1 PENDAHULUAN Kambing, Capra hircus, merupakan anggota kelas Mamalia, ordo Artiodaktila, sub ordo Ruminansia dan famili Bovidae (Devendra & McLeroy 1982). Kambing banyak digunakan sebagai hewan ternak penghasil daging, susu, dan serat (Ensminger 2002). Di Indonesia, memelihara ternak kambing masih tergolong sebagai usaha sampingan (small entrepreneurship) oleh petani penggarap lahan, yang biasanya memelihara kambing sebanyak 2-10 ekor (Devandra & Burns 1994). Kambing sebagai hewan ternak pertama kali dimasukkan ke Jawa pada tahun 1700-an oleh Pemerintahan Hindia Belanda, yang kemudian menyebar ke berbagai wilayah di Indonesia. Di setiap wilayah, kemudian ternak kambing berkembang membentuk kambingkambing lokal Indonesia yang dicirikan dengan karakter teradaptasi ke kondisi kelokalannya. Karakter lokal yang umum ditemukan di seluruh wilayah Indonesia adalah menurunnya laju pertumbuhan dan ukuran tubuh, bersifat prolifik (kemampuan beranak lebih dari satu ekor), dan lebih tahan terhadap parasit dan iklim tropis. Sebagai hewan ternak, salah satu campur tangan peternak yang menonjol adalah membantu proses perkawinan untuk memperoleh ternakternak yang lebih baik. Biasanya peternak menyukai ternak jantan unggul untuk dikawinkan dengan induk betina yang dipunyainya secara turun-menurun di suatu wilayah. Perkawinan berbantuan manusia tersebut akan meningkatkan keragaman ternak kambing, baik antar wilayah maupun di dalam suatu wilayah. Untuk mengungkapkan hal tersebut, dilakukan analisis keragaman ternak kambing yang ada di beberapa wilayah di Indonesia berdasarkan genom mitokondria. Genom mitokondria (mtDNA) vertebrata merupakan molekul DNA yang berbentuk sirkular, dengan ukuran 15-20 ribu pasang basa. Genom mitokondria ini berisi 22 gen yang menyandikan tRNA, 2 gen menyandikan rRNA, 13 gen menyandikan protein, dan sebuah ruas yang disebut Daerah Pengendali (control region atau d-loop) sebagai tempat dimulainya replikasi dan transkripsi (Avise 1994). Variasi panjang mtDNA pada vertebrata lebih disebabkan oleh duplikasi gen daripada adanya tambahan gen. Genom mitokondria memperlihatkan pewarisan sifat genetik melalui garis maternal, artinya mtDNA hanya diwariskan dari induk betina. Selain itu, mtDNA tidak mengalami rekombinasi dan banyak dilaporkan mempunyai laju mutasi yang cepat (MacHugh & Bradley 2001). Atas dasar ini, mtDNA menjadi populer sebagai penanda molekuler keragaman genetik pada berbagai hewan. Keragaman genetik mtDNA dapat diketahui dengan cara mengamplifikasi mtDNA pada sekuen tertentu secara in vitro. Metode ini dikenal sebagai Polymerase Chain Reaction (PCR). Keragaman mtDNA dapat diketahui dengan memotong hasil amplifikasi PCR menggunakan enzim restriksi, yang dikenal dengan metode Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP). Variasi panjang hasil pemotongan ini yang akan memperlihatkan keragaman mtDNA akibat perbedaan-perbedaan situs enzim restriksi yang digunakan. Selain itu, keragaman mtDNA dapat diketahui dengan metode sekuensing, suatu metode untuk mengetahui runutan nukleotida, yang dilanjutkan dengan analisis penyejajaran (alignment) antar sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman kambing lokal berdasarkan Daerah Pengendali mtDNA. METODE Bahan Sampel darah kambing, berupa buffy coat, yang digunakan pada penelitian ini merupakan koleksi beku Dr. Bess Tiesnamurti, Puslitbangnak Bogor. Sampel tersebut berasal dari Sumatera Utara (22 sampel), Muara-kab. Tapanuli Utara (30), Samosir (31), MaricaSulawesi Selatan (30), dan Gembrong-Bali (13). Metode Ekstraksi dan isolasi DNA. Ekstraksi DNA dilakukan menggunakan kit ekstraksi DNA (Real Genomics™ Genomic DNA Extraction Kit – Real Biotech Corporation), dengan prosedur sesuai dengan petunjuk produsen untuk buffy coat. Amplifikasi Daerah Pengendali. Ruas Daerah Pengendali pada DNA mitokondria diamplifikasi menggunakan mesin Thermocycler (TaKaRa PCR Thermal Cycler MP4 – TaKaRa Biomedicals). Amplifikasi ruas ini menggunakan pasangan primer AF22 (5’-GCG TAC GCA ATC TTA CGA TCA3’) dan AF24 (3’-TCA TCT AGG CAT TTT CAG TG-5’), yang meliputi ruas Daerah Pengendali mulai dari bagian akhir gen Cyt b