universitas indonesia fakultas kedokteran program pendidikan

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN KETERLIBATAN JARINGAN MESOREKTAL PADA
COMPUTED TOMOGRAPHY ABDOMEN-PELVIS DENGAN
METASTASIS KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (pN) PASIEN
KANKER REKTAL DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS
TESIS
ASTRID BRENDA CINDY BERNARD
1006768276
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
RADIOLOGI
JAKARTA
JUNI 201
i
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
UNIVERSITAS INDONESIA
HUBUNGAN KETERLIBATAN JARINGAN MESOREKTAL PADA
COMPUTED TOMOGRAPHY ABDOMEN-PELVIS DENGAN
METASTASIS KELENJAR GETAH BENING REGIONAL (pN) PASIEN
KANKER REKTAL DI RUMAH SAKIT KANKER DHARMAIS
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
dokter spesialis radiologi
ASTRID BRENDA CINDY BERNARD
1006768276
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I
RADIOLOGI
JAKARTA
JUNI 2014
i
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
ii
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
iii
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, oleh karena berkat kasihNya yang luar
biasa, saya dapat menyelesaikan tesis ini sebagai syarat untuk memperoleh gelar
Spesialis Radiologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Terimakasih
juga kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tesis ini
terutama kepada:
1. Pembimbing tesis dr. Kardinah, SpRad (K) yang telah memberikan saya
kesempatan untuk melakukan penelitian ini, memberikan dukungan,
waktu, tenaga dan pikirannya sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini.
2. Pembimbing klinis dr. Adil S. Pasaribu, SpBKBD atas dukungan, waktu,
tenaga, dan pikirannya dalam membimbing saya sehingga saya dapat
menyelesaikan tesis ini.
3. Pembimbing Patologi Anatomi dr. Evlina Suzanna, SpPA atas dukungan,
waktu, tenaga dan pikiran dalam menyelesaikan tesis ini.
4. Pembimbing statistik DR. dr. Joedo Prihartono, MPH yang telah
memberikan waktu, tenaga dan pikiran dalam menyelesaikan tesis ini.
5. Dr. dr. Sawitri Darmiati, SpRad (K) sebagai Ketua Program Studi
Radiologi yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk belajar
sebagai peserta PPDS I Radiologi dan membimbing selama proses
pendidikan.
6. Kepala Departemen Radiologi RSUPN Cipto Mangunkusumo periode
tahun 2010-2013, dr. Indrati Suroyo, SpRad(K), dan periode tahun 20132017 dr. Benny Zulkarnaien, SpRad(K) atas kesempatan yang telah
diberikan kepada saya untuk belajar dan medapatkan berbagai pengalaman
di bidang radiologi dalam lingkungan Departemen Radiologi RSUPN
Cipto Mangunkusumo.
7. Guru-guru saya di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RSPAD Gatot Subroto,
RS Kanker Dharmais, RSUP Persahabatan, RSUP Fatmawati, RS Jantung
Harapan Kita dan RSAB Harapan Kita, yang tidak dapat saya sebutkan
satu persatu atas waktu dan tenaga yang telah diberikan dalam mengajar
dan membimbing saya selama proses pendidikan.
8. Seluruh staf dan karyawan Departemen Radiologi RSUPN Cipto
Mangunkusumo, RSPAD Gatot Subroto, RS Kanker Dharmais, RSUP
Persahabatan, RSUP Fatmawati, RS Jantung Harapan Kita dan RSAB
Harapan Kita yang telah banyak membantu selama proses pendidikan.
9. Kedua orang tua saya Abraham F. Bernard dan Sylvia E.E Bernard yang
selalu mendukung dan memberikan doa serta semangat selama saya
menjalani pendidikan ini.
iv
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
10. Suami tercinta Gerald Danieldy, anak tersayang Frederik Amadeo
Danieldy (Dio) serta segenap keluarga besar yang telah mendukung dan
selalu memberikan doa selama menjalani pendidikan ini.
11. Rekan-rekan sejawat PPDS I khususnya angkatan Juli 2010, kakak-kakak
senior dan adik-adik junior yang telah memberi dukungan, semangat dan
doa serta sudah berbagi suka dan duka selama kita menempuh pendidikan
radiologi.
Penulis menyadari tesis ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi
maupun penulisannya, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca untuk kesempurnaan tesis ini.
Akhir kata semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu menyertai dan memberkati
kita semua dan semoga tesis ini bermanfaat bagi Ilmu pengetahuan
kedokteran dan pelayanan kesehatan di masyarakat.
Jakarta, 6 Oktober 2014
Hormat saya,
Astrid B.C Bernard
v
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademis Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama
NPM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya
: dr. Astrid Brenda Cindy Bernard
:1006768276
: Radiologi
: Kedokteran
: Tesis
Dalam pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Hubungan Keterlibatan Jaringan Mesorektal pada Computed Tomography
Abdomen-Pelvis dengan Metastasis Kelenjar Getah Bening Regional (pN)
Pasien Kanker Rektal di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif
ini,
Universitas
Indonesia
bebas
menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta ijin dari saya
selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di
: Jakarta
Pada tanggal : 6 Oktober 2014
Yang menyatakan,
(dr. Astrid B.C Bernard)
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
ABSTRAK
Nama
: dr. Astrid Brenda Cindy Bernard
Program Studi
: Radiologi
Judul
:
Hubungan Keterlibatan Jaringan Mesorektal pada Computed Tomography
Abdomen-Pelvis dengan Metastasis Kelenjar Getah Bening Regional (pN)
Pasien Kanker Rektal di Rumah Sakit Kanker Dharmais.
Angka kejadian kanker rektal sekarang ini semakin meningkat. Semakin dini
kasus ini dapat didiagnosis, maka prognosis pasien dengan kanker rektal akan
semakin baik. Keterlibatan jaringan mesorektal yang ditemukan pada CT Scan
abdomen-pelvis merupakan indikasi adanya metastasis pada kelenjar getah
bening regional. Keterlibatan jaringan mesorektal pada CT Scan abdomen-pelvis
mempengaruhi stadium dan penatalaksanaan pasien kanker rektal. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui hubungan keterlibatan jaringan mesorektal yang
ditemukan pada Computed Tomography abdomen-pelvis pasien kanker rektal
dengan metastasis kelenjar getah bening regional. Hasil penelitian ini
menunjukkan tidak adanya hubungan antara keterlibatan jaringan mesorektal
dengan metastasis pada kelenjar getah bening regional (pN) pada pasien kanker
rektal.
Kata kunci : CT Scan abdomen-pelvis, kanker rektal, keterlibatan jaringan
mesorektal, metastasis kelenjar getah bening regional.
ABSTRACT
Name
: dr. Astrid Brenda Cindy Bernard
Study Program
: Radiology
Title
:
Association between Mesorectal Involvement on Abdomen-Pelvis Computed
Tomography and regional lymph node metastasis (pN) Rectal Cancer Patients
at Dharmais National Cancer Hospital
The incidence of rectal cancer is now increasing. The earlier cases can be
diagnosed, the prognosis of patients with rectal cancer are better. Mesorektal
tissue involvement were found in the abdominal-pelvic CT scan is an indication
of the presence of metastases in regional lymph nodes. Mesorektal tissue
involvement on CT scan of the abdomen-pelvis affect stage and management of
rectal cancer patients. This study was conducted to determine the relationship of
tissue involvement mesorektal found on abdominal-pelvic computed tomography
rectal cancer patients with metastatic regional lymph nodes. The results of this
study showed no correlation between tissue involvement mesorektal with
metastasis in regional lymph nodes (pN) in patients with rectal cancer.
Key words : Abdomen-pelvic CT Scan, rectal cancer, involvement of mesorectal,
regional lymph node metastases.
vii
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………………………………………………………i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………….... ii
HALAMAN PENGESAHAN …………………………….......................... iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………. iv
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI …………. vi
ABSTRAK ………………………………………………………………… vii
ABSTRACT ……………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………... viii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………… x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………........ xi
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………… xi
BAB 1 PENDAHULUAN……………………………………………….. 1
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah …………………………………………………….. 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ………………………………………………….. 4
1.4 Hipotesis ………………………………………………………………. 4
1.5 Tujuan Penelitian ……………………………………………………… 4
1.5.1 Tujuan Umum ………………………………………………. 4
1.5.2 Tujuan Khusus ……………………………………………… 5
1.6 Manfaat Penelitian …………………………………………………….. 5
1.6.1 Segi Pendidikan …………………………………………….. 5
1.6.2 Segi Pelayanan ……………………………………………… 5
1.6.3 Segi Pengembangan Penelitian …………………………….. 5
1.6.4 Segi Pasien …………………………………………………. 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………………………………………… 6
2.1 Epidemiologi ………………………………………………………..... 6
2.2 Anatomi ………………………………………………………………. 6
2.2.1 Struktur ……………………………………………………… 6
2.2.2 Vaskularisasi ……………………………………………….. 7
2.2.3 Sistem Limfatikus ………………………………………….. 7
2.3 Etiologi dan Patofisiologi …………………………………………….. 9
2.4 Staging ………………………………………………………………… 10
2.5 Metastasis …………………………………………………………….. 13
2.6 Pemeriksaan Radiologi ……………………………………………….. 14
2.6.1 Computed Tomography (CT Scan) ………………………… 14
2.6.2 Magnetic Resonance Imaging (MRI) ……………………… 17
2.7 Penatalaksanaan ………………………………………………………. 18
2.8 Kerangka Teori ……………………………………………………….. 20
2.9 Kerangka Konsep …………………………………………………….. 21
BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………….. 22
3.1 Desain Penelitian ……………………………………………………… 22
3.2 Tempat dan Waktu ……………………………………………………. 22
ixvi
viii
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
3.3 Populasi ………………………………………………………………. 22
3.4 Sampel ………………………………………………………………… 22
3.5 Subjek Penelitian ……………………………………………………… 23
3.5.1 Kriteria Penerimaan ………………………………………… 23
3.5.2 Kriteria Penolakan ………………………………………….. 23
3.6 Alur Penelitian ………………………………………………………… 24
3.7 Cara Kerja …………………………………………………………….. 25
3.8 Batasan Operasional ………………………………………………….. 25
3.9 Analisa Data ………………………………………………………….. 26
3.10 Pendanaan …………………………………………………………… 26
3.11 Etika Penelitian ……………………………………………………… 26
BAB 4 HASIL PENELITIAN…………………………………………… 28
BAB 5 PEMBAHASAN……………………………………………..…… 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN……………………………........... 41
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………….… 43
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Rektum ………………………………….………….
