BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Neraca Pembayaran 2.1.1

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Neraca Pembayaran
2.1.1
Pengertian Neraca Pembayaran
Dalam Balance of Payments Manual (BPM) yang diterbitkan oleh IMF
(1993), defenisi balance of payment (BOP) adalah:
“A statement that systematically, for spesific time period, the economic
transactions of an economic with the rest of the world. Transactions, for the most
part between residents and nonresidents, consist of those involving goods, services
and income; those involving financial claim on assets and liabilities to, the rest of
the world; and those (such gift) classified as transfers which involve offsetting
entries to balance in an accounting sense – one set transactions.”
Selanjutnya Hady (2001:59) mendefenisikan balance of payment (BOP)
adalah suatu catatan yang disusun secara sistematis tentang seluruh transaksi
ekonomi yang meliputi perdagangan barang/jasa, transfer keuangan dan moneter
antara penduduk (resident) suatu negara dan penduduk luar negeri (rest of the
world) untuk suatu periode waktu tertentu, biasanya satu tahun. Neraca pembayaran
adalah suatu catatan yang sistematis mengenai transaksi ekonomi yang dilakukan
oleh penduduk (residen) suatu negara dengan penduduk negara lainnya (non
residen) dalam jangka waktu tertentu (Sugiyono, 2002). Dengan kata lain neraca
pembayaran mencatat nilai barang dan jasa serta volume modal netto yang masuk
dan keluar dari suatu negara untuk suatu periode tertentu, biasanya dua belas bulan
(Jackson, 2009).
Aplikasi serta interpretasi dari neraca pembayaran berpokok pada dua hal :
Pertama, neraca pembayaran mencakup baik barang dan jasa akhir maupun
Universitas Sumatera Utara
antara(intermediate). Kedua, ketidakseimbangan dalam neraca pembayaran
mencerminkan surplus dan defisit, bukannya untung dan rugi. Hal ini ukuran neraca
pembayaran mencatat arus masuk keluar barang, jasa dan kapital untuk satu negara,
bukannya syarat – syarat mengenai arus barang, jasa dan kapital tersebut.
2.1.2 Tujuan Penyusunan Neraca Pembayaran
Statistik neraca pembayaran diperlukan dalam perhitungan pendapatan
nasional mengingat salah satu variabel pendapatan nasional adalah nilai ekspor –
impor barang dan jasa yang tercatat dalam neraca pembayaran.
Tujuan penyusunan neraca pembayaran adalah :
a) Mengetahui peranan sektor eksternal dalam perekonomian suatu negara.
b) Mengetahui aliran sumber daya antara negara.
c) Mengetahui struktur ekonomi dan perdagangan suatu negara.
d) Mengetahui permasalahan utang luar negeri suatu negara.
e) Mengetahui perubahan posisi cadangan devisa suatu negara.
f) Dipergunakan sebagai sumber data dan informasi dalam penyusunan anggaran
devisa (foreign exchange budget).
g) Dipergunakan sebagai sumber data penyusunan statistik pendapatan nasional
(national account).
2.1.3 Struktur Dasar Neraca Pembayaran
Dilihat dari strukturnya, neraca pembayaran dapat dikelompokkan dalam dua
kelompok besar, yaitu transaksi berjalan dan transaksi modal. Masing – masing
komponen dalam kelompok terdiri dari sisi kredit dan debet. Sisi kredit mencatat
Universitas Sumatera Utara
transaksi – transaksi yang menimbulkan hak bagi penduduk suatu negara untuk
menerima pembayaran dan sisi debet mencatat transaksi – transaksi yang
menimbulkan kewajiban membayar bagi penduduk suatu negara terhadap penduduk
negara lain.
Secara garis besar neraca pembayaran meliputi:
1. Current Account
Meliputi transaksi yang berkaitan dengan ekspor dan impor terhadap barang dan
jasa. Melalui pos transaksi ini akan terlihat jelas apakah neraca perdagangan
suatu negara surplus atau bahkan defisit.
2. Capital Account
Mencakup arus modal masuk sebagai inflow dan arus modal keluar (outflow).
Adapun inflow dapat meliputi modal resmi maupun bentuk modal lainnya.
3. Errors and Omissions
Errors and Ommissions sebagai kesalahan yang belum diperhitungkan atau
kesalahan yang diabaikan. Pada model perhitungan IMF (International
Monetary Fund) merupakan neraca penyeimbang yang memberi makna defisit
atau surplus neraca pembayaran pada tahun pencatatan.
4. Reserve
Bahwa pada cara yang disajikan oleh IMF merupakan perkembangan cadangan
devisa dari tahun sebelum pencatatan sampai pada saat pencatatan atau yang
lazim dinyatakan sebagai monetary movement.
