BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya lembaga Pondok Pesantren tidak dapat dikatakan sebagai lembaga Pendidikan Sekolah atau Madrasah seperti yang ada sekarang. Berdirinya sebuah Pondok Pesantren tidak dapat dipisahkan dari keadaan sosial budaya Masyarakat sekitarnya. Tidak jarang tempat asal mula Pondok Pesantren berdiri berada dipedukuhan kecil yang Penduduknya belum beragama atau belum menjalankan syariat Agama.1 Mengartikan politik kedalam dua definisi. Pertama pandangan yang mengkaitkan politik dengan negara, yakni dengan urusan pemerintahan pusat atau pemerintahan daerah. Kedua, pandangan yang mengaitkannya dengan masalah kekuasaan, otoritas atau konflik..2 Setiap kajian tentang Islam tradisional dikepulauan indonesia, terutama dijawa harus mempertimbangkan peran pesantren dan para kyai yang memimpinya. Pesantren secara harfiah berarti tempat santri, adalah lembaga yang sangat penting bagi islam tradisional dinegara kepulauan ini. Pesantren pada umumnya terletak pada desa terpencil atau dipinggiran kota. Pemisahan dari kehidupan duniawi mendorong santri memusatkan perhatiannya pada studi keagamaan dan menempuh kehidupan penuh keprihatinan yang kondusif bagi pengembangan spiritual3. 1 Sukamto, kepemimpinan kiai dalam pesantren (jakarta: pustaka LP3S, 1999) hal 41 Ibid hal 141 3 Greg Fealy, Ijtihad Politik Ulama(Yogyakarta: LkiS, 2003) hal 22 2 1 2 Dalam kajian politik Islam kontemporer, setidaknya ada tiga aliran pemikiran tentang hubungan antara islam dan politik. Bahwa Islam bukanlah semata-mata agama yang hanya menyangkut hubungan manusia dan Tuhan. Islam dipandang sebagai agama yang sempurna dan lengkap mengatur segala aspek kehidupan manusia, termasuk kehidupan bernegara.. Mereka pada umumnya berpendirian bahwa islam memerlukan kekuatan untuk melaksanakan syariah dan dakwah. Syariah akan dapat berjalan dengan baik jika terdapat kekuatan yang melaksanakan, yaitu negara.oleh karena itu, mengangkat satu khalifah hukumnya fardhu bagi seluruh kaum muslimin.4 Kyai dan tokoh pesantren sering kali menjadi lahan sasaran para politisi, dalam membangun basis dukungan politik. Pada setiap pemilu, maka suara kyaidan santri slalu diperebutkan, bukan saja oleh partai – partai politik berbasis islam saja, melainkan juga partai – partai politik yang berbasis nasionalis. Kalaupun politik itu mau diartikan sebagai pergaulatan kekuasaan, maka sebetulnnya, peran ulama dalam politik bukanlah sesuatu yang nihil, apalagi jika politik dipahami sebagai lahan yang mesti diisi oleh orang – orang yang mengerti tentang agama. Sebab politik merupakan kendaraan paling cepat untuk membawa angin perubahan dan kekuasaan untuk merobohkan tembok – tembok yang kokoh. Pesantren dan partai politik sesungguhnya dua entitas yang agak berjauhan.Pesantren lebih identik dengan pendidikan yang bersentuhan dengan 4 Ibid hal 23 3 keilmuan dan moralitas, sedangkan partai politik lebih dekat pada upaya bersama untuk meraih, mempertahankan, dan merebut kekuasaan. Pesantren dalam kehidupan kesehariannya sibuk dengan kajian kitab yang membahas pandangan ulama-ulama klasik dan modern tentang berbagai disiplin ilmu agama Islam, sedangkan partai politik sibuk dengan penyusunan platform partai dengan segala strategi dan taktik politik untuk memperoleh kekuasaan demi memajukan bangsa dan negara serta menyejahterakan rakyat.Di pesantren telah tertanam budaya tanpa pamrih dalam mengerjakan apa saja yang diperintahkan kiai, asal pekerjaan itu baik dan bermanfaat untuk umat dan orang banyak. Kyai merupakan elemen yang paling esensial dari suatu pesantren.Keberadaan seorang Kyai dalam lingkungan sebuah pesantren, adalah laksana jantung dalam kehidupan manusia.Begitu urgen dan esensialnya seorang Kyai, karena dialah pengelola, pengasuh, pemimpin dan terkadang juga pemilik tunggal sebuah pesantren. Secara doktrinal, para kyai menggap dirinya sunni ortodoks meskipun banyak unsur – unsur dalam praktik keagamaan yang berasal dari sumber – sumber non Islam. Sebutan yang mereka sukai adala ahlussunnah wal jama’ah yaitu pewngikut sunnah nabi dan para sahabatnya. 