BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manfaat Judul pada penelitian menekankan pada manfaat, maksudnya adalah bagaimana variabel kememadaian sistem pengendalian manajemen dapat bermanfaat terhadap keefektifitasan biaya produksi. Pengertian manfaat menurut kamus besar indonesia (2002:710) adalah: "sesuatu yang memiliki nilai guna atau faedah" Dari definisi diatas maka dapat dikatakan bahwa manfaat yang diperoleh tentunya akan menyebabkan perubahan terhadap sesuatu fungsi tertentu dalam suatu pranata.Jadi manfaat disini memaparkan nilai guna atau faedah yang terjadi dari penerapan sistem pengendalian manajemen yang memadai terhadap keefektifitasan pengendalian biaya produksi. 2.2 Sistem Pengendalian Manajemen 2.2.1 Pengertian sistem Pengertian Sistem menurut Robert N.Antony dan Vijay govindajaran (2006 : 5) adalah: " System is a prescribed and usually repetitous way carrying out an activity or a set of activities" Sistem merupakan penentuan cara yang ditetapkan dan biasanya berulangulang untuk melaksanakan suatu atau seperangkat aktivitas. Ciri suatu sistem biasanya teratur (ritmik), terkoordinasi dan merupakan serangkaian langkah- langkah yang berulang- ulang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem dapat pula didefinisikan sebagai perubahan prosedur dan cara kerja dengan memperhatikan struktur politik dan peralatan yang ada. Namun tidak semua tindakan manajemen sistematis. Tindakan yang sistematis biasanya tidak diatur oleh sistem, dan para manajer biasanya menggunakan pertimbangan pribadi untuk melaksanakan tindakan tersebut sehingga keberhasilannya ditentukan oleh keahlian manajer. 2.2.2 Pengertian Pengendalian Manajemen Menurut Anthony dan Govindajaran yang di terjemahkan oleh F.X. Kurniawan menyatakan bahwa: “Pengendalian manjemen merupakan proses dengan dimana para manajer mempengaruhi anggota organisasi lainnya untuk mengimplementasikan starategi organisasi”. Pengendalian manajemen merupakan proses untuk memotivasi dan memberikan semangat anggota organisasi dalam melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Pengendalian manajemen juga merupakan suatu proses untuk mendeteksi dan mengkoreksi kesalahan unjuk kerja yang tidak disengaja maupun yang di sengaja. Karena fokusya adalah pada manusia dan imlementasi rencana, pengendalian manajemen membutuhkan pertimbangan psikologis yang kuat. Kegiatan seperti komunikasi, menasehati, memberi semangat dan mengkritik merupakan bagian penting dari proses ini. Pengendalian manajemen memanfaatkan pengendalian tugas untuk memastikan unjuk kerja yang efektif dan efisien. Keefektifitasan diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan, Sedangkan efisien menggambarkan berapa banyak masukan yang diperlukan untuk menghasilkan satu unit keluaran. Unit organisasi yang paling efisien adalah unit yang dapat menghasilkan sejumlah keluaran dengan penggunaan masukan minimal atau menghasilkan keluaran terbanyak dengan masukan yang tersedia. Pada perusahaan yang relatif kecil, pimpinan perusahaan dapat melaksanakan pengolahan kegiatan perusahaannya secara langsung. Pimpinan dapat secara langsung merencanakan dan mengendalikan perusahaannya. Dengan semakin berkembangnya perusahaan, pimpinan tidak akan mampu lagi mengelola perusahaan sendirian. Untuk itu diperlukan bantuan staf lain untuk melaksanakan sebagian fungsinya dengan cara mendelegasikan wewenang kepada staf tersebut. Untuk memastikan operasi perusahaan telah berjalan sesuai dengan rencana maka diperlukan pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen dalam suatu perusahaan melibatkan beberapa macam aktivitas, seperti perencanaan yang berarti apa yang harus dilakukan dalam perusahaan. Langkah selanjutnya adalah koordinasi dengan beberapa bagian yang ada dalam perusahaan untuk kepentingan pencapaian tujuan perusahaan. Setelah koordinasi dilaksanakan kemudian mengkomunikasikan informasi kepada semua tingkat manajemen yang ada dalam perusahaan. Pada setiap periode dilakukan evaluasi dan strategi apa yang harus dilakukan. Dengan demikian pengendalian manajemen dilakukan untuk menjamin bahwa semua strategi yang telah ditetapkan sesuai dengan tujuan yang akan di capai perusahaan. Definisi pengendalian manajemen menurut Anthony dan Govindajaran (2003:7) adalah: "Management control is the process by which managers influence other members of the organization strategis". Sedangkan menurut Supriyono (2000 : 4) mengemukakan: "Pengendalian manajemen adalah meliputi metoda, prosedur, dan cara-cara yang digunakan oleh manajemen untuk mempengaruhi para anggota organisasi agar melaksanakan strategi dan kebijakan secara efektif dan efisien dalam rangka pencapaian tujuan organisasi". Dari definisi di atas, diketahui bahwa pengendalian manajemen merupakan proses di mana manajer di seluruh tingkatan memastikan bahwa orang-orang yang mereka awasi mengimplementasikan strategi yang telah ditetapkan. Dalam melaksanakan pengendaliannya, manajemen menggunakan metoda dan prosedur termasuk didalammya sistem pengendalian manajemen. Pengendalian manajemen mencakup sistem pengendalian manajemen yang terdiri atas struktur organisasi, wewenang, tanggung jawab dan informasi untuk pelaksanaan pengendalian yang memastikan bahwa organisasi telah berfungsi untuk mencapai tujuan. Pengendalian manajemen merupakan alat bagi manjemen dalam pengimplementasian rencana strategis dengan cara mempengaruhi anggota organisasi untuk mencapai ujuan organisasi. Untuk mengembangkan pengendalian manajemen yang efisien, organisasi harus memiliki tujuan, strategi, program dan kebijakan yang jelas. Pengendalian yang efisien pada dasarnya memerlukan prosedur yang tepat sehingga memungkinkan bagi manajer untuk melakukan pengawasan pengevaluasian atas masukan dan keluaran secara optimum. Dengan demikian manajemen memerlukan suatu sistem untuk menangani proses yang digunakan oleh manajemen untuk menjamin bahwa organisasi yang dikelolanya telah melaksanakan strateginya secara efektif dan efisien, sistem ini dikenal dengan istilah sistem pengendalian manajemen. 2.2.3 Pengendalian Internal Dalam perusahaan yang hanya mempunyai beberapa karyawan saja, pimpinan yang sering kali juga merupakan pemilik perusahaan tersebut, dapat mengikuti dan mengawasi secara langsung kegiatan semua karyawan. Namun sejalan dengan semakin luas dan kompleksnya perusahaan, manajemen perusahaan dihadapkan pada keterbatasan kemampuan untuk mengawasi dan mengendalikan operasi perusahaan. Keadaan ini menyebabkan manajemen melimpahkan sebagian tanggung jawab dan wewenang yang dimilikinya. Dilain pihak, manajemen dituntut bekerja secara efektif untuk mencapai tujuan perusahaan, manajemen membutuhkan alat bantu yaitu beberapa kebijakan dan prosedur yang disebut pengendalian. Pengendalian ini umumnya adalah sistem pengendalian internal yang memadai dan dapat diandalkan. Adanya pengendalian internal ini yang merupakan tanggung jawab dari manajemen, suatu pengendalian internal yang baik akan dapat menekan terjadinya kesalahan dan penyelewengan. Jika kesalahan dan penyelewengan terjadi, maka hal ini akan dapat ditetapkan dan diatasi dengan cepat. 