TINJAUAN PUSTAKA Ikan Nila (Oreochromis niloticus) Ikan nila hidup di perairan yang dalam dan luas maupun di kolam yang sempit dan dangkal, seperti sungai, waduk, rawa, tambak air payau. Ikan nila hidup pada nilai pH berkisar antara 6 - 8,5 namun pertumbuhannya akan optimal pada pH 7 - 8 dan pada suhu 25 - 30 0C (Suyanto, 2003). Ikan nila tergolong ikan pemakan segala (omnivora), seperti : plankton, alga, crustacea, insecta, dan organisme benthos. Ikan nila memiliki sifat–sifat unggul, antara lain: efesien dalam pemanfaatan pakan, pertumbuhannya cepat, bergizi tinggi dan dagingnya mirip dengan kakap merah (Suyanto, 2003). Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982) adalah sebagai berikut : Filum : Chordata Subfilum : Vertebrata Klass : Osteichthyes Subklass : Acanthoptherygii Ordo : Percomophi Subordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis Spesies : Oreochromis niloticus Ikan nila memiliki ciri garis vertikal berwarna gelap pada sirip-sirip ekor, punggung, dan dubur. Bentuk tubuh pipih ke arah vertikal (kompres), mata sedikit menonjol dan cukup besar dengan bagian tepi tubuh berwarna putih, bibir tebal dan biasa disembulkan. Ikan ini memiliki sirip yang lengkap. Posisi sirip ventral terhadap pektoral adalah torasik. Garis linear terputus menjadi dua yaitu atas dan bawah (Suyanto, 2003). Ikan nila dilaporkan sebagai pemakan segala (omnivora), pemakan plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Selain itu, ikan ini mudah berbiak, peka terhadap perubahan lingkungan, mampu mencerna makanan secara efisien, pertumbuhan cepat, dan tahan terhadap serangan penyakit. Oleh karena mudahnya dipelihara dan dibiakkan, maka ikan ini banyak diternakkan di berbagai negara sebagai ikan konsumsi, termasuk di berbagai daerah di Indonesia (Sugiarto, 1988). Azolla Azolla adalah sejenis tumbuhan paku air biasa ditemukan di perairan tenang seperti danau, kolam, sungai, dan pesawahan. Para petani biasanya menganggap azolla sebagai gulma atau limbah pertanian. Azolla pada daerah pesawahan akan mengambang di atas permukaan air dan jika air berkurang akan menempel pada tanah yang lembab. Selama perkembangannya azola dapat menutupi permukaan air. Azolla termasuk ordo Salviniales, famili Azollaceae, dan terdiri atas enam spesies, yaitu : A. filiculoides, A. caroliana, A. mexicua, a. microphylla, A. pinnata, dan A. nilotica. Spesies yang banyak di Indonesia terutama di pulau Jawa adalah A. pinnata, dan biasa tumbuh bersama-sama padi (Lumpkin dan Plucknett, 1982). Tanaman azolla memiliki daya adaptasi lingkungan yang tinggi, laju pertumbuhan yang relatif cepat, dan kandungan protein yang cukup tinggi dengan komposisi asam amino yang lengkap. Hal ini mendasari pemikiran pemanfaatan azolla sebagai salah satu alternatif bahan baku protein yang kebutuhannya semakin lama semakin meningkat (Winaya dkk., 2010). Tumbuhan Azolla dalam taksonomi tumbuhan mempunyai klasifikasi sebagai berikut (Arifin, 1996). Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Divisi : Pteridophyta Kelas : Leptosporangiopsida (heterosporous) Ordo : Salviniales Famili : Salviniaceae Genus : Azolla Spesies : Azolla pinnata Azolla adalah tanaman pakis air yang berbentuk segitiga atau polygonal, tumbuh mengapung serta mengambang di permukaan air kolam, selokan dan sawah pada daerah beriklim tropis dan sub tropis, genus ini adalah satu-satunya dari keluarga Azollaceae dan memiliki enam sampai delapan spesies yang diakui (Teixeira dkk., 1996). Azolla dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Azolla