STRATEGI PROMOSI NEXIAN JOURNEY

advertisement
BAB IV
HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum PT. Sinar Totalindo Mandiri
Peneliti melakukan penelitian pada sebuah perusahaan swasta yang
bergerak dibidang pendistribusian pelumas atau oli, dengan produknya yang
merupakan salah satu produk pelumas ternama dan termasuk dalam 4 besar
merek dan perusahaan minyak dan gas di dunia yaitu TOTAL. Perusahaan
distribusi ini bernama PT. Sinar Totalindo Mandiri, yang beralamat di jalan
Pemuda No. 7, Rawamangun, Jakarta Timur. Dalam kegiatannya perusahaan ini
menggunakan metode pemasaran business to business ( B2B ) dan business to
consumer ( B2C) dengan sistem personal selling yang dilakukan oleh
wiraniaganya kepada pelanggan, dengan memanfaatkan dan memaksimalkan
bentuk komunikasi interpersonal.
Komunikasi interpersonal menjadi hal yang sangat penting karena
hubungan antara para wiraniaga dengan pelanggan merupakan poin penting
dalam proses pemasaran, hal ini dikarenakan merek produk yang dijual
merupakan pemain yang tergolong baru didunia bisnis pelumas di Indonesia,
dibandingkan dengan produk pesaing. Sehingga komunikasi wiraniaga dalam
meyakinkan pelanggan menjadi salah satu kunci penting keberhasilan penjualan
perusahaan ini.
33
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan
Awal mulanya PT. Sinar Jaya Megah Langgeng salah satu operator bis
terbesar merupakan pelanggan besar yang menggunakan pelumas TOTAL pada
unit bis nya. Dan Dikarenakan Sinar Jaya menjadi salah satu pelanggan TOTAL
yang loyal, maka pada tahun 2005 Sinar Jaya dipercayakan oleh PT. Total Oil
Indonesia selaku principle pelumas TOTAL di Indonesia untuk menjadi salah
satu distributornya yang diawali pada sektor Fleet & Heavy Equipment. Dan pada
saat itu distribusi dijalankan melalui anak perusahaan Sinar Jaya PT. Daya Guna
Motor Indonesia yang bergerak pada bidang Automotive HINO. Dan pada tahun
2006 PT. Daya Guna Motor Indonesia ditunjuk oleh PT. Total Oil Indonesia
untuk memegang penjualan pelumas untuk sektor Automotive (mobil dan motor).
Dan pada tahun 2008 PT. Daya Guna Motor Indonesia lebih dipercayakan lagi
untuk mendistribusikan High Speed Diesel TOTAL / Solar Industri. Melihat
keseriusan bisnis yang dijalankan, agar kedepan dapat lebih fokus lagi dalam
bidang ini, maka PT. Daya Guna Motor Indonesia mendirikan PT. Sinar
Totalindo Mandiri pada tahun 2011, dan pada tahun 2012 PT. Sinar Totalindo
Mandiri memegang 5 sektor bisnis produk TOTAL Lubricants & HSD yaitu
sektor Fleet & Heavy Equipment, sektor Automotive diantaranya pelumas mobil
dan motor, sektor Original Equipment Manufacturing dan Sektor High Speed
Diesel/ Solar Industri.
34
4.1.2 Visi Dan Misi Perusahaan
Didalam suatu perusahaan Visi dan Misi memegang peranan penting
sebagai kerangka acuan dan pedoman dalam proses pencapaian tujuan organisasi.
Tanpa adanya visi dan misi sebuah organisasi akan berjalan seperti tanpa arah
dan tujuan, berdasarkan visi dan misi pulalah, seluruh rangkaian usaha dapat
berkalan sesuai dengan arah tujuannya.
PT. Sinar Totalindo Mandiri dalam hal ini sangat menyadari bahwa
pentingnya arti sebuah visi dan misi organisasi. Visi dan misi PT. Sinar Totalindo
Mandiri dibuat dengan pemikiran yang mendalam dan perhitungan yang logis,
sehingga pencapaian target dan tujuan serta implementasi dari visi dan misi itu
menjadi terarah dan terukur.
Visi dari perusahaan ini adalah:
Menjadi pemain utama di sektor pelumas sehingga memberikan manfaat
maksimal untuk para stakeholder di segala tingkatan.
Misi dari perusahaan ini adalah:
 Mempertahankan reputasi sebagai perusahaan yang dikenal memberikan
layanan prima dan cepat tanggap, dengan harga kompetitif.
 Memperluas jaringan bisnis agar lebih dekat dan lebih mudah dijangkau
pelanggan.
35
 Mengedukasi pasar untuk menggunakan produk berkualitas yang dijamin
oleh principal agar mendapatkan manfaat maksimal dari produk dan
pelayanan.
4.1.3. Sektor Automotive PCMO
Sektor Automotive PCMO ( pelumas mobil ), yaitu pelumas yang
digunakan pada kenderaan roda empat. Adapun segmen pasar yang dituju pada
sektor ini adalah bengkel-bengkel, oil shop dan part shop.
4.1.4. Struktur Organisasi dan Paparan Singkat Deskripsi Pekerjaan.
GM SALES & MARKETING
SA
PCMO MANAGER
SA
SALES SPV JAKARTA
SALES SPV BEKASI
SA
SA
SALES
SALES
SALES
SALES
SALES
SALES
SA
SA
SA
SA
SA
SA
Skema 1. Struktur Organisasi PT. Sinar Totalindo Mandiri
36
1. General Manager Sales & Marketing
General Manager Sales & Marketing, bertugas untuk mengkoordinasikan,
mengkontrol, memonitoring, dan mengevaluasi jalannya divisi Sales &
Marketing, dalam pencapaian target penjualan, dan pemasukan uang atas hasil
transaksi penjualan. Seorang General Manager juga bertanggung jawab untuk
menganalisa dan mengembangkan strategi pemasaran dan penjualan, agar target
yang telah ditetapkan dapat dicapai dan kualitas layan yang diberikan juga sesuai
dengan standar operasional perusahaam yang ditetapkan.
2. PCMO Manager
Bertanggung jawab atas pencapaian target penjualan pada sektor PCMO, yang
merupakan divisi yang memberikan kontribusi terbesar dalam volume penjualan.
PCMO Manager bertanggung jawab untuk mengatur para salesman dalam divisi
ini dalam pencapaian target mereka.
3.
Sales Supervisor PCMO
Bertanggung jawab untuk mensupervisi proses penjualan, dan pencapaian target
para salesman yang diberikan oleh PCMO Sales Manager. Supervisor juga
bertanggung jawab untuk memberikan briefing secara detail kepada para
salesman sesuai dengan arahan yang telah diberikan oleh sales manager.
4.
Sales Executive
Bertanggung jawab untuk penjualan dan target yang telah diberikan oleh SPV.
37
4.2 Hasil Penelitian
Peneliti mendapatkan data-data dan informasi dengan melakukan
observasi, wawancara dan studi literature. Observasi di lakukan peneliti selama 3
bulan. Adapun bentuk observasi di lakukan peneliti selain dengan pengamatan
juga dengan mengikuti kegiatan personal selling secara langsung dilapangan.
Wawancara dilakukan pada kantor PT. Sinar Totalindo Mandiri, pada hari
Jum’at, 5 Oktober 2012. Peneliti mewawancarai Bpk. Deddy K selaku Supervisor
Sektor PCMO selaku atasan langsung Bpk. Teddy. Selanjutnya wawancara
dilakukan terhadap Bpk. Teddy Setyadi selaku wiraniaga PT. Sinar Totalindo
Mandiri. Dan peneliti juga melakukan wawancara dengan pelanggan Bpk. Teddy
yaitu Bpk. Didi yang merupakan pemilik bengkel 1 Stop. Penelitian secara studi
literature tentu dilakukan guna mendukung data-data yang sudah didapat serta
mencari paparan mendalam terhadap tema peneltian yang diajukan oleh peneliti.
Dalam proses pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan, peneliti
tidak terlalu menemui kesulitan yang berarti para informan, sangat kooperatif,
dimana disela-sela kesibukan mereka, pengaturan jadwal wawancara menjadi
begitu fleksibel. Sementara dari sisi observasi, peneliti mendapat keleluasaan
penuh untuk dapat melakukan pengamatan, sehingga informasi yang didapat oleh
peneliti cukup bagi pemenuhan kebutuhan penelitian. Referensi buku mengenai
topik dan judul yang dipilih oleh peneliti juga cukup banyak dan hal ini cukup
memudahkan peneliti dalam proses penyusunan dan pengumpulan data-data yang
diperlukan.
38
Berdasarkan hasil observasi, wawancara dan studi literature yang
dilakukan, selanjutnya peneliti akan menjelaskan dan memaparkan mengenai
komunikasi interpersonal yang digunakan dalam kegiatan personal selling untuk
menarik minat beli pelanggan yang dilakukan oleh wiraniaga PT. Sinar Totalindo
Mandiri. Pemaparan data wawancara dan hasil observasi ini akan dipaparkan
secara observasi dilapangan yang peneliti lakukan dan hasil wawancara dengan
key informan.
4.2.1 Komunikasi Interpersonal dalam kegiatan Personal Selling
Komunikasi antara wiraniaga dan pelanggan menjadi hal yang sangat
penting dalam kegiatan personal selling, apapun itu produknya. Personal selling
sesungguhnya
adalah
bagaimana
dalam
hal
ini
wiraniaga
mampu
mengkomunikasikan kegunaan produk-produk dan program promosi kepada
calon pelanggan dan pelanggannya, demikiam salah satu pernyataan di dapat dari
hasil wawancara dengan Bapak Teddy Setiyadi.
Kegiatan komunikasi apapun itu, sesungguhnya tujuan akhirnya adalah
mendapatkan kesamaan baik persepsi dan makna sehingga bagaimana proses
dalam komunikasi itu sendiri akan memberikan pengaruh yang cukup besar
dalam upayanya mencapai tujuan komunikasi ini, demikian tambahnya.
Dalam komunikasi interpersonal terdapat beberapa tahap, didalam
penerapan yang dilakukan oleh wiraniaga PT. Sinar Totalindo Mandiri dalam
kegiatan personal selling yang dilakukan.
39
Tahap pertama yang dilakukan oleh wiraniaga adalah mengumpulkan data
oulet yang ada diarea penjualannya dan membuatnya menjadi data base outlet
yang akan dihubungi dan dikunjungi, kegitan ini dilakukan.
