BAB II TINJAUAN DAN LANDASAN TEORI II.1 Tinjauan Umum II.1.1 Definisi Hotel Hotel berasal dari kata Hostel yang diambil dari bahasa Perancis kuno yang berarti tempat atau rumah yang memberikan fasilitas akomodasi bagi seseorang yang melakukan perjalanan. Selama menginap para tamu dikoordinir oleh seorang host yang membuat peraturan-peraturan untuk dipatuhi para tamu selama menginap. Hostel ini disewakan kepada masyarakat umum untuk menginap dan beristirahat sementara waktu, jadi pada mulanya hotel diciptakan untuk melayani masyarakat. Menurut keputusan Menteri Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor: KM. 3/HK.001/MKP-02, yang dimaksud dengan hotel adalah jenis akomodasi yang menggunakan sebagian atau seluruh bangunan untuk menyediakan jasa pelayanan, penginapan, serta jasa lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial. Beberapa definisi hotel lainnya: a) Hotel adalah suatu bentuk akomodasi yang dikelola secara komersial, disediakan bagi setiap orang untuk memperoleh pelayanan dan penginapan berikut makan dan minuman (SK. Menteri Perhubungan No.Pm. 10 / Pw. 301/Phb. 77 ). b) Hotel adalah suatu bangunan atau lembaga yang menyediakan kamar untuk menginap, makanan, minuman serta pelayanan lainnya untuk umum (Webster’s New American Dictionary). 1 c) Sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran. (Lawson, 1976) Dari seluruh pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa hotel adalah: 1. Menggunakan bangunan fisik 2. Menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa lainnya 3. Diperuntukan secara komersial 4. Diperuntukan untuk umum II.1.2 Sejarah Perkembangan Hotel Keberadaan hotel-hotel tertua berada di Pompei, bagian selatan Italia, dimana gunung Vesuvius meletus sehingga lahar panas mengubur hampir seluruh bangunan kota. Setelah kerajaan Romawi jatuh, tahun 1096 sampai 1270, industri akomodasi mulai berkembang.Pada tahun 1282, di Florence dikenalkan istilah “inkeepers”. Industri perhotelan berawal diInggris pada tahun 1656 yaitu Inn atau Tavern, yang menyediakan pelayanan penginapan untuk para penumpang coach yang singgah dan bermalam di tempat tersebut. Inn tertua yang terdapat di Amerika adalah Rumah Batu di Guilford, dibangun pada tahun 1640 oleh Henry Whitefield sebagai tempat tinggal, tempat pertemuan, gedung kota dan Inn. Pada tahun 1641 Belanda membangun Tavern berlantai 4, yang didirikan di ujung selatan pulau Manhattan dan difungsikan untuk menampung orang-orang Inggris yang singgah pada perjalanan mereka dari jajahan New England ke Virginia. 2 II.1.3 Perkembangan Hotel Modern Pada tahun 1794 dibangun City Hotel di kota Baltimore oleh david Barnum. Dasar pembangunannya tak hanya mementingkan letak yang strategis tapi juga memiliki pemikiran bahwa hotel juga sebagai tempat istirahat yang mumpuni. Jadi, tak ada salahnya didirikan di pinggir kota. Pada awal tahun 1800, menyusul Coffe House/ Inn di Amerika, Tahun 1829 Tremont House di Boston, Tahun 1824 New York House. Saat itu, hotel modern identik dengan perkembangan lalu lintas dan tempat beristirahat. Namun Hotel Tremont lah yang pertama kali memperkenalkan jenis kamar single dan double yang pada setiap kamar dilengkapi dengan kunci masing-masing, air minum disetiap kamar, pelayanan oleh bellboy serta memperkenalkan masakan perancis ke dunia perhotelan. Perkembangan hotel seperti di atas lebih mengutamakan fasilitas dan pelayanan. Hotel-hotel lainnya antara lain; The Palmer House tahun 1830, The Sherman House di Chicago, Platers di St. Louis, The Spring House(Greenbiers ) tahun 1830, Florida’s Ponce de Leon tahun 1988 dan Denver’s Brown Palace di san fransisco tahun 1893. II.1.4 Perkembangan Hotel di Indonesia Awal mula dari tumbuhnya usaha perhotelan di Indonesia terjadi pada masa pemerintahan Hindia Belanda. Kebutuhan akan sarana akomodasi dirasakan makin meningkat dengan maraknya orang-orang Belanda dan Eropa yang pergi ke Hindia Belanda. Sehubungan dengan kondisi tersebut maka di kota-kota pelabuhan mulai didirikan hotel-hotel, di Batavia dibangun beberapa hotel seperti; Hotel Des Indes, Der Nederlanden, Hotel 3 Royal dan Hotel Rijwijk. Hotel-hotel lain yang juga dibangun antara lain : Hotel Du Pavillon di Semarang, Hotel Sarkies dan Hotel Oranje di surabaya, Hotel De Boer dan Astoria di Medan, Grand Hotel dan Staat Hotel di Makasar. Prasarana jalan raya dan sarana transportasi kereta api di Jawa mulai dikembangkan. Kemajuan ini dibarengi dengan perkembangan sarana akomodasi dan produksi perkebunan di daerah-daerah pedesaan dan pegunungan yang berhawa sejuk (Mountain Resort) misalnya; di Bandung dibangun Hotel Savoy Homman, Hotel Salak, di Malang palace Hotel, di Solo Hotel Slier dan Grand Hotel (sekarang Hotel garuda) di Yogyakarta. Pada tahun 1935 di Hindia Belanda terdapat 114 hotel dengan keseluruhan 4139 kamar yang mendapat rekomendasi dari pemerintah Hindia Belanda untuk wisatawan. Pada tanggal 5 Agusutus 1962 di Jakarta diresmikan pembukaan hotel Indonesia milik PT. Hotel Indonesia, sebuah perusahaan pemerintah, dan merupakan hotel bertaraf Internasional pertama di negeri kita. Menyusul hotel modern lainya, seperti : a) Samudera Beach Hotel di Pelabuhan Ratu, Jawa barat (diresmikan pada bulan Februari 1966) b) Ambarukmo palace Hotel di Yogyakarta (diresmikan bulan Maret 1966) c) Bali Beach di pantai Sanur, Bali (diresmikan bulan November 1966) 4 II.1.5 Jenis Hotel 1. Berdasarkan Akomodasinya a) Resorts Hotel Hotel yang menyediakan