31 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif ini digunakan untuk mengetahui pelaksanaan progam PONED di Puskesmas PONED Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Tahun 2017. Metode kualitatif sangat cocok digunakan untuk meneliti ketika suatu permasalahan belum jelas dan dilakukan pada situasi sosial yang tidak begitu luas, sehingga hasil penelitian lebih mendalam dan bermakna.(Saryono, 2010). 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas PONED Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah, Kabupaten Labuhan Batu. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena jumlah persalinan dengan komplikasi yang ditangani meningkat setiap tahunnya serta frekuensi kunjungan dalam pemanfaatan pelayanan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik masih rendah. 3.2.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian dilakukan mulai bulan Januari 2017 sampai selesai. 3.3 Informan Penelitian Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kepala Puskesmas, Tim Inti pelaksana PONED (Dokter, Bidan Koordinator dan Perawat yang telah dilatih PONED), Bidan Desa, Pasien yang pernah memeriksakan kehamilan di Puskesmas dan Pasien yang tidak pernah memeriksakan kehamilan di Puskesmas. 31 Universitas Sumatera Utara 32 Penentuan informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive sampling. Tehnik sampling dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam penentuan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu dimana informan ini adalah orang-orang yang terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang diteliti (Saryono, 2010). 3.4 Metode Pengumpulan Data Ada dua jenis data dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. a. Data Primer Data primer diperoleh melalui metode teknik wawancara mendalam dengan informan yang dipandu dengan menggunakan pedoman wawancara dan direkam dengan menggunakan alat perekam. Pedoman wawancara mendalam terdiri atas daftar pertanyaan mengenai pelayanan PONED yang dilihat dari kerangka pikir dari penelitian ini. b. Data Sekunder Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan, Profil Puskesmas Labuhan Bilik, studi kepustakaan dan telaah dokumen. Dalam studi kepustakaan, penelit imempelajari dan mengumpulkan keterangan maupun bahan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.. Sedangkan telaah dokumen dilakukan untuk membandingkan hasil wawancara dengan data-data seperti data kunjungan K1 dan K4, data persalinan normal yang ditangani, data persalinan dengan komplikasi, data kunjungan nifas, data kunjungan Universitas Sumatera Utara 33 neonatus dan dokumen lain yang digunakan terkait dengan pelaksanaan pelayanan PONED. Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan dan informasi yang dapat dipercaya. Proses pengumpulan data dilakukan melalui : dokumentasi, pengamatan, dan wawancara (Basrowi, 2008). Adapun metode dalam pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, antara lain: a. Dokumentasi Dokumentasi merupakan fakta-fakta dan data yang tersimpan didalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, buku, catatan harian, dokumen pemerintah ataupun swasta, laporan, artefak, foto, data dari flashdisk dan sebagainya (Saryono, 2010). Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen laporan bulanan pelayanan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik. b. Observasi Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau mengamati individu atau kelompok secara langsung (Basrowi, 2008). Observasi pada penelitian ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik. Universitas Sumatera Utara 34 c. Wawancara mendalam (in-depth interview). Wawancara mendalam adalah cara dalam mengumpulkan data melalui wawancara, menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, dan sebagian besar berbasis pada interaksi antara 1 pewawancara dengan 1 responden (Saryono, 2010). Wawancara yang dilakukan pada penelitian ini ditujukan kepada Kepala Puskesmas dan Tim PONED yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan PONED yaitu Dokter, Bidan Koordinator dan Tenaga Kesehatan yang telah dilatih PONED. 3.5 Instrumen Pengambilan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara mendalam (in-depth interview) dan alat perekam suara (voice recorder). 3.6 Uji Validitas Data Uji validitas data dalam penelitian kulitatif disebut dengan triangulasi. Triangulasi digunakan sebagai tehnik pemeriksaan, keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu (Saryono, 2010). Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber yaitu melalui wawancara mendalam dengan pasien yang pernah perikasa kesehatan di Puskesmas Labuhan Bilik dan pasien yang tidak pernah periksa kesehatan di Puskesmas Labuhan Bilik. Universitas Sumatera Utara 35 3.7 Metode Analisis Data Data yang telah terkumpul dianalisis secara manual, yaitu dengan menuliskan hasil penelitian dalam bentuk tabel hasil wawancara mendalam, kemudian meringkas dalam bentuk matriks yang disusun sesuai bahasa baku jawaban informan. Ringkasan ini kemudian diuraikan kembali dalam bentuk narasi dan melakukan penyimpulan terhadap analisa yang telah didapat secara menyeluruh (Hamidi, 2010). Universitas Sumatera Utara 36 BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian 4.1.1 Gambaran Umum Puskesmas Labuhan Bilik Puskesmas Labuhan Bilik didirikan sejak tahun 1907, yang terletak di Jalan Kesehatan Kelurahan Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu. Sejak tahun 2003 Puskemas Labuhan Bilik sudah menjadi rawat inap dan pada tahun 2013 menyusul menjadi Puskesmas Mampu PONED. Letak Puskesmas bersebelahan dengan kantor Lembaga Permasyarakatan Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah dan SMP N 1 Panai Tengah yang berada tepat di belakang Puskesmas. Kecamatan Panai Tengah merupakan salah satu daerah yang berada di Kawasan Pantai Timur Sumatera Utara. Secara geografis Kecamatan Panai Tengah berada pada 2027‟42.78,‟‟N Lintang Utara dan 100014‟31.49‟‟E Lintang Selatan dengan ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Panai Tengah menempati area seluas 483,74 Km2. Adapun batas batas wilayah Kecamatan Panai Tengah adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Panai Hilir b. Sebelah Timur : Berbataasn dengan Riau c. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamtan Kampung Rakyat d. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Bilah Hilir 36 Universitas Sumatera Utara 37 4.1.2 Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah terdiri dari 10 desa dan 72 dusun. Keterangan jumlah desa dan dusun dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Jumlah Desa, Dusun, dan Luas (Km)2 di Kecamatan Panai Tengah tahun 2015 No Desa Dusun Luas (Km)2 1. Labuhan Bilik 6 37,00 2. Telaga Suka 6 41,00 3. Sei Siarti 11 39,30 4. Sei Nahodaris 5 47,74 5. Sei Rakyat 7 44,40 6 Sei Pelancang 13 47,30 7 Selat Beting 5 47,50 8 Bagan Bilah 10 45,50 9 Sei Merdeka 5 69,00 10 Pasar Tiga 4 65,00 Jumlah 72 483,74 Pada tahun 2015 penduduk Kecamatan Panai Tengah berjumlah 35.976 jiwa dengan rincian 18.380 jiwa yang berjenis kelamin laki-laki dan 17.596 jiwa perempuan. Jumlah rumah tangga yang ada di Kecamatan Panai Tengah sebanyak 7.924 KK. 4.1.3 Sumber Daya Manusia Puskesmas Labuhan Bilik Tabel 4.2 Sumber Daya Manusia Puskesmas Labuhan Bilik No. 1. 2. 3. 5. 6. 7. 8. 9. Tenaga Kesehatan Dokter Umum Dokter Gigi Perawat Bidan Tenaga Ahli Kesehatan Masyarakat Tenaga Ahli Sanitasi Tenaga Teknisi Medis (Lab) Umum Jumlah Jumlah 6 1 36 14 2 1 1 2 63 Universitas Sumatera Utara 38 4.2 Peralatan dan Obat Puskesmas Mampu PONED Labuhan Bilik Tabel 4.3 Hasil Observasi Ketersediaan Peralatan Maternal Puskesmas Mampu PONED Labuhan Bilik No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. Alat maternal Meja instrumen 2 rak Bak instrumen tertutup kecil Bak instrumen tertutup medium Bak instrumen tertutup besar Tromol kasa Nierbekken/kidney disk diameter 20-21 cm Nierbekken/kidney disk diameter 23-24 cm Timbangan injak dewasa Pengukuran tinggi badan Standar infus Lampu periksa halogen Tensimeter/ sphygmomanometer dewasa Stetoskop dupleks dewasa Termometer klinik (elektrik) Tabung oksigen + regulator Masker oksigen + kanula nasal Tempat tidur periksa (examination bed) Rak alat serbaguna Penutup baki rak alat serbaguna Lemari obat Meteran/ metline Pita pengukur lengan atas Stetoskop janin pinard/ laenec Pocet fetal hearth rate monitor (doppler) Tempat tidur untuk persalinan Klem kasa Tempat klem kasa Spekulum sims kecil Spekulum sims medium Spekulum sims besar Spekulum cocor bebek grave kecil Spekulum cocor bebek grave medium Spekulum cocor bebek grave besar Kit resusitasi dewasa Keterangan √ √ √ √ √ √ X √ X √ √ √ √ X √ √ √ X X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Universitas Sumatera Utara 39 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. 70. 71. 72. 73. Endotracheal tube dewasa 6,0 Endotracheal tube dewasa 7,0 Endotracheal tube dewasa 8,0 Stilet untuk pemasangan ETT no. 1 Nasogastric tube dewasa 5,0 Nasogastric tube dewasa 8,0 Kacamata/ goggle Masker Apron Sepatu boot Tong/ ember dengan kran Sikat alat Perebus instrumen (destilasi tingkat tinggi) Sterilisator kering Tempat sampah tertutup Pispot sodok (stick plan) Setengah kcher Gunting episiotomy Gunting tali pusat Gunting benang Pinset anatomis Pinset sirurgis Needle holder Nelaton kateter Jarum jahit tajam (cutting) G9 Jarum jahit tajam (cutting) G11 Bak/ baskom plastik tempat plasenta Ekstraktor vakum manula Aspirator vakum manula Waskom Kleem kelly/ klem kocher lurus Klem fenster/ klem ovum Mangkok iodin Tenakulum schroeder Klem kasa lurus (sponge foster straight) Gunting mayo CVD Aligator ekstraktor AKDR Klem penarik benang AKDR Sonde uterus sims X X X X X X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ Universitas Sumatera Utara 40 74. 75. 