5 Seorang Kyai diharapkan berperan sebagai figur moral dan pemimpin sosial, serta tokoh sentral dalam masyarakatnya, sebab di bahu merekalah terletak cita-cita dan eksistensi umat. Oleh karena itu ukuran 5 Ibid hal 25 4 seorang Kyai tidak dapat hanya dilihat dari segi apa yang dilakukannya dan dari karakteristik pribadinya saja, tetapi yang penting sejauh mana masyarakat memberikan pengakuan kepadanya. Gelar kehormatan kyai bagi kalangan elit agama khususnya di Jawa masih sering diperdebatkan lebih - lebih jika dikaitkan dengan politik. Sebagian kalangan berpendapat bahwa kyai seharusnya cukup berperan sebagai pengayom umat terutama dalam kehidupan beragama. Oleh karena itu lebih tepat jika ia menghindarkan diri dari kegiatan politik. Ada pula yang mengatakan sebaliknya, tidak ada alasan bagi kyai untuk meninggalkan politik praktis, sebab berpolitik merupakan bagian kehidupan agama itu sendiri.Bahkan pada pemilu 1999 ini sebagian besar kyai dari berbagai pondok pesantren yang ada di Indonesia (khususnya Jawa) secara terbuka mulai memasuki kancah perpolitikan dengan dalih demi kemaslahatan ummat. Kyai merupakan pemilik atau penentu utama dalam tradisi pesantren bahkan sering pertumbuhan dan perkembangan pesantren sangat ditentukan oleh kemampuan dan kualitas pribadi kyai. Keterlibatkan kyai dalam politik praktis menyebabkan kyai menempati posisi elite politik dalam struktur politik, sehingga banyak diantara mereka yang menjadi elite pemerintah baik pada peringkat lokal maupun peringkat nasional, para pemimpin pesantren yang dikonotasikan dengan kyai atau ulama dari dahulu hingga sekarang mempunyai kekuatan politik yang dominan dan menempati posisi struktur religi politik dari struktur sosial politik masyarakat. 5 Pengaruh kyai dalam politik dibanyak tempat, khususnya di pedesaan, dimana masyarakat menjadi penduduk Partai persatuan pembangunan, partai politik yang berasaskan islam, disinyalir masih kokoh. Kyai dalam politik yang sering kali menjadi bahan sebagai pemuka agama, terlibat dalam persoalan politik.6 Sosok kyai seolah menjadi figur yang menjadi sorotan publik dalam dunia politik.Kyai yang selama ini lebih dikenal sebagai penerus budaya keislaman (cultural broker) nampaknya sudah mulai terkikis oleh arus politik yang sudah jauh dari ajaran-ajaran agama baik dalam interpretasi (ijtihadi) maupun dalam menghasilkan kebijakan yang tidak memihak rakyat. Hal yang semacam ini memaksa kyai untuk terjun langsung ke dunia politik karena para wakil rakyat sudah jauh dari implementasi amar ma'ruf nahi mungkar. Sehingga bukan tidak mungkin dalam posisi seperti ini kyai itu sendiri malah menjadi pemeran utama dalam politik atau sebagai piala dalam dunia politik (political broker)7. Hubungan antara agama dan negara (politik) merupakan problem serius yang harus segera dicarikan jalan keluarnya. Dalam menjelaskan hubungan antara agama dan negara, bersatunya agama dan politik hubungan yang saling membutuhkan (simbiotik) dan tidak berhubungan sama sekali (sekularistik)8. Agama adalah dasar dan kekuasaan politik adalah penjaganya. Sesuatu yang tanpa dasar akan runtuh dan suatu dasar tanpa penjaga akan mudah hilang. Dalam konteks ini, menurut keduanya agama dan negara mempunyai kedudukan yang saling membutuhkan. 6 Imam Suprayogo, Kyai dan Politik (Malang : Uin-Press, 2007) hal 1-2 Ibid hal 3 8 Listiyono Santoso, Teologi Politik Gus Dur (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2004) hal 42 7 6 Keterlibatan kyai dalam wilayah politik kekuasaan melahirkan prokontra di kalangan masyarakat. Yang pro berpendapat, bahwa keterlibatan kyai dalam politik bermanfaat paling tidak karena dua hal. Medan dakwah kyai semakin luas, tidak hanya di wilayah kultural seperti biasanya, tetapi juga merambah wilayah struktural. Hadirnya kyai dalam politik kekuasaan akan memberi arti bagi kekuasaan itu sendiri karena ”terspritualisasi”. Kekuasaan akan dijadikan sarana pengabdian kepada Tuhan untuk kemudian diabdikan