Tahap kedua yang dilakukan setelah mendapatkan data base, maka
wiraniaga akan membuat mapping area secara strategis dan efisien agar dapat
dilakukan kunjungan sebanyak 10 outlet dalam sehari.
Tahap selanjutnya adalah tahap ketiga dimana setelah mapping dibuat
maka akan dilakukan kontak dengan pelanggan melalui telepon terlebih dahulu,
dimana wiraniaga akan memulai komunikasi interpersonal dengan pelanggannya
melalui telepon. Dalam tahap ini teknik NLP dalam berkomunikasi dengan
pelanggan dapat digunakan, dimana penyamaan frekuensi dengan pelanggan
dapat dilakukan melakui telepon, sehinnga pelanggan merasa nyaman
mendengarkan suara wiraniaga ditelpon, demikian yang disampaikan oleh Bpk.
Teddy.
Tahap yang terakhir adalah setelah wiraniaga melakukan janji untuk
bertemu dengan pelanggan, maka wiraniga melakukan kunjungan ke outlet.
Dalam kegiatan ini dalam kegiatan komunikasi interpersonal yang dilakukan
adalah tahap kotak antara wiraniaga dan pelanggan. Dalam tahap ini Bpk. Teddy
memberikan informasi bahwa saat dia melakukan komunikasi dengan pelanggan
teknik rapport dalam NLP dia terapkan. Ada beberapa macam persepsi alat indra
yang terjadi Melihat, mendengar, dan membaui , dalam hal ini merupakan first
impression. Selama tahap inilah dalam empat menit pertama interaksi awal
40
diputuskan apakah ingin melanjutkan hubungan ini atau tidak. Pada tahap inilah
penampilan fisik begitu penting, karena dimensi paling terbuka untuk diamati
secara mudah. Namun demikian, kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat,
kehangatan, keterbukaan, dan dinamisme juga tertangkap pada tahap ini. jika
menyukai orang ini maka akan melanjutkan hubungan, beranjak ketahap kedua.
Menurut informan bapak Teddy, menginformasikan bahwa dalam tahap
awal penampilan dari wiraniaga sangatlah penting. Jika wiraniaga cara
berpakaiannya tidak rapih, misalnya menggunakan celana jins yang lusuh dan
kotor, bahkan bau pasti pelanggan akan merasa tidak nyaman. Berbeda dengan
jika wiraniaga berpakaian rapih, bersih dan terlihatnya pun sedap dipandang,
tutur informan.
Tahap selanjutnya pengenalan lebih jauh, ketika mengikatkan diri untuk
mengenal orang lain dan juga mengungkapkan diri. Jika ini adalah hubungan.
Dalam hal ini dimana pelanggan sudah bersedia menyediakan waktunya untuk
wiraniaga dapat menyampaikan presentasinya.
Jika pelanggan sudah welcome, maka akan mudah bagi wiraniaga untuk
dapat melanjutkan ke proses selanjutnya, yaitu menyampaikan benefit produk,
program promo atau hal penting lainnya untuk menarik minat beli, demikian
yang disampaikan bapak Teddy. Dan pada tahap ini pacing dalam NLP sangat
membantu didalam penyelarasan kita dalam komunikasi dengan pelanggan
ditambahkannya.
Selanjutnya masuk dalam tahap dimana tujuan dari komunikasi dapat
terjadi, Karena minat beli sudah terjadi, maka closing order pun dapat dilakukan.
41
Namun apabila komunikasi dari awal tidak berjalan dengan baik, maka
penurunan pemutusan hubungan dapat terjadi, apabila kedua belah pihak tidak
tercapainya kesepakatan komunikasi untuk itu teknik leading sangatlah membatu
agar dalam proses ini dapat memberikan hasil yang diharapkan demikian info
Bpk Teddy.
4.2.2 Komunikasi Interpersonal dengan menggunakan Teknik NLP
Komunikasi secara interpersonal menjadi salah satu hal yang harus
diperhatiakn dan salah satu cara yang bisa dilakukan adalah harus mengetahui
bagaimana cara atau teknik komunikasi interpersonal yang bisa memaksimalkan
keberhasilan, hal ini membuat wiraniaga harus mencari cara atau teknik
komunikasi interpersonal yang dianggap bisa membatu dan mendukung kegiatan
komunikasi dalam kegiatan personal selling.
Teknik komunikasi interpersonal dengan menggunakan teknik NLP
menjadi salah satu teknik yang dipergunakan dalam kegiatan personal selling
yang dilakukan key informan. Secara historis NLP sediri sesungguhnya bukan hal
baru, karena sesungguhnya ilmu ini sudah ada dijalankan kesehariannya oleh para
wiraniaga.
Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab II dari penelitian ini, NLP
merupakan kependekan dari Neuro Linguistic Program, berdasarkan hasil studi
literature masing-masing kata mereprensentasikan pemaknaan dari NLP itu
sendiri. Dimana N merujuk pada Neuro, yang terkait dengan sistem syaraf kita
42
(otak), L merujuk pada Linguistic yaitu kemampuan kita sebagai manusia untuk
bisa berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal, dan P yang merujuk
pada Programming yaitu pola pikir, perasaan dan tindakan kita.1
N adalah Neuro, ilmu NLP ini berbasis pada syaraf sebagai pusat kontrol
utama dari hidup kita. Teknik-teknik komunikasi yang dipergunakan mengacu
pada fakta bahwa syaraf (yang berikutnya bisa kita artikan sebagai otak)
memegang peran yang sangat penting bagi seseorang dalam menyerap dan
menginterpertasikan sebuah pengalaman. Bagaimana syaraf-syaraf yang kita
miliki
memiliki
kemapuan
untuk
menafsirkan
suatu
pengalaman
dan
menggerakan tubuh sesuai dengan tafsir atas pengalaman itu, sehingga bisa
sisimpulkan otak atau syaraf lah yang mengalami sesuatu.
Berdasarkan hasil temuan informasi yang peneliti dapatkan, Neuro disini
mengacu pada kemampuan otak kita dalam merespon dan menanggapi sesuatu,
otak kita sesungguhnya dipenuhi oleh beribu-ribu jaringan syaraf yang nerupakan
inti dari tubuh, yang juga merupakan pusat kontrol yang akan menentukan
bagaimana tubuh kita dan pikiran kita mereaksi dan yang menjadi referensi acuan
perintah adalah pengalaman yang otak kita terima sebelumnya.
Contohnya adalah sebagaimana informan sampaikan ketika akan
melakukan kunjungan ke pelanggan disuatu daerah, dimana pengalaman yang
sebelumnya jika melalui rute A, pada jam sibuk antara jam 8 – 9 maka jika
1
Ghannoe, Buku Pintar NLP, (Jakarta 2010, Flashbook) Hal.20
43
melalui rute A tersebut akan terkena macet, sehingga bisa terlambat tiba ditujuan.
Sehingga pada saat jadwal selanjutnya harus melakukan kunjungan ke pelanggan
tersebut informan mengambil rute lain yang tidak macet, dan informan dapat tiba
dilokasi tepat waktu. Sesungguhnya pengalaman yang lalu yang dialami disimpan
dalam otak kita sebagai memori dan sebagai acuan dalam bertindak atau
berperilaku jika ada kejadian serupa yang akan datang.
L-nya adalah Linguistic atau bahasa, menurut Bapak Teddy Setyadi,
bahasa menjadi salah satu stimulus bagi otak kita dalam menafsirkan sesuatu atau
pengalaman, NLP menunjuk bahwa bagaimana sesungguhnya otak dapat
dipengaruhi oleh bahasa dalam menafsirkan dan merespon suatu pengalaman.
Kata tertentu terhadap suatu pengalaman. Pengalaman yang sama akan ditafsir
atau direspon berbeda jika distimulus dengan kata yang berbeda. Bahasa memang
menjadi salah satu filter atau saringan bagi pengalaman yang dialami otak kita,
sehingga akan menciptakan realitas unit bagi masing-masing orang, bisa saja
berbeda bisa juga sama.
Contohnya sesuai dengan penjelasan dari Bapak Teddy Setiyadi, jika
bertemu dengan pelanggan yang mana terkenal dengan cerewet dan selalu
complain, rata-rata para wiraniaga langsung mengasosiasikan dengan perasaan
takut dimarahi atau malas diomeli, sehingga tidak semua salesman akan mau
melakukan kunjungan ke pelanggan tersebut. Namun bagi informan berkunjung
ke pelanggan tersebut merupakan hal yang menantang dan menyenangkan,
44
karena informan bisa belajar banyak dari pelanggan tersebut dan mendapatkan
order yang banyak setelah berkunjung.
Sesungguhnya, bahasa menjadi salah satu stimulus yang membuat otak
atau syaraf kita mengasosiasikannya dengan pengalaman-pengalaman yang
sebelumnya sudah pernah dialami, karena pengalaman masing-masing orang
berbeda maka hal itulah yang membuat bahasa bisa memberikan stimulus pada
otak atau syaraf dan bisa memberikan hasil akhir reaksi atau respon yang
berbeda-beda.
P-nya adalah programming atau pemogramman, NLP bisa memberikan
kesempatan pada kita bagaimana mempelajari dan mengendalikan syaraf (otak)
kita dalam menafsirkan suatu pengalaman memalui pengaturan stimulus bahasa
yang dipergunakan. Sebagai contohnya adalah, penggunaan kata-kata yang
berkonotasi positif akan menghasilkan tindakan yang positif juga, demikian juga
dengan penggunaan kata-kata yang berkonotasi negatif akan menghasilkan
tindakan yang negatif juga.
Ilmu ini mempercayai bahwa pikiran dan fisiologi akan mempengaruhi
state (kondisi diri seseorang). Sebagai contoh, seorang wiraniaga dalam proses
menawarkan produknya kepada para calon pelanggannya, pasti tidak akan selalu
berhasil dan closing order, dalam prosesnya pasti salesman akan mengalami
beberapa kondisi, seperti ditolak, dimarahi, diomeli, atau bahkan yang lebih
ekstrim diusir oleh calon pelanggan. Jika kondisi ditolak, dimarahi, diomeli dan
diusir diasosiasikan dengan “kegagalan” dan “susah” dalam menjual, maka
45
hasilnya adalah tidak ada motivasi untuk bekerja dan secara keadaan diri maka
akan berhenti bekerja, namun jika asosiasi yang dipilih adalah “tantangan”,
“pengalaman”, “tanggung jawab”, “karir”, maka hasilnya keadaan diri akan
secara sadar untuk melanjutkan proses pendekatan kepada pelanggan agar
terjadinya closing order, demikian contoh yang diberikan oleh Bapak Teddy
Setiyadi.
