1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perubahan dalam dunia usaha yang semakin cepat mengharuskan perusahaan untuk merespon perubahan yang terjadi, problem sentral yang dihadapi perusahaan-perusahaan saat ini adalah bagaimana perusahaan tersebut menarik pelanggan dan mempertahankanya agar perusahaan tersebut dapat bertahan dan berkembang, tujuan tersebut akan tercapai jika perusahaan melakukan proses pemasaran. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya, tetapi dalam pemasaran modern seperti ini paragdima pemasaran telah bergeser, tidak hanya menciptakan transakasi untuk mencapai keberhasilan pemasaran tetapi perusahaan juga harus menjalin hubungan dengan pelanggan dalam waktu yang panjang. Paragdima tersebut disebut relationship marketing dasar pemikiran dalam praktek pemasaran ini adalah, membina hubungan yang lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan (Chan S, 2003). Relationship keinginan marketing pelanggan dengan mampu memperdayakan tekanan teknologi kekuatan informasi untuk memberikan kepuasan pada pelanggan. Cakupannya meliputi tuntutan 2 manajemen mutu terpadu secara global untuk menghadapi kebutuhan bisnis pelanggan dengan lebih agresif. Strategi bisnis difokuskan pada kelanggengan dan pemuasan pelanggan serta bekerja untuk mengantisipasi kebutuhan serta penyesuaian hasil produk. Salah satu indikator yang cukup handal untuk kelangsungan hidup dan keuntungan dari suatu proses bisnis adalah kelanjutan dari kepuasan pelanggan. Diperkirakan untuk menarik satu pelanggan baru diperlukan biaya mulai dari lima sampai lima belas kali, dibandingkan dengan menjaga hubungan dengan satu pelanggan lama. Pada dasarnya relationship marketing adalah hubungan dan ikatan jangka panjang antara produsen, konsumen dan pemasok serta pelaku lainnya. Esensi relationship marketing paling tidak menyangkut hubungan yang langgeng dan pertukaran yang terus menerus dan dituntut untuk saling kepercayaan dan ketergantungan. Sehingga dalam konsep relationship marketing, pemasar sangat menekankan pentingnya hubungan baik jangka panjang dengan konsumen dan infrastruktur pemasaran, yang dapat menciptakan kesadaran dalam bentuk hubungan dan komitmen yang menyeluruh. Relationship marketing diartikan sebagai menarik, memelihara dan meningkatkan hubungan dengan pelanggan (Berry, 1995 dalam Wibowo S, 2006). Relationship marketing lebih merupakan pendekatan bersifat jangka panjang, dimana hal ini berbeda dengan pendekatan pemasaran transaksional yang lebih berorientasi jangka pendek. Tujuan dari 3 pemasaran transaksional adalah untuk mendapatkan pelanggan semata, sedangkan tujuan dari relationship marketing adalah untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan. Relationship marketing biasanya lebih sering digunakan dalam perusahaan jasa, sedangkan pemasaran transaksional lebih aplikatif dan sesuai untuk pemasaran bagi perusahaan yang menghasilkan produk manufaktur (Gronroos, 1995 dalam Wibowo S, 2006). Penelitian ini memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada perusahaan perbankan, karena perbankan merupakan salah satu penyedia jasa yang menerapkan adanya keramahtamahan dalam hubungan dengan konsumen. Alasan yang mendasari topik penelitian ini adalah bahwa setiap perusahaan jasa dalam mempertahankan konsumenya, perusahaan harus mampu menjalin hubungan yang baik. Relationship marketing merupakan strategi yang dapat diimplementasikan untuk menunjang tercapainya tujuan tersebut. Dan penelitian yang berkaitan dengan relationship marketing pada perusahaan perbankan belum banyak dilakukan. Penelitian ini memfokuskan pada implementasi proses relationship marketing pada suatu perusahaan jasa yaitu PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. adalah sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang pelayanan jasa dimana pelanggannya memiliki kebutuhan jangka panjang , dengan kondisi 4 tersebut PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. ini menyadari pentingnya konsep relationship marketing. Hal tersebut diwujudkanya dengan menerapkan relationship marketing pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.. Konsep ini mengharapkan adanya inovasi dan peningkatan fasilitas agar dapat menciptakan loyalitas konsumen terhadap PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. sehingga tercipta hubungan jangka panjang yang harmonis antara perusahaan dan konsumen. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. merupakan salah satu perusahaan yang bekerja dalam bidang profit atau sifatnya mencari keuntungan. PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. adalah perbankan yang mempunyai cabang maupun unit di hampir seluruh pelosok Indonesia. Relationship Marketing di PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin menarik diteliti karena bank ini adalah cabang yang mempunyai unit, dimana bank ini memfokuskan pada keuntungan atau menjaga agar nasabah tetap dipuaskan dengan pelayanan dari PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.. Dalam proses pemasaran di PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk., benar-benar melibatkan nasabah. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Implementasi Relationship Marketing Terhadap Customer Loyalty pada PT. Bank 5 Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar”. B. Batasan Masalah Dalam penelitian untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam objek yang diteliti dengan tetap mempertahankan keutuhan dari objek, sehingga data yang dikumpulkan bisa dipelajari sebagai keseluruhan yang berintegrasi, maka perlu diberikan batasan masalah sebagai berikut : Relationship understanding marketing customer dalam expectation, penelitian building ini service adalah partnership terhadap customer loyalty. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, peneliti mencoba mengidentifikasi permasalahan sebagai berikut : 1. Apakah Understanding Customer Expectation dan Building Service Partnership berpengaruh signifikan terhadap Customer Loyalty pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin di Makassar? 2. Apakah Understanding Customer Expectation dan Building Service Partnership secara serentak berpengaruh signifikan terhadap 6 Customer Loyalty pada pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin di Makassar? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji pengaruh dari Understanding Customer Expectation dan Building Service Partnership terhadap Customer Loyalty pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin di Makassar. 2. Untuk menguji pengaruh dari Understanding Customer Expectation dan Building Service Partnership secara simultan terhadap Customer Loyalty pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin di Makassar. E. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat yang diharapkan dari terlaksananya penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan bisa digunakan untuk menerapkan ilmu yang telah di dapat dibangku kuliah ke dunia usaha yang sebenarnya. 2. Bagi pihak perusahaan, penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan upaya membangun hubungan baik dengan konsumen dan referensi bagi pengembangan riset dikemudian hari. 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Fungsi Pemasaran. 1. Pengertian Pemasaran. Sering dijumpai banyak orang yang berbicara mengenai penjualan, pembelian, transaksi dan perdagangan. Istilah ini sudah jelas tidak sama dengan pengertian pemasaran. Masih banyak orang yang belum dapat menafsirkan pemasaran seperti yang sebenarnya. Timbulnya penafsiran yang tidak tepat ini, utamanya disebabkan karena adanya sebagian orang yang belum mangerti secara mendalam apa yang dimaksud dengan pemasaran. Dengan adanya kesalahan pengertian tersebut menimbulkan pandangan yang keliru bukan hanya tentang kegiatan yang terdapat dalam bidang pemasaran, tetapi juga tugas seo rang tenaga yang bergerak dalam bidang pemasaran. Bilamana masyarakat membicarakan tentang pemasaran, pada umumnya yang dimaksudkan adalah permintaan atau pembelian dan harga. Sedangkan bilamana seorang tenaga penjualan atau manajer penjualan dalam membicarakan tentang pemasaran, sebenarnya dia berbicara tentang penjualan. Indrio, (2003:5) menyatakan bahwa pemasaran adalah proses pengelolaan dengan mana produk diserasikan dengan pasar. 