klasik dan modern tentang berbagai disiplin ilmu
agama Islam, sedangkan partai politik sibuk dengan penyusunan platform
partai dengan segala strategi dan taktik politik untuk memperoleh kekuasaan
demi memajukan bangsa dan negara serta menyejahterakan rakyat.Di pesantren
telah tertanam budaya tanpa pamrih dalam mengerjakan apa saja yang
diperintahkan kiai, asal pekerjaan itu baik dan bermanfaat untuk umat dan
orang banyak.
Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu
pesantren.Keberadaan seorang Kyai dalam lingkungan sebuah pesantren,
adalah laksana jantung dalam kehidupan manusia.Begitu urgen dan esensialnya
seorang Kyai, karena dialah pengelola, pengasuh, pemimpin dan terkadang
juga pemilik tunggal sebuah pesantren. Secara doktrinal, para kyai menggap
dirinya sunni ortodoks meskipun banyak unsur – unsur dalam praktik
keagamaan yang berasal dari sumber – sumber non Islam. Sebutan yang
mereka sukai adala ahlussunnah wal jama’ah yaitu pewngikut sunnah nabi dan
para sahabatnya. 5
Seorang Kyai diharapkan berperan sebagai figur moral dan
pemimpin sosial, serta tokoh sentral dalam masyarakatnya, sebab di bahu
merekalah terletak cita-cita dan eksistensi umat. Oleh karena itu ukuran
5
Ibid hal 25
4
seorang Kyai tidak dapat hanya dilihat dari segi apa yang dilakukannya dan
dari karakteristik pribadinya saja, tetapi yang penting sejauh mana masyarakat
memberikan pengakuan kepadanya.
Gelar kehormatan kyai bagi kalangan elit agama khususnya di Jawa
masih sering diperdebatkan lebih - lebih jika dikaitkan dengan politik.
Sebagian kalangan berpendapat bahwa kyai seharusnya cukup berperan sebagai
pengayom umat terutama dalam kehidupan beragama. Oleh karena itu lebih
tepat jika ia menghindarkan diri dari kegiatan politik. Ada pula yang
mengatakan sebaliknya, tidak ada alasan bagi kyai untuk meninggalkan politik
praktis,
sebab
berpolitik
merupakan
bagian
kehidupan
agama
itu
sendiri.Bahkan pada pemilu 1999 ini sebagian besar kyai dari berbagai pondok
pesantren yang ada di Indonesia (khususnya Jawa) secara terbuka mulai
memasuki kancah perpolitikan dengan dalih demi kemaslahatan ummat.
Kyai merupakan pemilik atau penentu utama dalam tradisi
pesantren bahkan sering pertumbuhan dan perkembangan pesantren sangat
ditentukan oleh kemampuan dan kualitas pribadi kyai. Keterlibatkan kyai
dalam politik praktis menyebabkan kyai menempati posisi elite politik dalam
struktur politik, sehingga banyak diantara mereka yang menjadi elite
pemerintah baik pada peringkat lokal maupun peringkat nasional, para
pemimpin pesantren yang dikonotasikan dengan kyai atau ulama dari dahulu
hingga sekarang mempunyai kekuatan politik yang dominan dan menempati
posisi struktur religi politik dari struktur sosial politik masyarakat.
5
Pengaruh kyai dalam politik dibanyak tempat, khususnya di
pedesaan,
dimana
masyarakat
menjadi
penduduk
Partai
persatuan
pembangunan, partai politik yang berasaskan islam, disinyalir masih kokoh.
Kyai dalam politik yang sering kali menjadi bahan sebagai pemuka agama,
terlibat dalam persoalan politik.6 Sosok kyai seolah menjadi figur yang menjadi
sorotan publik dalam dunia politik.Kyai yang selama ini lebih dikenal sebagai
penerus budaya keislaman (cultural broker) nampaknya sudah mulai terkikis
oleh arus politik yang sudah jauh dari ajaran-ajaran agama baik dalam
interpretasi (ijtihadi) maupun dalam menghasilkan kebijakan yang tidak
memihak rakyat. Hal yang semacam ini memaksa kyai untuk terjun langsung
ke dunia politik karena para wakil rakyat sudah jauh dari implementasi amar
ma'ruf nahi mungkar. Sehingga bukan tidak mungkin dalam posisi seperti ini
kyai itu sendiri malah menjadi pemeran utama dalam politik atau sebagai piala
dalam dunia politik (political broker)7.