Secara general demikian yang dimaksud dengan NLP menurut hasil
wawancara dengan informan Teddy Setiyadi dan hasil studi literature yang
dilakukan oleh peneliti. Namun secara sederhana, NLP adalah sebuah ilmu yang
mengajarkan kita bagaimana mengendalikan, mengontrol, dan memprogram otak
atau syaraf kita dengan bantuan bahasa yang kita pergunakan untuk mencapai
tujuan kita.
NLP bisa dikatakan sebagai suatu cabang ilmu yang bisa membantu kita
bagaimana memprogram syaraf dan otak kita dengan kemampuan bahasa dan
komunikasi yang kita miliki agar bisa dimaksimalkan penggunaannya baik bagi
diri sendiri maupun dalam upaya kita berkomunikasi dengan orang lain. Sehingga
sesungguhnya NLP bisa dikategorikan sebagai salah satu teknik berkomunikasi
baik dengan diri sendiri maupun dengan oramag lain.
Mengapa demikian, karena dengan mengaplikasikan NLP sesungguhnya
akan membantu kita dan memudahkan kita dalam berkomunikasi, karena teknik
yang diajarkannya akan mengacu pada bagaimana cara manusia berpikir,
bertindak dan mengambil keputusan, termasuk didalamnya bagaimana cara
46
seseorang berkomunikasi dengan dunianya. Dalam konteks penelitian yang
peneliti lakukan adalah bagaimana NLP bisa memudahkan para wiraniaga
sebagai komunikator untuk bisa membantu mereka dalam proses komunikasi
interpersonal yang dilakukan terhadap pelanggan dan calon pelanggan, dan agar
komunikasi interpersonal menjadi berhasil dan berjalan sesuai dengan keinginan
parawiraniga yaitu closing order.
Keberhasilan kegiatan komunikasi tentunya akan sangat bergantung pada
proses yang dilaluinya, bagaimana komunikator mampu menyampaikan pesanpesannya kepada komunikannya secara jelas dan baik sehingga pada akhirnya
komunikasinya
bisa
mendapatkan
dan
menangkap
pesan-pesan
yang
dikirimkannya sehingga feedback yang diberikan komunikan bisa sesuai dengan
harapan dari komunikator.
Pada prakteknya, dalam kegiatan personal selling yang dilakuakn
wiraniaga perusahaan ini, mereka tidak memiliki waktu yang banyak untuk bisa
memaksimalkan proses komunikasi interpersonal yang dilakukan dengan para
pelanggan dan calon pelanggan agar berminat sehingga terjadi closing order,
kunjungan yang dilakukan biasanya berdurasi sekitar 15 menit, karena dalam satu
hari wiraniaga harus melakukan kunjungan ke 10 pelanggan, sehingga wiraniaga
benar-benar harus mempergunakan waktu yang mereka miliki semaksimal
mungkin agar kegiatan personal selling yang dilakukan bisa berhasil dan
berujung pada keputusan pembelian.
47
Komunikasi interpersonal dengan teknik NLP memberikan tiga teknik
dasar yang harus dilakukan dalam upaya menarik minat beli calon pelanggan dan
pelanggan pada kegiatan personal selling, agar waktu yang dimiliki oleh para
wiraniaga bisa dimaksimalkan untuk keberhasilan kegiatan personal selling dan
meminimalisir kegagalannya.
Tiga teknik dasar ini adalah yang juga dipraktekan oleh para wiraniaga
tempat peneliti melakukan penelitian dalam kegiatan personal sellingnya. Ketiga
teknik komunikasi dasar tersebut adalah :
1. Rapport Building
Rapport Building secara sederhana bisa dikatakan sebagai upaya-upaya
yang dilakukan oleh para wiraniaga untuk membangun hubungan dan membina
hubungan atau menciptakan keakraban dengan pelanggan. Upaya ini adalah
upaya pertama yang harus dilakukan oleh para wiraniaga agar calon pelanggan
mulai mengenal wiraniaga tersebut, dan tentunya pada fase ini, wiraniaga harus
berupaya membuat calon pelanggan untuk bisa mengenal dan menyukai
wiraniaga, pada intinya pada fase ini wiraniaga mulai melakukan upaya agar
calon klien mulai menaruh trustnya pada mereka.
Hal-hal yang dilakukan pada fase ini adalah mulai dari sisi penampilan
dari si wiraniaga. Penampilan dari wiraniaga, bagaimana pakaiannya, make up,
tatanan rambut, aksesoris yang dipergunakan, dan lain-lainya juga sudah
merupakan bentuk komunikasi pertama yang dapat memberikan makna tersendiri
48
bagi calon pelanggan, dengan mensejajarkan, menyamakan atau menyetarakan
cara berpakaian wiraniaga sudah menjadi sebuah upaya awal dari proses rapport
building.
Selain dari sisi non verbal, tentunya komunikasi verbal juga akan
membantu proses rapport building ini. pendekatan yang dilakukan kepada calon
pelanggan dan menjaga hubungan dengan pelanggan bisa dimulai dengan
percakapan ringan, mencari tahu baik secara personal mengenai dirinya atau
mengenai perusahaannya, dari percakapan ringan inilah wiraniaga harus pandaipandai menciptakan percakapan yang mampu mengekspos kesamaan-kesamaan
yang mungkin ditemukan antara calon pelanggan dengan dirinya, bisa hal
sederhana seperti latar belakang pendidikan, suku asal, mungkin lokasi tempat
tinggal, pengalamn kerja, hobi atau lain sebagainya.
Itulah mengapa pada fase ini wiraniaga harus bisa menjadi “bunglon”
mampu merubah warnanya mengikuti tempat dimana berada. Namun ketika
menjadi “bunglon” ini, tetaplah harus dilakukan secara tulus dan natural,
karenanya kontak mata, bahasa tubuh, pemilihan kata-kata ketika berkomunikasi
dengan calon pelanggan haruslah benar-benar diperhatikan.
Dalam beberapa buku NLP, peneliti menemukan bahwa pada fase
Rapport Building ini, sesungguhnya komunikator melakukan upaya penyetaraan
dengan komunikan. Komunikasi interpersonal yang berhasil adalah komunikasi
yang berujung pada kesepahaman dan kesesuaian hasil yang diinginkan oleh
komunikator. Dalam proses tersebut sesungguhnya yang mempengaruhi adalah
49
suasana kesetaraan pada saat berkomunikasi. Dan dalam konteks penelitian ini
karena sang wiraniaga berperan sebagai komunikator maka wiraniaga tersebut
harus bisa membuat calon pelanggan dan pelanggan merasa dihargai dan pada
saat bersamaam juga ditanggapi.
Sebagai contoh, sebagaimana Bapak Teddy Setiyadi sampaikan, dalam
kegiatan komunikasi, ketika lawan bicara mengemukakan pendapatnya mengenai
sesuatu hal dan ditengah pembicaraannya kita memotong pembicaraanya dan
memberikan tanggapan atas pembicaram tersebut, bagi lawan bicara, ia mendapat
tanggapan namun tidak mendapat respek karena pembicaraanya yang belum
selesai tiba-tiba dipotong. Sebaliknya, jika lawan bicara menyampaikan
pendapatnya dan kita hanya mendengarkan saja tanpa memberikan tanggapan,
maka baginya ia mendapat respek saja tetapi tidak mendapatkan tanggapan. Pada
fase Rapport Building, tanggapan dan respek haruslah selalu beriringan dan tidak
dapat dipisahkan.
Teknik komunikasi NLP membantu dalam mempercepat proses
penyetaraan, bagaiman caranya, jika ada orang yang sedang berbicara lalu kita
potong tentunya (lawan bicara) merasa tidak mendapat respek, karenanya kita
dapat memberikan tanggapan tanpa menghilangkan respek, yaitu dengan cara
memberikan tanggapan dengan bahasa non vebal selama dia berbicara. Bahasa
non verbal yang bisa dilakukan seperti mengangguk tanda setuju, ekspresi wajah
yang menampakkan ketertarikan dan lain sebagainya.
50
Secara teknis seluruh aksi dan kegiatan komunikasi yang kita lakukan
secara terus menerus membuat lawab bicara kita merasa mendapatkan respek dan
tanggapan inilah yang disebut Rapport Building. Rapport merupakan tahap awal
dari langkah-langkah komunikasi interpersonal dalam NLP. Dengan melakukan
rapport maka akan mudah bagi kita untuk dapat melanjutkan ke tahap berikutnya
yaitu Pacing.
2. Pacing
Pacing
merupakan
proses
penyesuaian
dan
penyelarasan
untuk
mendapatkan situasi dan kondisi yang lebih akrab lagi sehingga proses
komunikasi interpersonal bisa menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Proses
Pacing perlu dilakukan agar calon pelanggan dapat mengetahui dan merasakan
bahwa si wiraniaga berada di “gelombang” yang sama dengan mereka, sehingga
mereka akan merasa bahwa wiraniaga adalah setara dan serupa dengan mereka.
Hal ini agar calon pelanggan bisa merasa lebih rileks dan bebas untuk bisa
mengemukakan apapun yang ada di pikirannya pada saat bercakap-cakap.
Hasil studi literature menyatakan bahwa Pacing sesungguhnya merupakan
kelanjutan dari proses rapport, ketika seorang komunikator telah berhasil
menciptakan kesetaraan atau rapport maka komunikasi berada pada situasi
“bebas” atau lebih nyaman, sehingga komunikan akan merasa leluasa untuk
berbicara dan tidak ada yang ia sembunyikan karena ia selalu mendapat
tanggapan dan juga respek. Maka situasi ini perlu terus dipelihara dan dijaga agar
tidak hilang, dan komunikator lah yang bertugas menjaga situasi ini.
51
Secara sederhana yang perlu di terima dan dirasakan oleh lawan bicara
kita adalah ia bisa melihat dan merasakan bahwa kita merasakan apa yang ia
rasakan, kita memahami apa yang ia oikirkan, dan hal ini dilakukan dengan tetap
mengirimkan sinyal-sinyal kepada lawan bicara melalui bahasa verbal dan non
verbal yang tentunya mengekspresikan respek dan tanggapan.
Indikator sederhana dari keberhasilan Pacing adalah apabila komunikator
sudah bisa seolah-olah mengetahui dan menebak apa yang akan terjadi, seolaholah komunkator bisa mengetahui apa yang akan dilakukan oleh komunikan
setelah ia selesai mengucapkan kalimatnya, apakah akan menarik nafas panjang,
meletakkan tanggannya, menundukkan kepala atau menerawang dan lain
sebagainya.
