VII. PEMBAHASAN UMUM A Sltangballk Beberapa Hibrld F1 lnterspesmk dengan Tetua Berulang Padl Budldaya Ketidakserasian silang adalah merupakan masalah utama yang selalu dijumpal pada hibrldlsasi interspesiflk yang melibatkan spesies liar berbeda genom. Hal yang same juga dijumpai pada silangballk antar hlbrld F1 inter- spesifrk dengan tetue berulangnya. Ketidakserasian silang tersebut terutama dtsebabkan oleh keadaan kromosom yang tidak berpasangan sehlngga menyebabkan terjadinya kekacauan pada proses meiosis. Keadaan ini secara langsung akan rnenghambat perkem bangan embrio dan endosperma setelah terjadl pembuahan. Biji-biji yang clihasilkan umumnya abnormal den terjadi aborsi em brio. Terjadlnya aborsl e m b r k kemungkinan juga disebabkan karena tidak harmonisnya hubungan antara inti dan sttoplasma, sehingga menghambat perkernbangan endosperma. Pada kebanyakan hibridlsasl InterspesMk atau silangbalik yang melibatkan spesies liar yang berbeda genom, terjadinya aborsi embrio terutama disebabkan oleh adanya ketidaksesuaian genom pada ernbrio atau karena perkembangan endosperma yang abnormal sehingga suplai nutrisi dari endosperma terganggu. Pada percobaan Ini, semua sllangbalik yang melibatkan hibrld F1 inter- spesMk yang berbeda genom tidak menghasilkan tanaman BClFl, kecuali pada silangbalik CT6510-24-1-310- ofRclnaIYs/fCT6510-24-1-3 yang secara kebetulan menghasllkan satu tanaman steril. Sedangkan dlperolehnya tanam an yang ferlll darl sllangballk Hawara BunarJO- gfwneepatcrl&/Hawara Bunar, karena kedua lelua mem iliki genom yang sarna. Jadi, rnesklpun pada hibrld F, interspesifiknya steril, namun setelah dliakukan silangbalik dapat dihasilkan lanaman BCIF1 yang ferlll. Dlduga, sterililas yang terjadi pada hibrid F1 Hawara BunarlO. gIumaspatufa bukan disebabkan oleh keadaan krornosom yang tidak berpasangan, telapi lebih dlsebabkan oleh perbedaan gen antar kedua lelua atau kernungklnan dlsebabkan oleh tldak harmonisnya inleraksi gen. Kelujuh lanaman ferlil yang diperolsh dari silangbalik Hawara BunarCO. ~ ~ p e M s d M a w a Bunar r a kemudlan disiiangbalik kembali dengan Hawar Bunar untuk rnendapatkan tanaman BC2F1. Hasil evaluasi terhadap karakter rnorfologl populasi BC2F1 kelurunan silangbalik Hawara BunarlO. gfwmepatulalMawara B u n a r l f ~ a w a r aBunar yang dihasllkan diternukan hadirnya percabangan sekunder malai pada populasi tersebut. Hal ini diduga rnerupakan hasil rekornbinasl genom antar dua tetua. Tanaman-tanaman BC2F1 kelurunan silangbalik Hawara BunarfO. g S ~ p a t u I a / / H a w a r aBunarfCHawara Bunar yang diperoleh kern udian disilangdalam unluk m endapatkan lanaman BC2F2 yang selanjutnya dievaluasi polensl hasllnya. B. Potensi Hasil Evaluasi lerhadap karakter polensi has11 pada populasi BC2F2 dilemukan adanya segregasl transgresif terutarna unluk jurnlah gabah dan jurnlah gabah isi per malai, barat 100 butir gabah dan beral gabah par rurnpun. Dlemukan sejurnlah lanaman yang rnenghasllkan keragaan iebih baik dari kedua tetuanya tersebut adalah merupakan hasil rekornbinasi genorn antar kedua tetua. Selain tu, diperolehnya sejumlah tanaman yang memlltki Jumlah gabah isi per malal, berat 100 butir gabah dan berat gabah per rumpun lebih baik dari tetuanya tersebul karena adanya percabangan sskunder malai dan rendahnya persew tase gabah hampa. Hasil yang ssma juga ditemukan pada populasi BC2F3yang ditanam pada keadaan Al tinggi. Meskipun terjadi penurunan pada sernua karakter yang diamati, namun ditemukan adanya segregasi transgresif tarhadap sifat-swat tersebul dl atas. Diperolehnya sejumlah tanaman BC2F3 yang rnenghasilkan keragaan lebih baik dari kedua tetuanya tersebut menunjukkan behwa teiah terjadi psnerusan pewarisan untuk swat komponen