2.2.3.1 Pengertian Pengendalian Internal Suatu pengendalian internal terdiri dari kebijakan-kebijakan manajemen tentang suatu kepastian yang wajar bahwa tujuan organisasi dapat tercapai. Menurut Boynton (2001:325) yang mengutip COSO pengertian pengendalian internal sebagai berikut: “ Internal control is a process, affected by entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objective in the following categories: a. Reliability of financial reporting b. Effectiveness and efficiency of operations c. Compliance with applicable laws and regulations.” Sedangkan menurut Mulyadi (2002:180) pengendalian internal adalah sebagai berikut : “ Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen, dan personal lain entitas, yang didesain untuk memberikan keyakinan yang memadai tentang pencapaian 3 golongan tujuan ini: a. Keandalan pelaporan keuangan b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku c. Efektivitas dan efesiensi operasi.” Dari definisi pengendalian internal diatas, terhadap kosep dasr sebagai berikut: 1. Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu. 2. Pengendalian internal bukan hanya terdiri dari pedoman, kebijakan, dan formulir namun dijalankan oleh orang dari setiap jenjang organisasi yang mencakup dewan komisaris, manajemen, dan personal lain. 3. Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai bagi manajemen dan dewan komisaris entitas. 4. Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan dengan pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasi. Dari beberapa pengertian tersebut, nampak bahwa pengendalian internal merupakan pengendalian kegiatan (operasional) perusahaan yang dilakukan pimpinan perusahaan untuk mencapai tujuan secara efektif, yang terdiri dari kebijakan dan prosedur yang ditetapkan untuk mencapai tujuan tertentu dari operasi perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai pengendalian internal yang baik, akan menghasilkan informasi yang dapat dipercaya, sehingga memudahkan manajemen dalam proses pengambilan keputusan. 2.2.3.2 Tujuan Pengendalian Internal Menurut Arens (2006:271) disebutkan bahwa tujuan pengendalian internal adalah sebagai berikut: 1.“Reliability of financial reporting 2. Efeciensy and effectiveness of operations 3. Compliance with applicable laws and regulatons.” Dari ketiga tujuan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Keandalan pelaporan keuangan Artinya pengendalian internal memberikan keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. 2. Efektivitas dan efesiensi operasi Pengendalian internal dimaksudkan untuk mendorong sumber daya secara efektif dan efisien untuk pencapaian tujuan perusahaan. Hal ini berkaitan dengan pengalokasian sumber-sumber milik perusahaan, sehingga dapat dicegah kegiatan yang tidak perlu dan pemborosan dari semua aspek organisasi. 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian internal adalah alat untuk memberkan jaminan bahwa prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan dalam pencapaian tujuan diikuti oleh seluruh karyawan perusahaan. 2.2.3.3 Komponen Pengendalian Internal Setiap perusahan memiliki karakteristik atau sifat-sifat khusus yang berbeda karena perbedaan karakteristik tersebut maka pengendalian internal yang baik pada suatu perusahaan belum tentu baik bagi perusahaan lainnya. Oleh sebab itu, untuk mendesain suatu sistem pemgendalian internal yang baik perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tujuan perusahaan secara komprehansif. Pengendalian internal terdiri dari lima komponen yang saling terkait berikut ini: 1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment) 2. Penaksiran Risiko (Risk Assesment) 3. Aktivitas pengendalian (Control Activities) 4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) 5. Pemantauan ( Monitoring) Kelima komponen sistem pengendalian internal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. • Lingkungan Pengendalian (Control Environment) Setiap pengendalian terdiri dari kebijakan, tindakan dan prosedur mencerminkan keseluruhan tingkah laku dari manajemen puncak, direktur dan pemilik entitas mengenai pengendalian internal dan kepentingan entitas. Menurut Mulyadi (2002:183): "Lingkungan pengendalian merupakan suatu lingkungan untuk menciptakan suasana pengendalian dalam organisasi dan mempengaruhi kesadaran personal organisasi tentang pengendalian." Sedangkan menurut IAI (2001:319.2): "Lingkungan pengendalian yatu menetapkan corak suatu organisasi, mempengruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian iternal, menyediakan displin dan sruktur." Berbagai faktor yang membentuk lingkungan pengendalian dalam suatu perusahaan antara lain: 1. Nilai Etika dan Integritas. Efektivitas pengendalian internal bersumber dari orang yang mendesain dan melaksanakannyam. Oleh karena itu, tanggung jawab manajemen adalah menjunjung tinggi nilai integritas dan etika, karena merupakan dasar dari pengendalian yang dilakukan manajemen dalm mengurangi dan merendam tindakan penyelewengan perusahaan. yang dilakukan oleh individu-individu dalam 2. Komitmen atau Kompetensi. Kompeten adalah pengetahuan dan kemampuan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang menjelaskan pekerjan setiap individu. Komitmen terhaap kompetensi termasuk pertimbangan manajemen terhadap tingkat kompetensi tersebut diterjemahkan kedalam kemampuan dan pengetahuan yang dibutuhkan. 3. Partisipasi Dewan Direksi atau Komite Audit. Untuk menciptakan independensi auditor intenal, maka perusahaan harus membentuk dewan komisaris dan komite audit yang berwenang untuk menunjuk auditor internal. Dewan komisaris adalah wakil pemegang saham dalam perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas. Dewan ini berfungsi mengwasi pengelolaan perusahaan yang dilaksanakan manajemen (Direksi). Dengan demikian, Dewan Komisaris yan aktif menjalankan fungsinya dapat mencegah konsentrasi pengendalian yang terlalu banyak di tangan manajemen (Direksi). Komite audit anggotanya terdiri dari pihak luar perusahaan. Pembentukan komite audit in ditunjukan untuk memperkuat independensi auditor internal yang oleh masyarakat dipercaya untuk menilai kewajaran pertanggungjawaban keuangan yang dilakukan oleh manajemen. 4. Falafah Manajemen dan gaya operasi. Filosofi adalah seperangkat keyakinan dasar yang menjadi parameter bagi perusahaan dan karyawan. Filosofi merupakan apa yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya tidak dikerjakan oleh perusahaan. Gaya operasi mencerminkan ide manajer tentang bagaimana operasi suatu perusahaan seharusnya dilaksanakan. 5. Struktur Organisasi. Organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu. Struktur organisasi memberikan rerangka untuk perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemantauan aktivitas perusahaan. 6. Metode Pemberian Wewenang dan Tanggung jawab. Pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab merupakan perluasan lebih lanjut pengembangan struktur organisasi. Dengan pembagian wewenag yang jelas, organisasi akan dapat mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Disamping itu, pembagian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggungjawaban konsumsi sumber daya perusahaan dalam pencapaian tujuan perusahaan. 