akomodasi untuk para tamu dengan tujuan berlibur. Diguanakan pada waktu tertentu (seasonal), seperti pada hari libur dan akhir pekan. Hotel jenis ini pada umumnya berlokasi di daerah pariwisata dan peristirahatan pinggir kota. b) Convention Hotel Hotel yang menyediakan akomodasi dan sarana rapat, serta sarana fasilitas untuk kegiatan seminar, konferensi, atau rapat. Lokasi convention hotel umumnya dekat dengan pusat kegiatan kota. c) Residential Hotel/ Destination Hotel Hotel yang menyediakan akomodasi untuk para tamu yang akan tinggal dalam jangka waktu yang relatif lama (long staying). Hotel jenis ini pada umumnya berlokasi di dalam kota. d) Transit Hotel Menyediakan akomodasi sebagai persinggahan bagi mereka yang akan meneruskan perjalanan ke tempat lain, biasanya dekat dengan pelabuhan udara, laut, terminal, atau stasiun kereta api. 5 e) City Hotel / Commercial Hotel Hotel yang menyediakan akomodasi dan fasilitas lainnya untuk para tamu yang menginap dalam waktu singkat (short staying) untuk tujuan bisnis, kedinasan atau konferensi dengan sight seing. (Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No: KM. 37 / PW 304 / MPPT – 86 BAB I). Hotel jenis ini umumnya terletak di dalam kota, lokasinya dekat dengan kota dan daerah komersial, serta memiliki kemudahan pencapaian dari segi transportasi. f) Motel Menyediakan akomodasi pelayanan sama halnya dengan hotel transit, hanya saja tamunya memiliki kendaraan sendiri. g) Hotel Melati Hotel non-bintang atau yang sebelumnya lebih dikenal sebagai losmen, jenis akomodasi wisata dengan fasilitas yang sangat sederhana. 2. Berdasarkan luas dan jumlah kamar yang tersedia: Menurut Buku BSE Akomodasi Perhotelan Jilid 1 yang dikutip oleh (Ni Wayan Suwithi dan Cecil Erwin Jr. Boham, 2008 : 50) Ukuran hotel dapat diklasifikasikan menjadi tiga bagian, antara lain: 6 a) Smal Hotel Merupakan hotel kecil dengan jumlah kamar dibawah 150 b) Medium Hotel Hotel dengan ukuran sedang, dimana dalam medium hotel ini dapat dikatagorikan menjadi 2, yaitu: a. Average Hotel Memiliki jumlah kamar antara 150 s.d 299 kamar b. Above Average Hotel Memiliki jumlah kamar antara 300 s.d 600 kamar c) Large Hotel Hotel dengan klasifikasi besar dengan jumlah kamar di atas 600 kamar. 3. BerdasarkanTarif/ Komponen harga kamar a) European Plan Hotel ini yang menganut system dimana harga kamar tidak termasuk makan. b) Continental Plan Harga kamar sudah termasuk makan pagi. c) Modified Plan Harga kamar termasuk makan dua kali, yaitu makan pagi dan makan siang atau makan pagi dan makan malam. d) Full American Plan Hotel ini menganut sistem dimana harga kamar termasuk tiga kali makan. 7 4. Berdasarkan sasaran pengunjung a) Hotel Keluarga (Family Hotel) Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah keluarga b) Hotel Bisnis (Business Hotel) Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah para usahawan/ pebisnis yang memerlukan tempat tinggal sementara. c) Hotel Wisatawan (Tourist Hotel) Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah para wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. d) Hotel Transit (Transit Hotel) Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah orang-orang yang melakukan persinggahan sementara dan memerlukan tempat istirahat. e) Hotel Perawatan Kesehatan (Cure Hotel) Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah orang-orang yang sedang menjalani proses berobat. f) Hotel konferensi (Convension Hotel) Hotel yang sasaran pengunjungnya adalah orang-orang yang mengikuti suatu konferensi atau pertemuan, baik dalam bentuk grup maupun perseorangan. • City Hotel Merupakan hotel yang terletak didalam kota, dimana sebagian besar tamunya yang menginap melakukan kegiatan bisnis. 8 • Resort hotel Adalah hotel yang terletak di kawsan wisata, dimana sebagian besar tamu yang menginap tidak melakukan kegiatan usaha. Macam –macam hotel resort antara lain: a) Mountain hotel (hotel yang berada di pegunungan) b) Beach hotel (berada dipinggir pantai) c) Lake hotel (berada di tepi danau) d) Hill Hotel (berada di puncak bukit) e) Forest hotel (berada dikawasan hutan lindung) 5. Berdasarkan kriteria jenis tamu a) Family Hotel Tamu yang menginap bersama keluarganya. b) Business Hotel Tamu yang menginap adalah usahawan/pebisnis c) Tourist Hotel Tamu yang menginap kebanyakan adalah para wisatawan domestik maupun mancanegara 6. Berdasarkan lama tamu menginap a) Transient hotel, yaitu hotel dimana para tamunya menginap hanya untuk satu atau dua dalam. b) Semi-residential hotel, yaitu hotel dimana para tamunya lebih dari 12 malam sampai satu minggu. c) Residential hotel, yaitu hotel dimana para tamunya menginap untuk jangka waktu lama, lebih satu minggu. 