BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manfaat Judul pada

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Manfaat
Judul pada penelitian menekankan pada manfaat, maksudnya adalah
bagaimana variabel kememadaian sistem pengendalian manajemen dapat
bermanfaat terhadap keefektifitasan biaya produksi. Pengertian manfaat menurut
kamus besar indonesia (2002:710) adalah: "sesuatu yang memiliki nilai guna
atau faedah"
Dari definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa manfaat yang diperoleh
tentunya akan menyebabkan perubahan terhadap sesuatu fungsi tertentu dalam
suatu pranata.Jadi manfaat disini memaparkan nilai guna atau faedah yang terjadi
dari penerapan sistem pengendalian manajemen yang memadai terhadap
keefektifitasan pengendalian biaya produksi.
2.2
Sistem Pengendalian Manajemen
2.2.1 Pengertian sistem
Pengertian Sistem menurut Robert N.Antony dan Vijay govindajaran
(2006 : 5) adalah:
" System is a prescribed and usually repetitous way carrying out an
activity or a set of activities"
Sistem merupakan penentuan cara yang ditetapkan dan biasanya berulangulang untuk melaksanakan suatu atau seperangkat aktivitas. Ciri suatu sistem
biasanya teratur (ritmik), terkoordinasi dan merupakan
serangkaian langkah-
langkah yang berulang- ulang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Sistem dapat pula didefinisikan sebagai perubahan prosedur dan cara kerja dengan
memperhatikan struktur politik dan peralatan yang ada. Namun tidak semua
tindakan manajemen sistematis. Tindakan yang sistematis biasanya tidak diatur
oleh sistem, dan para manajer biasanya menggunakan pertimbangan pribadi untuk
melaksanakan tindakan tersebut sehingga keberhasilannya ditentukan oleh
keahlian manajer.
2.2.2 Pengertian Pengendalian Manajemen
Menurut Anthony dan Govindajaran yang di terjemahkan oleh F.X.
Kurniawan menyatakan bahwa:
“Pengendalian manjemen merupakan proses dengan dimana para
manajer
mempengaruhi
anggota
organisasi
lainnya
untuk
mengimplementasikan starategi organisasi”.
Pengendalian manajemen merupakan proses untuk memotivasi dan
memberikan semangat anggota organisasi dalam melaksanakan kegiatan dalam
rangka mencapai tujuan organisasi. Pengendalian manajemen juga merupakan
suatu proses untuk mendeteksi dan mengkoreksi kesalahan unjuk kerja yang tidak
disengaja maupun yang di sengaja. Karena fokusya adalah pada manusia dan
imlementasi
rencana, pengendalian manajemen membutuhkan pertimbangan
psikologis yang kuat. Kegiatan seperti komunikasi, menasehati, memberi
semangat dan mengkritik merupakan bagian penting dari proses ini. Pengendalian
manajemen memanfaatkan pengendalian tugas untuk memastikan unjuk kerja
yang efektif dan efisien. Keefektifitasan diartikan sebagai kemampuan suatu unit
untuk mencapai tujuan yang diinginkan, Sedangkan efisien menggambarkan
berapa banyak masukan yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran.
Unit organisasi yang paling efisien adalah unit yang dapat menghasilkan sejumlah
keluaran dengan penggunaan masukan minimal atau menghasilkan keluaran
terbanyak dengan masukan yang tersedia.
Pada perusahaan yang relatif kecil, pimpinan perusahaan dapat
melaksanakan pengolahan kegiatan perusahaannya secara langsung. Pimpinan
dapat secara langsung merencanakan dan mengendalikan perusahaannya. Dengan
semakin berkembangnya perusahaan, pimpinan tidak akan mampu lagi mengelola
perusahaan sendirian. Untuk itu diperlukan bantuan staf lain untuk melaksanakan
sebagian fungsinya dengan cara mendelegasikan wewenang kepada staf tersebut.
Untuk memastikan operasi perusahaan telah berjalan sesuai dengan rencana maka
diperlukan pengendalian manajemen.
Pengendalian manajemen dalam suatu perusahaan melibatkan beberapa
macam aktivitas, seperti perencanaan yang berarti apa yang harus dilakukan
dalam perusahaan. Langkah selanjutnya adalah koordinasi dengan beberapa
bagian yang ada dalam perusahaan untuk kepentingan pencapaian tujuan
perusahaan. Setelah koordinasi dilaksanakan kemudian mengkomunikasikan
informasi kepada semua tingkat manajemen yang ada dalam perusahaan. Pada
setiap periode dilakukan evaluasi dan strategi apa yang harus dilakukan. Dengan
demikian pengendalian manajemen dilakukan untuk menjamin bahwa semua
strategi yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan yang akan di capai perusahaan.
Definisi pengendalian manajemen menurut Anthony dan Govindajaran
(2003:7) adalah:
"Management control is the process by which managers influence other
members of the organization strategis".
Sedangkan menurut Supriyono (2000 : 4) mengemukakan:
"Pengendalian manajemen adalah meliputi metoda, prosedur, dan
cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi para
anggota organisasi agar melaksanakan strategi dan kebijakan secara efektif
dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi".
Dari definisi di atas, diketahui bahwa pengendalian manajemen merupakan
proses di mana manajer di seluruh tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang
mereka awasi mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam
melaksanakan pengendaliannya, manajemen menggunakan metoda dan prosedur
termasuk didalammya sistem pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen
mencakup sistem pengendalian manajemen yang terdiri atas struktur organisasi,
wewenang, tanggung jawab dan informasi untuk pelaksanaan pengendalian yang
memastikan bahwa organisasi telah berfungsi untuk mencapai tujuan.
Pengendalian manajemen merupakan alat bagi manjemen dalam
pengimplementasian rencana strategis dengan cara mempengaruhi anggota
organisasi
untuk
mencapai
ujuan
organisasi.
Untuk
mengembangkan
pengendalian manajemen yang efisien, organisasi harus memiliki tujuan, strategi,
program dan kebijakan yang jelas.
Pengendalian yang efisien pada dasarnya memerlukan prosedur yang tepat
sehingga
memungkinkan
bagi
manajer
untuk
melakukan
pengawasan
pengevaluasian atas masukan dan keluaran secara optimum. Dengan demikian
manajemen memerlukan suatu sistem untuk menangani proses yang digunakan
oleh manajemen untuk menjamin bahwa organisasi yang dikelolanya telah
melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien, sistem ini dikenal dengan
istilah sistem pengendalian manajemen.
2.2.3
Pengendalian Internal
Dalam perusahaan yang hanya mempunyai beberapa karyawan saja,
pimpinan yang sering kali juga merupakan pemilik perusahaan tersebut, dapat
mengikuti dan mengawasi secara langsung kegiatan semua karyawan. Namun
sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya perusahaan, manajemen
perusahaan dihadapkan pada keterbatasan kemampuan untuk mengawasi dan
mengendalikan operasi perusahaan. Keadaan ini menyebabkan manajemen
melimpahkan sebagian tanggung jawab dan wewenang yang dimilikinya.
