Faktor yang mempengaruhi penetapan margin

advertisement
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang berpijak di atas kaidah
syariah dan mengadopsi nilai-nilai Islam yang menjunjung tinggi image spiritual
kepada masyarakat. Image spiritual ini diperlukan agar diferensiasi antara bank
syariah dengan bank konvensional dapat terlihat. Risiko reputasi terjadi apabila
ada pelanggaran prinsip syariah yang dapat menyebabkan citra dan kredibilitas
bank syariah di mata masyarakat menjadi negatif, sehingga menurunkan
kepercayaan masyarakat kepada bank syariah bersangkutan.
Sejak disahkannya UU No.7 tahun 1992 kemudian disempurnakan lagi
dengan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan syariah, Pemerintah
memberikan peluang kepada perbankan di Indonesia dan lembaga keuangan
lainnya untuk melakukan operasi dengan sistem bagi hasil (syariah). Namun,
sampai
sekarang,
ternyata
perkembangan
bank
syariah
belum
cukup
menggembirakan. Hal ini terlihat dari aset perbankan syariah yang belum
mencapai 5% dari perbankan konvensional1. Mayoritas warga Indonesia adalah
beragama Islam sehingga potensinya sangat besar, tetapi kenyataannya masih sulit
untuk merubah pola pikir masyarakat yang masih terbiasa dengan bank
konvensional untuk memilih bank syariah.
Masalah penting dalam perbankan syariah yang sering dipersepsikan
kurang baik dari masyarakat yaitu anggapan praktik bank syariah tidak berbeda
dengan bank konvensional mengenai pembiayaan dan bagi hasil dengan tingkat
suku bunga yang berlaku umum (BI rate atau LIBOR). Apabila salah persepsi ini
dibiarkan mengakibatkan masyarakat tidak bisa lagi membedakan bank sistem
syariah dan bank sistem konvensional. Praktik murabahah yang dilakukan oleh
perbankan syariah masih menuai kritikan karena dianggap sama dengan kredit
pada perbankan konvensional (Perwataatmadja, 2002). Hal ini dilihat dari
besarnya margin yang dipatok bank syariah yang ternyata sama atau bahkan lebih
tinggi dibandingkan dengan bunga bank konvensional.
1
Pembiayaan murabahah berperan penting dalam perbankan syariah karena
pembiayaan ini mendominasi pendapatan bank syariah yaitu mencapai 75%.
Tingginya mark up yang diambil oleh bank syariah adalah untuk mengantisipasi
naiknya suku bunga di pasar. Kenaikan suku bunga yang besar yang terjadi
menyebabkan bank syari’ah tidak mengalami kerugian secara riil. Namun
demikian, apabila suku bunga dipasar tetap stabil atau bahkan turun, maka margin
murabahah akan lebih besar dibandingkan dengan tingkat bunga pada bank
konvensional. Mark-up dalam murabahah dapat menjadi lebih tinggi atau lebih
rendah dari suku bunga. Namun, nampaknya, perbedaan antara mark up
murabahah di bank syari’ah dengan suku bunga dalam pinjaman kredit di bank
konvensional ini tidak terlalu jauh.
Perbankan syariah menentukan kebijakan harga jual masih merujuk
kepada suku bunga konvensional. Hipotesa ini didasarkan pada kenyataan bahwa
proses penentuan harga jual murabahah tetap menggunakan metode pembebanan
bunga flat rate dan prinsip cost of fund yang merupakan pikiran utama dalam
perbankan konvensional. Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah
sebaiknya dalam bentuk pembiayaan yang berbentuk profit and loss sharing, akan
tetapi konsep pembiayaan yang ideal ini sampai sekarang masih sulit dilaksanakan
karena penuh dengan resiko dan ketidakpastian (Saeed, 2004).
Perbankan syariah merupakan suatu lembaga intermediasi antara sektor riil
dan sektor moneter, sehingga bank syariah sebaiknya lebih ekspansif menyalurkan
dana ke sektor riil karena menerapkan sistem bagi hasil, risiko ditanggung bank
dan nasabah. Namun, pada kenyataanya, dominasi penjualan produk murabahah
oleh perbankan syariah sejauh ini membuat nuansa moneter menjadi lebih
menonjol dalam kegiatan gerakan ekonomi Islam sendiri dibandingkan sektor riil
seperti halnya kredit uang dalam perbankan atau lembaga keuangan konvensional.