8 Suatu perusahaan hanya dapat memasarkan produk yang dapat dipasarkan, dan hanya Pandangan yang dapat menghasilkan produk yang dapat dipasarkan. sempit dalam pengertian pemasaran menyebabakan banyak pengusaha atau dunia usaha masih berorientasi pada produksi atau berpikir dari segi produksi Dari uraian di atas, terlihat bahwa pemasaran dalam arti sempit oleh para pengusaha sering diartikan sebagai pendistribusian, termasuk kegiatan yang dibutuhkan menempatkan produk yang terwujud pada tangan konsumen. Pengertian ini tidak mencakup kegiatan mengubah bentuk barang akan tetapi pengertian pemasaran sebenarnya lebih luas dari kegiatan tersebut. Dari pandangan lain, diartikan bahwa pemasaran sebagai penciptaan dan penyerahan tingkat kesejahteraan hidup kepada anggota masyarakat. Sedangkan konsep yang jelas tentang pemasaran menimbulkan kaburnya pengertian khusus dalam mempelajarinya. Manullang (2001:5) menyatakan bahwa pemasaran adalah sebagai kegiatan yang langsung bertalian dengan upaya-upaya yang dilakukan untuk merangsang permintaan dan memenuhi permintaan. Kegiatan – kegiatan ini saling berkaitan dan berinteraksi sebagai komponen-komponen dari keseluruhan sistem, dengan mana perusahaan berkembang yang membuat produk-produknya tersedia., mendistribusikannya melalui jalur-jalur pemasaran, mempromosikannya dan menetapkan harganya. 9 Pengertian ini hampir sama dengan kegiatan distribusi, sehingga gagal menimbulkan azas-azas pemasaran, terutama dalam menentukan barang atau jasa apa yang akan dihasilkan. Sofjan (2004:15) menyatakan bahwa pemasaran adalah hasil prestasi kerja kegiatan usaha yang berkaitan dengan mengalirnya barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Pengertian ini terdapat pula pandangan yang lebih luas, yang menyatakan bahwa pemasaran merupakan proses kegiatan yang mulai jauh sebelum bahan-bahan / barang-barang masuk dalam proses produksi. Keputusan pemasaran yang harus dibuat harus jauh sebelum produksi itu dihasilkan, seperti keputusan mengenai produksi yang dibuat, pasarnya, harga dan promosinya. Sebagai contoh dapat dikatakan bahwa keputusan pemasaran tersebut dapat berupa produk apa yang harus diproduksi, apakah produk tersebut dirancang, apakah perlu dikemas dan merek apa yang akan digunakan untuk produk itu. Pemasaran pada dasarnya meliputi kaitan kebutuhan serta hajat orang dengan segala produk atau jasa supaya terwujud pengalihan pemilikan atas produk atau konsumsi jasa. Pemasaran juga memainkan peranan sama dalam distribusi jasa. Sebuah perusahaan misalnya mengharapkan staf pemasarannya memberikan informasi tentang pembeli potensial dan jenis-jenis pelayanan yang dibutuhkan, membuat calon 10 pembeli potensial dan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan yang bersangkutan. Berdasarkan devinisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran adalah suatu system interaksi kegiatan-kegiatan pada perusahaan yang melaksanakan perencanaan, harga, promosi, dan distribusi system dari tindakan perdagangan yang berorientasi langsung kepada konsumen dan pasar. Dalam hal ini produsen memproduksikan barang-barang, sehingga hasil produksi dapat terserap dengan segera. 2. Fungsi Pemasaran Fungsi pemasaran terdapat beberapa faktor yang saling berintegrasi dan bergantung satu sama lain. Winardi, (2002:140-141) menyatakan bahwa fungsi-fungsi pemasaran sebagai berikut : a. Fungsi pertukaran yaitu menjual dan membeli dalam hal ini penjualan merupakan kegiatan pelengkap atau suplemen dari pembelian untuk memungkinkan terjadinya transaksi. Penjualan dibarengi dengan kegiatan pembelian merupakan kesatuan untuk dapat terlaksananya pengalihan hak milik, atau barang dan jasa. Oleh karena itu kegiatan penjualan terdiri dari serangkaian kegiatan yang meliputi perundingan harga dan syarat pembayaran dalam hal kegiatan penjualan ini, penjual harus menentukan kebijaksanaan terlaksananya rencana penjualan yang telah ditetapkan. 11 b. Fungsi pengadaan secara fisik yaitu pengangkutan dan penyimpanan dalam hal ini transaksi pembelian dan penjualan terdapat kegiatan pemindahan barang. Dalam proses pemindahan barang ini merupakan kegiatan dan fungsi pengangkutan. Fungsi pengangkutan ini mempunyai sasaran untuk dapat memindahkan barang-barang ketempat tujuan yang diharapkan tepat dalam jumlah, waktu dan mutu dengan biaya yang semaksimal mungkin. Penyimpanan dibutuhkan untuk daya guna, karena kegunaan ini karena waktu dibutuhkannya sesuatu produk tidak sama dengan waktu diproduksinya atau jumlah yang dibutuhkan pada suatu saat tidak sama dengan jumlah yang dihasilkan pada saat tersebut. c. Fungsi pemberian jasa yang terdiri dari : 1) Pembiayaan adalah mencakup pengelolaan sumber dan pengalokasian dana serta pengaturan syarat-syarat pembayaran yang dibutuhkan dalam rangka usaha untuk memungkinkan barang atau produk mencapai konsumen akhir. 2) Penanggungan resiko, dalam pemasaran barang dan jasa selalu terdapat sejumlah resiko yang tak dapat dihindarkan. 3) Informasi pasar, dalam hal ini peranan informasi pasar perlu diperhatikan karena tidak ada keputusan pemasaran yang baik tanpa didasarkan oleh fakta atau data di lapangan, oleh karena itu kebutuhan akan makin meningkat dalam upaya upaya intensifikasi dan ekstensifikasi pasar. 12 B. Tujuan Pemasaran Mursid M. (2002:90) menyatakan bahwa tujuan pemasaran adalah membuat agar pemasaran berlebih-lebihan dan mengetahui serta memahami konsumen dengan baik sehingga produk atau pelayanan cocok dengan konsumen tersebut dan laku dengan sendirinya. Setiap orang akan selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan atau mengkonsumsi produk yang ada, usaha untuk memenuhi kebutuhan tersebut dilakukan dengan menarik manfaat atau kegunaan suatu produk. Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemasaran adalah sangat penting dalam meningkatkan daya guna suatu barang, yang tadinya kurang berarti disuatu tempat atau pada suatu waktu, menjadi tinggi nilainya di daerah lain atau pada saat berikutnya. Dengan meningkatnya daya guna suatu barang, kebutuhan dan keinginan dapat terpenuhi dengan baik. Oleh sebab itu ada yang menyatakan, tujuan pemasaran adalah upaya untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Oleh karena itu meningkatnya kegiatan pemasaran di suatu daerah dapat mencerminkan tingginya taraf hidup dan tingkat sosial masyarakat di daerah tersebut. 13 C. Pengertian Relationship Marketing Satu hal yang sangat penting bagi perusahaan adalah membina hubungan yang baik dengan para pelanggan, pegawai, pemasok, distributor, dan partner-partner distribusinya karena hubungan baik akan menentukan nilai masa depan perusahaan yang bersangkutan. Relationship marketing menurut Evans dan Laskin (1994) dalam Wibowo S, (2006) diartikan sebagai proses dimana suatu perusahaan membangun aliansi jangka panjang dengan pelanggan dan calon pelanggan, bekerjasama untuk mencapai satu tujuan yang ditentukan. Tujuan tersebut dipenuhi dengan memahami kebutuhan konsumen, memperlakukan konsumen sebagai mitra, menjamin bahwa para pegawai memenuhi kepuasan konsumen dan memberikan kualitas yang baik kepada konsumen. Relationship marketing adalah proses berkelanjutan yang mensyaratkan suatu perusahaan agar menjalin komunikasi tetap dengan konsumen untuk memastikan tujuan tercapai, dan memadukan proses relationship marketing kedalam rencana strategik sehingga memungkinkan perusahaan mengelola sumber daya dengan baik dan memenuhi kebutuhan konsumen di masa mendatang. Hubungan yang hangat bisa mencairkan kebekuan. Hubungan itu harus didasarkan oleh prinsip-prinsip ketulusan dan saling mendukung, bukan sekedar hubungan transaksional yang semu dan semata-mata karena perintah kerja atau hanya untuk mencarai keuntungan semata. Bila 14 pemasar berdiri dipihak pelanggan dan memandang masalah yang dihadapi pelanggan juga sebagai masalahnya lalu berusaha memecahkan secara bersama-sama, maka hubungan jangka panjang ini akan dirasakan oleh kedua belah pihak. Sekarang semakin banyak perusahaan yang mengalihkan penekanan mereka dan pemasaran transaksi ke pemasaran hubungan (relationship marketing). Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang mampu menghadirkan kemudahan dan kecepatan akses informasi berkontribusi pada semakin cerdas dan canggihnya konsumen di era millennium baru ini. Konsumen masa kini semakin sulit untuk dipuaskan. Mereka menuntut customized products, speed, flexibility, quality, superior services, dan cost effective solutions. Konsekuensinya, perusahaan tidak bisa survive tanpa kemampuan memahami setiap pelanggan dan menawarkan produk dan jasa yang lebih ter-customized kepada mereka (Butler, 2000). Pemanfaatan teknologi yang canggih wajib dibarengi dengan kepiawaian dalam mengelola “soft factors”, terutama sumber daya manusia. Soft factors ini merupakan elemen yang sangat krusial dalam sektor jasa yang bercirikan interaksi intensif antara penyedia jasa dan pelanggan. Implikasi strategi dari berbagai perkembangan ini bahwa organisasi perlu menyelaraskan kompetensi, teknologi, dan sumber daya yang dimiliki dengan kebutuhan dan keinginan pelanggan yang dinamis. Salah satu strategi yang bias memfasilitasi hal tersebut adalah 15 Relationship Marketing (RM), yang dalam beberapa tahun terakhir diikuti pula dengan perkembangan Customer Relationship Management (CRM). Kedua strategi ini berkaitan erat, meskipun terdapat sejumlah perbedaan menyangkut elemen-elemen pokoknya. Menurut Zeithami dan Bitner (2000:136) pemasaran kerelasian (relationship marketing) adalah “a philosophy of doing business, a strategic orientation that focuses on keeping and improving current customers rather than on acquiring new customers”. Pemasaran kerelasian adalah filosofi dalam menjalankan bisnis, sebuah orientasi strategis yang fokus untuk menjaga dan meningkatkan pelanggan yang ada dibanding mencari pelanggan baru). Dengan demikian, pemasaran kerelasian merupakan orientasi strategis atau filosofis dalam menjalankan bisnis yang lebih berfokus pada upaya mempertahankan dan menumbuhkembangkan pelanggan menjadi relasi dengan pelanggan saat ini dibandingkan merebut pelanggan baru. Rust, Zahoeik dan Keiningham (1996:374) memberikan definisi marketing yang membawa semangat baru yaitu marketing adalah untuk membangun, memelihara, meningkatkan (biasanya tetapi tidak selamanya selalu jangka panjang) hubungan dengan pelanggan dan mitra lain dengan suatu dasar laba, dengan demikian tujuan para pihak yang terkait tercapai. Hal ini tentu saja dapat dicapai melalui pertukaran dan penyelesaian berbagai janji yang telah dibuat para pihak yang berkaitan. Definisi tersebut memberikan gambaran bahwa janji untuk menjaga hubungan jangka panjang harus dilakukan oleh kedua belah pihak. Janji 16 yang diberikan oleh perusahaan sebagai penjual adalah kualitas produk, ketepatan pengiriman, pengelolaan persediaan yang baik, pelayanan yang prima dan sebagainya. Janji yang diberikan oleh pembeli tentu saja termasuk janji untuk melakukan pembayaran sesuai dengan ketentuan perusahaan penjual. Ide bagi perusahaan adalah bagaimana memberikan pembeli sebuah alasan bahwa perusahaan ini bukan hanya sumber sebuah transaksi, tapi seharusnya bagaimana pembeli dapat bergantung pada perusahaan sebagai satu-satunya sumber untuk memenuhi segala macam kebutuhan hidupnya. Futrell (1996:370) memberikan definisi mengenai relationship marketing sebagai suatu penciptaan loyalitas dan retensi pelanggan. Definisi tersebut mendasarkan bahwa relationship marketing didasarkan pada sebuah ide bahwa pelanggan yang penting memerlukan perhatian secara terus menerus. Organisasi yang menggunakan relationship marketing tidak hanya bertujuan untuk secara sederhana membuat transaksi penjualan. Tujuan yang lebih besarnya adalah menjual pada saat ini dan di masa yang akan datang. Menurut Schiffman dan Kanuk (2000:4) pemasaran kerelasian (relationship marketing) adalah “developing a close affiliation with the consumer that result in brand or store loyalty”. Pemasaran berdasarkan hubungan adalah membangun hubungan yang lebih dekat dengan konsumen dengan tujuan untuk memperoleh loyalitas merek atau toko. Schiffman dan Kanuk (2000:173) juga menyatakan bahwa relationship 17 marketing merupakan salah satu bentuk non-production reinforcement dalam usaha satisfaction untuk meyakinkan reinforcement), dan kepuasan konsumen memberikan definisi (customer relationship marketing sebagai suatu pengembangan hubungan yang erat dengan pelanggan yang disesuaikan dengan kepentingan setiap pelanggan. Definisi tersebut menekankan relationship marketing pada hubungan personil untuk meyakinkan bahwa marketer memberikan manfaat produk yang melebihi biaya yang dikeluarkan pelanggan dan berusaha menghindari harapan pelanggan yang melebihi kinerja produk. Hal ini tentunya akan mudah dicapai jika marketer mengerti betul perilaku pelanggan dengan melakukan perhatian, hubungan dan pelayanan secara personal. Chan (2003:6) mendefinisikan relationship marketing sebagai suatu pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan Definisi tersebut menekankan pada komunikasi dua arah antara pelanggan dan perusahaan. Dengan demikian berbeda dengan direct marketing yang menekankan pada komunikasi satu arah dan perusahaan pada pelanggan. Sementara marketing itu sebagai Gordon suatu (1998:9) proses mendefinisikan yang terus relationship menerus untuk mengidentifikasi dan menciptakan nilai baru dengan pelanggan secara 18 individual dan kemudian berbagi manfaat dan kerjasama. Kerjasama ini menyangkut pengertian, memfokuskan diri dan mengelola kerjasama secara terus menerus antara pemasok dengan pelanggan tertentu untuk menciptakan nilai dan berbagi manfaat melalui saling ketergantungan dan kesetaraan. Sani dan Chalasani (1993) dalam Tjiptono (2005) mendefinisikan relationship marketing sebagai upaya mengembangkan relasi berkesinambungan dengan para pelanggan dan kaitannya dengan serangkaian produk dan jasa terkait. Gronross memandang relationship marketing sebagai upaya mengembangkan, mempertahankan, meningkatkan dan mengomersialkan relasi pelanggan dalam rangka mewujudkan tujuan semua pihak yang terlibat. Keterkaitan antara pemasaran kerelasian dengan loyalitas dikemukakan oleh Kotler sebagai berikut (2006:59); “Strategi pemasaran yang baik adalah dengan memberikan kepuasan yang tinggi kepada pelanggan. Hal itu mempersulit pesaing yang hanya menawarkan harga yang lebih rendah atau perangsang lain untuk mengalihkan pelanggan kepada mereknya. Tugas untuk menciptakan kesetiaan pelanggan yang kuat merupakan inti dari pemasaran berdasarkan hubungan / relationship marketing. Menurut Chan (2003:18) “Loyalitas pelanggan yang didukung oleh tiga pilar ini (brand, value, dan relationship marketing) melihat dari sudut pandang berbeda dalam usahanya menghasilkan profit bagi perusahaan. Ia meletakkan pelanggan, bukan produk yang menguntungkan atau merek 19 yang kuat, di tengah-tengah aktivitas bisnis yang dijalankan perusahaan. Loyalnya pelanggan tidak lagi semata-mata disebabkan oleh value, baik yang berasal dan kualitas produk, harga, atau distribusi, tetapi mengarah kepada unique need, yaitu kebutuhan unik yang berbeda diantara pelanggan. Pelanggan butuh disapa secara personal. Inilah yang membedakan antara konsep relationship marketing dan conventional marketing yang mengandalkan value dan brand untuk mencapai retention.” Mengacu pada pendapat di atas, pemasaran kerelasian adalah sebuah strategi pemasaran yang bertujuan untuk menciptakan kesetiaan pelanggan yang kuat melalui dimensi-dimensi emosional yang diberikan oleh pemasar. Tujuan utama relationship marketing sebenarnya adalah untuk menemukan lifetime value dari pelanggan. Setelah lifetime value didapat, tujuan selanjutnya adalah bagaimana agar lifetime value masing-masing kelompok pelanggan dapat terus diperbesar dari tahun ketahun. Setelah itu, tujuan ketiganya adalah bagaimana menggunakan profit yang didapat dari dua tujuan pertama untuk mendapatkan pelanggan baru dengan biaya yang relatif murah. Dengan demikian, tujuan jangka panjangnya adalah menghasilkan keuntungan terus menerus dari dua kelompok pelanggan : pelanggan yang sekarang dan pelanggan baru (Chan S, 2003). Perusahaan yang menerapkan relationship marketing menawarkan kepada konsumen yang loyal berbagai manfaat khusus, potongan harga, 20 komunikasi yang terus menerus dan perhatian melebihi produk dan pelayanan yang ditawarkan secara umum tanpa mengharapkan timbal balik segera. Harapannya adalah meningkatnya jumlah transaksi yang dilakukan konsumen yang sudah loyal. Perusahaan memberikan produk dan pelayanan, perhatian secara personal, informasi yang terus menerus, tawaran harga yang menarik sementara pelanggan melakukan pembelian yang berulang-ulang, loyalitas yang meningkat, dan berita mulut ke mulut (word of mouth) yang positif. Rust, Zahoeik dan Keiningham (1996:378) menekankan usaha yang harus dilakukan untuk membentuk relationship marketing yang kuat sangat bergantung kepada pengembangan empat komponen, yaitu produk yang membentuk loyalitas, pegawai yang cakap dalam melakukan hubungan dengan pelanggan, sekumpulan pelanggan yang tepat dan pengukuran untuk memonitor