hasil dan swat percabangan sekunder pada generasi yang Lebih maju. C. Evaluas~ dan Studl Pewarisan Slfat Ketenggangan Alumlnlum Penggunaan PAR sebagai indeks untuk mengevaluasi swat ketenggangan Al adatah yang paling banyak digunakan karena perbedaan genetik pertumbuhan akar antar genotipe dapat dlhllangkan serta pelaksanaannya mudah dan tidak destruktu (Marchner, 1995). Metode evaluasi ini umumnya diiakukan pada periode pertumbuhan bibit sehingga tidak ada jaminan genotipe yang ferpilih akan mampu berproduksi lebih baik. Oleh karena ifu perlu dikembangkan suatu metode evatuasi lain yailu menggunakan rasio berat gabah per rumpun (RBGR) dengan membandingkan daya hasil pada keadaan tercekam Al dengan daya hasil pada keadaan normal. Evaluasi sifat ketenggangan Al populasi BCzF3 baik pada percobaan kultur hara maupun pada percobaan pot menggunakan media tanah ditemukan sejumlah tanaman yang memillkl panjang akar relatif (PAR) dan raslo bobot gabah per rumpun (RBGR) sama atau leblh balk dari tetua 0- gIumnepe?ufa. Dilemukannya sejumlah tanaman yang menghasilkan keragaan nilai PAR dan RBGR meleblhl kedua tetuanya menunjukkan bahwa sifat ketenggangan A1 telah berhasil diintrogresikan dari 0. gfumaepstula ke padi budidaya. Anatisis korelasl terhadap peubah PAR dan RBGR memperlihatkan adanya korelasi yang positif (r = 0.7082) antara kedua peubah tersebut. Korelasi yang positif ini rnempunyai arti sangat penting dalam pemuliaan tanaman. Adanya korelasi yang poslt8f tersebut menunjukkan bahwa balk peubah PAR maupun RBGR sama-sama efektif digunakan sebagai indeks untuk memisahkan antara tanaman yang tenggang dengan yang peka Al. Hasil tersebut juga memberikan atternatif pilihan bahwa selain PAR, peubah RBGR dapat digunakan sebagai indeks dalarn kegiatan seleksi atau evaluasi bagi sifat ketenggangan A1 pada tanaman padi gogo, teruiarne apabila seleksi atau evaluasi dilakukan di lapang atau pada percobaan pot. Namun untuk seleksi s l a t ketenggangan Al lebih efisien bila menggunakan PAR, karena seleksi dapat dllakukan leblh awal pada rase bibit. Pada studi pewarisan sifat ketenggangan A1 adalah penting untuk mengetahul pola sebaran hekuensl darl peubah yang dlgunakan sebagal bahan studi. Uji Normalias sifat ketenggangan A1 baik berdasarkan peubah PAR maupun RBGR memperlihatkan pola sebaran frekuensl tidak menyebar normal. Hal lni menunjukkan bahwa sifat ketenggangan A1 dikendalikan oleh saiu atau beberapa g%nmayor. Dari Uji Khi-Kuadrat (x2) terhadap peubah PAR maupun RBGR sama- sama diperoleh nisbah 9 : 7 yang menunjukkan bahwa sifat ketenggangan A l pada tetua 0. gfurnaspatula sekurang-kurangnya dikendalikan oleh dua gen dominan dengan aksl gen dupllkat reseslf epistasis. Fehr (1987) menyatakan bahwa suatu sifat dapat dikendalikan oleh gen yang diwariskan secara bebas tetapl sallng berinteraksi dengan gen lain untuk memunculkan suatu fenotrpe. lnteraksi gen pada lokus berbeda untuk karakter yang sama disebut epistasis. Dalam kaitannya dengan gen yang mengendalii kan slfat ketenggangan Al, inleraksi terjadl karena satu gen menutupi ekspresi gen lainnya. Gen yang menutupi disebut epistattk, sedangkan gen yang ditutupi disebut hipostatik. Allard (1960) dan Wagner eta/., (9980) menyatakan bahwa tape epistatik yang menghasilkan nisbah 9 : 7 adalah dupliket resesif epistasis. Dabam kaitaw nya dengan sifat ketenggangan Al, maka sifat ketenggangan dlkendalikan oleh gen dominan. Apabila gen-gen tersebut A dan B, maka AA epistatik terhadap B dan b; BB epistatlk terhadap A dan a. Kehadiran A dan B akan menghasilkan fenotipe tenggang pada tanaman apabila hadlr secara bersama-sama, karena gen-gen tersebot akan menutupi sifat peka yang dibawa oleh a dan b. Sifat peka baru akan hadlr apablla