7. Kebijakan dan Pelatihan yang bersumber daya. Kebijakan dan pelatihan sumber daya manusia berhubungan dengan proses penerimaan, penempatan, pelatihan, evaluasi, promosi, penggantian dan perbaikan • Penaksiran Risiko (Risk Assessment) Penaksiran risiko oleh manajemen untuk tujuan pelaporan keuangan berupa perhatian auditor eksternal terhadap tesiko bawahan, akan tetapi tujuan manajemen lebih ditekankan pada bagaimana mengelola risiko yang telah ditetapkan. Berikut ini pengertian Penaksiran risiko menurut IAI (2001:319.2): "Penaksiran risiko adalah identifikasi entitas dan analisis terhadap risiko yang relevan untuk mencapai tujuan, membentuk suatu dasar untuk menentukan bagaimana risiko harus dikelola.” Penaksiran resiko menurut Henry Simamora (2002:153) adalah: "Penaksiran risiko adalah proses organisasi untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang elevan bagi pencapaian tujuannya." Dari uraian tersebut dapat diketahui, penetapan atau perkiraan risiko untuk pelaporan keuangan adalah pengidentifikasian, penganalisisan, dan pengelolaan risiko-risiko yang relevan terhadap penyiapan laporan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dalam pencapaian tujuannya. Selanjutnya proses penetapan risiko suatu perusahaan harus mempertimbangkan kejadian-kejadian dan keadaan-keadaan eksternal dan internal yang dapat timbul dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk mencatat, memproses, mengikhtisarkan dan melaporkan data keuangan sesuai dengan asersi manajemen didalam laporan keungan. Risiko-risiko dapat timbul atau berubah dikarenakan hal-hal berikut ini: 1. Perubahan dalam lingkungan operasi 2. Kayawan baru 3. Sistem informasi baru 4. Pertumbuhan yang pesat 5. Teknologi baru 6. Jalur produk baru atau aktivitas baru 7. Operasi peusahaan secara internasional 8. Restrukturiasi perusahaan 9. Keputusan akuntansi • Aktivitas Pengendalian (Control Activities) Sebagai tambahan terhadap lingkungan pengendalian dan informasi dan komunikasi, suatu entitas memerlikan kebijakan dan prosedur untuk memberikan keyakinan bahwa tujuan perusahaan akan tercapai, kebijakan dan prosedur tersebut tertuang dalam aktivitas pengendalian. Aktivitas pengendalian menurut Sunarto (2003:148) sebagai berikut: "Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa perintah manajemen telah dijalankan." Jadi dapat diketahui aktifitas pengendaliaan adalah kebijakan dan prosedur, selain dari empat komponen yang lain yang dibuat manajemen untuk memenuhi tujuannya. Banyak sekali kebijakan dan prosedur dalam suatu satuan usaha. Tetapi, lazimnya dapat dipecah menjadi 5 kategori: 1. Pemisahan tugas yang memadai Tujuan pokok pemisahan tugas ini adalah untuk mencegah dan untuk dapat dilakukannya deteksi segera atas kesalahan dan ketidakberesan dalam pelaksanaan tugas yang dibebankan kepada seseorang. Pemisahan dan pembatasan pada tugas dan tanggung jawab yang tepat akan dapat memudahkan pada pelaksanaan pengecekan internal yang tepat. Pemisahan fungsi ini merupakan dasar dan kunci dari pelaksanaan sistem pengendalian internal setelah diperoleh pegawai atau personel yang mempunyai kompetensi tersebut akan dapat melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab dan wewenang yang diberikan kepadanya sehingga setiap transaksi yang terjadi akan terbagi ke dalam beberapa tahap pekerjaan yang akan memungkinkan dilaksanakan pengecekan internal. Pemisahan ini umumnya meliputu fungsi kepenguasaan atau fungsi opersi, fungsi pencatatan, dan fungsi pengawasan. 2. Otorisasi yang memadai atas transaksi dan aktivitas. Di dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas otorisasi dari yang berwenang untuk menyetujui terjadi transaksi tersebut. Oleh karena itu, di dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian wewenang untuk pembagian otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Suatu kebijaksanaan manajemen berupa keputusan atas pemberian otorisasi dan wewenang untuk melaksanakan suatu fungsi dan tugas secara umum maupun khusus yang memungkinkan kronologis suatu transaksi dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan ketepatannya dengan mempertimbangkan batas-batas kewajaran yang ditetapkan. Prosedur otorisasi ini berfungsi sebagai jembatan atau penghubung antara pengendalian administratif dengan pengendalian akuntansi yang dilaksanakan oleh perusahaan. 3. Dokumen dan pencatatan yang cukup. Dokumen dan pencatatan perlu diselenggarakan sebagai sarana dalam menuangkan dan menerjemahkan tiap transaksi perusahaan ke dalam bentukbentuk yang lebih informatif dan memberikan jaminan berupa pengendalian yang memadai atas aktiva perusahaan serta pencatatan seluruh transaksi secara lengkap, benar, dan tepat. Prosedur pencatatan dan dokumentasi ini meliputi tujuan validitas, kelengkapan, tepat wktu, klasifikasi dan pengendalian yang tepat atas transakski. 4. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan. Perlindungan fisik atas data aktiva tetap tersebut. Hal ini mengandung arti setiap petugas yang berhubungan dengan data dan aktiva harus mendapatkan otorisasi dari manajemen. 5. Pengecekan Independen terhadap kinerja. Menunjukan perlunya adanya review atas keempat karakteristik sebelumnya dengan maksud mengawasi dan melakukan penilaian atas pelaksanaan dan kesesuaian antara fungsi dan wewenang dan tanggung jawab yang di berikan kepada masing-masing unit kerja serta mempersiapkan tindak lanjut yang diperlukan untuk meningkatkan atau memperbaiki system pengendalian internal yang telah dilakukan. Dalam kenyatannya fungsi ini perlu dilaksanakan oleh pihak yang mempunyai independensi yang memadai terhadap organisasi perusahaan secara keseluruhan. • Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Fokus utama dari sistem akuntansi adalah transaksi. Transaksi terdiri dari pertukaran aktiva dan jasa antara suatu entitas dan pihak luar, dan juga pemindahan atau penggunaan aktiva dan jasa ke dalam entitas. Transaksi tersebut sebaiknya ditangani dengan suatu cara yang dapat mencegah terjadinya salah saji, oleh karena itu diperlukan system informasi dan komunikasi dalam suatu pengendalian internal. Pengertian informasi dan komunikasi menurut IAI (2001:319.2): “ Informasi dan Komunikasi adalah pengidentifikasian, penangkapan dan pertukaran informasi dalam suatu bentuk dan waktu yang memungkinkan orang melaksanakan tanggung jawab mereka.” Dengan demikian kegunaan informasi akuntansi dan sistem komunikasi satu satuan usaha adalah untuk mengidentifikasikan, menggabungkan, mengklasifikasikan, menganalisa, mencatat dan melaporkan taransaksi satu satuan usaha dan untuk mengelola akuntabilitas atas aktiva terkait. Oleh karena itu, sistem akuntansi yang efektif dapat memberikan keyakinan memadai bahwa taransaksi yang dicatat atau terjadi adalah: a. Sah b. Telah diotorisasi c. Telah dicatat d. Telah dinilai secara wajar e. Telah digolongkan secara wajar f. Telah dicatat dalam periode yang seharusnya g. Telah dimasukkan didalam buku pembantu dan telah diringkas dengan benar Komunikasi mencakup penyampaian informasi kepada semua personal yang terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan dengan pekerjaan