Dilain pihak, manajemen dituntut bekerja secara efektif untuk mencapai
tujuan perusahaan, manajemen membutuhkan alat bantu yaitu beberapa kebijakan
dan prosedur yang disebut pengendalian. Pengendalian ini umumnya adalah
sistem pengendalian internal yang memadai dan dapat diandalkan.
Adanya pengendalian internal ini yang merupakan tanggung jawab dari
manajemen, suatu pengendalian internal yang baik akan dapat menekan terjadinya
kesalahan dan penyelewengan. Jika kesalahan dan penyelewengan terjadi, maka
hal ini akan dapat ditetapkan dan diatasi dengan cepat.
2.2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal
Suatu pengendalian internal terdiri dari kebijakan-kebijakan manajemen
tentang suatu kepastian yang wajar bahwa tujuan organisasi dapat tercapai.
Menurut
Boynton
(2001:325)
yang
mengutip
COSO
pengertian
pengendalian internal sebagai berikut:
“ Internal control is a process, affected by entity’s board of directors,
management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance
regarding the achievement of objective in the following categories:
a. Reliability of financial reporting
b. Effectiveness and efficiency of operations
c. Compliance with applicable laws and regulations.”
Sedangkan menurut Mulyadi (2002:180) pengendalian internal adalah
sebagai berikut :
“ Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh
dewan komisaris, manajemen, dan personal lain entitas, yang didesain untuk
memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan
tujuan ini:
a. Keandalan pelaporan keuangan
b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
c. Efektivitas dan efesiensi operasi.”
Dari definisi pengendalian internal diatas, terhadap kosep dasr sebagai berikut:
1. Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu.
2. Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman, kebijakan,
dan formulir namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang
organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personal
lain.
3. Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakinan
memadai bagi manajemen dan dewan komisaris entitas.
4. Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling
berkaitan dengan pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi.
Dari beberapa pengertian tersebut, nampak bahwa pengendalian internal
merupakan pengendalian kegiatan (operasional) perusahaan yang dilakukan
pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan secara efektif, yang terdiri dari
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu dari
operasi perusahaan.
Suatu perusahaan yang mempunyai pengendalian internal yang baik, akan
menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, sehingga memudahkan manajemen
dalam proses pengambilan keputusan.
2.2.3.2 Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Arens (2006:271) disebutkan bahwa tujuan pengendalian internal
adalah sebagai berikut:
1.“Reliability of financial reporting
2. Efeciensy and effectiveness of operations
3. Compliance with applicable laws and regulatons.”
Dari ketiga tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Keandalan pelaporan keuangan
Artinya pengendalian internal memberikan keyakinan yang memadai
bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
2. Efektivitas dan efesiensi operasi
Pengendalian internal dimaksudkan untuk mendorong sumber daya secara
efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini berkaitan
dengan pengalokasian sumber-sumber milik perusahaan, sehingga dapat
dicegah kegiatan yang tidak perlu dan pemborosan dari semua aspek
organisasi.
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.
Pengendalian internal adalah alat untuk memberkan jaminan bahwa
prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan
diikuti oleh seluruh karyawan perusahaan.
2.2.3.3 Komponen Pengendalian Internal
Setiap perusahan memiliki karakteristik atau sifat-sifat khusus yang
berbeda karena perbedaan karakteristik tersebut maka pengendalian internal yang
baik pada suatu perusahaan belum tentu baik bagi perusahaan lainnya. Oleh sebab
itu, untuk mendesain suatu sistem pemgendalian internal yang baik perlu
diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tujuan perusahaan secara
komprehansif. Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling
terkait berikut ini:
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
2. Penaksiran Risiko (Risk Assesment)
3. Aktivitas pengendalian (Control Activities)
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
5. Pemantauan ( Monitoring)
Kelima komponen sistem pengendalian internal tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut.
•
Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Setiap pengendalian terdiri dari kebijakan, tindakan dan prosedur
mencerminkan keseluruhan tingkah laku dari manajemen puncak, direktur dan
pemilik entitas mengenai pengendalian internal dan kepentingan entitas.
Menurut Mulyadi (2002:183):
"Lingkungan pengendalian merupakan suatu lingkungan untuk
menciptakan suasana pengendalian dalam organisasi dan mempengaruhi
kesadaran personal organisasi tentang pengendalian."
Sedangkan menurut IAI (2001:319.2):
"Lingkungan pengendalian yatu menetapkan corak suatu organisasi,
mempengruhi
kesadaran
pengendalian
orang-orangnya.
Lingkungan
pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
iternal, menyediakan displin dan sruktur."
Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu
perusahaan antara lain:
1. Nilai Etika dan Integritas.
Efektivitas pengendalian internal bersumber dari orang yang mendesain
dan melaksanakannyam. Oleh karena itu, tanggung jawab manajemen adalah
menjunjung tinggi nilai integritas dan etika, karena merupakan dasar dari
pengendalian yang dilakukan manajemen dalm mengurangi dan merendam
tindakan
penyelewengan
perusahaan.
yang
dilakukan
oleh
individu-individu
dalam
2. Komitmen atau Kompetensi.
Kompeten adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk
menyelesaikan tugas-tugas yang menjelaskan pekerjan setiap individu. Komitmen
terhaap kompetensi termasuk pertimbangan manajemen terhadap tingkat
kompetensi tersebut diterjemahkan kedalam kemampuan dan pengetahuan yang
dibutuhkan.
3. Partisipasi Dewan Direksi atau Komite Audit.
Untuk menciptakan independensi auditor intenal, maka perusahaan harus
membentuk dewan komisaris dan komite audit yang berwenang untuk menunjuk
auditor internal. Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam
perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengwasi
pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan manajemen (Direksi). Dengan
demikian, Dewan Komisaris yan aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah
konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak di tangan manajemen (Direksi).
Komite audit anggotanya terdiri dari pihak luar perusahaan. Pembentukan komite
audit in ditunjukan untuk memperkuat independensi auditor internal yang oleh
masyarakat dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan
yang dilakukan oleh manajemen.
4. Falafah Manajemen dan gaya operasi.
Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi
perusahaan dan karyawan. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan
dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan. Gaya operasi
mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu perusahaan
seharusnya dilaksanakan.
5. Struktur Organisasi.
Organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Struktur
organisasi memberikan rerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian
dan pemantauan aktivitas perusahaan.
6. Metode Pemberian Wewenang dan Tanggung jawab.
Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan
perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan pembagian
wewenag yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya
yang dimilikinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Disamping itu, pembagian
wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber
daya perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan.
7. Kebijakan dan Pelatihan yang bersumber daya.
Kebijakan dan pelatihan sumber daya manusia berhubungan dengan proses
penerimaan, penempatan, pelatihan, evaluasi, promosi, penggantian dan perbaikan
•
Penaksiran Risiko (Risk Assessment)
Penaksiran risiko oleh manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan
berupa perhatian auditor eksternal terhadap tesiko bawahan, akan tetapi tujuan
manajemen lebih ditekankan pada bagaimana mengelola risiko yang telah
ditetapkan.
Berikut ini pengertian Penaksiran risiko menurut IAI (2001:319.2):
"Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap
risiko yang relevan untuk mencapai tujuan, membentuk suatu dasar untuk
menentukan bagaimana risiko harus dikelola.”