Hubungan antara agama dan negara (politik) merupakan problem
serius yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Dalam menjelaskan
hubungan antara agama dan negara, bersatunya agama dan politik hubungan
yang saling membutuhkan (simbiotik) dan tidak berhubungan sama sekali
(sekularistik)8. Agama adalah dasar dan kekuasaan politik adalah penjaganya.
Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh dan suatu dasar tanpa penjaga akan
mudah hilang. Dalam konteks ini, menurut keduanya agama dan negara
mempunyai kedudukan yang saling membutuhkan.
6
Imam Suprayogo, Kyai dan Politik (Malang : Uin-Press, 2007) hal 1-2
Ibid hal 3
8
Listiyono Santoso, Teologi Politik Gus Dur (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2004) hal 42
7
6
Keterlibatan kyai dalam wilayah politik kekuasaan melahirkan prokontra di kalangan masyarakat. Yang pro berpendapat, bahwa keterlibatan kyai
dalam politik bermanfaat paling tidak karena dua hal. Medan dakwah kyai
semakin luas, tidak hanya di wilayah kultural seperti biasanya, tetapi juga
merambah wilayah struktural. Hadirnya kyai dalam politik kekuasaan akan
memberi arti bagi kekuasaan itu sendiri karena ”terspritualisasi”. Kekuasaan
akan dijadikan sarana pengabdian kepada Tuhan untuk kemudian diabdikan
bagi keadilan dan kesejahteraan rakyat.
Tetapi yang kontra sebaliknya berpendapat bahwa keterlibatan kyai
dalam wilayah politik kekuasaan justru menjadikan kerja - kerja kultural kiai
terabaikan.Kiai yang selama ini fokus di wilayah kultural seperti melakukan
pendidikan (keagamaan) kepada masyarakat, melakukan kontrol terhadap
kekuasaan yang menyimpang.mulai tak terurus karena kyai terserap
sepenuhnya untuk kerja-kerja politik kekuasaan. Apalagi sistem kekuasaan saat
ini sangat korup sehingga bukan mustahil kyai bisa terjerembab dalam sistem
yang korup tersebut. Oleh karena itu, menurut pandangan yang kontra,
sebaiknya kyai di wilayah kultural saja sambil menyuarakan kebenaran dari
luar struktur.
Kyai sebagai entitas kultural dan sosiologis memang tidak lepas
dari konteks struktural yang mengitarinya. Karena itu, kyai tidak mungkin bisa
menghindar dari hiruk-pikuk permasalahan politik.Tetapi yang perlu diperluas
adalah peran kiai dalam wilayah politik. Dengan kata lain, kyai tidak hanya
menjadikan politik kekuasaan sebagai satu-satunya jalan bagi jihad politiknya,
7
tetapi masih ada lagi wilayah politik yang meminta tidak kalah seriusnya dari
peran kyai, yaitu politik kebangsaan dan politik kerakyatan.
Dikalangan masyarakat tertentu, para kyai memperoleh posisi yang
amat istimewa, karena dengan kemampuan dan pengetahuannya itu mereka
telah menempatkan dirinya sebagai ulama, pewaris nabi Muhamad Saw. Atau
Menjadi “penjaga” proses utama sosialisasi ajaran Islam. Anggapan seperti
dalam perkembangan selanjutnya menjadi tali pengikat “Emosi Religius” baik
lapisan bawah ( yang kebanyakan bercirikan tradisional agraris ) maupun
lapisan menengah yang telah mengenyam pendidikan modern9.