9 II.1.6Klasifikasi Hotel Klasifikasi hotel berdasarkan star rating system ditetapkan berdasarkan minimum jumlah kamar, fasilitas dan peralatan yang tersedia serta mutu pelayanan sebagaimana disyaratkannya (Dirjen Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi,SKNo. KM 37/ PW.304/ MPPT–86 7 Juni 1986).Penentuan kelas atau bintang diadakan setiap tiga tahun sekali dan ditetapkan oleh Keputusan Direktur Jenderal Pariwisata dalam bentuk sertifikat. Tabel 2.1 Klasifikasi Standard Hotel Bintang Klasifikasi Hotel Bintang Bintang 1 Persyaratan Luasan Standar Minimum Jumlah Unit Kamar Kamar • Unit standard minimum 15 • Luas unit standard minimum 20m2 kamar • Kamar mandi di dalam • Unit standard minimum 20 • • Unit unit standard 2 kamar Bintang 2 Luas minimum 22m suite minimum 2 • Luas unit Suite minimum 44m2 kamar • Kamar mandi di dalam • Unit standard minimum 30 • • Unit unit standard 2 kamar Bintang 3 Luas minimum 24m suite minimum 2 • Luas unit suite minimum 48m2 kamar • Kamar mandi di dalam • Unit standard minimum 50 • • Unit unit standard 2 kamar Bintang 4 Luas minimum 24m suite minimum 3 • Luas unit suite minimum 48m2 kamar • Kamar mandi di dalam Bintang 5 • Unit standard minimum 100 kamar • Unit suite minimum 4 kamar • Kamar mandi di dalam • • Luas standard minimum 26m2 Luas minimum suite 52m2 (Sumber: SK Menteri Perhubungan No. PM. 10/P.V.301/Pht/77 tanggal 22 Desember 1977) 10 II.1.7 Organisasi Ruang Hotel dibagi menjadi 4 area, sebagai berikut : • Public Area area yang dimana boleh dimasuki oleh semua orang , yaitu karyawan dan tamu , seperti lobby. • Semi Public Area area yang dimana hanya boleh dimasuki oleh orang–orang yang berkepentingan saja, yaitu; karyawan pada area administrasi, tamu rapat, dan konferensi pada ruang pertemuan. • Private Area area yang dimana digunakan sebagai tujuan utama pengunjung, seperti kamar pada hotel. • Service Area area yang dimana hanya khusus untuk karyawan disini segala macam pelayanan disiapkan untuk kebutuhan pengunjung. Secara fungsional, hotel mempunyai 2 bagian utama, sebagai berikut: • Front of the house Terdiri dari private area dan public area. Ruang-ruang yang termasuk dalam area front of the house, antara lain: • Guest Room Mencakup ruang tamu dan ruang tempat tamu menginap. • Public Space Area Merupakan tempat dimana suatu hotel dapat memperlihatkan isi dan tema yang ingin disampaikan kepada tamunya. Daerah ini menjadi 11 pusat kegiatan utama dari aktivitas yang terjadi pada hotel, dalam hal ini menjadi jelas bahwa wajah sebuah hotel dapat terwakili olehnya. • Lobby Tempat penerima pengunjung untuk mendapatkan informasi, menyelesaikan masalah administrasi dan keuangan yang bertalian dengan penyewaan kamar. • Retail Area Berfungsi untuk menyediakan kebutuhan pengunjung sehari-hari. • Support function Sebagai sarana penunjang untuk tamu yang berada si publik area, antara lain seperti toilet, telepon umum, mesin ATM, dan lain-lain. • Consession space Pada dasarnya ruang-ruang ini termasuk retail area, tetapi untuk hotel berbintang, ruang-ruang konsesi ini terpisah sendiri dan merupakan bagian dari publik area, yang antara lain terdiri dari: - Travel agent room - Perawatan kecantikan / salon - Toko buku dan majalah - Money changer - Souvenir shop - Toko-toko khusus • Food and Beverages outlets area yang digunakan untuk menikmati makanan dan minuman. • Convention room ruangan yang disediakan untuk berbagai macam pertemuan. 12 • Recreation Area area yang dipergunakan oleh para pengunjung untuk berekreasi, berolah raga, santai dan lain-lain. • Service area ( Back of the house ) Sedapat mungkin para tamu tidak dapat melihat maupun mengetahui segala kegiatan di sektor ini. Bagian ini sangat penting, karena bertugas mendukung kegiatan pada front of the house. Ruang-ruang yang termasuk di dalam area, antara lain: • Back of the house (Service Area) Sedapat mungkin para tamu tidak dapat melihat maupun mengetahui segala kegiatan di sektor ini. Ruang-ruang yang termasuk di dalam area Back of the house, antara lain: • Daerah dapur dan gudang (food and storages area) • Daerah bongkar muat, sampah dari gudang umum (recieving, trash and general storage area) • Daerah pegawai/ staff hotel (employees area) • Daerah pencucian dan pemeliharaan (laundry and housekeeping) • Daerah mekanikal dan elektrikal (Mechanical and Engineering Area) II.1.8Persyaratan Hotel Bintang Dua Berdasarkan keterangan diatas maka disimpulkan bahwa hotel kapsul termasuk kedalam klasifikasi: - Berdasarkan fungsi akomodasi merupakan hotel transit - Berdasarkan sasaran pengunjung mengarah ke hotel transit. - Berdasarkan lama menginap merupakan hotel transit. 13 - Sesuai dengan bintang merupakan hotel bintang dua (**). - Berdasarkan jumlah kamar merupakan medium hotel, average hotel yang memiliki jumlah kamar antara 150 s.d 299 kamar. Dalam rancangan, hotel disimpulkan sebagai hotel bintang dua, dikarenakan terkait dalam persyaratan hotel bintang dua (diambil dari Buku ”manajemen hotel” karya Richard Komar) yang sesuai dengan desain rancangan, antara lain: 1. Lokasi lokasi hotel mudah dicapai kendaraan umum/ pribadi roda empat langsung ke area hotel. 2. Taman hotel memiliki taman: • terletak di dalam atau di luar bangunan • taman terpelihara, bersih dan rapi 3. Tempat Parkir 4. Olah Raga atau Rekreasi hotel menyediakan dua sarana olah raga dan rekreasi lainnya yang merupakan pilihan dari : - Fitness Center - Sauna 5. Bangunan 14 bangunan hotel memenuhi persyaratan perijinan sesuai dengan undang undang yang berlaku. • keadaan bangunan bersih dan terawat dengan baik (tidak berdebu, berlumut, sarang laba-laba dan sebagainya) • pengaturan ruang hotel ditata sesuai dengan fungsinya sehingga memudahkan: - arus tamu - arus karyawan - arus barang/ produk hotel - peralatan teknis bangunan terdiri dari: - transportasi mekanis/ lift/ elevator - Utilitas - Komunikasi - pencegahan bahaya kebakaran 6. Ruang Makan 7. Function Room 8. Area Publik - Lobby - Lounge - Tolilet umum pria dan wanita - Koridor - Ruang yang disewakan 9. Dapur 15 II.1.9 Definisi Hotel Kapsul Hotel kapsul lahir dua puluh lima tahun lalu dalam upaya untuk menyediakan akomodasi untuk tinggal dengan harga yang terjangkau dan kualitas yang sesuai.Hotel ini biasa di