bagi keadilan dan kesejahteraan rakyat. Tetapi yang kontra sebaliknya berpendapat bahwa keterlibatan kyai dalam wilayah politik kekuasaan justru menjadikan kerja - kerja kultural kiai terabaikan.Kiai yang selama ini fokus di wilayah kultural seperti melakukan pendidikan (keagamaan) kepada masyarakat, melakukan kontrol terhadap kekuasaan yang menyimpang.mulai tak terurus karena kyai terserap sepenuhnya untuk kerja-kerja politik kekuasaan. Apalagi sistem kekuasaan saat ini sangat korup sehingga bukan mustahil kyai bisa terjerembab dalam sistem yang korup tersebut. Oleh karena itu, menurut pandangan yang kontra, sebaiknya kyai di wilayah kultural saja sambil menyuarakan kebenaran dari luar struktur. Kyai sebagai entitas kultural dan sosiologis memang tidak lepas dari konteks struktural yang mengitarinya. Karena itu, kyai tidak mungkin bisa menghindar dari hiruk-pikuk permasalahan politik.Tetapi yang perlu diperluas adalah peran kiai dalam wilayah politik. Dengan kata lain, kyai tidak hanya menjadikan politik kekuasaan sebagai satu-satunya jalan bagi jihad politiknya, 7 tetapi masih ada lagi wilayah politik yang meminta tidak kalah seriusnya dari peran kyai, yaitu politik kebangsaan dan politik kerakyatan. Dikalangan masyarakat tertentu, para kyai memperoleh posisi yang amat istimewa, karena dengan kemampuan dan pengetahuannya itu mereka telah menempatkan dirinya sebagai ulama, pewaris nabi Muhamad Saw. Atau Menjadi “penjaga” proses utama sosialisasi ajaran Islam. Anggapan seperti dalam perkembangan selanjutnya menjadi tali pengikat “Emosi Religius” baik lapisan bawah ( yang kebanyakan bercirikan tradisional agraris ) maupun lapisan menengah yang telah mengenyam pendidikan modern9. Ditengah kecenderungan – kecenderungan baru perpolitikan nasional indonesia, dalam komunitas muslim muncul elite baru yang relatif memiliki latar belakang budaya, sosial, politik yang berbeda dengan tokoh perjuangan islam, dalam kehidupan agama sejarah kenabian dan rosul mencerminkan regenerasi yang terus bersambungan membingkai sebuah mata rantai sejarah agama islam.10 Pencarian konsep negara oleh para ulama politik mengandung dua maksud, pertama, untuk menemukan idealitas islam tentang negara (menekankan aspek teoritis dan formal) yaitu mencoba pertanyaan “bagaimana bentuk negara islam”. Pendekatan ini bertolak dari asumsi bahwa islam mempunyai konsep tentang negara, kedua untuk melakukan idealisasi dari perspektif islam terhadap proses penyelenggaraan negara (menekankan aspek praksis dan substansial). 9 Ibid hal 34 Abdul Munir Mulkhan, Runtuhnya Mitos Politik Santri (Jogjakarta: Sipress, 1994) hal 133 10 8 Kemashyuran atau keterkenalan pesantren biasanya tidak dapat dilepaskan dari pengaruh dan peran kyai sebagai orang yang menguasai dan mengajarkan ilmu agama di pesantren kepada para santri. Kepemimpinan Kyai di pesantren diakui cukup efektif untuk meningkatkan citra pesantren tersebut dimata masyarakat luas. Ketenaran pesantren biasanya berbanding lurus dengan nama besar kyai nya terutama kyai pendiri pesantren tersebut. Sosok kyai di pesantren tidak hanya selaku guru yang mengajarkan agama tetapi juga menjadi figur pemimpin yang mampu mengarahkan para santri dan pengikut atau pendukungnya dalam menempuh jalan hidup dan kehidupan mereka sehari - harinya. Kyai merupakan pemimpin sekaligus tokoh masyarakat yang menjadi panutan umat di lingkungan bahkan simptisan dan pendukung kyai bisa menembus batas wilayah pesantren11. Efektivitas kepemimpinan Kyai di pesantren jika ditinjau dari teori kepemimpinan paling tidak memiliki 2 pendekatan yakni (1) power-pengaruh dan (2) pendekatan sifat (trait theory).Yukl dalam Sonhaji (2003) mengungkapkan keefekteifan kepemimpinan berdasarkan pendekatan yang pertama itu ditentukan oleh besarnya power yang dimiliki pemimpin (kyai). Power seorang kyai merupakan kekuatan yang diakui oleh pengikutnya menjadi suatu hal yang dapat mempengaruhi mereka. Power ini dapat berupa kedalaman ilmu sang kyai dalam agama serta otoritas yang dimiliki kyai terhadap