Chapter III-VI - Universitas Sumatera Utara

advertisement
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini
digunakan untuk mengetahui pelaksanaan progam PONED di Puskesmas PONED
Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017.
Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti ketika suatu
permasalahan belum jelas dan dilakukan pada situasi sosial yang tidak begitu luas,
sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna.(Saryono, 2010).
3.2
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1
Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas PONED Labuhan Bilik
Kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhan Batu. Alasan pemilihan lokasi ini
adalah karena jumlah persalinan dengan komplikasi yang ditangani meningkat
setiap tahunnya serta frekuensi kunjungan dalam pemanfaatan pelayanan PONED
di Puskesmas Labuhan Bilik masih rendah.
3.2.2
Waktu Penelitian
Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2017 sampai selesai.
3.3
Informan Penelitian
Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas,
Tim Inti pelaksana PONED (Dokter, Bidan Koordinator dan Perawat yang telah
dilatih PONED), Bidan Desa, Pasien yang pernah memeriksakan kehamilan di
Puskesmas dan Pasien yang tidak pernah memeriksakan kehamilan di Puskesmas.
31
Universitas Sumatera Utara
32
Penentuan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive
sampling. Tehnik sampling dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam
penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dimana informan ini adalah
orang-orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang
diteliti (Saryono, 2010).
3.4
Metode Pengumpulan Data
Ada dua jenis data dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah
data primer dan data sekunder.
a. Data Primer
Data primer diperoleh melalui metode teknik wawancara mendalam
dengan
informan
yang
dipandu
dengan
menggunakan
pedoman
wawancara dan direkam dengan menggunakan alat perekam. Pedoman
wawancara mendalam terdiri atas daftar pertanyaan mengenai pelayanan
PONED yang dilihat dari kerangka pikir dari penelitian ini.
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari Dinas
Kesehatan Kabupaten Labuhan, Profil Puskesmas Labuhan Bilik, studi
kepustakaan dan telaah dokumen. Dalam studi kepustakaan, penelit
imempelajari dan mengumpulkan keterangan maupun bahan yang
berkaitan dengan masalah yang dibahas.. Sedangkan telaah dokumen
dilakukan untuk membandingkan hasil wawancara dengan data-data
seperti data kunjungan K1 dan K4, data persalinan normal yang ditangani,
data persalinan dengan komplikasi, data kunjungan nifas, data kunjungan
Universitas Sumatera Utara
33
neonatus dan dokumen lain yang digunakan terkait dengan pelaksanaan
pelayanan PONED.
Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk
memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang
dapat dipercaya. Proses pengumpulan data dilakukan melalui : dokumentasi,
pengamatan, dan wawancara (Basrowi, 2008).
Adapun metode dalam pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini, antara lain:
a. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan fakta-fakta dan data yang tersimpan didalam
bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia
adalah berbentuk surat-surat, buku, catatan harian, dokumen pemerintah
ataupun swasta, laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya
(Saryono, 2010).
Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen laporan
bulanan pelayanan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik.
b. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung (Basrowi, 2008).
Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pelaksanaan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik.
Universitas Sumatera Utara
34
c. Wawancara mendalam (in-depth interview).
Wawancara mendalam adalah cara dalam mengumpulkan data melalui
wawancara, menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan
terbuka, dan sebagian besar berbasis pada interaksi antara 1 pewawancara
dengan 1 responden (Saryono, 2010).
Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini ditujukan kepada Kepala
Puskesmas dan Tim PONED yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan
pelayanan PONED yaitu Dokter, Bidan Koordinator dan Tenaga
Kesehatan yang telah dilatih PONED.
3.5
Instrumen Pengambilan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman
wawancara mendalam (in-depth interview) dan alat perekam suara (voice
recorder).
3.6
Uji Validitas Data
Uji validitas data dalam penelitian kulitatif disebut dengan triangulasi.
Triangulasi digunakan sebagai tehnik pemeriksaan, keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Saryono, 2010).
Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber
yaitu melalui wawancara mendalam dengan pasien yang pernah perikasa
kesehatan di Puskesmas Labuhan Bilik dan pasien yang tidak pernah periksa
kesehatan di Puskesmas Labuhan Bilik.
Universitas Sumatera Utara
35
3.7
Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul dianalisis secara manual, yaitu dengan
menuliskan hasil penelitian dalam bentuk tabel hasil wawancara mendalam,
kemudian meringkas dalam bentuk matriks yang disusun sesuai bahasa baku
jawaban informan. Ringkasan ini kemudian diuraikan kembali dalam bentuk
narasi dan melakukan penyimpulan terhadap analisa yang telah didapat secara
menyeluruh (Hamidi, 2010).
Universitas Sumatera Utara
36
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1
Deskripsi Daerah Penelitian
4.1.1
Gambaran Umum Puskesmas Labuhan Bilik
Puskesmas Labuhan Bilik didirikan sejak tahun 1907, yang terletak di
Jalan Kesehatan Kelurahan Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten
Labuhan Batu. Sejak tahun 2003 Puskemas Labuhan Bilik sudah menjadi rawat
inap dan pada tahun 2013 menyusul menjadi Puskesmas Mampu PONED. Letak
Puskesmas bersebelahan dengan kantor Lembaga Permasyarakatan Labuhan
Bilik Kecamatan Panai Tengah dan SMP N 1 Panai Tengah yang berada tepat di
belakang Puskesmas.
Kecamatan Panai Tengah merupakan salah satu daerah yang berada di
Kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kecamatan Panai
Tengah berada pada 2027‟42.78,‟‟N Lintang Utara dan 100014‟31.49‟‟E Lintang
Selatan dengan ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Panai
Tengah menempati area seluas 483,74 Km2.
Adapun batas batas wilayah Kecamatan Panai Tengah adalah sebagai
berikut:
a. Sebelah Utara
: Berbatasan dengan Kecamatan Panai Hilir
b. Sebelah Timur
: Berbataasn dengan Riau
c. Sebelah Selatan
: Berbatasan dengan Kecamtan Kampung Rakyat
d. Sebelah Barat
: Berbatasan dengan Kecamatan Bilah Hilir
36
Universitas Sumatera Utara
37
4.1.2
Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Bilik
Kecamatan Panai Tengah terdiri dari 10 desa dan 72 dusun. Keterangan
jumlah desa dan dusun dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Jumlah Desa, Dusun, dan Luas (Km)2 di Kecamatan Panai Tengah
tahun 2015
No
Desa
Dusun
Luas (Km)2
1. Labuhan Bilik
6
37,00
2. Telaga Suka
6
41,00
3. Sei Siarti
11
39,30
4. Sei Nahodaris
5
47,74
5. Sei Rakyat
7
44,40
6
Sei Pelancang
13
47,30
7
Selat Beting
5
47,50
8
Bagan Bilah
10
45,50
9
Sei Merdeka
5
69,00
10 Pasar Tiga
4
65,00
Jumlah
72
483,74
Pada tahun 2015 penduduk Kecamatan Panai Tengah berjumlah 35.976
jiwa dengan rincian 18.380 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 17.596 jiwa
perempuan. Jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Panai Tengah sebanyak
7.924 KK.
4.1.3
Sumber Daya Manusia Puskesmas Labuhan Bilik
Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Labuhan Bilik
No.
1.
2.
3.
5.
6.
7.
8.
9.
Tenaga Kesehatan
Dokter Umum
Dokter Gigi
Perawat
Bidan
Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat
Tenaga Ahli Sanitasi
Tenaga Teknisi Medis (Lab)
Umum
Jumlah
Jumlah
6
1
36
14
2
1
1
2
63
Universitas Sumatera Utara
38
4.2 Peralatan dan Obat Puskesmas Mampu PONED Labuhan Bilik
Tabel 4.3 Hasil Observasi Ketersediaan Peralatan Maternal Puskesmas
Mampu PONED Labuhan Bilik
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
Alat maternal
Meja instrumen 2 rak
Bak instrumen tertutup kecil
Bak instrumen tertutup medium
Bak instrumen tertutup besar
Tromol kasa
Nierbekken/kidney disk diameter 20-21 cm
Nierbekken/kidney disk diameter 23-24 cm
Timbangan injak dewasa
Pengukuran tinggi badan
Standar infus
Lampu periksa halogen
Tensimeter/ sphygmomanometer dewasa
Stetoskop dupleks dewasa
Termometer klinik (elektrik)
Tabung oksigen + regulator
Masker oksigen + kanula nasal
Tempat tidur periksa (examination bed)
Rak alat serbaguna
Penutup baki rak alat serbaguna
Lemari obat
Meteran/ metline
Pita pengukur lengan atas
Stetoskop janin pinard/ laenec
Pocet fetal hearth rate monitor (doppler)
Tempat tidur untuk persalinan
Klem kasa
Tempat klem kasa
Spekulum sims kecil
Spekulum sims medium
Spekulum sims besar
Spekulum cocor bebek grave kecil
Spekulum cocor bebek grave medium
Spekulum cocor bebek grave besar
Kit resusitasi dewasa
Keterangan
√
√
√
√
√
√
X
√
X
√
√
√
√
X
√
√
√
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Universitas Sumatera Utara
39
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
Endotracheal tube dewasa 6,0
Endotracheal tube dewasa 7,0
Endotracheal tube dewasa 8,0
Stilet untuk pemasangan ETT no. 1
Nasogastric tube dewasa 5,0
Nasogastric tube dewasa 8,0
Kacamata/ goggle
Masker
Apron
Sepatu boot
Tong/ ember dengan kran
Sikat alat
Perebus instrumen (destilasi tingkat tinggi)
Sterilisator kering
Tempat sampah tertutup
Pispot sodok (stick plan)
Setengah kcher
Gunting episiotomy
Gunting tali pusat
Gunting benang
Pinset anatomis
Pinset sirurgis
Needle holder
Nelaton kateter
Jarum jahit tajam (cutting) G9
Jarum jahit tajam (cutting) G11
Bak/ baskom plastik tempat plasenta
Ekstraktor vakum manula
Aspirator vakum manula
Waskom
Kleem kelly/ klem kocher lurus
Klem fenster/ klem ovum
Mangkok iodin
Tenakulum schroeder
Klem kasa lurus (sponge foster straight)
Gunting mayo CVD
Aligator ekstraktor AKDR
Klem penarik benang AKDR
Sonde uterus sims
X
X
X
X
X
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
Universitas Sumatera Utara
40
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
Hemoglobin meter elektronik
Tes celup urinariris glukose dan protein
Tes celup Hcg (tes Kehamilan)
Tes golongan darah (ABO, rhesus)
Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0
Benang chromic (jarum tapper 0) 3/0
Spuit disposable (steril) 1ml
Spuit disposable (steril) 3 ml
Spuit disposable (steril) 5 ml
Spuit disposable (steril) 10 ml
Spuit disposable (steril) 20 ml
Three-why stopcock (steril)
Infused dewasa
Kateter intravena 16 G
Kateter intravena 18 G
Kateter intravena 20 G
Kateter penghisap lendir dewasa 8
Kateter penghisap lendir dewasa 10
Kateter folley dewasa 16 g
Kateter folley dewasa 18 g
Kantong urin
Sarung tangan steril 7
Sarung tangan steril 7,5
Sarung tangan steril 8
Sarung tangan panjang 8 (manual plasenta)
Sarung tangan rumah tangga (serba guna)
Plester non woven
Sabun cair untuk cuci tangan
Providon iodin 10%
Alkohol 75%
Cuvette hemoglobin meter elektronik
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
X
Tabel 4.4 Hasil Observasi Peralatan Neonatal Puskesmas Mampu PONED
No.