76. 77. 78. 79. 80. 81. 82. 83. 84. 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93. 94. 95. 96. 97. 98. 99. 100. 101. 102. 103. 104. Hemoglobin meter elektronik Tes celup urinariris glukose dan protein Tes celup Hcg (tes Kehamilan) Tes golongan darah (ABO, rhesus) Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0 Benang chromic (jarum tapper 0) 3/0 Spuit disposable (steril) 1ml Spuit disposable (steril) 3 ml Spuit disposable (steril) 5 ml Spuit disposable (steril) 10 ml Spuit disposable (steril) 20 ml Three-why stopcock (steril) Infused dewasa Kateter intravena 16 G Kateter intravena 18 G Kateter intravena 20 G Kateter penghisap lendir dewasa 8 Kateter penghisap lendir dewasa 10 Kateter folley dewasa 16 g Kateter folley dewasa 18 g Kantong urin Sarung tangan steril 7 Sarung tangan steril 7,5 Sarung tangan steril 8 Sarung tangan panjang 8 (manual plasenta) Sarung tangan rumah tangga (serba guna) Plester non woven Sabun cair untuk cuci tangan Providon iodin 10% Alkohol 75% Cuvette hemoglobin meter elektronik √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ X Tabel 4.4 Hasil Observasi Peralatan Neonatal Puskesmas Mampu PONED No. 1. 2. 3. 4. Alat Neonatal Tensimeter/ sphygmomanometer Tensimeter/ sphygmomanomaeter neonatus Stetoskop dupleks bayi Stetoskop dupleks neonatus Keterangan √ X √ √ Universitas Sumatera Utara 41 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35.. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. Termometer klinik (elektrik) Timbangan neonatus + bayi Ari timer standar (respiratory rate timer) Lampu emergensi Meja resusitasi dengan pemanas Kit resusitasi neonatus Balon resusitasi neonatus mengembang sendiri dengan selang reservoir Sungkup resusitasi Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran) T piece resusitator Endotracheal tube anak Nasogastric tube neonatus Tabung oksigen + regulator Pompa penghisap lendir elektrik Penghisap lendir delee (neonatus) Handuk pembungkus neonatus Kotak kepala neonatus Klem arteri kocher mosquito lurus Klem arteri kocher mosquito lengkung Klem arteri pean mosquito Pinset sirurgis Pinset jaringan kecil Pinset bengkok kecil Needle holder Gunting jaringan mayo ujung tajam Gunting jaringan mayo ujung tumpul Gunting jaringan iris lengkung Skalpel Bisturi Baskom kecil Nedle holder matheiu Jarum ligasi knocker Doyeri probe lengkung Pinset jaringan semken Pinset kasa anatomi Pinset jaringan sirurgis Gunting iris lengkung Gunting operasi lurus X √ √ √ √ √ √ √ X X X X √ √ X √ X X X X √ X √ √ √ √ X √ √ √ X √ √ √ √ √ X X Universitas Sumatera Utara 42 43. 44. 45. 46. 47. 48. 49. 50. 51. 52. 53. 54. 55. Retraktor finsen tajam Klem mosquito halsted lurus Klem mosquito halsted lengkung Klem linen backhauss Klem pemasang klip hegen barth Kantong metode kanguru Inkobator ruangan dengan termostat sederhana Infus set pediatrik Three-why stopcock Kanula penghisap lendir neonatus Klem tali pusat Kateter intravena Kateter umbilicus X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Tabel 4.5 Hasil Observasi Ketersediaan Obat PONED PERDARAHAN Ringer laktat (500 ml) NaCl 0.9% (500 ml) Dextran 70.6% (500 ml) Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml) Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablett) Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml) Misoprostol (tablet) Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 g Kateter folley no. 18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN Ringer laktat (500 ml) MgSo4 20% (25 ml) MgSo4 40% (25 ml) Glokonas kalsikus 10 % injeksi (20 ml) Nifedipin 10 mg (tablet) Hidralazin 5 mg injeksi Labetolol 10 mg injeksi Metildopa 250 mg (tablet) KETERANGAN √ √ √ √ X √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X X √ Universitas Sumatera Utara 43 Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 g Kateter folley no. 18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml Disposible syringe 10 ml INFEKSI Ringer laktat (500 ml) NaCl 0.9% (500 ml) Ampisilin 1 g injeksi Gentamisin 80 mg injeksi Metronidazol 500 mg injeksi Amoksilin 500 mg (tablet) Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml) Aquadest pro injeksi 255 ml Parasetamol 500 mg (tablet) Infus set dewasa Kateter intravena no. 18 g Kateter folley no. 18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml ABORTUS Ringer laktat (500 ml) NaCl 0.9% (500 ml) Sulfas atropin injeksi (2 ml) Diazepam 5 mg injeksi (2 ml) Pethidin injeksi (2 ml) Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml) Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablett) Amoksilin 500 mg (tablet) Asam mefenamat 500 mg(tablet) Infus set dewasa Kateter intravena no. 18 g Disposible syringe 3 ml disposible syringe 5 ml ROBEKAN JALAN LAHIR Ringer laktat (500 ml) √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ √ Universitas Sumatera Utara 44 NaCl 0.9% (500 ml) Lidokain HCL 2% injeksi (2 ml) Oksitosin injeksi 10 IU (1 ml) Metil ergometrin maleat injeksi 0.2 mg (1 ml) Amoksilin 500 mg (tablet) Asam mefenamat 500 mg(tablet) Chromic catgut no. 1, atraumatic (saset) Chromic catgut no. 2/0 atau 3/0, atraumatic (saset) Infus set dewasa Kateter intravena no. 18 g Kateter folley no. 18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml SYOK ANAFILAKTIK Ringer laktat (500 ml) NaCl 0.9% (500 ml) Adrenalin 0.1% injeksi (1 mkl) Difenhidramin HCL 10 mg injeksi (1 ml) Dexametason 5 mg injeksi (1 ml) Transfusi set dewasa Kateter intravena no. 18 g Kateter folley no. 18 Kantong urin dewasa Disposible syringe 3 ml Disposible syringe 5 ml 4.3 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ X √ √ √ √ √ √ √ √ Karakteristik Informan Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Karakteristik Informan Informan Informan 1 Informan 2 Informan 3 Jabatan Kepala Puskesmas Bidan Koordinator/ Bidan Inti PONED Dokter Inti PONED Umur 40 tahun 43 tahun Pendidikan SKM DIII Kebidanan 41 tahun S1 Kedokteran Universitas Sumatera Utara 45 Informan 4 Informan 5 Informan 6 Informan 7 Perawat Inti PONED Bidan Desa Pasien (pernah periksa kehamilan) Pasien (tidak pernah periksa kehamilan) 38 tahun 35 tahun 33 tahun DIII Keperawatan DIII Kebidanan SMP 21 tahun SMA Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa jumlah informan penelitian ini adalah 7 orang, yeng terdiri dari Kepala Puskesmas berumur 40 tahun dengan pendidikan Sarjana Kesehatan Masyarakat, Bidan Koordinator/ Bidan Inti PONED berumur 43 tahun dengan pendidikan DIII Kebidanan, Dokter inti PONED berumur 41 tahun dengan pendidikan Dokter, Perawat inti PONED berumur 38 tahun dengan pendidikan DIII Keperawatan, Bidan desa berumur 35 tahun dengan pendidikan DIII Kebidanan, Pasien yang pernah memeriksakan kehamilan di puskesmas berumur 33 tahun dengan pendidikan SMP, dan Pasien yang tidaak pernah memeriksakan kehamilan di puskesmas berumur 21 tahun dengan pendidikan SMA. 4.4 Ketersediaan SDM Hasil penelitian mengenai ketersediaan SDM dalam pelaksanaan pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa tim inti yang melaksanakan pelayanan PONED di Puskesmas Labuhan Bilik sudah mendapatkan pelatihan pada tahun 2013. Pelatihan untuk tim inti PONED dilakukan pada tahun 2013 yang terdiri dari 1 dokter, 1 bidan dan 1 perawat. Tim inti PONED langsung ditunjuk oleh kepala puskesmas dan sampai saat ini belum ada pelatihan lanjutan. Universitas Sumatera Utara 46 Tabel 4.7 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Jumlah Petugas yang Terlatih PONED Informan Pernyataan Informan 1 Kalok ibuk ndak salah dakhi tahun 2013. Iyo, ada dilatih. Tapi lobeh jolasnya elok tanyak sama buk wani sajo, kan ia penanggungjawabnya. Lagian ibuk kan bakhu 2 bulan ja jadi kapus di sika jadi kukhang tau jua. (Kalau ibu gak salah sejak tahun 2013. Iya, ada pelatihan. Tapi untuk lebih jelasnya bagus tanya sama bu Wani aja, beliau kan penanggungjawab bidang tersebut, lagian ibu kan baru 2 bulan jadi Kapus di sini. Jadi kurang tahu juga). Informan 2 Ada, batiga doluen kai yang pelatihan en. Bidannya, ibuk¸ kalo dokternya bu buk Budi, dan perawatnya buk Ulong. Kalok ibuk ndak salah pelatihannya tahun 2013. oooiiii. . . kalok en kriteria khusus ndak ada lah rasa ibuk, Cuma langsung saja dolu en ditunjok sama kapus. Pelatihan lanjutan ndak ada, Cuma sekali en saja lah. (Ada, 3 orang kemarin kami yang ikut pelatihannya. Bidannya, ibu, kalau Dokternya bu Budi, dan perawatnya, bu Ulong. Kalau ibu tidak salah, pelatihannya tahun 2013. oooii.. kalau kriteria khusus rasa ibu tidak ada, cuma langsung saja kemarin ditunjuk sama Kapus. Pelatihan lanjutan tidak ada, cuma satu kali saja). Informan 3 Sejak kapan ya? Saya agak lupa juga soalnya udah lama. Tahun 2012 atau 2013 gitulah. Sudah, tahun 2013. ada 3 orang. Saya, bu Wani sama bu Darlina. Gak ada kriteria khusus, Cuma ketepatan aja ditunjuk Kapus dan biasanya kan yang PNS didahuluankan. Pelatihan lanjutan gak ada, cuma itu aja. Tapi ibu udah gak di PONED lagi, ibu di Poli Umum. untuk bagian PONED tanya sama bu Wani aja. informan 4 Udah, tahun 2013. Ada 3 okhang. Ibuk, buk Wani sama dokter Budi. Ndak tau ibuk na kalok masalah kriteria, tapi nang pasti doluen ditunjok sama kapus langsung. Awak mangikut sajalah. Pelatihan lanjutan ndak ada, cuma sekali en sajalah. Pelatihnya profesor apa deh, lupa nama bapak en. Pelatihannya di Medan. Kukhang lobeh semingguan lah. Sekakhang di PONED buk Wani, ibuk en bikornya. Kalok ibuk di lansia ja. Cuma kabotulan saja ja dolu en ikut pelatihan hahaha. Universitas Sumatera Utara 47 (Sudah, tahun 2013. ada 3 orang. Ibu, bu Wani dan dokter Budi. Gak tau kalau kriteria, tapi yang pasti kemarin ditunjuk Kapus langsung. Pelatihan lanjutan gak ada, cuma sekali itu aja. Pelatihnya Profesor apa ya, lupa namanya siapa. Pelatihannya di Medan. kurang lebih semingguan lah. Sekarang di PONED bu Wani, beliau bikornya. Kalau ibu di lansia. Cuma kebetulan aja ikut pelatihan kemarin hahahaa). 