Dalam NLP ada dua cara yang dapat dilakukan untuk mempermudah dan
memperlancar fase pacing ini, yaitu matching dan mirroring. Matching dan
mirroring merupakan sebuah cara yang dilakukan oleh komunikator, dalam hal
ini wiraniaga dengan cara menyamakan bahasa tubuh, tinggi rendahnya suara
bahkan hingga tarikan nafasnya.
Perbedaan dari matching dan Mirroring hanya terletak pada posisi
penyamaan saja, mirroring dilakukan secara keterlibatan, sebagai contoh jika
lawan bicara
(komunikan) menyilangkan kaki kanannya, maka komunikator
menyilangkan kaki kirinya, persis sama seperti sedang berkaca. Teknik ini
mengacu pada bagaiman bahasa tubh dan cara bercakap-cakap yang dilakukan
oleh orang-orang yang sudah akrab satu sama lain, jika diperhatikan, orang-orang
52
yang sudah akrab satu sama lain mereka akan memiliki bahasa tubuh, tone suara
dan bahkan tarikan napasnya yang sama ketika sedang melakukan percakapan.
Sesungguhnya hal-hal tersebut dilakukan tanpa mereka sadari. Dan teknik ini
sesungguhnya membantu komunikator untuk bisa menyetarakan posisi mereka
dengan komunikan tanpa konukian sadari. Maka sinyal-sinyal tanggapan dan
respek harus tetap diberikan secara verbal maupun non verbal.
Ketika lawan bicara sudah mendapatkan kenyamanan dan sudah berada
pada zona “bebas” inilah yang akan memudahkan komunikator untuk bisa
mengarahkan komunikasi yang dilakukan pada tujuan komunikasi yang telah
ditetapkan. Fase Pacing inilah yang akan menentukan keberhasilan penetrasi
yang akan dilakukan.
3. Leading
Leading
adalah
proses
dimana
komunikator
mulai
membawa
komunikannya kepada arah tujuan komunikasi yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam konteks komunikasi interpersonal, pada fase leading inilah penetrasi
dilakukan. Untuk bisa sampai ditahap leading ini, fase rapport dan pasing harus
terbangun dengan baik sehingga proses leading juga bisa berjalan dengan baik.
Leading adalah bagaimana seseorang komunikator dalam hal ini wiraiaga
dimungkinkan untuk mulai membawa mereka (calon pelanggan) ke tujuan
komunikasi yang dinginkan. Tahap ini bisa disebut juga tahap komunikasi
interpersonal itu sendiri, maka komunikasi interpersonal untuk mencapai tujuan
53
yang diharapkan bisa dilakukan dengan mudah jika kepercayaan dan kenyamanan
sudah terbetuk, maka inti dari komunikasi interpersonal yang dilakukan ada pada
tahap leading ini.
Namun perlu dipahami bahwa, teknik komunikasi interpersonal dengan
menggunakan teknik NLP tidak akan selalu menjamin keberhasilan komunikasi
yang diinginkan oleh wiraniaga sehingga sampai dengan closing order, karena
selain faktor cara pikiran membuat makna. Hal ini perlu diketahui dan dipahami
agar upaya-upaya komunikasi yang dilakukan menjadi sesuatu hal yang tidak siasia, mempelajari cara pikiran membuat makna juga akan membantu wiraniaga
untuk bisa memaksimalkan upaya komunikasi interpersonal sesuai dengan
pemikiran dari si calon pelanggan.
Sesuai dengan hasil temuan peneliti, langkah awal mengapa seorang
wiraniaga perlu memahami bagaimana cara pikiran membuat makna adalah agar
wiraniaga bisa mengetahui bagaimana preferensi sistem dari si pelanggan,
dengan mengetahui preferensi sistem maka wiraniaga dapat melakukan
membangun kedekatan serta dapat melakukan menbangun kedekatan serta dapat
mempergunakan teknik pacing dan leading yang tepat, sehingga komunikasi
antara wiraniaga dan pelanggan menjadi lebih maksimal dalam supaya terjadinya
closing order.
Serangkaian pola bahasa dan keraguan (pertanyaan) yang berfungsi untuk
mengembalikan atau membalik kata-kata yang dihapus, dikurangi, maupun
54
ditambah-tambahi dengan dalih-dalih tertentu merupakan meta model dalam
komuniasi berbasis pada NLP.
Sebagai contoh, ada seorang pelanggan yang berkata. “Ah, semua wiraniaga itu
tukang tipu!” Sebenarnya, yang dimaksud oleh pelanggan itu adalah tiga orang
wiraniaga yang diangap pernah menipunya. Namun, karena alasan tertentu kata
“wiraniaga” secara umum.
Dengan meta model, kita dapat membalik pernyataan itu dengan jawaban
yang lebih spesifik, “Semua? Bagaimana dengan saya?”. Jawaban seperti ini
merupakan salah satu strategi yang diajarkan meta model guna mengantisipasi
munculnya kesalahpahaman antarkomunikan. Dalam kasus ini si pelanggan akan
segera terarah untuk mengklarifikasi pernyataan yang kurang pas, misalnya, “Ya
nggak donk. Yang menipu itu wiraniaga yang lain”.
Meta model adalah model NLP yang pertama kali digunakan Brandler
dan Ginder sewaktu memodelkan Virginia Satir dan Fritz Perl. Meta model ini
memiliki 13 jenis pola yang terbagi dalam 3 kelompokm yaitu Deletions,
Generalizations, dan Distortions.2
1. Penghapusan (Deletions)
a. Simple Delations
2
Buku Pintar NLP ( Neuro Linguistic Programming ), Ghannoe, FlashBooks, 2010, hal.34
55
Dalam kelompok penghapusan ini, terdapat lima jenis pola utama, yaitu simple
deletions, unspecified referential index, unspecified verbs, judgments, dan
comparisons.
Contoh:
Pergi dan lakukan lah.
Pergi kemana dan melakukan apa?
b. Unspecified Referential Index
Jenis pola unspecified referential index adalah jenis pola penghapusan dengan
tidak memberikan referensi yang spesifik.
Contoh :
Mereka tidak perduli
Mereka itu siapa?
c. Unspecified Verbs
Jenis pola unspecified verbs adalah jenis pola penghapusan dengan tidak
menyebutkan kata kerja secara spesifik.
Contoh :
Ari menggagalkan rencana kita.
Mengagalkan bagaimana?
d. Judgments
Jenis
pola
judgments
adalah
jenis
pola
penghapusan
dengan
cara
menghakimi.mengklaim sesuatu secara umum.
Contoh:
56
Semua orang pergi. Tidak ada yang di kantor. (padahal yang pergi hanya direktur
perusahaan)
Satpamnya pergi juga?
e. Comparison
Jenis pola comparison adalah pola penghapusan dengan cara meniadakan
perbandingan.
Contoh :
1. Mereka mengirim barang paling cepat.
Memangnya, siapa yang saingannya?
2. Barang nya paling bagus
Dibandingkan dengan barang siapa?
2. Generalisasi (Generalizations)
Dalam kelompok generalisasi (generalizations) ini, terdapat tiga jenis pola,
yaitu modal operators of necessary, modal operator of possibility, dan
universals.
a. Modal Operator of Necessary
Jenis pola ini adalah jenis pola generalisasi dengan cara mengoperasikan
kebutuhan.
Contoh :
1. Aku harus makan
Kenapa tidak makan saat ini?
2. Sudah semestinya dia pergi
57
Bagaimana jika dia tidak mau pergi?
a. Modal Operator of Possibility
Jenis pola ini adalah pola generalisasi dengan cara mengoperasikan
kemungkinan-kemungkinan yang belum terjadi.
Contoh :
1. Kali ini, aku akan berhasil
Apa yang terjadi jika Anda gagal?
2. Kemungkinan besar, calon kita akan memenangkannya.
Jika kalah bagaimana?
b. Universals
Jenis pola ini adalah pola generalisasi dengan cara menyamaratakan sesuatu.
Contoh :
1. Semua teman saya malas
Semua? Aku juga?
2. Kini sudah tidak ada yang mau mendengarkanku lagi.
Aku ini sedang mendebgarkan siapa?
3. Distorsi (Distorsions)
Dalam kelompok distorsi (distorsion) ini, terdapat lima jenis pola, yaitu
nominalizations, mind reading, cause and effect, complex equivalents, dan
preupositions.
a. Nominalizations
58
Pola ini adalah jenis pola distorsi dengan cara mengubah kata kerja menjadi kata
benda (abstrak).
Contoh :
1. Keputusan akan keluar nanti sore
Memutuskan pilihan apa?
2. Pelanggaran telah terjadi labi.
Melanggar aturan apa?
b. Mind Reading
Pola ini adalaj jenis pola distorsi dengan cara seolah-olah bisa membaca pikiran
orang lain.
Contoh :
1. Perusahaan Anda sudah tidak mau menjual kepada kami lagi.
Bagaimana Anda tahu jika perusahaan kami tidak mau menjual kepada
perusahaan Anda?
2. Boss Anda tidak suka kepada saya
Bagaimana Anda tau boss saya membenci Anda?
c. Cause and Effect
Pola ini adalah pola distorsi dengan cara menentukan penyebab atau akibat
terlebih dahulu sebelum adanya buktim bahkan cenderung tidak logis.
Contoh :
1. Gara-gara dia, aku dipecat.
Apa yang dilakukannya hingga And adi-PHK?
59
d. Complex Equivalents
Pola ini adalah jenis pola distorsi yang menyamakan sesuatu dengan yang lain
hingga sesuatu itu menjadi lebih kompleks, suram, rumit, dan semacamnya.
Contoh :
1. Wajahnya merah, pasti sedang marah
Adakah orang yang wajahnya merah, tetapi tidak marah?
e. Presuppositions
Pola ini adalah jenis pola distorsi dengan cara mendahulukan pengandaian,
perkiraan, atau penyangkalan.
Contoh :
1. Orang –orang di kantor payah semua
Sebentar lagi Anda ke kantor, apa sudah siap untuk menjadi payah?
Jika dalam meta model terdapat metode pengembalan dan atau pembalikan
kata-kata yang telah dihapus, dikurangi, dan digeneralisir, apabila sebaliknya
kata-kata yang justru digunakan metode penghapusan, pengurangan, dan
generalisiran maka model komunikasi yang dilakukan sesuai dengan Milton
model dalam NLP.3
Sebagai
contoh,
seperti
dalam
percapakan
berikut
sebagaimana
yang
diinformasikan oleh informan .