1.
2.
3.
4.
Alat Neonatal
Tensimeter/ sphygmomanometer
Tensimeter/ sphygmomanomaeter neonatus
Stetoskop dupleks bayi
Stetoskop dupleks neonatus
Keterangan
√
X
√
√
Universitas Sumatera Utara
41
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35..
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
Termometer klinik (elektrik)
Timbangan neonatus + bayi
Ari timer standar (respiratory rate timer)
Lampu emergensi
Meja resusitasi dengan pemanas
Kit resusitasi neonatus
Balon resusitasi neonatus mengembang sendiri
dengan selang reservoir
Sungkup resusitasi
Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran)
T piece resusitator
Endotracheal tube anak
Nasogastric tube neonatus
Tabung oksigen + regulator
Pompa penghisap lendir elektrik
Penghisap lendir delee (neonatus)
Handuk pembungkus neonatus
Kotak kepala neonatus
Klem arteri kocher mosquito lurus
Klem arteri kocher mosquito lengkung
Klem arteri pean mosquito
Pinset sirurgis
Pinset jaringan kecil
Pinset bengkok kecil
Needle holder
Gunting jaringan mayo ujung tajam
Gunting jaringan mayo ujung tumpul
Gunting jaringan iris lengkung
Skalpel
Bisturi
Baskom kecil
Nedle holder matheiu
Jarum ligasi knocker
Doyeri probe lengkung
Pinset jaringan semken
Pinset kasa anatomi
Pinset jaringan sirurgis
Gunting iris lengkung
Gunting operasi lurus
X
√
√
√
√
√
√
√
X
X
X
X
√
√
X
√
X
X
X
X
√
X
√
√
√
√
X
√
√
√
X
√
√
√
√
√
X
X
Universitas Sumatera Utara
42
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
Retraktor finsen tajam
Klem mosquito halsted lurus
Klem mosquito halsted lengkung
Klem linen backhauss
Klem pemasang klip hegen barth
Kantong metode kanguru
Inkobator ruangan dengan termostat sederhana
Infus set pediatrik
Three-why stopcock
Kanula penghisap lendir neonatus
Klem tali pusat
Kateter intravena
Kateter umbilicus
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Tabel 4.5 Hasil Observasi Ketersediaan Obat PONED
PERDARAHAN
Ringer laktat (500 ml)
NaCl 0.9% (500 ml)
Dextran 70.6% (500 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablett)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Misoprostol (tablet)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 g
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
Ringer laktat (500 ml)
MgSo4 20% (25 ml)
MgSo4 40% (25 ml)
Glokonas kalsikus 10 % injeksi (20 ml)
Nifedipin 10 mg (tablet)
Hidralazin 5 mg injeksi
Labetolol 10 mg injeksi
Metildopa 250 mg (tablet)
KETERANGAN
√
√
√
√
X
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
X
√
Universitas Sumatera Utara
43
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 g
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
Disposible syringe 10 ml
INFEKSI
Ringer laktat (500 ml)
NaCl 0.9% (500 ml)
Ampisilin 1 g injeksi
Gentamisin 80 mg injeksi
Metronidazol 500 mg injeksi
Amoksilin 500 mg (tablet)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Aquadest pro injeksi 255 ml
Parasetamol 500 mg (tablet)
Infus set dewasa
Kateter intravena no. 18 g
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
ABORTUS
Ringer laktat (500 ml)
NaCl 0.9% (500 ml)
Sulfas atropin injeksi (2 ml)
Diazepam 5 mg injeksi (2 ml)
Pethidin injeksi (2 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml)
Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablett)
Amoksilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg(tablet)
Infus set dewasa
Kateter intravena no. 18 g
Disposible syringe 3 ml
disposible syringe 5 ml
ROBEKAN JALAN LAHIR
Ringer laktat (500 ml)
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
√
Universitas Sumatera Utara
44
NaCl 0.9% (500 ml)
Lidokain HCL 2% injeksi (2 ml)
Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml)
Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml)
Amoksilin 500 mg (tablet)
Asam mefenamat 500 mg(tablet)
Chromic catgut no. 1, atraumatic (saset)
Chromic catgut no. 2/0 atau 3/0, atraumatic (saset)
Infus set dewasa
Kateter intravena no. 18 g
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
SYOK ANAFILAKTIK
Ringer laktat (500 ml)
NaCl 0.9% (500 ml)
Adrenalin 0.1% injeksi (1 mkl)
Difenhidramin HCL 10 mg injeksi (1 ml)
Dexametason 5 mg injeksi (1 ml)
Transfusi set dewasa
Kateter intravena no. 18 g
Kateter folley no. 18
Kantong urin dewasa
Disposible syringe 3 ml
Disposible syringe 5 ml
4.3
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
X
√
√
√
√
√
√
√
√
Karakteristik Informan
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Karakteristik Informan
Informan
Informan 1
Informan 2
Informan 3
Jabatan
Kepala Puskesmas
Bidan Koordinator/ Bidan Inti
PONED
Dokter Inti PONED
Umur
40 tahun
43 tahun
Pendidikan
SKM
DIII Kebidanan
41 tahun
S1 Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
45
Informan 4
Informan 5
Informan 6
Informan 7
Perawat Inti PONED
Bidan Desa
Pasien (pernah periksa
kehamilan)
Pasien (tidak pernah periksa
kehamilan)
38 tahun
35 tahun
33 tahun
DIII Keperawatan
DIII Kebidanan
SMP
21 tahun
SMA
Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan penelitian ini
adalah 7 orang, yeng terdiri dari Kepala Puskesmas berumur 40 tahun dengan
pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat, Bidan Koordinator/ Bidan Inti
PONED berumur 43 tahun dengan pendidikan DIII Kebidanan, Dokter inti
PONED berumur 41 tahun dengan pendidikan Dokter, Perawat inti PONED
berumur 38 tahun dengan pendidikan DIII Keperawatan, Bidan desa berumur 35
tahun dengan pendidikan DIII Kebidanan, Pasien yang pernah memeriksakan
kehamilan di puskesmas berumur 33 tahun dengan pendidikan SMP, dan Pasien
yang tidaak pernah memeriksakan kehamilan di puskesmas berumur 21 tahun
dengan pendidikan SMA.
4.4
Ketersediaan SDM
Hasil penelitian mengenai ketersediaan SDM dalam pelaksanaan
pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa tim inti yang melaksanakan
pelayanan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik sudah mendapatkan pelatihan
pada tahun 2013. Pelatihan untuk tim inti PONED dilakukan pada tahun 2013
yang terdiri dari 1 dokter, 1 bidan dan 1 perawat. Tim inti PONED langsung
ditunjuk oleh kepala puskesmas dan sampai saat ini belum ada pelatihan lanjutan.
Universitas Sumatera Utara
46
Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Jumlah Petugas yang
Terlatih PONED
Informan
Pernyataan
Informan 1
Kalok ibuk ndak salah dakhi tahun 2013. Iyo, ada dilatih. Tapi
lobeh jolasnya elok tanyak sama buk wani sajo, kan ia
penanggungjawabnya. Lagian ibuk kan bakhu 2 bulan ja jadi
kapus di sika jadi kukhang tau jua.
(Kalau ibu gak salah sejak tahun 2013. Iya, ada pelatihan.
Tapi untuk lebih jelasnya bagus tanya sama bu Wani aja,
beliau kan penanggungjawab bidang tersebut, lagian ibu kan
baru 2 bulan jadi Kapus di sini. Jadi kurang tahu juga).
Informan 2
Ada, batiga doluen kai yang pelatihan en. Bidannya, ibuk¸
kalo dokternya bu buk Budi, dan perawatnya buk Ulong.
Kalok ibuk ndak salah pelatihannya tahun 2013. oooiiii. . .
kalok en kriteria khusus ndak ada lah rasa ibuk, Cuma
langsung saja dolu en ditunjok sama kapus. Pelatihan
lanjutan ndak ada, Cuma sekali en saja lah.
(Ada, 3 orang kemarin kami yang ikut pelatihannya.
Bidannya, ibu, kalau Dokternya bu Budi, dan perawatnya, bu
Ulong. Kalau ibu tidak salah, pelatihannya tahun 2013. oooii..
kalau kriteria khusus rasa ibu tidak ada, cuma langsung saja
kemarin ditunjuk sama Kapus. Pelatihan lanjutan tidak ada,
cuma satu kali saja).
Informan 3
Sejak kapan ya? Saya agak lupa juga soalnya udah lama.
Tahun 2012 atau 2013 gitulah. Sudah, tahun 2013. ada 3
orang. Saya, bu Wani sama bu Darlina. Gak ada kriteria
khusus, Cuma ketepatan aja ditunjuk Kapus dan biasanya kan
yang PNS didahuluankan. Pelatihan lanjutan gak ada, cuma
itu aja. Tapi ibu udah gak di PONED lagi, ibu di Poli Umum.
untuk bagian PONED tanya sama bu Wani aja.
informan 4
Udah, tahun 2013. Ada 3 okhang. Ibuk, buk Wani sama
dokter Budi. Ndak tau ibuk na kalok masalah kriteria, tapi
nang pasti doluen ditunjok sama kapus langsung. Awak
mangikut sajalah. Pelatihan lanjutan ndak ada, cuma sekali
en sajalah. Pelatihnya profesor apa deh, lupa nama bapak
en. Pelatihannya di Medan. Kukhang lobeh semingguan lah.
Sekakhang di PONED buk Wani, ibuk en bikornya. Kalok
ibuk di lansia ja. Cuma kabotulan saja ja dolu en ikut
pelatihan hahaha.
Universitas Sumatera Utara
47
(Sudah, tahun 2013. ada 3 orang. Ibu, bu Wani dan dokter
Budi. Gak tau kalau kriteria, tapi yang pasti kemarin
ditunjuk Kapus langsung. Pelatihan lanjutan gak ada, cuma
sekali itu aja. Pelatihnya Profesor apa ya, lupa namanya
siapa. Pelatihannya di Medan. kurang lebih semingguan lah.
Sekarang di PONED bu Wani, beliau bikornya. Kalau ibu di
lansia. Cuma kebetulan aja ikut pelatihan kemarin hahahaa).
4.5
Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED
Hasil penelitian mengenai kesiapsiagaan petugas kesehatan PONED
diperoleh informasi bahwa petugas kesehatan PONED telah siapsiaga selama 24
jam/hari dalam melayani PONED. Petugas dibagi menjadi 3 shhift kerja, yaitu
shift kerja pagi mulai pukul 08.00 s/d 14.00 WIB, siang mulai pukul 14.00 s/d
20.00 WIB dan malam mulai pukul 20.00 s/d 08.00. Setiap shift kerja terdiri dari
4 orang. Namun saat pasien shift malam tidak ada dokter.
Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kesiapsiagaan Petugas
Kesehatan PONED
Informan
Pernyataan
Informan 1
Pasti len tong baya siapsiaga 24 jam. Namanya ukahng
malaherkan, kan kita ndak tau pabila saja. Ada 3 shift jaga.
Pagi, siang, sama malam. Siapa-siapa saja yang bajaga, tanya
sama buk wani. Kalok dokter umum disika ada 6, tapi dokter
obgyn ndak ada dan selama 2 bulan jadi kapus di sika bolum
pornah ada kunjungan dokter obgyn, mudah-mudahan besok
ada.
(Pastilah siapsiaga 24 jam. Namanya orang melahirkan, kan
kita gak tau kapan. Jadi harus siap 24 jam. Ada 3 shift jaga,
pagi, siang dan malam. Siapa-siapa aja yang jaga, tanya sama
bu Wani. Kalau dokter umum ada 6, tapi dokter obgyn gak ada
dan selama dua bulan saya jadi Kapus di sini belum pernah
ada kunjungan dokter obgyn, mudah-mudahan nanti).
Informan 2
Iyolah, siapsiaga. Namanya okhang ondak melaherkan mana
tau kita jam bekhapa saja kan hahaha...dibagi jadi tiga shift
pagi, siang sama malam. Masing-masing shift yang
Universitas Sumatera Utara
48
menjaganya ompat ukhang. Kalok pagi dakhi jam lapan pagi
sampek jam dua siang, kalok siang dakhi jam dua siang
sampek jam lapan malam, kalok malam dari jam lapan
malam sampek jam lapan pagi. kalok dokter cuama jaga
dakhi senin sampek kamis sajo ja, en pun malam jakhang jen
jaga. Dokter umum ada anam. Dokter obgyn ndak ada.
(Iyalah, siapsiaga. Namanya orang melahirkan. Kan kita tidak
tau jam berapa saja Hahahahha... Dibagi jadi tiga shift. Pagi,
siang dan malam. Masing-masing shift yang jaga 4 orang.
Kalau pagi dari jam delapan pagi sampai jam dua siang, kalau
shift siang dari jam dua siang sampai jam delapan malam, dan
shift malam dari jam delapan malam sampai jam delapan pagi
Kalau dokter hanya jaga dari senin sampai kamis, itupun
malam jarang ada dokter yang jaga. dokter umum ada 6.
Dokter obgyn tidak ada).
Informan 3
iya, 24 jam. Kan udah ada shif-shiftnya. Tapi saya gak tau ya
siapa aja. Soalnya kan saya di bagian poli umum. Jadi di
PONED saya gak tau. Dokter umum banyak ada 6, kalau
dokter obgyn gak ada.
Informan 4
kalok siapsiaga iyolah 24 jam, kan ada shift-shiftnya. Pagi,
siang sama malam. Tapi yang sokhing jaga bidan sama
perawat, kalok dokter jakhang jen. Jadi kalok ndak ada
dokter, bidan lah yang mangasi ubat sama suntikan. Padahal
tau ja wak kan, prosedurnya mana buleh bagenen, hakhus
didampingi sama dokter yo kan. Tapi ondak kek mana lai.
Kalok sekarang ibuk udah ndak di PONED lai, ibuk di
bagian lansia ja.
(Kalau siapsiaga iya 24 jam soalnya kan ada shift-shiftnya.
Pagi, siang, sore Tapi yang sering jaga sih bidan dan
perawat, kalau dokter jarang. Jadi kalau tidak ada dokter,
bidan yang ngasi obat dan memberi suntikan. padahal kan
prosedurnya tidak bisa seperti itu kan. Harus didampingi
sama dokter, tapi ya mau gimana lagi. Kalau ibu sekarang
sudah tidak di PONED lagi, ibu bagian lansia).
Informan 6
Kalok bidan sama perawat sokhing sih bajaga, tapi dokter
ndak pornah kak tengok. Doluen lai, pas keluarga kak ada
yang ondak melaherkan, dokter ndak jua ada. Memang
hakhus sama dokter rupanya iyo? Kak kan kurang tau jua.
Tapi dolu en dibawak ka khumah sakit, sobut bidannya taku
ntah mangapa-mangapa kakhna anaknya ndak jua kaluakhkaluakh.
Universitas Sumatera Utara
49
(Kalau bidan dan perawat sering jaga sih, tapi dokter kakak
tidak pernah lihat. Kemarin juga waktu keluarga kakak mau
melahirkan, dokter juga tidak ada. Memang harus sama dokter
ya? Kakak kurang tau juga. Tapi kemarin dia dirujuk ke
rumah sakit, kata bidannya takut nanti kenapa-napa. Soalnya
anaknya gak keluar-keluar juga).
4.6
Ketersediaan Tim Pendukung PONED
Hasil penelitian mengenai ketersediaan tim pendukung PONED diperoleh
informasi bahwa tim pendukung sudah tidak ada. Persalinan hanya dibantu oleh
petugas jaga sesuai shiftnya masing-masing.
Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Tim
Pendukung PONED
Informan
Pernyataan
Informan 1
Kukhang tau ibuk, dek. Cubakla tanyak sama bagian
PONED langsung ato sama buk wani.
(Kurang tau ibu, dek. Coba tanya sama bagian PONED nya
langsung atau sama bu Wani).
Informan 2
Kalau dulu ada, tim pendukungnya kita melibatkan bidanbidan desa dalam hal merujuk dan penanganan. Maksudnya
real emergensi. Jadi kalo terjadi apa-apa di desa, untuk
penanganan pertama mereka tau. Real emergensi bukan
pelatihan tapi tindakan langsung. Dulu setiap minggu, setiap
hari selasa. Sekarang udah gak pernah selama 2017 ini.
maksudnya gini, dulu tiap tim jaga dia yang melaksanakan.
misalnya yang jaga pagi hari selasa, dia yang melakukan
tindakan. jadi semuanya berputar/rotasi. Setiap minggunya
kan pasti ada yang dapat giliran. Jadi mereka melakukan
real emergensi dan udah diperagakan boleh diperagakan
kembali. makanya bukan cuma satu kali tindakan. Sudah
dilakukan mereka, barulah dikasi brosur dan job desknya
sesuai dengan SOP. Kalau kurang lebihnya kan biasa. Baru
kita komentari dimana salah dan betulnya karena kita kan
mengawasi dan memberi nilai. Kalau sekarang, tim
pendukungnya ya tim jaga.
Universitas Sumatera Utara
50
Informan 3
Gak ada. Dulu sih ada tapi sekarang sudah jarang,
amburadul. Namanya real emergensi. Gak dilatih, tapi
langsung peragaan.
Informan 4
Keknya dolu ada tim dakhi masyakhakat, maksudnya bidan
desa tapi sakakhang ibuk ndak tau na.
(Sepertinya dulu ada tim dari masyarakat, maksudnya bidan
desa tapi sekarang ibu tidak tau)..
4.7
Ketersediaan Peralatan PONED
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan diperoleh
informasi bahwa masih ada beberapa alat yang belum tersedia serta alat yang
sudah tidak berfungsi dalam menunjang pelaksanaan pelayanan PONED. Hal ini
juga sejalan dengan hasil observasi yang menyatakan bahwa ketersediaan
peralatan pelayanan PONED belum lengkap. Peralatan maternal yang belum
tersedia adalah : nierbekken, pengukur tinggi badan, endotracheal tube dewasa (6,
7, 8), nasogastric tube dewasa (5,8), ekstraktor vakum manula, aspirator vakum
manula, tenakulumschroeder, benang chromic (jarum tapper 0) 2/0, sarung tangan
panjang (manula plasenta), cuvette hemoglobin meter elektronik. Sedangkan
Peralatan Neonatal yang belum tersedia adalah : tensimeter/ sphygmomanometer
neonatus, stetoskop dupleks neonatus, termometer klinik (elektrik), laringoskop
neonatus bilah lurus (3 ukuran), T piece resusitator, Endotracheal tube anak,
nasogastric tube neonatus, kotak kepala neonatus (head box), klem arteri pean
mosquito, gunting jaringan iris lengkung, needle holder matheiu, jarum
ligasiknocher, doyeri probe lengkung, pinset jaringan semken, gunting iris
lengkung, gunting operasi lurus, retraktor finsen tajam, skalpel, bisturi, klem
Universitas Sumatera Utara
51
mosquito halsted lurus dan lengkung, klem pemasang klip hegenbarth. Peralatan
yang sudah tidak berfungsi adalah: pompa penghisap lendir dellee (neonatus).
Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Peralatan
PONED
Informan
Pernyataan
Informan 1
Keknya udah longkaplah, paling yang bolum longkap alatalat yang jakhang dipakek.
(Sepertinya udah lengkaplah, paling yang belum lengkap
alat-alat yg jarang dipakai).
Informan 2
Alat-alatnya udah lumayan longkaplah, tapi alat penghisap
londekh bayi yang udah khusak, ndak bisa dipakek lai.
Kalok memang ada alat yang diporlukan tapi ndak ada di
sika, pasiennya kita bawak ke khumah sakit PONEK di
Ranto.
(Alat-alatnya sudah lumayan lengkap, tapi alat penghisap
lendir udah rusak, gak bisa dipakai lagi. Kalau memang ada
alat yang diperlukan tapi gak ada di sini, pasiennya ya kita
rujuk ke Rumah Sakit PONEK di Ranto).
Informan 3
Udah lengkap kok.
Informan 4
Ibuk khasa udah longkap na, untuk lobeh jolasnya tanya la
jang bu wani, ibuk kan di lansia ja bukan di PONED, Cuma
kabotulan saja ja doluen ikut pelatehan PONED.
(Ibu rasa udah lengkap ya, untuk lebih jelasnya tanya bu
Wani aja. Ibu kan bagian lansia bukan PONED. Cuma
kebetulan aja dulu ikut pelatihan PONED).
Informan 5
Rasaku, udah longkap na. Paling bebekhapa lah yang ndak
ada. Kan ndak mungkin disamakan sama rumah sakit.
(Menurut saya, sudah lengkap ya. Paling beberapalah yang
gak ada. Kan gak mungkin disamakan sama rumah sakit).
4.8
Ketersediaan Obat PONED
Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan diperoleh
bahwa masih ada beberapa obat yang belum tersedia dalam menunjang
Universitas Sumatera Utara
52
pelaksanaan pelayanan PONED. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang
menyatakan bahwa ketersediaan obat pelayanan PONED belum lengkap. Obatobatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan PONED belum tersedia
adalah : metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet), misoprostol (tablet),
diazepam 5 mg injeksi (2 ml), hidralazin 5 mg injeksi, labetolol 10 mg injeksi,
pethidin injeksi, adrenalin 0,1% (1 ml).
Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Obat
PONED
Informan
Pernyataan
Informan 1
Lumayan longkaplah dek, tapi kalok memang ndak ada
ubatnya disika, boli diluar la/apotik dengan resep dokter la
tong. Sekarang kan udah ada askesda dan bpjs, jadi kalo
berubat di sika uda ndak bayar lai.
(Lumayan lengkaplah dek. Tapi kalo memang obatnya gak
ada, pasien bisa beli di luar/apotik dengan resep dokter.