4.5 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED Hasil penelitian mengenai kesiapsiagaan petugas kesehatan PONED diperoleh informasi bahwa petugas kesehatan PONED telah siapsiaga selama 24 jam/hari dalam melayani PONED. Petugas dibagi menjadi 3 shhift kerja, yaitu shift kerja pagi mulai pukul 08.00 s/d 14.00 WIB, siang mulai pukul 14.00 s/d 20.00 WIB dan malam mulai pukul 20.00 s/d 08.00. Setiap shift kerja terdiri dari 4 orang. Namun saat pasien shift malam tidak ada dokter. Tabel 4.8 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED Informan Pernyataan Informan 1 Pasti len tong baya siapsiaga 24 jam. Namanya ukahng malaherkan, kan kita ndak tau pabila saja. Ada 3 shift jaga. Pagi, siang, sama malam. Siapa-siapa saja yang bajaga, tanya sama buk wani. Kalok dokter umum disika ada 6, tapi dokter obgyn ndak ada dan selama 2 bulan jadi kapus di sika bolum pornah ada kunjungan dokter obgyn, mudah-mudahan besok ada. (Pastilah siapsiaga 24 jam. Namanya orang melahirkan, kan kita gak tau kapan. Jadi harus siap 24 jam. Ada 3 shift jaga, pagi, siang dan malam. Siapa-siapa aja yang jaga, tanya sama bu Wani. Kalau dokter umum ada 6, tapi dokter obgyn gak ada dan selama dua bulan saya jadi Kapus di sini belum pernah ada kunjungan dokter obgyn, mudah-mudahan nanti). Informan 2 Iyolah, siapsiaga. Namanya okhang ondak melaherkan mana tau kita jam bekhapa saja kan hahaha...dibagi jadi tiga shift pagi, siang sama malam. Masing-masing shift yang Universitas Sumatera Utara 48 menjaganya ompat ukhang. Kalok pagi dakhi jam lapan pagi sampek jam dua siang, kalok siang dakhi jam dua siang sampek jam lapan malam, kalok malam dari jam lapan malam sampek jam lapan pagi. kalok dokter cuama jaga dakhi senin sampek kamis sajo ja, en pun malam jakhang jen jaga. Dokter umum ada anam. Dokter obgyn ndak ada. (Iyalah, siapsiaga. Namanya orang melahirkan. Kan kita tidak tau jam berapa saja Hahahahha... Dibagi jadi tiga shift. Pagi, siang dan malam. Masing-masing shift yang jaga 4 orang. Kalau pagi dari jam delapan pagi sampai jam dua siang, kalau shift siang dari jam dua siang sampai jam delapan malam, dan shift malam dari jam delapan malam sampai jam delapan pagi Kalau dokter hanya jaga dari senin sampai kamis, itupun malam jarang ada dokter yang jaga. dokter umum ada 6. Dokter obgyn tidak ada). Informan 3 iya, 24 jam. Kan udah ada shif-shiftnya. Tapi saya gak tau ya siapa aja. Soalnya kan saya di bagian poli umum. Jadi di PONED saya gak tau. Dokter umum banyak ada 6, kalau dokter obgyn gak ada. Informan 4 kalok siapsiaga iyolah 24 jam, kan ada shift-shiftnya. Pagi, siang sama malam. Tapi yang sokhing jaga bidan sama perawat, kalok dokter jakhang jen. Jadi kalok ndak ada dokter, bidan lah yang mangasi ubat sama suntikan. Padahal tau ja wak kan, prosedurnya mana buleh bagenen, hakhus didampingi sama dokter yo kan. Tapi ondak kek mana lai. Kalok sekarang ibuk udah ndak di PONED lai, ibuk di bagian lansia ja. (Kalau siapsiaga iya 24 jam soalnya kan ada shift-shiftnya. Pagi, siang, sore Tapi yang sering jaga sih bidan dan perawat, kalau dokter jarang. Jadi kalau tidak ada dokter, bidan yang ngasi obat dan memberi suntikan. padahal kan prosedurnya tidak bisa seperti itu kan. Harus didampingi sama dokter, tapi ya mau gimana lagi. Kalau ibu sekarang sudah tidak di PONED lagi, ibu bagian lansia). Informan 6 Kalok bidan sama perawat sokhing sih bajaga, tapi dokter ndak pornah kak tengok. Doluen lai, pas keluarga kak ada yang ondak melaherkan, dokter ndak jua ada. Memang hakhus sama dokter rupanya iyo? Kak kan kurang tau jua. Tapi dolu en dibawak ka khumah sakit, sobut bidannya taku ntah mangapa-mangapa kakhna anaknya ndak jua kaluakhkaluakh. Universitas Sumatera Utara 49 (Kalau bidan dan perawat sering jaga sih, tapi dokter kakak tidak pernah lihat. Kemarin juga waktu keluarga kakak mau melahirkan, dokter juga tidak ada. Memang harus sama dokter ya? Kakak kurang tau juga. Tapi kemarin dia dirujuk ke rumah sakit, kata bidannya takut nanti kenapa-napa. Soalnya anaknya gak keluar-keluar juga). 4.6 Ketersediaan Tim Pendukung PONED Hasil penelitian mengenai ketersediaan tim pendukung PONED diperoleh informasi bahwa tim pendukung sudah tidak ada. Persalinan hanya dibantu oleh petugas jaga sesuai shiftnya masing-masing. Tabel 4.9 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Tim Pendukung PONED Informan Pernyataan Informan 1 Kukhang tau ibuk, dek. Cubakla tanyak sama bagian PONED langsung ato sama buk wani. (Kurang tau ibu, dek. Coba tanya sama bagian PONED nya langsung atau sama bu Wani). Informan 2 Kalau dulu ada, tim pendukungnya kita melibatkan bidanbidan desa dalam hal merujuk dan penanganan. Maksudnya real emergensi. Jadi kalo terjadi apa-apa di desa, untuk penanganan pertama mereka tau. Real emergensi bukan pelatihan tapi tindakan langsung. Dulu setiap minggu, setiap hari selasa. Sekarang udah gak pernah selama 2017 ini. maksudnya gini, dulu tiap tim jaga dia yang melaksanakan. misalnya yang jaga pagi hari selasa, dia yang melakukan tindakan. jadi semuanya berputar/rotasi. Setiap minggunya kan pasti ada yang dapat giliran. Jadi mereka melakukan real emergensi dan udah diperagakan boleh diperagakan kembali. makanya bukan cuma satu kali tindakan. Sudah dilakukan mereka, barulah dikasi brosur dan job desknya sesuai dengan SOP. Kalau kurang lebihnya kan biasa. Baru kita komentari dimana salah dan betulnya karena kita kan mengawasi dan memberi nilai. Kalau sekarang, tim pendukungnya ya tim jaga. Universitas Sumatera Utara 50 Informan 3 Gak ada. Dulu sih ada tapi sekarang sudah jarang, amburadul. Namanya real emergensi. Gak dilatih, tapi langsung peragaan. Informan 4 Keknya dolu ada tim dakhi masyakhakat, maksudnya bidan desa tapi sakakhang ibuk ndak tau na. (Sepertinya dulu ada tim dari masyarakat, maksudnya bidan desa tapi sekarang ibu tidak tau).. 4.7 Ketersediaan Peralatan PONED Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan diperoleh informasi bahwa masih ada beberapa alat yang belum tersedia serta alat yang sudah tidak berfungsi dalam menunjang pelaksanaan pelayanan PONED. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang menyatakan bahwa ketersediaan peralatan pelayanan PONED belum lengkap. Peralatan maternal yang belum tersedia adalah : nierbekken, pengukur tinggi badan, endotracheal tube dewasa (6, 7, 8), nasogastric tube dewasa (5,8), ekstraktor vakum manula, aspirator vakum manula, tenakulumschroeder, benang chromic (jarum tapper 0) 2/0, sarung tangan panjang (manula plasenta), cuvette hemoglobin meter elektronik. Sedangkan Peralatan Neonatal yang belum tersedia adalah : tensimeter/ sphygmomanometer neonatus, stetoskop dupleks neonatus, termometer klinik (elektrik), laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran), T piece resusitator, Endotracheal tube anak, nasogastric tube neonatus, kotak kepala neonatus (head box), klem arteri pean mosquito, gunting jaringan iris lengkung, needle holder matheiu, jarum ligasiknocher, doyeri probe lengkung, pinset jaringan semken, gunting iris lengkung, gunting operasi lurus, retraktor finsen tajam, skalpel, bisturi, klem Universitas Sumatera Utara 51 mosquito halsted lurus dan lengkung, klem pemasang klip hegenbarth. Peralatan yang sudah tidak berfungsi adalah: pompa penghisap lendir dellee (neonatus). Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Peralatan PONED Informan Pernyataan Informan 1 Keknya udah longkaplah, paling yang bolum longkap alatalat yang jakhang dipakek. (Sepertinya udah lengkaplah, paling yang belum lengkap alat-alat yg jarang dipakai). Informan 2 Alat-alatnya udah lumayan longkaplah, tapi alat penghisap londekh bayi yang udah khusak, ndak bisa dipakek lai. Kalok memang ada alat yang diporlukan tapi ndak ada di sika, pasiennya kita bawak ke khumah sakit PONEK di Ranto. (Alat-alatnya sudah lumayan lengkap, tapi alat penghisap lendir udah rusak, gak bisa dipakai lagi. Kalau memang ada alat yang diperlukan tapi gak ada di sini, pasiennya ya kita rujuk ke Rumah Sakit PONEK di Ranto). Informan 3 Udah lengkap kok. Informan 4 Ibuk khasa udah longkap na, untuk lobeh jolasnya tanya la jang bu wani, ibuk kan di lansia ja bukan di PONED, Cuma kabotulan saja ja doluen ikut pelatehan PONED. (Ibu rasa udah lengkap ya, untuk lebih jelasnya tanya bu Wani aja. Ibu kan bagian lansia bukan PONED. Cuma kebetulan aja dulu ikut pelatihan PONED). Informan 5 Rasaku, udah longkap na. Paling bebekhapa lah yang ndak ada. Kan ndak mungkin disamakan sama rumah sakit. (Menurut saya, sudah lengkap ya. Paling beberapalah yang gak ada. Kan gak mungkin disamakan sama rumah sakit). 4.8 Ketersediaan Obat PONED Berdasarkan hasil wawancara mendalam terhadap informan diperoleh bahwa masih ada beberapa obat yang belum tersedia dalam menunjang Universitas Sumatera Utara 52 pelaksanaan pelayanan PONED. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang menyatakan bahwa ketersediaan obat pelayanan PONED belum lengkap. Obatobatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pelayanan PONED belum tersedia adalah : metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet), misoprostol (tablet), diazepam 5 mg injeksi (2 ml), hidralazin 5 mg injeksi, labetolol 10 mg injeksi, pethidin injeksi, adrenalin 0,1% (1 ml). Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Obat PONED Informan Pernyataan Informan 1 Lumayan longkaplah dek, tapi kalok memang ndak ada ubatnya disika, boli diluar la/apotik dengan resep dokter la tong. Sekarang kan udah ada askesda dan bpjs, jadi kalo berubat di sika uda ndak bayar lai. (Lumayan lengkaplah dek. Tapi kalo memang obatnya gak ada, pasien bisa beli di luar/apotik dengan resep dokter. Sekarang kan udah ada Askesda dan BPJS. Jadi pasien uda gak bayar lagi). Informan 2 Masih kukhang, sokhing pun kakukhangan ubat. Kami sukhoh lah boli di luakh pakek khesep. Kalok dolu kai bisa manyadiakan ubatnya, jadi pasien ndak pokhlu lai susahsusah cakhi di luakh. Hakhganya pun sama ja sama di luakh. Tapi sekhang udah ndak buleh lai sama kapus. Dolu en ada yang manyobut “mangapa masih bayakh?”