dan melakukan peningkatan. Dengan demikian dalam menerapkan relationship marketing perusahaan harus terfokus pada: 1) bagaimana caranya produk dapat membentuk loyalitas pelanggan 2) mengandalkan kemampuan pegawai sebagai subjek yang berinteraksi langsung dengan konsumen; 3) sekumpulan pelanggan yang tepat; 4) melakukan monitoring efektivitas penerapan relationship marketing. Kotler and Keller (2006:18) menyatakan pentingnya penerapan program relationship marketing pada perusahaan saat ini. Perusahaan 21 lebih menyukai pemasok yang dapat menjual dan menginginkan sekumpulan produk dan pelayanan ke berbagai lokasi, pemasok yang dapat dengan cepat memecahkan masalah yang timbul di berbagai lokasi dan yang dapat bekerja secara erat dengan tim pelanggan untuk meningkatkan produk dan proses. Ketika perusahaan dapat menerapkan relationship marketing secara tepat, perusahaan akan memfokuskan untuk mengelola pelanggan sebagaimana perusahaan mengelola produk. Cravens dan Piercy (2009:235) menekankan bahwa customer relationship marketing akan memberikan manfaat apabila dapat memberikan nilai superior bagi pelanggan dengan cara mempersonalisasi interaksi antara perusahaan dan pelanggan, menunjukkan rasa saling percaya, mempererat hubungan dengan pelanggan dan mengembangkan koordinasi yang kompleks antar bagian dalam perusahaan. D. Bagian Relationship Marketing 1. Relationship Marketing a. Understanding Customer Expectation Selain sisi teknologi, perusahaan dan pemasaranya juga berlomba untuk memodifikasi strategi pemasarannya. Mereka semakin mengerti bahwa pelanggan adalah nyawa atau kehidupan bagi sebuah perusahaan. Pelanggan, terutama pelanggan yang loyal, harus tetap dijaga dan dimanjakan agar tidak berpaling keperusahaan lain. Sebuah perusahaan harus mempunyai strategi 22 untuk dapat selalu mempertahankan konsumennya, disamping itu perusahaan harus bisa mengidentifikasikan apa yang diharapkan atau yang diinginkan konsumen. Sehingga semua produk yang ditawarkan, proses penawaran sampai pada cara bertransaksi disesuaikan dengan keinginan setiap individu pelanggan tersebut (Chan S, 2003) Understanding Customer Expectation merupakan kegiatan yang melibatkan kemampuan perusahaan untuk melakuan identifikasi apa yang diinginkan oleh konsumen dan memasarkan barang dan jasa diatas tingkat yang mereka harapkan. Tidak mudah untuk mengidentifikasi pelanggan, pelanggan apa yang diharapkan ingin pemasar oleh mengetahui seorang keinginan- keinginan mereka. Pelanggan juga ingin pemasar memahami prefensi, gaya hidup dan hobinya. Untuk memenuhi keinginan pelanggan yang semakin kompleks itu, sebuah perusahaan harus bisa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang pelanggan dan menggunakanya pada saat yang tepat. Dengan demikian, seorang pelanggan merasa membeli sesuatu produk atau jasa yang sesuai dengan apa yang mereka harapkan. 23 b. Building Service Partnership Pengalaman kemitraan ada ketika suatu perusahaan bekerja sama secara erat dengan konsumen dan menambahkan pelayanan yang diinginkan oleh konsumen atas suatu produk perusahaan. Beberapa pertimbangan dalam membangun pelayanan kemitraan menurut Wibowo S, (2006) adalah : (1) kedua pihak yaitu pembeli dan penjual memiliki fokus yang sama mengenai kebutuhan spesifik yang ingin dicapai masing-masing harus merasa dalam posisi “win-win”, (2) kedua pihak merupakan kolaboratif yang harus bekerjasama mencapai tujuan yang sama, dan (3) kedua pihak harus melakukan antisipasi adanya masalah. 2. Customer Loyalty Menurut Griffin (2003), Loyalitas didefinisikan sebagai suatu sikap yang ditujukan oleh konsumen terhadap penyediaan produk atau jasa. Seorang konsumen akan menunjukan sikap loyalnya jika suatu perusahaan mampu memberikan kepuasan kepada konsumennya. Konsumen yang loyal adalah seorang konsumen yang selalu membeli kembali dari provider atau penyedia jasa yang sama dan memilihara suatu sikap positif terhadap penyedia jasa itu dimasa yang akan datang. Bagi organisasi terdapat empat manfaat utama yang berkaitan dengan loyalitas konsumen. Pertama, loyalitas meningkatkan 24 pembelian konsumen. Kedua, Loyalitas konsumen menurunkan biaya yang ditanggung perusahaan untuk melayani konsumen. Ketiga, loyalitas konsumen meningkatkan komunikasi yang positif dari mulut ke mulut. Manfaat utama yang terakkhir dari loyalitas konsumen adalah retensi karyawan. Karyawan-karyawan pada bisnis jasa sering dipengaruhi oleh interaksi harian mereka dengan konsumen-konsumen perusahaan, karena orang cenderung lebih suka bekerja dengan organisasi–organisasi yang konsumennya loyal dan puas . E. Kerangka Pikir Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh variabel dari relationship marketing yang mencakup understanding customer expectation dan building service partnership terhadap customer loyalty, sehingga kerangka pikir penelitian yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut : Relationship Marketing Understanding Customer Expectation Customer Loyalty Building Service Partnership Gambar 1. Kerangka Pikir 25 F. Hipotesis Penelitian H1 : Relationship marketing yang mencakup Understanding Customer Expectation dan Building Service Partnership berpengaruh secara parsial terhadap Customer Loyalty. H2 : Relationship marketing yang mencakup Understanding Customer Expectation dan Building Service Partnership secara serentak berpengaruh secara signifikan terhadap Customer Loyalty. 26 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penulisan skripsi ini yang menjadi obyek penelitian adalah PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin. B. Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh langsung dari responden. C. Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang relevan terhadap penelitian ini, maka penulis menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Kuesioner diberikan secara langsung pada responden. D. Populasi Dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut ( Sugiono,2006:90 ) 27 Teknik sampling dalam penelitian ini adalah metode convenience sampling (sampling kemudahan) yaitu pengambilan sampel dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh oleh peneliti. Sehingga peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel yang paling cepat dan murah. Tabachnick dan Fidell (1996:132) memberi rumus guna menghitung sampel yang dibutuhkan uji Regresi, berkaitan dengan jumlah variabel bebas yang digunakan : n > 50 + 8m Dimana : n = jumlah sampel m = jumlah variabel bebas Sampel yang digunakan dalam penelitian ini hanya berjumlah 70 responden yang merupakan nasabah PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin sehingga kemampuan generalisasinya terbatas. E. Definisi Operasional Variabel Penelitian Relationship marketing dapat didefinisikan sebagai pengenalan setiap pelanggan secara lebih dekat dengan menciptakan komunikasi dua arah dengan mengelola suatu hubungan yang saling menguntungkan antara pelanggan dan perusahaan (Chan, S, 2003) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh relationship marketing yaitu understanding customer expectation, dan building service 28 partnership merupakan variabel independen (X) terhadap customer loyalty sebagai variabel dependen (Y). Tabel 1 Definisi Operasional Variabel Variabel/ Konsep Indikator Ukuran Dimensi Understanding Upaya Customer melakukan identifikasi apa yang yang ramah. dalam melayani nasabah Expectation (X1) diinginkan oleh konsumen dan b. b. memasarkan barang dan jasa karyawan yang sesuai pelayanan yang baik pada diatas tingkat yang konsumen dengan harapan. nasabah. harapkan c. c. (Powers, 1998 dalam Wibowo S, keamanan simpanan perusahaan dalam 2006). dana nasabah yang memberikan jaminan sesuai dengan keamanan dana nasabah. perusahaan dalam a. Sikap karyawan Pelayanan Jaminan a. Keramahan karyawan Memberikan Kemampuan harapan. Building Service Kerjasama yang dilakukan oleh a. Partnership ( X2 ) perusahaan dengan konsumen karyawan untuk menindaklanjuti keluhan dalam menambahkan pelayanan mendengarkan dan dan keinginan nasabah yang diinginkan oleh konsumen menindaklanjuti atas suatu produk perusahaan. terhadap keluhan (Evans dan Laskin, 1994 dalam Wibowo S, 2006). Kemampuan a. Membantu yang disampaikan pelanggan. b. Kemampuan b. Melibatkan perusahaan dalam nasabah dalam peningkatan melibatkan pelanggan mutu. dalam meningkatkan mutu. c. Kemampuan c. Memberikan perusahaan dalam pelayanan secara mendorong profesional dan karyawannya untuk memberikan pelayanan 29 melayani pelanggan terbaik. dengan ramah dan bersahabat. Customer Loyalitas didefinisikan sebagai a. Loyalty ( Y ) suatu sikap yang ditujukan oleh pelanggan yang nasabah terhadap sikap konsumen terhadap penyediaan berhubungan dengan yang ditunjukkan karyawan. produk sikap karyawan yang atau konsumen sikap jasa. akan loyalnya Seorang Kesetiaan menunjukan ramah. jika b. perusahaan suatu b. Kesukaan Kepuasan pelanggan yang nasabah atas pelayanan memberikan kepuasan kepada berhubungan dengan yang didapatkan. konsumennya. pelayanan karyawan ( Griffin, Loyalty ) mampu Kesetiaan a. 2003, Customer yang sesuai dengan harapan. c. Kesetiaan c. Kepercayaan atas pelanggan yang jaminan keamanan dana berhubungan dengan simpanan. jaminan keamanan simpanan dana nasabah yang sesuai dengan harapan. d. Kesetiaan d. Kepuasan pelanggan yang nasabah atas tanggapan berhubungan dengan yang diperoleh dari kemampuan karyawan karyawan atas keluhan untuk mendengarkan yang disampaikan. dan menindaklanjuti terhadap keluhan yang disampaikan pelanggan. e. Kesetiaan e. Kepuasan pelanggan yang nasabah dalam pemenuhan berhubungan dengan keinginan dan kebutuhan. 