pesantrennya. Sedangkan pendekatan sifat sering disebut sebagai pendekatan karismatik yakni atribuit-atribut personal yang dimiliki kyai 11 Ibid hal 134 9 misalnya sorotan mata kyai, penampilan, ucapan, intonasi suara sang kyai. Kedua pendekatan ini seandainya terkombinasi secara baik akan menjadikan sang kyai tersebut sosok berkarisma atau sering disebut pemimpin yang berkarismatik12. Perkembangan Pondok Pesantren Bahrul Ulum yang semakin pesat dari tahun ke tahun, baik jumlah santri maupun lembaga-lembaga pendidikan formal yang ada di dalamnya, maka untuk memaksimalkan potensi yang sudah ada diperlukan suatu manajemen kepemimpinan Pondok Pesantren yang konstruktif, jelas, terprogram dan terarah. berangkat dari ide dasar itulah maka kemudian lahir pemikiran untuk membagi manajemen kepemimpinan pondok pesantren menjadi majelis pengasuh, yang berfungsi sebagai lembaga legislative yang memiliki otoritas atau pemegang kebijakan tertinggi.pengurus yayasan, yang berfungsi sebagai eksekutif yang menjalankan semua program pengembangan dan pemberdayaan pendidikan semua lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan yayasan Pondok Pesantren Bahrul Ulum.Dewan pengawas, yang berfungsi sebagai yudikatif, yaitu mengawasi, memberikan pertimbangan kepada pengurus yayasan dan memberikan masukan kepada majelis pengasuh.dibentuknya dewan pengawas dalam struktur manajemen pondok pesantren bahrul ulum sejak tahun 200213. B. Rumusan Masalah Adapun penelitian rancangan judul skripsi ini peneliti menjelaskan atau menerangkan tentang tentang masalah yang ada antara lain : 12 13 Opcit. Teologi Gus Dur hal 134 http://hannanmajdy.wordpress.com/profil/sejarah/ 10 1. Bagaimana bentuk – bentuk keterlibatan kyai dalam politik di masyarakat Pondok Pesantren Bahrul Ulum? C. Tujuan Penelitian Berpijak pada latar belakang dan fokus masalah diatas, maka tujuan peneliti adalah 1. Untuk mengetahui bentuk – bentuk keterlibatan kyai dalam politik masyarakat Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang peneliti harapkan dalam melakukan suatu penelitian, antara lain sebagai berikut: 1. Bagi Peneliti Menambah wawasan tentang bentuk-bentuk keterlibatan Kyai sebagai orang yang dihormati di lingkungannya. 2. Bagi Kalangan Akademisi dan Pesantren Menambah pengetahuan tentang fenomena posisi Kyai yang berbeda-beda sehingga di ketahui akar perbedaannya. 3. Bagi Masyarakat Hikmah yang dapat diambil adalah peran Kyai yang makin besar dan tidak dapat diragukan lagi eksistensinya di era reformasi ini. 4. Bagi Negara dan Pemerintah Secara tidak langsung membantu penyelenggaraan pendidikan politik publik bagi pendewasaan penyikapan terhadap fenomena politik. umat dalam 11 E. Konseptualisasi Skripsi ini berjudul “ Kyai Dan Politik Praktis (Studi keterlibatan Politik kyai dalam masyarakat Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang) Sebelum menguraikan kedudukan (kepemimpinan) Kyai Haji Hasyib Wahab Hasbullah dipesantren memberikan pengertian kyai, kyai merupakan perantara, dengan pengertian yang berbeda, antara dunia ini dan dunia arwah. Kepercayaan kepada adab adanya dunia arwah yang harus diambil hati merupakan ajaran sntral dalam ajaran islam jawa tradisional dan juga dalam pandangan hidup kaum abangan. Kebanyakan kiai dipercaya karena penguasaannya atas ilmu – ilmu keislaman mampu mengusir jin dan menangkal pengaruh buruk dari dunia ghaib14. Kata kyai itu sebenarnya sinonim dari kata sheikh dalam bahasa Arab. Secara terminologi (istilahi), arti kata sheikh itu sebagaimana disebutkan dalam kitab al Bajuri adalah man balagha rutbatal fadli, yaitu orang-orang yang telah sampai pada derajat keutamaan karena selain pandai (alim) dalam masalah agama (sekalipun tidak allamah atau sangat alim), mereka mengamalkan ilmu itu untuk dirinya sendiri dan mengajarkan kepada muridmuridnya. Penyebutan kiai itu berasal dari inisiatif masyarakat, bukan dari dirinya sendiri atau media massa. 