Apalagi, kebanyakan properti yang dijual dengan cara murabahah jauh lebih
banyak yang bersifat konsumtif daripada produktif, seperti sepeda motor,
kendaraan roda empat, rumah dan semacamnya. Padahal, sulit disangkal betapa
perlunya keseimbangan antara sektor riil dan moneter, agar jalannya ekonomi
harmonis dan tumbuh secara sehat.
2
Tabel dibawah ini menjelaskan bahwa BMT Khairu Ummah melakukan
sebagian besar akadnya pada murabahah. Murabahah dapat dilakukan di semua
sektor, bahkan akad murabahah juga terjadi pada penjualan barang konsumtif dan
sektor pendidikan. Sektor perdagangan dilakukan dengan cara tambahan modal
usaha, seperti pembelian bahan baku, barang grosir, dan transportasi. Kebanyakan
nasabah berasal dari pedagang pasar Leuwiliang. Dalam sektor pertanian, BMT
menyediakan barang modal, seperti alat-alat pertanian, pengadaan bibit dan
pupuk. Sektor jasa dan home industry, nasabah memerlukan akad murabahah ini
untuk memenuhi kebutuhan barang modal, seperti mesin fotocopy, alat sablon,
kendaraan untuk transportasi serta bahan baku.
Murabahahah dalam sektor pendidikan untuk memenuhi peralatan alat
tulis, komputer, pengadaan meja dan bangku. Nasabah yang tidak melakukan
kegiatan produksi pun dapat melakukan akad murabahah untuk memenuhi
kebutuhan konsumtifnya. Pembiayaan yang dilakukan meliputi pembelian mobil,
sepeda motor, kulkas, mesin cuci dan peralatan rumah tangga lainnya. Dominasi
pembiayaan murabahah di BMT Khairu Ummah ini membuat saya tertarik untuk
melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan margin
murabahah, apakah masih merujuk pada suku bunga perbankan konvensional atau
benar-benar sudah mengaplikasikan sistem bagi hasil.
Tabel 1. Sektor Pembiayaan BMT Khairu Ummah, 2007-2009
Akad
Perdagangan
Murabahah
9
Mudharabah
Musyarokah
Pertanian
Jasa
9
9
9
9
Konsumtif
Pendidikan
9
9
9
Home
industry
9
9
9
Ijarah
(Sumber: BMT Khairu Ummah)
Bank syariah menanggung risiko reputasi yang cukup berat. Karena bank
syariah merupakan lembaga yang mengimplementasikan ajaran Tuhan sehingga
masyarakat memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap kesalahan yang dilakukan
bank syariah. Oleh karena itu bank syariah tidak hanya harus menjaga image
profesionalitasnya sebagai lembaga keuangan tetapi juga image kesyariahannya.
3
Persepsi negatif tidak hanya akan mempengaruhi citra produk dan jasa bank
syariah, tetapi juga citra perusahaan dan semuanya akan berdampak pada reputasi
bank syariah. Konsep dalam penetapan harga jual murabahah dan mekanisme
pembiayaan murabahah dalam penetapan margin jual beli yang adil bagi bank dan
nasabah perlu diketahui dan diteliti secara transparan. Ketentuan-ketentuan
murabahah di atas dimaksudkan agar penerapan prisip murabahah sesuai dengan
aturan syari'ah. Salah satu ketentuan murabahah adalah penentuan keuntungan
didasarkan atas kesepakatan antara nasabah dan pihak bank. Namun, dalam
praktik penentuan keuntungan sudah dibakukan oleh pihak bank, sehingga
nasabah tidak mempunyai peran sedikitpun di dalamnya dan tidak memiliki
pilihan selain menerimanya.
1.2. Perumusan Masalah
Murabahah merupakan akad yang mendominasi dalam perbankan syariah.