30 kemampuan perusahaan dalam melibatkan pelanggan dalam meningkatkan mutu. f. Kesetiaan f. Kepuasan pelanggan yang nasabah atas pelayanan berhubungan dengan yang ramah dan kemampuan bersahabat. perusahaan dalam mendorong karyawannya untuk melayani pelanggan dengan ramah dan bersahabat. g. Kesetiaan g. Kepuasan pelanggan yang nasabah atas kemampuan berhubungan dengan karyawan dalam wewenang dan menyelesaikan masalah. kemampuan karyawan dalam menyelesaikan masalah. Seluruh variabel diukur dengan menggunakan Skala Likert yang mempunyai bobot dari 1 sampai 5, dengan alternatif jawaban dari Sangat Kurang (SK), Kurang (K), Biasa Saja (BS), Baik (B) dan Sangat Baik (SB). 31 F. Uji Analisis Data Pengujian dilakukan dengan analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel Relationship Marketing yang terdiri dari Understanding Customer Expectation dan Building Service Partnership terhadap Customer Loyalty. Persamaan regresi berganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Y : a+b1X1+b2X2 +e Keterangan : Y : Customer Loyalty X1 : Understanding Customer Expectation X2 : Building Service Partnership a : Konstanta b1-b2 : Koefisien regresi variabel independen e : Error G. Uji Hipotesis: 1. Uji T tes Uji T tes dilakukan untuk menguji hipotesis H1. Uji ini dilakukan untuk melihat secara parsial pengaruh dari variabel tergantung (Sugiyanto,1995). Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut: a. Menentukan taraf signifikan (alpha) sebesar 5%. b. Menentukan nilai signifikansi 32 Nilai signifikansi diperoleh dari perhitungan SPSS : a. Jika nilai signifikansi > 5% maka H1 ditolak b. Jika nilai signifikansi < 5% maka H1 diterima 2. Uji F Pengujian ini untuk menguji hipotesis H2. Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tergantung secara keseluruhan (Sugiyanto,1995). Adapun langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut : a. Menentukan taraf signifikan (alpha) sebesar 5% b. Menentukan nilai signifikansi c. Membandingkan nilai signifikansi dengan taraf signifikan (α) 5% Nilai signifikansi diperoleh dari perhitungan program SPSS : a. Jika nilai signifikansi > 5% maka H2 diterima. b. Jika nilai signifikansi < 5% maka H2 diterima. 33 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Obyek Penelitian 1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. PT. Bank Negara Indonesia (BNI), Tbk berdiri sejak 1946, BNI yang dahulu dikenal sebagai Bank Negara Indonesia, merupakan bank pertama yang didirikan dan dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. BNI dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang saat ini dijabat oleh Gatot M. Suwondo. BNI adalah bank komersial tertua dalam sejarah Republik Indonesia. Bank ini didirikan pada tanggal 5 Juli tahun 1946. Bank Negara Indonesia mulai mengedarkan alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia, yakni ORI atau Oeang Republik Indonesia, pada malam menjelang tanggal 30 Oktober 1946, hanya beberapa bulan sejak pembentukannya. Hingga kini, tanggal tersebut diperingati sebagai Hari Keuangan Nasional, sementara hari pendiriannya yang jatuh pada tanggal 5 Juli ditetapkan sebagai Hari Bank Nasional. Menyusul penunjukan De Javsche Bank yang merupakan warisan dari Pemerintah Belanda sebagai Bank Sentral pada tahun 1949, Pemerintah membatasi peranan Bank Negara Indonesia sebagai bank sirkulasi atau bank sentral. Bank Negara Indonesia lalu ditetapkan 34 sebagai bank pembangunan, dan kemudian diberikan hak untuk bertindak sebagai bank devisa, dengan akses langsung untuk transaksi luar negeri. Sehubungan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia diubah menjadi bank komersial milik pemerintah. Perubahan ini melandasi pelayanan yang lebih baik dan tuas bagi sektor usaha nasional. Dimana pada tahun 1955, peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Sejalan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan penetapan secara yuridis melalui Undang-Undang Darurat No. 2 tahun 1955. Di tahun yang sama Bank Negara Indonesia membuka cabang pertamanya di luar negeri, yaitu di Singapura. Sejalan dengan keputusan penggunaan tahun pendirian sebagai bagian dari identitas perusahaan, nama Bank Negara Indonesia 1946 resmi digunakan mulai akhir tahun 1968. Perubahan ini menjadikan Bank Negara Indonesia lebih dikenal sebagai 'BNI 46'. Penggunaan nama panggilan yang lebih mudah diingat - 'Bank BNI' - ditetapkan bersamaan dengan perubahaan identitas perusahaan tahun 1988. Tahun 1992, status hukum dan nama BNI berubah menjadi PT Bank Negara Indonesia (Persero), sementara keputusan untuk menjadi perusahaan publik diwujudkan melalui penawaran saham perdana di pasar modal pada tahun 1996. 35 Kemampuan BNI untuk beradaptasi terhadap perubahan dan kemajuan lingkungan, sosial-budaya serta teknologi dicerminkan melalui penyempurnaan identitas perusahaan yang berkelanjutan dari masa ke masa. Hal ini juga menegaskan dedikasi dan komitmen BNI terhadap perbaikan kualitas kinerja secara terus-menerus. Pada tahun 2004, identitas perusahaan yang diperbaharui mulai digunakan untuk menggambarkan prospek masa depan yang lebih baik, setelah keberhasilan mengarungi masa-masa yang sulit. Sebutan 'Bank BNI' dipersingkat menjadi 'BNI', sedangkan tahun pendirian - '46' digunakan dalam logo perusahaan untuk meneguhkan kebanggaan sebagai bank nasional pertama yang lahir pada era Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berangkat dari semangat perjuangan yang berakar pada sejarahnya, BNI bertekad untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi negeri, serta senantiasa menjadi kebanggaan negara. 2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi Perusahaan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar merupakan suatu lembaga BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang bergerak dalam dunia perbankan yang statusnya merupakan suatu perusahaan terbuka yang kepemilikan sahamnya tidak sepenuhnya dimiliki oleh Negara, melainkan sebagian sudah dimiliki oleh umum (lembaga non pemerintah dan perorangan). Saat ini BNI 36 mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga mempunyai unit perbankan syariah. Tugas dari PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar yaitu membantu pemerintah dalam melakukan pembangunan perekonomian bangsa dan Negara Indonesia bersama Bank Pemerintah lainnya. Adapun fungsi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar adalah sebagai berikut. a) Menghimpun dana-dana yang tidak produktif dari masyarakat dengan berbagai produk simpanan. b) Menyalurkan dana-dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat kepada usaha-usaha (perorangan/badan usaha) produktif melalui berbagai produk pinjaman. c) Menghimpun dana pemerintah yang ada di masyarakat/menyalurkan dana pemerintah kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan/peraturan yang ditetapkan pemerintah. 3. Visi dan misi Perusahaan Setiap perusahan yang bergerak dibidang perbankan tentunya mempunyai Visi dan Misi yang dijadikan landasan dasar untuk memotivasi segala aktivitas kerja agar aktivitas perusahaan menjadi terarah sesuai dengan tujuan perusahaan dan untuk kemajuan usahanya. Begitu juga dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor 37 Cabang Utama Mattoangin Makassar yang bergerak dalam bidang perbankan mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut. a) Visi BNI Menjadi Bank kebanggaan nasional yang Unggul, Terkemuka dan Terdepan dalam Layanan dan Kinerja. 