orang lain, baik yang berada didalam maupun diluar organisasi. Komunikasi ini mencakup sistem pelaporan penyimpangan kepada pihak yang lebih tinggi dalam perusahaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sistem informasi dan komunikasi akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu perusahaan serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang perusahaan tersebut. • Pemantauan (Monitoring) Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun dan memelihara pengendalian internal. Manajemen memantau pengendalian untuk mempertimbangkan apakah pemgendalian tersebut beroperasi sebagaimana yang diharapkan. Pemantauan menurut IAI (2001:319.2): “ Pemantauan adalah proses yang menentukan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu.” Pemantauan dilaksanakan oleh orang yang semestinya melakukan pokok tersebut, baik pada tahap desain maupun pengoperasian pengendalian, pada waktu yang tepat untuk menentukan apakah sistem pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk menentukan apakah sistem pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk menentukan apakah sistem pengendalian internal tersebut memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan. Pemantauan menurut Mulyadi (2002:195): “ Pemantauan adalah proses penilaian kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu.” Aktivitas pemantauan berkaitan dengan penilaian efektivitas rancangan dan operasi pengendalian internal secara periodik dan terus- menerus oleh manajemen untuk melihat apakah telah dilaksanakan dengan semestinya dan telah diperbaiki sesuai dengan keadaan. Informasi untuk menilai dan perbaikan dapat berasal dari berbagai sumber meliputi studi atas pengendalian internal yang ada, laporan auditor internal, laporan penyimpangan atas aktivitas pengendalian, laporan dari bank sentral, umpan balik dari pegawai, dan keluhan dari pelanggan atas tagihan yang datang. 2.2.3.4 Keterbatasan Pengendalian Internal Sebaik-baiknya pengendalian internal perusahaan, tidaklah menjamin sepenuhnya apa yang menjadi tujuan perusahaan dapat tercapai. Hal ini disebabkan karena pengendalian internal memiliki pengendalian keterbatasanketerbatasan yang dapat melemahkan pengendalian internal tersebut. Maka dari itu, bukan suatu hal yang mustahil apabila dalam suatu perusahaan yang memiliki pengendalian internal yang memadai masih juga terjadi kesalahan atau penyelewengan. Keterbatasan yang melekat pada pengendalian internal menurut Mulyadi (2002:181) adalah sebagai berikut: 1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah dalam mengambil keputusan bisnis yang diambil atau dalam menyusun tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lainnya. 2. Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang ditetapkan dapat terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak hati-hati dalam mnjalankan tugasnya atau kelelahan. 3. Kolusi. Kolusi adalah tindakan bersama beberapa individu untuk mencapai tujuan kejahatan, kolusi dapat menyebabkan bobolnya pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian internal yang terancang. 4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manajemen. 5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian internal tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal tersebut. Manajemen harus bisa memperkirakan dan mempertimbangkan secara kuantitatif dan kualitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian internal. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan, dapat diketahui bahwa sebaik-baiknya pengendalian internal yang diciptakan seseorang, efektivitas pengendalian internal tersebut tergantung pada orang yang menjalankannya, dan perlu diperhatikan jangan sampai biaya yang digunakan untuk pengendalian ini melebihi kegunaanya. 2.2.4 Pengertian Sistem Pengendalian Manajemen 2.2.4.1 Definisi Sistem Pengendalian Manajemen Suatu sistem diciptakan untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan strategik adalah proses untuk merumuskan kegiata jangka panjang yang mencakup baik penetapan tujuan maupun kebijakan pengarah dan strategik untuk mencapai tujuan tersebut. Perencanaan strategik mencakup rencana akuisisi dan disposisi fasilitas, divisi, kegiatan riset, struktur organisasi dan sebagainya. Sekali keputusan dan perencanaan strategik ditetapkan, pengendalian manajemen bertugas memastikan agar kebijakan dan strategik ini dilaksanakan, maka dari itu manajemen memerlukan suatu sistem untuk mengalokasikan penggunaan berbagai sumber ekonomi perusahaan secara efektif dan efisien. Suatu sistem Pengendalian Manajemen meliputi struktur dan proses, struktur adalah pengaturan organisasi dan konsepsi informasi yang memungkinkan proses berjalan sedangkan proses adalah seperangkat tindakan yang dilaksanakan oleh manajer atas dasar informasi yang mereka terima. Charles T. Horngren. Gary L. Sundem dan Starton (2005:382) mendefiniskan sistem pengendalian manajemen sebagai berikut: “Management control system is a logical integration of techniques for a gathering and using information to make planning and control decisions, for motivating employee behavior, and for evaluating performance.” Sedangkan menurut Anthony, dkk (2006 10): " Sistem pengendalian manajemen adalah suatu proses dan stuktur yang tertata secara sistematik yang digunakan manajemen dalam pengendalian manajemen" Secara singkat dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang digunakan oleh manajer untuk mengarahkan anggota organisasi agar melaksanakan kegiatan secara efektif dan efisien sesuai dengan startegik pokok yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Aktivitas sistem pengendalian manajemen meliputi aktivitas untuk merencanakan serta mengendalikan dan mengarahkan operasi organisasi sesuai rencana dan tujuan perusahaan jadi sistem pengendalian manajemen adalah merupakan suatu sistem yang dirancang untuk menjamin bahwa organisasi telah melaksanakan strategiknya secara efektif dan efisian melalui para manajernya. 2.2.4.2 Karakteristik Sistem Pengendalian Manajemen Pengendalian manajemen meliputi tindakan untuk menuntun dan memotivasi usaha guna untuk mencapai tujuan organisasi, maupun tindakan untuk mengoreksi unjuk kerja yang efektif dan efisien. Sistem pengendalian manajemen yang berbeda diperlukan untuk situasi yang berbeda. Sistem pengendalian mempunyai karakteristik sebagai berikut: 1. Sistem pengendalian manajemen difokuskan pada program dan pusatpusat tanggung jawab. 2. Informasi yang di proses pada sistem pengendalian manjemen terdiri dari 2 (dua) macam yaitu: • Data terencana dalam bentuk program, anggaran dan standar. • Data actual mengenai apa yang telah atau yang terjadi, baik di dalam atau di luar organisasi. 3. Sistem pengendalian manajemen merupakan sistem organisasi total dalam arti bahwa site mini mencakup semua aspek dari operasi organisasi. Fungsinya adalah membantu manajemen menjaga keseimbangan semuabagian operasi dan mengoperasikan organisasi sebagai suatu kesatuan yang terkoordinasi. 4. Sistem pengendalian manajemen biasanya berkaitan erat dengan struktur keuangan, dimana sumber daya dan kegiatan organisai di nyatakan dalam satuan uang atau moneter. 