Ditengah kecenderungan – kecenderungan baru perpolitikan
nasional indonesia, dalam komunitas muslim muncul elite baru yang relatif
memiliki latar belakang budaya, sosial, politik yang berbeda dengan tokoh
perjuangan islam, dalam kehidupan
agama sejarah kenabian dan rosul
mencerminkan regenerasi yang terus bersambungan membingkai sebuah mata
rantai sejarah agama islam.10
Pencarian konsep negara oleh para ulama politik mengandung dua
maksud, pertama, untuk menemukan idealitas islam tentang negara
(menekankan aspek teoritis dan formal) yaitu mencoba pertanyaan “bagaimana
bentuk negara islam”. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa islam
mempunyai konsep tentang negara, kedua untuk melakukan idealisasi dari
perspektif islam terhadap proses penyelenggaraan negara (menekankan aspek
praksis dan substansial).
9
Ibid hal 34
Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri (Jogjakarta: Sipress, 1994) hal 133
10
8
Kemashyuran atau keterkenalan pesantren biasanya tidak dapat
dilepaskan dari pengaruh dan peran kyai sebagai orang yang menguasai dan
mengajarkan ilmu agama di pesantren kepada para santri. Kepemimpinan Kyai
di pesantren diakui cukup efektif untuk meningkatkan citra pesantren tersebut
dimata masyarakat luas. Ketenaran pesantren biasanya berbanding lurus
dengan nama besar kyai nya terutama kyai pendiri pesantren tersebut. Sosok
kyai di pesantren tidak hanya selaku guru yang mengajarkan agama tetapi juga
menjadi figur pemimpin yang mampu mengarahkan para santri dan pengikut
atau pendukungnya dalam menempuh jalan hidup dan kehidupan mereka sehari
- harinya. Kyai merupakan pemimpin sekaligus tokoh masyarakat yang
menjadi panutan umat di lingkungan bahkan simptisan dan pendukung kyai
bisa menembus batas wilayah pesantren11.
Efektivitas kepemimpinan Kyai di pesantren jika ditinjau dari teori
kepemimpinan paling tidak memiliki 2 pendekatan yakni (1) power-pengaruh
dan (2) pendekatan sifat (trait theory).Yukl dalam Sonhaji (2003)
mengungkapkan keefekteifan kepemimpinan berdasarkan pendekatan yang
pertama itu ditentukan oleh besarnya power yang dimiliki pemimpin (kyai).
Power seorang kyai merupakan kekuatan yang diakui oleh pengikutnya
menjadi suatu hal yang dapat mempengaruhi mereka. Power ini dapat berupa
kedalaman ilmu sang kyai dalam agama serta otoritas yang dimiliki kyai
terhadap pesantrennya. Sedangkan pendekatan sifat sering disebut sebagai
pendekatan karismatik yakni atribuit-atribut personal yang dimiliki kyai
11
Ibid hal 134
9
misalnya sorotan mata kyai, penampilan, ucapan, intonasi suara sang kyai.
Kedua pendekatan ini seandainya terkombinasi secara baik akan menjadikan
sang kyai tersebut sosok berkarisma atau sering disebut pemimpin yang
berkarismatik12.
Perkembangan Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang semakin pesat
dari tahun ke tahun, baik jumlah santri maupun lembaga-lembaga pendidikan
formal yang ada di dalamnya, maka untuk memaksimalkan potensi yang sudah
ada diperlukan suatu manajemen kepemimpinan Pondok Pesantren yang
konstruktif, jelas, terprogram dan terarah. berangkat dari ide dasar itulah maka
kemudian lahir pemikiran untuk membagi manajemen kepemimpinan pondok
pesantren menjadi majelis pengasuh, yang berfungsi sebagai lembaga
legislative yang memiliki otoritas atau pemegang kebijakan tertinggi.pengurus
yayasan, yang berfungsi sebagai eksekutif yang menjalankan semua program
pengembangan dan pemberdayaan pendidikan semua lembaga pendidikan yang
berada dibawah naungan yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum.Dewan
pengawas, yang berfungsi sebagai yudikatif, yaitu mengawasi, memberikan
pertimbangan kepada pengurus yayasan dan memberikan masukan kepada
majelis pengasuh.dibentuknya dewan pengawas dalam struktur manajemen
pondok pesantren bahrul ulum sejak tahun 200213.