3
Buku Pintar NLP ( Neuro Linguistic Programming ), Ghannoe, FlashBooks, 2010, hal.42
60
A:
“Huh!!! Saya tidak menyangka kalau pelayanan perusahaan Anda sangat
mengecewakan perusahaan kami seperti ini.”
B:
“Mmmm…, mmm… Tapi, ngomong-ngomong apakah memang benar
pelayanan perusahan kami sangat mengecewakan perusahaan Anda? Atau
justru ada hal yang…?”
A:
“Entahlah…! Yang jelas waktu itu kami hanya telat bayar sebulan.
Pokoknya payah!..”
Metode pengilangan kata “mengecewakan perusahaan kami” pada kalimat “Atau,
justru ada hal yang…?” ini, merupakan salah satu metode yang ada dalam Milton
model. Dengan menghilangkan atau mengaburkan kata benda (mengecewakan
perusahaan kami) itu, lawan bicara akan bebas memilih kata benda yang sesuai.
Sementara itu si B yang sebelumnya tidak diberi tahu adanya sesuatu dibalik
curhat si A, akhirnya mengerti dengan sendirinya. Si A yang semula ingin
menyembunyikan keteledoran dari si B, tanpa sadar mengarah pada situasi yang
memerlukan dirinya untuk mengungkapkan kesalahan sebenarnya.
Dalam NLP, metode komunikasi yang menggunakan cara tertentu agar
lawan bicara “tidak kemana-mana”, tatap fokus dan berpatokan pada asal-usul
atau pangkal pembicaraan mengacu pada model anchoring. Cara-cara itu bisa
berupa kata-kata, suara, aroma suasana pandangan, maupun gerak tubuh kita. 4
4
Buku Pintar NLP ( Neuro Linguistic Programming ), Ghannoe, FlashBooks, 2010, hal.44
61
Salah satu contoh pemanfaatan metode anchoring ini bisa digunakan
sebagai alat untuk membantu proses penjualan barang kepada pelanggan. Bagi
para wiraniaga, misalnya, saat mengenalkan suatu produk kepada calon
pelanggan, kelebihan produk ersebut dapat digunakan sebagai media tumpuan
anchoring. Ketika calon pelanggan membandingkan dengan produk lain (yang
sama jenisnya), wiraniaga perlu proaktif dalam mengeksplorasi kelebihan yang
dimiliki produknya dibanding produk pujaan calon pelanggan itu. Hanya saja,
yang dimaksud proaktif dalam mengeksplorasi produk ini tidak mesti harus
menjelek-jelekan atau mengarah calon pelanggan untuk mencurigai adanya
kenegatifan dalam produk yang masih dibanggakan mereka.
Jika hal ini terjadi, sangat mungkin manfaat anchoring yang semesetinya
didapat wiraniaga, justru berubah mencadi bencana, calon pelanggan akan merasa
terganggu, marah, dan mencurigai adanya niat buruk pada diri wiraniaga. Selain
tidak membeli produk yang ditawarkan, calon pelanggan akan antipasti dan
mengusir si wiraniaga tersebut.
Dalam konteks tertentu, metode anchoring hampir sama dengan metode
yang lain. Jika metode ini digunakan dengan baik, manfaat pun akan baik.
Sebaliknya, jika penggunaannya berlebihan, kemanfaatannya pun akan hilang.
Untuk itu, dalam penggunaan metode ini tidak semestinya diabaikan metode lain.
Metafora atau kiasan merupakan salah satu metode NLP yang
menggunakan
perumpamaan-perumpamaan
dengan
tujuan
tertentu.
62
Perumpamaan-perumpamaan itu bisa berasal dari sejarah, cerita, film, maupun
sumber-sumber kiasan lainnya.
Secar umum, metafora ini dapat dibedakan menjadi metafora sederhana dan
metafora kompleks. Metafora sederhana merupakan metafora yang diproses
perumpamaannya tidak membutuhkan kiasan yang rumit, banyak, dan hanya
memerlukan waktu yang singkat. Sebaliknya, metafora kompleks merupakan
metafora yang dalam proses perumpamaannya menggunakan perenungan agak
dalam untuk mengetahui inti pesan atau ajaran.5
Untuk metafora sederhana, kita dapat menggunakan contoh pepatah yang
berbunyi sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh pula. Pepatah ini
dapat kita gunakan sebagai kiasan (metafora), saat lawan bicara kita mengeluh
bahwa rumahnya sering dibibil pencurian dan pelakunya tidak pernah tertangkap.
Selain menghiburnlawan bicara, dengan menggunakan metafora ini, kita dapat
meyakinkan lawan bicara agar tidak putus asa. Saat lawan bicara mulai pervaya
diri, kita dapat mengarahkan pembicaraan pembahsan strategi-strategi jitu agar si
pencuri dapat tertangkap.
Jika menggunakan metafora kompleks, dalam kasus ini bisa diambil kisajkisah heroic yang diketahui. Boleh dari sejarah nyata, cerita popular, cerita
rakyat, cerita rekaan, dll. Namun, tentunya metafora-metafora yan dihadirkan itu
5
Buku Pintar NLP ( Neuro Linguistic Programming ), Ghannoe, FlashBooks, 2010, hal.46-47
63
memiliki poin manfaat terkait dengan curhat lawan bicara yang sedang
mengalami musibah.
Dalam proses menghadirkan metafora-metafora seperti ini, akan lebih
mengena jika dipandu dengan metode-metode NLP lain. Metode sistem
representai, misalnya, dapat digunakan untuk menggolongkan lawan bicara
kedalam tipe tertentu. Dengan manfaat sistem representasi ini, akan terbantu
untuk memilih metafora-metafora yang sekiranya cocok dengan lawan bicara.
Mengulangi pembingkaian merupakan salah satu metode komunikasi
NLP yang mendasarkan pada tehnik pembongkaran, penelusuran dan penyusunan
informasi baru atau sekedar mewarnai informasi yang sudah ada merupakan
model reframing.6
Contoh :
Ayah melarangku keluar mala mini
“Ayahmu itu ingin melindungi dirimu dari perampok yang akhir-akhir ini banyak
berkeliaran di malam hari”.
Sistem
representasi
atau
modalitas
sensorik
merupakan
sistem
penggambaran ulang aktivitas pancai indra yang kita miliki ke dalam pikiran kita.
Sistem representasi inilah yang dalam kehidupan sehari-hari berperan penting
6
Buku Pintar NLP ( Neuro Linguistic Programming ), Ghannoe, FlashBooks, 2010, hal.48
64
dalam membantu kita untuk mengingat, merencanakan, mengagumi, dan
memberikan solusi terhadap sesuatu.7
Dalam sistem representasi ini, merupakan point-point penting yang
berkaitan dengan panca indra, otak, dan tindakan atau keputusan kita, mulai dari
penglihatan (seeing), pendengaran (hearing), perasaan (feeling), senyuman
(smelling), dan pengecapan (tasting). Kelima sistem representasi ini, dalam NLP
dikenal sebagai “VAKOG”8
2.5 Sistem Representasi dalam NLP - VAKOG
V

Visual

Seeing
A

Auditory

Hearing
K

Kinesthic

Feeling
O

Olfactory

Smelling
G

Gustory

Tasting
Sumber: Ghannoe, Buku Pintar NLP ( Neuro Linguistic Programming )FlashBooks, 2010, hal.50
7
Buku Pintar NLP ( Neuro Linguistic Programming ), Ghannoe, FlashBooks, 2010, hal. 49
8
Buku Pintar NLP ( Neuro Linguistic Programming ), Ghannoe, FlashBooks, 2010, hal.49
65
1. Sistem Representasi Panca Indera
a. Sistem Representasi Penglihatan
Ketika merepresentasikan penglihatan, pikiran seolah-olah berubah
menjadi mata yang mampu melihat, menggambarkan sesuatu, mengerti
warna dan hal-hal lain yang mampu diakses oleh mata nyata kita. Dalam
situasi seperti ini, pikiran telah terimajinasi menjadi mata, lengkap dengan
fungsinya. Untuk selanjutnya, imajinasi-imajinasi itu akan mewarnai
bahkan mendominasi bahasa yang kita gunakan sehari-hari.
Contoh : kenyataan itu membuatku terbelalak
b. Sistem Representasi Pendengaran
Ketika merepresentasi pendengaran, pikiran kita seolah-olah berubah
menjadi telinga yang mampu mendengarkan suara, ucapan, bisikan,
degungan dan hal-hal lain yang ampu diakses oleh telinga nyata kita.
Dalam situasi seperti ini, pikiran telah terimajinasi menjadi telinga, lenkap
dengan funsinya. Untuk selanjutnya imajinasi-imajinasi itu akan
mewarnai bahkan berkomunikasi sehari-hari.
Contoh : janji-janjinya selalu membuatku terngiang-ngiang
c. Sintem Representasi Perasaan
Ketika merepresantasi Perasaan pikiran seolah-olah berubah menjadi
semua anggota badan yang terpusat pada hati dan pikiran. Dengan
pembayangan seperti inilah, pikiran akan terbawa menuju suasana susah,
66
senang, sedih, gembira, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan perasaan.
Untuk selanjutnya imajinasi-imajinasi itu akan mewarnai bahkan
berkomunikasi bahasa yang kita gunakan dalam berkomunikasi seharihari.
Contoh : kisahnya menyanyat hati
d. Sistem Representasi Senyuman
Ketika merepresntasi senyuman, pikiran seolah-olah mengetahui dan
mampu menggambarkan diri sendiri atau orang lain sedang tersenyum.
Untuk selanjutnya, imajinasi-imajinasi iyu akan mewarnai bahkan
mendominasi bahasa yang kita gunakan dalam berkomunikasi sehari-hari.
Contoh : setiap memperhatikan fotonya, bibirku tersungging
e. Sistem Representasi Pemgecapan
Ketika merepresentasi pengecapan, pikiran seolah-olah berubah menjadi
lidah dan bibir yang mampu membedakan rasa makanan, minuman, dan
hal-hal lain yang berhubungan dengan aktivitas lidah. Untuk selanjutnya,
imajiasi-imajinasi tersebut mewarnai bahkan mendominasi bahasa yang
digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari.
Contoh : sindiran orang itu pedas sekali, penjelasanya hambar,
omongannya pahit sekali.