Penaksiran resiko menurut Henry Simamora (2002:153) adalah:
"Penaksiran risiko adalah proses organisasi untuk mengidentifikasi
dan menganalisis risiko yang elevan bagi pencapaian tujuannya."
Dari uraian tersebut dapat diketahui, penetapan atau perkiraan risiko untuk
pelaporan keuangan adalah pengidentifikasian, penganalisisan, dan pengelolaan
risiko-risiko yang relevan terhadap penyiapan laporan keuangan yang sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam pencapaian
tujuannya.
Selanjutnya
proses
penetapan
risiko
suatu
perusahaan
harus
mempertimbangkan kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan eksternal dan internal
yang dapat timbul dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencatat,
memproses, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan sesuai dengan asersi
manajemen didalam laporan keungan. Risiko-risiko dapat timbul atau berubah
dikarenakan hal-hal berikut ini:
1. Perubahan dalam lingkungan operasi
2. Kayawan baru
3. Sistem informasi baru
4. Pertumbuhan yang pesat
5. Teknologi baru
6. Jalur produk baru atau aktivitas baru
7. Operasi peusahaan secara internasional
8. Restrukturiasi perusahaan
9. Keputusan akuntansi
•
Aktivitas Pengendalian (Control Activities)
Sebagai tambahan terhadap lingkungan pengendalian dan informasi dan
komunikasi, suatu entitas memerlikan kebijakan dan prosedur untuk memberikan
keyakinan bahwa tujuan perusahaan akan tercapai, kebijakan dan prosedur
tersebut tertuang dalam aktivitas pengendalian.
Aktivitas pengendalian menurut Sunarto (2003:148) sebagai berikut:
"Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang
membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dijalankan."
Jadi dapat diketahui aktifitas pengendaliaan adalah kebijakan dan
prosedur, selain dari empat komponen yang lain yang dibuat manajemen untuk
memenuhi tujuannya. Banyak sekali kebijakan dan prosedur dalam suatu satuan
usaha. Tetapi, lazimnya dapat dipecah menjadi 5 kategori:
1. Pemisahan tugas yang memadai
Tujuan pokok pemisahan tugas ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat
dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam
pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Pemisahan dan
pembatasan pada tugas dan tanggung jawab yang tepat akan dapat
memudahkan pada pelaksanaan pengecekan internal yang tepat. Pemisahan
fungsi ini merupakan dasar dan kunci dari pelaksanaan sistem pengendalian
internal setelah diperoleh pegawai atau personel yang mempunyai kompetensi
tersebut akan dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab dan
wewenang yang diberikan kepadanya sehingga setiap transaksi yang terjadi
akan terbagi ke dalam beberapa tahap pekerjaan yang akan memungkinkan
dilaksanakan pengecekan internal. Pemisahan ini umumnya meliputu fungsi
kepenguasaan atau fungsi opersi, fungsi pencatatan, dan fungsi pengawasan.
2. Otorisasi yang memadai atas transaksi dan aktivitas.
Di dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas otorisasi dari yang
berwenang untuk menyetujui terjadi transaksi tersebut. Oleh karena itu, di
dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang
untuk pembagian otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Suatu
kebijaksanaan manajemen berupa keputusan atas pemberian otorisasi dan
wewenang untuk melaksanakan suatu fungsi dan tugas secara umum maupun
khusus yang memungkinkan kronologis suatu transaksi dapat dipertanggung
jawabkan kebenaran dan ketepatannya dengan mempertimbangkan batas-batas
kewajaran yang ditetapkan. Prosedur otorisasi ini berfungsi sebagai jembatan
atau penghubung antara pengendalian administratif dengan pengendalian
akuntansi yang dilaksanakan oleh perusahaan.
3. Dokumen dan pencatatan yang cukup.
Dokumen dan pencatatan perlu diselenggarakan sebagai sarana dalam
menuangkan dan menerjemahkan tiap transaksi perusahaan ke dalam bentukbentuk yang lebih informatif dan memberikan jaminan berupa pengendalian
yang memadai atas aktiva perusahaan serta pencatatan seluruh transaksi secara
lengkap, benar, dan tepat. Prosedur pencatatan dan dokumentasi ini meliputi
tujuan validitas, kelengkapan, tepat wktu, klasifikasi dan pengendalian yang
tepat atas transakski.
4. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan.
Perlindungan fisik atas data aktiva tetap tersebut. Hal ini mengandung arti setiap
petugas yang berhubungan dengan data dan aktiva harus mendapatkan otorisasi
dari manajemen.
5. Pengecekan Independen terhadap kinerja.
Menunjukan perlunya adanya review atas keempat karakteristik sebelumnya
dengan maksud mengawasi dan melakukan penilaian atas pelaksanaan dan
kesesuaian antara fungsi dan wewenang dan tanggung jawab yang di berikan
kepada masing-masing unit kerja serta mempersiapkan tindak lanjut yang
diperlukan untuk meningkatkan atau memperbaiki system pengendalian internal
yang telah dilakukan. Dalam kenyatannya fungsi ini perlu dilaksanakan oleh
pihak yang mempunyai independensi yang memadai terhadap organisasi
perusahaan secara keseluruhan.
•
Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Fokus utama dari sistem akuntansi adalah transaksi. Transaksi terdiri dari
pertukaran aktiva dan jasa antara suatu entitas dan pihak luar, dan juga
pemindahan atau penggunaan aktiva dan jasa ke dalam entitas. Transaksi tersebut
sebaiknya ditangani dengan suatu cara yang dapat mencegah terjadinya salah saji,
oleh karena itu diperlukan system informasi dan komunikasi dalam suatu
pengendalian internal.
Pengertian informasi dan komunikasi menurut IAI (2001:319.2):
“ Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan
dan
pertukaran
informasi
dalam
suatu
bentuk
dan
waktu
yang
memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.”
Dengan demikian kegunaan informasi akuntansi dan sistem komunikasi
satu
satuan
usaha
adalah
untuk
mengidentifikasikan,
menggabungkan,
mengklasifikasikan, menganalisa, mencatat dan melaporkan taransaksi satu satuan
usaha dan untuk mengelola akuntabilitas atas aktiva terkait.
Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif
dapat memberikan
keyakinan memadai bahwa taransaksi yang dicatat atau terjadi adalah:
a. Sah
b. Telah diotorisasi
c. Telah dicatat
d. Telah dinilai secara wajar
e. Telah digolongkan secara wajar
f. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya
g. Telah dimasukkan didalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar
Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personal
yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka
berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada didalam maupun diluar
organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada
pihak yang lebih tinggi dalam perusahaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem informasi dan komunikasi
akuntansi
diciptakan
untuk
mengidentifikasi,
merakit,
menggolongkan,
menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu perusahaan serta
menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang perusahaan tersebut.
•
Pemantauan (Monitoring)
Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun dan
memelihara pengendalian internal. Manajemen memantau pengendalian untuk
mempertimbangkan apakah pemgendalian tersebut beroperasi sebagaimana yang
diharapkan.
Pemantauan menurut IAI (2001:319.2):
“ Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja
pengendalian internal sepanjang waktu.”