kunjungi oleh para pebisnis yang tertinggal kereta jam malam, tetapi seiring dengan berjalannya waktu, hotel murah berbentuk kapsul juga dijadikan salah satu pilihan bagi para turis dgn "kantong tipis". Tidak banyak perbedaan antara hotel kapsul dan hotel pada umumnya. Beberapa sistem operasional seperti waktu check-in biasanya dimulai dari pukul 5 sore sedangkan untuk waktu check out sendiri hampir sama yaitu jam 10 pagi disebabkan karena hotel ini memang diperuntukan untuk orang-orang yang ingin beristirahat dalam jangka waktu yang cukup pendek hanya 1-3 malam saja. Namun yang sangat jelas, secara fisik bangunan hotel ini dibangun dari unit-unit kamar yang di desain secara compact sehingga membedakan bentuk, tampilan dan struktur bangunan secara keseluruhan. II.1.10 Karakteristik Hotel Kapsul Berdasarkan keterangan diatas maka disimpulkan bahwa hotel kapsul ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain: 1. Lokasi Dari yang sudah ada, umumnya hotel kapsul berada di kawasan stasiun kereta api. 2. Fasilitas Fasilitas pokok adalah ruang tidur sebagai area privasi, disediakannya 16 fasilitas loker yang digunakan untuk menyimpan sepatu dan lainnya berhubung ukuran unit yang terbatas. 3. Arsitektur dan Suasana Tamu yang menginap di hotel kapsul cenderung mencari akomodasi dengan arsitektur dan suasana yang khusus dan berbeda dengan jenis hotel lainnya.Ukuran setiap unit pun sangat berpengaruh bagi kenyamanan tamu hotel. 4. Sasaran Pariwisata merupakan industri yang terus berkembang di dunia. Sejak lama pariwisata bagi Negara maju telah merupakan suatu aktivitas dan perminatan yang wajar. Dengan berkembangnya waktu, kini kegiatan berwisata sudah bukan merupakan hal yang mahal lagi, banyak cara yang dapat dilakukan untuk dapat berwisata, salah satunya ialah dengan “backpacking” Backpacking adalah sebuah istilah yang digunakan untuk mencerminkan sebuah bentuk dari perjalanan berwisata dengan biaya murah (Wikipedia). Orang yang melakukan perjalanan dengan cara ini biasa disebut dengan backpackers. 17 “ A backpacker is a traveler who spent one night or more in Backpacker hostel accommodation.” (Bureau of Tourism Statistic Australia tahun 2002 Sementara dalam Backpacker Market Handout Tourism Australia (2006) backpacker didefinisikan sebagai wisatawan ber-budget ketat dan suka berpetualang. Kebanyakan penelitian tentang backpacker mengindikasikan bahwa lebih dari 80% dari usia backpacker kurang dari 30 tahun (Richard& Wilson dikutip Markwad 2008). Jakarta pusat sendiri masuk dalam top five list kampung terbaik bagi para backpackers. • Menurut IUOTO (The International Union of Official Travel Organization) sebagaimana disebutkan dalam Annex II, keputusan 1 Juli 1960, kata Wisatawan pada dasarnya diartikan : Orang yang berpergian untuk bersenang- senang Orang-orang kedudukannya yang yang sebagai menghadiri wakil badan pertemuan, ilmiah, atau pemerintah, keagamaan, keolahragaan dan sebagainya Orang yang datang dalam rangka wisata, walaupun singgah kurang dari 24 jam • Menurut PBB, pengertian Wisatawan (tourist) adalah pengunjung yang tinggal menetap sekurang- kurangnya 24 jam di negara yang ia kunjungi dengan maksud : 18 Menggunakan waktu luang (leisure time) seperti untuk rekreasi, libur, cuti, berobat, studi ataupun olahraga Tujuan bisnis, mengunjungi keluarga, rapat-rapat dinas atau misi tertentu Tabel 2.2 karakteristik Perjalanan Wisatawan Karakteristik Pembagian 1-3 hari 4-7 hari Lama waktu perjalanan 8-28 hari 29-91 hari 92-365 hari Jarak yang ditempuh Dalam kota (local) (bisa digunakan Luar kota (satu / lain propinsi) kilometer/mil) Mancanegara Hari biasa Waktu melakukan perjalanan Akhir pekan Hari raya Libur sekolah Komersial (Hotel bintang/ non bintang Akomodasi yang digunakan Non komersial (rumah teman/ saudara/ keluarga Udara Moda transportasi Darat (umum/ pribadi/ carter) Kereta Api Laut (cruise/ feri) Sendiri Keluarga Teman Perjalanan Teman sekolah Teman kantor Sendiri Pengorganisasian Keluarga perjalanan Sekolah Biro perjalanan wisata (Sumber: dikutip dari Smith (1995), P2Par 2001) 19 Dari data yang diperoleh di atas maka peruntukan hotel kapsul yang akan di bangun adalah untuk wisatawan yang kurang lebih memiliki karakteristik melakukan perjalanan 1-3 hari, wisman maupun wisnus yang bisa dikatakan sebagai backpackers, sendiri ataupun berkelompok baik dihari kerja maupun hari libur. II.1.11 Prinsip Desain Hotel Kapsul Sebagai hotel dengan tujuan sebagai akomodasi bagi wisatawan Pleasure Tourism (menikmati perjalanan) dimana merupakan salah satu bentuk tujuan pariwisata yang dilakukan oleh orang-orang yang meninggalkan rumah untuk berlibur, mencari udara segar, mengetahui sejarah rakyat setempat, untuk mendapatkan ketenangan atau kedamaian di luar kota, atau sebaliknya untuk menikmati hiburan di kota-kota besar maupun ikut serta dalam keramaian pusat-pusat wisatawan. Dalam perancangan sebuah hotel kapsul yang ditujukan bagi para wisatawan menengah kebawah perlu diperhatikan prinsip-prinsip, sebagai berikut: 1. Kebutuhan dan persyaratan individu dalam melakukan kegiatan wisata. • Suasana yang tenang dan mendukung untuk istirahat • Berinteraksi dengan lingkungan, dengan standar kenyamanan • Privasi serta kesempatan untuk berinteraksi dengan orang lain dalam aktivitas kelompok 2. Menciptakan suatu citra akomodasi wisata yang menarik • Memanfaatkan kekhasan desain sebaik mungkin 20 • Menyesuaikan fisik bangunan terhadap karakter lingkungan setempat • Pengolahan terhadap fasilitas yang sesuai dengan tapak II.2 Tinjauan Khusus Topik Perancangan arsitektur ditujukan untuk manusia maka untuk mendapatkan perancangan yang baik perlu dimengerti apa yang menjadi kebutuhan manusia atau dengan kata lain mengerti perihal perilaku manusia, sehingga jelas bahwa aspek perilaku dalam perancangan hotel kapsul ini perlu diperhatikan dengan mengolah desain suatu hotel kapsul berdasarkan perliaku transit wisatawan dalam memuaskan kebutuhan dan keinginannya. II.2.1 Pengertian Arsitektur Perilaku (Behavior Architecture) Arsitektur perilaku adalah Arsitektur yang dalam penerapannya selalu menyertakan pertimbangan-pertimbangan perilaku dalam perancangan kaitan perilaku dengan desain arsitektur (sebagai lingkungan fisik) yaitu bahwa desain arsitektur dapat menjadi fasilitator terjadinya perilaku atau sebaliknya sebagai penghalang terjadinya perilaku (JB. Watson 1878-1958). Cakupan dalam perilaku antara lain: - Perilaku yang kasat mata seperti makan, memasak, duduk dan sebagainya - Perilaku yang tidak kasat mata seperti fantasi, motivasi dan sebagainya 21 - Perilaku yang menunjukan manusia dalm aksi/ kegiatannya Secara Realitas Imajinasi seorang arsitek dalam proses perancangan akan menghasilkan akibat yang berbeda setelah proses pemakaian/ penghunian, untuk itu perlu dipahami kebutuhan dasar manusia dan bagaimana antara desain arsitektur dengan perilaku manusia maupun lingkungan. Berikut beberapa teori-teori mengenai tema arsitektur perilaku: a) Menurut Donna P. Duerk “…That people and their behavior are part of a whole system that includes place and environment, such that behavior and environment cannot be empirically separated. That is to say, human behavior always happen in a place and they cannot be fully evaluated without considering the environmental influence.” (…bahwa manusia dan perilakunya adalah bagian dari system yang menempati tempat dan lingkungan, sehingga perilaku dan lingkungan tidak dapat dipisahkan secara empiris. Karena itu perilaku manusia sealu terjadi pada suatu tempat dan tidak dapat di evaluasi secara keseluruhan tanpa pertimbangan factor-faktor lingkungan.) (Donna P. Duerk, Architectural Progamming 1993) Gambar 2.1 Diagram hubungan perilaku dan lingkungan (Sumber: Duerk donna P, 1993) 22 Dari gambar di atas dijelaskan tentang hubungan antara perilaku dan lingkungan yang saling berkaitan. Contoh: 1. Lingkungan yang mempengaruhi perilaku manusia. Orang cenderung menduduki suatu tempat yang biasanya diduduki meskipun tempat tersebut bukan tempat duduk, misalnya susunan anak tangga, bagasi mobil yang besar dan sebagainya. Gambar 2.2 Lingkungan mempengaruhi perilaku (Sumber: Marcella, Joyce laurens, 2004) 2. Perilaku manusia yang mempengaruhi lingkungan Pada saat orang cenderung memilih jalan pintas yang dianggapnya terdekat dari pada awal melewati pedestrian yang memutar. Sehingga orang tersebut tanpa sadar telah membuat jalur sendiri meski telah disediakan pedestrian. b) Menurut Gary T. More Pengkajian perilaku dikaitkan dengan lingkungan sekitar yang lebih dikenal sebagai pengkajian lingkungan-perilaku, antara lain: 1. Meliputi penyelidikan sistematis tentang hubungan antara lingkungan dan perilaku manusia dan penerapannya dalam proses perancangan. 23 2. Pengkajian lingkungan-perilaku dalam arsitektur mencakup lebih banyak daripada sekedar fungsi 3. Meliputi unsur-unsur keindahan estetika, dimana fungsi berkaitan dengan perilaku dan kebutuhan manusia, sedangkan estetika berkaitan dengan pilihan dan pengalaman si pengguna. (Gary T. More, Introduction to Architecture) II.2.2 Prinsip-Prinsip Dalam Tema Arsitektur Perilaku Prinsip-prinsip tema arsitektur perilaku yang harus di perhatikan dalam penerapan tema arsitektur perilaku menurut Carol Simon Weisten dan Thomas G David, antara lain: 1. Mampu berkomunikasi dengan manusia dan lingkungan Rancangan yang harus dapat dipahami oleh pemakainya melalui penginderaan ataupun pengmajinasian pengguna bangunan. Bentuk yang disajikan dapat dimengerti sepenuhnya oleh pengguna bangunan. Dari bangunan yang diamati oleh manusia syarat-syarat yang harus dipenuhi adalah: a) Pencerminan fungsi bangunan b) Menunjukan skala dan proporsi yang tepat serta dapat dinikmti c) Menunjukan bahan dan struktur yang akan digunakan dalam bangunan. 2. Mewadahi aktivitas penghuninya dengan nyaman dan menyenangkan 24 Nyaman secara fisik dan psikis. Menyenangkan secara fisik dan fisiologis 3. Memperhatikan kondisi dan perilaku pemakai Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku transit wisatawan menengah kebawah. Berdasarkan penjelasan tentang tema Arsitektur perilaku dapat disimpulkan bahwa: 1. Tema Arsitektur perilaku bertujuan untuk menciptakan lingkungan binaan yang disesuaikan dengan perilaku manusia penggunanya 2. Arsitektur dan perilaku memiliki hubungan yang erat dan saling mempengaruhi 3. Tema arsitektur perilaku selain menekankan pada aspek kenyamanan fisik, aspek psikologi juga ditekankan. 4. Dari penerapan tema ini diharapkan dapat menciptakan keseimbangan yang paling baik antara perilaku manusia dan lingkungan yang dirancang. II.2.3Faktor-Faktor Dalam Prinsip Arsitektur Perilaku Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam prinsip-prinsip perilaku pengguna bangunan (synder, James C, 1988), antara lain: 1. Faktor Manusia a) Kebutuhan dasar Manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar, antara lain: 25 1. Psychology need Merupakan kebutuhan dasar manusia yang bersifat fisik. Misalnya makan, minum, berpakaian dan lain-lain yang berhubungan dengan faktor fisik. 