B. Rumusan Masalah
Adapun penelitian rancangan judul skripsi ini peneliti menjelaskan
atau menerangkan tentang tentang masalah yang ada antara lain :
12
13
Opcit. Teologi Gus Dur hal 134
http://hannanmajdy.wordpress.com/profil/sejarah/
10
1. Bagaimana bentuk – bentuk keterlibatan kyai dalam politik di
masyarakat Pondok Pesantren Bahrul Ulum?
C. Tujuan Penelitian
Berpijak pada latar belakang dan fokus masalah diatas, maka
tujuan peneliti adalah
1. Untuk mengetahui bentuk – bentuk keterlibatan kyai dalam politik
masyarakat Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang peneliti harapkan dalam melakukan suatu penelitian,
antara lain sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti Menambah wawasan tentang bentuk-bentuk keterlibatan
Kyai sebagai orang yang dihormati di lingkungannya.
2. Bagi Kalangan Akademisi dan Pesantren Menambah pengetahuan
tentang fenomena posisi Kyai yang berbeda-beda sehingga di ketahui
akar perbedaannya.
3. Bagi Masyarakat Hikmah yang dapat diambil adalah peran Kyai yang
makin besar dan tidak dapat diragukan lagi eksistensinya di era
reformasi ini.
4. Bagi Negara dan Pemerintah Secara tidak langsung membantu
penyelenggaraan
pendidikan
politik
publik
bagi
pendewasaan penyikapan terhadap fenomena politik.
umat
dalam
11
E. Konseptualisasi
Skripsi ini berjudul “ Kyai Dan Politik Praktis (Studi keterlibatan
Politik kyai dalam masyarakat Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras
Jombang)
Sebelum menguraikan kedudukan (kepemimpinan) Kyai Haji
Hasyib Wahab Hasbullah dipesantren memberikan pengertian kyai, kyai
merupakan perantara, dengan pengertian yang berbeda, antara dunia ini dan
dunia arwah. Kepercayaan kepada adab adanya dunia arwah yang harus
diambil hati merupakan ajaran sntral dalam ajaran islam jawa tradisional dan
juga dalam pandangan hidup kaum abangan.
Kebanyakan kiai dipercaya karena penguasaannya atas ilmu – ilmu
keislaman mampu mengusir jin dan menangkal pengaruh buruk dari dunia
ghaib14.
Kata kyai itu sebenarnya sinonim dari kata sheikh dalam bahasa
Arab. Secara terminologi (istilahi), arti kata sheikh itu sebagaimana disebutkan
dalam kitab al Bajuri adalah man balagha rutbatal fadli, yaitu orang-orang yang
telah sampai pada derajat keutamaan karena selain pandai (alim) dalam
masalah agama (sekalipun tidak allamah atau sangat alim), mereka
mengamalkan ilmu itu untuk dirinya sendiri dan mengajarkan kepada muridmuridnya. Penyebutan kiai itu berasal dari inisiatif masyarakat, bukan dari
dirinya sendiri atau media massa.
14
Martin van bruinessan, NU tradisi relasi-relasi kuasa pencarian wacana baru (Yogyakarta :Lkis,
1994) hal 22
12
Sementara itu, makna kyai atau sheikh dalam pengertian etimologi
(lughotan) adalah man balagha sinnal arbain, yaitu orang-orang yang sudah tua
umurnya atau orang-orang yang mempunyai kelebihan, misalnya dalam hal
berbicara atau mengobati orang (nyuwuk), tapi tidak pandai dalam masalah
agama.
Kata kyai berasal dari bahasa jawa kuno yaitu “kiya-kiya” yang
artinya orang dihormati, sedangkan dalam penggunanya pertama digunakan
benda atau hewan yang dikeramatkan seperti kyai pleret (tombak), kyai rebo,
dan kyai wage, yang kedua orang tua pada umumnya, yang ketiga orang yang
memilikikahlian dalam agama islam, yang mengajar santri dipondok pesantren.