Gambar 2. Kelenjar Getah Bening ……………………………………….
Gambar 3. Sistem limfatikus regio pelvis …………………………..……
Gambar 4. CT Scan abdomen-pelvis pasien kanker rektal
potongan aksial pasien kanker rektal dengan
keterlibaran mesorektal …………………………………..…..
Gambar 5. CT Scan abdomen-pelvis pasien kanker rektal
potongan aksial pasien kanker rektal dengan
keterlibaran mesorektal ………………………………………
Gambar 6. Pemeriksaan MRI T2-weighted resolusi tinggi
memperlihatkan massa di dinding rektum …………………..
Gambar 7. Histogram umur subyek penelitian ………………………….
ix
xvi
7
8
9
16
17
18
29
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Stage anatomi atau prognosis grup ……………………… 12
Histological grade ………………………………………… 13
Residual tumor ……………………………………………. 13
Deskripsi variable numerik ................................................... 28
Nilai mean, SD, median karakteristik subyek .................... 29
Sebaran subyek menurut karakteristik subyek ................. 29
Sebaran subyek menurut hasil pemeriksaan CT scan
abdomen pelvis dan PA reseksi ............................................ 30
Kesesuaian keterlibatan jaringan mesorektal dan KGB
berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis
dan PA reseksi .......................................................................31
Kesuaian jumlah KGB berdasarkan pemeriksaan
CT Scan abdomen-pelvis dengan PA reseksi ....................... 33
Kesesuaian keterlibatan jaringan mesorektal
berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis
dengan metastasis KGB berdasarkan pemeriksaan
PA reseksi ...............................................................................33
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ………………………………………………………………… 47
Lampiran 2 ………………………………………………………………. 48
Lampiran 3 ………………………………………………………………. 49
xiixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kanker kolorektal merupakan keganasan yang sering terjadi pada traktus
digestivus. Angka kejadian dan angka kematian kanker kolorektal di Indonesia
semakin meningkat. Di Rumah Sakit Kanker Dharmais (RSKD), kanker
kolorektal dibagi menjadi dua bagian, yaitu kanker kolon dan kanker rektum,
rektosigmoid atau anus. Berdasarkan data di RSKD tahun 1993-1997, terdapat 80
pasien atau sekitar 3,65% pasien kanker rektum, rektosigmoid atau anus pada lakilaki dari total keseluruhan pasien laki-laki yang menderita kanker dan menempati
urutan ketujuh, sedangkan pada perempuan, kanker rektum, rektosigmoid atau
anus tidak masuk ke dalam sepuluh besar. Secara keseluruhan, kanker ini berada
pada urutan kesepuluh, dengan jumlah pasien 141 atau 2,43% dari total pasien
kanker. Pada tahun 2003-2007, peringkat kanker rektum, rektosigmoid atau anus
pada laki-laki naik menempati urutan keenam, pada perempuan menempati urutan
kesepuluh, sedangkan secara keseluruhan kanker rektum, rektosigmoid atau anus,
menempati urutan kedelapan. Pada kurun waktu tersebut, terdapat 321 pasien
dengan kanker rektum, rektosigmoid atau anus, atau sekitar 3,15% dari total
pasien kanker di RSKD, dengan angka kejadian tertinggi pada usia 50-55 tahun,
sebanyak 15% (48 pasien) dari total pasien kanker rektum, rektosigmoid atau
anus. Angka kematian pasien kanker rektum, rektosigmoid atau anus berada pada
urutan kesepuluh pada tahun 2003-2007. Jumlah pasien kanker rektum,
rektosigmoid atau anus di RSKD lebih banyak daripada kanker kolon.1,2
Kanker rektal stadium awal mempunyai prognosis yang cukup baik, namun
kanker rektal stadium lanjut mempunyai prognosis buruk, hal ini disebabkan oleh
angka rekurensi dan metastasis cukup tinggi, selain itu, kanker rektal stadium
lanjut juga mempunyai angka bertahan hidup yang rendah. Penatalaksanaan dan
prognosis kanker rektal dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kedalaman invasi
tumor terhadap dinding rektum, keterlibatan jaringan mesorektal, ekstensi tumor
ke organ sekitarnya, jumlah kelenjar getah bening (KGB) yang terlibat serta ada
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
tidaknya metastasis jauh. Selain hal-hal tersebut di atas, prognosis juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor prognosis independen, yaitu invasi angiolimfatik,
invasi venous dan invasi perineural.
Berdasarkan penelitian Miyoshi3, angka bertahan hidup 5 tahun pada pasien
dengan invasi tumor ke mesorektal ≤ 6 mm lebih baik daripada > 6 mm (50% dan
71%). Pada penelitian ini juga dinyatakan bahwa angka bertahan hidup 5 tahun
juga dipengaruhi oleh keterlibatan Kelenjar Getah Bening (KGB), pasien kanker
rektal yang tidak ada invasi ke jaringan mesorektal dan keterlibatan KGB
dibandingkan dengan pasien kanker rektal yang mempunyai salah satu faktor
resiko tersebut serta dengan pasien kanker rektal yang mempunyai kedua faktor
resiko tersebut, didapatkan angka bertahan hidup lima tahun 84%, 61% dan 38%.3
Pasien kanker rektal T3 dengan KGB positif mempunyai angka bertahan hidup
yang lebih rendah dibandingkan pasien kanker rektal dengan KGB negatif. 4
Menurut penelitian Jass5 dikatakan bahwa prognosis pasien kanker rektal
tergantung dari penetrasi tumor ke dinding usus, metastasis KGB dan infiltrasi
limfositik peritumoral. Metastasis KGB dapat ditemukan pada sekitar 7-15%
pasien kanker kolorektal T1 (invasi pada submukosa).6 Angka kejadian metastasis
KGB pada kanker rektal T1 sekitar 6-11%, pada T2 sekitar 10-35% dan pada T3-T4
sekitar 25-65%.7
KGB merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi prognosis kanker
rektal. Akagi8 melakukan penelitian dengan membagi menjadi tiga kelompok
jumlah KGB yang metastasis, yaitu kelompok 1 KGB, 2-6 KGB dan ≥ 7 KGB,
didapatkan hasil angka bertahan hidup 5 tahun untuk tiap kelompok adalah 81,6%,
70,9% dan 44,1%. Penelitian Nadoshan J.J9 tentang pengaruh dari rasio KGB
terhadap prognosis pasien kanker rektal menyatakan bahwa pasien kanker rektal
dengan rasio KGB ≤ 0,2 mempunyai angka bertahan hidup lebih tinggi daripada
pasien kanker rektal dengan rasio KBG > 0,2. Pasien dengan rasio KGB ≤ 0,2
resiko metastasis dan rekuren yang lebih kecil dibandingkan pasien dengan rasio
KGB > 0,2.
2ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Berbagai disiplin ilmu kedokteran harus melakukan suatu kerjasama yang baik
dalam menegakkan diagnosis dan melakukan penatalaksanaan kanker rektal yang
baik. Radiologi mempunyai peran yang sangat penting dalam mendeteksi dan
menentukan staging kanker rektal. Modalitas pencitraan yang dapat digunakan
antara lain radiografi konvensional dengan menggunakan Contrast Enema,
Computed Tomography (CT), Magnetic Resonance Imaging(MRI) dan Endorektal
Ultrasonografi (ERUS). Modalitas MRI lebih superior dibandingkan CT Scan
dalam menilai kedalaman penetrasi tumor pada dinding usus dan keterlibatan
jaringan mesorektal dan melihat KGB di sekitarnya, namun MRI lebih inferior
dibandingkan ERUS.10,11 MRI dan CT Scan digunakan sebagai modalitas
pemeriksaan yang utama pada kasus kanker rektal.12 Pemeriksaan MRI digunakan
untuk melihat keadaan rektum dan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan MRI dapat
mengevaluasi tumor dengan baik, terutama pada saat kanker rektal masih dalam
stadium awal, sedangkan CT Scan selain digunakan untuk mengevaluasi tumor,
dapat juga digunakan untuk mengetahui ada tidaknya metastasis jauh (metastasis
ke hati dan paru). Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, pada tahun 2013,
ketersediaan CT Scan di Indonesia lebih banyak daripada MRI (52 unit dan 21
unit)13, sehingga saat ini CT Scan masih banyak digunakan untuk menilai keadaan
rektum dan jaringan sekitarnya.
1.2 Rumusan Masalah
Data di RSKD menyatakan bahwa angka kejadian kanker rektal semakin
meningkat.1,2 Kanker rektal pada stadium awal mempunyai prognosis yang baik,
tetapi pada stadium lanjut, kanker rektal mempunyai prognosis yang buruk.
Sebagian besar kanker rektal ditemukan pada keadaan T3.14 Keadaan ini yang
menyebabkan prognosis pasien menjadi buruk. Prognosis dan penatalaksanaan
pasien dengan kanker rektal dipengaruhi oleh kedalaman invasi tumor ke dinding
rektal dan metastasis KGB regional.3-5 Yoo H.Y15 menyatakan bahwa keterlibatan
jaringan mesorektal mempunyai hubungan dengan metastasis KGB regional dan
metastasis jauh. Berdasarkan penelitian tersebut, maka jika ditemukan keterlibatan
jaringan mesorektal pada pemeriksaan imejing, walaupun belum ditemukan
ix
3vi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
kelenjar getah bening, pasien sebaiknya dilakukan kemoterapi terlebih dahulu.
Menurut panduan dari National Comprehensive Cancer Network (NCCN) untuk
pasien kanker rektal dengan T3 atau N+ harus dilakukan kemoradioterapi terlebih
dahulu sebelum dilakukan tindakan reseksi atau operasi.12 Namun, masih belum
terdapatnya keseragaman dalam tata laksana pasien kanker rektal T 3 dan N+.