Universitas Sumatera Utara
2.1.4
Mekanisme atau Proses Penyesuaian Neraca Pembayaran
Terdapat 3 (tiga) macam mekanisme atau proses penyesuaian yang penting
menyangkut neraca pembayaran, yaitu:
1. Mekanisme Harga
Mekanisme Hume adalah mekanisme penyesuaian neraca pembayaran melalui
perubahan harga-harga. Mekanisme ini umumnya pemerintah membawa
kembali neraca pembayaran ke posisi keseimbangan kembali. Mekanisme ini
pada hakekatnya adalah dengan sistem standar emas penuh.
2. Mekanisme Pendapatan
Mekanisme penyesuaian melalui kebijakan atau pengaturan pendapatan
nasional, yang singkatnya disebut “mekanisme pendapatan” menggambarkan
adanya saluran lain bagi proses penyesuaian neraca pembayaran. Mekanisme ini
didasarkan atas teori ekonomi makro oleh Keynes, khususnya diilhami oleh
proses pelipatan (multiplier) dalam teori tersebut.
3. Mekanisme Moneter
Mekanisme hume sesungguhnya tidak murni mekanisme harga sebab sebelum
suatu harga naik atau turun, terjadi penyebab lain, yaitu aliran uang masuk atau
keluar negeri. Jika terjadi surplus, maka uang akan mengalir masuk ke dalam
negeri sehingga berakibat stok uang di dalam negeri bertambah, sebaliknya jika
terjadi defisit maka uang akan mengalir ke luar negeri, sehingga uang dalam
negeri menurun.
Universitas Sumatera Utara
2.1.5
Penyajian Neraca Pembayaran
Ada 2 (dua) bentuk penyajian neraca pembayaran yaitu penyajian standar
(standard presentation) dan penyajian analitis (analytical presentation).
a. Penyajian Standar
Komponen-komponen neraca pembayaran dalam penyajian standar disusun
menurut panduan bagaimana dimuat dalam BOP manual. Penentuan komponen
standar neraca pembayaran didasarkan atas beberapa pertimbangan dan tujuan
tertentu.
b. Penyajian analitis disusun menurut keperluan analisis bagi perumus kebijakan
di masing-masing negara. Namun, komponen utama yang disajikan tetap
mengacu pada komponen standar dengan menonjolkan rincian komponen yang
dirasakan sangat diperlukan.
2.1.6
Konsep Keseimbangan Neraca Pembayaran
Secara umum dikenal empat konsep keseimbangan neraca pembayaran, yaitu:
1. Konsep Keseimbangan Perdagangan (Trade Balance)
Dalam konsep ini, transaksi yang termasuk dalam autonomous transaction
(transaksi yang mengakibatkan surplus atau defisit) hanya transaksi ekspor dan
impor barang sehingga keseimbangan neraca pembayaran diukur dari berapa
besarnya surplus atau defisit kedua transaksi tersebut.
2. Konsep Keseimbangan Transaksi Berjalan (Current Account Balance)
Untuk menentukan surplus atau defisit pada autonomous transaction selain
diperhitungkan ekspor dan impor, juga diperhitungkan jasa-jasa, termasuk
penghasilan (income) dan transfer.
Universitas Sumatera Utara
3. Konsep Basic Balance
Dalam konsep ini, yang termasuk dalam autonomous transaction selain pos-pos
dalam transaksi berjalan, juga komponen-komponen dalam transaksi modal dan
keuangan jangka panjang.
4. Konsep Overall Balance
Yang termasuk autonomous transaction dalam konsep ini adalah komponenkomponen transaksi modal dan keuangan baik jangka panjang maupun jangka
pendek.
2.2
Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara
2.2.1
Pengertian Surat Utang Negara
Undang-undang No. 24 Tahun 2002 menuliskan bahwa pengertian Surat
Utang Negara adalah surat berharga yang berupa surat pengakuan utang dalam
mata uang rupiah maupun valuta asing yang dijamin pembayaran bunga dan
pokoknya oleh Negara Republik Indonesia, sesuai dengan masa berlakunya.
2.2.2
Dasar Hukum Penerbitan Surat Utang Negara
Surat Utang Negara (SUN) dan pengelolaannya diatur dalam Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2002 tentang Surat Utang Negara. Undang-Undang Nomor 24
Tahun 2002 memberi kepastian bahwa:
a. Penerbitan SUN hanya untuk tujuan-tujuan tertentu;
b. Pemerintah wajib membayar bunga dan pokok SUN yang jatuh tempo;
c. Jumlah SUN yang akan diterbitkan setiap tahun anggaran harus memperoleh
persetujuan DPR dan dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Bank Indonesia;
Universitas Sumatera Utara
d. Perdagangan SUN diatur dan diawasi oleh instansi berwenang;
e. Memberikan sanksi hukum yang berat dan jelas terhadap penerbitan oleh pihak
yang tidak berwenang dan atau pemalsuan SUN.