2. Sistem Representasi Utama
67
Dalam perkembangannya, kelima sistem representasi ini mengerucut
menjadi tiga sistem representasi utama, yaitu sistem represntasi
penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Ketiga sistem representasi ini
kemudian menjadi dasar bagi para ahli NLP dalam menggolongkan tipetipe seseorang. Adapun tipologi itu meliputi tipe visual, auditorim dan
kinesik.
a. Tipe Visual
Ciri-ciri tipe visual adalah Cenderung bernapas pendek-pendek lewat dada,
bicaranya
cepat,
secepat
mereka
memvisualisasikan
pengalaman
dan
menggunkan gerakan tubuh, suka menyela pembicaraan orang lain, bertindak
cepat dan cara bicaranya dengan tekanan suara tinggi, sering mengambil
keputusan dengan cepat dan berdasarkan pengalaman yang dilihat dan sering
mengambil keputusan dengan resiko tinggi.
b. Tipe Auditori
Ciri-ciri auditori adalah cenderung bernapas melalui diagframa (bagian
tenganh dada), lebih suka mendengarkan daripada berbicara atau melihat sesuatu,
suka menggunakan katakata yang berkaitan dengan aneka suara, memiliki
kemampuan mendengar yang luar biasa dalam mengambil keputusan
menggunakan pertimbangan dan analisis yang teliti, perhatiannya mudah
dialihkan oleh suara; dan berbicara pelan cenderung lambat.
68
c. Tipe Kinestik
Ciri- ciri kinesik adalah cenderung bernapas tenang dan dalam (bagian
bawah dada), lebih suka melibatkan perasaan saat berbicara, mendengarkan,
memperhatikan, dan mengeluarkan keputusan, keputusan yang dikeluarkan sering
berdasarka perasaan dan emosi, bicaranya lambat dan diiringi suara yang berat,
suka menggerak-gerakkan tangan untuk menyentuh sesuatu dan suka menggeragerakan tubuhnya saat berdiri atau bicara.
Sebagai contoh, sebagaimana yang Bapak Teddy Setiyadi berikan, jika
pelanggan yang dihadapi misalnya adalah orang auditori, yang mana cara dia
berkomunikasi lebih suka mendengarkan daripada berbicara, dan mengambil
keputusan menggunakan pertimbangan dan analistis yang teliti, maka jika tipe
wiraniaga adalah tipe kinestik, maka komunikasi interpersonal antara si
wiraniaga dengan pelanggan akan terhambat, karena percakapan yang tercipta
akan sedikit kaku, karena saling menunggu pembicaraan dibuka satu sama
lainnya. Maka bagi si wiraniaga harus memahami dan mengetahui apabila
menemukan hal seperti ini dilapangan, maka wiraniaga harus bisa menyesuaikan
dirinya agar bisa membuka pembicaraan dan memberikan informasi-informasi
yang diperlukan oleh pelanggan dan berbicara secara jelas untuk selanjutnya
dapat dianalisa oleh pelanggan dan berujung pada tujuan yang diharapkan yaitu
closing order.
Berdasarkan dari hasil wawancara dengan informan, adapun teknik
komunikasi yang dijalankan oleh informan Bpk. Teddy Setiyadi mengacu pada
69
teknik komunikasi dengan teknik NLP, dan kaitannya dalam penelitian ini
bagaimana teknik komunikasi NLP dalam komunikasi interpersonal antara si
wiraniaga dan pelanggan dapat menciptakan tujuan komunikasi yang diharapkan,
dan sejauh apa pengaplikasian teknik NLP ini dilakukan oleh wiraniaga dalam
kegiatan personal selling-nya.
Sebagaimana yang disampaikan oleh informan bahwa, tantangan yang
terbesar bagi para wianiaga dalam proses ini adalah dimana para pemilik bengkel
atau oil shop selaku pelanggan tidak memiliki waktu yang banyak, dikarenakan
mereka harus melanyani konsumen. Dan didalam satu hari para wiraniaga harus
mengunjungi 10 outlet bengkel, yang otomatis waktu yang dimiliki oleh wiraniga
untuk berkomunikasi dengan pelanggan agar closing order sangatlah singkat
hanya sekitar 15 menit. Dalam hal ini agar membuat pelanggan bersedia untuk
mendengarkan, memperhatikan, merasakan dan mengerti apa benefit yang
ditawarkan haruslah merupakan strategi komunikasi yang sangat efektif.
Dalam beberapa buku dan artikel yang peneliti temukan, permasalahanpermasalahan yang sering kali dihadapi dalam berkomunikasi pada kegiatan
personal sellingnya, terkait dengan permasalahan kesulitan para wiraniaga untuk
membuat calon pelanggan dan pelanggannya memahami dengan baik hal-hal
yang disampaikan oleh wiraniaga, sering pelanggan mengambil kesimpulan atau
menolak bahkan pada saat wiraniaga belum selesai menjelaskan. Membuat
pelanggan akhirnya setuju dan melakukan keputusan pembelian bukanlah hal
yang mudah untuk dilakukan karena variable harga, benefit dari produk,
70
kompetitor dan lain sebagainya juga menjadi factor yang menjadi penentu
keberhasilan.
Beragam tipikal kepribadian calon pelanggan atau pelanggan yang
ditemui, dengan latar belakang yang berbeda-beda pula baik dari sisi pendidikan,
jabatan, atau budaya, menjadi tantangan yang harus dihadapi oleh para wiraniaga
dari perusahaan ini. Kompetitor juga menjadi tantangan sendiri yang harus
dihadapi. Strategi komunikasi interpersonal serta teknik komunikasi yang baik
dari wiraniaga menjadi hal yang harus dikembangkan dan dipelajari serta
dikuasai dengan baik oleh mereka.
Menyadari bahwa bagaimana berkomunikasi yang efektif dan efisien
menjadi hal mutlak yang harus dilakukan guna mencapai keberhasilan kegiatan
personal selling, maka melakukan pencarian dan pembelajaran tentang
bagaimana cara berkomunikasi yang tepat sasaran dan tepat guna adalah solusi
yang harus dilakukan untuk menjawab tantangan-tantangan yang dihadapi oleh
para wiraniaga. Untuk itu teknik komunikasi intepesonal dalam kegiatan personal
selling yang dilakukan oleh para wiraniaga perusahaan ini, dapat menggunakan
teknik komunikasi berbasis NLP agar tujuan personal selling dapat tercapai.
Secara garis besar konsep kegiatan komunikasi interpersonal dengan
menggunakan teknik NLP untuk meningkatkan minat beli pelanggan yang
dilakukan para wiraniaga PT. Sinar Totalindo Mandiri ini dapat dijabarkan dalam
beberapa aktivitas, yaitu :
71
1. Telemarketing
Pada kegiatan telemarketing teknik komunikasi interpersonal dengan
menggunakan teknik NLP agar dapat meningkatkan minat beli dapat diterapkan,
meskipun tentunya tidak akan semudah terapannya seperti dalam tatap muka
langsung, dimana kegiatan telemarketing tidak dapat bertemu muka calon
pelanggan dan benar-benar hanya mengandalkan pendengaran, intonasi suara dan
tarikan nafas untuk dapat mengidentifikasi kategori calon pelanggan, apakah ia
visual, auditori ataupun kinestetik.
Pada tahap ini penting bagi wiraniaga untuk dapat menggali informasi
sebanyak-banyaknya mengenai calon pelanggan serta kebutuhan-kebutuhan dari
calon pelanggan terhadap produk perusahaan. Bekal informasi pada kegiatan
telemarketing inilah yang akan menjadi modal agar dapat terjadinya closing
order. Mendengarkan dengan seksama selama proses telemarketing berlangsung,
mencatat hal-hal penting, dan sekaligus mulai menganalisa kategori si calon
pelanggan dari suara, tarikan nafas dan tone suara serta pemilihan kata kerja yang
digunakan menjadi hal yang secara mendasar harys bisa dilakukan.
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya mendeteksi
kategori preferensi sistem sesorang apakah visual, auditory, atau kinestetik dapat
pula diketahui melalui tone suara apakah pelan, keras atau biasa saja, apakah cara
ia berbicara cepat, lambat atau biasa saja, demikian juga tarikan nafasnya dan
pemilihan kata kerja yang digunakannya, dengan mengetahui preferensi
sistemnya calon pelanggan atau pelanggan, maka sesungguhnya upaya
72
komunikasi interpersonal untuk menarik minat beli sudah dapat dilakukan.
Bentuk komunikasi pertama yang dapat dilakukan yaitu dengan mendapatkan
informasi pribadinya, nama lengkap, nama perusahaan, nomor kantor, nomor
telepon genggam dan alamat email harus sungguh-sungguh dicatat dengan baik.
Informasi yang didapatkan dalam tahap ini menjadi modal utama bagi
wiraniaga ketika mereka harus bertemu dengan calon pelanggan, sehingga
wiraniaga yang akan bertemu dengan calon pelanggan menjadi sudah
terinformasi dengan baik apa dan bagaimana calon pelanggan yang akan
ditemuinya.
2. Personal Selling
Dalam kegiatan ini ada beberapa hal yang harus dilakukan sebelum
akhirnya bertemu dengan calon pelanggan dan pelanggan. Hal pertama yang
harus dilakukan adalah persiapan, persiapan ini terkait dengan kegiatan
telemarketing apabila calon pelanggan sudah menghubungi langsung perusahaan
melalui media telepon. Hal-hal yang menjadi hasil galian informasi dari kegiatan
telemarketing akan menjadi semacam bekal untuk bisa memberikan gambaran
singkat mengenai perusahaan calon pelanggan, kebutuhan yang diperlukan dan
lain sebagainya.
Setelah mendapatkan informasi terutama kebutuhan yang diperlukan
maka wiraniaga akan mempersiapkan tools yang diperlukan pada saat bertemu
dengan calon pelanggan nanti, seperti brosur, price list, atau menyiapkan
73
souvenir atau merchandise untuk diberikan kepada calon pelanngan setelah
pertemuan nanti. Hal ini bisa menambahkan nilai kredit bagi sang wiraniaga, agar
dapat disukai oleh calon pelanggan.
Ketika pada kahirnya wiraniaga menemui calon pelanggan, hal yang
harus dilakukan mengacu pada teknik komunikasi interpersonal dengan
menggunakan teknik NLP tentunya adalah membangun rapport atau keakraban,
membangun keabkraban bisa dilakukan dengan cara memulai perbincanganperbincangan kecil dengan klien. Bekal informasi dari kegiatan telemarketing
bisa juga menjadi bahan perbincangan, memulai perbincangan dengan subjek
perbincangan mengenai perusahaannya, atau yang bersifat umum, menanyakan
dimana tempat tinggal, hobi, almamater dan lain sebagainya.