Sekarang kan udah ada Askesda dan BPJS. Jadi pasien uda
gak bayar lagi).
Informan 2
Masih kukhang, sokhing pun kakukhangan ubat. Kami
sukhoh lah boli di luakh pakek khesep. Kalok dolu kai bisa
manyadiakan ubatnya, jadi pasien ndak pokhlu lai susahsusah cakhi di luakh. Hakhganya pun sama ja sama di
luakh. Tapi sekhang udah ndak buleh lai sama kapus. Dolu
en ada yang manyobut “mangapa masih bayakh?”. Padahal
ubatnya dari kai ja bukan dari puskesmas karna di
puskesmas ndak ada. Tapi kalok pasien dan kaluakhganya
udah nyarik kamana-mana ndk dapat jua, bisa ja minta
tolong sama kai, kai carikkan.
(Masih kurang, seringpun kekurangan obat. Kami suruh beli
di luar lah tapi dengan resep. Kalau dulu kami bisa
nyediakan obatnya, jadi pasien dan keluarganya gak perlu
susah-susah cari di luar. Harganya pun sama sama di luar.
Tapi sekarang udah gak boleh sama kapus. Lagian malas
dengar omongan orang. Kemarin ada yang bilang "kok
masih bayar". Padahal obatnya kan dari kami pribadi bukan
dari puskesmas. Sedangkan di puskesmas obatnya gak
tersedia. Tapi kalau misalnya pasien dan keluarga udah
nyari kemana-mana trus gak dapat juga, yauda minta tolong
Universitas Sumatera Utara
53
sama kami, kami carikan. tapi itu atas permintaan pasien ya).
Informan 3
Sama kayak alat-alatnya, pasti obatnya pun udah lengkap lah.
Informan 4
Kalok masalah ubat-ubatnya ibuk ndak taula dek, tapi kalok
udah namanya PONED pasti longkaplah ubatnya kan. Tanya
sama buk wani sajalah dek na.
(Kalau masalah obat-obatnya ibu gak tau dek, tapi namanya
PONED ya pasti lengkap lah kan. Tanya sama bu Wani aja
ya).
Informan 5
Camanala dee, masih ada jua yang ndak ada. Tapi kalo
memang ndak ada, kan bisa diboli di apotik.
(Gimana ya, masih ada juga yang gak ada. Tapi kalo memang
gak ada, kan bisa beli di apotik).
Informan 6
Ndak tau na dek, karna kan baru 2 kali ja pariksa, torus ndak
ada pornah sakit hebat sampek porlu ubat-uabt genen.
Alhamdulillah, baek-baek sajo ja baya.
(Gak tau ya dek, soalnya baru 2 kali periksa kehamilan, trus
gak pernah ada sakit yang serius sampek perlu obat gitu.
Alhamdulillah, baik-baik aja).
Informan 7
Gak tau dek, ntah kenapa malas aja ke puskesmas dek. Gak
pernah pun kakak ke puskesmas. Paling kalo sakit kayak anak
kakak kemarin, berobat ke pak lambok aja. Orang-orangnya
pun di sana sok-sok semua. Kakak maunya melahirkan di
rumah aja dek tapi katanya sekarang udah gak boleh di
rumah. Melahirkan di puskesmas pun percuma, nanti ujungujungnya disuruh ke rumah sakit juga dibilang lah darahnya
tinggi, anaknya gak keluar-keluarlah. Yang iyanya orang itu
yang gak pande. Anak kakak pertama lahir di rumah sehat
kok. Nanti ujung-ujungnya duit juga.
4.9
Ketersediaan Alat Komunikasi untuk Merujuk Kasus PONED
Hasil penelitian mengenai ketersediaan alat komunikasi untuk merujuk
kasus pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa alat komunikasi untuk
Universitas Sumatera Utara
54
merujuk kasus pelayanan PONED sudah tidak tersedia lagi tetapi dulu ada di
berikan oleh Pemerintah. Cara untuk merujuk pasien adalah dengan melakukan
sms sesuai dengan program sijari EMAS ataupun dengan menelpon rumah sakit
yang akan dirujuk.
Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Alat
Komunikasi untuk Merujuk Kasus PONED
Informan
Pernyataan
Informan 2
Cuma hp sajolah, en pun hp pribadi. Dolu ada dikasi sama si
jari omas tapi udah pala rusak. Jadi sakarang pake hp
pribadilah. Kai bisa on call dan sms. Kalok misalnya di sms
ndak dibalas, kita bisa manelpun langsung ke RS PONEK,
kan ada nomornya dan nomor kai pun bidan-bidan udah
tadaftar jua ja di sanan. Jadi pas sampek rumah sakit,
orangen udah tau dan pasien langsung ditangani.
(Cuma Hp. Itupun Hp pribadi. Dulu ada dikasi sama si Jari
Emas tapi udah rusak. Jadi sekarang pake Hp
pribadilah.Kita bisa On Call dan SMS. Kalau misalnya di
sms gak dibalas, kita boleh nelpon langsung ke RS PONEK,
kan ada nomornya dan nomor kita pun uda terdaftar di
sana. Jadi pas sampe rumah sakit, mereka udah tau dan
pasien langsung ditangani).
Informan 3
Ada, Hp. Namanya puskesmas PONED jadi pasti punya alat
komunikasi untuk berhubungan dengan rumah sakit
PONEK kalau ada pasien yang harus dirujuk.
Informan 4
Alat komunikasi ada baya, hp. Tapi keknya hp sendiri bukan
puskesmas.
(Alat komunikasi ada, Hp tapi kayaknya milik pribadi bukan
puskesmas).
Informan 5
Pastilah ada dek, pake hp. Kan porlu enen untok manelpon
pas rujukan ka rumah sakit.
(Pasti adalah dek, pake Hp. Kan perlu nanti untuk nelpon
pas rujukan ke rumah sakit).
Universitas Sumatera Utara
55
4.10
Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan
Hasil penelitian mengenai ketersediaan sarana transportasi kasus
pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa sarana transportasi untuk merujuk
kasus pelayanan PONED telah tersedia. Ambulance dapat dipakai kapan saja
selama 24 jam. Ambulance hanya dipakai untuk keperluan puskesmas ke
lapangan serta sarana rujukan bagi pasien yang tidak memiliki kendaraan pribadi.
Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Sarana
Transportasi Rujukan
Informan
Pernyataan
Informan 1
Ada, kan kita punya ambulance. Namanya uda PONED jadi
harus ada lah transportasi untuk merujuk ke rumah sakit
kan. Selain merujuk kebutuhan pasien, ambulance juga
dipake petugas kalo ke lapangan. Tiap hari diparkir di sini,
gak boleh dibawa pulang.
Informan 2
Ada, ambulance. Tapi kalok misalnya ondak naek motor
sandiri ya ndak mangaa. Kan samua tagantong sama pasien
dan kaluarganya ondak naek apa dan ondak dirujuk kaman.
(Ada, ambulance. Tapi kalo misalnya pasien mau naik mobil
pribadi ya gak papa, kan semua tergantung sama pasien mau
naik apa dan dirujuk kemana itu terserah pasien dan
keluarganya).
Informan 3
Ada, ambulance.
Informan 4
Ada
Informan 5
Ada
Informan 6
Kalau gak punya mobil naik ambulance.
Informan 7
Gak tau, namanya gak pernah ke puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
56
4.11
Ketersediaan Biaya Operasional Program PONED
Hasil penelitian mengenai ketersediaan biaya operasional pelayanan
PONED, diperoleh informasi bahwa biaya operasional pelayanan PONED dari
puskesmas tidak tersedia. Untuk keperluan PONED dalam hal ketersediaan
peralatan dan keperluan lainnya berasal dari APBD. Apabila ada kerusakan pada
alat atau belum lengkap maka biaya dari APBD, namun gaji tetap dari
Pemerintah.
Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Biaya
Operasional Program PONED
Informan
Pernyataan
Informan 1
Semua obat dan perlengkapan di puskesmas semua dari APBD
lah dek. Kalau untuk klem pasien kan sekarang udah ada
askesda sama BPJS. Jadi masyarakat gak perlu bayar-bayar
lagi.
Informan 2
Biaya operasionalnya dari dinkeslah, diambil dari APBD. Tapi
kalau gaji kami yang PNS tetap dari pemerintah. Kalau biaya
yang lainnya gak ada.
Informan 3
Gak tau, tapi setau saya semua obat dan perlengkapan di
puskesmas ini dari APBD.
Informan 4
Kurang tau kalau masalah biaya dek.
4.12
Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan di Bawah
Hasil penelitian mengenai rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya itu
terdapat bidan desa atau puskesmas non PONED. Puskesmas menangani kasus
yang datang namun apabila kasus tidak dapat diatasi maka di rujuk ke Rumah
Sakit PONEK. Rujukan dari bawah juga dari lokasi yang dekat dari puskesmas.
Universitas Sumatera Utara
57
Bidan desa atau puskesmas non PONED juga ada yang melakukan rujukan
langsung ke rumah sakit PONEK.
Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Menerima Rujukan dari
Fasilitas Rujukan Dibawahnya
Informan
Pernyataan
Informan 2 Biasanya sih bidan yang bawakkan pasien ke puskesmas dan
dia juga nanti yang menolong persalinannya di sini. Selain
sama bidan, ada juga pasien yang datang sendiri ke puskesmas
sama keluarganya. Kalau yang kayak gitu bakal ditangani
sama bidan yang kebetulan jaga. Tapi walaupun datang
sendiri, biasanya pasien minta ditangani sama bidan yang uda
dikenal dan biasa meriksa kehamilannya dari awal. Kalau gak
bisa ditangani di puskesmas baru dirujuk ke rumah sakit.
Informan 3
Pasien datang ke puskesmas dengan keluarganya dan datang
sama bidannya. Kalau sistem penanganan dan rujukannya
saya kurang tau sekarang gimana, soalnya saya gak di bagian
itu lagi. Sekarang saya kan di Poli Umum.
Informan 4
Sekarang kan semua persalinan harus di puskesmas. Kalau
Pasien sudah merasa sakit mau melahirkan nanti datang
sendiri atau sama datang sama bidan ke puskesmas, kalau
misalnya gak bisa ditangani di sini baru dirujuk ke rumah
sakit.
Informan 6
Gak tau dek. Soalnya anak pertama kemarin lahiran di rumah
tahun 2015 kan masih boleh, kalau sekarang harus di
puskesmas. Tapi dengar dari tetangga langsung ke puskesmas
aja sama bidannya yang dekat rumah. Katanya lahiran sama
obatnya gak bayar, tapi gak tau juga sih dek mudah-muahan
gak perlu ke rumah sakit. biayanya uda beraa kalau di sana.
kalau bisa di sini, di sini aja lah dek.