. Padahal ubatnya dari kai ja bukan dari puskesmas karna di puskesmas ndak ada. Tapi kalok pasien dan kaluakhganya udah nyarik kamana-mana ndk dapat jua, bisa ja minta tolong sama kai, kai carikkan. (Masih kurang, seringpun kekurangan obat. Kami suruh beli di luar lah tapi dengan resep. Kalau dulu kami bisa nyediakan obatnya, jadi pasien dan keluarganya gak perlu susah-susah cari di luar. Harganya pun sama sama di luar. Tapi sekarang udah gak boleh sama kapus. Lagian malas dengar omongan orang. Kemarin ada yang bilang "kok masih bayar". Padahal obatnya kan dari kami pribadi bukan dari puskesmas. Sedangkan di puskesmas obatnya gak tersedia. Tapi kalau misalnya pasien dan keluarga udah nyari kemana-mana trus gak dapat juga, yauda minta tolong Universitas Sumatera Utara 53 sama kami, kami carikan. tapi itu atas permintaan pasien ya). Informan 3 Sama kayak alat-alatnya, pasti obatnya pun udah lengkap lah. Informan 4 Kalok masalah ubat-ubatnya ibuk ndak taula dek, tapi kalok udah namanya PONED pasti longkaplah ubatnya kan. Tanya sama buk wani sajalah dek na. (Kalau masalah obat-obatnya ibu gak tau dek, tapi namanya PONED ya pasti lengkap lah kan. Tanya sama bu Wani aja ya). Informan 5 Camanala dee, masih ada jua yang ndak ada. Tapi kalo memang ndak ada, kan bisa diboli di apotik. (Gimana ya, masih ada juga yang gak ada. Tapi kalo memang gak ada, kan bisa beli di apotik). Informan 6 Ndak tau na dek, karna kan baru 2 kali ja pariksa, torus ndak ada pornah sakit hebat sampek porlu ubat-uabt genen. Alhamdulillah, baek-baek sajo ja baya. (Gak tau ya dek, soalnya baru 2 kali periksa kehamilan, trus gak pernah ada sakit yang serius sampek perlu obat gitu. Alhamdulillah, baik-baik aja). Informan 7 Gak tau dek, ntah kenapa malas aja ke puskesmas dek. Gak pernah pun kakak ke puskesmas. Paling kalo sakit kayak anak kakak kemarin, berobat ke pak lambok aja. Orang-orangnya pun di sana sok-sok semua. Kakak maunya melahirkan di rumah aja dek tapi katanya sekarang udah gak boleh di rumah. Melahirkan di puskesmas pun percuma, nanti ujungujungnya disuruh ke rumah sakit juga dibilang lah darahnya tinggi, anaknya gak keluar-keluarlah. Yang iyanya orang itu yang gak pande. Anak kakak pertama lahir di rumah sehat kok. Nanti ujung-ujungnya duit juga. 4.9 Ketersediaan Alat Komunikasi untuk Merujuk Kasus PONED Hasil penelitian mengenai ketersediaan alat komunikasi untuk merujuk kasus pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa alat komunikasi untuk Universitas Sumatera Utara 54 merujuk kasus pelayanan PONED sudah tidak tersedia lagi tetapi dulu ada di berikan oleh Pemerintah. Cara untuk merujuk pasien adalah dengan melakukan sms sesuai dengan program sijari EMAS ataupun dengan menelpon rumah sakit yang akan dirujuk. Tabel 4.12 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Alat Komunikasi untuk Merujuk Kasus PONED Informan Pernyataan Informan 2 Cuma hp sajolah, en pun hp pribadi. Dolu ada dikasi sama si jari omas tapi udah pala rusak. Jadi sakarang pake hp pribadilah. Kai bisa on call dan sms. Kalok misalnya di sms ndak dibalas, kita bisa manelpun langsung ke RS PONEK, kan ada nomornya dan nomor kai pun bidan-bidan udah tadaftar jua ja di sanan. Jadi pas sampek rumah sakit, orangen udah tau dan pasien langsung ditangani. (Cuma Hp. Itupun Hp pribadi. Dulu ada dikasi sama si Jari Emas tapi udah rusak. Jadi sekarang pake Hp pribadilah.Kita bisa On Call dan SMS. Kalau misalnya di sms gak dibalas, kita boleh nelpon langsung ke RS PONEK, kan ada nomornya dan nomor kita pun uda terdaftar di sana. Jadi pas sampe rumah sakit, mereka udah tau dan pasien langsung ditangani). Informan 3 Ada, Hp. Namanya puskesmas PONED jadi pasti punya alat komunikasi untuk berhubungan dengan rumah sakit PONEK kalau ada pasien yang harus dirujuk. Informan 4 Alat komunikasi ada baya, hp. Tapi keknya hp sendiri bukan puskesmas. (Alat komunikasi ada, Hp tapi kayaknya milik pribadi bukan puskesmas). Informan 5 Pastilah ada dek, pake hp. Kan porlu enen untok manelpon pas rujukan ka rumah sakit. (Pasti adalah dek, pake Hp. Kan perlu nanti untuk nelpon pas rujukan ke rumah sakit). Universitas Sumatera Utara 55 4.10 Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan Hasil penelitian mengenai ketersediaan sarana transportasi kasus pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa sarana transportasi untuk merujuk kasus pelayanan PONED telah tersedia. Ambulance dapat dipakai kapan saja selama 24 jam. Ambulance hanya dipakai untuk keperluan puskesmas ke lapangan serta sarana rujukan bagi pasien yang tidak memiliki kendaraan pribadi. Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Sarana Transportasi Rujukan Informan Pernyataan Informan 1 Ada, kan kita punya ambulance. Namanya uda PONED jadi harus ada lah transportasi untuk merujuk ke rumah sakit kan. Selain merujuk kebutuhan pasien, ambulance juga dipake petugas kalo ke lapangan. Tiap hari diparkir di sini, gak boleh dibawa pulang. Informan 2 Ada, ambulance. Tapi kalok misalnya ondak naek motor sandiri ya ndak mangaa. Kan samua tagantong sama pasien dan kaluarganya ondak naek apa dan ondak dirujuk kaman. (Ada, ambulance. Tapi kalo misalnya pasien mau naik mobil pribadi ya gak papa, kan semua tergantung sama pasien mau naik apa dan dirujuk kemana itu terserah pasien dan keluarganya). Informan 3 Ada, ambulance. Informan 4 Ada Informan 5 Ada Informan 6 Kalau gak punya mobil naik ambulance. Informan 7 Gak tau, namanya gak pernah ke puskesmas. Universitas Sumatera Utara 56 4.11 Ketersediaan Biaya Operasional Program PONED Hasil penelitian mengenai ketersediaan biaya operasional pelayanan PONED, diperoleh informasi bahwa biaya operasional pelayanan PONED dari puskesmas tidak tersedia. Untuk keperluan PONED dalam hal ketersediaan peralatan dan keperluan lainnya berasal dari APBD. Apabila ada kerusakan pada alat atau belum lengkap maka biaya dari APBD, namun gaji tetap dari Pemerintah. Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Biaya Operasional Program PONED Informan Pernyataan Informan 1 Semua obat dan perlengkapan di puskesmas semua dari APBD lah dek. Kalau untuk klem pasien kan sekarang udah ada askesda sama BPJS. Jadi masyarakat gak perlu bayar-bayar lagi. Informan 2 Biaya operasionalnya dari dinkeslah, diambil dari APBD. Tapi kalau gaji kami yang PNS tetap dari pemerintah. Kalau biaya yang lainnya gak ada. Informan 3 Gak tau, tapi setau saya semua obat dan perlengkapan di puskesmas ini dari APBD. Informan 4 Kurang tau kalau masalah biaya dek. 4.12 Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan di Bawah Hasil penelitian mengenai rujukan dari fasilitas rujukan dibawahnya itu terdapat bidan desa atau puskesmas non PONED. Puskesmas menangani kasus yang datang namun apabila kasus tidak dapat diatasi maka di rujuk ke Rumah Sakit PONEK. Rujukan dari bawah juga dari lokasi yang dekat dari puskesmas. Universitas Sumatera Utara 57 Bidan desa atau puskesmas non PONED juga ada yang melakukan rujukan langsung ke rumah sakit PONEK. Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan Dibawahnya Informan Pernyataan Informan 2 Biasanya sih bidan yang bawakkan pasien ke puskesmas dan dia juga nanti yang menolong persalinannya di sini. Selain sama bidan, ada juga pasien yang datang sendiri ke puskesmas sama keluarganya. Kalau yang kayak gitu bakal ditangani sama bidan yang kebetulan jaga. Tapi walaupun datang sendiri, biasanya pasien minta ditangani sama bidan yang uda dikenal dan biasa meriksa kehamilannya dari awal. Kalau gak bisa ditangani di puskesmas baru dirujuk ke rumah sakit. Informan 3 Pasien datang ke puskesmas dengan keluarganya dan datang sama bidannya. Kalau sistem penanganan dan rujukannya saya kurang tau sekarang gimana, soalnya saya gak di bagian itu lagi. Sekarang saya kan di Poli Umum. Informan 4 Sekarang kan semua persalinan harus di puskesmas. Kalau Pasien sudah merasa sakit mau melahirkan nanti datang sendiri atau sama datang sama bidan ke puskesmas, kalau misalnya gak bisa ditangani di sini baru dirujuk ke rumah sakit. Informan 6 Gak tau dek. Soalnya anak pertama kemarin lahiran di rumah tahun 2015 kan masih boleh, kalau sekarang harus di puskesmas. Tapi dengar dari tetangga langsung ke puskesmas aja sama bidannya yang dekat rumah. Katanya lahiran sama obatnya gak bayar, tapi gak tau juga sih dek mudah-muahan gak perlu ke rumah sakit. biayanya uda beraa kalau di sana. kalau bisa di sini, di sini aja lah dek. Informan 7 Saya kan baru pindah ke sini, jadi saya gak tau di sini kayak mana. Ini kan hamil anak kedua masih 5 bulan juga. Kalau anak pertama kemarin lahirannya di puskesmas dekat rumah dulu, dokternya di sana bagus, terkenal juga. Obatnya pun lengkap dan murah. Insyaallah nanti lahirannya mau di sana Universitas Sumatera Utara 58 juga soalnya dekat dari rumah mamak. gak mau lahiran di sini. Katanya nanti ujung-ujungnya dibawa ke rumah sakit juga, kurang percaya lah dek sama petugasnya. ukungujungnya duit juga. Bagus di sana aja. Kalau ada apa-apa dekat sama rumah sakit gak mesti nyebrang naik bot lagi atau mutar dari Sei Rakyat kan jauh, keburu anaknya lahir di jalan baru sampek rumah sakit. Hahaaha 4.13 Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Hasil penelitian mengenai kasus yang pernah ditangani dalam pelaksanaan pelayanan PONED, diperoleh bahwa kasus yang sering terjadi adalah preeklamsi dan eklamsi. Selain itu kasus persalinan macet, kasus asfiksia juga pernah ditangani pada kasus emergency neonatus. Kasus ditangani terlebih dahulu, jika tidak sanggup maka puskesmas segera merujuk ke rumah sakit. Tetapi sebelum di rujuk ke Rumah Sakit PONEK