Masuk dalam tahap selanjutnya pada saat menjelaskan tentang produk dan
program ia berkomunikasi secara verbal, ekspresi wajah, bahasa tubuh atau
gesturenya juga menjadi hal yang harus diperhatikan. Untuk membangun
keakraban haruslah dapat memberikan signal-signal komunikasi bahwa
komunikan didengarkan, ditanggapi dan pada saat yang sama juga dihargai.
Bahkan sampai dengan masuk dalam tahap penyelesaian penjelasan,
rapport harus tetap dipertahankan. Setelah itu memberikan kesempatan kepada
calon pelanggan atau pelanggan yang sedang kita temui untuk memberikan
pertanyaan atas apa yang telah kita jelaskan. Apakah produk dan program yang
ditawarkan memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh calon penggan atau
pelanggan.
74
Ketika menjawab pertanyaan dari calon pelanggan atau pelanggan,
wiraniaga harus tetap memperhatikan intonasi suara, pemilihan kata, penggunaan
kalimat, bahasa tubuh bahkan gerakan mata pun harus diperhatikan. Hal ini agar
sesuai dengan perferensi sistem si penanya dan jawaban yang diberikan
memuaskan si calon pelanggan atau pelanggan.
Menutup pertemuan hal penting lain yang juga harus diperhatikan,
impresi yang baik pada saat fase closing, dan memberikan informasi bahwa
penawaran yang disampaikan bukan merupakan harga mati, penyesuaian
sebagaimana yang diharapkan tetap dapat dibicarakan sehingga apa hasil dari
pertemuan dapat memeberikan win –win solution.
4.3. Pembahasan
Mengacu pada data-data yang peneliti dapatkan dari hasil wawancara
dengan Bapak Deddy Kurniawan, Bpk. Didi dan Bapak Teddy Setiyadi, sebagai
key informan, hasil dari studi literature yang peneliti lakukan terhadap buku-buku
dan dokumen-dokumen terkait dengan subjek penelitian, serta hasil dari
pengamatan yang secara langsung peneliti lakukan, maka peneliti mendapatkan
beberapak hal yang akan menajdi pokok pembahasan dalam sub bab ini, yaitu
aktivitas-aktivitas komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh wiraniaga PT.
Sinar Totalindo Mandiri sehingga dapat melakukan closing order dalam kegiatan
personal
selling,
keterkaitan
konteks
komunikasi
interpersonal
dengan
komunikasi interpersonal dengan menggunakan teknik NLP, mengapa teknik
komunikasi interpersonal dengan menggunkan teknik NLP bisa diaplikasikan
75
dalam kegiatan personal selling, guna meningkatkan minat beli dari calon
pelanggan dan pelanggan ditempat peneliti melakukan penelitian.
Bidang pelumas merupakan bidang bisnis yang penuh dengan kompetisi,
dikarenkan banyaknya pemain dibidang bisnis ini, selain kompetisi bersaing
diantara pemain dalam satu merek, persaingan terberat yang harus diperhitungkan
adalah persaingan dengan merek-merek besar pelumas baik merek yang
mendunia maupun lokal.
Atas persaingan inilah, maka PT. Sinar Totalindo Mandiri, menganggap
bahwa aktivitas personal selling sebagai aktivitas komunikasi pemasaran utama.
Selain itu, selama peneliti melakukan pengamatan transaksi yang terjadi
dilakukan dengan kunjungan ke pelanggan secara rutin oleh para wiraniaga.
Peneliti membuat alur aktivitas komunikasi dengan pelanggan dari awal
proses hingga akhir :
Wiraniaga
mengumpulkan data
oulet yang ada diarea
penjualannya dan
membuatnya menjadi
data base outlet yang
akan dihubungi dan
dikunjungi.
Setelah mendapatkan
data base, maka dibuat
mapping area secara
strategis dan efesien
agar dapat dikakukan
kunjungan sebanyak 10
outlet dalam satu hari
Dari mapping dan rute
yang ada dibuat jadwal
dan dilakukan kontak
melalui telepon terlebih
dahulu untuk melakukan
janji bertemu dengan
pelanggan.
Kunjungan ke outlet
berdasarkan schedule
dan rute yang telah
dibuat. Dan melakukan
personal selling dengan
melakukan komunikasi
interpersonal dengan
pelanggan.
Skema 3. Alur kegiatan Komunikasi dengan pelanggan
76
Berdasarkan atas pengamatan dari peneliti, bahwa perusahaan ini
menjalankan strategi proaktif , wiraniaga melakukan pengumpulan data outlet
dan membuatnya menjadi data base, serta melakukan mapping area atas outletoutlet tersebut menjadi satu area yang difokuskan agar dalam satu hari dapat
dilakukan kunjungan sebanyak 10 outlet. Kontak pertama terhadap pelanggan
dilakukan pada saat wiraniga melakukan kontak melalui telepon dengan
pelanggan, disinilah awal mula dari komunikasi interpersonal terjadi. Setelah itu
wiraniaga melakukan terjun langsung kelapangan dan melakukan personal
selling, serta melakukan kunjungan rutin terhadap calon pelanggan dan
pelanggan.
Hubungan erat secara pribadi yang dilakukan para wiraniga menjadi cara
tersendiri yang membuat pelanggan menjadi nyaman dengan wiraniaga, menjadi
pendengar yang baik, memberi masukan dan solusi serta benefit bagi para
customer merupakan hal-hal yang memberikan nilai tanbah bagi para wiraniaga
demikian yang disampaikan oleh Bpk. Didi selaku pemilik bengkel yang
merupakan pelanggan yang dipegang oleh Bpk. Teddy.
Informan Bpk, Deddy selaku Sales Supervisor PT. Sinar Totalindo
mandiri mengiformasikan bahwa sesungguhnya aktivitas komunikasi wiraniaga
yang dilakukan oleh perusahaan ini benar-benar mengandalkan kemampuan dari
wiraniaganya, dengan menciptakan hubungan yang baik sehingga kesempatan
closing order terbuka lebar tidak hanya pada masa kini juga pada masa depan.
Sebagai contoh, ketika wiraniaga menawarkan suatu produk atau program promo
77
kepada salah satu calon pelanggan, dan pada saat itu pertemuan tidak
menghasilkan closing order, akan tetapi dengan hubungan yang baik dengan
calon pelanggan suatu saat ketika wiraniaga menawarkan program promo yang
menurut calon pelanggan memberikan benefit yang lebih maka tidak menutup
kemungkinan calon pelanggan tersebut memutuskan untuk melakukan transaksi
dan closing order pun terjadi.
Hal kedua adalah, ditemukan bahwa membangun hubungan ternyata
menjadi sangat penting mengingat tingginya persaingan saat ini, melakukan
kegiatan personal selling tidak bisa dibatasi dengan hanya melalukan upaya
penawaran agar terjadinya closing order, namun para wiraniaga juga harus
menemukan cara hubungan bisa terus terbina dengan baik apakah calon
pelanggan memutuskan untuk membeli atau tidak. Ada beberapa keuntungan
yang bersifat investasi bagi keberhasilan wiraniaga jika berhasil menjalin
hunungan dengan calon pelanggan atau yang sudah menjadi pelanggannya, antara
lain kesempatan diberi rekomendasi oleh pelanggan kepada rekan-rekannya yang
lain, kesempatan berhasil pada penawaran berikutnya dimasa depan jika terjadi
kebutuhan., atau bahkan menjadi salah satu wiraniaga perusahaan yang akan
dipertimbangkan oleh calon pelanggan yang lainnya.
Dari
hasil
penelitian,
disimpulkan
korelasi
antara
komunikasi
interpersonal dan teknik NLP, dapat dilihat seperti pada table di bawah.
78
NO
1
KOMUNIKASI INTERPESONAL
KONTAK
Beberapa macam persepsi alat indra. Melihat,
mendengar, dan membaui seseorang
Penampilan fisik begitu penting, karena dimensi
paling terbuka untuk diamati secar mudah.
Namun demikian, kualitas-kualitas lain seperti
sikap bersahabat, kehangatan, keterbukaan, dan
dinamisme juga tertangkap pada tahap ini.
KETERLIBATAN
Pengenalan lebih jauh, ketika mengikatkan diri
untuk mengenal orang lain dan juga
mengungkapkan diri
2
3
4
5
KEAKRABAN
Pengikatan diri lebih jauh pada orang ini.
mungkin membina hubungan primer (primary
relationship), di mana orang ini menjadi sahabat
baik atau kekasih (atau partner dalam lingkingan
kerja)
PERUSAKAN
Penurunan hubungan, ketika ikatan di antara
kedua pihak melemah. Pada tahap perusakan
mulai merasa bahwa hubungan ini mungkin
tidaklah sepenting yang dipikirkan sebelumnya.
PEMUTUSAN
Didalam lingkungan bisnis tahap pemutusan
dilambangkan
dengan
tidak
terjadinya
kesepakatan bisnis.
NEURO LINGUISTIC PROGRAME
( NLP )
RAPPORT
Hal-hal yang dilakukan pada fase ini adalah
mulai dari sisi penampilan dari si wiraniaga.
Penampilan dari wiraniaga, bagaimana
pakaiannya, make up, tatanan rambut, aksesoris
yang dipergunakan, dan lain-lainya
PACING
Proses Pacing perlu dilakukan agar calon
pelanggan dapat mengetahui dan merasakan
bahwa si wiraniaga berada di “gelombang” yang
sama dengan mereka, sehingga mereka akan
merasa bahwa wiraniaga adalah setara dan
serupa dengan mereka. Hal ini agar calon
pelanggan bisa merasa lebih rileks dan bebas
untuk bisa mengemukakan apapun yang adadi
pikirannya pada saat bercakap-cakap.
LEADING
Bagaimana seseorang komunikator dalam hal
ini wiraiaga dimungkinkan untuk mulai
membawa mereka (calon pelanggan) ke tujuan
komunikasi yang dinginkan
Pada tahap awal ketika para wiraniaga melakukan kunjungan ke calon
pelanggan atau pelanggan, maka didalam komunikasi interpersonal fase yang
dilalui adalah fase kontak, dimana pada fase ini panca indera yang memegang
peranan, seperti melihat, mendengar, dan membaui seseorang, Penampilan fisik
begitu penting, karena dimensi paling terbuka untuk diamati secara mudah.
Namun demikian, kualitas-kualitas lain seperti sikap bersahabat, kehangatan,
keterbukaan, dan dinamisme juga tertangkap pada tahap ini.