Pemantauan dilaksanakan oleh orang yang semestinya melakukan pokok
tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu
yang tepat untuk menentukan apakah sistem pengendalian internal beroperasi
sebagaimana yang diharapkan dan untuk menentukan apakah sistem pengendalian
internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk menentukan apakah
sistem pengendalian internal tersebut memerlukan perubahan karena terjadinya
perubahan keadaan.
Pemantauan menurut Mulyadi (2002:195):
“ Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian
internal sepanjang waktu.”
Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektivitas rancangan
dan operasi pengendalian internal secara periodik dan terus- menerus oleh
manajemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah
diperbaiki sesuai dengan keadaan.
Informasi untuk menilai dan perbaikan dapat berasal dari berbagai sumber
meliputi studi atas pengendalian internal yang ada, laporan auditor internal,
laporan penyimpangan atas aktivitas pengendalian, laporan dari bank sentral,
umpan balik dari pegawai, dan keluhan dari pelanggan atas tagihan yang datang.
2.2.3.4 Keterbatasan Pengendalian Internal
Sebaik-baiknya pengendalian internal perusahaan, tidaklah menjamin
sepenuhnya apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai. Hal ini
disebabkan karena pengendalian internal memiliki pengendalian keterbatasanketerbatasan yang dapat melemahkan pengendalian internal tersebut. Maka dari
itu, bukan suatu hal yang mustahil apabila dalam suatu perusahaan yang memiliki
pengendalian internal yang memadai masih juga terjadi kesalahan atau
penyelewengan.
Keterbatasan yang melekat pada pengendalian internal menurut Mulyadi
(2002:181) adalah sebagai berikut:
1. Kesalahan dalam pertimbangan.
Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah dalam mengambil
keputusan bisnis yang diambil atau dalam menyusun tugas rutin karena tidak
memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lainnya.
2. Gangguan.
Gangguan dalam pengendalian yang ditetapkan dapat terjadi karena personel
secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian,
tidak hati-hati
dalam mnjalankan tugasnya atau kelelahan.
3. Kolusi.
Kolusi adalah tindakan bersama beberapa individu untuk mencapai tujuan
kejahatan, kolusi dapat menyebabkan bobolnya pengendalian internal yang
dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya
ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian internal
yang terancang.
4. Pengabaian oleh manajemen.
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan
untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manajemen.
5. Biaya lawan manfaat.
Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian internal tidak boleh
melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut.
Manajemen harus bisa memperkirakan dan mempertimbangkan secara
kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu
pengendalian internal.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa
sebaik-baiknya pengendalian internal yang diciptakan seseorang, efektivitas
pengendalian internal tersebut tergantung pada orang yang menjalankannya, dan
perlu diperhatikan jangan sampai biaya yang digunakan untuk pengendalian ini
melebihi kegunaanya.
2.2.4
Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen
2.2.4.1 Definisi Sistem Pengendalian Manajemen
Suatu sistem diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan
strategik adalah proses untuk merumuskan kegiata jangka panjang yang mencakup
baik penetapan tujuan maupun kebijakan pengarah dan strategik untuk mencapai
tujuan tersebut. Perencanaan strategik mencakup rencana akuisisi dan disposisi
fasilitas, divisi, kegiatan riset, struktur organisasi dan sebagainya. Sekali
keputusan dan perencanaan strategik ditetapkan, pengendalian manajemen
bertugas memastikan agar kebijakan dan strategik ini dilaksanakan, maka dari itu
manajemen memerlukan suatu sistem untuk mengalokasikan penggunaan berbagai
sumber ekonomi perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu sistem Pengendalian
Manajemen meliputi struktur dan proses, struktur adalah pengaturan organisasi
dan konsepsi informasi yang memungkinkan proses berjalan sedangkan proses
adalah seperangkat tindakan yang dilaksanakan oleh manajer atas dasar informasi
yang mereka terima.
Charles T. Horngren. Gary L. Sundem dan Starton (2005:382)
mendefiniskan sistem pengendalian manajemen sebagai berikut:
“Management control system is a logical integration of techniques for a
gathering and using information to make planning and control decisions, for
motivating employee behavior, and for evaluating performance.”
Sedangkan menurut Anthony, dkk (2006 10):
" Sistem pengendalian manajemen adalah suatu proses dan stuktur
yang tertata secara sistematik yang digunakan manajemen dalam
pengendalian manajemen"
Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian manajemen
merupakan suatu sistem yang digunakan oleh manajer untuk mengarahkan
anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien sesuai
dengan startegik pokok yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Aktivitas sistem pengendalian manajemen meliputi aktivitas untuk merencanakan
serta mengendalikan dan mengarahkan operasi organisasi sesuai rencana dan
tujuan perusahaan jadi sistem pengendalian manajemen adalah merupakan suatu
sistem yang dirancang untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan
strategiknya secara efektif dan efisian melalui para manajernya.
2.2.4.2 Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen
Pengendalian manajemen meliputi tindakan untuk menuntun dan
memotivasi usaha guna untuk mencapai tujuan organisasi, maupun tindakan untuk
mengoreksi unjuk kerja yang efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen
yang berbeda diperlukan untuk situasi yang berbeda. Sistem pengendalian
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
1.
Sistem pengendalian manajemen difokuskan pada program dan pusatpusat tanggung jawab.
2.
Informasi yang di proses pada sistem pengendalian manjemen terdiri dari
2 (dua) macam yaitu:
•
Data terencana dalam bentuk program, anggaran dan standar.
•
Data actual mengenai apa yang telah atau yang terjadi, baik di dalam
atau di luar organisasi.
3.
Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem organisasi total dalam
arti bahwa site mini mencakup semua aspek dari operasi organisasi.
Fungsinya
adalah
membantu
manajemen
menjaga
keseimbangan
semuabagian operasi dan mengoperasikan organisasi sebagai suatu
kesatuan yang terkoordinasi.
4.
Sistem pengendalian manajemen biasanya berkaitan erat dengan struktur
keuangan, dimana sumber daya dan kegiatan organisai di nyatakan dalam
satuan uang atau moneter.
5.
Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen cenderung
mengikuti pola dan jadwal tertentu.
6.
Sistem pengendalian manajemen adalah system yang terpadu dan
terkoordinir dimana data yang terkumpul untuk berbagai kegunaan di
padukan untuk saling dibandingkan setiap saat pada unit organisasi.
2.2.4.3 Struktur Sistem Pengendalian Manejemen.
Struktur organisasi merupakan salah satu syarat dalam penerapan sistem
pengendalian manajemen. Menurut Mulyadi (2001:183), struktur organisasi
mencerminkan pembagian dan hierarki wewenang dalam perusahaan. Melalui
struktur organisasi, manajemen melaksanakan pendelegasian wewenang untuk
melaksanakan bagian tertentu kepada manajemen yang lebih bawah, agar dapat
dicapai pembagian pekerjaan yang manfaat.