2. Safety need Kebutuhan akan rasa aman terhadap diri dan lingkungan baik secara fisik maupun psikis, secara fisik seperti rasa aman dari panas, hujan dan secara psikis seperti dari rasa malu, aman dari rasa takut dan sebagainya. 3. Affilitation need Merupakan kebutuhan untuk bersosialisasi, berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain. Kebutuhan ini diperlukan sebagai alat atau sarana untuk mengekspresikan diri dengan cara berinteraksi dengan sesamanya. Gambar 2.3 Ruang terbuka sebagai tempat bersosialisasi 26 a) Kelompok pengguna Perbedaan kelompok pengguna dijadikan pertimbangan dalam perancangan atau desain karena tiap bangunan memiliki fungsi dan pola yang berbeda karena faktor pengguna tersebut, misalnya gedung futsal dengan gedung tennis tidak dapat disamakan karena kelompok penggunaannya berbeda. b) Antropometrik Merupakan suatu proporsi dan dimensi tubuh manusia dan karakteristik fisiologis lainnya dan kesanggupan relatif terhadap kegiatan manusia yang berbeda-beda dan mikro lingkungan. Misalnya tinggi meja dan lemari yang disesuaikan dengan penggua. Menurut teori Barker, hal-hal yang perlu diamati dalam mempelajari hubungan antara perilaku, antara lain: 1. Waktu kejadian 2. Pola kegiatan 3. Waktu yang dibutuhkan 4. Mekanisme perilaku 5. Kekayaan 27 c) Privasi Merupakan suatu mekanisme yang mengukur dan mengatur interaksiinteraksi dengan orang lain dalam menyajikan diri. d) Perencanaan ruang berdasarkan perilaku Furnitur dan peletakan perabot ruangan berpengaruh pada pembentukan perilaku pengguna. 2. Faktor fisiologis a. Kenyamanan Segala sesuatu yang ada di lingkungan, dapat mempengaruhi perilaku yang dapat menjadi stressor bagi manusia. Stressor: Segala sesuatu yang dapat mengganggu perasaan atau menyebabkan stress pada manusia. 1. Heat control Menyangkut kapasitas thermal/ suhu dari bangunan dan mempengaruhi perilaku dari penggunanya. 2. Light control Menyangkut pencahayaan artificial dan natural. Light control juga mempengaruhi perilaku pengguna bangunan. 28 3. Sound control Menyangkut pada penempatan bangunan agar tidak tergganggu kawasan sekitar bangunan. II.2.4Tinjauan Tema Dalam Perilaku Transit Wisatawan Menengah Kebawah Tujuan utama pemasar adalah melayani dan memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Perilaku konsumen merupakan suatu tindakan nyata yang dipengaruhi oleh faktor-faktor psikologis dan faktor luar lainnya dalam memilih dan mempergunakan barang/jasa yang diinginkan. Sehingga jelas bahwa aspek perilaku dalam perancangan hotel kapsul ini perlu diperhatikan dengan mengolah desain suatu hotel kapsul berdasarkan perliaku transit wisatawan dalam memuaskan kebutuhan dan keinginannya. Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia, pengertian transit adalah tempat singgah. Untuk lebih terdefinisi lagi khususnya di bidang Pariwisata. Maka seorang pakar dalam bidang Pariwisata yaitu Z.S.A. Sahulata mengatakan bahwa In-Transit Visitor yaitu seorang penumpang yang menghentikan perjalanannya hanya untuk melakukan kunjungan singkat di kota tersebut, kemudian meneruskan perjalanannya pada hari yang sama. (Sahulata, 1993:19). Penumpang yang melakukan transit dalam diktat kepariwisataan dikatakan bahwa mereka berwisata ke suatu Negara dalam tempo kurang 29 minimal 24 jam, beristirahat dan meneruskan perjalanannya kembali. Dengan demikian, perancangan hotel kapsul ini bisa menjadi proyek menguntungkan bagi para wisatawan yang membutuhkan ruang transit untuk berdiam/ tinggal sementara selama berwisata. Masa transit dengan waktu yang cukup akan lebih bisa membuat perjalanan terasa lebih nikmat/ menyenangkan, serta dapat menghilangkan rasa lelah. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan selama transit, antara lain (Blog Sigit Adinugroho, 2012): 1. Mandi dengan mandi seseorang akan merasa lebih segar dan rileks untuk melanjutkan perjalanan berwisata atau memulai aktifitasnya kembali. 2. Istirahat merebahkan diri dan tidur akan memulihkan stamina orang yang sedang melakukan perjalanan. Apalagi dengan fasilitas penunjang yang ada seperti pijat refleksi, salon dan lainnya. 3. Menyambangi Dunia Maya seiring dengan perkembangan jaman tentunya manusia masa kini tidak lepas dengan yang namanya dunia maya. Menggunakan laptop atau telepon seluler yang tersambung ke Internet dengan fasilitas Wi-Fi gratis, atau menggunakan komputer yang tersedia bisa membuat pikiran senang dan lebih tenang selama transit dalam suatu perjalanan wisata, salah satu 30 yang bisa dilakukan dengan menyambangi dunia maya ialah bisa menghubungi atau mengabari keluarga ataupun kerabat dibandingkan melalui telepon seluler yang akan lebih memakan biaya. 4. Membaca membaca buku merupakan salah satu kegiatan yang bisa dilakukan selama transit setelah/ sebelum melakukan perjalanan wisata, karena bisa menghilangkan rasa jenuh dan memberikan kepuasan tersendiri. 5. Berkeliling setelah berjam-jam duduk dalam perjalanan, berolahraga kecil seperti jalan-jalan keliling, menyambangi fasilitas penunjang yang disediakan seperti toko cinderamata atau kegiatan kebudayaan (misalnya, menggambar atau membuat kerajinan tangan), bahkan arsitektur yang menarik pada bangunan yang disinggahi seperti hotel kapsul bisa membunuh kebosanan. 