Modalitas CT Scan dan MRI dapat digunakan untuk menilai kedalaman invasi
tumor pada dinding rektum dan keterlibatan jaringan mesorektal serta KGB,
dimana modalitas MRI lebih baik daripada CT Scan.4,16 Namun, ketersediaan
MRI di rumah sakit di seluruh Indonesia lebih sedikit dibandingkan CT Scan,13
hal ini menyebabkan sampai saat ini CT Scan masih digunakan untuk
mengevaluasi keterlibatan jaringan mesorektal dan KGB walaupun MRI lebih
unggul dalam hal tersebut. Oleh karena itu, penting untuk mengetahui sensitifitas
dan spesifisitas CT Scan dalam menilai keterlibatan jaringan mesorektal dan KGB
regional pada pasien kanker rektal.
1.3 Pertanyaan Penelitian

Apakah modalitas CT Scan dapat digunakan untuk menilai keterlibatan
jaringan mesorektal dan metastasis KGB?

Apakah terdapat hubungan antara keterlibatan jaringan mesorektal dengan
metastasis KGB regional pada kanker rektal secara radiologi?
1.4 Hipotesis

Modalitas CT Scan dapat digunakan untuk menilai keterlibatan jaringan
mesorektal.

Terdapat hubungan antara keterlibatan jaringan mesorektal dengan
metastasis KGB pada kanker rektal.
1.5 Tujuan Penelitian
1.5.1 Tujuan Umum

Meningkatkan peranan CT Scan dalam mendeteksi keterlibatan jaringan
mesorektal dan metastasis KGB.
ix
4vi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
1.5.2 Tujuan Khusus

Menilai sensitifitas dan spesifisitas CT Scan pada keterlibatan jaringan
mesorektal dan metastasis KGB.

Mengetahui hubungan antara keterlibatan jaringan mesorektal dengan
metastasis KGB dengan modalitas CT Scan.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Segi pendidikan:
Melatih cara berpikir, menulis dan meneliti yang merupakan suatu
proses dari pendidikan.
1.6.2 Segi pelayanan:
Pada pasien dengan kanker rektal, keterlibatan jaringan mesorektal
dapat memperkirakan metastasis ke KGB regional.
1.6.3 Segi pengembangan penelitian:
Hasil penelitian ini suatu saat dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya terkait keterlibatan jaringan mesorektal dan penyebaran selsel kanker ke KGB di sekitarnya pada pasien-pasien kanker rektal.
1.6.4 Segi pasien:
Dapat mengetahui adanya keterlibatan jaringan mesorektal dengan
menggunakan modalitas CT Scan, sehingga dapat memperkirakan
kemungkinan adanya metastasis ke KGB regional dan dapat
mengetahui prognosis pasien serta memberikan tata laksana yang tepat
kepada pasien kanker rektal.
5ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
6
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Epidemiologi
Kanker kolorektal merupakan keganasan yang sering terjadi pada traktus
digestivus. Angka kejadian dan angka kematian kanker kolorektal di dunia,
semakin meningkat. Data dari RSKD pada tahun 1993-1997, terdapat 2,43%
pasien dengan kanker rektum, rektosigmoid atau anus. Tahun 2003-2007, pasien
dengan kanker rektum, rektosigmoid atau anus di RSKD mengalami peningkatan
menjadi 3,15% pasien. Angka kematian pasien kanker rektum, rektosigmoid atau
anus pada tahun 2003-2007 menempati urutan kesepuluh.1,2
2.2 Anatomi
2.2.1 Struktur
Rektum merupakan bagian dari saluran gastrointestinal yang terletak mulai dari
batas atas anal kanal hingga rektosigmoid junction dengan ukuran panjang sekitar
15 cm. Rektosigmoid junction berada pada level setinggi vertebra S3 atau berada
pada level promontorium sakral. Secara anatomi, rektum dapat dibagi menjadi
tiga bagian, yaitu sepertiga bawah, sepertiga tengah dan sepertiga atas. Jika
dilakukan pengukuran mulai dari anal verge, maka segmen pertama sekitar 7-10
cm, segmen berikutnya 4-5 cm dan segmen terakhir sekitar 4-5 cm. Rektum
bagian sepertiga atas dilingkupi oleh peritoneum pada bagian depan dan samping,
bagian sepertiga tengah terdapat peritoneum hanya pada permukaan bagian depan
saja, sedangkan sepertiga bawah tidak terdapat peritoneum. Dinding rektum terdiri
dari tiga lapisan, yaitu mukosa, submukosa dan muskularis propria. Rektum
dikelilingi oleh lemak mesorektal yang di dalamnya terdapat kelenjar getah
bening, jaringan ikat dan pembuluh darah hemoroidalis superior. Lemak
mesorektal dikelilingi oleh fascia mesorektal yang merupakan barier yang penting
untuk penyebaran tumor. Fascia mesorektal berjalan di aspek anterior dari
sakrum, dimana fascia mesorektal bergabung dengan fascia presakral, yang
kemudian berjalan di kedua sisi lateral dari rektum.14,17-19
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Gambar 1. Anatomi rektum.20
2.2.2 Vaskularisasi
Rektum mendapat aliran darah dari a. hemoroidalis superior, medial dan inferior
yang merupakan cabang-cabang dari a. mesenterika inferior, a. hipogastrik dan a.
pudenda interna. A. hemoroidalis superior dibagi menjadi dua cabang yang
berjalan ke sisi lateral sebelum memasuki rektum dan memberikan perdarahan
sampai spinchter interna kemudian beranastomose dengan a. hemoroidalis medial
dan inferior. Aliran darah balik dimulai sebagai pleksus hemoroidalis dan menjadi
v. hemoroidalis superior, medial dan inferior, setelah itu v. hemoroidalis superior
berjalan menuju v. mesenterika inferior dan v. medial serta inferior berjalan
menjadi v. hipogastrika yang kemudian berjalan menjadi vena cava inferior.20
2.2.3 Sistem Limfatikus
Sistem limfatikus regio rektal terdiri dari tiga bagian yaitu kapiler limfe,
collecting vessel dan KGB. Pembuluh limfatikus untuk pelvis dimulai dari
pembuluh iliaka internal menuju KGB iliaka internal, lalu iliaka komunis
kemudian menuju KGB aorta. Drainase limfe dari rektum (bagian atas) sepanjang
pembuluh rektal superior, KGB mesenterika inferior lalu KGB aorta, sedangkan
drainase limfe dari rektum (bagian bawah) menuju ke KGB iliaka interna. KGB di
regio rektum berada di daerah perirektal, mesenterika sigmoid, mesenterika
7ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
inferior, presakral, lateral sakral, iliaka internal, promontorium sakral, rektal
superior, rektal media, rektal inferior.21,22
KGB adalah organ yang berbentuk oval atau bean-shaped yang merupakan bagian
dari sistem limfatikus dan berukuran mulai dari beberapa milimeter hingga satu
sampai dua sentimeter, tersebar di seluruh bagian tubuh. KGB dikelilingi oleh
kapsul fibrosa, kemudian kapsul fibrosa menjadi trabekula pada bagian dalam
KGB. KGB dibagi menjadi dua bagian, bagian luar adalah korteks dan bagian
dalam adalah medula. Korteks berada di sekeliling medula kecuali pada daerah
hilus.23
Gambar 2. Kelenjar getah bening.24
Cairan limfatik masuk ke dalam KGB melalui pembuluh limfatik aferen masuk ke
rongga di bawah kapsul, yaitu sinus subkapsular. Cairan limfatik dari sinus
subkapsular berjalan ke sinus trabekula dan akhirnya menuju sinus medula yang
berada di hilus. Pada rongga sinus ini terjadi pertukaran oleh pseudopods
makrofag yang berfungsi mengikat partikel-partikel asing dan menyaring cairan
limfatik. Kemudian cairan limfatik berjalan keluar dari KGB melalui pembuluh
limfatik eferen.23,25
KGB mempunyai peran sebagai penyaring atau menjadi perangkap bagi partikel
asing yang merupakan fungsi yang sangat penting dalam sistem kekebalan tubuh.
Sistem limfatik berfungsi untuk mengatasi infeksi, kerusakan biologis atau
kesalahan dalam tubuh, seperti dalam penanggulangan kanker. Pembesaran KGB
8ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
yang terjadi disebabkan oleh suatu inflamasi atau metastasis dapat diketahui
dengan melakukan pemeriksaan patologi anatomi.23,25
Pembesaran KGB dapat disebabkan antara lain oleh respon imun terhadap agen
infeksi dan infiltrasi dari sel-sel neoplasma yang dibawa oleh cairan limfatik atau
darah ke dalam KGB. Apabila pembesaran KGB yang terjadi merupakan suatu
proses reaktif, maka peningkatan jumlah limfosit dan makrofag yang merupakan
penyebab bertambahnya ukuran KGB. Apabila pembesaran KGB disebabkan oleh
proses patologis seperti metastasis, maka pembesarannya disebabkan oleh sel-sel
metastatik yang mengisi KGB.25
Gambar 3. Kelenjar getah bening regio pelvis.4
2.3 Etiologi dan Patofisiologi
Perkembangan kanker kolorektal, dalam hal ini kanker rektal merupakan interaksi
antara faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan bereaksi terhadap
predisposisi genetik atau defek yang didapat dan berkembang menjadi kanker
rektal.
Kanker
rektal
dibagi
menjadi
tiga
kelompok
berdasarkan
perkembangannya, yaitu kelompok yang diturunkan, kelompok sporadik dan
kelompok familial. Dari ketiga kelompok di atas, yang terbanyak adalah
kelompok sporadik.26,27
Kelompok diturunkan adalah mereka yang dilahirkan sudah dengan mutasi
germline pada salah satu allele dan terjadi mutasi somatik pada allele yang lain.
9ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Yang termasuk kelompok ini adalah Familial Adenomatous Polyposis (FAP) dan
Hereditary Non-Polyposis Colorectal Cancer (HNPCC).27
Kelompok sporadik membutuhkan dua mutasi somatik, satu pada masing masing
allele-nya. Terdapat dua model perjalanan perkembangan kanker kolorektal yaitu
Loss of Heterozygocity (LOH) dan DNA Replication Error (RER). Model LOH
mencakup mutasi tumor gen supresor meliputi gen Adenomatous Polyposis Coli
(APC), Deleted in Colon Cancer (DCC), dan p53 serta aktifasi onkogen yaitu Kras. Model ini contohnya adalah perkembangan polip adenoma menjadi
karsinoma. Sementara model RER karena adanya mutasi gen human Mut S
Homologue (hMSH2), human Mut L Homologue (hMLH1), human Post Mitotic
Segregation
(hPMS1 dan hPMS2). Model terakhir ini contohnya adalah
perkembangan HNPCC. Pada bentuk sporadik, 80% berkembang lewat model
LOH dan 20% berkembang lewat model RER.27
2.4 Staging
Staging
pada
kasus
kanker
rektal
sangat
penting
untuk
menentukan
penatalaksanaan dan prognosis pasien. Hal-hal yang dapat menentukan staging
pasien adalah: 1. Invasi tumor pada dinding rektal, 2. Invasi tumor pada organorgan sekitarnya, 3. Keterlibatan KGB di sekitarnya, 4. Ada tidaknya metastasis
jauh.
Klasifikasi untuk staging kanker rektal yang digunakan saat ini ada tiga
klasifikasi, yaitu sistem Duke’s, sistem Duke’s Modified Astler–Coller (MAC)
dan American Joint Committee on Cancer (AJCC) Staging (TNM) edisi ketujuh.21 Sekarang ini, di bagian bedah digestif RSKD menggunakan sistem staging
yang digunakan adalah AJCC Staging TNM edisi ketujuh.
Klasifikasi AJCC (TNM) edisi ke tujuh, yaitu :
Tumor Primer (T)
Tx
Tumor primer tidak dapat dinilai
T0
Tidak ada evidens tumor primer
10ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Tis
Carcinoma in situ: intraepithelial atau invasi dari lamina propria
T1
Tumor menginvasi submukosa
T2
Tumor menginvasi muskulus propria
T3
Tumor menginvasi melalui muskulus propria ke jaringan perikolorektal
T4a
Tumor menginvasi hingga ke permukaan dari peritoneum visceral
T4b
Tumor menginvasi organ atau struktur lain
KGB regional (N)
Nx
KGB regional tidak dapat dinilai
N0
Tidak ada metastasis KGB regional
N1
Metastasis pada 1-3 KGB regional
N1a
Metastasis pada satu KGB regional
N1b
Metastasis pada 2-3 KGB regional
N1c
Tumor berada pada subserosa, mesenterika, atau perikolika nonperitoneal
atau jaringan perirektal tanpa metastasis KGB regional
N2
Metastasis pada empat atau lebih KGB regional
N2a
Metastasis pada 4-6 KGB regional
N2b
Metastasis pada tujuh atau lebih KGB regional
Metastasis Jauh (M)
M0
Tidak ada metastasis jauh
M1
Terdapat metastasis jauh
M1a
Metastasis ke satu organ atau daerah (contoh hati, paru, ovarium, tanpa
KGB regional)
M1b
Metastasis ke lebih dari satu organ atau daerah atau peritoneum
Sedangkan Sistem Duke’s Modified Astler-Coller dibagi menjadi:
A
Lesi terbatas pada muksosa.
B1
Tumor meluas ke dinding rektum, tetapi belum melewati muskularis
propria.
B2
Tumor penetrasi melalui lapisan serosa, tetapi tidak ada keterlibatan KGB.
B3
Tumor menginvasi struktur di sekitarnya.
C1
Sama seperti B1 ditambah metastasis KGB regional.
C2
Sama seperti B2 ditambah metastasis KGB regional.
ixvi
11
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
C3
Sama seperti B3 ditambah metastasis KGB regional.
D
Metastasis jauh.
Tabel 2.1. Stage Anatomi atau Prognosis Grup21
Stage
T
N
M
MAC
0
Tis
N0
M0
-
I
T1
N0
M0
A
T2
N0
M0
B1
IIA
T3
N0
M0
B2
IIB
T4a
N0
M0
B2
IIC
T4b
N0
M0
B3
IIIA
T1-T2
N1/N1c
M0
C1
T1
N2a
M0
C1
T3-T4a
N1/N1c
M0
C2
T2-T3
N2a
M0
C1/C2
T1-T2
N2b
M0
C1
T4a
N2a
M0
C2
T3-T4a
N2b
M0
C2
T4b
N1-N2
M0
C3
IVA
Semua T
Semua N
M1a
D
IVB
Semua T
Semua N
M1b
D
IIIB
IIIC
Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prognosis pasien kanker rektal
adalah Histological Grade dan Residual Tumor (Tabel 2 dan 3). Faktor-faktor ini
dapat diketahui pada saat dilakukan pemeriksaan patologi anatomi reseksi.
Spesimen patologi anatomi dapat diperoleh melalui tindakan reseksi, tindakan
yang dapat dilakukan untuk memperoleh spesimen patologi anatomi antara lain
Total Mesorectal Excition (TME). Pada pemeriksaan patologi anatomi reseksi,
parameter yang harus dilaporkan adalah: 1). Tumor grading, 2). Penetrasi tumor,
3). Jumlah KGB yang dievaluasi serta KGB yang positif, 4). Status tepi atau batas
proksimal, distal dan sirkumferensial, 5). Invasi limfovaskular, 6). Invasi
perineural, 7). Deposit tumor ekstranodal, 8). Efek dari pemberian terapi
neoadjuvan.12
12ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Tabel 2.2. Histological Grade21
Histological Grade (G)
GX
Tidak dapat dievaluasi
G1
Berdiferensiasi baik
G2
Berdiferensiasi sedang
G3
Berdiferensiasi buruk
G4
Undifferentiated
Tabel 2.3. Residual Tumor (R)21
Residual Tumor (R)
R0
Reseksi komplit, batas secara histologi negatif, tidak ada residu tumor setelah
reseksi (tumor primer, KGB regional).
R1
Reseksi inkomplit, batas atau tepi secara histologi terlibat, terdapat tumor
secara mikroskopi setelah dilakukan reseksi (tumor primer, KGB regional).
R2
Reseksi inkomplit, batas secara makroskopi terlibat (tumor primer, KGB
regional, atau metastasis hati).
Jenis histopatologi pada kanker rektal menurut WHO dibagi menjadi dua bagian
besar, yaitu tumor epithelial dan non epithelial. Karsinoma termasuk dalam bagian
tumor epithelial, yang terdiri dari adenokarsinoma, adenokarsinoma mucinous,
karsinoma signet-ring cell, karsinoma sel kecil, karsinoma sel skuamosa,
karsinoma adenoskuamosa, karsinoma medulari dan undifferentiated carcinoma.21
Adenokarsinoma merupakan jenis histologi yang sering terjadi pada kanker
kolorektal.28
2.5 Metastasis
Kanker rektal mulai berkembang pada mukosa, kemudian tumbuh dan melakukan
penetrasi ke dalam dinding rektum dan meluas ke organ-organ sekitarnya seperti
vesika urinaria, prostat, vagina atau ureter secara perkontinuitatum.
Keterlibatan KGB regional merupakan suatu bentuk penyebaran yang paling
sering terjadi dan biasanya terjadi lebih dahulu sebelum metastasis jauh.
Penyebaran ke KGB dipengaruhi oleh ukuran tumor, invasi angiolimfatik dan
ixvi
13
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
kedalaman invasi tumor. Penyebaran limfatik pada kanker rektum mengikuti dua
jalur. Pada rektum bagian atas, pengaliran ascendens sepanjang pembuluh rektal
superior ke kelenjar mesenterika inferior. Pada rektum bagian bawah, pengaliran
limfatik terjadi sepanjang pembuluh rektal media. Penyebaran sepanjang
pembuluh rektalis inferior ke kelenjar iliaka interna atau inguinal jarang terjadi,
kecuali tumor mengenai anal kanal atau aliran limfatik bagian proksimal tertutup
oleh tumor.3
Yoo H.Y15 menyatakan bahwa keterlibatan jaringan mesorektal oleh tumor
mempunyai hubungan dengan metastasis KGB di sekitarnya dan metastasis jauh.
Penelitian Miyoshi3 menyatakan bahwa keterlibatan jaringan mesorektal dengan
keterlibatan KGB mempengaruhi prognosis pasien kanker rektal.
2.6 Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi untuk kasus kanker rektal dapat dilakukan dengan
menggunakan CT scan abdomen-pelvis dan MRI abdomen-pelvis.
Menurut Husband J.E4, pemeriksaan CT Scan mempunyai sensitifitas 64,7% dan
spesifisitas 96,6% untuk melihat KGB di regio pelvis pada pasien dengan kanker
di regio pelvis, seperti kanker rektal, kanker prostat, kanker buli, kanker serviks,
kanker ovarium dan kanker uterus. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Beets-Tan R.G.H.16 menyatakan bahwa modalitas CT Scan mempunyai sentifitas
70% dan spesifisitas 80% dalam mengevaluasi ekstensi tumor pada kanker rektal,
sedangkan modalitas MRI mempunyai sensitifitas dan spesifisitas sebesar 97%
dan 98%. Ashraf K.29 melakukan penelitian bahwa sensitifitas dan spesifisitas CT
Scan dalam menilai perluasan tumor (ekstramural) adalah 60% dan 83%, mereka
juga melakukan penelitian untuk menilai kemampuan CT Scan dalam menilai
KGB regional, didapatkan sensitifitas dan spesifisitasnya 66% dan 76%.
2.6.1 Computed Tomography (CT Scan)
CT Scan abdomen-pelvis merupakan salah satu modalitas yang digunakan untuk
membantu klinisi dalam menentukan staging dengan mengevaluasi kedalaman
vi
ix14
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
invasi tumor, perluasan tumor ke daerah sekitarnya, KGB dan juga untuk melihat
metastasis jauh.30,31 Namun, CT Scan tidak dapat membedakan lapisan dinding
rektum, sehingga tidak dapat menentukan apakah T 1 atau T2.7
Sebelum dilakukan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis, pasien harus
dipersiapkan dengan baik agar diperoleh gambaran yang baik untuk dievaluasi.
Untuk pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis standar, pasien diberikan kontras
positif per oral sebanyak kurang lebih 1000 ml, diberikan 250 ml pertama pada
satu jam sebelum pemeriksaan, 250 ml kedua hingga keempat diberikan tiap 15
menit, pemeriksaan dilakukan 5 menit setelah pemberian 250 ml yang keempat.