maka petugas kesehatan akan melakukan stabilisasi, yaitu penanganan pertama sampai kondisi pasien mampu di bawa ke Rumah Sakit. Puskesmas juga menghubungi pihak Rumah Sakit lewat telefon bahwasanya akan membawa pasien dan memberitahu kasus yang ditangani tidak dapat diatasi di puskesmas. Tabel 4.16 Informan Informan 2 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Pernyataan kasus yang sering ditangani pre eklmasi dan eklamsi. Selain itu, partus macet atau hipertensi, asfiksia juga pernah ditangani. Kasus akan ditangani terlebih dahulu, jika tidak sanggup maka puskesmas akan segera merujuk ke rumah sakit. Tetapi sebelum di rujuk ke Rumah Sakit PONEK maka petugas akan melakukan stabiilisasi, yaitu penanganan pertama sampai kondisi pasien stabil dan mampu dibawa ke Rumah Sakit. Misalnya pendarahan, penyebab pendarahannya apa, apakah karena jalan lahir atau karena Neoteri ataupun pendarahan disebabkan lain- Universitas Sumatera Utara 59 lain, misalnya PEB, biasanya PEB kan karena tekanan darahnya tinggi, kalau dipaksakan pembuluh darahnya bisa pecah makanya pasien harus dirujuk. Takutnya kalau pendarahan hebat ditambah kejang-kejang, ibu dan bayi bisa meninggal. Informan 3 Kalau masalah penangannya saya gak tau, karena saya gak di bagian itu. saya kan di poli umum. Tapi setau saya, kalau memang persalinanya bisa di puskesmas maka gak perlu dibawa ke rumah sakit. Informan 4 Saya gak tau, saya kan di bagian lansia bukan di PONED, Cuma kebetulan aja kemarin ikut pelatihan. Informan 5 Kalau gak ada keluhan dan ibunya sehat, persalinannya di puskesmas tapi kalau ada masalah misalnya tekanan darah ibunya tinggi, atau partus macet baru di bawa ke rumah sakit untuk dirujuk ke rumah sakit. Selama petugas masih mampu menolong persalinan, pasien gak akan di bawa ke rumah sakit. Kita lakukan semampu kita aja. 4.14 Pelaksanaan Rujukan Pelayanan PONED Hasil penelitian mengenai pelaksanaan rujukan pelayanan PONED, diperoleh bahwa rujukan di mulai dari bidan desa. Ketika bidan desa tidak mampu menangani kasus emergency maternal dan neonatal, bidan desa merujuk ke puskesmas dan jika puskesmas tidak mampu menanganinya maka akan di rujuk ke rumah sakit. Selain terjadinya kasus preeklamsi dan eklamsi, rujukan juga sering dilaksanakan atas permintaan pasien sendiri. Dari kasus yang ada puskesmas berwenang dalam menangani kasus, namun puskesmas khawatir dengan keadaan pasien apabila tiba-tiba semakin darurat karena alat yang belum lengkap dan tidak adanya dokter obgyn. Semenjak adanya kartu Jaminan Universitas Sumatera Utara 60 Kesehatan Nasional, pasien lebih sering meminta rujukan tanpa ada pemeriksaan terlebih dahulu. Bidan desa juga melakukan rujukan langsung ke Rumah Sakit. Tabel 4.17 Matriks Pernyataan Informan Mengenai Pelaksanaan Rujukan PONED Informan Pernyataan Informan 2 Kasus yang sering dirujuk ke rumah sakit Preeklamsi dan Eklamsi karena memang tidak boleh ditangani di sini, kita hanya boleh stabilisasi. Walaupun kita mampu tapi kan kita harus berdasarkan Hb nya. Kalau memang Hbnya udah 7-8, harus dirujuklah. Sistem rujukannya melengkapi berkas dan rujukan, kemudian sms si Jari Emas. Maksudnya, setelah pasien distabilisasi, sudah dilakukan tindakan ini, ini, ini, dan sudah obat sudah diberikan, kita sms si Jari Emas lalu mereka akan membalasnya. Biasanya mereka akan balas, '' Yang anda lakukan sudah baik, tambahkan ini, ini, ini, lalu langsung rujuk ke rumah sakit". Setiap kita sms pasti langsung dibalas karena nomor kita bidan-bidan sudah terdaftar. Nanti di sms mereka lagi bilang, ''Pasien sudah sampai dimana?". Sampai di rumah sakit, pasien nama ini, mereka sudah tau karena udah disiapkan di sana. Obatobtanya pun mereka sudah tau. Kita cuma tinggal melengkapi lembar DST, kepanjangannya kurang tau tapi artinya lembar kerja rujukan. Kalau preeklamsi, lembarannya pre eklamsi, kalau pendarahan lembarannya pendarahan. Misalnya ancaman persalinan bayi prematur, lembar ancaman persalinann yang ditanya, karena nanti selembar-selembar yang dikasi. Informan 3 Masalah rujukan dan sistemnya gimana, saya gak tau karena bagian saya di poli umum. Informan 4 Tanya sama bu Wani aja dek, karena beliau yang tau mengenai rujukan persalinan. Beliau kan bikornya. Informan 5 Saya pernah langsung merujuk pasien ke rumah sakit karena keadaannya udah gawat, nanti kalau terlalu lama, takutnya ibu dan bayi gak selamat. Masalah administrasi, nanti keluarga yang siapkan berkas-berkasnya, misalnya KTP, KK Surat Nikah dan kartu BPJS bagi yang punya. Universitas Sumatera Utara 61 Kalau gak punya, cukup KTP dan KK aja untuk Askesda. Surat rujukan dan berkas lainnya, saya yang ngisi dibagian administrasi. Kalau di puskesmas lumayan seringlah nolong persalinan. Pasien yang dirujuk ke rumah sakit itu karena sudah gak bisa di bantu di puskesmas atau atas permintaan pasien sendiri. Universitas Sumatera Utara 62 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Puskesmas Labuhan Bilik sudah menjadi rawat inap sejak tahun 2003, kemudian pada tahun 2013 kualitasnya ditingkatkan menjadi Puskesmas mampu PONED. Setelah menjadi Puskesmas mampu PONED, Kepala Puskesmas mengutus beberapa petugas kesehatan untuk mengikuti pelatihan PONED yang dilaksanakan di kota Medan, Sumatera Utara. Petugas kesehatan yang mengikuti pelatihan PONED yaitu, 1 orang Dokter, 1 orang Bidan, dan 1 orang Perawat. Pada tahun 2014, dari 570 puskesmas yang tersebar di seluruh kabupaten/ kota di Provinsi Sumatera Utara, terdapat 147 puskesmas yang menyelenggarakan PONED atau 25,80%. Jumlah ini mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2013 yaitu 137 puskesmas, tahun 2012 yaitu 94 puskesmas dan tahun 2011 yaitu 98 Puskesmas PONED. Penurunan jumlah Puskesmas PONED yang terjadi di tahun 2012 akibat pindahnya tenaga dokter dan perawat yang telah dilatih, hal ini terjadi di Kabupaten Mandailing Natal, Samosir, Deli Serdang, Serdang Bedagai dan Kota Binjai, masing-masing berkurang 1 Unit Puskesmas PONED. Jumlah Puskesmas PONED di Kabupaten Labuhan Batu adalah 5 Puskesmas PONED dan di antaranya Puskesmas Labuhan Bilik (DINKES Provinsi Sumatera Utara, 2015). Sejak tahun 2013, Puskesmas Labuhan Bilik menjadi salah satu Puskesmas mampu PONED yang ada di Kabupaten Labuhan Batu. Puskesmas Labuhan Bilik ditunjuk Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu untuk 62 Universitas Sumatera Utara 63 membantu masalah pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB), khususnya untuk wilayah Kabupaten Labuhan Batu. Sejalan dengan upaya pemerintah dalam penurunan AKI dan AKB, Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (United States Agency for International Development) juga telah berupaya membantu Kementerian Kesehatan Indonesia untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi lahir dengan meluncurkan program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival). Program EMAS (Expanding Maternal and Neonatal Survival) USAID di Indonesia adalah upaya lima tahun, yang diluncurkan pada tahun 2011, yang mendukung Pemerintah Indonesia untuk menurunkan tingkat kematian ibu dan bayi baru lahir. EMAS berupaya menurunkan kematian ibu dan bayi baru lahir dengan memperbaiki kualitas PONED(EmONC) di fasilitas kesehatan dan memperkuat jejaring rujukan untuk memastikan rujukan yang efisien dan efektif dari puskesmas ke rumah sakit. Selama lima tahun, EMAS bekerja dengan sedikitnya 150 rumah sakit (baik umum dan swasta) serta lebih dari 300 puskesmas di enam provinsi (Sumatera Utara, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan) dimana hampir 50% kematian ibu dan anak terjadi. EMAS mulai dengan 10 daerah di Fase 1 pada Mei 2012. Fase 2 memperluas proyek ke 23 daerah dari Oktober 2013. Fase 3 mulai pada Oktober 2014 dan menambahkan tujuh daerah lagi, salah satunya Kabupaten Labuhan Batu sehingga berjumlah 30. Universitas Sumatera Utara 64 5.2 Input 5.2.1 Ketersediaan SDM dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Menurut Kuswenda (2013), dalam kebijakan PONED dari segi tenaga harus terdiri dari dokter, perawat dan bidan. Hal ini sesuai dengan PERMENKES RI (2013), Puskesmas mampu PONED harus mempunyai tim inti yang terdiri atas Dokter, Bidan dan Perawat yang sudah dilatih PONED, bersertifikat dan mempunyai kompetensi PONED, serta tindakan mengatasi kegawatdaruratan medik umumnya dalam rangka mengkondisikan pasien emergensi/komplikasi siap dirujuk dalam kondisi stabil. Tim inti pelaksana Puskesmas mampu PONED minimal terdiri dari 3 orang, yaitu Dokter Umum 1 orang, Bidan minimal D3 1 orang dan Perawat minimal D3 1 orang. Tenaga tim inti pelaksana PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam/ hari dan 7 hari/minggu. Berdasarkan hasil wawancara dengan seluruh informan, diperoleh informasi bahwa petugas kesehatan sudah dilatih PONED pada tahun 2013. Petugas kesehatan yang dilatih terdiri dari 3 orang yaitu 1 orang Dokter, 1 orang Bidan dan 1 orang Perawat. Pelatihan diadakan seminggu, Penunjukkan perwakilan tenaga kesehatan yang akan dilatih PONED berdasarkan perintah Kepala Puskesmas. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan Mustain (2013), bahwa untuk menjadi tim PONED tidak ditentukan dari lama kerjanya, tidak ada persaratan khusus untuk menjadi tim PONED, karena tim PONED ditunjuk langsung oleh kepala puskesmas. Tidak ada agenda khusus untuk pelatihan tim PONED. Seluruh tenaga telah mampu Universitas Sumatera Utara 65 dan mahir dalam pelaksanaan PONED karena telah mengikuti pelatihan PONED. Namun, pada pelaksanaannya setelah mendapatkan pelatihan PONED dokter dan perawat yang telah dilatih PONED tidak berada di tempat pada saat yang dibutuhkan karena dokter bertugas menangani pasien di bagian poli umum dan perawat yang sudah dilatih PONED bertugas di bagian lansia. Sehingga pelaksanaan pelayanan PONED hanya ditangani Bidan yang sudah dilatih dan petugas kesehatan pendukung lainnya. Hal ini menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan PONED karena kualitas tenaga kesehatan yang ada tidak sama dengan tim inti yang sudah dilatih PONED. Menurut KEMENKES RI (2013), apabila tenaga dalam tim inti tersebut pindah tugas, Dinas Kesehatan wajib untuk menggantikan dengan tenaga kesehatan (Dokter, Bidan dan Perawat) terlatih PONED melalui pelatihan atau rekrutmen tenaga kesehatan terlatih. Tenaga kerja yang bekerja pada organisasi atau perusahaan harus menguasai pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggungjawabnya. Untuk itu diperlukan sesuatu pembekalan agar tenaga kerja yang ada dapat lebih menguasai dan ahli dibidangnya masing-masing serta meningkatkan kinerja yang ada (Syafrudin, 2009). 