1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Aktivitas masyarakat yang semakin tinggi terutama di kota-kota besar seperti Yogyakarta, mendorong munculnya usaha-usaha yang bertujuan meringankan beban masyarakat dalam hal kerumahtanggaan, seperti jasa laundry atau pencucian pakaian. Kemunculan jasa laundry ini selain dapat memberikan keuntungan, juga menghasilkan limbah dengan volume yang cukup besar. Jasa laundry dalam aktivitasnya selalu menggunakan deterjen yang mengandung surfaktan sebagai bahan dasar deterjen, polifosfat sebagai builder serta bahan aditif sebagai pemutih dan pewangi. Komponen terbesar dari deterjen yaitu bahan pembersih (surfaktan) berkisar 70-80% diikuti bahan builders berkisar 2030%, dan bahan aditif yaitu antara 2-8% (Sawyer, 1978). Limbah yang mengandung deterjen dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, baik di tanah maupun di air. Surfaktan dapat menurunkan kesuburan tanah yang berakibat lebih lanjut pada penurunan produktivitas pertanian. Surfaktan juga dapat menurunkan tegangan permukaan air, akibatnya surfaktan akan mudah menembus ke dalam air tanah secara in vivo, sehingga dapat mencemari air tanah (Hanif dkk., 2012). Dalam perairan, surfaktan tersebut dapat mengganggu ekosistem air sehingga dapat menimbulkan kerusakan lingkungan (Ogundiran dkk., 2010). Surfaktan juga dapat menyebabkan gangguan kesehatan manusia seperti iritasi kulit (dermatitis) dan iritasi mata. Parameter air limbah secara umum juga dapat dinyatakan dengan nilai COD yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk oksidasi zat kimia. Kurniawan (2015) melaporkan bahwa rata-rata nilai COD limbah laundry adalah 1350 mg/L. Sementara berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No. 7 Tahun 2010 mengenai baku mutu kegiatan laundry, COD dalam air limbah laundry maksimal adalah sebesar 125 mg/L. Jadi pada umumnya nilai COD limbah laundry belum memenuhi peraturan 1 2 pemerintah sehingga tidak boleh langsung dibuang ke lingkungan. Agar limbah dapat dibuang dengan aman ke lingkungan, maka harus dilakukan pengolahan terlebih dahulu untuk menurunkan nilai COD. Beberapa upaya yang pernah dilakukan untuk menurunkan nilai COD dari limbah laundry antara lain dengan metode biodegradasi,biofiltrasi, adsorpsi, koagulasi, dan fotodegradasi. Metode biodegradasi melibatkan mikroba atau bakteri untuk mendegradasi senyawa surfaktan yang menghasilkan H2O, CO2, ion-ion anorganik, karbon alifatik, dan gugus fungsi benzena (Jurado dkk., 2006; Budiawan dkk., 2009). Metode biodegradasi ini masih menghasilkan gugus-gugus fungsi dengan berat molekul yang besar yang menunjukan bahwa biodegradasi kurang efektif. Hal ini dapat disebabkan tingkat kematian mikroorganisme yang cukup tinggi karena teracuni oleh surfaktan dengan konsentrasi yang tinggi di perairan. Selain itu, temperatur di dalam media sering tidak sesuai dengan tubuh mikroorganisme dan jumlah oksigen untuk kelangsungan hidup mikroorganisme. Hal ini mengindikasikan bahwa metode biodegradasi belum dapat mendegradasi senyawa secara sempurna. Metode lain yang telah dilaporkan adalah metode biofiltrasi. Metode ini menggunakan tanaman dengan sistem akar dan konsorsium mikroba. Metode ini cukup efektif untuk menurunkan nilai COD (Anggraeni, 2014). Namun dalam metode ini dibutuhkan penyesuaian kondisi untuk jenis dan jumlah mikroba/bakteri yang dominan berperan dalam penurunan beban pencemar pada proses biofiltrasi. Metode