Pada pasien dengan lesi di kolon bagian distal, dapat juga dilakukan pemberian
kontras media melalui rektal sebanyak kurang lebih 500 ml agar terjadi distensi
pada usus, sehingga dapat mengevaluasi dinding usus dengan baik. Agar usus
dapat dilatasi, dapat pula diberikan kontras negatif seperti udara atau
karbondioksida (CO₂) melalui rektum.28 Berdasarkan prosedur pemeriksaan CT
Scan abdomen-pelvis di Instalasi Radiodiagnostik RSKD, kontras oral diberikan
sebanyak 500-600 cc, pada satu setengah jam sebelum pemeriksaan diberikan
300-400 cc, kemudian lima menit sebelum pemeriksaan diberikan kontras oral
sebanyak 200 cc. Prosedur pemberian kontras yang sama juga dilakukan pada
pasien kanker rektal dengan kolostomi tanpa reseksi rektum. Kontras media tidak
diberikan melalui rektal.
Posisi pasien pada saat pengambilan gambar dilakukan adalah supine dan prone.
Kombinasi dari kedua posisi ini memberikan kemampuan yang cukup baik dalam
mendeteksi polip dibandingkan hanya dilakukan salah satu posisi saja.
Pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis saat ini hanya melakukan pengambilan
gambar dengan posisi pasien supine, tangan diletakkan di atas kepala kemudian
pasien diinstruksikan untuk mengambil nafas (inspirasi).28,32
CT Scan abdomen-pelvis akan memberikan gambaran yang cukup baik dengan
menggunakan kolimasi 1-1,25 mm. Pengambilan gambar dilakukan dengan
ketebalan 4-6 mm pada bidang aksial dan dilakukan rekonstruksi bidang koronal
ixvi
15
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
dan sagital. Pengambilan gambar dimulai setinggi diafragma hingga simfisis pubis
dengan satu kali tahan nafas (saat inspirasi). Pemberian kontras intravena harus
dapat memperlihatkan keadaan usus dan hati dengan baik, sehingga dapat
dievaluasi secara adekuat. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk melakukan
pengambilan gambar adalah ±15-20 detik setelah kontras masuk ke aorta dan
berada di atas bifurkasio dengan arah pengambilan gambar kraniokaudal. 28,32,33
Kanker rektal akan memberikan gambaran penebalan dinding usus yang asimetris
dapat regular atau ireguler, yang menyangat pasca pemberian kontras. Pada saat
massa masih berada pada dinding usus, bagian luar dinding usus masih terlihat
licin, jaringan mesorektal masih terlihat dengan atenuasi yang sama. Saat terjadi
ekstensi massa melewati dinding usus, maka dinding usus bagian luar akan
terlihat ireguler serta jaringan mesorektal yang tampak menebal.28,32,33 Penebalan
sirkuler dinding usus dapat juga terjadi pada inflamasi atau infeksi yang terjadi di
rektum, tetapi pada inflamasi atau infeksi, penebalan yang terjadi simetris,
penyangatan lebih homogen dibandingkan kanker rektal.32,34 Perluasan ke organ
sekitarnya dapat memberikan gambaran obliterasi dari bidang lemak yang
melingkupi organ tersebut.28,32
Gambar 4. Pemeriksaan CT Scan potongan aksial yang memperlihatkan penebalan
sirkuler di dinding rektum dengan penetrasi massa melewati muskulus propria disertai
kesuraman di jaringan mesorektal.14
KGB dapat diketahui sebagai struktur noduler yang menyangat pasca pemberian
kontras di daerah mesorektal. Secara umum, KGB dinyatakan sebagai suatu
metastasis jika berukuran lebih dari satu sentimeter pada diameter aksis terpendek,
ixvi
16
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
tetapi pada kanker rektal sering ditemukan metastasis KGB pada ukuran yang
lebih kecil.10,28,32 Menurut Response Evaluation Criteria in Solid Tumour
(RECIST) 1.1, KGB dikatakan suatu KGB non patologis apabila berukuran < 10
mm (diameter terpendek), curiga suatu KGB patologis apabila berukuran ≥ 10
mm, < 15 mm (diameter terpendek) dan apabila ukuran diameter terpendek ≥ 15
mm, maka dapat merupakan suatu KGB yang patologis.35-37 Namun, terdapat
keterbatasan untuk menilai KGB secara akurat, karena sekitar 30-50% metastasis
KGB pada kanker rektal berukuran kurang dari 5 mm.38,39 Karakteristik KGB
yang maligna lebih akurat terlihat pada KGB dengan ukuran lebih dari lima
milimeter. Hal-hal yang dapat dinilai adalah bentuk (oval atau bulat), tepi
(berspikulasi atau tidak), batas (tegas atau tidak) dan penyangatan (heterogen atau
homogen). KGB yang mempunyai bentuk bulat, berspikulasi, batas tidak tegas
dan menyangat heterogen, hampir dipastikan merupakan suatu KGB yang maligna
atau suatu KGB metastasis.19,40
Gambar 5. CT Scan potongan aksial pasien kanker rektal. Pada gambar ini terlihat massa
melewati dinding usus, menginfiltrasi jaringan mesorektal dan terdapat pembesaran KGB
regional.28
2.6.2 Magnetic Resonance Imaging (MRI)
Modalitas MRI lebih superior dibandingkan CT Scan untuk melihat tumor dan
keterlibatan jaringan lunak di sekitarnya. Sekuens MRI yang dilakukan untuk
MRI abdomen-pelvis adalah T1WI, T2WI, T1WI dengan pemberian kontras dan
DWI. Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan staging dan melihat kanker
rektal pada stadium dini, yaitu pada saat tumor belum melakukan penetrasi ke luar
ixvi
17
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
muskulus propria (T1 dan T2) serta untuk melihat KGB.30,31,38,40 Pemeriksaan MRI
dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan tumor, kedalaman invasi tumor
keluar muskulus propria serta hubungan dengan fascia mesorektal, sphincter anal
dan dinding pelvis.38 Gambaran normal lapisan submukosa pada sekuens T2
dengan resolusi tinggi akan terlihat sebagai garis hiperintens, sedangkan muskulus
propria akan terlihat sebagai garis hipointens. Walaupun MRI akurat dalam
menilai stadium lanjut T3, namun pemeriksaan MRI masih mempunyai
keterbatasan dalam membedakan fibrosis dengan infiltrasi tumor pada saat tahap
awal T3 dengan T2, sehingga dibutuhkan kualitas gambar yang baik serta
pengalaman yang baik untuk mengatasi kesulitan dalam menilai tahap awal T 3
dengan T2.38 Pemeriksaan MRI juga baik untuk melihat keterlibatan KGB. Tepi
KGB dan karakteristik internal KGB dapat dijadikan indikator apakah KGB
tersebut merupakan suatu keganasan atau bukan. Gambaran KGB dengan tepi
yang berspikulasi dan intensitas signal yang heterogen dapat sugestif suatu
malignansi.38
Gambar 6. Pemeriksaan MRI T2-weighted resolusi tinggi memperlihatkan massa di
dinding rektum bagian posterior (arrowhead) yang sudah penetrasi ke muskulus propria
(panah hitam), tetapi belum melewati batas muskulus propria. Batas muskulus propria
terlihat sebagai garis hipointens tipis (panah putih).38
2.7. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kanker rektal adalah pembedahan dan non pembedahan
(kemoterapi dan radioterapi). Penatalaksanaan dilakukan berdasarkan staging.
Pada staging awal (cT1N0 atau cT1-2N0) dilakukan eksisi transanal atau
transabdominal, jika T1NX; margin negatif atau pT1-2N0M0, maka dilakukan
observasi selama 6 bulan setelah eksisi dan jika T1NX dengan gambaran resiko
ixvi
18
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
tinggi (margin positif, invasi limfovaskuler, tumor berdiferensiasi buruk), maka
dilakukan reseksi transabdominal, jika pT 1-2N0M0, maka dilakukan observasi
pasca reseksi transabdominal, namun jika pT3N0M0 atau pT1-3N1-2, maka
dilakukan kemoterapi atau radioterapi. Pada pasien dengan T 3N0 atau TanyN1-2
sebelum operasi diberikan kemoterapi atau radioterapi, kemudian dilakukan
transabdominal reseksi dan dilanjutkan dengan kemoterapi. Pasien dengan T 4 dan
atau tidak dapat direseksi lokal, dilakukan kemoterapi atau radiasi terlebih dahulu,
kemudian dilakukan reseksi jika memungkinkan dan dilanjutkan dengan
kemoterapi atau radioterapi. Pasien dengan Tany, Nany, M1 resectable dapat
dilakukan kemoterapi atau radioterapi sebelum dilakukan reseksi metastasis dan
lesi pada rektal bersamaan, kemudian dilakukan kemoterapi atau radioterapi
kembali. Pada pasien dengan Tany, Nany, M1 unresectable dilakukan asimtomatik
atau simtomatik terapi seperti kemoterapi, radioterapi, reseksi dari segmen rektal
yang terlibat atau stenting.12 Penatalaksanaan yang dilakukan oleh divisi bedah
digestif RSKD mengambil panduan dari NCCN.
Jenis operasi secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu local procedures
(polipektomi, eksisi transanal dan transanal endoscopic microsurgery (TEM))
dan prosedur invasif seperti low anterior resection (LAR), proctectomy dengan
total
mesorectal
excision
(TME)
dan
coloanal
anastomosis,
atau
abdominoperineal resection (APR).12
ixvi
19
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
2.8. Kerangka Teori
Faktor Lingkungan
Faktor genetik
Kelompok diturunkan
Kelompok sporadik
Kelompok familial
Adenokarsinoma
Adenokarsinoma mucinous
Karsinoma signet-ring cell
Karsinoma sel kecil
Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma adenoskuamosa
Karsinoma medulari
Undifferentiated carcinoma
Kanker Rektal
Patologi
anatomi reseksi
CT Scan
abdomen-Pelvis
 Kedalaman invasi ke
dinding rektum.
Metastasis kelenjar
getah bening
 Kedalaman invasi ke
dinding rektum.
 Keterlibatan jaringan
mesorektal.
 Keterlibatan jaringan
mesorektal.
 Ekstensi ke organ
sekitar.
 Ekstensi ke organ
sekitar.