Secara terminologis menurut manfred ziemek pengertian kyai adalah pendiri
dan pemimpin sebuah psantren sebagai muslim “terpelajar” telah membaktikan
hidupnya “demi allah”serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran – ajaran
dan pandangan islam melalui kegiatan pendidikan islam,namun pada umumnya
dimasyarakat kata kyai disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam
khazanah islam15.
Istilah kyai memiliki pengertian yang plural. Kata kiai bisa berarti
:1. Sebutan bagi alim ulama ( cerdik pandai dalam agama islam)
2. Alim ulama
3. Sebutan bagi guru ilmu ghaib (dukun dan sebagainya)
4. Kepala distrik (dikalimantan selatan)
5. Sebutan yang mengawali nama benda yang dianggap bertuah
15
http://researchhegines.com/0607arlan.html diakses tgl 10 juni 2012
13
6. Sebutan samaran untuk harimau jika orang melewati hutan16
Kyai pada umumnya dipakai oleh masyarakat jawa untuk menyebut
orang alim, bentuk jamak alim dalam bahasa arab adalah ulama dalam tradisi
masyarakat muslim. Kyai biasanya memiliki kharisma dan pada umumnya
memimpin sebuah pesantren, mengajarkan kitab klasik atau kitab kuning dan
memiliki keterikatan dengan islam tradisional17
Disisi kyai bisa dibilang memiliki peranan penting dalam
kehidupan beragama masyarakat yang tidak mungkin bisa lepas dari dogmadogma agama sebagai pedoman hidup masyarakat.Hal itu disebabkan karena
masyarakat percaya bahwa kyai adalah sosok yang mempuni dalam ilmu
keislaman. Dari realitas inilah diakui atau tidak sosok kyai memiliki power
serta otoritas tinggi untuk memobilisasi massa.
Politik yang di ikuti oleh Kyai Haji Hasyib Wahab Hasbullah
adalah politik tentang Negara dan partai yang di ikuti yakni partai Golongan
Karya.
Dalam hal ini kami menjelaskan apa arti politik, politik berasal dari
kata politic (inggris) yang menunjukan sifat pribadi atau perbuatan. Secara
leksikal, kata asal terebut berarti acting or judging wisely, well judged,
prudent. Kata ini diambil dari kata latin politicus dan bahasa yunani (Greek)
polticos yang berarti relating to a citizen. Kedua kata tersebut juga berasal dari
kata polis yang bermakna city ”kota”, istilah polis jelas mengingatkan kita pada
sebuah fenomena yang berkembang diabad yunani kuno, utamanya ketika
16
Mujamil Qomar, Pesantren dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi. (Jakarta
: Erlangga, 2002) hal 27
17
op.cit kyai dan politik hal 27
14
sokrates menerjemahkan polis sebagai kota yang setaraf dengan negara.18
politik kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia dengan tiga arti yaitu :
Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya) mengenai
pemerintahan sesuatu Negara atau terhadap Negara lain, tipu muslihat atau
kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin
pengetahuan yaitu ilmu politik.19
Politik plato dan aristoteles merupakan kata yang dipergunakan
untuk konsep pengaturan masyarakat. Kedua filsuf tersebut menekankan
pembahasan tentang politik berkaitan dengan masalah pemerintahan dijalankan
agar terwujud sebuah masyarakat politik atau negara yang paling baik20 upaya
tersebut berhasil, maka politik memerlukan seperangkat alat atau unsur
unsurnya seperti menjalankan pemerintahan, masyarakat sebagai pihak yang
berkepentingan, kebijakan dan hukum – hukum yang menjadi sarana
pengaturan masyarakat, dan cita – cita hendak dicapai.
Mengartikan politik kedalam dua definisi, Pertama pandangan yang
mengkaitkan politik dengan negara, yakni dengan urusan pemerintahan pusat
atau pemerintahan daerah. Kedua, pandangan yang mengaitkannya dengan
masalah kekuasaan, otoritas atau konflik. Perbedaan pengertian ini berkaitan
dengan dipergunakannya pendekatan tradisional dan pendekatan perilaku.