1) Pernyataan Visi. Menjadi Bank kebanggaan nasional, yang menawarkan layanan terbaik dengan harga kompetitif kepada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer b) Misi BNI 1) Memberikan layanan prima dan solusi yang bernilai tambah kepada seluruh nasabah, dan selaku mitra pillihan utama (the bank choice). 2) Meningkatkan nilai investasi yang unggul bagi investor. 3) Menciptakan kondisi terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi. 4) Meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap lingkungan sosial. 5) Menjadi acuan pelaksanaan kepatuhan dan tata kelola perusahaan yang baik. Visi dan Misi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar akan selalu dijadikan pedoman 38 dalam meningkatkan kualitas perusahaan termasuk kualitas sumber daya manusia dalam memberikan pelayanan kepada nasabah agar tetap sebagai lembaga keuangan yang terpercaya sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. B. Strukur Organisasi dan Tugas Masing-Masing Dalam menjalankan tugas PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar tidak terlepas dari adanya struktur organisasi. Struktur organisasi merupakan wadah kerjasama yang dapat mencerminkan lalu lintas, wewenang, serta tanggung jawab antara orang-orang dalam suatu perusahaan atau organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Dari beberapa struktur organisasi yang ada dalam dunia usaha, PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar menggunakan struktur organisasi garis dalam melaksanakan usahanya. Dalam organisasi garis semua wewenang datangnya dari atasan kepada bawahan dan tanggung jawab langsung dari bawahan kepada atasan. Untuk mengetahui lebih jelasnya bagaimana struktur organisasi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar dapat digambarkan dalam sebuah bagan dibawah ini. 39 PEMIMPIN BIDANG PEMBINAAN KANTOR LAYANAN PEMIMPIN KANTOR LAYANAN DAN KANTOR KAS PENYELIA ADMINISTRASI PENYELIA PELAYANAN UANG TUNAI PEMIMPIN CABANG PEMIMPIN BIDANG LAYANAN PENYELIA PELAYANAN NASABAH PENYELIA LAYANAN PRIMA PENYELIA PENJUALAN Gambar II. Struktur Organisasi Dalam melaksanakan kegiatan setiap pegawai saling menjalin kerjasama antar bagian karena dalam operasional perbankan selalu terjadi keterkaitan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Dari struktur organisasi tersebut dapat diuraikan berdasarkan tugas-tugasnya : 1. Pemimpin Cabang Pemimpin Cabang merupakan pimpinan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kantor Cabang Utama Mattoangin Makassar pada masing-masing daerah unit. Sebagai pimpinan unit, kaunit harus 40 mampu memimpin seluruh pegawai yang ada di unit serta bertanggung jawab terhadap kantor cabang setempat. Adapun tugas-tugas dari pemimpin cabang adalah : a) Memimpin kantor BNI KCU sesuai dengan tugas pokok penerimaan simpanan, pemberian pinjaman dan pelayanan jasa bank lainnya yang telah ditetapkan. b) Membina BNI KCU dalam rangka pelayanan BNI KCU kepada masyarakat di wilayah kerjanya. c) Memelihara citra baik BNI dalam kegiatan operasional dan pemasaran. d) Menyusun rencana kerja dan anggaran tahunan BNI KCU. e) Menetapkan kebutuhan pegawai dan mengkoordinir atau selalu mengevaluasi pelaksanaan kerja para pegawai BNI KCU yang menjadi bawahannya. f) Melakukan pemeriksaan terhadap mekanisme kegiatan di BNI KCU yang meliputi : 1) Pengurusan kas a. Mengambil kas bersama-sama teller dari kluis dan atau brand kast pada setiap awal hari dan saat diperlukan selama jam kerja. b. Menyimpan kelebihan kas dalam kluis dan atau brand kast setiap saat (bila terdapat kelebihan maksimum kas teller) dan sisa kas pada akhir setelah memeriksa dan menyetujui kebenaran OPS 01 41 (Bagi BNI KCU manual). Penyimpanan tersebut harus bersama dengan teller. 2. Administrasi pembukuan a) Memeriksa dan menyutujui transaksi pembukuan berdasarkan prosedur operasional BNI KCU dan dalam batas-batas wewenang yang berlaku (memfiat atau voorfiat pengeluaran sesuai dengan batas wewenang yang dimiliki). b) Memeriksa kebenaran hasil posting dengan kartu sub ledger dan bukti kasnya (untuk BNI KCU manual). c) Mencocokkan tapak validasi PC pada bukti Ka dengan backsheet postingnya (untuk BNI KCU yang berkomputer) d) Menandatangani semua bukti kas yang telah diperiksanya pada kolom cap atau stempel “telah diperiksa” dan membubuhkan parah pada setiap sub ledger. e) Memeriksa semua kelengkapan bukti kas dan dokumen lainnya pada setiap akhir hari f) Memeriksa bahwa semua bukti kas pembayaran telah difiat dengan benar (sesuai kewenangan) serta telah dibubuhi cap atau stempel sesuai dengan masing-masing aplikasinya. 42 3. Pelayanan kepada nasabah. a) Mengawasi kelancaran pelayanan kepada setiap nasabah yang dilakukan oleh teller dan deskman/pembuku. b) Turut membantu menyelesaikan bila ada masalah antara petugas dengan nasabah atau keluhan-keluhan langsung dari nasabah. c) Secara aktif membantu kegiatan nasabah dan memastikan bahwa semua nasabah diperlakukan sama baik serta dilayani dengan baik dan dalam waktu sesingkat mungkin. d) Memeriksa register, berkas, dan surat-surat berharga e) Memeriksa administrasi personalia dan logistik. g) Memutuskan permintaan pinjam, fiat bayar pinjaman atau simpanan fiat bayar biaya eksploitasi dan menandatangani surat-surat sesuai dengan kewenangan yang dimiliki. h) Mengadakan hubungan kerja dan kerjasama yang baik dengan unit atau sub unit organisais BNI dan instansi lainnya, sesuai dengan tugas pokok BNI KCU serta dalam batas wewenang yang dimiliki. i) Memberikan bimbingan, membuat daftar penilaian karya dan prestasi kerja secara periodik serta saran usulan kenaikan pangkat bawahannya kepada pimpinan cabang. j) Melakukan pembinaan terhadap nasabah pinjaman maupun simpanan. 43 k) Memperkenalkan dan memasarkan jasa-jasa perbankan kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka untuk mengembangkan usaha BNI KCU l) Melaksanakan pengawasan atas pemeliharaan, perawatan, penyediaan materiil termasuk gedung atau ruang kerja dan perlengkapan peralatan kantor lainnya. m) Mampu melaksanakan pekerjaan mantri BNI KCU, Deskman/pembuku, dan Teller serta menggantikan fungsinya dalam hal yang bersangkutan berhalangan. n) Menyampaikan laporan secara periodik dan sewaktu-waktu bila dibutuhkan. o) Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan oleh kanca atau pinca. 4. Bagian Administrasi Fungsi pokok dan kegiatan yang berkaitan : a) Mengelola administrinasi laporan dan data keuangan cabang. b) Mengelola administrasi transaksi dalam negri dan kliring ( teramasuk inkaso-DN) cabang utama dan kantor layanan c) Mengelola aktivitas administrasi perkreditan d) Mengelola logistic cabang utama dan kantor layanan ( termasuk sentra kredit) e) Menyelenggarakan administrasi umum 44 f) Mengelola kepegawaian cabang utama dan kantor layanan termasuk sentra kredit g) Mengkomplikasu tindak lanjut hasil temkmuan audit KCU-KLN 5. Bidang Pelayanan Uang Tunai Fungsi pokok dan kegiatan yang berkaitan : a) Melayani semua transaksi kas / tunai dan pemindahan b) Melayani kegiatan eksternal payment point 6. Bagian Pelayanan Nasabah Fungsi pokok dan kegiatan yang berkaitan : a) Mengelola transaksi produk dana, jasa dan kredit b) Melayani informasi transaksi produk dana jasa dan kredit c) Melayani penerbitan kartu d) Melayani aktivitas jasa dalam negri e) Melayani transaksi luar negri f) Melayani aktivitas produk – produk BNI syariah g) Membuat laporan ke Bank Indonesia 7. Bagian Layanan Prima Fungsi pokok dan kegiatan yang berkaitan : a) Melayani transaksi nasabah inti b) Mengelola layanan untuk nasabah inti kantor cabang utama 45 c) Melayani informasi produk / jasa dalam dan luar negri 8. Bagian Penjualan Fungsi pokok dan kegiatan yang berkaitan : a) Menjual prduk dan jasa BNI b) Melakukan untensif dan ekstensif marketing c) Melakukan penelitian ekonomi dan peta bisnis d) Mengelola administrasi penjualan C. Pengujian Data 1. Analisis Deskriptif Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer yang pengumpulannya dilakukan dengan cara membagikan kuesioner kepada nasabah PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. Kantor Cabang Utama Mattoangin. Hasil penyebaran kuesioner sebanyak 70 eksemplar, berhasil terkumpul sebanyak 45 eksemplar dan kesemuanya layak untuk dianalisis karena telah diisi secara lengkap. Tabel 2 ini menyajikan deskripsi responden berdasarkan umur, dapat dilihat dari tabel berikut : 46 Tabel 2 Deskripsi