Prognosis
dan
penatalaksanaan
ixvi
20
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
2.9. Kerangka Konsep
Kanker Rektal


Keterlibatan jaringan
mesorektal
Kelenjar getah bening
regional

Analisa


CT Scan
Keterlibatan jaringan
mesorektal
Metastasis Kelenjar
Getah Bening
Jenis histopatologi
Patologi Anatomi reseksi
21ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
22
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain potong lintang (cross sectional
study) menggunakan data sekunder CT Scan abdomen-pelvis dari sistem PACS
Rumah Sakit Kanker Dharmais untuk menilai adanya keterlibatan jaringan
mesorektal dan metastasis KGB regional disesuaikan dengan hasil pemeriksaan
patologi anatomi reseksi.
3.2 Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Instalasi Radiodiagnostik Rumah Sakit Kanker DharmaisJakarta dalam kurun waktu 3 bulan, yaitu bulan Juli hingga September 2014.
3.3 Populasi
Populasi target adalah seluruh pasien kanker rektal. Populasi terjangkau adalah
pasien kanker rektal yang melakukan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dan
pemeriksaan patologi anatomi reseksi di RSKD periode Januari 2011-Desember
2013.
3.4 Sampel
Sampel adalah pasien kanker rektal yang masuk dalam kriteria penerimaan dan
tidak termasuk dalam kriteria penolakan, yang melakukan pemeriksaan CT Scan
abdomen-pelvis dan patologi anatomi reseksi.
Besar sampel penelitian ditentukan berdasarkan rumus :
(Zα)²∙P∙Q
L²
n =
1
X
Prev
Keterangan:
n
= besar sampel.
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Zα
= kesalahan tipe 1, dalam hal ini ditetapkan α = 5%;
maka Zα = 1,96.
P
= proporsi pasien kanker rektal dengan metastasis ke kelenjar getah
bening pada penelitian sebelumnya = 80%4.
Q
= 100% - P = 100% - 80 % = 20%.
L
= kesalahan yang masih dapat diterima = 15 %.
Pevalensi
= 50%
Berdasarkan rumus di atas, didapatkan besar sampel :
n
= 55
3.5 Subjek Penelitian
3.5.1 Kriteria Penerimaan
1. Pasien kanker rektal yang memiliki data pemeriksaan CT Scan abdomenpelvis di sistem PACS Instalasi Radiodiagnostik RSKD.
2. Pasien kanker rektal yang memiliki hasil pemeriksaan patologi anatomi
reseksi dari RSKD.
3.5.2 Kriteria Penolakan
1. Pasien kanker rektal yang pada saat dilakukan pemeriksaan CT Scan
abdomen-pelvis sudah dilakukan penatalaksanaan, seperti reseksi rektal,
kemoterapi atau radiasi.
23
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
3.6 Alur Penelitian
Mencari data pasien kanker rektal di registrasi kanker RSKD
Kriteria Penerimaan
Kriteria Penolakan
Mencari data CT Scan pasien kanker
rektal yang diperoleh dari registrasi
kanker RSKD di sistem PACS Instalasi
Radiodiagnostik RSKD
Tidak diteliti
Mengevaluasi keterlibatan
jaringan mesorektal pada CT Scan
abdomen-pelvis
Mengevaluasi KGB regional pada
CT Scan abdomen-pelvis
Melakukan penilaian ulang
hasil Patologi Anatomi
reseksi
Tidak ada hasil PA reseksi
Tidak diteliti
Analisa data
24
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
3.7 Cara Kerja
Setelah memperoleh data-data pasien kanker rektal dari Litbang RSKD,
kemudian dilakukan seleksi berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah itu
dilakukan penilaian CT Scan abdomen-pelvis pasien kanker rektal yang sudah
masuk kriteria inklusi dan eksklusi di sistem PACS Instalasi Radiodiagnostik
RSKD. Data CT Scan abdomen-pelvis tentang keterlibatan jaringan mesorektal
serta KGB regional dicatat. Data-data CT Scan abdomen-pelvis yang sudah
diperoleh kemudian dievaluasi kembali oleh Dokter Spesialis Radiologi
(pembimbing penelitian). Kemudian dilakukan pengambilan data PA mengenai
keterlibatan jaringan mesorektal dan KGB, sebelumnya dilakukan pembacaan
ulang hasil Patologi Anatomi oleh seorang Dokter Spesialis Patologi Anatomi.
Setelah itu, dilakukan pencatatan seluruh temuan pemeriksaan, lalu dilakukan
analisa hubungan keterlibatan jaringan mesorektal pada CT Scan abdomen-pelvis
dengan metastasis KGB pada pemeriksaan patologi anatomi reseksi.
3.8 Batasan Operasional
1. Pasien kanker rektal pada penelitian ini adalah pasien dengan keganasan di
rektum dan sudah dibuktikan dengan PA reseksi, yang melakukan
pemeriksaan CT Scan abdomen pelvis dan PA reseksi di RSKD.
2. CT Scan merupakan modalitas untuk menilai keterlibatan jaringan
mesorektal dan pembesaran KGB regional. CT Scan yang dilakukan
adalah CT Scan abdomen-pelvis dengan pemberian kontras media secara
intravena. Kemudian diberikan juga kontras oral sebanyak 500-600 cc,
300-400 cc diberikan pada satu setengah jam sebelum pemeriksaan,
sisanya (200 cc) diberikan sekitar 5 menit sebelum dilakukan pemeriksaan.
Pada pasien dengan kolostomi tanpa reseksi rektum, dilakukan prosedur
pemberian kontras oral yang sama dengan pasien tanpa kolostomi. CT
Scan abdomen-pelvis dilakukan dengan menggunakan CT Scan merek
Siemens, tipe Biograph 16, kV 120, mAs 160, waktu rotasi 0,5 detik,
akuisisi 16 x 1,5 mm, kolimasi 1,5 mm dengan dosis efektif 9,18-11,6
mSv. Pengambilan gambar potongan aksial, mulai setinggi diafragma
25ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
hingga simfisis pubis, kemudian dilakukan rekonstruksi potongan sagital
dan koronal.41
3. Keterlibatan jaringan mesorektal pada pemeriksaan CT Scan abdomenpelvis ialah pada saat massa melewati dinding usus dan menginfiltrasi
jaringan mesorektal, yang memberikan gambaran batas luar usus yang
ireguler dan jaringan mesorektal yang suram dan menebal.
4. KGB pada pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis ialah gambaran nodul
yang berada di daerah pelvis. Berdasarkan RECIST 1.1,35-37 sehingga pada
penelitian ini, KGB dengan ukuran ≥ 10 mm dianggap sebagai suatu KGB
yang patologis. Lokasi KGB di daerah pelvis untuk kanker rektal adalah
parailiaka komunis, parailiaka eksterna, parailiaka interna, obturator dan
presakral.42
5. Metastasis KGB adalah KGB yang ditemukan sel-sel keganasan pada saat
dilakukan pemeriksaan PA.
3.9 Analisa Data
Data hasil penelitian yang terkumpul dicatat pada lembar penelitian, kemudian
dilakukan proses pengeditan dan diberi kode tertentu agar kerahasian subyek
penelitian terjamin. Data tersebut kemudian disimpan ke dalam cakram magnetik
komputer, dan dibersihkan secara elektronik. Data yang sudah dibersihkan
dilakukan tabulasi data dalam bentuk tabel analisis statistik dilakukan dengan
bantuan program SPSS 17,0. Kemudian dilakukan uji McNemar ditunjang dengan
asosiasi Kappa.
3.10 Pendanaan
Sumber dana ditanggung sendiri oleh peneliti mulai dari persiapan, pelaksanaan,
sampai evaluasi seperti biaya pengadaan literatur dan pembuatan makalah serta
biaya ethical clearance.
3.11 Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
ixvi
26
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Nomor 605/UN2.F1/ETIK/2014 tertanggal 1 September 2014. Penelitian ini juga
sudah mendapat ijin dari pihak Rumah Sakit Kanker Dharmais Nomor
LB.02.01/1/7664/2014 tertanggal 20 Agustus 2014. Pengumpulan data penelitian
ini dilaksanakan setelah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo. Seluruh identitas subyek penelitian dan data hasil penelitian
telah dijaga kerahasiaannya.
ixvi
27
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
28
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 2 September 2014 sampai dengan 26
September 2014 di Instalasi Radiodiagnostik RSKD, bekerjasama dengan
Departemen Bedah Divisi Bedah Digestif dan Departemen Patologi Anatomi.
Pengambilan sampel dilakukan setelah protokol penelitian mendapat persetujuan
dari Komite Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan ijin penelitian dari RSKD.
Data penelitian diperoleh dari data sekunder pemeriksaan CT Scan abdomenpelvis pasien dengan kanker rektal. Data sekunder pasien kanker rektal
didapatkan dari Litbang RSKD, data keterlibatan jaringan mesorektal dan
metastasis KGB berdasarkan patologi anatomi diperoleh dari Departemen
Patologi Anatomi RSKD. Seluruh data penelitian yang telah terkumpul,
dianalisis menggunakan program SPSS versi 17. Dilakukan normalitas data
menggunakan Uji Shapiro-Wilks.
4.1 Karakteristik Subyek
Subyek penelitian yang termasuk dalam kriteria inklusi dan eksklusi sehingga
dapat dijadikan sampel pada penelitian ini berjumlah 35 orang. Setelah dilakukan
normalitas data dengan Shapiro-Wilks, didapatkan bahwa sebaran data menurut
usia tidak normal (tabel 4.1)
Tabel 4.1 Deskripsi variable numerik
Variabel numeric
Shapiro-Wilks
Umur subyek
0.039
Normalitas
Tidak Normal
Pada histogram dan tabel 4.2 dapat terlihat bahwa, nilai median usia subyek
penelitian berada di sekitar 53,0 tahun dan usia rata-rata subyek penelitian adalah
53,1 tahun, dengan rentang usia 36-76 tahun.
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Gambar 7. Histogram umur subyek penelitian.