Pendekatan tradisional meliputi beberapa aspek, yang pertama,
pendekatan historis yang menekankan bahasanya pada perkembangan ide – ide
18
Op.cit teologi politik gus dur hal. 166
Abd. Mu’in Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an (Jakarta : Raja Grafindo
Persada, 1994) hal 34
20
ibid hal. 166
19
15
politik
yang
besar.
Kedua,
pendekatan
ligalistik
yang
menekankan
pembahasanya pada konstitusi dan perundang – undangan sebuah negara, dan
ketiga, pendekatan institusional yang menekankan pada masalah – masalah
institusi politik, seperti lembaga legislatif, eksekutif, dan lembaga yudikatif.
Sedangkan pendekatan perilaku menekankan pada perhatiannya pada perilaku
aktor politik. Pendekatan ini menerima institusi politik yang sebagai aspek
penting dalam politik. Hakikat politik adalah kegiatan yang terdapat pada
sekitar institusi politik yang dimanifestasikan oleh aktor – aktor politik, seperti
tokoh – tokoh pemerintahan dan wakil – wakil rakyat21.
Politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan
rakyat yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam. Adapun hubungan antara
politik dan Islam secara tepat digambarkan oleh Imam al-Ghajali: “Agama dan
kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan
kekuasaan adalah penjaganya.Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya
akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan
lenyap”.
Berbeda dengan pandangan Barat politik diartikan sebatas
pengaturan kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari
politik.Akibatnya yang terjadi hanyalah kekacauan dan perebutan kekuasaan,
bukan untuk mengurusi rakyat. Hal ini bisa kita dapati dari salah satu pendapat
ahli politik di barat, yaitu Loewenstein yang berpendapat “politic is nicht
21
Ibid hal 168
16
anderes als der kamps um die Macht” (politik tidak lain merupakan
perjuangan kekuasaan)22.
F. Metode Penelitian
1 Pendekatan dan jenis penelitian
Dengan pendekatan dan jenis penelitian, akan mudah untuk
mengungkapkan atau mendekati persoalan, serta permasalahan yang akan
diteliti penelitian ini akan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Istilah
penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi.Menurut
Bagdan dan Taylor mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau
lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka,
pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh)
Sedagkan menurut Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif
adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental
bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun
dalam peristilahannya23.
Adapun penelitiannya menggunakan penelitian deskriptif, yaitu
penelitian yang berusaha untuk memecahkan permasalahan berdasarkan datadata yang ada. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan –
kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data
22
23
Ibid
Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) hal. 4
17
tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi,
catatan dan dokumen resmi24.
Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menjadi instrumen untuk
menjadi penafsir dalam memahami respon masyarakat terhadap kyai yang
terjun di politik, dengan wawancara langsung dengan masyarakat dan santri.
2
Subyek Penelitian
Berdasarkan paparan diatas,maka peneliti memutuskan lokasi
penelitian diPondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras jombang, adapun
sasaran penelitiannya adalah masyarakat, santri dan kepala desamenjadi
sasaran penelitian.Hal ini peneliti lakukan agar untuk lebih mudah untuk
mendapatkan kevalidan data.
3
Jenis dan Sumber Data
Dalam hal ini peneliti menggambarkan keadaan – keadaan atau
status fenomena yag terjadi yang dapat diamati dari kata – kata tertulis maupun
lisan dari orang – orang yang menjadi subjek penelitian, secara prakteknya
peneliti sekaligus menggali informasi dari subyek penelitian kemudian hasil
penelitian diungkapkan dengan kalimat.
1. Person (informan)
Salah satu sumber data yang memberikan jawaban secara lisan melalui
proses wawancara. Dengan cara ini peneliti dapat mengetahui gambaran
tentang yang diteliti dari obyek yang diwawancarai. H. Moehadi, K.H Irfan
Soleh, Hj. Munjidah Wahab, Hj. Ema Umiatul Husnia, Muhammad Bahruddin,
24
Ibid hal. 11
18
Shoim,Ila dina rohmatika, Iyan, Endah, Ibu Fatimah, Pak Irfan, Kh. Fadlulloh
malik, Kh. Hasib wahab
2. Paper (dokumentasi/arsip)
Sumber data yang menyajikan tanda – tanda, huruf, angka atau gambar.
