BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu sindroma. Sementara gastritis adalah diagnosis yang bisa ditegakkan secara histologis, bukan diagnosis klinis. Gastritis merupakan proses inflamasi pada mukosa dan submukosa lambung sebagai respon terhadap jejas (injury) yang dapat bersifat akut maupun kronik.1 Infeksi dengan kuman Helicobacter pylori merupakan penyebab tersering gastritis kronik aktif di seluruh dunia. Sementara gastritis kimiawi seperti akibat NSAID merupakan faktor resiko terpenting nomor 2 terjadinya ulkus peptikum setelah gastritis H.pylori.2 Helicobacter pylori memegang peranan penting terjadinya gastritis dan ulkus peptikum. Infeksi Helicobacter pylori (H. pylori) diperkirakan terjadi pada 50% populasi di dunia di mana sebagian besar infeksi tersebut terjadi di negara-negara berkembang yaitu sebesar 70-90% dan hanya 40-50% di negara-negara industri. Gastritis terkait NSAID ini juga merupakan masalah medis yang sering dijumpai di praktek klinis. Sekitar 11% populasi US mengalami masalah ini.3-5 Infeksi H. pylori juga sangat penting dalam pathogenesis penyakit gastrointestinal yang lain, seperti penyakit ulkus peptikum (PUD), adenokarsinoma lambung dan limfona lambung.6 Prevalensi H.pylori di negara Barat terus menurun dan hal ini disebabkan oleh perbaikan standar hidup, higiene yang baik, tingkat kepadatan yang rendah, dan penggunaan antibiotik. Sementara di Asia, tingkat infeksi H.pylori sangat tinggi, termasuk di Indonesia.7,8 Pada gastritis terjadi respons inflamasi baik akut maupun kronik. Terjadi aktivasi sitokin-sitokin yang menyebabkan terjadinya inflamasi 1 Universitas Sumatera Utara mukosa.9 Marker inflamasi seperti Interleukin dan TNF-α terkait dalam proses inflamasi di mukosa gaster.10 Matriks metaloproteinase (MMP) adalah proteinase dependen yang mampu mengurai hampir semua protein matriks ekstraseluler. MMP mengambil bagian dalam banyak proses-proses biologis seperti dalam remodeling jaringan, penyembuhan luka, dan perkembangan embrio dan juga memainkan peran dalam invasi tumor serta metastasis melalui degradasi jaringan ikat, membran basal dan stroma matriks Aktivitas berlebih dari MMPs menyebabkan kerusakan tuan rumah dengan menyebabkan kerusakan jaringan ikat. 11 Peradangan adalah respon fisiologis untuk mengembalikan jaringan ke homeostasis setelah infeksi atau cedera. MMP tikus memperlihatkan berbagai cacat pada respon inflamasi, yang menunjukkan bahwa matriks metaloproteinase terlibat dalam pengaturan proses ini. Untuk dapat memahami regulasi dari banyak tahapan matriks metaloproteinase pada respon inflamasi harus memungkinkan identifikasi target baru untuk terapi pengobatan kondisi dengan komponen inflamasi, seperti sepsis, artherosklerosis, artritis dan kanker. segera setelah serangan, neutrofil diaktifkan oleh chemoattractants, kemokin atau molekul inflamasi lainnya. Neutrofil cepat bermigrasi sepanjang gradien kemokin ke tempat cedera atau pada tempat infeksi dimana neutrofil memfagositosis patogen, menjalani ledakan oksidatif dan degranulasi, melepaskan faktor antimikroba, termasuk oksigen reaktif spesies, defensin dan protease (Termasuk-neutrofil spesifik matriks metalloproteinase- 25 dan matriks metaloproteinase-8). Pelepasan mediator larut, termasuk pro-inflamasi