Dari uraian di atas dapat terlihat struktur organisasi menyajikan posisi
manajemen yang akan membantu membatasi tingkat wewenang, tanggung jawab
dan kemampuan perhitungan masing-masing. Jadi, dengan adanya pembatasan
yang jelas mengenai wewenang dan tanggung jawab pada setiap posisi
manajemen, maka keselarasan kerja akan tercapai. Oleh karena informasi yang
dibutuhkan manajemen menyajikan unsur tanggung jawab, maka fungsi
pengendalian tidaklah sulit untuk dilaksanakan. Tanggung jawab timbul akibat
adanya pendelegasian wewenang dari suatu tingkat manajemen yang lebih tinggi
ke tingkat manajeman yang lebih rendah. Pendelegasian wewenang ini menuntut
manajer yang lebih rendah untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan
wewenang kepada manajer tingkat atas.
Pola pendelegasian wewenang dan tanggung jawab menurut Mulyadi
(2001:183) bias didasarkan pada:
1.
Fungsi bisnis atau Businees functions. (contoh: produksi, keuangan,
personalia, dan lain-lain).
2. Jenis produk atau Product line. (contoh: produk a, produk b, dan lain-lain).
3. Daerah geografis atau Geographic regional. (contoh: daerah x, daerah y, dan
lain-lain).
Struktur pengendalian manajemen dipusatkan pada berbagai macam pusat
pertanggung jawaban. Pusat pertanggung jawaban adalah organisasi yang
dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktifitas yang
dilakukannya. Pada hakekatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat
tanggung jawab, yang masing-masing diwakili oleh sebuah kotak dalam bagan
organisasi. Setiap pusat pertanggung jawab mempunyai masukan dan keluaran.
Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan hubungan yang optimal antara
masukan dan keluaran. Disejumlah pusat pertanggung jawaban, hubungan ini
bersifat timbale balik dan langsung. Ada empat jenis puat pertanggung jawaban
yang di golongkan menurut sifat masukan dan keluaran moneter yang diukur
untuk tujuan pengendalian.
Anthony Dearden dan Bedford yang diterjemahkan oleh Ir. Agus Maulana,
MSM membedakan pusat-pusat pertanggung jawaban berdasarkan karakteristik
masukan dan keluarannya dan hubungan diantara keduanya menjadi 4 (empat)
macam, yaitu:
1. Pusat Biaya
Pusat biaya merupakan pusat pertanggung jawaban yang manajernya
diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya). Setiap pusat
pertanggung jawaban mengkonsumsi masukan dan mengahsilkan pengeluaran.
Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam bentuk
pendapatan. Berdasakan hubungan antara keluaran dan masuknya, pusat biaya
dapat dibagi lagi menjadi:
•
Pusat biaya teknik / pusat biaya terukur.
Pusat biaya teknik adalah pusat pertanggung jawaban yang sebagian
besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat dengan
keluarannya. Manajer pusat biaya teknik diukur prestasinya atas dasar
seberapa jauh mempertahankan efisiensinya.
•
Pusat biaya kebijakan / pusat biaya tak terukur.
Pusat biaya kebijakan adalah pusat pertanggung jawaban yang
sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan
keluarannya. Pusat biaya kebijakan tidak dapat diukur prestasinya dari
sudut efisiensinya. Pengendalian pusat biaya kebijakan dilakukan
dengan menggunakan anggaran sebagai pedoman bagi manajer.
2. Pusat Pendapatan
Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggung jawaban yang manajernya
diukur prestasinya berdasarkan pendapatannya. Manajer pusat pendapatan tidak
dimintai pertanggung jawaban mengenai masukannya, karena hal tersebut tidak
mempengaruhi pemakaian masukan tersebut. Pusat pendapatan bertanggung
jawab terhadap pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa harus dibebani
tanggung jawab mengenai biaya yang terjadi didepartemennya karena biaya
seringkali tidak mempunyai hubungan dengan pendapatan yang diperoleh oleh
departemen tersebut.
3.Pusat Laba
Pusat laba merupakan pusat pertanggung jawaban yang manejernya diukur
dari selisih antara pendapatan dengan biaya untuk memperoleh pendapatan
tersebut. Dalam pusat laba, masukan dan keluarannya diukur dalam satuan uang
untuk menghitung laba merupakan dasar pengukuran prestasi manajer. Dalam
akuntansi keuangan pendapatan di akui dan di catat saat terjadi transaksi
penjualan. Suatu pertanggung jawaban merupakan pusat laba jika manajemen
menghendaki untuk mengukur keluaran pusat pertanggung jawaban tersebut
dalam satuan uang dan manajer pusat pertanggung jawaban tersebut diukur
prestasinya atas dasar selisih antara pendapatan dengan biayanya.
4.Pusat Investasi
Pusat investasi adalah pusat laba yang prestasi manajernya diukur dengan
menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggung jawaban tersebut dengan
investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa
laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba.
Secara umum dikatakan bahwa manajer pusat pertanggung jawaban diukur
prestasinya berdasasarkan karakteristik masukan dan keluarannya. Biaya
merupakan tolak ukur prestasi bagi manajer pusat biaya, sedangkan pendapatan
merupakan tolak ukur prestasi bagi manajer pusat pendapatan. Dalam pusat
investasi rasio laba dengan investasi atau residual income dipakai sebagai tolak
ukur prestasi bagi manajer pusat investasi.
2.2.4.4 Proses Sistem Pengendalian Manajemen
Sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses. Struktur
merupakn hubungan antara komponen yang dinyatakan dalam bentuk unit
organisasi dan sifat informasi yang mengalir di antara unit-unit tersebut.
Sedangkan proses merupakan seperangkat tindakan yang dilakukan untuk
memastikan bahwa organisasi bekerja untuk mencapai tujuannya, melibatkan
banyak komunikasi. Komunikasi ini dapat bersifat formal dan informal.
Komunikasi formal meliputi tahap-tahap yang terstruktur yang saling terkait.
Komunikasi informal dapat berupa, percakapan, memo, pertemuan dan lain-lain.
Proses sistem pengendalian manajemen meliputi tahap-tahap sebgai
berikut:
a. Penyusunan Program
Penyusunan program adalah proses memutuskan program-program yang
akan dilaksanakan organisasi serta perkiraan jumlah sumber daya yang akan
dialokasikan untuk masing-masing program.Pemograman merupakan bagian dari
pengendalian manajemen yang berada dekat garis pemisah antara dua proses
manajemen yaitu perencanaan srategik dan pengendalian manajemen.Dalam
proses perencanaan strategik, manajemen memutuskan tujuan-tujuan organisasi
serta strategi-strategi utama dalam mencapai tujuan. Keputusan pemograman yang
diambil yaitu: apakah akan melaksanakan strategi ini dengan melaksankan
akuisisi atau dengan membangun operasi baru, apa lini produk yang akan
diutamakan, apakah produk ini harus dibeli atau dibuat sendiri, apa saluran
pemasarn yang akan digunakan.
b. Penyusunan Anggaran
Sejalan dengan perkembangan dunia usaha, perusahaan-perusahaan
berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dengan jenis kegiatan dan
volume kegiatan yang meningkat. Keadaan ini menjadikan proses perencanaan
dan pengendaliannya menjadi tidak sederhana. Untuk membantu manajemen
dalam mengelola perusahaan maka digunakanlah anggaran sebagai sistem
perencanaan,koordinasi dan pengawasan dalam perusahaan. Definisi anggaran
yang dikemukakan oleh Gunawan Adi Saputra dan Marwan Asri (2003:6) adalah:
“Suatu Pendekatan yang formal dan sistematis dari pada pelaksanaan
tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan
pengawasan.”