Dengan adanya suatu dokumen akan memudahkan peneliti untuk mengetahui
hal – hal yang dianggap penting dalam penelitian tersebut
3. Place (tempat/lokasi)
Sumber data yang berupa keadaan rill dari objek penelitian sebagai
usaha observasi peneliti.Dengan adanya tempat dan lokasi, proses observasi
dapat berjalan efektif dan dapat menghasilkan data yang diinginkan.
4 Tahap – Tahap Penelitian
a. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan ini meliputi menyusun rencana penelitian, yaitu
proposal penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan
kepada pihak yang terkait, orientasi lapangan, mencari informasi sebagai
narasumber data yang akurat, mempersiapkan perlengkapan penelitian baik
perlengkapan fisik maupun non fisik, dan dengan memahami persoalan
etika penelitian, etika penelitian adalah salah satu ciri utama penelitian
kulitatif adalah orang sebagai instrument yang mengumpulkan data. Oleh
karena itu, dia harus memahami peraturan, norma, dan nilai masyarakat.25
25
Ibid hal 127
19
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti mencermati dan memahami terlebih dahulu
dari hasil tahap pra lapangan.Pengamatan disini adalah pengamatan terbuka
yang terdapat dimasyarakat.Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara
dengan informan mengenai pendapat masyarakat dan santri terhadap
keterlibatan kyai dalam politik.Pada tahap ini peneliti mencermati dan
memahami terlebih dahulu dari hasil tahap pra lapangan.
Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan informan
mengenai
pendapat
masyarakat
terhadap
keterlibatan
kyai.Setelah
mewawancarai, mencatat, mengumpulkan seluruh data yang ada dilapangan,
data dari melakukan analisis sederhana dilapangan kemudian peneliti
mengambil langkah selanjutnya, yaitu menbaca literatur dari berbagai media
cetak.
c. Tahap Analisis Data
Setelah mengumpulkan seluruh data yang diperlukan pada tahap ini,
dilakukan pemeriksaan keabsahan data, kemudian data ini akan ditelaah
secara sistematik dan diambil suatu hipotesis serta menarik kesimpulan.
5 Tehnik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti
untuk mengumpulkan data yang diperlukan, untuk menggali data yang ada,
peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu:
20
1. Observasi atau pengamatan secara langsung
Observasi atau Pengamatan yang dilakukan peneliti disini adalah
melakukan penelitian lapangan dengan cara mengamati kejadian atau proses
yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian sesuai dengan pengalamanpengalaman secara empiris dan keadaan yang nyata. Sesuai dengan tujuan
penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis dan dapat dikontrol
keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya). Observasi
merupakan proses yang komplek dan sangat penting untuk penelitian kualitatif.
2. Interview atau wawancara
Wawancara atau interview adalah suatu cara pengumpulan data dengan
Tanya jawab kepada subyek penelitian, dalam teknik wawancara ini proses
berlangsungnya adalah bebas dan berkembang secara luas atau face to face.
Hasil interview ini dapat diusahakan mampu menunjang data terkumpul lewat
observasi.Wawancara harus dilakukan dengan efektif, artinya dalam waktu
sesingkat-singkatnya
dapat
diperoleh
data
yang
sebanyak-
banyaknya.Bahasanya harus jelas dan terarah.Begitu juga dengan suasananya
harus tetap rileks agar data diperoleh adalah data yang objektif dan dapat
dipercaya.26
Peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat, santri, kyai, dan
kepala desa karena informasi dari masyarakat yang dibutuhkan untuk kevalidan
data dan nantinya akan menjadikan referensi tersendiri bagi peneliti. Hal ini
26
Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 1993)
hal. 197
21
dilakukan agar peneliti lebih mudah untuk melakukan penelitian dan
wawancara kepada narasumber yang benar.