A dan B tldak hadir bersamaan. Pada ponelitian ini, A dan B diasumsikan dominan untuk sifat tenggang, sedangkan a dan b resesif untuk sifat peka. Dengan asumsl tersebut make dugaan genotipe pada populasl keturunan silangbalik 0. #wneepetufa adalah sebagai berikut : A - B - = 9/f 6 flenggang) A - bb = 3/16 (peka) aa 3 - = 3/16 (peka) aa bb = If16 (peka) D. Evaluasl dan Stud€Pewarlsan Slfat Ketahanan Tsrhadap Penyaklt Blas Daun Evaluasi untuk swat ketahanan penyakH blas daun didasarkan pada nilai skoring skala penyakit yang diamati sejak minggu pertama hingga minggu ketiga. Hasil pengamatan pada populasi BC2F3 keturunan silangbalik Hawara Bunar/O- #umaeps?ufB/Mawara Bunar/J/Hawara Bunar tampak terjadi penu- runan pada jumlah tanaman yang memerlihatkan reaksi tahan baik terhadap ras 033 maupun ras 041. Adanya penurunan tersebut menunjukkan bahwa meskipun berjalan iambat proses infekst oleh patogen terus berlangsung. Lambatnye proses infeksi oleh patogen dlduga karena bekerjanya gen ketahanan tanaman inang dalam menghambat proses lnfeksi patogen. Has11 tersebut memberikan masukan bahwa untuk pengamatan gejata blas deun yang selama ini umumnya hanya dlbatasi seminggu sefelah inokulasi akan lebih meyakinkan jika dilanjutkan sampai pada fass generatif mengingat respon tanaman terhadap penyakit bias berfluktuasi tergantung pada ras blas yang diinokulasikan dan faktor lingkungan. Meskipun terjadi penurunan namun dilemukan sejumlah tanaman yang menghasilkan sifat ketahan sama atau lebih baik dart tetua 0. #umnepatu/a balk untuk ras 033 maupun ras 041. Hasit tersebut menunjukkan bahwa sifat ketahanan penyakit blas daun ras 033 dan 047 telah berhasil dilntrogreslkan dari tetua donor 0- gfumcnrpetule ke padl budidaya. Namun demikian, hasil evaluasi menunjukkan bahwa jurn lah tanaman yang tahan terhadap ras 041 lebih sediklt dlbandlngkan terhadap ras 033. Hasll ini menunjukkan bahwa gen ketahanan yang terdapat pada 0. @umaepatu#a memilikl tingkaf ketahanan yang berbeda untuk kedua ras blas daun yang diujikan. Adanya perbedaan tersebut juga era1 hubungannya dengan tingkat virulensi dari patogen. Dari hasil evaluasi tampak bahwa ras 041 memiliki tlngkat virulensi yang lebih tlnggi dibandlngkan dari ras 033. Howard dan Valent (1996) menyatakan bahwa gen virulen pada pafogen biasanya spesmk untuk spesies tanaman tertentu dan perkem-bangan penyakH akan terjadi apabila secara bersamaan terjadt interaksi antar gen virulen dengan gen kerentanan pada inang. Adanya gen ketahanan pada tanaman Inang sangat menentukan tlnggl rendahnya ttngkat serangan. Reaksi tanaman ketika terinfeksi patogen menggambarkan adanya sistem pertahanan yang dimlllkl oleh tanaman. Sirat tahan diduga muncul karena bekerlanya mekanlsme pertahanan dalam menahan serangan patogen. Uji Norrnatiias terhadap nilai skoring skala penyakl minggu ketiga baik terhadap ras 033 rnaupun ras 041 memperllhatkan pola sebaran frekuensi ttdak menyebar normal. Hal ini menunjukkan bahwa sifat ketahanan panyakit blas daun yang diamati dlkendallkan oleh satu atau beberapa gen mayor. Uji KhC Kuadrat (~1)terhadap nilai skoring skala penyakl sirat ketahanan blas daun ras 033 dan 041 diperoleh nisbah genetik yang berbeda yaRu berturut-turut 10 : 3 : 3 dan I : 9. Hasil tersebuf memperlihatkan bahwa swat ketahanan bias daun ras 033 pada tetua donor 0. S,umaepn#a sekurang-kurangnya dlkendallkan oleh dua gen dominan dengan interaksi kompleks, sedangkan untuk ras 041 sekurang-kurangnya dlkendalikan oleh dua gen resesif dengan aksi gen duplikal resesif epistasis. Untuk ras 041, dengan menggunakan model kebalikan dari studi pewarisan sifat ketenggangan Ai, make sffat ketahanan terhadap terhadap blas daun ras 041 dikendalikan oleh gen resesif, sedangkan sifat kerentanan dikendalikan oleh gen dominan. Apabila gen-gen tersebuf A dan 6, maka A A epistatik terhadap B dan b; BB epistatik terhadap A dan a. Kehadiran A dan 8 secara bersamaan akan menghasilkan fenotlpe rentan pada tanaman karena gen-gen tersebut akan menufupi sKat tenggang yang dlbawa oleh a dan b. Swat tenggang baru akan hadir apabila A dan B tidak hadir bersamaan. Dengan asumsi lersebut maka dugaan genotipe pada populasi keturunan silangbalik 0-#um?