14 Martin van bruinessan, NU tradisi relasi-relasi kuasa pencarian wacana baru (Yogyakarta :Lkis, 1994) hal 22 12 Sementara itu, makna kyai atau sheikh dalam pengertian etimologi (lughotan) adalah man balagha sinnal arbain, yaitu orang-orang yang sudah tua umurnya atau orang-orang yang mempunyai kelebihan, misalnya dalam hal berbicara atau mengobati orang (nyuwuk), tapi tidak pandai dalam masalah agama. Kata kyai berasal dari bahasa jawa kuno yaitu “kiya-kiya” yang artinya orang dihormati, sedangkan dalam penggunanya pertama digunakan benda atau hewan yang dikeramatkan seperti kyai pleret (tombak), kyai rebo, dan kyai wage, yang kedua orang tua pada umumnya, yang ketiga orang yang memilikikahlian dalam agama islam, yang mengajar santri dipondok pesantren. Secara terminologis menurut manfred ziemek pengertian kyai adalah pendiri dan pemimpin sebuah psantren sebagai muslim “terpelajar” telah membaktikan hidupnya “demi allah”serta menyebarluaskan dan mendalami ajaran – ajaran dan pandangan islam melalui kegiatan pendidikan islam,namun pada umumnya dimasyarakat kata kyai disejajarkan pengertiannya dengan ulama dalam khazanah islam15. Istilah kyai memiliki pengertian yang plural. Kata kiai bisa berarti :1. Sebutan bagi alim ulama ( cerdik pandai dalam agama islam) 2. Alim ulama 3. Sebutan bagi guru ilmu ghaib (dukun dan sebagainya) 4. Kepala distrik (dikalimantan selatan) 5. Sebutan yang mengawali nama benda yang dianggap bertuah 15 http://researchhegines.com/0607arlan.html diakses tgl 10 juni 2012 13 6. Sebutan samaran untuk harimau jika orang melewati hutan16 Kyai pada umumnya dipakai oleh masyarakat jawa untuk menyebut orang alim, bentuk jamak alim dalam bahasa arab adalah ulama dalam tradisi masyarakat muslim. Kyai biasanya memiliki kharisma dan pada umumnya memimpin sebuah pesantren, mengajarkan kitab klasik atau kitab kuning dan memiliki keterikatan dengan islam tradisional17 Disisi kyai bisa dibilang memiliki peranan penting dalam kehidupan beragama masyarakat yang tidak mungkin bisa lepas dari dogmadogma agama sebagai pedoman hidup masyarakat.Hal itu disebabkan karena masyarakat percaya bahwa kyai adalah sosok yang mempuni dalam ilmu keislaman. Dari realitas inilah diakui atau tidak sosok kyai memiliki power serta otoritas tinggi untuk memobilisasi massa. Politik yang di ikuti oleh Kyai Haji Hasyib Wahab Hasbullah adalah politik tentang Negara dan partai yang di ikuti yakni partai Golongan Karya. Dalam hal ini kami menjelaskan apa arti politik, politik berasal dari kata politic (inggris) yang menunjukan sifat pribadi atau perbuatan. Secara leksikal, kata asal terebut berarti acting or judging wisely, well judged, prudent. Kata ini diambil dari kata latin politicus dan bahasa yunani (Greek) polticos yang berarti relating to a citizen. Kedua kata tersebut juga berasal dari kata polis yang bermakna city ”kota”, istilah polis jelas mengingatkan kita pada sebuah fenomena yang berkembang diabad yunani kuno, utamanya ketika 16 Mujamil Qomar, Pesantren dari transformasi metodologi menuju demokratisasi institusi. (Jakarta : Erlangga, 2002) hal 27 17 op.cit kyai dan politik hal 27 14 sokrates menerjemahkan polis sebagai kota yang setaraf dengan negara.18 politik kemudian diserap kedalam bahasa Indonesia dengan tiga arti yaitu : Segala urusan dan tindakan (kebijaksanaan, siasat, dan sebagainya) mengenai pemerintahan sesuatu Negara atau terhadap Negara lain, tipu muslihat atau kelicikan, dan juga dipergunakan sebagai nama bagi sebuah disiplin pengetahuan yaitu ilmu politik.19 Politik plato dan aristoteles merupakan kata yang dipergunakan untuk konsep pengaturan masyarakat. Kedua filsuf tersebut menekankan pembahasan tentang politik berkaitan dengan masalah pemerintahan dijalankan agar terwujud sebuah masyarakat politik atau negara yang paling baik20 upaya tersebut berhasil, maka politik memerlukan seperangkat alat atau unsur unsurnya seperti menjalankan pemerintahan, masyarakat sebagai pihak yang berkepentingan, kebijakan dan hukum – hukum yang menjadi sarana pengaturan masyarakat, dan cita – cita hendak dicapai. Mengartikan politik kedalam dua definisi, Pertama pandangan