3. Dokumentasi
Tehnik dokumentasi yaitu teknik yang digunakan dalam mencari data
mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, agenda,
dan sebagainya. Tenik dokumentasi digunakan oleh peneliti yang berkenan
dengan data-data yang berhubungan dengan lokasi penelitian.
6 Tehnik Analisis Data
Analisa data dalam penelitian kualitatif sudah sejak pengumpulan
data dilakukan, dengan membuat lembaran ringkasan kontak, memberikan
catatatan refleksi dan catatan pinggir, membuat kode pola mengembangkan
proposisi, menemukan situs sementara dalam penelitian ini, telah ditentukan
lokasi/ situs sementara yang akan diteliti.
Analisis
data27
adalah
proses
mengatur
urutan
data,
mengorganisirnya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.
Proses yang dimulai dari menalaah seluruh data yang tersedia dari berbagi
sumber, mereduksi dta dengan membuat abstraksi, menyusunya dalam satuan –
satuan, melakukan kategorisasi, cording, dan mengadakan pemeriksaan data
dalam setiap situs yang diteliti. Proses satuan informasi yang berfungsi untuk
menentukan atau mendefinisikan kategori, kategori asli (emik) atau
Pengembangan (etik).28
27
Michael Quin Patton, Qolitative Evalution Methods (Beverly Hills :Sage Publication, 1987) hal
268
28
Ibid 306
22
Satuan ini merupakan bagian terkecil yang mengndung makna yang
bulat dan berdiri sendiri terlepas dari bbagian yang lain. Satuan itu harus
`heuristik` mengarah pada suatu pengertian atau suatu tindakan yang
diperlukan oleh peneliti atau dilakukan peneliti dan merupakan sepotong
informasi terkecil yang dapat sendiri, dapat ditafsirkan tanpa informasi
tambahan.Analisis didalam situs ini sudah menggambarkan bagian kejadian
penting, jenjang pertumbuhan informasi dan jaringan – jaringan peristiwa/
kejadian, serta jaringan kausal.29
Kategori data30 mengelompokan kedalam isi yang secara jelas
berkaitan dan merumuskan aturan kategorisasi, serta menjaga agar setiap
kategori yang telah disusun satu dengan yang mengikuti prinsip taat asa.
7 Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam pemeriksaan keabsahan data, Lexy J. Moleong didasrkan
atas kreteria tertentu, kreteria itu terdiri atas: derajat kepercayaan (credebelity),
keterahlian (transferability), ketergantungan dan kepastian (confirmability).
Masing – masing kreteria tersebut menggunakan pemeriksaan sendiri.31
Dalam penelitian kualitatif, kevalidan dan keabsahan data diperoleh
dari orang – orang terdekat, narasumber (informan) sehingga data yang
diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan oleh karena itu, teknik
yang sesuai dengan penelitian kualitatif ini adalah snowball sampling.
29
Mathe B. Milea dan A. Michael Huberman,Ibid, hal. 137-263
Yvonna Lincoln dan Egon G. Guba, Naturalistyc Inquiry (Beverly Hills : Sage Publication,
1985) hal. 347
31
Lexi J. Moleong, op. cit, hal 324
30
23
Agar pemilihan sumber data ini dapat bermanfaat dengan
maksimal, maka diperlukan adanya variasi dalam pemilihan informan,
sehingga data yang terkumpul nantinya tidak hanya terbatas pada satu individu
atau kelompok saja yang sering kali memiliki kepentingan sendiri.Yang pada
akhirnya dapat mempengaruhi kevalidan dan keabsahan hasil penelitian.
G. Sistematika Pembahasan
Agar pembaca mudah untuk membaca bagian yang diperlukan
dalam skripsi ini peneliti memberikan sistematika pembahasan sebagai berikut:
Bab I
adalah Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
definisi konsep, metode penelitian, sistematika penelitian.
Bab II
adalah kajian pustaka atau landasan teori yang berisi tentang
pembahsan teori serta hasil penelitian terdahulu yang relevan.
Bab III adalah penyajian dan analisis data yang terdiri dari deskripsi
umum obyek penelitian dan deskripsi hasil penelitian.
Bab IV adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
Download