Informan 7
Saya kan baru pindah ke sini, jadi saya gak tau di sini kayak
mana. Ini kan hamil anak kedua masih 5 bulan juga. Kalau
anak pertama kemarin lahirannya di puskesmas dekat rumah
dulu, dokternya di sana bagus, terkenal juga. Obatnya pun
lengkap dan murah. Insyaallah nanti lahirannya mau di sana
Universitas Sumatera Utara
58
juga soalnya dekat dari rumah mamak. gak mau lahiran di
sini. Katanya nanti ujung-ujungnya dibawa ke rumah sakit
juga, kurang percaya lah dek sama petugasnya. ukungujungnya duit juga. Bagus di sana aja. Kalau ada apa-apa
dekat sama rumah sakit gak mesti nyebrang naik bot lagi atau
mutar dari Sei Rakyat kan jauh, keburu anaknya lahir di jalan
baru sampek rumah sakit. Hahaaha
4.13
Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal
Hasil penelitian mengenai kasus yang pernah ditangani dalam
pelaksanaan pelayanan PONED, diperoleh bahwa kasus yang sering terjadi
adalah preeklamsi dan eklamsi. Selain itu kasus persalinan macet, kasus asfiksia
juga pernah ditangani pada kasus emergency neonatus. Kasus ditangani terlebih
dahulu, jika tidak sanggup maka puskesmas segera merujuk ke rumah sakit.
Tetapi sebelum di rujuk ke Rumah Sakit PONEK maka petugas kesehatan akan
melakukan stabilisasi, yaitu penanganan pertama sampai kondisi pasien mampu
di bawa ke Rumah Sakit. Puskesmas juga menghubungi pihak Rumah Sakit lewat
telefon bahwasanya akan membawa pasien dan memberitahu kasus yang
ditangani tidak dapat diatasi di puskesmas.
Tabel
4.16
Informan
Informan 2
Matriks Pernyataan Informan Mengenai Penanganan
Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal
Pernyataan
kasus yang sering ditangani pre eklmasi dan eklamsi. Selain itu,
partus macet atau hipertensi, asfiksia juga pernah ditangani.
Kasus akan ditangani terlebih dahulu, jika tidak sanggup maka
puskesmas akan segera merujuk ke rumah sakit. Tetapi sebelum
di rujuk ke Rumah Sakit PONEK maka petugas akan melakukan
stabiilisasi, yaitu penanganan pertama sampai kondisi pasien
stabil dan mampu dibawa ke Rumah Sakit.
Misalnya
pendarahan, penyebab pendarahannya apa, apakah karena jalan
lahir atau karena Neoteri ataupun pendarahan disebabkan lain-
Universitas Sumatera Utara
59
lain, misalnya PEB, biasanya PEB kan karena tekanan
darahnya tinggi, kalau dipaksakan pembuluh darahnya bisa
pecah makanya pasien harus dirujuk. Takutnya kalau
pendarahan hebat ditambah kejang-kejang, ibu dan bayi bisa
meninggal.
Informan 3
Kalau masalah penangannya saya gak tau, karena saya gak di
bagian itu. saya kan di poli umum. Tapi setau saya, kalau
memang persalinanya bisa di puskesmas maka gak perlu dibawa
ke rumah sakit.
Informan 4
Saya gak tau, saya kan di bagian lansia bukan di PONED, Cuma
kebetulan aja kemarin ikut pelatihan.
Informan 5
Kalau gak ada keluhan dan ibunya sehat, persalinannya di
puskesmas tapi kalau ada masalah misalnya tekanan darah
ibunya tinggi, atau partus macet baru di bawa ke rumah sakit
untuk dirujuk ke rumah sakit. Selama petugas masih mampu
menolong persalinan, pasien gak akan di bawa ke rumah sakit.
Kita lakukan semampu kita aja.
4.14
Pelaksanaan Rujukan Pelayanan PONED
Hasil penelitian mengenai pelaksanaan rujukan pelayanan PONED,
diperoleh bahwa rujukan di mulai dari bidan desa. Ketika bidan desa tidak
mampu menangani kasus emergency maternal dan neonatal, bidan desa merujuk
ke puskesmas dan jika puskesmas tidak mampu menanganinya maka akan di
rujuk ke rumah sakit. Selain terjadinya kasus preeklamsi dan eklamsi, rujukan
juga sering dilaksanakan atas permintaan pasien sendiri. Dari kasus yang ada
puskesmas berwenang dalam menangani kasus, namun puskesmas khawatir
dengan keadaan pasien apabila tiba-tiba semakin darurat karena alat yang belum
lengkap dan tidak adanya dokter obgyn. Semenjak adanya kartu Jaminan
Universitas Sumatera Utara
60
Kesehatan Nasional, pasien lebih sering meminta rujukan tanpa ada pemeriksaan
terlebih dahulu. Bidan desa juga melakukan rujukan langsung ke Rumah Sakit.
Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Pelaksanaan Rujukan
PONED
Informan
Pernyataan
Informan 2
Kasus yang sering dirujuk ke rumah sakit Preeklamsi dan
Eklamsi karena memang tidak boleh ditangani di sini, kita
hanya boleh stabilisasi. Walaupun kita mampu tapi kan kita
harus berdasarkan Hb nya. Kalau memang Hbnya udah 7-8,
harus dirujuklah. Sistem rujukannya melengkapi berkas dan
rujukan, kemudian sms si Jari Emas. Maksudnya, setelah
pasien distabilisasi, sudah dilakukan tindakan ini, ini, ini,
dan sudah obat sudah diberikan, kita sms si Jari Emas lalu
mereka akan membalasnya. Biasanya mereka akan balas, ''
Yang anda lakukan sudah baik, tambahkan ini, ini, ini, lalu
langsung rujuk ke rumah sakit". Setiap kita sms pasti
langsung dibalas karena nomor kita bidan-bidan sudah
terdaftar. Nanti di sms mereka lagi bilang, ''Pasien sudah
sampai dimana?". Sampai di rumah sakit, pasien nama ini,
mereka sudah tau karena udah disiapkan di sana. Obatobtanya pun mereka sudah tau. Kita cuma tinggal
melengkapi lembar DST, kepanjangannya kurang tau tapi
artinya lembar kerja rujukan. Kalau preeklamsi,
lembarannya pre eklamsi, kalau pendarahan lembarannya
pendarahan. Misalnya ancaman persalinan bayi prematur,
lembar ancaman persalinann yang ditanya, karena nanti
selembar-selembar yang dikasi.
Informan 3
Masalah rujukan dan sistemnya gimana, saya gak tau karena
bagian saya di poli umum.
Informan 4
Tanya sama bu Wani aja dek, karena beliau yang tau
mengenai rujukan persalinan. Beliau kan bikornya.
Informan 5
Saya pernah langsung merujuk pasien ke rumah sakit
karena keadaannya udah gawat, nanti kalau terlalu lama,
takutnya ibu dan bayi gak selamat. Masalah administrasi,
nanti keluarga yang siapkan berkas-berkasnya, misalnya
KTP, KK Surat Nikah dan kartu BPJS bagi yang punya.
Universitas Sumatera Utara
61
Kalau gak punya, cukup KTP dan KK aja untuk Askesda.
Surat rujukan dan berkas lainnya, saya yang ngisi dibagian
administrasi. Kalau di puskesmas lumayan seringlah nolong
persalinan. Pasien yang dirujuk ke rumah sakit itu karena
sudah gak bisa di bantu di puskesmas atau atas permintaan
pasien sendiri.
Universitas Sumatera Utara
62
BAB V
PEMBAHASAN
5.1
Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik
Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu
Puskesmas Labuhan Bilik sudah menjadi rawat inap sejak tahun 2003,
kemudian pada tahun 2013 kualitasnya ditingkatkan menjadi Puskesmas mampu
PONED. Setelah menjadi Puskesmas mampu PONED, Kepala Puskesmas
mengutus beberapa petugas kesehatan untuk mengikuti pelatihan PONED yang
dilaksanakan di kota Medan, Sumatera Utara. Petugas kesehatan yang mengikuti
pelatihan PONED yaitu, 1 orang Dokter, 1 orang Bidan, dan 1 orang Perawat.
Pada tahun 2014, dari 570 puskesmas yang tersebar di seluruh kabupaten/
kota di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 147 puskesmas yang menyelenggarakan
PONED atau 25,80%. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun
2013 yaitu 137 puskesmas, tahun 2012 yaitu 94 puskesmas dan tahun 2011 yaitu
98 Puskesmas PONED. Penurunan jumlah Puskesmas PONED yang terjadi di
tahun 2012 akibat pindahnya tenaga dokter dan perawat yang telah dilatih, hal ini
terjadi di Kabupaten Mandailing Natal, Samosir, Deli Serdang, Serdang Bedagai
dan Kota Binjai, masing-masing berkurang 1 Unit Puskesmas PONED. Jumlah
Puskesmas PONED di Kabupaten Labuhan Batu adalah 5 Puskesmas PONED dan
di antaranya Puskesmas Labuhan Bilik (DINKES Provinsi Sumatera Utara, 2015).
Sejak tahun 2013, Puskesmas Labuhan Bilik menjadi salah satu
Puskesmas mampu PONED yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Puskesmas
Labuhan Bilik ditunjuk Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu untuk
62
Universitas Sumatera Utara
63
membantu masalah pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan
angka kematian bayi (AKB), khususnya untuk wilayah Kabupaten Labuhan Batu.
Sejalan dengan upaya pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB, Badan
Pembangunan Internasional Amerika Serikat (United States Agency for International
Development) juga telah berupaya membantu Kementerian Kesehatan Indonesia
untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi lahir dengan meluncurkan program
EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival). Program EMAS (Expanding
Maternal and Neonatal Survival) USAID di Indonesia adalah upaya lima tahun, yang
diluncurkan pada tahun 2011, yang mendukung Pemerintah Indonesia untuk
menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir. EMAS berupaya menurunkan
kematian ibu dan bayi baru lahir dengan memperbaiki kualitas PONED(EmONC) di
fasilitas kesehatan dan memperkuat jejaring rujukan untuk memastikan rujukan yang
efisien dan efektif dari puskesmas ke rumah sakit. Selama lima tahun, EMAS bekerja
dengan sedikitnya 150 rumah sakit (baik umum dan swasta) serta lebih dari 300
puskesmas di enam provinsi (Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) dimana hampir 50% kematian ibu dan anak
terjadi. EMAS mulai dengan 10 daerah di Fase 1 pada Mei 2012. Fase 2 memperluas
proyek ke 23 daerah dari Oktober 2013. Fase 3 mulai pada Oktober 2014 dan
menambahkan tujuh daerah lagi, salah satunya Kabupaten Labuhan Batu sehingga
berjumlah 30.
Universitas Sumatera Utara
64
5.2
Input
5.2.1
Ketersediaan SDM dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas
Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu
Menurut Kuswenda (2013), dalam kebijakan PONED dari segi tenaga harus
terdiri dari dokter, perawat dan bidan. Hal ini sesuai dengan PERMENKES RI
(2013), Puskesmas mampu PONED harus mempunyai tim inti yang terdiri atas
Dokter, Bidan dan Perawat yang sudah dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai
kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi kegawatdaruratan medik umumnya
dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam
kondisi stabil. Tim inti pelaksana Puskesmas mampu PONED minimal terdiri dari 3
orang, yaitu Dokter Umum 1 orang, Bidan minimal D3 1 orang dan Perawat minimal
D3 1 orang. Tenaga tim inti pelaksana PONED tersebut harus selalu siap selama 24
jam/ hari dan 7 hari/minggu.
Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan, diperoleh informasi
bahwa petugas kesehatan sudah dilatih PONED pada tahun 2013. Petugas kesehatan
yang dilatih terdiri dari 3 orang yaitu 1 orang Dokter, 1 orang Bidan dan 1 orang
Perawat. Pelatihan diadakan seminggu, Penunjukkan perwakilan tenaga kesehatan
yang akan dilatih PONED berdasarkan perintah Kepala Puskesmas. Hal ini sesuai
dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Mustain (2013), bahwa untuk menjadi
tim PONED tidak ditentukan dari lama kerjanya, tidak ada persaratan khusus untuk
menjadi tim PONED, karena tim PONED ditunjuk langsung oleh kepala puskesmas.
Tidak ada agenda khusus untuk pelatihan tim PONED. Seluruh tenaga telah mampu
Universitas Sumatera Utara
65
dan mahir dalam pelaksanaan PONED karena telah mengikuti pelatihan PONED.
Namun, pada pelaksanaannya setelah mendapatkan pelatihan PONED dokter dan
perawat yang telah dilatih PONED tidak berada di tempat pada saat yang dibutuhkan
karena dokter bertugas menangani pasien di bagian poli umum dan perawat yang
sudah dilatih PONED bertugas di bagian lansia. Sehingga pelaksanaan pelayanan
PONED hanya ditangani Bidan yang sudah dilatih dan petugas kesehatan pendukung
lainnya. Hal ini menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan PONED karena
kualitas tenaga kesehatan yang ada tidak sama dengan tim inti yang sudah dilatih
PONED.
Menurut KEMENKES RI (2013), apabila tenaga dalam tim inti tersebut
pindah tugas, Dinas Kesehatan wajib untuk menggantikan dengan tenaga kesehatan
(Dokter, Bidan dan Perawat) terlatih PONED melalui pelatihan atau rekrutmen
tenaga kesehatan terlatih.
Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai
pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan sesuatu
pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli dibidangnya
masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada (Syafrudin, 2009).
5.2.2
Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED dalam Pelaksanaan Program
PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah
Kabupaten Labuhan Batu
Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan di Puskesmas Labuhan
Bilik, petugas kesehatan selalu ada dan siap siaga melayani pelayanan PONED
Universitas Sumatera Utara
66
selama 24 jam. Mereka membagi shift kerja dalam melaksanakan pelayanan
PONED. Shift kerja dibagi 3, yaitu shift pagi, sihft siang dan shift malam. Shift pagi
mulai pukul 08.00 s/d 14.00 WIB, Shift siang mulai pukul 14.00 WIB s/d 20.00
WIB, dan shift malam mulai pukul 20.00 WIB s/d 08.00 WIB. Setiap shift kerja
terdiri dari empat orang petugas kesehatan.
Menurut KEMENKES RI (2013), tenaga tim pelaksana PONED harus selalu
siap selama 24 jam/hari dan 7 hari/ minggu. Namun kenyataan dilapangan, dokter
jarang berada di tempat pada saat yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan selain
bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan PONED, dokter inti PONED juga
bertanggung jawab pada poli umum selain itu dokter tidak bertempat tinggal di
wilayah kerja puskesmas Labuhan Bilik.
Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa, salah
satu yang membuat masyarakat tidak mau melahirkan di Puskesmas Labuhan Bilik
adalah petugas kesehatan yang tidak siapsiaga selama 24 jam dalam melayani.
Termasuk tidak adanya Dokter yang masuk shift kerja malam. Sedangkan
masyarakat mengharapkan pelayanan yang baik, pelayanan yang on time ketika
dibutuhkan, berkualitas dan memuaskan.
Layanan yang berkualitas dan memuaskan akan dapat membangun citra
layanan yang baik dimata konsumen/ sasaran pelayanannya, baik konsumen internal
maupun konsumen eksternal. Layanan di puskesmas dapat dikatakan berkualitas,
kalau layanan dapat memberikan kepuasan kepada penggunanya. Artinya apa yang
Universitas Sumatera Utara
67
diperoleh dari pelayanan yang diterima sesuai dengan apa yang diharapkan ketika
akan mencari layanan yang dibutuhkannya (KEMENKES RI, 2013).
5.2.3
Ketersediaan Tim Pendukung PONED dalam Pelaksanaan Program
PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah
Kabupaten Labuhan Batu
Menurut KEMENKES RI (2013), untuk terselenggaranya PONED di
puskesmas dengan baik diperlukan tenaga-tenaga kesehatan pendukung. Kepala
Puskesmas, dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten menyiapkan calon tenaga
pendukung PONED. Tenaga pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang
ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas di
fasilitas rawat jalan. Tenaga-tenaga kesehatan harus dapat memenuhi kriteria tertentu
untuk menjadi calon tenaga pendukung PONED. Kebutuhan tenaga kesehatan
sebagai tim pendukung terdiri dari Dokter umum minimal 1-2 orang, Perawat D3
minimal 5 orang, Bidan D3 minimal 5 orang, Analis Laboratorium 1 orang dan
Petugas Administrasi minimal 1 orang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa
tim pendukung PONED sudah tidak ada. Sejak kepemimpinan puskesmas yang baru,
pelatihan kepada bidan-bidan desa sudah tidak berjalan. Hal ini dikarenakan
perencanaan anggaran dana belum selesai.
Namun jika dilihat dari data SDM Puskesmas Labuhan Bilik, tim pendukung
PONED sebenarnya sudah terpenuhi yaitu 5 dokter umum, 13 Bidan, 35 Perawat, dan
Universitas Sumatera Utara
68
1 Petugas Laboratorium. Namun, yang sering terlibat dalam PONED hanya bidan dan
Perawat.
5.2.4
Ketersediaan Peralatan dalam Pelaksanaan Program PONED di
Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten
Labuhan Batu
Hasil pelaksanaan kegiatan jasa pelayanan kesehatan dapat bermutu perlu
direncanakan sebaik-baiknya, di antaranya adalah kelengkapan fasilitas, peralatan
kedokteran dan obat-obatan yang cukup dan bermutu sehingga memberikan kepuasan
pada tenaga medis dan paramedis pelaksana pelayanan kesehatan (Wijayanto, 2004).
Selanjutnya Wijaya (2012) dalam penelitiannya
juga menyatakan bahwa
salah satu faktor yang harus dipenuhi suatu puskesmas yang mampu menjalankan
program PONED seoptimal mungkin adalah sarana dan prasarana yang lengkap,
sehingga dapat menangani kasus persalinan dengan baik.
Bardasarkan hasil penelitian
dengan informan
mengenai ketersediaan
Peralatan dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh informasi bahwa peralatan
PONED sudah memadai namun masih ada yang belum lengkap dan masih ada
beberapa peralatan yang belum tersedia. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi
yang menyatakan bahwa ketersediaan peralatan PONED belum lengkap.
Adapun Peralatan maternal yang belum tersedia dan fungsinya dalam PONED
adalah :
1.
Nierbekken/ kidney disk 23-24 cm : Adalah alat yang digunakan untuk tempat
membuang kapas bekas pakai, muntah, nanah, dll.
Universitas Sumatera Utara
69
2.
Pengukur tinggi badan : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi
badan.
3.
Termometer klinik (elektrik) : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur
suhu tubuh.
4.
Rak alat serbaguna : Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan obat dan
peralatan PONED agar tahan dari suhu ruangan.
5.
Penutup baki rak alat serbaguna : Adalah alat yang digunakan untuk menutup/
melindungi rak alat serbaguna.
6.
Endotracheal tube dewasa (6, 7, 8) : Adalah alat yang digunakan untuk
membebaskan jalan nafas dan pemberian pernafasan mekanis (dengan
ventilator).
7.
Stilet untuk pemasangan ETT No. 1
8.
Nasogastric tube dewasa (5,8) : Adalah alat yang digunakan untuk
memasukkan nutrisi cair dengan selang plastik melalui hidung sampai
lambung.
9.
Ekstraktor vakum manula : Adalah alat yang digunakan untuk membantu para
medis dalam proses melahirkan bayi. Alat ini digunakan ketika seorang
wanita telah didiagnosis dengan aborsi tidak lengkap.
10. Tenakulum schroeder : Adalah alat yang digunakan untuk meluruskan bagian
dari serviks tau leher rahim.
Universitas Sumatera Utara
70
11. Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0 : Adalah alat yang digunakan untuk
penjahitan luka terbuka.
12. Sarung tangan panjang 8 (manula plasenta) : Adalah alat yang digunakan
untuk melindungi petugas kesehatan saat bekerja.
13. Cuvette hemoglobin meter elektronik : Adalah alat yang digunakan untuk
mengukur konsentrasi Hemoglobin (Hb) dari sampel darah.
Peralatan Neonatal yang belum tersedia dan fungsinya dalam PONED adalah:
1.
Tensimeter/ sphygmomanometer neonatus : Adalah alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan darah secara manual.
2.
Termometer klinik (elektrik) : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur
suhu tubuh manusia.
3.
Laringoskop neonatus bilah lurus (3
ukuran) : Adalah alat utama yang
digunakan untuk memeriksa bagian dalam laring (penghasil suara pda
manusia).
4.
T piece resusitator
5.
Endotracheal tube anak : Adalah alat yang digunakan untuk menjamin saluran
napas tetap bebas.
6.
Nasogastric tube neonatus : Adalah alat yang digunakan untuk memasukkan
nutrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai
lambung.
Universitas Sumatera Utara
71
7.
Kotak kepala neonatus (head box) : Adalah alat yang digunakan untuk
suplementasi oksigen (bantuan pernafasan).
8.
Klem arteri kocher mosquito (lurus, lengkung) : Adalah Alat yang digunakan
untuk menjepit pembuluh darah arteri yang kecil.
9.
Gunting jaringan iris lengkung : Adalah alat yang digunakan untuk
membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat
dipotong secara tajam.
10. Needle holder matheiu : Adalah alat yang digunakan untuk menjepit jarum
jahit serta menjahit luka terbuka seperti luka kecelakaan atau pembedahan.
11. Jarum ligasi knocher : Adalah alat yang digunakan untuk mengantarkan
benang pada saat melakukan penjahitan luka operasi.
12. Doyeri probe lengkung
13. Pinset jaringan semken : Adalah alat yang digunakan untuk tindakan bedah
minor, penjahit luka dan lain sebagainya. Juga berfungsi sebagai alat penjepit.
14. Gunting operasi lurus : Adalah alat yang digunakan untuk menggunting
bagian-bagian alat tubuh yang akan diamati, seperti usus, jantung, pembuluh
darah dan sebagainya.
15. Retraktor finsen tajam : Adalah alat yang digunakan untuk menarik bagian
yang dioperasi sehingga memudahkan operator melakukan tindakan operasi.
Peralatan yang sudah tidak berfungsi adalah:
Universitas Sumatera Utara
72
1.
Pompa penghisap lendir delee (neonatus) : Adalah alat yang digunakan untuk
membersihkan hidung dan mulut bayi baru lahir dari lendir.