yang mengkaitkan politik dengan negara, yakni dengan urusan pemerintahan pusat atau pemerintahan daerah. Kedua, pandangan yang mengaitkannya dengan masalah kekuasaan, otoritas atau konflik. Perbedaan pengertian ini berkaitan dengan dipergunakannya pendekatan tradisional dan pendekatan perilaku. Pendekatan tradisional meliputi beberapa aspek, yang pertama, pendekatan historis yang menekankan bahasanya pada perkembangan ide – ide 18 Op.cit teologi politik gus dur hal. 166 Abd. Mu’in Salim, Konsepsi Kekuasaan Politik Dalam Al-Qur’an (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1994) hal 34 20 ibid hal. 166 19 15 politik yang besar. Kedua, pendekatan ligalistik yang menekankan pembahasanya pada konstitusi dan perundang – undangan sebuah negara, dan ketiga, pendekatan institusional yang menekankan pada masalah – masalah institusi politik, seperti lembaga legislatif, eksekutif, dan lembaga yudikatif. Sedangkan pendekatan perilaku menekankan pada perhatiannya pada perilaku aktor politik. Pendekatan ini menerima institusi politik yang sebagai aspek penting dalam politik. Hakikat politik adalah kegiatan yang terdapat pada sekitar institusi politik yang dimanifestasikan oleh aktor – aktor politik, seperti tokoh – tokoh pemerintahan dan wakil – wakil rakyat21. Politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan rakyat yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam. Adapun hubungan antara politik dan Islam secara tepat digambarkan oleh Imam al-Ghajali: “Agama dan kekuasaan adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah penjaganya.Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap”. Berbeda dengan pandangan Barat politik diartikan sebatas pengaturan kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari politik.Akibatnya yang terjadi hanyalah kekacauan dan perebutan kekuasaan, bukan untuk mengurusi rakyat. Hal ini bisa kita dapati dari salah satu pendapat ahli politik di barat, yaitu Loewenstein yang berpendapat “politic is nicht 21 Ibid hal 168 16 anderes als der kamps um die Macht” (politik tidak lain merupakan perjuangan kekuasaan)22. F. Metode Penelitian 1 Pendekatan dan jenis penelitian Dengan pendekatan dan jenis penelitian, akan mudah untuk mengungkapkan atau mendekati persoalan, serta permasalahan yang akan diteliti penelitian ini akan menggunakan metode pendekatan kualitatif. Istilah penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi.Menurut Bagdan dan Taylor mendefinisikan metodelogi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh) Sedagkan menurut Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam peristilahannya23. Adapun penelitiannya menggunakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang berusaha untuk memecahkan permasalahan berdasarkan datadata yang ada. Dengan demikian, laporan penelitian akan berisi kutipan – kutipan data untuk memberikan gambaran penyajian laporan tersebut. Data 22 23 Ibid Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006) hal. 4 17 tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan dan dokumen resmi24. Dalam penelitian ini, peneliti mencoba menjadi instrumen untuk menjadi penafsir dalam memahami respon masyarakat terhadap kyai yang terjun di politik, dengan wawancara langsung dengan masyarakat dan santri. 2 Subyek Penelitian Berdasarkan paparan diatas,maka peneliti memutuskan lokasi penelitian diPondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras jombang, adapun sasaran penelitiannya adalah masyarakat, santri dan kepala desamenjadi sasaran penelitian.Hal ini peneliti lakukan agar untuk lebih mudah untuk mendapatkan kevalidan data. 3 Jenis dan Sumber Data Dalam hal ini peneliti menggambarkan keadaan – keadaan atau status fenomena yag terjadi yang dapat diamati dari kata – kata tertulis maupun lisan dari orang – orang yang menjadi subjek penelitian, secara prakteknya peneliti sekaligus menggali informasi dari subyek penelitian kemudian hasil penelitian diungkapkan dengan kalimat. 