Selain Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2002, berbagai peraturan
pelaksanaan pun telah diterbitkan untuk mendukung pengelolaan Surat Utang
Negara, antara lain:
1) Keputusan Menteri Keuangan Nomor 66/KMK.01/2003 tentang Penunjukan
Bank Indonesia sebagai Agen untuk Melaksanakan Lelang Surat Utang Negara
di Pasar Perdana.
2) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 209/PMK.08/2009 tentang Lelang
Pembelian Kembali Surat Utang Negara.
3) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 50/PMK.08/2008 tentang Lelang Surat
Utang Negara, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 217/PMK.08/2008 tentang
Penjualan SUN dalam Valuta Asing di Pasar Perdana Internasional,
sebagaimana terakhir kali diubah dengan
Peraturan
Menteri
Keuangan
Nomor 170/PMK.08/2009.
4) Peraturan-peraturan lain yang diterbitkan oleh Bank
Indonesia yang meliputi Peraturan Bank Indonesia (PBI) dan Surat Edaran
Bank Indonesia (SE BI), terkait denganperan Bank Indonesia sebagai agen
lelang, registrasi, kliring, setelmen SUN dan sentral registerat Utang Negara di
Pasar Perdana.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3
Tujuan dan Manfaat Penerbitan Surat Utang Negara
Sesuai dengan UU No 24 Tahun 2002, Surat Utang Negara diterbitkan untuk
tujuan sebagai berikut:
1) Membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara
2) Menutup kekurangan kas jangka pendek akibat ketidaksesuaian
antara arus
kas penerimaan dan pengeluaran dari Rekening Kas Negara dalam satu tahun
anggaran;
3) Mengelola portofolio utang negara.
Manfaat Penerbitan Surat Utang Negara yaitu:
a) Sebagai Instrumen Fiskal
Penerbitan SUN diharapkan dapat menggali potensi sumber pembiayaan APBN
yang lebih besar dari investor pasar modal.
b) Sebagai Instrumen Investasi
Menyediakan alternatif investasi yang relatif bebas risiko gagal bayar dan
memberikan peluang bagi investor dan pelaku pasar untuk melakukan
diversifikasi portofolionya guna memperkecil risiko investasi.
c) Sebagai Instrumen Pasar Keuangan
Surat Utang Negara dapat memperkuat stabilitas sistem keuangan dan dapat
dijadikan acuan (benchmark) bagi penentuan nilai instrumen keuangan lainnya.
2.2.4 Jenis dan Bentuk Surat Utang Negara
Berdasarkan UU No 24 Tahun 2002, secara umum jenis SUN dapat
dibedakan sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Surat Perbendaharaan Negara (SPN), yaitu SUN berjangka waktu sampai
dengan 12 bulan dengan pembayaran bunga secara diskonto. Di beberapa
negara SPN lebih dikenaldengan sebutan T-Bills atau Treasury Bills.
2. Obligasi Negara (ON), yaitu SUN berjangka waktu lebihdari 12 bulan baik
dengan kupon atau tanpa kupon. Obligasi Negara dengan kupon memiliki
jadwal pembayaran kupon yang periodik (tiga bulan sekali atau enam bulan
sekali). Sementara ON tanpa kupon tidak memiliki jadwal pembayaran kupon,
dijual pada harga diskon dan pokoknya akan dilunasi pada saat jatuh tempo.
Berdasarkan tujuan penerbitan, tingkat bunga dan jangka waktu, jenis-jenis
Surat Utang Negara dalam rangka rekapitalisasi perbankan terdiri dari:
1) Fixed Rate Bonds (FR)
Surat Utang Negara seri FR diterbitkan untuk meningkatkan Capital Adequacy
Ratio (CAR) menjadi 4%. Seri FR yang telah diterbitkan yaitu FR0001 sampai
dengan FR0020, berjangka waktu 5 - 11 tahun. Tingkat bunga seri FR
bervariasi dari 10,00% - 16,50% p.a, dengan pembayaran kupon dilakukan
setiap 6 bulanan.
2) Variable Rate Bonds (VR)
Surat Utang Negara seri VR diterbitkan untuk mengembalikan CAR perbankan
yang negatif menjadi 0%. Seri VR yang telah diterbitkan sampai saat ini terdiri
dari 31 seri yaitu VR0001 – VR0031, berjangka waktu 3 - 18 tahun.
Pembayaran kupon dilakukan setiap triwulan. Tingkat kupon didasarkan pada
rata-rata tertimbang diskonto SBI 3 bulan di pasar primer.