.Sedangkan menurut Horngren dkk (2005:509) yang terjemahkan oleh
Endah Susilaningtyas adalah sebagai berikut:
“Anggaran ialah persyaratan kuantitatif dari rencana tindakan dan
suatu alat bantu untuk koordinasi dan mengimplementasikan rencana.”
Dari definisi di atas, maka dapat dijelaskan bahwa anggaran merupakn
perencanaan formal dari keseluruhan kegitan perusahaan (termasuk didalamnya
anggaran biaya produksi) didalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam
unit kuantitatif. Anggaran merupakan suatu perencanaan yang di susun secara
formal didalam perusahaan tersebut mencakupseluruh kegiatan perusahaan tanpa
adanya pengecualian. Dengan demikian anggaran berfungsi sebagai alat bantu
manajemen untuk penyusunan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan kegiatan
perusahaan.
c. Pelaksanaan Pengendalian Anggaran
Setelah penyusunan anggaran, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan
pengendalian anggaran. Untuk pelaksanaan anggaran diperlukan pengendalian
agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Untuk itu harus diselidiki adanya
perbandingan antara anggaran biaya produksi dengan realisasi anggaran biaya
produksi. Apabila terdapat perbedaan maka perusahaan harus menganalisis sebab
– sebab terjadinya perbedaan
tersebut kemudian dilakukan tindakan koreksi
terhadap penyimpangan yang terjadi.
d. Pengukuran Kinerja
Penyusunan program dan anggaran yang telah ditetapkan dijadikan alat
untuk menilai kinerja manajer dan memotivasi manajer dalam mengendalikan
unit-unit pusat pertanggung jawaban. Dalam tahap ini anggaran dilaksanakan oleh
manajer pusat pertanggung jawaban dan akuntansi bertanggung jawab mencatat
masukan yang sesungguhnya diperoleh oleh pusat pertanggung jawaban. Data
yang dikelompokan menurut program digunakan sebagai dasar pemograman yang
akan datang, sedangkan data yang dikelompokan menurut pusat pertanggung
jawaban digunakan untuk mengukur prestasi kerja manajer pusat pertanggung
jawaban .
e. Pelaporan dan Analisis
Tahap terakhir dari proses pengendalian manajemen adalah pelaporan dan
analisis. Dalam tahap ini data akuntansi yang sudah terkumpul menurut program
dan menurut pusat pertanggung jawaban disajikan dalam bentuk laporan
keuangan. Dalam laporan keuangan tidak hanya disajikan informasi akuntansi
saja, namun meliputi juga informasi non akuntansi. Laporan tersebut
dimaksudkan untuk memberitahukan kepada para manajer mengenai apa yang
sedang berlangsung dalam pusat pertanggung jawaban yang mereka pimpin dan
juga untuk menjamin koordinasi kegiatan antar pusat pertanggung jawaban.
Laporan atas kinerja pusat pertanggung jawaban juga digunakan sebagai dasar
untuk pengendalian. Pengendalian ini berupa analisis terhadap penyimpangan dari
pelaksanaan anggaran dan penjelasan mengenai pelaksanaan kegiatan. Atas dasar
hasil analisis, manajer pusat pertanggung jawaban dapat segera merumuskan
tindakan perbaikan berupa perbaikan pelaksanaan, perbaikan anggaran, perbaikan
program, atau perumusan kembali strategi untuk pencapain tujuan perusahaan.
2.2.5
Elemen-elemen Sitem Pengendalian Manajemen
Elemen-elemen sistem pengendalian manajemen meliputi proses, manajer,
tujuan, efesiensi, dan keefektifitasan serta kepastian. Untuk uraian masing-masing
elemen sebagai berikut:
a. Proses.
Pengendalian manajemen mencakup sistem pengendalian manajemen yang
terdiri atas tataan organisasi, wewenang, tanggung jawab dan informasi untuk
memungkinkan pelaksanaan pengendalian dan untuk memproses sekumpulan
tindakan yang memastikan bahwa organisasi bekerja untuk mencapai tujuannya.
b. Manajer.
Pengendalian manajemen merupakan alat bagi manajer. Pengendalian
manajemen adalah proses yang berorientasi pada manusia, maka manajer-manajer
lini menjadi titik pusat dalam pengendalian ini.
c. Tujuan.
Tujuan dari proses pengendalian ditentukan dalam perencanaan strategis.
d. Efisiensi dan keefektifan.
Efektif berarti kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan
atau hubungan keluaran dan dengan sasaran yang harus dicapainya. Efisiensi
merupakan perbandingn antara keluaran yang dihasilkan dengan besarnya tingkat
masukan yang dipergunakan.
e. Kepastian.
Manajemen membutuhkan kepastian yang konstan melalui pengendalian
manajemen unutk menjamin bahwa pekerjaan memang sedang dilaksanakan
secara efisien dan efektif.
2.2.6
Manfaat Sistem Pengendalian Manajemen dengan Proses Manajemen
Fungsi
manajemen
mencakup
perencanaan,
pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Sistem pengendalian manajemen merupakan
bagian proses manajemen yang berhuhubungan dengan fungsi perencanaan dan
pengendalian organisasi. Sistem pengendalian manajemen berhubungan dengan
aspek kebijakan administrative fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi.
Aspek kebijakan administrative tersebut pada dasarnya berhubungan dengan
tahap-tahap berikut:
a. Perencanaan organisasi dan unit-unitnya untuk mencapai tujuan dalam jangka
waktu tertentu.
b. Pengkoordinasian rencana dan kegiatan semua bagian untuk memastikan
bahwa organisasi beserta bagian-bagiannya beroperasi dengan tujuan yang
sama.
c. Pengolahan informasi dan memutuskan tindakan yang harus diambil apabila
ada, untuk mengoreksi penyimpangan.
d. Mempengaruhi perilaku manusia kearah pencapaian hasil yang diharapkan.
(Drs. R.A. Supriyono,S.U. Akt ; 2000:31).
2.3
Biaya
Dalam rangka menghasilkan laba yang merupakan tujuan dari perusahaan,
biaya merupakan unsur penting yang perlu dikorbankan perusahaan untuk
pencapaian tujun dan sasaran perusahaan. Dalam pelaksanaanya biaya harus
dikendalikan dengan baik agar setiap pengeluarannya memberikan manfaat bagi
perusahaan.
2.3.1
Pengertian Biaya
Menurut Sunarto (2003:4) biaya adalah:
“Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan
atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan”.
Menurut Mulyadi (2001:8) biaya adalah:
“Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam
satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan
tertentu”.
2.4
Biaya Produksi
2.4.1
Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan unsur biaya yang pokok dan melekat erat pada
perusahaan, khususnya pada perusahaan manufaktur. Kegiatan manufaktur
merupakan proses transformasi bahan mentah menjadi barang jadi melalui
penggunaan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik.
Menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003:180) biaya produksi adalah:
“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk di jual. Menurut
objek pengeluarannyasecara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”.