5. Aspek-aspek perencanaan dari sistem pengendalian manajemen cenderung mengikuti pola dan jadwal tertentu. 6. Sistem pengendalian manajemen adalah system yang terpadu dan terkoordinir dimana data yang terkumpul untuk berbagai kegunaan di padukan untuk saling dibandingkan setiap saat pada unit organisasi. 2.2.4.3 Struktur Sistem Pengendalian Manejemen. Struktur organisasi merupakan salah satu syarat dalam penerapan sistem pengendalian manajemen. Menurut Mulyadi (2001:183), struktur organisasi mencerminkan pembagian dan hierarki wewenang dalam perusahaan. Melalui struktur organisasi, manajemen melaksanakan pendelegasian wewenang untuk melaksanakan bagian tertentu kepada manajemen yang lebih bawah, agar dapat dicapai pembagian pekerjaan yang manfaat. Dari uraian di atas dapat terlihat struktur organisasi menyajikan posisi manajemen yang akan membantu membatasi tingkat wewenang, tanggung jawab dan kemampuan perhitungan masing-masing. Jadi, dengan adanya pembatasan yang jelas mengenai wewenang dan tanggung jawab pada setiap posisi manajemen, maka keselarasan kerja akan tercapai. Oleh karena informasi yang dibutuhkan manajemen menyajikan unsur tanggung jawab, maka fungsi pengendalian tidaklah sulit untuk dilaksanakan. Tanggung jawab timbul akibat adanya pendelegasian wewenang dari suatu tingkat manajemen yang lebih tinggi ke tingkat manajeman yang lebih rendah. Pendelegasian wewenang ini menuntut manajer yang lebih rendah untuk mempertanggung jawabkan pelaksanaan wewenang kepada manajer tingkat atas. Pola pendelegasian wewenang dan tanggung jawab menurut Mulyadi (2001:183) bias didasarkan pada: 1. Fungsi bisnis atau Businees functions. (contoh: produksi, keuangan, personalia, dan lain-lain). 2. Jenis produk atau Product line. (contoh: produk a, produk b, dan lain-lain). 3. Daerah geografis atau Geographic regional. (contoh: daerah x, daerah y, dan lain-lain). Struktur pengendalian manajemen dipusatkan pada berbagai macam pusat pertanggung jawaban. Pusat pertanggung jawaban adalah organisasi yang dipimpin oleh seorang manajer yang bertanggung jawab terhadap aktifitas yang dilakukannya. Pada hakekatnya, perusahaan merupakan sekumpulan pusat-pusat tanggung jawab, yang masing-masing diwakili oleh sebuah kotak dalam bagan organisasi. Setiap pusat pertanggung jawab mempunyai masukan dan keluaran. Manajemen bertanggung jawab untuk memastikan hubungan yang optimal antara masukan dan keluaran. Disejumlah pusat pertanggung jawaban, hubungan ini bersifat timbale balik dan langsung. Ada empat jenis puat pertanggung jawaban yang di golongkan menurut sifat masukan dan keluaran moneter yang diukur untuk tujuan pengendalian. Anthony Dearden dan Bedford yang diterjemahkan oleh Ir. Agus Maulana, MSM membedakan pusat-pusat pertanggung jawaban berdasarkan karakteristik masukan dan keluarannya dan hubungan diantara keduanya menjadi 4 (empat) macam, yaitu: 1. Pusat Biaya Pusat biaya merupakan pusat pertanggung jawaban yang manajernya diukur prestasinya atas dasar biayanya (nilai masukannya). Setiap pusat pertanggung jawaban mengkonsumsi masukan dan mengahsilkan pengeluaran. Dalam pusat biaya, keluarannya tidak dapat atau tidak perlu diukur dalam bentuk pendapatan. Berdasakan hubungan antara keluaran dan masuknya, pusat biaya dapat dibagi lagi menjadi: • Pusat biaya teknik / pusat biaya terukur. Pusat biaya teknik adalah pusat pertanggung jawaban yang sebagian besar masukannya mempunyai hubungan yang nyata dan erat dengan keluarannya. Manajer pusat biaya teknik diukur prestasinya atas dasar seberapa jauh mempertahankan efisiensinya. • Pusat biaya kebijakan / pusat biaya tak terukur. Pusat biaya kebijakan adalah pusat pertanggung jawaban yang sebagian besar masukannya tidak mempunyai hubungan dengan keluarannya. Pusat biaya kebijakan tidak dapat diukur prestasinya dari sudut efisiensinya. Pengendalian pusat biaya kebijakan dilakukan dengan menggunakan anggaran sebagai pedoman bagi manajer. 2. Pusat Pendapatan Pusat pendapatan merupakan pusat pertanggung jawaban yang manajernya diukur prestasinya berdasarkan pendapatannya. Manajer pusat pendapatan tidak dimintai pertanggung jawaban mengenai masukannya, karena hal tersebut tidak mempengaruhi pemakaian masukan tersebut. Pusat pendapatan bertanggung jawab terhadap pencapaian pendapatan yang ditargetkan tanpa harus dibebani tanggung jawab mengenai biaya yang terjadi didepartemennya karena biaya seringkali tidak mempunyai hubungan dengan pendapatan yang diperoleh oleh departemen tersebut. 3.Pusat Laba Pusat laba merupakan pusat pertanggung jawaban yang manejernya diukur dari selisih antara pendapatan dengan biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut. Dalam pusat laba, masukan dan keluarannya diukur dalam satuan uang untuk menghitung laba merupakan dasar pengukuran prestasi manajer. Dalam akuntansi keuangan pendapatan di akui dan di catat saat terjadi transaksi penjualan. Suatu pertanggung jawaban merupakan pusat laba jika manajemen menghendaki untuk mengukur keluaran pusat pertanggung jawaban tersebut dalam satuan uang dan manajer pusat pertanggung jawaban tersebut diukur prestasinya atas dasar selisih antara pendapatan dengan biayanya. 4.Pusat Investasi Pusat investasi adalah pusat laba yang prestasi manajernya diukur dengan menghubungkan laba yang diperoleh pusat pertanggung jawaban tersebut dengan investasi yang bersangkutan. Ukuran prestasi manajer pusat investasi dapat berupa laba dengan investasi yang digunakan untuk memperoleh laba. Secara umum dikatakan bahwa manajer pusat pertanggung jawaban diukur prestasinya berdasasarkan karakteristik masukan dan keluarannya. Biaya merupakan tolak ukur prestasi bagi manajer pusat biaya, sedangkan pendapatan merupakan tolak ukur prestasi bagi manajer pusat pendapatan. Dalam pusat investasi rasio laba dengan investasi atau residual income dipakai sebagai tolak ukur prestasi bagi manajer pusat investasi. 2.2.4.4 Proses Sistem Pengendalian Manajemen Sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses. Struktur merupakn hubungan antara komponen yang dinyatakan dalam bentuk unit organisasi dan sifat informasi yang mengalir di antara unit-unit tersebut. Sedangkan proses merupakan seperangkat tindakan yang dilakukan untuk memastikan bahwa organisasi bekerja untuk mencapai tujuannya, melibatkan banyak komunikasi. Komunikasi ini dapat bersifat formal dan informal. Komunikasi formal meliputi tahap-tahap yang terstruktur yang saling terkait. Komunikasi informal dapat berupa, percakapan, memo, pertemuan dan lain-lain. Proses sistem pengendalian manajemen meliputi tahap-tahap sebgai berikut: a. Penyusunan Program Penyusunan program adalah proses memutuskan program-program yang akan dilaksanakan organisasi serta perkiraan jumlah sumber daya yang akan dialokasikan untuk masing-masing program.Pemograman merupakan bagian dari pengendalian manajemen yang berada dekat garis pemisah antara dua proses manajemen yaitu perencanaan srategik dan pengendalian manajemen.Dalam proses perencanaan strategik, manajemen memutuskan tujuan-tujuan organisasi serta strategi-strategi utama dalam mencapai tujuan. Keputusan pemograman yang diambil yaitu: apakah akan melaksanakan