Universitas Sumatera Utara
3) Hedge Bonds (HB)
Surat Utang Negara seri HB bertujuan meminimalkan risiko kewajiban bank
dalam valuta asing. Setiap triwulan atau pada saat jatuh tempo pembayaran
kupon, dilakukan indeksasi terhadap nilai nominal Obligasi Negara seri HB atas
dasar perkembangan kurs Rupiah terhadap USD. Obligasi Negara seri HB
diterbitkan dengan jangka waktu antara 3 bulan sampai dengan 2 tahun. Tingkat
kupon mengambang disesuaikan dengan perubahan bunga pasar SIBOR 3 bulan
ditambah 2%. Tingkat kupon saat ini berkisar 3,42% - 3,85% p.a, dan tidak
seperti obligasi seri-seri FR dan VR, obligasi seri HB tidak dapat
diperdagangkan di pasar sekunder.
Tabel 2.1
Karakteristik Umum Surat Utang Negara
Fixed Rate
Variable Rate (VR)
(FR)
Hedge Bond
(HB)
Tingkat Kupon (TK)
Tetap
SBI 3 bulan
SIBOR 3 bl + 2%
Pembayaran Kupon
2 kali / tahun
4 kali / tahun
4 kali / tahun
Perhitungan Kupon
1/2 x TK x 1 juta*
1/4 x TK x 1 juta*
1/4 x TK x NI**
-
-
Saat jatuh tempo
Denominasi
Rupiah
Rupiah
Rupiah
Unit Terkecil
Rp1 juta
Rp1 juta
Rp1 juta
Perdagangan
Dapat
Dapat
Tidak Dapat
Diperdagangkan
Diperdagangkan
Diperdagangkan
Indeksasi
Sumber: www.angelfire.com
Universitas Sumatera Utara
2.2.5
Resiko Surat Utang Negara
Walaupun sudah dikatakan bahwa resiko gagal bayar (hampir) tidak ada,
namun Cahyana dalam Susilowati (2006) mengatakan bahwa dari sisi pemerintah
penerbitan Surat Utang Negara (SUN) mengandung beberapa resiko yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1) Resiko Kesinambungan Fiskal
Nilai utang negara yang besar berpotensi membahayakan kesinambungan
anggaran pemerintah. Untuk itu pemerintah harus memperhatikan nilai debt to
export ratio, debt to service ratio and ratio of short term debt to reserve.
2) Resiko Nilai Tukar
Penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat mengakibatkan
tambahan beban pembayaran pokok utang dan bunga.
3) Resiko Perubahan Tingkat Bunga
Sebagian dari total utang negara merupakan utang dengan bunga mengambang
(variable rate), sehingga apabila terjadi kenaikan tingkat bunga pasar, akan
menaikkan nilai kewajiban pembayaran bunga dari anggaran pemerintah.
4) Resiko Pembiayaan Kembali
Pelunasan Surat Utang Negara (SUN) yang jatuh tempo dengan volume yang
cukup besar dapat mengakibatkan timbulnya resiko berupa lebih tingginya
biaya peminjaman baru.
Universitas Sumatera Utara
5) Resiko Operasional
Resiko kegagalan terjadi jika operasional pengelolaan Surat Utang Negara tidak
dilakukan dengan baik, baik dari sisi sumber daya manusia maupun dari sisi
kelembagaannya.
2.2.6
Tingkat Bunga (Kupon) Surat Utang Negara
Coupon/kupon yaitu besarnya bunga yang dibayarkan secara reguler, yang
dinyatakan dalam persentase terhadap nilai nominal obligasi. Sebagai contoh
Obligasi Negara seri FR0028 dengan tingkat kupon 5 %, artinya setiap tahun
jumlah bunga yang dibayarkan kepada investor adalah sebesar 5% dikalikan dengan
tingkat nominalnya, dengan demikian untuk setiap unit Obligasi senilai
Rp1.000.000,00 maka kupon yang diterima pertahun oleh investor ialah sebesar
Rp50.000,00.
Apabila dalam terms and conditions periode pembayaran kupon ditetapkan 2
kali setahun, maka pembayaran kuponnya setelah 6 bulan adalah sebesar masingmasing Rp25.000,00. Kupon Obligasi Negara dapat dibayarkan dua kali setahun
(semi-annual) atau empat kali setahun (quarterly). Saat ini kupon Obligasi Negara
seri FR (Fixed Rate) dibayarkan dua kali setahun, sedangkan untuk seri VR
(Variable Rate) dibayarkan empat kali setahun. Untuk seri VR, kuponnya
ditentukan oleh tingkat tingkat bunga hasil lelang SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
berjangka 3 bulan.
Universitas Sumatera Utara
2.3
Inflasi
2.3.1 Pengertian Inflasi
Inflasi (inflation) adalah suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami
kenaikan secara terus menerus. Venieris dan Sebold (1978) dalam Nanga
(2005:241) mendefenisikan inflasi sebagai suatu kecenderungan meningkatnya
tingkat harga umum secara terus menerus sepanjang waktu (a sustained tendency
for the general level of prices to raise over time). Berdasarkan defenisi tersebut,
kenaikan tingkat harga umum (general price level) yang terjadi sekali waktu saja,
tidaklah dapat dikatakan sebagai inflasi.