pinnata Azolla dapat digunakan sebagai salah satu sumber protein nabati penyusun ransum ikan, karena mengandung protein yang cukup tinggi. Azolla tidak mengandung senyawa beracun. Azolla sebagai sumber protein telah dicoba pada ikan nila ukuran ngaramo, yang hasilnya dapat mensubtitusi pakan kontrol (terdiri dari campuran dedak, tepung ikan, jagung, dan pati jagung) sampai tingkat 10% (Bittner, 1989). Tabel Hasil analisis proksimat azolla menurut Bittner (1989) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Analisis Proksimat azolla Protein Kasar Kalsium Fosfor Lemak Serat Kasar Pati 18 %, 0,7 %, 3,25 %, 3,15 %, 10,9 %, 6,5%, Pakan Komersil Untuk mendapatkan pertumbuhan ikan yang optimum, perlu ditambahkan pakan tambahan yang berkualitas tinggi, yaitu pakan yang memenuhi kebutuhan nutrisi ikan. Nilai gizi pakan ikan pada umumnya dilihat dari komposisi zat gizinya, seperti kandungan protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Selain nilai gizi makanan, perlu diperhatikan pula bentuk dan ukuran yang tepat untuk ikan yang dipelihara (Sumantadinnata, 1983). Kandungan zat-zat makanan pada masing-masing bahan pakan berbedabeda. Setiap bahan pakan mempunyai kelebihan pada suatu zat makanan tertentu tetapi mempunyai kekurangan pada zat makanan yang lain. Hal tersebut menyebabkan adanya pengelompokan suatu bahan pakan berasarkan kandungan zat-zat makanan. Umumnya setiap bahan pakan mempunyai kandungan vitamin yang cukup. Untuk menambah kebutuhan vitamin dapat dilakukan dengan memberi vitamin sintetis buatan pabrik (Dharmawan, 2001) Pakan komersil ikan yang digunakan berdasarkan karung pakan dapat dillihat pada Gambar 3. Gambar 3. Pakan Komersil Analisa pakan komersil ikan yang digunakan berdasarkan karung pakan dapat dillihat pada Tabel 2. Tabel 2. Analisa Pakan Komersil ikan Protein Lemak Serat Abu 30 % 4% 5% 12 % Sumber: Label Kemasan Pakan Komersil (Tahun 2015). Kadar air 12 % Komponen Nutrisi Pakan Nutrisi adalah bahan baku yang dibutuhkan demi kelangsungan hidup suatu organisme, digunakan oleh sel-sel tubuh untuk pembentukan bagian tubuh dan untuk energi dan metabolisme suatu organisme (Batu, 1982). Protein Pada hewan tingkat tinggi, protein yang terdapat sebagai bagian dari bahan pangannya dihidrolisis terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan lebih lanjut. Proses ini disebut proteolisis yang dikatalisis oleh enzim-enzim tertentu. Proses ini berlangsung dalam saluran pencernaan yaitu ventrikulus dan intestinum. Di dalam ventrikulus, protein pakan akan mengalami denaturasi oleh kerja HCl dan dihidrolisis oleh enzim pepsin sehingga protein tersebut berubah menjadi peptid. Pencernaan di dalam ventrikulus merupakan suatu persiapan untuk pencernaan dalam intestinum. Dalam intestinum, peptid akan dihidrolisis oleh enzim karboksipeptidase, tripsin, khemotripsin, dan elastase sebagai katalisatornya. menjadi polipeptid, tripeptid, dan dipeptid. Selanjutnya, oligopeptid ini akan dihidrolisis dengan enzim peptidase menjadi bentuk tripeptid, dipeptid, dan asam amino. Hidrolisis berikutnya untuk senyawa tripeptid dan dipeptid dilakukan oleh enzim tripeptidase dan dipeptidase hingga akhirnya menjadi asam amino (Martoharsono, 1993). Protein adalah zat penyusun 3/4 bagian dari tubuh ikan. Ada 21 jenis asam amino, 10 di antaranya adalah asam amino esensial yang harus terdapat dalam makanan yaitu treonin, lisin, metionin, arginin, valin, phenilalanin, triptopan, leusin, isoleusin, dan histidin. Disebut esensial bagi suatu spesies organisme apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak mampu memproduksi sendiri atau selalu kekurangan asam amino yang bersangkutan. Oleh karena tubuh ikan tidak dapat mensintesis protein dan asam amino dari senyawa nitrogen anorganik sehingga adanya protein dalam pakan ikan mutlak dibutuhkan (Murtidjo, 2001). Lemak Lemak berfungsi sebagai sumber energi, membantu penyerapan mineral – mineral tertentu terutama kalsium serta penyimpan vitamin – vitamin yang terlarut dalam lemak. Pencernaan lemak dimulai pada segmen lambung tetapi tidak begitu efektif (Sahwan, 2002). Pencernaan lemak secara intensif dimulai pada segmen usus. Lemak akan diubah menjadi partikel lemak berukuran kecil yang disebut micel oleh garam empedu dan lipase pankreatik. Partikel lemak dalam bentuk micel ini siap diserap oleh dinding usus (enterosit) (Fujaya, 2004). Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber energi dan pada umumnya diproduksi oleh tumbuhan melalui proses fotosintesis. Kebutuhan ikan terhadap karbohidrat sangat tergantung pada jenis ikan. Golongan ikan karnivora membutuhkan karbohidrat lebih kurang 9%, golongan ikan omnivora memerlukan karbohidrat hingga 18,6%, dan ikan herbivora memerlukan karbohidrat lebih banyak lagi, yaitu mencapai 61% (Mudjiman, 1985). Vitamin dan Mineral Vitamin diperlukan dalam jumlah yang relatif sedikit terutama untuk menjaga kesehatan dan pertumbuhan ikan. Vitamin secara spesifik diperlukan dalam metabolisme yaitu sebagai koenzim. Ditinjau dari sifat fisiknya, vitamin dapat dibagi ke dalam dua golongan yaitu (1) vitamin yang larut dalam air meliputi vitamin B dan C, (2) vitamin yang larut dalam lemak yang meliputi vitamin A, D, E, K (Sahwan, 2002). Vitamin, mineral dibutuhkan dalam jumlah yang tidak terlalu besar. Mineral yang dibutuhkan oleh ikan antara lain kalsium, fosfor, natrium, mangan, besi, tembaga, yodium, dan kobalt (Sahwan, 2002). Pertumbuhan Ikan Pertumbuhan adalah pertambahan panjang atau berat dalam kurun waktu tertentu. Pertumbuhan dalam individu diperoleh dari penambahan jaringan akibat penambahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi apabila ada kelebihan sejumlah besar zat makanan penghasil energi dan asam amino (protein) yang mendorong proses pertumbuhan (Effendie, 1997). Protein merupakan sumber energi bagi ikan dan protein mutlak diperlukan oleh ikan. Protein dapat berguna untuk memperbaiki sel-sel rusak, sebagai salah satu pembentuk membran sel, juga dapat menjadi sumber energi bagi benih ikan lele dumbo (Batu, 1982) Menurut Sahwan (2003), karbohidrat merupakan sumber energi bagi ikan, dan pada umumnya berasal dari tumbuhan. Lemak berguna sebagai energi cadangan, membantu penyerapan vitamin terlarut dalam lemak dan melindungi organ-organ vital bagi ikan. Menurut Suyanto (2002) beberapa faktor pembatas perairan untuk ikan nila adalah sebagai berikut : 1. Oksigen (O2) Kadar oksigen terlarut cukup baik untuk ikan nila berkisar antara 4 – 9 ppm. Ikan nila dapat mentoleransi kadar DO sampai 1 ppm. 2. pH (derajat keasaman) Nilai pH air yang dapat ditoleransi oleh ikan nila berkisar antara 5–11, sedangkan pertumbuhan optimal terjadi pada pH 7–8. 3. Amonia (NH3) Konsentrasi NH3 dan H2S tidak lebih dari 2 ppm cukup aman untuk sebagian besar ikan termasuk ikan nila. 4. Suhu Keadaan suhu air yang optimal untuk ikan nila adalah 25ºC - 28°C. Secara alami ikan akan memijah pada suhu 22ºC–33°C. Suhu kurang dari 6ºC atau lebih dari 42ºC dapat mematikan ikan nila. Perubahan suhu yang sangat drastis dapat mengganggu laju respirasi dan aktivitas jantung.