strategi ini dengan melaksankan akuisisi atau dengan membangun operasi baru, apa lini produk yang akan diutamakan, apakah produk ini harus dibeli atau dibuat sendiri, apa saluran pemasarn yang akan digunakan. b. Penyusunan Anggaran Sejalan dengan perkembangan dunia usaha, perusahaan-perusahaan berkembang menjadi perusahaan yang lebih besar dengan jenis kegiatan dan volume kegiatan yang meningkat. Keadaan ini menjadikan proses perencanaan dan pengendaliannya menjadi tidak sederhana. Untuk membantu manajemen dalam mengelola perusahaan maka digunakanlah anggaran sebagai sistem perencanaan,koordinasi dan pengawasan dalam perusahaan. Definisi anggaran yang dikemukakan oleh Gunawan Adi Saputra dan Marwan Asri (2003:6) adalah: “Suatu Pendekatan yang formal dan sistematis dari pada pelaksanaan tanggung jawab manajemen di dalam perencanaan, koordinasi dan pengawasan.” .Sedangkan menurut Horngren dkk (2005:509) yang terjemahkan oleh Endah Susilaningtyas adalah sebagai berikut: “Anggaran ialah persyaratan kuantitatif dari rencana tindakan dan suatu alat bantu untuk koordinasi dan mengimplementasikan rencana.” Dari definisi di atas, maka dapat dijelaskan bahwa anggaran merupakn perencanaan formal dari keseluruhan kegitan perusahaan (termasuk didalamnya anggaran biaya produksi) didalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam unit kuantitatif. Anggaran merupakan suatu perencanaan yang di susun secara formal didalam perusahaan tersebut mencakupseluruh kegiatan perusahaan tanpa adanya pengecualian. Dengan demikian anggaran berfungsi sebagai alat bantu manajemen untuk penyusunan perencanaan, koordinasi, dan pengawasan kegiatan perusahaan. c. Pelaksanaan Pengendalian Anggaran Setelah penyusunan anggaran, tahap selanjutnya adalah pelaksanaan pengendalian anggaran. Untuk pelaksanaan anggaran diperlukan pengendalian agar dapat beroperasi secara efektif dan efisien. Untuk itu harus diselidiki adanya perbandingan antara anggaran biaya produksi dengan realisasi anggaran biaya produksi. Apabila terdapat perbedaan maka perusahaan harus menganalisis sebab – sebab terjadinya perbedaan tersebut kemudian dilakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi. d. Pengukuran Kinerja Penyusunan program dan anggaran yang telah ditetapkan dijadikan alat untuk menilai kinerja manajer dan memotivasi manajer dalam mengendalikan unit-unit pusat pertanggung jawaban. Dalam tahap ini anggaran dilaksanakan oleh manajer pusat pertanggung jawaban dan akuntansi bertanggung jawab mencatat masukan yang sesungguhnya diperoleh oleh pusat pertanggung jawaban. Data yang dikelompokan menurut program digunakan sebagai dasar pemograman yang akan datang, sedangkan data yang dikelompokan menurut pusat pertanggung jawaban digunakan untuk mengukur prestasi kerja manajer pusat pertanggung jawaban . e. Pelaporan dan Analisis Tahap terakhir dari proses pengendalian manajemen adalah pelaporan dan analisis. Dalam tahap ini data akuntansi yang sudah terkumpul menurut program dan menurut pusat pertanggung jawaban disajikan dalam bentuk laporan keuangan. Dalam laporan keuangan tidak hanya disajikan informasi akuntansi saja, namun meliputi juga informasi non akuntansi. Laporan tersebut dimaksudkan untuk memberitahukan kepada para manajer mengenai apa yang sedang berlangsung dalam pusat pertanggung jawaban yang mereka pimpin dan juga untuk menjamin koordinasi kegiatan antar pusat pertanggung jawaban. Laporan atas kinerja pusat pertanggung jawaban juga digunakan sebagai dasar untuk pengendalian. Pengendalian ini berupa analisis terhadap penyimpangan dari pelaksanaan anggaran dan penjelasan mengenai pelaksanaan kegiatan. Atas dasar hasil analisis, manajer pusat pertanggung jawaban dapat segera merumuskan tindakan perbaikan berupa perbaikan pelaksanaan, perbaikan anggaran, perbaikan program, atau perumusan kembali strategi untuk pencapain tujuan perusahaan. 2.2.5 Elemen-elemen Sitem Pengendalian Manajemen Elemen-elemen sistem pengendalian manajemen meliputi proses, manajer, tujuan, efesiensi, dan keefektifitasan serta kepastian. Untuk uraian masing-masing elemen sebagai berikut: a. Proses. Pengendalian manajemen mencakup sistem pengendalian manajemen yang terdiri atas tataan organisasi, wewenang, tanggung jawab dan informasi untuk memungkinkan pelaksanaan pengendalian dan untuk memproses sekumpulan tindakan yang memastikan bahwa organisasi bekerja untuk mencapai tujuannya. b. Manajer. Pengendalian manajemen merupakan alat bagi manajer. Pengendalian manajemen adalah proses yang berorientasi pada manusia, maka manajer-manajer lini menjadi titik pusat dalam pengendalian ini. c. Tujuan. Tujuan dari proses pengendalian ditentukan dalam perencanaan strategis. d. Efisiensi dan keefektifan. Efektif berarti kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan yang diinginkan atau hubungan keluaran dan dengan sasaran yang harus dicapainya. Efisiensi merupakan perbandingn antara keluaran yang dihasilkan dengan besarnya tingkat masukan yang dipergunakan. e. Kepastian. Manajemen membutuhkan kepastian yang konstan melalui pengendalian manajemen unutk menjamin bahwa pekerjaan memang sedang dilaksanakan secara efisien dan efektif. 2.2.6 Manfaat Sistem Pengendalian Manajemen dengan Proses Manajemen Fungsi manajemen mencakup perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Sistem pengendalian manajemen merupakan bagian proses manajemen yang berhuhubungan dengan fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Sistem pengendalian manajemen berhubungan dengan aspek kebijakan administrative fungsi perencanaan dan pengendalian organisasi. Aspek kebijakan administrative tersebut pada dasarnya berhubungan dengan tahap-tahap berikut: a. Perencanaan organisasi dan unit-unitnya untuk mencapai tujuan dalam jangka waktu tertentu. b. Pengkoordinasian rencana dan kegiatan semua bagian untuk memastikan bahwa organisasi beserta bagian-bagiannya beroperasi dengan tujuan yang sama. c. Pengolahan informasi dan memutuskan tindakan yang harus diambil apabila ada, untuk mengoreksi penyimpangan. d. Mempengaruhi perilaku manusia kearah pencapaian hasil yang diharapkan. (Drs. R.A. Supriyono,S.U. Akt ; 2000:31). 2.3 Biaya Dalam rangka menghasilkan laba yang merupakan tujuan dari perusahaan, biaya merupakan unsur penting yang perlu dikorbankan perusahaan untuk pencapaian tujun dan sasaran perusahaan. Dalam pelaksanaanya biaya harus dikendalikan dengan baik agar setiap pengeluarannya memberikan manfaat bagi perusahaan. 2.3.1 Pengertian Biaya Menurut Sunarto (2003:4) biaya adalah: “Biaya adalah harga pokok atau bagiannya yang telah dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh pendapatan”. Menurut Mulyadi (2001:8) biaya adalah: “Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu”. 