Menurut Mulyadi (2001:14) yang dimaksud biaya produksi adalah:
“Biaya produksi ialah biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku
menjadi produk jadi yang siap untuk di jual”.
Sedangkan menurut Hongren, dkk (2006:30) mendefinisikan biaya
produksi sebagai berikut:
“Manufacturing cost also called production cost or factory cost is
usually defined as the sum of three cost element: direct material, direct labour,
and factory overhead”.
Berdasrkan uraian tersebut dapat dikatakan biaya produksi ialah biaya
yang berhubungan dengan proses pengolahan produk, dari bahan mentah menjadi
barang jadi yang terdiri dari tiga komponen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
Menutut Hongren (2005:250) ada tiga unsur yang terdapat pada produk
jadi, yaitu:
“there are three major element in cost of manufacture product:
1.
Direct materials. All material that are physically observable as being
identified
with the finished goods and that may be traced to the
finished good in an economically feasible manner.
2.
Direct labour. All labour that is physically traceable to finished goods
economically feasible manner.
3.
Indirect manufacturing cost. All cost other than materials and direct
labour that are associated with manufacturing process”.
Dibawah ini akan diuraikan ketiga jenis biaya tersebut.
2.4.2
Biaya Bahan Baku langsung
Menurut Sunarto (2003:5) biaya bahan baku adalah:
“ Biaya bahan baku adalah biaya yang timbul karena pemakaian
bahan. Biaya bahan merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam
produksi untuk membuat barang jadi. Biaya bahan baku merupakan bagian
dari harga pokok barang yang akan dibuat”.
Biaya bahan baku langsung merupakan biaya seluruh bahan yang
membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi yang dapat
langsung diperhitungkan kedalam harga pokok dari produk tersebut. Dalam
menentukan harga pokok bahan baku, seluruh biaya yang menyangkut perolehan
bahan tersebut (seperti biaya penggudangan, transportasi, dll) ditambah kedalam
harga beli bahan baku.
2.4.3
Biaya Tenaga Kerja Langsung
Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Sunarto (2003:5) sebagai
berikut:
“ Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang timbul karena
pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi
barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang
diberikan kepada tebaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan
barang”.
Jadi biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya yang berkaitan dengan
karyawan atau tenaga yang dikerahkan untuk mengubah bahan baku menjadi
barang jadi. Biaya ini meliputi gaji karyawan yang dapat dibebankan langsung ke
produk tertentu.
2.4.4
Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selama biaya bahan
baku dari biaya tenaga kerja langsung yang dapat dibebankan ke dalam produk.
Mulyadi (2001:207-208) menyatakan bahwa termasuk kedalam biaya overhead
pabrik adalah:
1. Biaya bahan penolong. Biaya bahan penolong adalah bahan yang tidak
menjadi bagian dari produk jadi, atau bahan yang menjadi bagian produk jadi,
tetapi nilainya relative kecil jika dibandingkan dengan harga pokok produk
tersebut.
2. Biaya reparasi dan pemeliharaan. Biaya reparasi dan pemeliharaa merupakan
biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai, dan harga perolehan jasa dari
pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan
emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipment,
kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap yang diperguanakan untuk
keperluan pabrik.
3. Biaya tenaga kerja tidak lansung. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah
tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung
kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari
upah, tunjangan dan biaya kesejahteraanyang dikeluarkan untuk tenaga kerja
tidak langsung tersebut.
4. Beban biaya yang timbul akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-biaya
yang masuk kedalam kelompok ini antara lain adalah biaya biaya asuransi
gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan,
asuransi kecelakaan karyawan dan biaya amortisasi kerugian.
5. Biaya produksi tidak langsung lainnya yang memerlukan pengeluaran uang
tunai. Biaya overhead pabrik yang masuk kedalam kelompok ini antara lain
adlah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya
listrik PLN dan sebagainya.
2.5
Pengertian Efektivitas
Menurut Mardiasmo (2002:134) pengertian efektivitas yaitu:
“Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi
mencapai
tujuannya.
Apabila
suatu
organiasasi
berhasil
mencapai
tujuannya, maka organisasi tersebut dapat dikatakan efektif. Hal terpenting
yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan berapa
besarnya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya
boleh jauh melebihi biaya yang yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali
lebih besar, atau bahkan tiga kali lebih besar dari pada yang telah
dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan
telah mencapai tujuan yang ditetapkan”.
Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapain tujuan atau
target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran
dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan
efektif jika proses kegiatan telah mencapai sasaran akhhhir kebijakan.
Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak dari
keluaran program untuk mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi
output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan,
maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi.
Tetapi pengertian efektivitas tidak hanya menitik beratkan pada segi
output melainkan juga memeperhatikan pada aspek-aspek lainnya, misalnya yaitu:
1. Dengan mempertimbangkan cara alternatif yang berupa rancngan-rancangan
program alternatif untuk mencapai tujuan.
2. Dengan memprtimbangkan tujuan alternatif yang merupakan kemungkinankemungkinan target atau sasaran yang lain.
Perluasan titik pandang terhadap pengertian efektivitas tersebut diatas
berakibat pada luas linkup perhatian pemeriksaan hasil proram yang mana
sampai ke masalah penilaian terhadap kebijaksanaan manajemen tingkat atas
atau strategi manajemen tingkat atas dalam mencapai tujuan program.
Sedangkan efektivitas biaya produksi adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara meminimalkan
penyimpangan biaya produksi yang terjadi, baik selisih biaya bahan baku,
selisih biaya tenaga kerja, maupun selisih biaya overhead pabrik.
Penyimpangan biaya produksi merupakan perbedaan antara anggaran dengan
realisasi, dan jika penyimpangan cukup signifikan maka penyimpangan
tersebut diselidiki lebih lanjut.
Efektivitas biaya produksi juga menyangkut kesesuaian kuantitas produk
yang dihasilkan dengan anggaran, kualitas produk yang sesuai dengan target
kualitas, dan ketepatan waktu produksi. Jadi, pada dasarnya biaya produksi
dikatakan efektif jika dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang
jadi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Apabila hal-hal tersebut
belum dipenuhi oleh perusahaan, maka perlu dilakukan langkah-langkah
perbaikan untuk meningkatkan efektivitas biaya produksi.
2.6
Pengendalian Biaya Produksi
2.6.1 Pengertian Pengendalian
Pengertian pengendalian menurut kamus The New Oxford Illustrared
Dictionary yang dialihbahasakan oleh Apandi Nasehatun (2007:7) adalah:
1. Fungsi pengendalian dan pengaturan
2. Pembatasan, pemeriksaan, standar pembanding
3. Pengawas atau pemeriksa
Menurut Jajuk Herawati dan Sunarto (2004:6) Pengendalian adalah:
“ Pengendalian adalah suatu kegiatan yang diperlukan untuk
mengusahakan agar tujuan, rencana, kebijakan dan standar yang ditetapkan
dapat dicapai dengan baik semaksimal mungkin.”
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa inti pengendalian
adalah pengendalian aktivitas perusahaan menuju sasaran yang sudah ditetapkan
dalam perencanaan dan membandingkan hasil pelaksanaan tersebut dengan
rencana yang telah disusun sebelumnya.