Dari pengertian tersebut diatas, terdapat tiga hal penting yang ditekankan,
yaitu:
1) Adanya kecenderungan harga-harga untuk meningkat, yang berarti bisa saja
tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu turun atau naik dibandingkan
dengan sebelumnya, tetapi tetap menunjukkan tendensi yang meningkat.
2) Bahwa kenaikan tingkat harga tersebut berlangsung secara terus menerus
(sustained), yang berarti bukan terjadi pada suatu waktu saja, akan tetapi bisa
beberapa waktu lamanya.
3) Bahwa tingkat harga yang dimaksud disini adalah tingkat harga umum, yang
berarti tingkat harga yang mengalami kenaikan itu bukan hanya pada satu atau
beberapa komoditi saja, akan tetapi untuk harga barang secara umum.
Universitas Sumatera Utara
2.3.2
Cara Menghitung Laju Inflasi
Secara umum, dikenal tiga cara yang digunakan untuk menghitung laju
inflasi, yaitu:
1. Indeks Harga Konsumen (Consumen Price Index atau CPI )
Adalah suatu indeks harga yang mengukur biaya sekelompok barang-barang
dan jasa-jasa di pasar, termasuk harga-harga makanan, pakaian, perumahan,
transportasi, perawatan kesehatan, pendidikan, dan komoditi lain yang yang
dibeli untuk untuk menunjang kehidupan sehari-hari. Dalam indeks harga
konsumen, setiap jenis barang ditentukan suatu timbangan atau bobot tetap
yang proporsional terhadap kepentingan relatif dalam anggaran pengeluaran
konsumen.
Adapun rumus untuk menghitung IHK adalah:
𝐼𝐻𝐾 =
𝑃𝑛
π‘ƒπ‘œ
π‘₯ 100
Dimana:
Pn = Harga sekarang
Po = Harga pada tahun dasar
Sehingga rumus untuk menghitung laju inflasi adalah:
πΌπ‘›π‘“π‘™π‘Žπ‘ π‘– =
𝐼𝐻𝐾𝑛−πΌπ»πΎπ‘œ
πΌπ»πΎπ‘œ
π‘₯ 100%
Dimana:
IHKn = Indeks Harga Konsumen periode ini
IHKo = Indeks Harga Konsumen periode lalu
2. Indeks Harga Produsen (Producer Price Index atau PPI) adalah suatu indeks
dari harga bahan-bahan baku (raw materials), produk antara (intermediate
Universitas Sumatera Utara
products), dan peralatan, modal dan mesin yang dibeli oleh sektor bisnis atau
perusahaan. Jadi, PPI hanya mencakup bahan baku dan barang antara atau
setengah jadi saja, sementara barang-barang jadi tidak dimasukkan dalam
perhitungan.
3. GNP Deflator adalah suatu indeks yang merupakan perbandingan atau rasio
antara GNP nominal dan GNP riil dikalikan dengan 100. GNP riil adalah nilai
barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian, yang
diperoleh ketika output di nilai dengan menggunakan tahun dasar (based year).
Oleh karena itu, GNP riil juga sering disebut GNP berdasarkan harga tahun
dasar (GNP at based year price). Sedangkan GNP nominal adalah GNP yang
dihitung berdasarkan harga pasar yang berlaku (GNP at current market price).
Adapun rumus untuk menghitung GNP Deflator adalah
𝐺𝑁𝑃 π·π‘’π‘“π‘™π‘Žπ‘‘π‘œπ‘Ÿ =
2.3.3
𝐺𝑁𝑃 π‘›π‘œπ‘šπ‘–π‘›π‘Žπ‘™
π‘₯ 100
𝐺𝑁𝑃 π‘Ÿπ‘–π‘–π‘™
Macam-macam Inflasi
Ada beberapa macam inflasi yang dapat terjadi dalam perekonomian,
tergantung pada tujuan apa yang ingin dicapai. Macam-macam inflasi tersebut
antara lain:
1. Ditinjau dari parah tidaknya inflasi
Dalam pengelompokan ini yang perlu diperhatikan adalah berapa besarnya
inflasi dalam suatu periode.
a. Inflasi Ringan : Inflasi yang besarnya <10 % per tahun
Universitas Sumatera Utara
b. Inflasi Sedang : Inflasi yang besarnya 10 – 30 % per tahun
c. Inflasi Berat
: Inflasi yang besarnya >30 – 100 % per tahun
d. Hiperinflation : Inflasi yang besarnya > 100 % per tahun
2. Ditinjau dari sumber atau sebab musabab inflasi
a. Demand Pull Inflation
Inflasi ini timbul karena permintaan dalam negeri (baik masyarakat maupun
pemerintah) akan berbagai barang sangat kuat dan besar serta melebihi
keluaran (output) yang ada dalam perekonomian tersebut.