Hal ini sesuai dengan penelitian Susyanti (2016) yang menyatakan bahwa dari
71 jenis peralatan Puskesmas mampu PONED, rata-rata hanya tersedia 54,2% jenis
alat yang meliputi alat-alat maternal dan neonatal. Untuk ketersediaan obat, dari 42
jenis obat untuk program PONED, rata-rata hanya tersedia 61,8% obat.
Menurut hasil penelitian Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang
menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan PONED adalah beberapa alat yang
tidak tersedia.
5.2.5 Ketersediaan Obat dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas
Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu
Berdasarkan hasil penelitian dengan informan mengenai ketersediaan obat
dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh informasi bahwa sering terjadi
kekosongan obat di PONED. Berdasarkan hasil observasi juga menyatakan bahwa
ketersediaan obat pelayanan PONED belum lengkap. Menurut informan, sebelumnya
obat yang tidak tersedia di puskesmas tersebut akan disediakan oleh bidan atau
petugas lainnya dengan harga yang sama di luar puskesmas. Namun, sejak
kepemimpinan puskesmas yang baru, petugas tidak diperkenankan menjual obat
pribadi di puskesmas, karena kekhawatiran timbulnya pertanyaan dari masyarakat
tentang pembiayaan obat setelah adanya Askesda dan BPJS. Maka Pasien dan
keluargnya akan membeli sendiri obat yang tidak tersedia di puskesmas dengan resep
dari dokter. Hal ini merupakan suatu pelanggaran karena tidak memenuhi ketentuan
Universitas Sumatera Utara
73
yang berlaku di Era JKN sekarang, bahwa pasien yang terdaftar sebagai pasien
Askesda dan BPJS tidak perlu membayar untuk memeroleh obat di puskesmas. Tapi,
karena kurangnya manajemen obat di puskesmas Labuhan Bilik menyebabkan
seringnya kekosongan obat sehingga pasien harus membeli obat di luar puskesmas
dengan uang pribadi.
Obat-obatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program PONED belum
tersedia adalah:
1. Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet) : Adalah obat yang berfungsi
untuk mengatasi perdarahan setelah melahirkan.
2. Misoprostol (tablet) : Adalah obat yang berfungsi untuk mencegah radang
lambung selama mengonsumsi NSAID (aspirin, ibuprofen, naproxen),
khususnya bagi yang berisiko terkena tukak lambung.
3. Diazepam 5 mg injeksi (2 ml) : Adalah obat yang berfungsi untuk mengobati
kecemasan, gejala putus alkohol, dan kejang. Obat ini juga digunakan untuk
melemaskan kejang otot dan sebagai obat penenang menjelang prosedur
medis.
4. Hidralazin 5 mg injeksi :
Adalah obat yang berfungsi untuk mengatasi
tekanan darah tinggi, menurunkan tekanan darah tinggi, membantu mencegah
stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal. Obat ini bekerja dengan
merelaksasi pembuluh darah, jadi darah bisa mengalir ke tubuh dengan lebih
mudah.
Universitas Sumatera Utara
74
5. Labetolol 10 mg injeksi : Adalah obat yang digunakan untuk mengobati
tekanan darah tinggi (hipertensi). Obat ini juga berfungsi untuk encegah
stroke, serangan jantung, dan permasalahan ginjal.
6. Pethidin injeksi (2 ml) : Adalah obat penahan sakit yang digunakan untuk
mengurangi rasa sakit saat melahirkan.
7. Adrenalin 0,1% (1 ml) : Adalah obat yang biasa digunakan untuk menangani
reaksi alergi akut yang bisa menyebabkan pembengkakan di mulut dan lidah
gangguan pernapasan, kolaps dan hilang kesadaran.
8. Disposible syringe 10 ml :
KEMENKES RI (2013), puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan
PONED harus menyediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan jumlahnya
harus cukup dengan buffer stock minimal sesuai dengan kebutuhan.
5.2.6 Ketersediaan Biaya Operasional
Menurut Mujiati (2014), Biaya merupakan salah satu standar input yang
dibutuhkan dalam upaya pelaksanaan puskesmas PONED yang berkualitas. Standar
Input Puskesmas PONED adalah kesesuaian dan kelengkapan infrastruktur dan
sumber daya kesehatan di suatu fasilitas kesehatan (Puskesmas) untuk melaksanakan
atau menyelenggarakan Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Selanjutnya Achmad (2014) menjelaskan standar
kinerja PONED, yaitu kemampuan dalam menatalaksana atau melaksanakan
manajemen sumberdaya kesehatan di suatu fasilitas kesehatan (Puskesmas) untuk
Universitas Sumatera Utara
75
mengikuti dan memenuhi alur kerja, protokol klinik, dan prosedur operasional standar
Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar.
Beradasarkan hasil wawancara dengan informan, diperoleh informasi bahwa
biaya operasional pelayanan PONED di puskesmas Labuhan Bilik tidak tersedia.
Untuk keperluan PONED dalam hal ketersediaan peralatan dan keperluan lainnya
berasal dari APBD. Apabila ada kerusakan pada alat atau belum lengkap maka biaya
dari APBD, namun gaji tetap dari Pemerintah.
Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan
obstetrik dan neonatal di kabupaten/ kota sangat spesifik daerah, namun ada
beberapa kriteria pengembangan untuk menjamin kualitas, diantaranya adalah
ketersediaan, kelengkapan dan kecukupan alat kesehatan dan obat PONED.
Ketersediaan alat dan obat PONED menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi
oleh Puskesmas PONED.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Kismoyo (2012) juga menyatakan bahwa
Puskesmas PONED kurang menjamin ketersediaan obat–obat emergensi, dan
kurangnya suplai bahan dekontaminasi serta tidak lengkapnya alat pelindung diri
serta tidak memilki fasilitas alat yang lengkap.
Dari kondisi-kondisi tersebut, maka pembangunan Puskesmas mampu
PONED perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, hal itu dapat
dipenuhi dari penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan. DAK
bidang kesehatan dialokasikan untuk usaha peningkatan akses dan mutu pelayanan
Universitas Sumatera Utara
76
kesehatan. Kegiatannya diarahkan untuk peningkatan, rehabilitasi, perluasan,
pengadaan, dan pembangunan berbagai jenis unit pelayanan kesehatan serta
pengadaan peralatan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar
terutama dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs yang difokuskan pada
penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak (Qibthiyyah, 2013).
5.3
Proses
5.3.1 Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan di Bawah dalam
Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Keacamatan
Panai Tengah Kabupaeten Labuhan Batu
Berdasarkan hasil penelitan mengenai penerimaan rujukan di bawahnya tidak
sering terjadi. Fasilitas rujukan dibawahnya itu terdapat bidan desa atau puskesmas
non PONED namun tidak sering. Puskesmas menangani kasus yang datang namun
apabila kasus tidak dapat diatasi maka di rujuk ke Rumah Sakit PONEK. Rujukan
dari bawah juga dari lokasi yang dekat dari puskesmas. Bidan desa atau puskesmas
non PONED juga ada yang melakukan rujukan langsung ke
rumah sakit PONEK.
Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONED) adalah puskesmas
rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED memberikan
pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain itu juga
memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan komplikasi,
baik yang datang sendiri atau karena rujukan kader/ masyarakat/ bidan di desa,
Universitas Sumatera Utara
77
puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada kasus
yang tidak mampu ditangani (KEMENKES RI, 2013).
Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/luar wilayah kerjanya
sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap.
Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus
kegawatdaruratan medis kasus obstetric dan neonatal dari Fasyankes di sekitarnya
(KEMENKES RI, 2013).
5.3.2 Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal dalam
Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan
Panai Tengah
Jumlah persalinan dengan komplikasi yang ditangani pada tahun 2013
sebanyak 16 orang, tahun 2014 sebanyak 114 orang, tahun 2015 sebanyak 163 orang,
tahun 2016 bulan Januari sampai bulan Mei sebanyak 107 orang. Persalinan dengan
komplikasi di puskesmas Labuhan Bilik seperti pre eklampsi berat, KPD, partus
macet, partus lama, Bayi sungsang, Prematur, Infartus, abortus dan panggul sempit
(Puskesmas Labuhan Bilik, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian mengenai penanganan kegawatdaruratan yang
pernah ditangani dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh bahwa kasus yang
sering ditangani adalah pre eklmasi dan eklamsi. Selain kasus persalinan pre eklmasi
dan eklamsi juga pernah ditangani, partus macet atau hipertensi dan kasus asfiksia
pada kasus emergency neonatus. Kasus ditangani terlebih dahulu, jika tidak sanggup
maka puskesmas segera merujuk ke rumah sakit. Tetapi sebelum dirujuk ke Rumah
Universitas Sumatera Utara
78
Sakit PONEK, petugas akan melakukan stabilisasi terlebih dahulu, yaitu penanganan
pertama sampai kondisi pasien stabil dan mampu dibawa ke rumah sakit.
5.3.3 Pelaksanaan Rujukan dalam Program PONED di Puskesmas Labuhan
Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu
Menurut KEMENKES RI (2013), layanan kesehatan di puskesmas berhasil
mencapai tujuan, kalau pasien yang berada dalam kondisi sakit cukup berat dan atau
dalam kondisi kegawatdaruratan medik yang dirujuk ke fasilitas Puskesmas mampu
PONED, sudah dilayani sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya berdasarkan
standar pelayanan medik dan SOP.
Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan rujukan pelayanan
PONED, diperoleh bahwa rujukan di mulai dari bidan desa. Ketika bidan desa tidak
mampu menangani kasus emergency maternal dan neonatal, bidan desa merujuk ke
puskesmas dan jika puskesmas tidak mampu menanganinya maka akan di rujuk ke
rumah sakit.
Jumlah kasus yang dirujuk pada tahun 2013 sebanyak 3 orang, tahun 2014
sebanyak 12 orang, tahun 2015 sebanyak 18 orang, tahun 2016 bulan Januari sampai
bulan Mei sebanyak 12 orang. Persalinan dengan komplikasi di puskesmas Labuhan
Bilik seperti pre eklampsi berat, KPD, partus macet, partus lama, Bayi sungsang,
Prematur, Infartus, abortus dan panggul sempit (Puskesmas Labuhan Bilik, 2015).
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diperoleh informasi bahwa
kasus yang sering dirujuk adalah Pre eklamsi dn Eklamsi, partus macet, dan
hipertensi. Dalam pelaksanaan program PONED, rujukan ke rumah sakit dilakukan
Universitas Sumatera Utara
79
karena memang kasus tersebut sudah tidak bisa ditangani di puskesmas dan bukan
merupakan
kewenangan
dari
Puskesmas
mampu
PONED.
Namun
dalam
pelaksanaannya terdapat kasus rujukan atas permintaan pasien sendiri.