79
Teknik komunikasi NLP pada tahap ini dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik Rapport, Hal-hal yang dilakukan pada fase ini adalah mulai
dari sisi penampilan dari si wiraniaga, bagaimana pakaiannya, make up, tatanan
rambut, aksesoris yang dipergunakan, dan lain-lainya.
Fase selanjutnya yang dilakukan adalah keterlibatan, dimana wiraniaga
mengenal lebih jauh calon pelanggan, dan mengikatkan diri untuk mengenal
calon pelanggan atau pelanggannya lebih jauh dan juga mengungkapkan diri. Hal
ini dilakukan agar calon pelanggan atau pelanggan yang menjadi prospek
wiraniaga mendapatkan signal bahwa wiraniaga mau memulai untuk membuka
dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknik NLP dimana calon
pelanggan dapat mengetahui dan merasakan bahwa si wiraniaga berada di
“gelombang” yang sama dengan mereka, sehingga mereka akan merasa bahwa
wiraniaga adalah setara dan serupa dengan mereka. Hal ini agar calon pelanggan
bisa merasa lebih rileks dan bebas untuk bisa mengemukakan apapun yang ada di
pikirannya pada saat bercakap-cakap.
Masuk ketahap selanjutnya keakraban antara wiraniaga dan calon
pelanggan perlu dilakukan agar hubungan menjadi lebih mendalam. Maka dalam
tahap ini komunikasi yang dilakukan wiraniaga dengan calon pelanggan masuk
dalah fase atau tahap leading dalam teknik komunikasi interpersonal dengan
menggunakan teknik NLP. Bagaimana seseorang komunikator dalam hal ini
wiraniaga dimungkinkan untuk mulai membawa mereka (calon pelanggan) ke
tujuan komunikasi yang dinginkan.
80
Namun apabila didalam proses komunikasi antara wiraniaga dan calon
pelanggan tidak terjadi sesuai dengan yang diharapkan, atau dalam fase
komunikasi interpersonal masuk dalam tahap penurunan atau bahkan pemutusan,
maka yang harus dilakukan oleh komunikator dalam hal ini wiraniga terhadap
calon pelanggan sebagai komunikannya adalah, tetap melakukan teknik leading,
tetap mengarahkan komunikannya terhadap tujuan-tujuan komunikasinya, dengan
tidak lupa teknik-teknik lainya dalam NLP tetap dilakukan, memahami secara
jelas calon pelanggan yang dihadapi merupan tipe apa, tipe Visual, Auditori, atau
Kinestik. Memahami tipe apakah calon pelanggan dalam tiga tipe dalam teknik
NLP
akan
sangat
membantu
wiraniaga
untuk
memahami
bagaimana
menempatkan diri dan tindakan apa yang harus dilakukan, agar komunikasi dapat
berjalan dengan baik, sehingga tujuan dari komunikasi yaitu closing order dapat
terwujud.
81
Visual
Komunikasi verbal - Kelihatannya
pemilihan
dan - Bayangkan
penggunaan kata - Samar-samar
ketika
- Gemerlap
berkomunikasi
- Mirip, dll
secara verbal.
Komunikasi non Gerakan
mata
verbal
(gerakan kekanan atas atau
mata)
kekiri atas:
Ke
kanan atas: Visual
ingatan,
Ke kiri
atas: Visual kreatif
Komunikasi non Bicara cepat, nada
verbal
(pola suara tinggi, ketika
bicara)
berbicara
banyak
menggerakkan
tangan
disekitar
depan dada
Ciri Umum
Rapi, teratur, teliti,
Penampilannya
rapid an trendi,
mencorat
coret
ketika
berbicara
atau mendengarkan,
mengetahui
apa
yang
iningin
dibicarakan tetapu
tidak
pandai
memilih kata-kata,
memerlukan
visualisasi
untuk
memahami sesuatu
atau membayangkan
visualisasinya, dll
Auditori
-
Kedengarannya
Dengarkan
Katakan
Berirama
Jelaskan, dll
Gerakan mata ke
samping kanan atau
samping
kiri.
Kesamping kanan:
auditori
ingatan,
visual
kesamping
kiri:
Auditorial
kreatif
Bicara
sedang,
menggunakan
intonasi, nada dan
jeda yang serasi.
Gerakan
tangan
disekitar depan perut
atas
Sering
monolog,
suka
menjelaskan
panjang lebar, sulit
membayangkan,
penampilan
biasa
saja dan sederhana,
menggerakkan bibir
saat membaca, dapat
meniru dengan baik
aksen bahasa, dll
Kinestetik
-
Rasanya
Rasakan
Nyaman
Hancur berantakan
Berat sekali
Gerakan mata ke kanan
bawah atau ke kiri
bawah.
Ke
kanan
bawah:
Kinestik
Ingatan, Ke kiri bawah
Kinestik kreatif
Bicara lambat, nada
suaranya rendah, gerak
geriknya lambat. Jarang
sekali menggerakkan
anggota badan.
Suka menyentuh ketika
berbicara dengan orang
lain, menggunakan jari
sebagai
penunjuk
ketika
membaca,
penampilannya
cenderung
sesuka
hatinya (senyamannya
saja). Ketika berbicara
beridiri dekat dengan
lawan bicara, dll
Tabel. 2. Bentuk Komunikasi berdasarkan preferensi sistem
Mengetahui preferensi sistem dapat membantu untuk berkomunikasi
dengan lebih efektif dan efisien dengan lawan bicara. Berkaitan dengan subjek
penelitian dari peneliti yaitu mencari tahu mengapa teknik komunikasi
interpersonal dengan menggunakan teknik NLP berpengaruh dalam personal
82
selling untuk menarik minat beli pelanggan. Untuk menjawab pertanyaan ini
peneliti melakukan analisa dan mencoba mencari kaitannya secara logis, dan
hasilnya adalah NLP mengajarkan dan memberikan pengetahuan mendasar
bagaimana cara kerja otak seseorang yang pada akhirnya akan mempengauhi cara
seseorang dalam berkomunikasi.
Cara berpikir setiap orang berbeda-beda, pemaknaan yang dipilih oleh
setiap orang pun berbeda-beda, keputusan yang akan diambil terhadap suatu
masalah juga berbeda-beda akan bergantung pada filter dari otak masing-masing.
Hal inilah yang membuat komunikasi interpersonal yang berbasis NLP perlu
dipahami, agar dapat memberikan kemudahan dalan kegiatan personal selling.
Maka sesungguhnya secara logis mengapa teknik-teknik komunikasi
interpersonal berbasis NLP bisa diaplikasikan dalam personal selling adalah
karena kegiatan personal selling sesungguhnya merupakan upaya-upaya yang
dilakukan untuk bisa memepengaruhi realitas internal seseorang, dan untuk bisa
sukses dalam mempengaruhi realitas internal seseorang maka perlu mengetahui
pemahaman bagaimana cara orang berpikir. Secara sederhana, dapat peneliti
gambarkan sebagai berikut:
83
Berkomunikasi sesuai
dengan cara pikiran
orang tersebut
Mempengaruhi cara berpikir
seseorang (pengetahuan
mengenai preferensi sistem)
Tidakan
komunikasi yang
berhasil
Upaya
mempengaruhi
realitas internal
seseorang
Skema 3. Alasan logis aplikasi NLP dalam kegiatan Personal Selling
Dalam berkomunkasi sesungguhnya terjadi dua aktivitas mendasar, yaitu
penciptaan pesan dan penafsiran pesan, dengan mengetahui ilmunya bagaimana
otak memproses informasi yang akan terkait dengan preferensi sistem seseorang,
mengetahui teknik-teknik komunikasi persuasi yang tepat akan membantu proses
penciptaan pesan yang dilakukan oleh komunikator (wiraniaga), agar penafsiran
pesan oleh komunikan (calon pelanggan atau pelanggan) menjadi sesuai dengan
yang dimaksud oleh komunikator.
Pembahasan terakhir yang dapat disampaikan oleh peneliti, adalah
mengenai komunikasi interpersonal yang dilakukan oleh wiraniaga perusahaan
ini dalam mempengaruhi minat beli calon pelanggan, dengan melakukan teknikteknik NLP. Komunikasi NLP yang yang dijalankan melalui 3 tahapan proses
yaitu Building Rapport, Pacing dan Leading. Dalam hal ini peneliti mengamati
informan melakukan ketiga proses tersebut dalam kegiatan personal selling yang
84
dilakukan terhadap calon pelanggan dan pelanggannya. Ketiga hal ini lah yang
menjadi kunci kesuksesan dari informan dalam melakukan closing order. Berikut
adalah visualisasi dalam tahapan proses ini :
Buliding Rapport
Pacing
Leading
- Proses membangun
kedekatan dengan
clonk lien
- Dilakukan dengan
cara membangun
percakapan ringan dan
bentuk komunikasi
non verbal
- Mulai dari proses ini
segala bentuk
komunikasi yang
muncul dan
ditampakkan dari
calon pelanggan
diperhatikan baik-baik
- Proses penyelarasan
dengan calon
pelanggan, dengan
tetap mempertahankan
respek dan tanggapan
- Mempergunakan
teknik penyamaan
bahasa tubuh dengan
“matching” dan
“mirroring”
- Membuat calon
pelanggan/pelanggan
merasa nyaman,
sehingga
mempermudah proses
leading
- Merupakan upaya
komunikasi
interpersonal untuk
mempengaruhi
komunikan, hal ini
bisa dilakukan apabila
dua fase sebelumnya
bisa berjalan dengan
baik
- Me – “lead” calon
pelangan/ dengan
menyampaikan
informasi yang sesuai
dengan preferensi
sistem calon
pelanggan
Ketiga proses ini merupakan proses penting yang harus dilewati untuk
memaksimalkan keberhasilan pengambilan keputusan, salah satu fungsi
komunikasi adalah untuk pengambilan keputusan yaitu memutuskan melakukan
sesuatu. Dalam konteks kegiatan personal selling, menurut peneliti keputusan
yang diambil seseorang bisa dipengaruhi oleh banyak hal, selain dirinya sendiri,
dan salah satunya adalah mempengaruhi pemikiran orang lain.
Peneliti juga menemukan hal lain yang dilakukan oleh informan dalam
kegiatan personal selling-nya, yaitu sentuhan personal touch yang dilakukan oleh
wiraniaga perusahaan ini kepada pelanggannya, yaitu dengan mengirimkan
bingkisan hari raya, atau bahkan mengirimkan bingkisan khusus pada saat ulang
85
pelanggan merayakan ulang tahun. Selain itu turut berpartisipasi pada saat
perusahaan atau outel pelanggan melaksanakan event tertentu seperti gathering
atau perayaan family day.
86
Download