2.4 Biaya Produksi 2.4.1 Pengertian Biaya Produksi Biaya produksi merupakan unsur biaya yang pokok dan melekat erat pada perusahaan, khususnya pada perusahaan manufaktur. Kegiatan manufaktur merupakan proses transformasi bahan mentah menjadi barang jadi melalui penggunaan bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik. Menurut Kamus Istilah Akuntansi (2003:180) biaya produksi adalah: “Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk di jual. Menurut objek pengeluarannyasecara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik”. Menurut Mulyadi (2001:14) yang dimaksud biaya produksi adalah: “Biaya produksi ialah biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk di jual”. Sedangkan menurut Hongren, dkk (2006:30) mendefinisikan biaya produksi sebagai berikut: “Manufacturing cost also called production cost or factory cost is usually defined as the sum of three cost element: direct material, direct labour, and factory overhead”. Berdasrkan uraian tersebut dapat dikatakan biaya produksi ialah biaya yang berhubungan dengan proses pengolahan produk, dari bahan mentah menjadi barang jadi yang terdiri dari tiga komponen biaya yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Menutut Hongren (2005:250) ada tiga unsur yang terdapat pada produk jadi, yaitu: “there are three major element in cost of manufacture product: 1. Direct materials. All material that are physically observable as being identified with the finished goods and that may be traced to the finished good in an economically feasible manner. 2. Direct labour. All labour that is physically traceable to finished goods economically feasible manner. 3. Indirect manufacturing cost. All cost other than materials and direct labour that are associated with manufacturing process”. Dibawah ini akan diuraikan ketiga jenis biaya tersebut. 2.4.2 Biaya Bahan Baku langsung Menurut Sunarto (2003:5) biaya bahan baku adalah: “ Biaya bahan baku adalah biaya yang timbul karena pemakaian bahan. Biaya bahan merupakan harga pokok bahan yang dipakai dalam produksi untuk membuat barang jadi. Biaya bahan baku merupakan bagian dari harga pokok barang yang akan dibuat”. Biaya bahan baku langsung merupakan biaya seluruh bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi yang dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok dari produk tersebut. Dalam menentukan harga pokok bahan baku, seluruh biaya yang menyangkut perolehan bahan tersebut (seperti biaya penggudangan, transportasi, dll) ditambah kedalam harga beli bahan baku. 2.4.3 Biaya Tenaga Kerja Langsung Pengertian biaya tenaga kerja langsung menurut Sunarto (2003:5) sebagai berikut: “ Biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang timbul karena pemakaian tenaga kerja yang dipergunakan untuk mengolah bahan menjadi barang jadi. Biaya tenaga kerja langsung merupakan gaji dan upah yang diberikan kepada tebaga kerja yang terlibat langsung dalam pengolahan barang”. Jadi biaya tenaga kerja langsung yaitu biaya yang berkaitan dengan karyawan atau tenaga yang dikerahkan untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi. Biaya ini meliputi gaji karyawan yang dapat dibebankan langsung ke produk tertentu. 2.4.4 Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selama biaya bahan baku dari biaya tenaga kerja langsung yang dapat dibebankan ke dalam produk. Mulyadi (2001:207-208) menyatakan bahwa termasuk kedalam biaya overhead pabrik adalah: 1. Biaya bahan penolong. Biaya bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari produk jadi, atau bahan yang menjadi bagian produk jadi, tetapi nilainya relative kecil jika dibandingkan dengan harga pokok produk tersebut. 2. Biaya reparasi dan pemeliharaan. Biaya reparasi dan pemeliharaa merupakan biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai, dan harga perolehan jasa dari pihak luar perusahaan untuk keperluan perbaikan dan pemeliharaan emplasemen, perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan equipment, kendaraan, perkakas laboratorium, dan aktiva tetap yang diperguanakan untuk keperluan pabrik. 3. Biaya tenaga kerja tidak lansung. Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari upah, tunjangan dan biaya kesejahteraanyang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. 4. Beban biaya yang timbul akibat penilaian terhadap aktiva tetap. Biaya-biaya yang masuk kedalam kelompok ini antara lain adalah biaya biaya asuransi gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan dan biaya amortisasi kerugian. 5. Biaya produksi tidak langsung lainnya yang memerlukan pengeluaran uang tunai. Biaya overhead pabrik yang masuk kedalam kelompok ini antara lain adlah biaya reparasi yang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya. 2.5 Pengertian Efektivitas Menurut Mardiasmo (2002:134) pengertian efektivitas yaitu: “Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organiasasi berhasil mencapai tujuannya, maka organisasi tersebut dapat dikatakan efektif. Hal terpenting yang perlu dicatat adalah bahwa efektivitas tidak menyatakan berapa besarnya yang telah dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut. Biaya boleh jauh melebihi biaya yang yang telah dianggarkan, boleh jadi dua kali lebih besar, atau bahkan tiga kali lebih besar dari pada yang telah dianggarkan. Efektivitas hanya melihat apakah suatu program atau kegiatan telah mencapai tujuan yang ditetapkan”. Efektivitas pada dasarnya berhubungan dengan pencapain tujuan atau target kebijakan (hasil guna). Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Kegiatan operasional dikatakan efektif jika proses kegiatan telah mencapai sasaran akhhhir kebijakan. Indikator efektivitas menggambarkan jangkauan akibat dan dampak dari keluaran program untuk mencapai tujuan program. Semakin besar kontribusi output yang dihasilkan terhadap pencapaian tujuan atau sasaran yang ditentukan, maka semakin efektif proses kerja suatu unit organisasi. Tetapi pengertian efektivitas tidak hanya menitik beratkan pada segi output melainkan juga memeperhatikan pada aspek-aspek lainnya, misalnya yaitu: 1. Dengan mempertimbangkan cara alternatif yang berupa rancngan-rancangan program alternatif untuk mencapai tujuan. 2. Dengan memprtimbangkan tujuan alternatif yang merupakan kemungkinankemungkinan target atau sasaran yang lain. Perluasan titik pandang terhadap pengertian efektivitas tersebut diatas berakibat pada luas linkup perhatian pemeriksaan hasil proram yang mana sampai ke masalah penilaian terhadap kebijaksanaan manajemen tingkat atas atau strategi manajemen tingkat atas dalam mencapai tujuan program. Sedangkan efektivitas biaya produksi adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara meminimalkan penyimpangan biaya produksi yang terjadi, baik selisih biaya bahan baku, selisih biaya tenaga kerja, maupun selisih biaya overhead pabrik. Penyimpangan biaya produksi merupakan perbedaan antara anggaran dengan realisasi, dan jika penyimpangan cukup signifikan maka penyimpangan tersebut diselidiki lebih lanjut. Efektivitas biaya produksi juga menyangkut kesesuaian kuantitas produk yang dihasilkan dengan anggaran, kualitas produk yang sesuai dengan target kualitas, dan ketepatan waktu produksi. Jadi, pada dasarnya biaya produksi dikatakan efektif jika dalam proses pengolahan bahan baku menjadi barang jadi sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Apabila hal-hal tersebut belum dipenuhi oleh perusahaan, maka perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan efektivitas biaya produksi. 