5.2.2 Kesiapsiagaan Petugas Kesehatan PONED dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Berdasarkan hasil wawancara dengan semua informan di Puskesmas Labuhan Bilik, petugas kesehatan selalu ada dan siap siaga melayani pelayanan PONED Universitas Sumatera Utara 66 selama 24 jam. Mereka membagi shift kerja dalam melaksanakan pelayanan PONED. Shift kerja dibagi 3, yaitu shift pagi, sihft siang dan shift malam. Shift pagi mulai pukul 08.00 s/d 14.00 WIB, Shift siang mulai pukul 14.00 WIB s/d 20.00 WIB, dan shift malam mulai pukul 20.00 WIB s/d 08.00 WIB. Setiap shift kerja terdiri dari empat orang petugas kesehatan. Menurut KEMENKES RI (2013), tenaga tim pelaksana PONED harus selalu siap selama 24 jam/hari dan 7 hari/ minggu. Namun kenyataan dilapangan, dokter jarang berada di tempat pada saat yang dibutuhkan. Hal ini dikarenakan selain bertanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan PONED, dokter inti PONED juga bertanggung jawab pada poli umum selain itu dokter tidak bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas Labuhan Bilik. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat menyatakan bahwa, salah satu yang membuat masyarakat tidak mau melahirkan di Puskesmas Labuhan Bilik adalah petugas kesehatan yang tidak siapsiaga selama 24 jam dalam melayani. Termasuk tidak adanya Dokter yang masuk shift kerja malam. Sedangkan masyarakat mengharapkan pelayanan yang baik, pelayanan yang on time ketika dibutuhkan, berkualitas dan memuaskan. Layanan yang berkualitas dan memuaskan akan dapat membangun citra layanan yang baik dimata konsumen/ sasaran pelayanannya, baik konsumen internal maupun konsumen eksternal. Layanan di puskesmas dapat dikatakan berkualitas, kalau layanan dapat memberikan kepuasan kepada penggunanya. Artinya apa yang Universitas Sumatera Utara 67 diperoleh dari pelayanan yang diterima sesuai dengan apa yang diharapkan ketika akan mencari layanan yang dibutuhkannya (KEMENKES RI, 2013). 5.2.3 Ketersediaan Tim Pendukung PONED dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Menurut KEMENKES RI (2013), untuk terselenggaranya PONED di puskesmas dengan baik diperlukan tenaga-tenaga kesehatan pendukung. Kepala Puskesmas, dibantu Dinas Kesehatan Kabupaten menyiapkan calon tenaga pendukung PONED. Tenaga pendukung tersebut dapat diambil dari tenaga yang ditugaskan di ruang rawat inap, bila perlu ditambah dengan tenaga yang bertugas di fasilitas rawat jalan. Tenaga-tenaga kesehatan harus dapat memenuhi kriteria tertentu untuk menjadi calon tenaga pendukung PONED. Kebutuhan tenaga kesehatan sebagai tim pendukung terdiri dari Dokter umum minimal 1-2 orang, Perawat D3 minimal 5 orang, Bidan D3 minimal 5 orang, Analis Laboratorium 1 orang dan Petugas Administrasi minimal 1 orang. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan diperoleh informasi bahwa tim pendukung PONED sudah tidak ada. Sejak kepemimpinan puskesmas yang baru, pelatihan kepada bidan-bidan desa sudah tidak berjalan. Hal ini dikarenakan perencanaan anggaran dana belum selesai. Namun jika dilihat dari data SDM Puskesmas Labuhan Bilik, tim pendukung PONED sebenarnya sudah terpenuhi yaitu 5 dokter umum, 13 Bidan, 35 Perawat, dan Universitas Sumatera Utara 68 1 Petugas Laboratorium. Namun, yang sering terlibat dalam PONED hanya bidan dan Perawat. 5.2.4 Ketersediaan Peralatan dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Hasil pelaksanaan kegiatan jasa pelayanan kesehatan dapat bermutu perlu direncanakan sebaik-baiknya, di antaranya adalah kelengkapan fasilitas, peralatan kedokteran dan obat-obatan yang cukup dan bermutu sehingga memberikan kepuasan pada tenaga medis dan paramedis pelaksana pelayanan kesehatan (Wijayanto, 2004). Selanjutnya Wijaya (2012) dalam penelitiannya juga menyatakan bahwa salah satu faktor yang harus dipenuhi suatu puskesmas yang mampu menjalankan program PONED seoptimal mungkin adalah sarana dan prasarana yang lengkap, sehingga dapat menangani kasus persalinan dengan baik. Bardasarkan hasil penelitian dengan informan mengenai ketersediaan Peralatan dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh informasi bahwa peralatan PONED sudah memadai namun masih ada yang belum lengkap dan masih ada beberapa peralatan yang belum tersedia. Hal ini juga sejalan dengan hasil observasi yang menyatakan bahwa ketersediaan peralatan PONED belum lengkap. Adapun Peralatan maternal yang belum tersedia dan fungsinya dalam PONED adalah : 1. Nierbekken/ kidney disk 23-24 cm : Adalah alat yang digunakan untuk tempat membuang kapas bekas pakai, muntah, nanah, dll. Universitas Sumatera Utara 69 2. Pengukur tinggi badan : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan. 3. Termometer klinik (elektrik) : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh. 4. Rak alat serbaguna : Adalah alat yang digunakan untuk menyimpan obat dan peralatan PONED agar tahan dari suhu ruangan. 5. Penutup baki rak alat serbaguna : Adalah alat yang digunakan untuk menutup/ melindungi rak alat serbaguna. 6. Endotracheal tube dewasa (6, 7, 8) : Adalah alat yang digunakan untuk membebaskan jalan nafas dan pemberian pernafasan mekanis (dengan ventilator). 7. Stilet untuk pemasangan ETT No. 1 8. Nasogastric tube dewasa (5,8) : Adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastik melalui hidung sampai lambung. 9. Ekstraktor vakum manula : Adalah alat yang digunakan untuk membantu para medis dalam proses melahirkan bayi. Alat ini digunakan ketika seorang wanita telah didiagnosis dengan aborsi tidak lengkap. 10. Tenakulum schroeder : Adalah alat yang digunakan untuk meluruskan bagian dari serviks tau leher rahim. Universitas Sumatera Utara 70 11. Benang chromic (jarum tapper 0) 2/0 : Adalah alat yang digunakan untuk penjahitan luka terbuka. 12. Sarung tangan panjang 8 (manula plasenta) : Adalah alat yang digunakan untuk melindungi petugas kesehatan saat bekerja. 13. Cuvette hemoglobin meter elektronik : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur konsentrasi Hemoglobin (Hb) dari sampel darah. Peralatan Neonatal yang belum tersedia dan fungsinya dalam PONED adalah: 1. Tensimeter/ sphygmomanometer neonatus : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan darah secara manual. 2. Termometer klinik (elektrik) : Adalah alat yang digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia. 3. Laringoskop neonatus bilah lurus (3 ukuran) : Adalah alat utama yang digunakan untuk memeriksa bagian dalam laring (penghasil suara pda manusia). 4. T piece resusitator 5. Endotracheal tube anak : Adalah alat yang digunakan untuk menjamin saluran napas tetap bebas. 6. Nasogastric tube neonatus : Adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutrisi cair dengan selang plastik yang dipasang melalui hidung sampai lambung. Universitas Sumatera Utara 71 7. Kotak kepala neonatus (head box) : Adalah alat yang digunakan untuk suplementasi oksigen (bantuan pernafasan). 8. Klem arteri kocher mosquito (lurus, lengkung) : Adalah Alat yang digunakan untuk menjepit pembuluh darah arteri yang kecil. 9. Gunting jaringan iris lengkung : Adalah alat yang digunakan untuk membentuk bidang jaringan atau jaringan yang lembut, yang juga dapat dipotong secara tajam. 10. Needle holder matheiu : Adalah alat yang digunakan untuk menjepit jarum jahit serta menjahit luka terbuka seperti luka kecelakaan atau pembedahan. 11. Jarum ligasi knocher : Adalah alat yang digunakan untuk mengantarkan benang pada saat melakukan penjahitan luka operasi. 12. Doyeri probe lengkung 13. Pinset jaringan semken : Adalah alat yang digunakan untuk tindakan bedah minor, penjahit luka dan lain sebagainya. Juga berfungsi sebagai alat penjepit. 14. Gunting operasi lurus : Adalah alat yang digunakan untuk menggunting bagian-bagian alat tubuh yang akan diamati, seperti usus, jantung, pembuluh darah dan sebagainya. 15. Retraktor finsen tajam : Adalah alat yang digunakan untuk menarik bagian yang dioperasi sehingga memudahkan operator melakukan tindakan operasi. Peralatan yang sudah tidak berfungsi adalah: Universitas Sumatera Utara 72 1. Pompa penghisap lendir delee (neonatus) : Adalah alat yang digunakan untuk membersihkan hidung dan mulut bayi baru lahir dari lendir. Hal ini sesuai dengan penelitian Susyanti (2016) yang menyatakan bahwa dari 71 jenis peralatan Puskesmas mampu PONED, rata-rata hanya tersedia 54,2% jenis alat yang meliputi alat-alat maternal dan neonatal. Untuk ketersediaan obat, dari 42 jenis obat untuk program PONED, rata-rata hanya tersedia 61,8% obat. Menurut hasil penelitian Surahwardy (2013), menyatakan bahwa yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan pelayanan PONED adalah beberapa alat yang tidak tersedia. 