Gambar 2.1
Demand Pull Inflation
b. Cost Push Inflation
Pada jenis inflasi ini, kenaikan harga terjadi karena adanya kenaikan biaya
produksi (cost push inflation), atau dapat pula karena kenaikan buruh
menuntut kenaikan upah (wage push inflation).
Universitas Sumatera Utara
S1
D1
S2
E2
P2
P1
E1
Q2 Q1
Gambar 2.2
Cost Push Inflation
3. Ditinjau dari asal inflasi
a. Domestic Inflation
Inflasi ini terjadi karena kenaikan harga akibat adanya kondisi “shock”
(kejutan) di dalam negeri baik karena perilaku masyarakat maupun
pemerintah yang mengakibatkan kenaikan harga.
b. Imported Inflation
Kenaikan harga-harga umum saja tidak dipengaruhi oleh harga dalam
negeri, tetapi juga oleh harga-harga luar negeri yang tercermin pada harga
barang-barang impor. Dengan demikian kenaikan indeks harga luar negeri
akan mengakibatkan kenaikan indeks harga umum dan dengan sendirinya
akan mempengaruhi laju inflasi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.4
Teori-teori Terjadinya Inflasi
Ada 3 kelompok yang mengemukakan teori inflasi, masing-masing menyoroti
aspek – aspek tertentu dari proses terjadinya inflasi. Adapun teori terjadinya proses
inflasi adalah:
1) Teori Kuantitas
Teori ini menerangkan penyebab proses terjadinya inflasi yang melanda sebuah
perekonomian. Pendapat teori kuantitas (teori kaum klasik) ini menyatakan
bahwa proses terjadinya inflasi disebabkan oleh:
a) Volume Uang Yang Beredar
Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar
dalam masyarakat (uang giral dan uang kartal). Penambahan jumlah uang
yang beredar ini merupakan sumber utama penyebab inflasi, karena volume
uang beredar lebih besar dari kesanggupan output untuk menyerapnya
(volume uang lebih besar dari pendapatan nasional). Bila jumlah uang
beredar tidak ditambah (dikurangi), maka inflasi akan berhenti secara
otomatis apapun penyebab kenaikan harga-harga dalam perekonomian
tersebut.
b) Adanya Perkiraan Masyarakat Kenaikan Harga (Expectations)
Universitas Sumatera Utara
Bila masyarakat mengharapkan harga-harga naik di masa yang datang,
maka penambahan uang yang beredar akan sepenuhnya diwujudkan dalam
permintaan efektif di pasar. Sehingga dengan laju volume uang yang
beredar
diikuti
dengan
kenaikan
permintaan
barang-barang
akan
mengakibatkan terjadinya kenaikan harga atau inflasi.
2) Teori Keynes
Keynes menyoroti faktor inflasi melalui pendekatan teori ekonomi makro nya.
Menurut teori yang dikeluarkan Keynes, inflasi akan terjadi karena masyarakat
ingin hidup di luar batas kemampuan pendapatannya. Terjadinya inflasi melalui
proses, ada sekelompok masyarakat yang ingin bersaing untuk merebut
pendapatan nasional yang lebih besar daripada kemampuan kelompok ini untuk
mendapatkan pendapatan nasional. Proses perebutan ini akhirnya diwujudkan
dalam permintaan efektif, sehingga menyebabkan permintaan masyarakat akan
barang-barang lebih besar dari barang-barang yang sanggup disediakan oleh
kapasitas yang tersedia (pendapatan nasional). Hal ini akan menimbulkan
inflasionary gaps yang timbul akibat golongan masyarakat yang berhasil
merebut bagian pendapatan nasional (yang lebih besar) secara nyata
diwujudkan dalam permintaan di pasar barang-barang. Dengan demikian akan
menyebabkan naiknya harga-harga, sehingga timbullah inflasi.
3. Teori Strukturalis
Teori inflasi ini dikembangkan dari struktur perekonomian negara-negara
berkembang, khususnya Amerika Latin. Inflasi dikaitkan dengan faktor struktur
Universitas Sumatera Utara
perekonomian, dimana faktor struktur perekonomian hanya berubah secara
bertahap dan dalam jangka panjang, sehingga inflasi ini disebut sebagai inflasi
jangka panjang.
2.3.5
Dampak Inflasi
Inflasi yang terjadi di dalam suatu perekonomian memiliki beberapa dampak
atau akibat sebagai berikut:
1) Inflasi dapat mendorong terjadinya redistribusi pendapatan diantara anggota
masyarakat, dan inilah yang disebut efek redistribusi dari inflasi (redistribution
effect of inflation).
2) Inflasi dapat menyebabkan penurunan dalam efisiensi ekonomi (economic
efficiency). Hal ini dapat terjadi karena inflasi dapat menglihkan sumberdaya
dari investasi yang produktif (productive investment) ke investasi yang tidak
produktif (unproductive investment) sehingga mengurangi kapasitas ekonomi
produktif. Ini yang disebut “efficiency effect of inflation”.