2.6.2 Proses pengendalian biaya produksi
Terkait dengan biaya, maka fungsi pengendalian dikaitkan sebagai usaha
mengarahkan pemakaian biaya menurut rencana dan membandingkan biaya yang
sebenarnya terjadi dengan biaya yang sudah ditetapkan dalam anggaran dan
mengambil tindakan perbaikan jika terjadi penyimpangan.
Pengertian pengendalian biaya menurut Apandi Nasehatun (2000:214)
adalah :
“ Pengendalian biaya berarti serangkaian langkah – langkah mulai
dari penyusunan satu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu
dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan (rencana) dengan
yang sesungguhnya terjadi (realisasi).”
Pengendalian penting bagi manajemen dan dilakukan bukan atas dasar
kecurigaan, akan tetapi merupakan suatu bagian yang terpadu dalam melaksankan
pekerjaan yang terencana dan melangkah pada kemajuan aktivitas suatu
perusahaan.
Adapun fungsi pengendalian menurut Apandi Nasehatun (2000:38)
adalah:
1.
Untuk mengendalikan atau mengarahkan dan mengawasi kegiatan dan
pengeluaran. Salah satu tujuan dari perencanaan untuk memilih kegiatan
yang paling profitable. Kegiatan ini tentunya tidak hanya direncanakan
tetapi juga dilaksanakan dan pelaksanaanya perlu ada pengawasan atau
pengendalian agar berjalan sesuai rencana serta mencapai hasil yang
diinginkan.
2.
Untuk mencegah atau menghindari terjadinya pemborosan atau inefisiensi
atau penyimpangan. Dengan adanya control dan perencanaan yang baik,
hal semacam ini dapat dihindari atau paling tidak diminimalkan.
Sedangkan proses pengendalian (Stage of control) menurut Apandi
Nasehatun (2000:130) meliputi tahap – tahap :
1.
Menentukan sasaran (Goal) untuk performa aktivitas atau fungsi. Sasaran
ini membantu untuk mengarahkan dan menghubungi usaha manusia.
Sasaran organisasi adalah hasil yang diinginkan atau state of affairs,
dimana kebijakan merupakan hasil sistem pencapaian (achievement system
policies) yang dikomitkan dan sumber daya dialokasikan.
2.
Menemukan standar performa untuk setiap sasaran khusus dan aktivitas
atau fungsi. Pada dasarnya, standar merupakan hasil yang ada apabila
performa memuaskan.
3.
Memonitor atau pengukuran performa aktual. Pengukuran performa actual
dapat dilihat dari bidang moneter, istilah akuntansi dengan indikator
akuntansi lain, dan nonmoneter. Dalam moneter dikenal dengan istilah
pemonitoran. Dalam istilah akuntansi dapat dilihat dari laba, biaya (Cost),
pendapatan, sedangkan indikator akuntansinya seperti ROI atau residual
income. Sementara itu dalam bidang nonmoneter dilihat dari mutu
produksi, sifat dari tanggapan pasar atau setiap indicator sosial.
Pengukuran (Measurement) diselesaikan oleh manusia atau alat – alat
mekanikal yang dikenal sebagai sensor.
4.
Menelaah (Review) dan membandingkan aktual dengan performa yang
direncanakan. Ini disebut sebagai proses pembandingan (Comparasion
process), yang menentukan apakah terdapat perbedaan antara aktivitas dan
hasil yang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi.
5.
Memproduksi deviasi dan mengadministrasikan untuk memotivasi dan
menekankan performa. Ini disebut sebagai proses penilaian atau ganjaran
(Evaluation atau Reward process).
Pengendalian biaya produksi merupakan suatu tindakan manajemen untuk
mencapai tujuan dengan cara membandingkan rencana biaya yang dibuat sebalum
kegiatan produksi dilaksanakan dengan biaya sesungguhnya terjadi dalam proses
produksi. Dengan cara itu dapat diketahui besarnya penyimpangan tersebut, untuk
melakukan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan selanjutnya guna meningkatkan
efesiensi biaya produksi.
Adapun tujuan pengendalian biaya produksi adalah memperoleh jumlah
produksi atau hasil yang sebesar – besarnya dengan kualitas yang dikehendaki
mulai dari pemakaian jumlah bahan baku, tenaga kerja, usah atau fasilitas juga
sudah ditentukan. Dengan kata lain memperoleh hasil yang sebaik – baiknya
dengan biaya yang sekecil mungkin dalam kondisi yang ada.
Pengendalian biaya produksi dilakukan untuk mempertahankan dan
meningkatkan efesiensi biaya produksi. Pengendalian biaya produksi meliputi
pengendalian biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead
pabrik dimana pengendalian tersebut dapat dilaksanakan secara operasional.
Pengendalian bahan baku berupa pengendalian terhadap pemakaian bahan
baku dalam menunjang kelancaran proses produksi dengan tetap memperhatikan
efesiensi pemakainya. Pengendalian terhadap pembelian bahan baku untuk
menghindari kelebihan atau kekurangan persediaan.
Pengendalian biaya tenaga kerja langsung dapat melaui pengawasan jam
kerja dan kehadiran karyawan. Sedangkan pengendalian biaya overhead pabrik
dapat dilakukan dengan penggunaan kapasitas sumber daya overhead (misalnya
mesin dan bangunan) se optimal mungkin, serta dengan melaksanakan dan
mengendalikan sumber – sumber daya tersebut dengan baik untuk tujuan yang
bermanfaat.
Setiap pengendalian memiliki tiga unsur dasr yaitu penetapan standar
performa, pengukuran performa yang sesungguhnya, dan perbandingan antara
performa yang sesungguhnya terjadi dengan rencana standar performa yang telah
ditetapkan.
2.7
Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap
Keefektifitasan Pengendalian Biaya Produksi
Penerapan sistem pengendalian manajemen sangat bermanfaat bagi
perusahaan, sistem pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang
digunakan oleh para manajer untuk mengarahkan anggota organisasi agar
melaksankan kegiatan secara efektif dan efisien sesuai strategi pokok yang teah
ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sistem pengendalian manajemen
terdiri dari struktur dan proses, dimana struktur pengendalian manajemen
dipusatkan pada berbagai macam pusat pertanggung jawaban, setiap pusat
pertanggung jawaban memiliki masukan dan keluaran.
Untuk efektivitas
pengendalian biaya produksi, sebelumnya sudah
dijelaskan bahwa efektivitas adalah hubungan antara output pusat pertanggung
jawaban dengan tujuannya. Suatu biaya dikatakan efektif apabila hasil
keluarannya sesuai dengan rencana yang ditetapakan. Semakin besar keluaran
pusat pertanggung jawaban terhadap pencapaian tujuan perusahaan semakin
efektif kegiatan pertanggung jawaban tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manfaat penerapan sistem
pengendalian manajemen dengan keefektifitasan pengendalian biaya produksi
adalah sistem pengendalian manajemen merupakan alat bantu manajemen dalam
melakukan fungsi pengendalian pada biaya produksi, sehingga efektivitas
pengendalian biaya produksi dapat tercapai.
Download