5.2.5 Ketersediaan Obat dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Berdasarkan hasil penelitian dengan informan mengenai ketersediaan obat dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh informasi bahwa sering terjadi kekosongan obat di PONED. Berdasarkan hasil observasi juga menyatakan bahwa ketersediaan obat pelayanan PONED belum lengkap. Menurut informan, sebelumnya obat yang tidak tersedia di puskesmas tersebut akan disediakan oleh bidan atau petugas lainnya dengan harga yang sama di luar puskesmas. Namun, sejak kepemimpinan puskesmas yang baru, petugas tidak diperkenankan menjual obat pribadi di puskesmas, karena kekhawatiran timbulnya pertanyaan dari masyarakat tentang pembiayaan obat setelah adanya Askesda dan BPJS. Maka Pasien dan keluargnya akan membeli sendiri obat yang tidak tersedia di puskesmas dengan resep dari dokter. Hal ini merupakan suatu pelanggaran karena tidak memenuhi ketentuan Universitas Sumatera Utara 73 yang berlaku di Era JKN sekarang, bahwa pasien yang terdaftar sebagai pasien Askesda dan BPJS tidak perlu membayar untuk memeroleh obat di puskesmas. Tapi, karena kurangnya manajemen obat di puskesmas Labuhan Bilik menyebabkan seringnya kekosongan obat sehingga pasien harus membeli obat di luar puskesmas dengan uang pribadi. Obat-obatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan program PONED belum tersedia adalah: 1. Metil ergometrin maleat tablet 75 mg (tablet) : Adalah obat yang berfungsi untuk mengatasi perdarahan setelah melahirkan. 2. Misoprostol (tablet) : Adalah obat yang berfungsi untuk mencegah radang lambung selama mengonsumsi NSAID (aspirin, ibuprofen, naproxen), khususnya bagi yang berisiko terkena tukak lambung. 3. Diazepam 5 mg injeksi (2 ml) : Adalah obat yang berfungsi untuk mengobati kecemasan, gejala putus alkohol, dan kejang. Obat ini juga digunakan untuk melemaskan kejang otot dan sebagai obat penenang menjelang prosedur medis. 4. Hidralazin 5 mg injeksi : Adalah obat yang berfungsi untuk mengatasi tekanan darah tinggi, menurunkan tekanan darah tinggi, membantu mencegah stroke, serangan jantung, dan masalah ginjal. Obat ini bekerja dengan merelaksasi pembuluh darah, jadi darah bisa mengalir ke tubuh dengan lebih mudah. Universitas Sumatera Utara 74 5. Labetolol 10 mg injeksi : Adalah obat yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi (hipertensi). Obat ini juga berfungsi untuk encegah stroke, serangan jantung, dan permasalahan ginjal. 6. Pethidin injeksi (2 ml) : Adalah obat penahan sakit yang digunakan untuk mengurangi rasa sakit saat melahirkan. 7. Adrenalin 0,1% (1 ml) : Adalah obat yang biasa digunakan untuk menangani reaksi alergi akut yang bisa menyebabkan pembengkakan di mulut dan lidah gangguan pernapasan, kolaps dan hilang kesadaran. 8. Disposible syringe 10 ml : KEMENKES RI (2013), puskesmas yang menyelenggarakan pelayanan PONED harus menyediakan obat dan bahan habis pakai, baik jenis dan jumlahnya harus cukup dengan buffer stock minimal sesuai dengan kebutuhan. 5.2.6 Ketersediaan Biaya Operasional Menurut Mujiati (2014), Biaya merupakan salah satu standar input yang dibutuhkan dalam upaya pelaksanaan puskesmas PONED yang berkualitas. Standar Input Puskesmas PONED adalah kesesuaian dan kelengkapan infrastruktur dan sumber daya kesehatan di suatu fasilitas kesehatan (Puskesmas) untuk melaksanakan atau menyelenggarakan Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Selanjutnya Achmad (2014) menjelaskan standar kinerja PONED, yaitu kemampuan dalam menatalaksana atau melaksanakan manajemen sumberdaya kesehatan di suatu fasilitas kesehatan (Puskesmas) untuk Universitas Sumatera Utara 75 mengikuti dan memenuhi alur kerja, protokol klinik, dan prosedur operasional standar Pelayanan Obstetri-Neonatal Emergensi Dasar. Beradasarkan hasil wawancara dengan informan, diperoleh informasi bahwa biaya operasional pelayanan PONED di puskesmas Labuhan Bilik tidak tersedia. Untuk keperluan PONED dalam hal ketersediaan peralatan dan keperluan lainnya berasal dari APBD. Apabila ada kerusakan pada alat atau belum lengkap maka biaya dari APBD, namun gaji tetap dari Pemerintah. Puskesmas mampu PONED yang merupakan bagian dari jaringan pelayanan obstetrik dan neonatal di kabupaten/ kota sangat spesifik daerah, namun ada beberapa kriteria pengembangan untuk menjamin kualitas, diantaranya adalah ketersediaan, kelengkapan dan kecukupan alat kesehatan dan obat PONED. Ketersediaan alat dan obat PONED menjadi salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh Puskesmas PONED. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kismoyo (2012) juga menyatakan bahwa Puskesmas PONED kurang menjamin ketersediaan obat–obat emergensi, dan kurangnya suplai bahan dekontaminasi serta tidak lengkapnya alat pelindung diri serta tidak memilki fasilitas alat yang lengkap. Dari kondisi-kondisi tersebut, maka pembangunan Puskesmas mampu PONED perlu dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang memadai, hal itu dapat dipenuhi dari penggunaan Dana Alokasi Khusus (DAK) bidang kesehatan. DAK bidang kesehatan dialokasikan untuk usaha peningkatan akses dan mutu pelayanan Universitas Sumatera Utara 76 kesehatan. Kegiatannya diarahkan untuk peningkatan, rehabilitasi, perluasan, pengadaan, dan pembangunan berbagai jenis unit pelayanan kesehatan serta pengadaan peralatan kesehatan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dasar terutama dalam rangka percepatan pencapaian target MDGs yang difokuskan pada penurunan angka kematian ibu, bayi dan anak (Qibthiyyah, 2013). 5.3 Proses 5.3.1 Menerima Rujukan dari Fasilitas Rujukan di Bawah dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Keacamatan Panai Tengah Kabupaeten Labuhan Batu Berdasarkan hasil penelitan mengenai penerimaan rujukan di bawahnya tidak sering terjadi. Fasilitas rujukan dibawahnya itu terdapat bidan desa atau puskesmas non PONED namun tidak sering. Puskesmas menangani kasus yang datang namun apabila kasus tidak dapat diatasi maka di rujuk ke Rumah Sakit PONEK. Rujukan dari bawah juga dari lokasi yang dekat dari puskesmas. Bidan desa atau puskesmas non PONED juga ada yang melakukan rujukan langsung ke rumah sakit PONEK. Pelayanan Obstetri Neonatus Emergensi Dasar (PONED) adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan serta fasilitas bersalin. PONED memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil, bersalin, dan nifas. Selain itu juga memberikan pelayanan kesehatan terhadap bayi yang baru lahir dengan komplikasi, baik yang datang sendiri atau karena rujukan kader/ masyarakat/ bidan di desa, Universitas Sumatera Utara 77 puskesmas dan PONED melakukan rujukan ke Rumah Sakit PONEK pada kasus yang tidak mampu ditangani (KEMENKES RI, 2013). Puskesmas telah dimanfaatkan masyarakat dalam/luar wilayah kerjanya sebagai tempat pertama mencari pelayanan, baik rawat jalan ataupun rawat inap. Puskesmas mampu PONED mempunyai komitmen untuk menerima rujukan kasus kegawatdaruratan medis kasus obstetric dan neonatal dari Fasyankes di sekitarnya (KEMENKES RI, 2013). 5.3.2 Penanganan Kasus Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Jumlah persalinan dengan komplikasi yang ditangani pada tahun 2013 sebanyak 16 orang, tahun 2014 sebanyak 114 orang, tahun 2015 sebanyak 163 orang, tahun 2016 bulan Januari sampai bulan Mei sebanyak 107 orang. Persalinan dengan komplikasi di puskesmas Labuhan Bilik seperti pre eklampsi berat, KPD, partus macet, partus lama, Bayi sungsang, Prematur, Infartus, abortus dan panggul sempit (Puskesmas Labuhan Bilik, 2015). Berdasarkan hasil penelitian mengenai penanganan kegawatdaruratan yang pernah ditangani dalam pelaksanaan program PONED, diperoleh bahwa kasus yang sering ditangani adalah pre eklmasi dan eklamsi. Selain kasus persalinan pre eklmasi dan eklamsi juga pernah ditangani, partus macet atau hipertensi dan kasus asfiksia pada kasus emergency neonatus. Kasus ditangani terlebih dahulu, jika tidak sanggup maka puskesmas segera merujuk ke rumah sakit. Tetapi sebelum dirujuk ke Rumah Universitas Sumatera Utara 78 Sakit PONEK, petugas akan melakukan stabilisasi terlebih dahulu, yaitu penanganan pertama sampai kondisi pasien stabil dan mampu dibawa ke rumah sakit. 5.3.3 Pelaksanaan Rujukan dalam Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Menurut KEMENKES RI (2013), layanan kesehatan di puskesmas berhasil mencapai tujuan, kalau pasien yang berada dalam kondisi sakit cukup berat dan atau dalam kondisi kegawatdaruratan medik yang dirujuk ke fasilitas Puskesmas mampu PONED, sudah dilayani sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya berdasarkan standar pelayanan medik dan SOP. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pelaksanaan rujukan pelayanan PONED, diperoleh bahwa rujukan di mulai dari bidan desa. Ketika bidan desa tidak mampu menangani kasus emergency maternal dan neonatal, bidan desa merujuk ke puskesmas dan jika puskesmas tidak mampu menanganinya maka akan di rujuk ke rumah sakit. Jumlah kasus yang dirujuk pada tahun 2013 sebanyak 3 orang, tahun 2014 sebanyak 12 orang, tahun 2015 sebanyak 18 orang, tahun 2016 bulan Januari sampai bulan Mei sebanyak 12 orang. Persalinan dengan komplikasi di puskesmas Labuhan Bilik seperti pre eklampsi berat, KPD, partus macet, partus lama, Bayi sungsang, Prematur, Infartus, abortus dan panggul sempit (Puskesmas Labuhan Bilik, 2015). Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, diperoleh informasi bahwa kasus yang sering dirujuk adalah Pre eklamsi dn Eklamsi, partus macet, dan hipertensi. Dalam pelaksanaan program PONED, rujukan ke rumah sakit dilakukan Universitas Sumatera Utara 79 karena memang kasus tersebut sudah tidak bisa ditangani di puskesmas dan bukan merupakan kewenangan dari Puskesmas mampu PONED. Namun dalam pelaksanaannya terdapat kasus rujukan atas permintaan pasien sendiri. Sistem rujukan dimulai dengan melengkapi berkas seperti KTP dan KK bagi pasien Askesda, sedangkan pasien pengguna JKN akan melengkapi persyaratan lebih banyak yaitu: Kartu BPJS, KTP, KK, dan Surat Nikah. Setelah semua berkas lengkap, maka bidan akan mengirim sms pada si Jari Emas, lalu pihak si Jari Emas akan membalas dengan menanyakan keadaan pasien dan memberikan saran lebih lanjut untuk penanganan pasien sebelum dirujuk ke Rumah Sakit PONEK dan menghimbau agar segera dilakukan rujukan. Dalam perjalanan menuju rumah sakit, si Jari Emas akan kembali mengirim sms yang isinya menanyakan keadaan dan lokasi keberadaan pasien. Sesampainya di Rumah Sakit PONEK, pasien akan langsung ditangani oleh petugas rumah sakit karena sebelumnya si Jari Emas sudah menginformasikan terlebih dahulu kepada pihak rumah sakit bahwa pasien atas nama A akan dirujuk ke Rumah Sakit PONEK dan menghimbau agar segera dipersiapkan ruangan dan obat-obatan yang diperlukan pasien. Bidan hanya tinggal melengkapi berkas rujukan di bagian administrasi. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Rukmini (2006), setiap kasus emergensi yang datang di setiap puskesmas mampu PONED harus langsung ditangani, setelah itu baru melakukan pengurusan administrasi (pendaftaran, pembayaran, alur pasien). Jika tidak dapat ditangani maka akan di rujuk ke rumah sakit PONEK. Universitas Sumatera Utara 80 5.4 Output 5.4.1 Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Berdasarkan profil kesehatan kabupaten Labuhan Batu diketahui bahwa jumlah kematian ibu di Kabupaten Labuhan batu pada tahun 2012 sebesar 33 kasus, tahun 2013 menjadi 16 kasus dan pada tahun 2015 menjadi 10 kasus kematin ibu maternal, sedangkan jumlah kematian bayi di Kabupaten Labuhanbatu mengalami naik turun dari tahun 2011-2015, jumlah kematian bayi tahun 2014 sebesar 68 kasus dan pada tahun 2015 meningkat menjadi 72 kasus kemtian bayi, sedangkan angka kematian neonatal di Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 yaitu 5/1000 kelahiran hidup (10909 orang), dengan jumlah kematian neonatal yaitu 58 orang (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu tahun 2015). Berdasarkan laporan 10 desa yang ada di wilayah kerja Labuhan Bilik, jumlah kematian ibu pada tahun 2012 yaitu 2 kasus, tahun 2013 1 kasus, 2014 1 kasus, tahun 2015 1 kasus dan tahun 2016 1 kasus kematian ibu. Sedangkan kematian bayi mengalami naik turun. Sebelum menjadi puskesmas PONED (2012) jumlah kematian bayi yaitu 11 kasus, tahun 2013 6 kasus, meningkat menjadi 12 kasus di tahun 2014, lalu menurun menjadi 7 kasus kematian bayi di tahun 2015 (Puskesmas Labuhan Bilik, Tahun 2015). Berdasarkan informasi dari salah satu petugas kesehatan PONED yang sedang berjaga, diperoleh informasi bahwa pada bulan Maret 2017 seorang ibu meninggal pada saat persalinan dikarenakan tekanan darah yang cukup tinggi. Universitas Sumatera Utara 81 Hasil pemeriksaan kesehatam pada buku KIA pasien diketahui bahwa tekanan darah pasien senderung naik setiap bulannya sehingga pasien dianjurkan untuk melakukan persalinan di rumah sakit untuk menghindari resiko pada saat persalinan. Namun pada saat persalinan, pasien dan keluarga menolak untuk dibawa ke rumah sakit dan tetap melakukan persalinan di rumah dengan bantuan bidan. Pada saat persalinan, tekanan darah pasien naik sehingga mengalami kejang-kejang dan akhirnya meninggal dunia. Berdasarkan keterangan dari salah satu bidan TKS yang namanya tidak ingin disebutkan mengatakan bahwa bidan yang menolong persalinan tersebut merupakan pegawai tetap puskesmas yang sebelumnya sudah diberitahu bahwa pasien tidak boleh bersalin di rumah melainkan di puskesmas atau dirujuk ke rumah sakit. Namun bidan tersebut merasa sanggup dan mampu menolong persalinan pasien. Warga yang tidak tahu mengenai riwayat kehamilan pasien beranggapan bahwa meninggalnya pasien karena kerasukan. Hal ini terjadi karena kejang-kejang yang dialami pasien pada saat persalinan. Menurut KEMENKES RI (2013), layanan kesehatan di puskesmas berhasil mencapai tujuan, kalau pasien yang berada dalam kondisi sakit cukup berat dan atau dalam kondisi kegawatdaruratan medik yang dirujuk ke fasilitas Puskesmas mampu PONED, sudah dilayani sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya berdasarkan standar pelayanan medik dan SOP. Universitas Sumatera Utara 82 5.5 Kendala yang Terjadi dalam Pelaksanaan Program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhan Batu Kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program PONED di Puskesmas Labuhan Bilik yaitu kurangnya promosi dari petugas kesehatan PONED kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan ibu hamil minimal 4 kali selama masa kehamilan, peralatan dan obat-obatan yang masih kurang, keterampilan petugas dalam menangani kasus kegawatdaruratan serta sistem rujukan dalam PONED yang belum maksimal menyebabkan kurangnya kepercayaan masyarakat untuk melahirkan di Puskesmas Labuhan Bilik. Masyarakat menganggap petugas kesehatan PONED kurang terampil dalam memberikan pelayanan karena pasien selalu dirujuk ke rumah sakit untuk kasus-kasus yang sebenarnya bidan biasa bisa menanganinya. Namun, karena peraturan baru pemerintah yang melarang persalinan dilakukan di rumah, membuat masyarakat merasa terbebani karena hanya akan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit dan waktu yang cukup lama, serta akses ke rumah sakit yang lumayan jauh dan sulit membuat masyarakat enggan melahirkan di puskesmas dan memlilih untuk langsung dirujuk ke rumah sakit, sehingga jika terjadi kegawatdaruratan dalam persalinan, pasien akan cepat ditangani dan tidak membutuhkan waktu lama untuk mancapai rumah sakit. Selain itu, penempatan dan keberadaan tenaga kesehatan yang telah dilatih PONED di bagian PONED juga memberikan pengaruh terhadap keberhasilan program PONED karena tenaga kesehatan yang pernah dilatih PONED akan Universitas Sumatera Utara 83 memberikan pelayanan yang lebih baik dibanding tenaga kesehatan yang tidak dilatih PONED. Namun, dalam pelaksanaannya, perawat dan dokter yang dilatih PONED tidak bertugas di bagian PONED melainkan di bagian Poli Umum dan Lansia. Menurut KEMENKES RI (2013), Tenaga kesehatan yang berfungsi sebagai tim inti pelaksana PONED harus yang sudah terlatih dan bersertifikat dari Pusat Diklat Tenaga Kesehatan yang telah mendapat sertifikasi sebagai penyelenggara Diklat PONED. tim inti minimal pelaksana Puskesmas mampu PONED adalah terdiri dari : 1) Dokter Umum 1 orang; 2) Bidan, minimal D3 1 orang ; 3) Perawat, minimal D3 1 orang. Tenaga Tim Inti PONED tersebut harus selalu siap selama 24 jam / hari dan 7 hari / minggu. Universitas Sumatera Utara 84 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Ketersediaan SDM PONED sudah terpenuhi dan sudah mendapat pelatihan PONED pada tahun 2013 yang terdiri dari 1 dokter, 1 Bidan dan 1 Perawat. 2. petugas kesehatan selalu ada dan siap siaga melayani pelayanan PONED selama 24 jam yang dibagi menajdi 3 shift kerja, yaitu pagi, siang dan malam. Namun kenyataan dilapangan, dokter jarang berada di tempat pada saat yang dibutuhkan dan tidak bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas. 3. Ketersediaan tim pendukung PONED sudah tidak ada. Namun jika dilihat dari data SDM Puskesmas Labuhan Bilik, tim pendukung PONED sudah terpenuhi yaitu 5 dokter umum, 13 Bidan, 35 Perawat, dan 1 Petugas Laboratorium. Hal ini dikarenakan petugas kesehtan yang sering terlibat dalam PONED hanya bidan dan Perawat. 4. Ketersediaan peralatan PONED sudah memadai namun masih ada yang belum lengkap dan masih ada beberapa peralatan yang belum tersedia. 5. Ketersediaan obat PONED belum lengkap. Obat yang tidak tersedia di Puskesmas Labuhan Bilik akan dibeli sendiri oleh pasien di luar Pusksmas dengan resep dari dokter. 84 Universitas Sumatera Utara 85 6. Alat komunikasi untuk rujukan sudah diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu serta sudah tersedianya alat transportasi rujukan yaitu sebuah ambulance yang siap digunakan selama 24 jam. 7. Biaya operasional PONED dari puskesmas tidak tersedia. Untuk keperluan PONED dalam hal ketersediaan peralatan dan keperluan lainnya berasal dari APBD. Apabila ada kerusakan pada alat atau belum lengkap maka biaya dari APBD. 8. Penerimaan rujukan Puskesmas dari fasilitas kesehatan di bawahnya tidak sering terjadi. Rujukan biasanya dari lokasi yang dekat dari puskesmas. Jika petugas mampu menangani kasus emergensi, maka pasien akan ditangani di Puskesmas. 9. Kasus yang sering ditangani adalah pre eklmasi dan eklamsi. Selain kasus persalinan pre eklmasi dan eklamsi juga pernah ditangani, partus macet atau hipertensi dan kasus asfiksia pada kasus emergency neonatus. Kasus ditangani terlebih dahulu, jika tidak sanggup maka puskesmas segera merujuk ke rumah sakit. Tetapi sebelum dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, petugas akan melakukan stabilisasi terlebih dahulu, yaitu penanganan pertama sampai kondisi pasien stabil dan mampu dibawa ke rumah sakit. 10. Rujukan dimulai dari bidan desa. Ketika bidan desa tidak mampu menangani kasus emergency maternal dan neonatal, bidan desa merujuk Universitas Sumatera Utara 86 ke puskesmas dan jika puskesmas tidak mampu menanganinya maka akan di rujuk ke rumah sakit. 6.2 Saran 1. Kepada Kepala Dinas Kesehatan Labuhan Batu, agar melakukan evaluasi rutin terhadap kelengkapan dan berfungsinya peralatan untuk Puskesmas PONED serta penggantian peralatan yang sudah tidak layak untuk dipakai dan segera mendistribusikan obat-obatan sesuai dengan list obat yang dibutuhkan Puskesmas PONED. 2. Kepada Kepala Puskesmas Labuhan Bilik, agar memberi perhatian dan intervensi untuk meningkatkan kesiapan puskesmas dalam hal kesiapsiagaan Tim Inti pelaksana PONED guna menangani kasus kegawatdaruratan dalam persalinan, meningkatkan ketersediaan dann mengganti peralatan yang sudah tidak berfungsi serta meningkatkan ketersediaan obat PONED. 3. Kepada Tim Inti PONED, agar selalu siapsiaga 24 jam untuk menangani kasus kegawatdaruratan dalam persalinan serta melist peralatan PONED yang belum tersedia dan sudah tidak berfungsi dan menghindari terjadinya kekosongan obat dengan melist obat-obatan yang sudah habis di PONED. Universitas Sumatera Utara