3) Inflasi dapat menyebabkan perubahan-perubahan di dalam output dan
kesempatan kerja (employment), dengan cara yang lebih langsung yaitu dengan
memotivasi perusahaan untuk memproduksi lebih atau kurang dari yang telah
dilakukan selama ini. Ini yang disebut “output and employment effect of
inflation”.
4) Inflasi dapat menyebabkan suatu lingkungan yang tidak stabil (unstable
environment)
bagi
keputusan
ekonomi.
Jadi
sekiranya
konsumen
memperkirakan bahwa tingkat inflasi di masa mendatang akan naik, maka akan
mendorong mereka untuk melakukan pembelian barang-barang dan jasa-jasa
Universitas Sumatera Utara
secara besar-besaran pada saat sekarang ketimbang mereka menunggu dimana
tingkat harga sudah meningkat lagi. Begitu pula halnya dengan bank atau
lembaga peminjaman lainnya, jika sekiranya mereka menduga bahwa tingkat
inflasi akan naik di masa mendatang, maka mereka akan mengenakan tingkat
bunga yang tinggi atas pinjaman yang diberikan sebagai langkah proteksi dalam
menghadapi penurunan pendapatan riil dan kekayaan (losses of real income and
wealth) (Bradley, 1985 dalam Nanga, 2005).
2.3.6
Kebijakan Mengatasi Inflasi
Kebijakan menanggulangi inflasi berkaitan erat dengan berbagai pendapat
mengenai teori inflasi. Dengan menggunakan persamaan Irving Fisher MV = PT,
dapat dijelaskan bahwa inflasi timbul karena MV naik lebih cepat daripada T,
sehingga P naik. Oleh karena itu untuk mencegah terjadinya inflasi, maka focus
perhatian harus ditujukan kepada tida variabel ini. Cara mengatur variabel M, V,
dan T tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kebijaksanaan moneter, fiskal
dan kebijaksanaan yang menyangkut kenaikan produksi (non moneter).
a. Kebijaksanaan Moneter, meliputi:
1) Politik Diskonto (Discount Policy)
2) Politik Pasar Terbuka (Open Market Policy)
3) Pengawasan Kredit Selektif
4) Politik Persediaan Kas (Cash Ratio Policy)
b. Kebijakan Fiskal, meliputi:
1) Pengaturan Pengeluaran Pemerintah (APBN)
2) Peningkatan Tarif / Pajak
Universitas Sumatera Utara
c. Kebijakan Non Moneter, meliputi:
1) Peningkatan Produksi
2) Kebijakan Upah
3) Pengawasan Harga
2.4
Cadangan Devisa
2.4.1
Pengertian Cadangan Devisa
Dalam bukunya, Rachbini (2000:113) mendefenisikan devisa adalah alat
pembayaran luar negeri yang antara lain berupa emas, uang kertas asing dan
tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri.
Menurut UU No. 23 Tahun 1999, yang dimaksud dengan cadangan devisa
adalah cadangan devisa negara yang dikuasai oleh Bank Indonesia yang tercatat
pada sisi aktiva Bank Indonesia yang antara lain berupa emas, uang kertas asing,
dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri yang dapat
dipergunakan sebagai alat pembayaran luar negeri.
Dalam Pasal Undang-Undang Bank Indonesia dirumuskan bahwa Bank
Indonesia mengelola cadangan devisa. Dalam rangka pengelolaan cadangan devisa
tersebut, Bank Indonesia melaksanakan berbagai jenis transaksi devisa serta dapat
menerima pinjaman luar negeri.
Pengelolaan cadangan devisa (Foreign Exchange Reserve) oleh Bank
Indonesia dilakukan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual,
membeli, dan/atau menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai
atau berjangka termasuk pemberian pinjaman.
Universitas Sumatera Utara
Dalam
melakukan
pengelolaan
cadangan
devisa,
Bank
Indonesia
mempertimbangkan 3 (tiga) azas utama dengan skala prioritas, yaitu likuiditas
(liquidity), keamanan (security) tanpa mengabaikan prinsip untuk memperoleh
pendapatan yang optimal (profitability).
2.4.2
Fungsi Cadangan Devisa
Cadangan devisa memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Mengimpor barang konsumsi, bahan baku industry dan sector produksi lainnya,
peralatan dan perlengkapan (barang modal, perlengkapan pertahanan, keamanan
dan sebagainya).
2. Melunasi jasa pihak asing seperti jasa perbankan, asuransi, pelayaran,
penerbangan, perekayasaan, wisatawan Indonesia, dan sektor jasa lainnya.
3. Membiayai kantor Perwakilan Pemerintah Indonesia (Kedutaan/Konsulat) di
luar negeri.