6. Bercengkerama Bercengkrama bersama keluarga, pasangan, rekan perjalanan ataupun dengan sesama wisatawan lainnya dengan makan di suatu tempat bisa lebih membuat perasaan lebih senang serta bisa menikmati perjalanan yang sesungguhnya. Perilaku wisatawan backpacker: - berinteraksi sosial dengan wisatawan lain 31 - mencari petualangan, keaslian (bisa berupa belanja cinderamata) pengalaman - fleksibilitas dalam rencana wisata - melepas rasa jenuh dan lelah (Rilley 1998: 3) Hotel kapsul sebagai suatu hotel yang timbul akibat kebutuhan Wisatawan golongan menengah kebawah yang memiliki fasilitas - fasilitas untuk mendukung kegiatan mereka dengan financial yang terbatas. Beberapa pertimbangan konsumen dalam memilih sebuah hotel untuk dijadikan tempat peristirahatan/ menginap, antara lain (Blog Sigit Adinugroho): • Budget menentukan biaya yang akan diperlukan untuk menyewa ruang di hotel menjadi salah satu hal yang perlu dipertimbangkan bagi wisatawan menengah kebawah misal, perbandingan nilai antara kedekatan hotel dengan tujuan wisata dengan biaya transportasi. • Fasilitas mengetahui kelengkapan fasilitas yang disediakan oleh pihak hotel atau memperhatikan kebutuhan serta tujuan menginap yang dibutuhkan dalam hubungannya dengan keterbatasan financial dan waktu. • Lokasi mempertimbangkan kemudahan akses dan pencapaian dari dan ke tapak. 32 II.2.5Analisa Pemilihan Tapak Perancangan Hotel Kapsul Lokasi tapak merupakan kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat yang berbatasan dengan berbagai bangunan komersial, sarana pendidikan, dan fasilitas penunjang lainnya. Peta 2.1 Alternatif Lokasi Tapak (Sumber: Dinas Tata Ruang DKI Jakarta) Keterangan: Alternatif tapak 1 Alternatif tapak 5 Alternatif tapak 2 Stasiun Tanah Abang Alternatif tapak 3 Kawasan Pasar Tanah Abang Alternatif tapak 4 Berikut penjelasan mengenai beberapa alternatif tapak akan dipertimbangkan, antara lain: 33 RUTRK DKI Jakarta Batas Utara 10, Selatan 5, Timur 4 60% 3,5 GSB KDB KLB 8 Lantai Kawasan Pertokoan Timur Ketinggian maks. Kawasan Pertokoan Barat Kkt/ Kkd Kawasan Pemukiman Selatan Peruntukan Jl. Raya Jati Baru 3 55% Utara 10, Selatan 5, Timur 4, Barat 5 8 Lantai Kkt/ Kkd Perkantoran Gereja Kali Jl.Fachrudin Jl.Fachrudin, Jakarta Pusat Jl. Raya Jati Baru, Jakarta Pusat Lokasi Utara ±6365 m2 2 ±6255 m2 1 Alternatif Luas Tapak Alternatif 3 55% Timur 10, Barat 3 8 Lantai Kkt/ Kkd Jl. Fachrudin Kali Pasar TA Bukit Bank Jl.Fachrudin, Jakarta Pusat ±6370 m2 Alternatif 3 3 55% Utara 10, Selatan 3 8 Lantai Kkt/ Kkd Sekolah Jl. Fachrudin Bank Apartemen Jl.Fachrudin, Jakarta Pusat ±6547 m2 Alternatif 4 2,4 60% Utara 5, Selatan 4, Timur 3, Barat 3 4 Lantai Wkc/ Wsd Kawasan wisma Jl. Hati Suci Kawasan wisma Jl. Kebon Sirih Jl. Kebon Sirih, Jakarta Pusat ±6226 m2 5 Alternatif Tabel 2.3 Penjelasan lima alternatif tapak 34 Pemilihan alternatif tapak dipilih berdasarkan beberapa pertimbangan pemilihan tapak yang dituangkan dalam tabel, sebagai berikut: Tabel 2.4 Penilaian pemilihan tapak berdasarkan beberapa pertimbangan Pertimbangan View Aksesibilitas Kondisi Lingkungan Luasan Tapak Pencapaian Tapak Total Alternatif 1 3 3 2 Alternatif 2 3 4 3 Alternatif 3 3 4 4 Alternatif 4 3 4 4 Alternatif 5 3 4 4 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 14 16 18 17 15 Keterangan: 1 : sangat kurang 2: kurang 3:cukup 4: Baik Kesimpulan: Berdasarkan tabel penilaian tapak di atas, maka yang memenuhi angka pertimbangan paling tinggi ialah tapak alternatif 3. Gambar 2.4 Alternatif Tapak yang dipilih (Sumber: Dinas Tata Ruang DKI Jakarta) 35 • Lokasi : Jl. Fachrudin, Jakarta Pusat • Luas Tapak : ±6370 m2 • Batas :- Utara :Bank - Selatan :Pasar Tanah Abang Bukit - Barat :Kawasan Kantor Komersil dan Perdagangan - Timur :Jl. Raya Fachrudin, Bersebrangan dengan Bank RUTRK DKI Jakarta : • Peruntukan Lahan pada Tapak :Kkt/ Kkd • KDB : 55% • KLB :3 • Ketinggian Maksimum Bangunan : 8 Lantai • GSB :- 3 meter sebelah Barat - 10 meter sebelah Timur • Luas Lantai Dasar yang Dapat Dibangun ±6370 m2 x 55% = ±3503 m2 • KLB ±6370 m2 x 3 = ±19110 m2 36 Lokasi Tapak Gambar 2.5 Lokasi tapak dan peruntukan lahan sekitarnya (Sumber: Google earth) Keterangan: Alternatif lokasi tapak yang dipilih Kawasan pusat grosir Tanah Abang Peruntukan Kantor Komersil Peruntukan Wisma/ Pemukiman Tapak tersebut dipilih berdasarkan pertimbangan penilaian pemilihan tapak dari segi view dari bangunan itu sendiri, Aksesibilitas dari tapak maupun pencapaian ke tapak, Kondisi lingkungan sekitar, serta luasan tapak sesuai kebutuhan dan berdasarkan peraturan RUTRK. 37 II.3 Kelengkapan Data dan Relevansi Pustaka Pendukung II.3.1 Studi Literatur Fungsi Sejenis 1. Hotel Kapsul 9 Jam di Jepang Hotel ini cukup populer di Jepang untuk penginap yang memiliki keperluarn pekerjaan sementara di kota Kyoto sebagai sebuah ruang transit di kota-kota besar di Jepang. Foto 2. Hotel Kapsul 9 Jam di Jepang (Sumber: Survey literature) 38 Hotel Kapsul ini menerapkan system bahwa peristirahatan dalam Hotel Kapsul ini terbagi menjadi 2 sampai 3 waktu, antara lain; 1 jam waktu untuk mandi, 7 jam untuk tidur dan 1 jam lagi untuk beristirahat sehingga total dalam waktu 9 jam. Alasan memilih bangunan tersebut sebagai tinjauan studi literature karena sistem waktu yang diterapkan sama yakni sebagai ruang transit sementara dalam hitungan jam dari segi bentuk dan konsep juga menarik. 