lain adalah adsorpsi, yang telah diuji menggunakan adsorben seperti resin (Yang dkk., 2006), zeolit (Taffarel dan Rubiol, 2010), serta pasir granit dan alumina (Khan dan Zareen, 2006; Adak dkk., 2005). Metode ini cukup efektif untuk menurunkan nilai COD di perairan, namun apabila adsorben telah jenuh akan menjadi limbah padat yang menjadi pencemar baru bagi lingkungan. Metode koagulasi juga pernah diuji dan dilaporkan bahwa metode koagulasi memiliki efektivitas yang cukup menjanjikan untuk menurunkan nilai COD limbah laundry (Maretha dkk., 2014). Namun dalam metode koagulasi ini surfaktan dan 3 koagulan yang telah menggumpal dapat menjadi pencemar baru yang harus dipikirkan lagi pengolahannya. Metode yang sedang dikembangkan untuk menurunkan nilai COD ialah fotodegradasi, yaitu metode degradasi senyawa organik dengan melibatkan sinar ultraviolet dan bantuan fotokatalis semikonduktor seperti TiO2 yang menghasilkan molekul-molekul kecil yang lebih aman (Hoffman dkk., 1995). Metode ini dilaporkan cukup efektif, namun adanya endapan TiO2 dari hasil akhir proses ini dapat menjadi limbah baru (Amaliyah, 2014). Limbah padat TiO2 yang berasal dari metode fotodegradasi terkatalisis TiO2 dapat diatasi dengan fotodegradasi tanpa TiO2 sebagai metode alternatif untuk menurunkan nilai COD limbah laundry, yaitu dengan metode fotofenton. Dalam metode fotofenton, fotodegradasi terjadi oleh adanya radikal •OH yang berasal dari H2O2 melalui proses fotolisis oleh sinar lampu UV maupun melalui proses katalisis oleh ion Fe2+. Penggunaan katalisator Fe2+ lebih aman karena tidak termasuk logam berat yang berbahaya serta mudah diambil kembali diakhir proses. Metode ini sudah banyak diterapkan untuk menurunkan nilai COD limbah cair dari berbagai industri seperti industri insektisida (Samet dkk., 2012), industri kertas (Marinosa dkk., 2012), industri minyak (Dincer dkk., 2008) dan industri obat herbal (Mulatsari, 2014), namun metode ini belum diterapkan untuk limbah laundry. Berdasarkan fakta tersebut, pada penelitian ini dilakukan metode fotofenton untuk menurunkan nilai COD dari limbah laundry. Pada beberapa penerapan metode fotofenton dari penelitian sebelumnya, diperoleh kondisi optimum yang berbeda untuk jenis limbah cair yang berbeda. Oleh karena itu pada penelitian ini juga dilakukan penentuan kondisi optimum pada proses fotofenton yang meliputi pH reaksi dan waktu penyinaran dengan sinar UV. 4 I.2 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah memanfaatkan metode fotofenton untuk menurunkan nilai COD akibat limbah laundry sebelum dibuang ke lingkungan. Tujuan khusus dari penelitian ini yaitu: 1. Menentukan nilai COD limbah laundry dan identifikasi senyawa organik yang berperan sebagai penyumbang nilai COD dalam limbah laundry. 2. Mempelajari pengaruh waktu penyinaran dengan sinar UV dan pH pada proses fotofenton untuk menghasilkan penurunan COD secara maksimal. 3. Mengetahui jumlah tahapan proses fotofenton yang dibutuhkan untuk menurunkan nilai COD limbah laundry hingga memenuhi baku mutu yang telah ditentukan. I.3 Manfaat penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi kepada para peneliti untuk penanganan limbah laundry dengan metode fotofenton pada kondisi optimum, membantu mengurangi produksi COD yang tinggi akibat dari industri laundry tersebut serta memberikan informasi kepada masyarakat terhadap pencemaran akibat limbah laundry yang dibuang ke lingkungan.