Kebijakan yang diberikan bank syariah dalam menetapkan harga jual murabahah
perlu dilakukan penelitian karena diduga penetapan harga yang dilakukan oleh
bank syariah merujuk pada suku bunga konvensional. Selain itu, praktik
penetapan jual beli murabahah yang ada di perbankan syariah masih sama dengan
perbankan konvensional disebabkan masih melekatnya penggunaan prinsipprinsip yang ada di perbankan konvensional, terutama karena adanya faktor markup yang menggunakan suku bunga sebagai patokan, atau benchmark sehingga
perbankan syariah dapat bersaing dengan bank-bank konvensional yang berbasis
bunga.
Banyaknya bank syariah yang masih memasukkan unsur bonus giro, bagi
hasil tabungan dan deposito sebagai cost of fund dalam menetapkan margin
sehingga jatuhnya lebih tinggi atau sama dengan bunga pinjaman. Hal ini
merupakan konsep yang dianggap salah karena pada akhirnya membuat bank
syariah tidak berbeda dengan bank konvensional. Untuk itu perlu diteliti dan
diketahui secara transparan kebijakan dan konsep pembiayaan murabahah yang
tejadi di BMT Khairu Ummah.
4
Berdasarkan uraian diatas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kebijakan penetapan jual beli murabahah di BMT Khairu Ummah?
2. Apa saja faktor-faktor berbasis syariah yang berhubungan dan mempengaruhi
penetapan tingkat margin pembiayaan murabahah di BMT Khairu Ummah?
3. Apa saja faktor-faktor berbasis nonsyariah yang berhubungan dan
mempengaruhi penetapan tingkat margin pembiayaan murabahah di BMT
Khairu Ummah?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas, tujuan yang ingin dicapai
dari penelitian ini adalah teridentifikasinya sejumlah faktor yang berhubungan dan
mempengaruhi penetapan tingkat margin pembiayaan murabahah. Dengan
diketahui faktor apa saja yang berhubungan dan signifikan berpengaruh,
selanjutnya dapat dijadikan acuan dalam menyusun berbagai strategi pembiayaan
baik pembiayaan non bagi-hasil seperti murabahah yang digunakan untuk
kepentingan yang berbasis bagi hasil seperti mudharabah dan musyarakah.
Secara spesifik, tujuan yang ingin dicapai adalah:
1. Mengetahui dan mengkaji kebijakan penetapan murabahah di BMT Khairu
Ummah.
2. Mengetahui
dan
mengkaji
faktor
syariah
yang
berhubungan
dan
mempengaruhi penetapan tingkat margin pembiayaan murabahah di BMT
Khairu Ummah:
a. Mengetahui seberapa besar pengaruh biaya operasional terhadap margin
murabahah.
b. Mengetahui seberapa besar pengaruh biaya bagi hasil terhadap margin
murabahah.
c. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pendapatan pembiayaan
terhadap margin murabahah.
d. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat pengembalian murabahah
terhadap margin murabahah.
e. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat resiko pembiayaan terhadap
margin murabahah.
5
f. Mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat Finance Deposit Ratio (FDR)
terhadap margin murabahah.
3. Mengetahui dan mengkaji faktor nonsyariah yang berhubungan dan
mempengaruhi penetapan tingkat margin pembiayaan murabahah di BMT
Khairu Ummah, yaitu mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat bunga
pinjaman bank konvensional (BI rate) terhadap margin murabahah.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi kepada masyarakat tentang kebijakan penetapan
margin murabahah BMT Khairu Ummah sudah memenuhi prinsip syariah
atau belum.
2. Memberikan
informasi
kepada
BMT
Khairu
Ummah
untuk
lebih
mempertimbangkan pengaruh faktor bagi hasil daripada biaya operasional.
3. Memberikan informasi kepada BMT Khairu Ummah untuk meminimalisir
pengaruh BI rate dalam menetapkan margin murabahah.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini terbatas pada periode bulan Januari
2007 sampai dengan bulan Desember 2009, karena pada periode ini sektor
murabahah meningkat dan mudharabah menurun. Faktor nonsyariah hanya
terbatas pada suku bunga konvensional yaitu BI rate.
6
Download