2.6 Pengendalian Biaya Produksi 2.6.1 Pengertian Pengendalian Pengertian pengendalian menurut kamus The New Oxford Illustrared Dictionary yang dialihbahasakan oleh Apandi Nasehatun (2007:7) adalah: 1. Fungsi pengendalian dan pengaturan 2. Pembatasan, pemeriksaan, standar pembanding 3. Pengawas atau pemeriksa Menurut Jajuk Herawati dan Sunarto (2004:6) Pengendalian adalah: “ Pengendalian adalah suatu kegiatan yang diperlukan untuk mengusahakan agar tujuan, rencana, kebijakan dan standar yang ditetapkan dapat dicapai dengan baik semaksimal mungkin.” Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa inti pengendalian adalah pengendalian aktivitas perusahaan menuju sasaran yang sudah ditetapkan dalam perencanaan dan membandingkan hasil pelaksanaan tersebut dengan rencana yang telah disusun sebelumnya. 2.6.2 Proses pengendalian biaya produksi Terkait dengan biaya, maka fungsi pengendalian dikaitkan sebagai usaha mengarahkan pemakaian biaya menurut rencana dan membandingkan biaya yang sebenarnya terjadi dengan biaya yang sudah ditetapkan dalam anggaran dan mengambil tindakan perbaikan jika terjadi penyimpangan. Pengertian pengendalian biaya menurut Apandi Nasehatun (2000:214) adalah : “ Pengendalian biaya berarti serangkaian langkah – langkah mulai dari penyusunan satu rencana biaya sampai kepada tindakan yang perlu dilakukan jika terdapat perbedaan yang sudah ditetapkan (rencana) dengan yang sesungguhnya terjadi (realisasi).” Pengendalian penting bagi manajemen dan dilakukan bukan atas dasar kecurigaan, akan tetapi merupakan suatu bagian yang terpadu dalam melaksankan pekerjaan yang terencana dan melangkah pada kemajuan aktivitas suatu perusahaan. Adapun fungsi pengendalian menurut Apandi Nasehatun (2000:38) adalah: 1. Untuk mengendalikan atau mengarahkan dan mengawasi kegiatan dan pengeluaran. Salah satu tujuan dari perencanaan untuk memilih kegiatan yang paling profitable. Kegiatan ini tentunya tidak hanya direncanakan tetapi juga dilaksanakan dan pelaksanaanya perlu ada pengawasan atau pengendalian agar berjalan sesuai rencana serta mencapai hasil yang diinginkan. 2. Untuk mencegah atau menghindari terjadinya pemborosan atau inefisiensi atau penyimpangan. Dengan adanya control dan perencanaan yang baik, hal semacam ini dapat dihindari atau paling tidak diminimalkan. Sedangkan proses pengendalian (Stage of control) menurut Apandi Nasehatun (2000:130) meliputi tahap – tahap : 1. Menentukan sasaran (Goal) untuk performa aktivitas atau fungsi. Sasaran ini membantu untuk mengarahkan dan menghubungi usaha manusia. Sasaran organisasi adalah hasil yang diinginkan atau state of affairs, dimana kebijakan merupakan hasil sistem pencapaian (achievement system policies) yang dikomitkan dan sumber daya dialokasikan. 2. Menemukan standar performa untuk setiap sasaran khusus dan aktivitas atau fungsi. Pada dasarnya, standar merupakan hasil yang ada apabila performa memuaskan. 3. Memonitor atau pengukuran performa aktual. Pengukuran performa actual dapat dilihat dari bidang moneter, istilah akuntansi dengan indikator akuntansi lain, dan nonmoneter. Dalam moneter dikenal dengan istilah pemonitoran. Dalam istilah akuntansi dapat dilihat dari laba, biaya (Cost), pendapatan, sedangkan indikator akuntansinya seperti ROI atau residual income. Sementara itu dalam bidang nonmoneter dilihat dari mutu produksi, sifat dari tanggapan pasar atau setiap indicator sosial. Pengukuran (Measurement) diselesaikan oleh manusia atau alat – alat mekanikal yang dikenal sebagai sensor. 4. Menelaah (Review) dan membandingkan aktual dengan performa yang direncanakan. Ini disebut sebagai proses pembandingan (Comparasion process), yang menentukan apakah terdapat perbedaan antara aktivitas dan hasil yang terjadi dan apa yang seharusnya terjadi. 5. Memproduksi deviasi dan mengadministrasikan untuk memotivasi dan menekankan performa. Ini disebut sebagai proses penilaian atau ganjaran (Evaluation atau Reward process). Pengendalian biaya produksi merupakan suatu tindakan manajemen untuk mencapai tujuan dengan cara membandingkan rencana biaya yang dibuat sebalum kegiatan produksi dilaksanakan dengan biaya sesungguhnya terjadi dalam proses produksi. Dengan cara itu dapat diketahui besarnya penyimpangan tersebut, untuk melakukan tindakan perbaikan dalam pelaksanaan selanjutnya guna meningkatkan efesiensi biaya produksi. Adapun tujuan pengendalian biaya produksi adalah memperoleh jumlah produksi atau hasil yang sebesar – besarnya dengan kualitas yang dikehendaki mulai dari pemakaian jumlah bahan baku, tenaga kerja, usah atau fasilitas juga sudah ditentukan. Dengan kata lain memperoleh hasil yang sebaik – baiknya dengan biaya yang sekecil mungkin dalam kondisi yang ada. Pengendalian biaya produksi dilakukan untuk mempertahankan dan meningkatkan efesiensi biaya produksi. Pengendalian biaya produksi meliputi pengendalian biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dimana pengendalian tersebut dapat dilaksanakan secara operasional. Pengendalian bahan baku berupa pengendalian terhadap pemakaian bahan baku dalam menunjang kelancaran proses produksi dengan tetap memperhatikan efesiensi pemakainya. Pengendalian terhadap pembelian bahan baku untuk menghindari kelebihan atau kekurangan persediaan. Pengendalian biaya tenaga kerja langsung dapat melaui pengawasan jam kerja dan kehadiran karyawan. Sedangkan pengendalian biaya overhead pabrik dapat dilakukan dengan penggunaan kapasitas sumber daya overhead (misalnya mesin dan bangunan) se optimal mungkin, serta dengan melaksanakan dan mengendalikan sumber – sumber daya tersebut dengan baik untuk tujuan yang bermanfaat. Setiap pengendalian memiliki tiga unsur dasr yaitu penetapan standar performa, pengukuran performa yang sesungguhnya, dan perbandingan antara performa yang sesungguhnya terjadi dengan rencana standar performa yang telah ditetapkan. 2.7 Manfaat Penerapan Sistem Pengendalian Manajemen Terhadap Keefektifitasan Pengendalian Biaya Produksi Penerapan sistem pengendalian manajemen sangat bermanfaat bagi perusahaan, sistem pengendalian manajemen merupakan suatu sistem yang digunakan oleh para manajer untuk mengarahkan anggota organisasi agar melaksankan kegiatan secara efektif dan efisien sesuai strategi pokok yang teah ditetapkan untuk mencapai tujuan dan sasaran. Sistem pengendalian manajemen terdiri dari struktur dan proses, dimana struktur pengendalian manajemen dipusatkan pada berbagai macam pusat pertanggung jawaban, setiap pusat pertanggung jawaban memiliki masukan dan keluaran. Untuk efektivitas pengendalian biaya produksi, sebelumnya sudah dijelaskan bahwa efektivitas adalah hubungan antara output pusat pertanggung jawaban dengan tujuannya. Suatu biaya dikatakan efektif apabila hasil keluarannya sesuai dengan rencana yang ditetapakan. Semakin besar keluaran pusat pertanggung jawaban terhadap pencapaian tujuan perusahaan semakin efektif kegiatan pertanggung jawaban tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa manfaat penerapan sistem pengendalian manajemen dengan keefektifitasan pengendalian biaya produksi adalah sistem pengendalian manajemen merupakan alat bantu manajemen dalam melakukan fungsi pengendalian pada biaya produksi, sehingga efektivitas pengendalian biaya produksi dapat tercapai.