1. Person (informan) Salah satu sumber data yang memberikan jawaban secara lisan melalui proses wawancara. Dengan cara ini peneliti dapat mengetahui gambaran tentang yang diteliti dari obyek yang diwawancarai. H. Moehadi, K.H Irfan Soleh, Hj. Munjidah Wahab, Hj. Ema Umiatul Husnia, Muhammad Bahruddin, 24 Ibid hal. 11 18 Shoim,Ila dina rohmatika, Iyan, Endah, Ibu Fatimah, Pak Irfan, Kh. Fadlulloh malik, Kh. Hasib wahab 2. Paper (dokumentasi/arsip) Sumber data yang menyajikan tanda – tanda, huruf, angka atau gambar. Dengan adanya suatu dokumen akan memudahkan peneliti untuk mengetahui hal – hal yang dianggap penting dalam penelitian tersebut 3. Place (tempat/lokasi) Sumber data yang berupa keadaan rill dari objek penelitian sebagai usaha observasi peneliti.Dengan adanya tempat dan lokasi, proses observasi dapat berjalan efektif dan dapat menghasilkan data yang diinginkan. 4 Tahap – Tahap Penelitian a. Tahap Pra Lapangan Tahap pra lapangan ini meliputi menyusun rencana penelitian, yaitu proposal penelitian, memilih lapangan penelitian, mengurus perizinan kepada pihak yang terkait, orientasi lapangan, mencari informasi sebagai narasumber data yang akurat, mempersiapkan perlengkapan penelitian baik perlengkapan fisik maupun non fisik, dan dengan memahami persoalan etika penelitian, etika penelitian adalah salah satu ciri utama penelitian kulitatif adalah orang sebagai instrument yang mengumpulkan data. Oleh karena itu, dia harus memahami peraturan, norma, dan nilai masyarakat.25 25 Ibid hal 127 19 b. Tahap Pekerjaan Lapangan Pada tahap ini peneliti mencermati dan memahami terlebih dahulu dari hasil tahap pra lapangan.Pengamatan disini adalah pengamatan terbuka yang terdapat dimasyarakat.Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan informan mengenai pendapat masyarakat dan santri terhadap keterlibatan kyai dalam politik.Pada tahap ini peneliti mencermati dan memahami terlebih dahulu dari hasil tahap pra lapangan. Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara dengan informan mengenai pendapat masyarakat terhadap keterlibatan kyai.Setelah mewawancarai, mencatat, mengumpulkan seluruh data yang ada dilapangan, data dari melakukan analisis sederhana dilapangan kemudian peneliti mengambil langkah selanjutnya, yaitu menbaca literatur dari berbagai media cetak. c. Tahap Analisis Data Setelah mengumpulkan seluruh data yang diperlukan pada tahap ini, dilakukan pemeriksaan keabsahan data, kemudian data ini akan ditelaah secara sistematik dan diambil suatu hipotesis serta menarik kesimpulan. 5 Tehnik Pengumpulan Data Tehnik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data yang diperlukan, untuk menggali data yang ada, peneliti menggunakan beberapa metode pengumpulan data, yaitu: 20 1. Observasi atau pengamatan secara langsung Observasi atau Pengamatan yang dilakukan peneliti disini adalah melakukan penelitian lapangan dengan cara mengamati kejadian atau proses yang berhubungan dengan ruang lingkup penelitian sesuai dengan pengalamanpengalaman secara empiris dan keadaan yang nyata. Sesuai dengan tujuan penelitian, direncanakan dan dicatat secara sistematis dan dapat dikontrol keandalannya (reliabilitasnya) dan kesahihannya (validitasnya). Observasi merupakan proses yang komplek dan sangat penting untuk penelitian kualitatif. 2. Interview atau wawancara Wawancara atau interview adalah suatu cara pengumpulan data dengan Tanya jawab kepada subyek penelitian, dalam teknik wawancara ini proses berlangsungnya adalah bebas dan berkembang secara luas atau face to face. Hasil interview ini dapat diusahakan mampu menunjang data terkumpul lewat observasi.Wawancara harus dilakukan dengan efektif, artinya dalam waktu sesingkat-singkatnya dapat diperoleh data yang sebanyak- banyaknya.Bahasanya harus jelas dan terarah.Begitu juga dengan suasananya harus tetap rileks agar data diperoleh adalah data yang objektif dan dapat dipercaya.26 Peneliti melakukan wawancara kepada masyarakat, santri, kyai, dan kepala desa karena informasi dari masyarakat yang dibutuhkan untuk kevalidan data dan nantinya akan menjadikan referensi tersendiri bagi peneliti. Hal ini 26 Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian suatu pendekatan praktek (Jakarta : Rineka Cipta, 1993) hal. 197 21 dilakukan agar peneliti lebih mudah untuk melakukan penelitian dan wawancara kepada narasumber yang benar. 