sitokin dan kemokin, respon inflamasi, merangsang respon sel stroma yang meliputi sekresi matriks metaloproteinase.12 Telah diketahui dari beberapa studi bahwa MMP, berkaitan erat dengan penyakit ulkus lambung dan kanker. Saat ini, kajian vivo dan in-vitro telah menetapkan aktivasi beberapa MMP dihubungkan dengan infeksi H. Pylori.5 Sesuai dengan sifat proteolitiknya, peningkatan produksi MMP telah 2 Universitas Sumatera Utara didokumentasikan dalam beberapa penyakit manusia yang ditandai dengan degradasi jaringan, termasuk infeksi H.pylori yang berhubungan dengan gastritis dan ulkus gastrointestinal.13 Kanker lambung adalah penyebab utama kematian ketiga terbanyak terkait kanker di dunia dan faktor risiko terkuat yang teridentifikasi untuk keganasan ini adalah gastritis kronis yang disebabkan oleh patogen Helicobacter pylori. Satu Respon penjamu yang menambah risiko kanker lambung adalah peningkatan ekspresi dari Sitokin Proinflamasi IL-1β, faktor penjamu lain yang terkait dengan neoplasia dalam saluran usus adalah matriks metalloproteinase-7 (MMP-7), MMP disekresikan secara istimewa oleh sel-sel epitel.14 MMP-7, juga disebut matrilysin, memiliki aktivitas proteolitik yang luas dan mampu mengaktifkan MMPs lainnya dan mungkin memainkan beberapa peran selama remodeling jaringan. MMP-7 diekspresikan dalam jaringan normal seperti paru-paru, monosit, endometrium, sel-sel mesangial serta dalam epitel duktal dan kelenjar. Ekspresi MMP-7 meningkat pada berbagai jenis kanker seperti kolorektal, lambung, esofagus, pancreas, prostat dan leher, paru-paru, hepatocellular dan karsinoma payudara.11 MMP-7 terlokalisasi pada pinggir koloni epitel sel lambung. Tingkat penyebaran sel kelenjar lambung lebih tinggi pada kultur yang teinfeksi H. pylori dibandingkan dengan kontrol, dan ini dihambat oleh antisense oligo nukleotida MMP-7. Ada bukti lebih lanjut bahwa induksi MMP-7 dalam Mukosa lambung oleh strain kuman H. pylori tertentu. 15 Nilai ekspresi MMP-7 telah terbukti meningkat di dalam biopsi sel-sel lambung yang terinfeksi H. Pylori.16 Berdasarkan informasi di atas disusunlah penelitian ini untuk mengetahui kadar MMP-7 pada pasien gastritis H.pylori maupun gastritis non H.pylori. 3 Universitas Sumatera Utara 1.2 Rumusan Masalah - Bagaimana perbandingan kadar serum MMP-7 pada pasien gastritis H.pylori dengan non H.pylori? 1.3 Tujuan Penelitian - Tujuan Umum Untuk mengetahui kadar serum MMP-7 pada gastritis H. Pylori dibanding non H. pylori - Tujuan Khusus Untuk mengetahui perbandingan serum MMP-7 pada gastritis H. pylori dibanding non H. pylori 1.4 Hipotesis Terdapat peningkatan kadar serum MMP-7 pada gastritis H.pylori dibanding non H.pylori. 1.5 Manfaat Penelitian Bagi ilmu pengetahuan : untuk mengetahui hubungan MMP-7 dengan gastritis pada pasien H.pylori dan non H.pylori. Bagi pasien : dengan pemeriksaan non invasif untuk dapat memprediksi derajat keparahan gastritis pada pasien H.pylori dan H.pylori. 1.6 Kerangka Konsepsional Variabel independen pada penelitian ini adalah gastritis H.pyloridan non H.pylori serta variabel dependen adalah MMP-7 4 Universitas Sumatera Utara Variabel Independen Variabel dependen H. Pylori (+) Dispepsia Gastritis MMP-7 H. Pylori (-) Gambar 1.1. Kerangka Konsepsional 5 Universitas Sumatera Utara