Responden Berdasarkan Umur Usia Jumlah Persentase UMUR 17 – 25 tahun 8 orang 11,4 % 26 – 35 tahun 11 orang 15,7 % 36 – 45 tahun 25 orang 35,7 % 46 – 50 tahun 16 orang 22,9 % 51 - < 60 tahun 10 orang 14,3 % Jumlah 45 Orang 100% Sumber data : Data Primer (Kuisioner) Pada tabel diatas, nampak bahwa responden penelitian ini dominan berada pada usia 36-45 tahun yaitu sebanyak 25 orang ( 35,7 % ), sedangkan responden yang berada pada usia 46-50 tahun yaitu sebanyak 16 orang ( 22,9 % ), responden yang berada pada usia pada usia 26-35 tahun yaitu sebanyak 11 orang ( 15,7 % ), responden yang berada pada usia 51-< 60 tahun yaitu sebanyak 10 orang ( 14,3 % ), dan responden yang berada pada usia 17 – 25 tahun yaitu sebanyak 8 orang ( 11,4 % ). Tabel 3 ini menyajikan deskripsi responden berdasarkan pendidikan, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 3 Deskripsi Responden Berdasarkan Pendidikan Jumlah Persentase PENDIDIKAN SMU 8 orang 11,4 % D3 11 orang 15,7 % S1 38 orang 54,3 % S2 13 orang 18,6 % Jumlah 45 Orang 100 % Sumber data : Data Primer (Kuisioner) 47 Pada tabel diatas, nampak bahwa responden penelitian ini dominan berpendidikan S1 yaitu sebanyak 38 orang ( 54,3 % ), sedangkan responden yang berpendidikan S2 yaitu sebanyak 13 orang ( 18,6 % ), responden yang berpendidikan D3 yaitu sebanyak 11 orang ( 15,7 % ) dan responden yang berpendidikan SMU yaitu sebanyak 8 orang ( 11,4 % ). Tabel 4 ini menyajikan deskripsi responden berdasarkan pekerjaan, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 4 Deskripsi Responden Berdasarkan Pekerjaan Jumlah Persentase Pelajar / 6 orang 8,6 % PNS / TNI / Polri 19 orang 27,1 % Pegawai Swasta 15 orang 21,4 % Wiraswasta 25 orang 35,7 % Lain-Lain 5 orang 7,2 % Jumlah 45 Orang 100% Mahasiswa PEKERJAAN Sumber data : Data Primer (Kuisioner) Pada tabel diatas, nampak bahwa responden penelitian ini dominan pekerjaannya Wiraswasta yaitu sebanyak 25 orang ( 35,7 % ), sedangkan responden yang pekerjaannya PNS / TNI / Polri yaitu sebanyak 19 orang ( 27,1 % ), responden yang pekerjaannya Pegawai Swasta yaitu sebanyak 15 orang ( 21,4 % ), responden yang pekerjaannya Pelajar / Mahasiswa yaitu sebanyak 6 orang ( 8,6 % ), dan responden yang pekerjaannya Lainlain yaitu sebanyak 5 orang ( 7,2 % ). 48 Tabel 5 ini menyajikan deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 5 Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jumlah Persentase JENIS KELAMIN Laki-Laki 41 orang 58,6 % Wanita 29 orang 41,4 % Jumlah 45 Orang 100% Sumber data : Data Primer (Kuisioner) Pada tabel diatas, nampak bahwa responden penelitian ini dominan berada dalam kategori jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 41 orang ( 58,6 % ) sedangkan kategori jenis kelamin wanita sebanyak 29 orang (41,4%). Tabel 6 ini menyajikan jawaban responden berdasarkan pertanyaan mengenai Understanding Customer Expectation, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 6 Variabel Bebas (X) : Understanding Customer Expectation (X1) No. Pertanyaan 1. 2. Bagaimana pendapat anda tentang sikap karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. KCU Mattoangin ? Bagaimana pendapat anda tentang pelayanan yang diberikan karyawan pada PT. Bank Negara Indonesia Kategori Responden Jawaban (Orang) 1. Sangat Kurang 2. Kurang 3. Biasa-biasa 5 4. Baik 29 5. Sangat Baik 11 Jumlah 45 1. Sangat Kurang 2. Kurang 3. Biasa-biasa 4. Baik 5. Sangat Baik Jumlah 1 14 25 5 45 Persentase (%) 11,1 % 64,4 % 24,4 % 100 % 2,2 % 31,1 % 55,6 % 11,1 % 100 % 49 (Persero), Tbk. KCU Mattoangin ? 3. Bagaimana pendapat 1. Sangat Kurang anda tentang 2. Kurang jaminan keamanan 3. Biasa-biasa dana simpanan 4. Baik nasabah pada PT. 5. Sangat Baik Bank Negara Jumlah Indonesia (Persero), Tbk. KCU Mattoangin ? 4. Bagaimana pendapat 1.Sangat Kurang anda tentang 2. Kurang kepercayaan diri 3. Biasa-biasa karyawan dalam 4. Baik melaksanakan 5. Sangat Baik tugasnya pada PT. Jumlah Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. KCU Mattoangin ? 5. Bagaimana pendapat 1. Sangat Kurang anda tentang 2. Kurang kemampuan PT. 3. Biasa-biasa Bank Negara 4. Baik Indonesia (Persero), 5. Sangat Baik Tbk. KCU Mattoangin Jumlah dalam menyediakan fasilitas fisik yang baik ? 6. Bagaimana pendapat 1. Sangat Kurang anda tentang 2. Kurang kemampuan PT. 3. Biasa-biasa Bank Negara 4. Baik Indonesia (Persero), 5. Sangat Baik Tbk. KCU Mattoangin Jumlah dalam mendorong karyawannya untuk melayani pelanggan dengan ramah dan bersahabat ? Sumber data : Data Primer (Kuisioner) 1 10 25 9 45 2,2 % 22,2 % 55,6 % 20 % 100 % 1 3 29 12 45 2,2 % 6,7 % 64,4 % 26,7 % 100 % 1 15 20 9 45 2,2 % 33,3 % 44,4 % 20 % 100 % 2 32 11 45 4,4 % 71,1 % 24,4 % 100 % Pada tabel diatas, nampak bahwa tanggapan responden tentang Understanding Customer Expectation pada pertanyaan pertama dapat kita 50 lihat sebanyak 29 orang responden (64,4 %) menyatakan baik, 11 orang responden (24,4%) menyatakan sangat baik, dan sebanyak 5 orang responden (11,1%) menyatakan biasa-biasa. Pada pertanyaan kedua dapat kita lihat sebanyak 25 orang responden (55,6%) menyatakan baik, 14 orang responden (31,3%) menyatakan biasa-biasa, 5 orang responden (11,1%) menyatakan sangat baik, dan sebanyak 1 orang responden (2,2 %) menyatakan kurang. Pada pertanyaan ketiga dapat kita lihat sebanyak 25 orang responden (55,6%) menyatakan baik, 10 orang responden (22,2%) menyatakan biasa-biasa, 9 orang responden (20%) menyatakan sangat baik, dan sebanyak 1 orang responden (2,2%) menyatakan kurang. Pada pertanyaan keempat dapat kita lihat sebanyak 29 orang responden (64,4%) menyatakan baik, 12 orang responden (26,7%) menyatakan sangat baik, 3 orang responden (6,7%) menyatakan biasabiasa, dan sebanyak 1 orang responden (2,2%) menyatakan sangat kurang. Pada pertanyaan kelima dapat kita lihat sebanyak 20 orang responden (44,4%) menyatakan baik, 15 orang responden (33,3%) menyatakan biasa-biasa, 9 orang responden (20%) menyatakan sangat baik, dan sebanyak 1 orang responden (2,2%) menyatakan kurang. Pada pertanyaan keenam dapat kita lihat sebanyak 32 orang responden (71,1%) menyatakan baik, 11 orang responden (24,4%) 51 menyatakan sangat baik, dan 2 orang responden (4,4%) menyatakan biasa-biasa. Tabel 7 ini menyajikan jawaban responden berdasarkan pertanyaan mengenai Building Service Partnership, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 7 Variabel Bebas (X) : Building Service Partnership (X2) No. Pertanyaan 1. Kategori Responden Jawaban (Orang) 1. Sangat Kurang 1 2. Kurang 7 3. Biasa-biasa 20 4. Baik 13 5. Sangat Baik 4 Total 45 Bagaimana pendapat anda tentang kemampuan karyawan dalam menindaklanjuti keluhan yang disampaikan pelanggan pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. KCU Mattoangin ? 2. Bagaimana pendapat 1. Sangat Kurang anda tentang 2. Kurang kemampuan PT. 3. Biasa-biasa Bank Negara 4. Baik Indonesia (Persero), 5. Sangat Baik Tbk. KCU Mattoangin Total dalam melibatkan pelanggan untuk meningkatkan mutu ? Sumber data : Data Primer (Kuisioner) 2 2 19 15 7 45 Persentase (%) 2,2 % 15,6 % 44,4 % 28,9 % 8,9 % 100 % 4,4 % 4,4 % 42,2 % 33,3 % 15,6 % 100 % Pada tabel diatas, nampak bahwa tanggapan responden tentang Building Service Partnership pada pertanyaan pertama dapat kita lihat sebanyak 20 orang responden (44,4 %) menyatakan biasa-biasa, 13 orang responden (28,9%) menyatakan baik, 4 orang responden (8,9%) 52 menyatakan sangat baik, 7 orang responden (15,6%) menyatakan kurang, dan sebanyak 1 orang responden (2,2 %) menyatakan sangat kurang. Pada pertanyaan kedua dapat kita lihat sebanyak 19 orang responden (42,2 %) menyatakan biasa-biasa, 15 orang responden (33,3%) menyatakan baik, 7 orang responden (15,6%) menyatakan sangat baik, 2 orang responden (4,4%) menyatakan kurang, dan sebanyak 2 orang responden (4,4%) menyatakan sangat kurang. Tabel 8 ini menyajikan jawaban responden berdasarkan pertanyaan mengenai Customer Loyalty, dapat dilihat dari tabel berikut : Tabel 8 Variabel Terikat (Y) : Customer Loyalty (Variabel Y) No. Pertanyaan 1. Kategori Responden Jawaban (Orang) 1. Sangat Kurang 1 2. Kurang 1 3. Biasa-biasa 13 4. Baik 20 5. Sangat Baik 10 Total 45 Bagaimana pendapat anda tentang sikap karyawan yang ramah dalam upaya meningkatkan kesetiaan pelanggan ? 