4. Melunasi hutang luar negeri
2.4.3
Sumber Cadangan Devisa
Cadangan devisa suatu negara pada umumnya berasal dari sumber sebagai
berikut:
1. Hasil penjualan ekspor barang maupun jasa, seperti hasil ekspor karet, kopi,
timah, tekstil, kayu lapis, ikan, udang, rotan, dan sebagainya. Begitu pula hasil
dari sektor jasa, seperti uang tambang (freight), angkutan, provisi dan komisi,
premi asuransi, jasa hotel, dan lain sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2. Pinjaman yang diperoleh dari negara asing, badan-badan Internasional, serta
Swasta Asing, seperti pinjaman dari IGGI (Inter Governmental Group on
Indonesia), kredit dari World Bank dan Asia Development Bank, dan lain
sebagainya.
3. Hadiah (Grant) dan bantuan dari Badan-Badan PBB seperti UNDP, UNESCO,
dan pemerintah asing, seperti Pemerintah Saudi Arabia, Jepang, dan lain-lain.
4. Laba dari penanaman modal du luar negeri, seperti laba yang ditransfer dari
perusahaan milik pemerintah dan warga negara Indonesia yang berdomisili di
luar negeri, termasuk transfer dari warga negara Indonesia yang bekerja di luar
negeri seperti Malaysia, Dubai, dan lain sebagainya.
5. Hasil dari kegiatan Pariwisata Internasional, seperti uang tambang, angkutan,
sewa hotel,, penjualan souvenir dan novelties, uang pandu wisata dan lain-lain.
2.5
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu
No.
1.
Judul
Penulis
Thn
Hasil Penelitian
Analisis
Neraca Darmansyah 2006 1.Koefisien determinasi = 0,4159
atau 41,59%.
Pembayaran
dan Putra
2.Fhitung = 2,611, Ftabel = 3,59.
Maka secara bersama-sama,
Faktor-Faktor yang Saragih
variabel inflasi, tingkat
sukubunga, nilai tukar, dan net
Mempengaruhinya
ekspor tidak berpengaruh nyata
terhadap neraca pembayaran
Indonesia (α=5%).
Secara parsial:
1.Inflasi berpengaruh negatif
terhadap neraca pembayaran
Indonesia
Universitas Sumatera Utara
2.Nilai tukar berpengaruh negatif
(tidak sesuai dengan teori)
terhadap neraca pembayaran
Indonesia
3.Net ekspor berpengaruh positif
terhadap neraca pembayaran
Indonesia
4.Suku bunga berpengaruh
negative (tidak sesuai dengan
teori) terhadap neraca
pembayaran Indonesia.
Uji Asumsi Klasik:
1.Ada Multikolinearitas
2.Tidak ada keputusan
(inconclusion) Autokorelasi
2.
Analisis
pengaruh
inflasi, suku bunga,
nilai tukar, dan nilai
ekspor
terhadap
neraca pembayaran
Indonesia
Will
Jackson
2009 1.Koefisien determinasi = 0,647
atau 67,40%.
2.Fhitung = 9,927, Ftabel = 3,13.
Maka secara bersama-sama,
variabel inflasi, sukubunga,
nilai tukar, dan nilai ekspor
berpengaruh nyata terhadap
neraca pembayaran Indonesia
(α=5%).
Secara parsial:
1.Inflasi berpengaruh positif
terhadap neraca pembayaran
Indonesia
2.Nilai tukar berpengaruh positif
terhadap neraca pembayaran
Indonesia
3.Nilai ekspor berpengaruh
positif terhadap neraca
pembayaran Indonesia
4.Suku bunga berpengaruh
negatif terhadap neraca
pembayaran Indonesia.
Uji Asumsi Klasik:
1.Ada Multikolinearitas
2.Tidak ada Autokorelasi
Universitas Sumatera Utara
2.6
Kerangka Konseptual
Ada banyak variabel yang mempengaruhi neraca pembayaran suatu negara.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan variabel tingkat bunga (kupon) Surat
Utang Negara, tingkat inflasi, dan cadangan devisa sedangkan variabel lainnya
dianggap konstan.
Tingkat Bunga (kupon)
Surat Utang Negara
X1
Tingkat Inflasi
X2
Neraca Pembayaran
Y
Cadangan Devisa
X3
Gambar 2.3
Kerangka Konseptual
Universitas Sumatera Utara
2.7
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka penulis membuat hipotesis
sebagai berikut:
1) Tingkat bunga (kupon) Surat
Utang Negara berpengaruh positif terhadap
Neraca Pembayaran Indonesia.
2) Inflasi berpengaruh positif terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.
3) Cadangan devisa berpengaruh positif terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.
4) Tingkat bunga (kupon) Surat Utang Negara, inflasi, dan cadangan devisa
berpengaruh terhadap Neraca Pembayaran Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Download