2. Nakagin Bangunan ini selesai pada tahun 1972, dirancang oleh seorang arsitek muda Jepang, Kisho Kurokawa. Bangunan ini memiliki 13 lantai, dengan masing-masing kapsul yang membentuk lantai yang melekat pada poros pusat yang sangat besar dengan hanya 4 baut. Idenya adalah bahwa kapsul bisa berubah secara individual tanpa mengganggu yang lain, memenuhi tujuan dari arsitektur berkelanjutan yang berakar pada gerakan metabolist arsitektur populer pada saat itu. The Nakagin Capsule Menara adalah yang pertama dari jenisnya, yang dirancang untuk menyediakan perumahan yang terjangkau untuk pekerja kantor yang tidak sempat kembali ke rumah setelah bekerja - Lokasi: Ginza, Tokyo - Tanah: 429,51 m2 - Luas Bangunan: 3,091.23 sqr - Konstruksi: 13 Lantai + 1 basement - Jumlah unit: 140 unit 39 Gambar 7. Hotel Kapsul Nakagin 3. Hotel Asahi Plaza Shinnsaibashi Hotel ini benar-benar ditujukan bagi para pelaku bisnis dimana menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang bisnis serta beberapa fasilitas seperti sauna,lounge refreshing, untuk menghilangkan rasa lelah setelah lama beraktivitas. 40 Dari segi desain bentuk, hotel kapsul ini berbeda dengan hotel kapsul sebelumnya. Kapsul hanya ditutup dengan tirai yang memisahkan area umum dengan tempat tidur sehingga mungkin tingkat kenyamanan akan privasi berkurang. Fasilitas hotel tersebut juga tidak kalah lengkap dengan adanya ruang sauna dan jasa pemijatan. Suasana Hotel Asahi 1. kelompok ruang (4 kapsul di ruang, ruang meja, kursi, dan loker) 2. Kapsul berada di daerah tidur sehingga tidak terganggu dengan suara berisik yang mengganggu 3. Wilayah umum memiliki semua fasilitas yang diperlukan, ruang ganti dan berbagi daerah mandi 4. Laki-laki dan perempuan berada di lantai terpisah, hanya ada pertemuan yang berada di entrance dan lantai pertama 5. Loker kecil di luar kapsul 6. restoran kecil di lantai dasar 7. Kamar pribadi dengan 4 kapsul ranjang dan ruang kecil\ 4 orang dengan 2 kunci loker 8. Sulitnya membawa barang bawaan ke atas/ bawah melalui tangga 41 Foto 3. Interior Hotel Asahi Plaza Shinnsaibashi (Sumber: Survey literature) Kesimpulan: Dari beberapa hasil studi literatur di atas, maka dapat disimpulkan bahwa banyak berbagai macam klasifikasi serta ciri tersendiri dari masingmasing hotel kapsul, antara lain; ada yang menggunakan system beberapa ‘kapsul’ kecil yang dirakit sedemikian rupa dan ditumpuk hingga 2 tingkat yang disusun secara berjajar berdekatan satu sama lain, seperti sarang lebah. Masing-masing ‘kapsul’terdapat lampu, TV dan radio serta ber-AC. Jenis kapsul lainnya ada yang menggunakan sistem core ataupun sistem panel yang mana pada sistem core, unit kapsul terbuat dari rangka baja yang dirakit sedemikian rupa dan masing-masing disambungkan dengan core yang sudah ada. Sedangkan sistem lainnya seperti sistem panel merupakan sistem unit kapsul yang dikaitkan pada kolom struktur utama bangunan. Sedangkan dari segi fungsi, hotel ini tidak jauh dari kata ‘transit’ dimana hotel ini memang diperlukan bagi orang-orang yang ingin 42 beristirahat dalam jangka waktu yang cukup pendek yakni hanya 1-3 malam saja. II.3.2 Studi Banding II.3.2.1Studi Banding Sekitar Tapak Berikut perbandingan Hotel Fave dan Hotel Jati di kawasan sekitar tapak, kawasan Tanah Abang: Tabel 2.5 Perbandingan hotel di Kawasan Tanah Abang Kriteria Lokasi Hotel Fave Jl. Wahid Hasyim No 135, Jakarta pusat Hotel Jati Jl. Jati Baru Raya No.13, Tanah Abang, Jakarta Pusat– Indonesia Klasifikasi Hotel Bintang 2 Bintang 2 Jumlah Lantai 2 2 Gubahan Massa Bangunan berbentuk L Tipe Unit Superior Standard, Junior Suite Jenis Hotel Bisnis Resorts Hotel Range Harga 428.000- 622.000 345.000-700.000 Fasilitas - kotak penyimpanan aman - mini market Penunjang - layanan laundry/dry cleaning - cozy area memiliki bentuk persegi panjang Suasana Hotel 43 wi-fi di tempat-tempat umum Kelemahan - menurut responden ukuran -hotel kurang terawatt, dan kamar terlalu kecil tidak menarik perhatian turis untuk berkunjung/menginap (Sumber: Survey Lapangan) II.3.2.2 Studi Banding Fungsi Sejenis Berikut perbandingan Hotel Millenium dan Hotel Jati di kawasan sekitar tapak, kawasan Tanah Abang: Tabel 2.6 Perbandingan hotelfungsi sejenis di Kawasan Tanah Abang Kriteria Hotel Asahi Hotel Ryokan Kyoto Lokasi Osaka, Jepang Jepang Klasifikasi Hotel Bintang 3 Bintang 2 Bangunan berbentuk persegi memiliki bentuk persegi dengan view ke 2 arah panjang -Standard -Ensuite (2 people occupancy -Economy -Ensuite (1 person use) Gubahan Massa Tipe Unit Tatami capsule (1 person occupancy) Jenis Hotel Hotel Bisnis Resort Hotel Range Harga 610.000- 1.220.000 380.000-870.000 Suasana Hotel 44 Fasilitas Penunjang -PC - akses wifii -wifii - tv -tv -PC -loker -binatu -binatu -loker -sauna -night club - tidak adanya pintu pada unit Kelemahan kapsul, hanya dibatasi dengan tirai (Sumber: Survey literature) Kesimpulan: Berdasarkan data kedua studi banding yang diperoleh diatas maka diperoleh suatu kriteria yang mendekati dengan perancangan hotel kapsul yang kiranya di butuhkan di lokasi tapak berdasarkan kriteria-kriteria yang telah di paparkan, antara lain: - Berdasarkan fungsi akomodasi merupakan hotel transit - Memperhatikan pengelompokan antar ruang istirahat dengan ruang-ruang public - Memperhatikan kenyamanan antar kapsul - Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan selama transit - Menyediakan fasilitas yang mempermudah pengunjung yang membawa barang bawaan yang cukup banyak - Hotel kapsul yang akan dirancang sesuai dengan peminatan responden dari hasil survey - Berdasarkan jumlah kamar merupakan medium hotel, average hotel yang memiliki jumlah kamar antara 150 s.d 299 kamar. 45