2. Bagaimana pendapat 1. Sangat Kurang anda tentang upaya 2. Kurang peningkatan mutu 3. Biasa-biasa dengan melibatkan 4. Baik pelanggan dalam 5. Sangat Baik upaya meningkatkan Total kesetiaan pelanggan ? Sumber data : Data Primer (Kuisioner) 2 5 17 15 6 45 Persentase (%) 2,2 % 2,2 % 28,9 % 44,4 % 22,2 % 100 % 4,4 % 11,1 % 37,8 % 33,3 % 13,3 % 100 % Pada tabel diatas, nampak bahwa tanggapan responden tentang Customer Loyalty pada pertanyaan pertama dapat kita lihat sebanyak 20 orang responden (44,4 %) menyatakan baik, 13 orang responden (28,9%) 53 menyatakan biasa-biasa, 10 orang responden (22,2%) menyatakan sangat baik, 1 orang responden (2,2%) menyatakan kurang, dan sebanyak 1 orang responden (2,2%) menyatakan sangat kurang. Pada pertanyaan kedua dapat kita lihat sebanyak 17 orang responden (37,8 %) menyatakan biasa-biasa, 15 orang responden (33,3%) menyatakan baik, 6 orang responden (13,3%) menyatakan sangat baik, 5 orang responden (11,1%) menyatakan kurang, dan sebanyak 2 orang responden (4,4%) menyatakan sangat kurang. 2. Pengujian Hipotesis (Analisis Data) Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan alat analisis regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel relationship marketing yang meliputi understanding customer expectation (X1) dan building service partnership (X2), terhadap customer loyalty (Y) pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk. kantor Cabang Utama Mattoangin. Ringkasan hasil perhitungan regresi berganda dengan program SPSS 17.0 sebagai berikut : 54 Tabel 8 Ringkasan Hasil Perhitungan Regresi Variabel Penjelas Unstandardized t Sig Keterangan Coefficients Understanding 0,183 2,622 0,012 Signifikan Customer Expectation (X1) Building Service 0,446 Partnership (X2) R2 0,411 F-stat 14,644 3,927 0,000 Signifikan Sig 0,000 Sumber data : Pengujian SPSS Hasil perhitungan di atas diperoleh persamaan regresi sebagai berikut : Y = 0,183X1 + 0,446X2 + e a) Pengujian Hipotesis Pertama (H1) 1) Pengujian pengaruh understanding customer expectation (X1) terhadap customer loyalty (Y) Variabel understanding customer expectation (X1) memiliki koefisien beta positif sebesar 0,183 dengan nilai signifikansi 0,012 < (0,05), berarti understanding customer expectation berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer loyalty. Kemampuan perusahaan perbankan dalam pelayanan yang sesuai keinginan nasabah, sikap karyawan yang ramah, dan jaminan keamanan akan meningkatkan loyalitas nasabah kepada perusahaan perbankan. 2) Pengujian pengaruh building service partnership (X2) terhadap customer loyalty (Y) 55 Variabel building service partnership (X2) memiliki koefisien beta positif sebesar 0,446 dengan nilai signifikansi 0,000 < (0,05), berarti building service partnership berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer loyalty. Kemampuan perusahaan perbankan menjalin kerjasama dengan nasabah dalam menambahkan pelayanan yang diinginkan nasabah atas suatu produk akan meningkatkan loyalitas nasabah kepada perusahaan perbankan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, hipotesis pertama (H1) dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa relationship marketing yang meliputi understanding customer expectation, dan building service partnership berpengaruh secara signifikan terhadap customer loyalty terbukti/didukung. b) Pengujian Hipotesis Kedua (H2) Tabel 8 memperlihatkan nilai signifikansi F sebesar 0,000 < (0,05), berarti relationship marketing yang meliputi understanding customer expectation, dan building service partnership secara serentak berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty. Hipotesis kedua (H2) terbukti/didukung. c) Koefisien Determinasi (R2) Hasil perhitungan pada Tabel 8 diperoleh nilai R2 0,411. Hal ini menunjukkan variasi relationship marketing sebesar yang meliputi understanding customer expectation dan building service partnership mampu menjelaskan variasi customer loyalty sebesar 56 41,1%. Sedangkan sisanya sebesar 58,9% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak dimasukkan dalam model. 3. Pembahasan Hasil pengujian hipotesis pertama menunjukkan bahwa understanding customer expectation, dan building service partnership secara parsial berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty. Understanding customer expectation berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer loyalty. Untuk memenuhi keinginan nasabah yang semakin kompleks, sebuah perusahaan perbankan harus bisa mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang nasabah dan menggunakannya pada saat yang tepat. Dengan demikian, seorang nasabah merasa membeli sesuatu jasa perbankan sesuai dengan apa yang mereka harapkan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Wibowo S (2006) dan Haruna (1997) yang menunjukkan bahwa understanding customer expectation berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty. Building service partnership berpengaruh positif dan signifikan terhadap customer loyalty. Kemampuan perusahaan perbankan menjalin kerjasama dengan nasabah dalam menambahkan pelayanan yang diinginkan nasabah atas suatu produk akan meningkatkan loyalitas nasabah kepada perusahaan perbankan. Hasil ini konsisten dengan 57 penelitian sebelumnya oleh Wibowo S (2006) Haruna (1997) yang menunjukkan bahwa building service partnership berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty. Pengujian hipotesis kedua menunjukkan bahwa marketing relationship yang meliputi understanding customer expectation, dan building service partnership, secara serentak berpengaruh signifikan terhadap customer loyalty. Perusahaan perbankan merupakan salah satu penyedia jasa yang menerapkan adanya keramahtamahan dalam hubungan dengan konsumen, sehingga implementasi proses relationship marketing menjadi sesuatu yang penting untuk mendapatkan dan mempertahankan pelanggan. Hasil ini konsisten dengan penelitian sebelumnya oleh Wibowo S (2006) dan Haruna (1997). 58 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian pengaruh relationship marketing yang meliputi understanding customer expectation dan building service partnership terhadap customer loyalty dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Variabel-variabel yang termuat dalam relationship marketing yaitu understanding customer expectation dan building service partnership berpengaruh signifikan secara parsial terhadap customer loyalty. 2. Pengujian secara simultan menunjukkan bahwa relationship marketing yang mencakup understanding customer expectation dan building service partnership berpengaruh secara signifikan terhadap customer loyalty. B. Saran Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan di atas dapat diberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Pihak pengelola perbankan perlu terus meningkatkan understanding customer expectation dan building service partnership karena variabelvariabel ini berpengaruh terhadap customer loyalty. 59 2. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan sampel yang lebih besar, dengan cakupan wilayah yang lebih luas sehingga kemampuan generalisasinya dapat ditingkatkan. 3. Penelitian selanjutnya dapat pula meneliti pengaruh variabel-variabel lainnya seperti Total Quality Management ( TQM ) dan Empowering Employees ( EE ) terhadap customer loyalty. 60 DAFTAR PUSTAKA Butler. 2000. Customer Relationship Marketing. McGraw-Hill. Chan. 2003. Relationship Marketing. Gramedia. Jakarta. Cravens, Piercy. 2009. Customer relationship Marketing. Futrell. 1996. ABC’s of Relationship Marketing. McGraw-Hill. Gordon. 1998. Relationship Marketing. http://www.google.com/customerrelationship-marketing.html . Griffin, Jill. 2003. Customer Loyalty. Erlangga. Jakarta. Haruna, S. 1997. The Customer’s Perspective. Kelola Gadjah Mada University Business. Indrio, Gitosudarmo. 2003. Prinsip Dasar Manajemen Pemasaran. Yogyakarta. Kotler, Philip. 2006. Marketing Management: Analysis, Planning, Implementation, and Control, Millenium Edition. New York : Prentice Hall International, Inc. A. Division of Simon & Seuster, Englewood Cliff. Manullang, 2001, Dasar – Dasar Marketing, Balai Aksara. Mursid, M, 2002, Manajemen Pemasaran Modern, Liberty, Jakarta. Rust, Zahoeik,Keinghem, 1996, Marketing. Schiffman, Kanuk, 2000, Pemasaran Kerelasian (Relationship Marketing). Sugiono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, Alfabeta, Bandung. Sofjan, A, Manajemen Pemasaran, Konsep dan Strategi, Rajawali Pers, Jakarta. Tjiptono, F, 1997, Manajemen Pemasaran Jasa, Andi Offset, Yogyakarta. Trihendradi, C, 2009, Melakukan Analisis Statistik Menggunakan SPSS 17, Andi, Yogyakarta. Wibowo, S, 2006, “Implementasi Relationship Marketing Pada Industri”, Utilitas. Winardi, 2002, Azas – Azas Marketing, Bandung.