#patula adalah sebagai berikut : - 6 - = 9/16 (rentan) A - bb = 3/16 (tahan) A aa 6 - = 3/16 (tahan) aa bb = 1/16 (tahan) Dibandingkan dengan ras 041, sangatlah sulit untuk mengasumsikan peran darl masing-masing gen untuk swat ketahanan terhadap ras 033 karena interaksinya yang kompleks. Ada dugaan gen-gen yang mengendallkan sifat ketahanan terhadap ras 033 adalah modifikasi dari gen-gen semi epistatik dan karena adanya gen modtrier. Crowder, (9993) menyatakan bahwa semi epistatik akan terjadi apabila dua gen bukan allelnya bekerja saling menambah atau akumulatif untuk menimbulkan suatu karakter. Ada dominansi pada kedua pasang gen dan apablla terdapat bersama-sama akan berlnteraksi untuk menghasilkan suatu fenotipe baru. Sedangkan gen modifier adalah gen yang merubah sediklt kuantltas kenampakan gen lain. Perubahan tersebut dapal bersifat menghambat, mendukung atau menekan gen lain yang dipengaruhinya. Dengan memodifikasi model gen semi epistatik, maka diasumsikan A dan B secara bersama-sama dominan untuk slfat tahan, tetapi secara terpisah A mempunyai sifat ketahanan lebih kuat dari 8. Sedangkan a dan b adalah merupakan gen modifier yang akan mempengaruhi kuantitas apabila gen A atau B hadlr ttdak bersama-same. Dengan asumsi tersebut diatas, maka seeara bersama-sama (A pisah (A + B) akan menghasilkan reaksi tahan, namun secara ter- - + bb) akan menghasilkan reaksi moderat rentan dan (B - + aa) akan menghasilkan reaksi rentan. Sedangkan a dan b secara terpisah akan menghasllkan reaksl rentan, namun secara bersama-same (a + b) akan menghasilkan reaksi tahan. Berdasarkan asumsl tersebut maka kemungklnan genotipe pada populasi keturunan silangbalik 0. #umaepatula adalah : A - B - = 9/16 (tahan) A - bb = 3/16 (Moderat rentan) aa B - = 3/16 (rentan) aa bb = 1/16 (tahan) Model in1 merupakan dugaan dan fidak sepenuhnya benar, karena stat pewarisan yang sangaf kompleks sehlngga sulit mempredlksikan bentuk keterlibatan dari gen-gen tersebut secara terpisah. Adanya perbedaan nisbah genetik antar kedua ras blas tersebut menlmbulkan dugaan bahwa gen yang mengendalikan sifat ketahanan pada 0- ~wneepetutauntuk kedua ras tersebut berbeda dan independen satu sama lainnya. Perbedaan tersebut juga dlduga dipengaruhl oleh swat ketahanan yang terdapat pada tanaman tetuanya terutama tetua padi budidaya. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelnlan ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa metode silangbalik sangat efektif digunakan untuk mengintrogresikan stat-sifaf agronomi penting yang bermanfaat dari 0. Hwnee- pat- ke pad1 budidaya. Metode lni juga efektif digunakan untuk mempercepat proses pernulihan dari sifat-sifat tetua budidaya, merangsang terbentuknya rekombinasl genom dan menlngkatkan fertilitas. Selaln Itu, darl hasil yang diperoleh memperlihatkan bahwa 0. gIwnaspatuIa dapat disarankan untuk digunakan sebagal sumber gen untuk stfat ketenggangan A! don ketahanan terhadap bias daun ras 033 dan 041 serta untuk memperbalkl daya hasil. Selanjutnya yang perlu mendapatkan perhatian pada penelitian yang mellbatkan spesles pad1 liar yang berkerabat yaitu untuk mempercepat dlperolehnya populasi yang homozigot adalah dengan melakukan silangdalam pada setlap generasl sllangballk yang dlhasltkan.