Sistem rujukan dimulai dengan melengkapi berkas seperti KTP dan KK bagi
pasien Askesda, sedangkan pasien pengguna JKN akan melengkapi persyaratan lebih
banyak yaitu: Kartu BPJS, KTP, KK, dan Surat Nikah. Setelah semua berkas
lengkap, maka bidan akan mengirim sms pada si Jari Emas, lalu pihak si Jari Emas
akan membalas dengan menanyakan keadaan pasien dan memberikan saran lebih
lanjut untuk penanganan pasien sebelum dirujuk ke Rumah Sakit PONEK dan
menghimbau agar segera dilakukan rujukan. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, si
Jari Emas akan kembali mengirim sms yang isinya menanyakan keadaan dan lokasi
keberadaan pasien. Sesampainya di Rumah Sakit PONEK, pasien akan langsung
ditangani oleh petugas rumah sakit karena sebelumnya si Jari Emas sudah
menginformasikan terlebih dahulu kepada pihak rumah sakit bahwa pasien atas nama
A akan dirujuk ke Rumah Sakit PONEK dan menghimbau agar segera dipersiapkan
ruangan dan obat-obatan yang diperlukan pasien. Bidan hanya tinggal melengkapi
berkas rujukan di bagian administrasi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rukmini
(2006), setiap kasus emergensi yang datang di setiap puskesmas mampu PONED
harus langsung ditangani, setelah itu baru melakukan pengurusan administrasi
(pendaftaran, pembayaran, alur pasien). Jika tidak dapat ditangani maka akan di rujuk
ke rumah sakit PONEK.
Universitas Sumatera Utara
80
5.4
Output
5.4.1
Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
Berdasarkan profil kesehatan kabupaten Labuhan Batu diketahui bahwa
jumlah kematian ibu di Kabupaten Labuhan batu pada tahun 2012 sebesar 33 kasus,
tahun 2013 menjadi 16 kasus dan pada tahun 2015 menjadi 10 kasus kematin ibu
maternal, sedangkan jumlah kematian bayi di Kabupaten Labuhanbatu mengalami
naik turun dari tahun 2011-2015, jumlah kematian bayi tahun 2014 sebesar 68 kasus
dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 72 kasus kemtian bayi, sedangkan angka
kematian neonatal di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 yaitu 5/1000 kelahiran
hidup (10909 orang), dengan jumlah kematian neonatal yaitu 58 orang (Profil Dinas
Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu tahun 2015).
Berdasarkan laporan 10 desa yang ada di wilayah kerja Labuhan Bilik, jumlah
kematian ibu pada tahun 2012 yaitu 2 kasus, tahun 2013 1 kasus, 2014 1 kasus, tahun
2015 1 kasus dan tahun 2016 1 kasus kematian ibu. Sedangkan kematian bayi
mengalami naik turun. Sebelum menjadi puskesmas PONED (2012) jumlah kematian
bayi yaitu 11 kasus, tahun 2013 6 kasus, meningkat menjadi 12 kasus di tahun 2014,
lalu menurun menjadi 7 kasus kematian bayi di tahun 2015 (Puskesmas Labuhan
Bilik, Tahun 2015).
Berdasarkan informasi dari salah satu petugas kesehatan PONED yang sedang
berjaga, diperoleh informasi bahwa pada bulan Maret 2017 seorang ibu meninggal
pada saat persalinan dikarenakan tekanan darah yang cukup tinggi.
Universitas Sumatera Utara
81
Hasil pemeriksaan kesehatam pada buku KIA pasien diketahui bahwa tekanan darah
pasien senderung naik setiap bulannya sehingga pasien dianjurkan untuk melakukan
persalinan di rumah sakit untuk menghindari resiko pada saat persalinan. Namun
pada saat persalinan, pasien dan keluarga menolak untuk dibawa ke rumah sakit dan
tetap melakukan persalinan di rumah dengan bantuan bidan. Pada saat persalinan,
tekanan darah pasien naik sehingga mengalami kejang-kejang dan akhirnya
meninggal dunia.
Berdasarkan keterangan dari salah satu bidan TKS yang namanya tidak ingin
disebutkan mengatakan bahwa bidan yang menolong persalinan tersebut merupakan
pegawai tetap puskesmas yang sebelumnya sudah diberitahu bahwa pasien tidak
boleh bersalin di rumah melainkan di puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit. Namun
bidan tersebut merasa sanggup dan mampu menolong persalinan pasien. Warga yang
tidak tahu mengenai riwayat kehamilan pasien beranggapan bahwa meninggalnya
pasien karena kerasukan. Hal ini terjadi karena kejang-kejang yang dialami pasien
pada saat persalinan.
Menurut KEMENKES RI (2013), layanan kesehatan di puskesmas berhasil
mencapai tujuan, kalau pasien yang berada dalam kondisi sakit cukup berat dan atau
dalam kondisi kegawatdaruratan medik yang dirujuk ke fasilitas Puskesmas mampu
PONED, sudah dilayani sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya berdasarkan
standar pelayanan medik dan SOP.
Universitas Sumatera Utara
82
5.5
Kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan Program PONED di
Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten
Labuhan Batu
Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program PONED di Puskesmas
Labuhan Bilik yaitu kurangnya promosi dari petugas kesehatan PONED kepada
masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan ibu hamil minimal 4 kali
selama masa kehamilan, peralatan dan obat-obatan yang masih kurang, keterampilan
petugas dalam menangani kasus kegawatdaruratan serta sistem rujukan dalam
PONED yang belum maksimal menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat
untuk melahirkan di Puskesmas Labuhan Bilik. Masyarakat menganggap petugas
kesehatan PONED kurang terampil dalam memberikan pelayanan karena pasien
selalu dirujuk ke rumah sakit untuk kasus-kasus yang sebenarnya bidan biasa bisa
menanganinya. Namun, karena peraturan baru pemerintah yang melarang persalinan
dilakukan di rumah, membuat masyarakat merasa terbebani karena hanya akan
mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang cukup lama, serta akses ke
rumah sakit yang lumayan jauh dan sulit membuat masyarakat enggan melahirkan di
puskesmas dan memlilih untuk langsung dirujuk ke rumah sakit, sehingga jika terjadi
kegawatdaruratan dalam persalinan, pasien akan cepat ditangani dan tidak
membutuhkan waktu lama untuk mancapai rumah sakit.
Selain itu, penempatan dan keberadaan tenaga kesehatan yang telah
dilatih
PONED di bagian PONED juga memberikan pengaruh terhadap keberhasilan
program PONED karena tenaga kesehatan yang pernah dilatih PONED akan
Universitas Sumatera Utara
83
memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding tenaga kesehatan yang tidak dilatih
PONED. Namun, dalam pelaksanaannya, perawat dan dokter yang dilatih PONED
tidak bertugas di bagian PONED melainkan di bagian Poli Umum dan Lansia.
Menurut KEMENKES RI (2013), Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim
inti pelaksana PONED harus yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat
Tenaga Kesehatan yang telah mendapat sertifikasi sebagai penyelenggara Diklat
PONED. tim inti minimal pelaksana Puskesmas mampu PONED adalah terdiri dari :
1) Dokter Umum 1 orang; 2) Bidan, minimal D3 1 orang ; 3) Perawat, minimal D3 1
orang. Tenaga Tim Inti PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam / hari dan 7
hari / minggu.
Universitas Sumatera Utara
84
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1
Kesimpulan
1. Ketersediaan SDM PONED sudah terpenuhi dan sudah mendapat
pelatihan PONED pada tahun 2013 yang terdiri dari 1 dokter, 1 Bidan dan
1 Perawat.
2. petugas kesehatan selalu ada dan siap siaga melayani pelayanan PONED
selama 24 jam yang dibagi menajdi 3 shift kerja, yaitu pagi, siang dan
malam. Namun kenyataan dilapangan, dokter jarang berada di tempat
pada saat yang dibutuhkan dan tidak bertempat tinggal di wilayah kerja
Puskesmas.
3. Ketersediaan tim pendukung PONED sudah tidak ada. Namun jika dilihat
dari data SDM Puskesmas Labuhan Bilik, tim pendukung PONED sudah
terpenuhi yaitu 5 dokter umum, 13 Bidan, 35 Perawat, dan 1 Petugas
Laboratorium. Hal ini dikarenakan petugas kesehtan yang sering terlibat
dalam PONED hanya bidan dan Perawat.
4. Ketersediaan peralatan PONED sudah memadai namun masih ada yang
belum lengkap dan masih ada beberapa peralatan yang belum tersedia.
5. Ketersediaan obat PONED belum lengkap. Obat yang tidak tersedia di
Puskesmas Labuhan Bilik akan dibeli sendiri oleh pasien di luar Pusksmas
dengan resep dari dokter.
84
Universitas Sumatera Utara
85
6. Alat komunikasi untuk rujukan sudah diberikan oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Labuhan Batu serta sudah tersedianya alat transportasi rujukan
yaitu sebuah ambulance yang siap digunakan selama 24 jam.
7. Biaya operasional PONED dari puskesmas tidak tersedia. Untuk
keperluan PONED dalam hal ketersediaan peralatan dan keperluan lainnya
berasal dari APBD. Apabila ada kerusakan pada alat atau belum lengkap
maka biaya dari APBD.
8. Penerimaan rujukan Puskesmas dari fasilitas kesehatan di bawahnya tidak
sering terjadi. Rujukan biasanya dari lokasi yang dekat dari puskesmas.
Jika petugas mampu menangani kasus emergensi, maka pasien akan
ditangani di Puskesmas.
9. Kasus yang sering ditangani adalah pre eklmasi dan eklamsi. Selain kasus
persalinan pre eklmasi dan eklamsi juga pernah ditangani, partus macet
atau hipertensi dan kasus asfiksia pada kasus emergency neonatus. Kasus
ditangani terlebih dahulu, jika tidak sanggup maka puskesmas segera
merujuk ke rumah sakit. Tetapi sebelum dirujuk ke Rumah Sakit PONEK,
petugas akan melakukan stabilisasi terlebih dahulu, yaitu penanganan
pertama sampai kondisi pasien stabil dan mampu dibawa ke rumah sakit.
10. Rujukan dimulai dari bidan desa. Ketika bidan desa tidak mampu
menangani kasus emergency maternal dan neonatal, bidan desa merujuk
Universitas Sumatera Utara
86
ke puskesmas dan jika puskesmas tidak mampu menanganinya maka akan
di rujuk ke rumah sakit.
6.2
Saran
1. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Labuhan Batu, agar melakukan evaluasi
rutin terhadap kelengkapan dan berfungsinya peralatan untuk Puskesmas
PONED serta penggantian peralatan yang sudah tidak layak untuk dipakai
dan segera mendistribusikan obat-obatan sesuai dengan list obat yang
dibutuhkan Puskesmas PONED.
2. Kepada Kepala Puskesmas Labuhan Bilik, agar memberi perhatian dan
intervensi
untuk
meningkatkan
kesiapan
puskesmas
dalam
hal
kesiapsiagaan Tim Inti pelaksana PONED guna menangani kasus
kegawatdaruratan dalam persalinan, meningkatkan
ketersediaan dann
mengganti peralatan yang sudah tidak berfungsi serta meningkatkan
ketersediaan obat PONED.
3. Kepada Tim Inti PONED, agar selalu siapsiaga 24 jam untuk menangani
kasus kegawatdaruratan dalam persalinan serta melist peralatan PONED
yang belum tersedia dan sudah tidak berfungsi dan menghindari terjadinya
kekosongan obat dengan melist obat-obatan yang sudah habis di PONED.
Universitas Sumatera Utara
Download