3. Dokumentasi Tehnik dokumentasi yaitu teknik yang digunakan dalam mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, agenda, dan sebagainya. Tenik dokumentasi digunakan oleh peneliti yang berkenan dengan data-data yang berhubungan dengan lokasi penelitian. 6 Tehnik Analisis Data Analisa data dalam penelitian kualitatif sudah sejak pengumpulan data dilakukan, dengan membuat lembaran ringkasan kontak, memberikan catatatan refleksi dan catatan pinggir, membuat kode pola mengembangkan proposisi, menemukan situs sementara dalam penelitian ini, telah ditentukan lokasi/ situs sementara yang akan diteliti. Analisis data27 adalah proses mengatur urutan data, mengorganisirnya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Proses yang dimulai dari menalaah seluruh data yang tersedia dari berbagi sumber, mereduksi dta dengan membuat abstraksi, menyusunya dalam satuan – satuan, melakukan kategorisasi, cording, dan mengadakan pemeriksaan data dalam setiap situs yang diteliti. Proses satuan informasi yang berfungsi untuk menentukan atau mendefinisikan kategori, kategori asli (emik) atau Pengembangan (etik).28 27 Michael Quin Patton, Qolitative Evalution Methods (Beverly Hills :Sage Publication, 1987) hal 268 28 Ibid 306 22 Satuan ini merupakan bagian terkecil yang mengndung makna yang bulat dan berdiri sendiri terlepas dari bbagian yang lain. Satuan itu harus `heuristik` mengarah pada suatu pengertian atau suatu tindakan yang diperlukan oleh peneliti atau dilakukan peneliti dan merupakan sepotong informasi terkecil yang dapat sendiri, dapat ditafsirkan tanpa informasi tambahan.Analisis didalam situs ini sudah menggambarkan bagian kejadian penting, jenjang pertumbuhan informasi dan jaringan – jaringan peristiwa/ kejadian, serta jaringan kausal.29 Kategori data30 mengelompokan kedalam isi yang secara jelas berkaitan dan merumuskan aturan kategorisasi, serta menjaga agar setiap kategori yang telah disusun satu dengan yang mengikuti prinsip taat asa. 7 Tehnik Pemeriksaan Keabsahan Data Dalam pemeriksaan keabsahan data, Lexy J. Moleong didasrkan atas kreteria tertentu, kreteria itu terdiri atas: derajat kepercayaan (credebelity), keterahlian (transferability), ketergantungan dan kepastian (confirmability). Masing – masing kreteria tersebut menggunakan pemeriksaan sendiri.31 Dalam penelitian kualitatif, kevalidan dan keabsahan data diperoleh dari orang – orang terdekat, narasumber (informan) sehingga data yang diperoleh dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan oleh karena itu, teknik yang sesuai dengan penelitian kualitatif ini adalah snowball sampling. 29 Mathe B. Milea dan A. Michael Huberman,Ibid, hal. 137-263 Yvonna Lincoln dan Egon G. Guba, Naturalistyc Inquiry (Beverly Hills : Sage Publication, 1985) hal. 347 31 Lexi J. Moleong, op. cit, hal 324 30 23 Agar pemilihan sumber data ini dapat bermanfaat dengan maksimal, maka diperlukan adanya variasi dalam pemilihan informan, sehingga data yang terkumpul nantinya tidak hanya terbatas pada satu individu atau kelompok saja yang sering kali memiliki kepentingan sendiri.Yang pada akhirnya dapat mempengaruhi kevalidan dan keabsahan hasil penelitian. G. Sistematika Pembahasan Agar pembaca mudah untuk membaca bagian yang diperlukan dalam skripsi ini peneliti memberikan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I adalah Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep, metode penelitian, sistematika penelitian. Bab II adalah kajian pustaka atau landasan teori yang berisi tentang pembahsan teori serta hasil penelitian terdahulu yang relevan. Bab III adalah penyajian dan analisis data yang terdiri dari deskripsi umum obyek penelitian dan deskripsi hasil penelitian. Bab IV adalah penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.