Tabel 4.2 Nilai mean, SD, median karakteristik subyek (n=35)
Karakteristik
Mean
Usia subyek
SD
53.1
12.3
Range
Min
Max
36.0
76.0
Med
53.0
Tabel 4.3. Sebaran subyek menurut karakteristik subyek (n=35)
Karakteristik subyek
Jenis kelamin
Laki-laki
Perempuan
Usia subyek
< 50 tahun
50+ tahun
Jumlah
%
15
20
42,9
57,1
15
20
42,9
57,1
Jumlah subyek penelitian berdasarkan jenis kelamin dan usia dapat dilihat di
tabel 4.3. Jumlah subyek penelitian yang berjenis kelamin laki-laki lebih sedikit
dibandingkan perempuan, laki-laki 42,9% dan perempuan 57,1%. Kelompok usia
di bawah 50 tahun sebanyak 42,9% dan kelompok usia yang lebih atau sama
dengan 50 tahun sebanyak 57,1%.
29
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Tabel 4.4 Sebaran subyek menurut hasil pemeriksaan CT scan AbdomenPelvis dan Patologi Anatomi reseksi (n=35)
Hasil Pemeriksaan
Keterlibatan mesorektal berdasarkan CT
Scan Abdomen-Pelvis
Ya
Tidak
KGB berdasarkan CT Scan abdomenpelvis
Ya
Tidak
Ukuran KGB berdasarkan CT Scan
Abdomen-Pelvis
Tidak ada
< 10 mm
≥ 10 mm
Invasi tumor ke dalam dinding usus
berdasarkan CT Scan abdomen-pelvis
T1-2
T3
T4
Letak KGB berdasarkan CT Scan
Abdomen-Pelvis
Obturator
Iliopelvik
Parailiaka
Iliopsoas
Perirektal
Presakral
Keterlibatan mesorektal berdasarkan PA
reseksi
Ya
Tidak
KGB berdasarkan PA reseksi
Metastasis (+)
Metastasis (-)
Tipe histopatologi
Adenokarsinoma
Karsinoma Signet-Ring cell
Karsinoma Sel Skuamosa
Jumlah
%
32
3
91,4
8,6
25
10
71,4
28,6
10
16
9
28,6
45,7
25,7
3
28
4
8,6
80,0
11,4
4
14
6
1
10
2
10,8
37,8
16,3
2,7
27,0
5,4
28
7
80,0
20,0
14
21
40,0
60,0
31
3
1
88,6
8,6
2,9
Pada tabel 4.4 dapat dilihat sebaran subyek penelitian berdasarkan hasil
pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dan PA reseksi. Berdasarkan pemeriksaan
CT Scan didapatkan keterlibatan jaringan mesorektal sebanyak 91,4% dan tidak
ditemukan adanya keterlibatan jaringan mesorektal sebanyak 8,6%. KGB
berdasarkan pemeriksaan CT Scan andomen-pelvis ditemukan pada 71,4%
subyek penelitian dan sebanyak 28,6% tidak ditemukan KGB. Pada pemeriksaan
ixvi
30
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
CT Scan abdomen-pelvis juga ditemukan sebanyak 45,7% subyek penelitian
dengan ukuran KGB < 10 mm, 25,7% subyek penelitian dengan ukuran ≥ 10
mm. Invasi tumor ke dalam dinding usus yang belum melewati muskulus propria
(T1-2) sebanyak 8,6%, yang sudah melewati muskulus propria dan sudah invasi
ke jaringan perikolorektal (T3) sebanyak 80% dan yang sudah menginvasi
jaringan sekitarnya (T4) sebanyak 11,4%. Lokasi KGB yang ditemukan
berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis adalah obturator 10,8%,
iliopelvik 37,8%, parailiaka 16,3%, iliopsoas 2,7%, perirektal 27% dan presakral
5,4%. Berdasarkan pemeriksaan PA reseksi dapat ditemukan adanya keterlibatan
jaringan mesorektal sebanyak 80% dan yang tidak ditemukan keterlibatan
jaringan mesorektal sebanyak 20%. KGB metastasis yang ditemukan dari
pemeriksaan PA reseksi sebanyak 40% dan yang bukan metastasis sebanyak
60%. Penemuan histopatologi berdasarkan pemeriksaan PA reseksi adalah
adenokarsinoma sebanyak 88,6%, karsinoma signet-ring cell sebanyak 8,6% dan
karsinoma sel skuamosa sebanyak 2,9%.
Tabel 4.5 Kesesuaian keterlibatan jaringan mesorektal dan KGB
berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dengan PA reseksi.
Hasil PA reseksi
Ya
Tidak
Variabel
Mesorektal CT scan abdomen-pelvis
Ya
Tidak
KGB CT Scan abdomen-pelvis
Tidak ada
Ada
Ukuran KGB CT Scan abdomen-pelvis
Negatif
< 10 mm
≥ 10 mm
P
27
1
5
2
p = 0,035*
3
11
7
14
p = 0,445
3
7
4
7
9
5
p=0,741
Pada tabel 4.5 dapat dilihat kesesuaian keterlibatan jaringan mesorektal
berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dengan PA reseksi dan KGB
berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dengan PA reseksi. Sebanyak
27 orang yang terdapat keterlibatan jaringan mesorektal
berdasarkan
pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dan PA reseksi, lima orang yang
vi
ix
31
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
ditemukan keterlibatan jaringan mesorektal berdasarkan pemeriksaan CT Scan
abdomen-pelvis, namun tidak ditemukan adanya keterlibatan jaringan mesorektal
berdasarkan pemeriksaan PA reseksi. Terdapat satu orang yang tidak ditemukan
keterlibatan jaringan mesorektal secara CT Scan, namun ditemukan keterlibatan
jaringan mesorektal berdasarkan PA. Ditemukan dua orang yang tidak ditemukan
keterlibatan jaringan mesorektal baik berdasarkan pemeriksaan CT Scan maupun
PA. Setelah dilakukan test McNemar didapatkan p=0,219, kemudian ditunjang
dengan asosiasi Kappa, maka didapatkan nilai R=0,32 dan nilai p=0,035.
Sensitifitas dan spesifisitas CT Scan dalam menilai mesorektal adalah 96,4% dan
28,6%.
Pada tabel 4.5 juga dapat dilihat KGB berdasarkan CT Scan abdomen-pelvis
dengan PA reseksi. Pada pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis, tiga orang yang
tidak ditemukan KGB, namun pada pemeriksaan PA ditemukan KGB metastasis.
Pada tujuh orang yang tidak ditemukan adanya KGB berdasarkan pemeriksaan
CT Scan abdomen-pelvis, berdasarkan pemeriksaan PA juga tidak ditemukan
KGB. Pada 25 orang yang ditemukan KGB berdasarkan pemeriksaan CT Scan,
sebanyak sebelas orang dengan KGB yang metastasis dan empat belas orang
dengan KGB bukan metastasis berdasarkan pemeriksaan PA reseksi. Setelah
dilakukan test McNemar didapatkan p=0,013, kemudian ditunjang dengan
asosiasi Kappa diperoleh R=0,11 dan p=0,445. Sensitifitas dan spesifisitas CT
Scan abdomen-pelvis dalam menilai KGB adalah 78,7% dan 33,3%.
Pada tabel 4.5 juga dapat dilihat ukuran KGB berdasarkan CT Scan abdomen
pelvis dengan PA reseksi. Pada pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis
ditemukan sebanyak 9 orang dengan ukuran KGB < 10 mm yang bukan
merupakan KGB metastasis, 7 orang dengan ukuran KGB < 10 mm yang
merupakan KGB metastasis. Pada 5 orang yang ditemukan KGB dengan ukuran
≥ 10 mm, merupakan suatu KGB metastasis pada saat dilakukan pemeriksaan PA
reseksi dan 4 orang dengan ukuran KGB ≥ 10 mm, bukan merupakan KGB
metastasis pada saat dilakukan pemeriksaan PA reseksi.
32ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Tabel 4.6 Kesesuaian jumlah KGB berdasarkan pemeriksaan CT Scan
abdomen-pelvis dengan pemeriksaan PA reseksi.
Hasil CT Scan
Negatif
1-3
4+
Negatif
4
5
2
Hasil PA
1-3
4
1
4
4+
2
2
11
p=0,196
Pada tabel 4.6 dapat dilihat kesesuaian jumlah KGB berdasarkan pemeriksaan
CT Scan dan PA reseksi. Pada pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis ditemukan
sebanyak 10 orang tidak ditemukan KGB, namun terdapat 4 orang yang
ditemukan KGB sebanyak 1-3 buah dan 2 orang ditemukan KGB berjumlah
empat atau lebih dari empat. Pada pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis
ditemukan 8 orang dengan jumlah KGB 1-3, namun pada pemeriksaan PA
reseksi, sebanyak 5 orang tidak ditemukan KGB, 1 orang ditemukan KGB
dengan jumlah 1-3 dan 2 orang ditemukan KGB sebanyak empat atau lebih dari
empat. Pada 17 orang yang ditemukan KGB berjumlah empat atau lebih dari
empat berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis, sebanyak dua orang
tidak ditemukan KGB pada saat pemeriksaan PA reseksi, 4 orang ditemukan
KGB dengan jumlah 1-3 dan 11 orang ditemukan KGB sebanyak empat atau
lebih dari empat pada saat pemeriksaan PA reseksi. Kemudian dilakukan test
McNemar, diperoleh nilai p=0,865, lalu ditunjang dengan asosiasi Kappa,
diperoleh nilai R=0,16 dan nilai p=0,196.
Tabel 4.7 Kesesuaian keterlibatan jaringan mesorektal berdasarkan
pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dengan metastasis KGB berdasarkan
pemeriksaan PA reseksi.
Metastasis KGB
Ya
Tidak
Variabel
Keterlibatan mesorektal
Ya
Tidak
13
1
19
2
P
p = 0,805
Pada tabel 4.7 dapat dilihat kesesuaian keterlibatan jaringan mesorektal
berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dengan metastasis KGB
berdasarkan pemeriksaan PA reseksi. Pada tiga orang yang tidak ditemukan
ixvi
33
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
keterlibatan jaringan mesorektal berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomenpelvis, ditemukan satu orang dengan metastasis KGB dan dua orang yang tidak
ditemukan metastasis KGB berdasarkan pemeriksaan PA reseksi. Sebanyak 32
orang yang terdapat keterlibatan jaringan mesorektal berdasarkan pemeriksaan
CT Scan abdomen-pelvis, ditemukan sebanyak tiga belas orang dengan KGB
yang positif metastasis dan sembilan belas orang dengan KGB negatif
metastasis. Kemudian dilakukan tes McNemar, diperoleh nilai p=0,000, lalu
ditunjang dengan asosiasi Kappa, diperoleh nilai R=0,02 dan nilai p=0,805.
34ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
35
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan keterlibatan
jaringan mesorektal dengan metastasis KGB pada pasien dengan kanker rektal,
dimana kedalaman invasi tumor serta keterlibatan KGB merupakan faktor untuk
menentukan prognosis pasien dengan kanker rektal. Keterlibatan KGB
(metastasis KGB) juga menentukan apakah pasien dengan kanker rektal ini
dilakukan terapi kemoradiasi atau tindakan yang lebih agresif (operasi).
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang.
Berdasarkan penghitungan sampel, seharusnya sampel yang dibutuhkan
sebanyak 55 orang. Namun karena keterbatasan waktu, maka jumlah sampel
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yang masuk dalam penelitian ini
sebanyak 35 orang, dengan penurunan akurasi kesalahan dari 15% menjadi
18,7%. Berdasarkan statistik, kesalahan sebesar 18,7% masih dapat diterima.
Data yang diperoleh dari bagian Litbang RSKD sebanyak 134 pasien, kemudian
sebanyak 28 pasien telah menjalani terapi. Setelah itu, mencari data 106 pasien
di sistem PACS Instalasi Radiodiagnostik RSKD, sebanyak 26 pasien tidak
ditemukan di sistem PACS dan 24 pasien tidak mempunyai data CT Scan di
sistem PACS. Sebanyak 56 pasien dinilai jaringan mesorektal dan KGB melalui
data CT Scan dari sistem PACS, ditemukan 2 pasien dengan rektum yang
normal. Kemudian 54 pasien dilakukan penilaian ulang hasil PA reseksi,
sebanyak 19 pasien hanyak melakukan pemeriksaan biopsy, sehingga hanya
sebanyak 35 pasien yang dapat masuk dalam penelitian ini.
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dari 35 orang yang
memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, yang kemudian dilakukan pembacaan
CT Scan abdomen-pelvis ulang, kemudian dikonfirmasi dengan hasil ekspertise
PA reseksi yang dilakukan penilaian ulang hasil PA reseksi.
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Sebaran data hasil penelitian berdasarkan usia tidak merata. Subyek penelitian
dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan usia, yaitu kurang dari 50 tahun dan
lebih atau sama dengan 50 tahun. Kelompok usia kurang dari 50 tahun berjumlah
lebih sedikit dibandingkan kelompok dengan usia lebih atau sama dengan 50
tahun, yaitu sebanyak 42,9%. Berdasarkan data dari RSKD, pada tahun 20032007, jumlah pasien terbanyak pada usia 50-55 tahun, yaitu sebanyak 15% dari
total jumlah pasien dengan kanker rektosigmoid dan anus.2 Pada penelitian ini
ditemukan
jumlah subyek penelitian dengan jenis kelamin perempuan lebih
banyak dari pada laki-laki, yaitu 57,1% dan 42,9%. Namun, berdasarkan data di
RSKD pada tahun 2003-2007, pasien laki-laki lebih banyak menderita kanker
rektosigmoid dan anus daripada pasien perempuan.2 Data dari Colorectal Cancer
Incidence Rates dan Proportions by Tumor Subsite di Amerika Serikat, tahun
2006-2010, juga menyatakan bahwa pasien kanker rektal dengan jenis kelamin
laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan.42 Jumlah subyek penelitian
dengan jenis kelamin perempuan dibandingkan laki-laki pada penelitian ini dapat
disebabkan adanya kriteria inklusi dan ekslusi pada penelitian ini, sehingga
subyek penelitian dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak masuk dalam
penelitian ini.
Sebaran berdasarkan pemeriksaan CT Scan, dimana ditemukan bahwa subyek
penelitian dengan kedalaman invasi tumor pada dinding usus hingga melewati
lapisan muskulus propria (T3) sebanyak 80%, sedangkan invasi tumor ke organ
sekitarnya (T4) sebanyak 11,4% dan T1-2 (invasi tumor belum melewati muskulus
propria) sebanyak 8,6%. RSKD adalah rumah sakit kanker yang merupakan
pusat rujukan, sehingga sebagian besar pasien kanker yang ditemukan di RSKD
adalah pasien dengan stadium yang sudah lanjut, oleh karena itu pada penelitian
ini pasien dengan T1-2 hanya 8,6% dari subyek penelitian. Selain itu, pada pasien
dengan T1-2 biasanya belum menimbulkan keluhan atau gejala yang berat,
sehingga biasanya jarang ditemukan kanker rektum pada T 1-2. Pada penelitian ini,
T1 dan T2 dijadikan satu kelompok, karena modalitas CT Scan sulit untuk
membedakan lapisan-lapisan usus.43
vi
36
ix
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Jenis histopatologi yang terbanyak ditemukan pada penelitian ini adalah
Adenokarsinoma, sebanyak 88,6%, kemudian karsinoma Signet-ring cell
sebanyak 8,6% dan karsinoma sel skuamosa sebanyak 2,9%. Hampir 85%
histopatologi pasien kanker kolorektal adalah adenokarsinoma, sedangkan
karsinoma signet-ring cell hanya sekitar 1% dari seluruh kanker kolorektal.
Biasanya karsinoma signet-ring cell terjadi pada pasien dengan usia kurang dari
50 tahun dan pada pasien dengan kolitis ulseratif. Pasien dengan karsinoma
signet-ring cell sering ditemukan pada stadium lanjut dan mempunyai prognosis
yang lebih buruk dibandingkan adenokarsinoma.44
Keterlibatan jaringan mesorektal pada pasien dengan kanker rektal berdasarkan
pemeriksaan CT Scan ditemukan sebanyak 71,4% dan tidak adanya keterlibatan
jaringan mesorektal ditemukan sebanyak 28,6%. Kesesuaian antara keterlibatan
jaringan mesorektal berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dengan
pemeriksaan PA reseksi dapat dilihat dari nilai p=0,035 (test McNemar yang
ditunjang dengan asosiasi Kappa). Beets-Tan R.G.H16 menyatakan bahwa
modalitas CT Scan cukup baik dalam mengevaluasi ekstensi tumor pada kanker
rektal. Pada penelitian diperoleh sensitifitas CT Scan dalam menilai keterlibatan
jaringan mesorektal sebesar 96,4%, namun spesifisitas CT Scan dalam menilai
keterlibatan jaringan mesorektal pada penelitian ini rendah, yaitu sebesar 28,6%.
Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Ashraf K.29 menyatakan bahwa
sensitifitas CT Scan dalam menilai perluasan tumor ekstramural lebih rendah
yaitu sebesar 60%, namun mempunyai spesifisitas sebesar 83%.
Pada penelitian ini diperoleh nilai sensitifitas CT Scan dalam menilai KGB
sebesar 78,6% dan spesifisitas sebesar 33,6%. Ashraf K.29 menyatakan bahwa
sensitifitas dan spesifisitas CT Scan dalam menilai KGB regional adalah 66%
dan 76%. Hal ini dapat menyebabkan pada pemeriksaan CT Scan dinyatakan
tidak ditemukan KGB tetapi pada pemeriksaan PA reseksi ditemukan adanya
KGB, dimana sensitifitas CT Scan tidak terlalu tinggi dalam mendeteksi adanya
KGB.
Tidak ditemukannya KGB pada saat pemeriksaan CT Scan dapat
disebabkan potongan CT Scan tebal, sehingga KGB tersebut terlewatkan pada
37
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
saat pemeriksaan. Tidak semua pasien mempunyai raw data di sistem PACS
Instalasi Radiodiagnostik RSKD. Ditemukannya KGB pada pemeriksaan CT
Scan, namun tidak ditemukannya KGB pada pemeriksaan PA reseksi dapat juga
terjadi. Berdasarkan penelitian Zhou J, et al10 keakuratan CT Scan dalam menilai
KGB sebesar 57,7%, sensitifitas dan spesifisitas 78,3% dan 65,5%. Zhou J, et
al10 juga menyatakan bahwa modalitas CT Scan juga terkadang sulit
membedakan KGB dengan pembuluh darah. Selain hal tersebut, tidak
ditemukannya KGB yang terdapat di pemeriksaan CT Scan pada pemeriksaan
PA reseksi dapat juga disebabkan teknik operasi dokter bedah digestif pada saat
melakukan reseksi tumor. Reseksi yang dilakukan berdasarkan ukuran tumor,
letak tumor, pembuluh darah yang memberi perdarahan pada tumor serta
kemungkinan pola penyebaran limfatik. Teknik operasi total mesorektal eksisi
yaitu melakukan eksisi mesorektal secara keseluruhan dengan lapisan fascia
mesorektal yang utuh dan ligasi dan pemotongan dari pembuluh darah yang
memberikan perdarahan serta pedikel arteri dari KGB utama diharapkan dapat
mengangkat seluruh KGB regional yang ada.8,45
Pada 16 pasien dengan KGB yang berukuran kurang dari 10 mm berdasarkan
pemeriksaan CT Scan, 7 pasien dinyatakan positif metastasis pada KGB,
sedangkan 9 pasien dinyatakan negatif. Pada 9 pasien yang ditemukan KGB
dengan ukuran lebih besar dari 1 cm, 4 pasien ditemukan metastasis pada KGB
dan 5 pasien negatif. Setelah dilakukan test Chi Square, didapatkan hasil
p=0,741, sehingga tidak didapatkan kesesuaian antara ukuran KGB berdasarkan
pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dengan pemeriksaan KGB berdasarkan
PA reseksi. Kotanagi et al melakukan penelitian tentang ukuran KGB dan
metastasis pada KGB, sekitar 30-50% metastasis KGB pada kasus kanker rektal
ditemukan pada ukuran kurang dari 5 mm.39 Tidak semua KGB yang ditemukan
pada pemeriksaan CT Scan merupakan KGB metastasis, namun dapat pula
merupakan suatu KGB inflamasi. Untuk mengetahui suatu KGB merupakan
KGB metastasis atau bukan tidak hanya berdasarkan ukuran, namun morfologi
KGB yang ditemukan pada pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis juga
menentukan bahwa KGB tersebut merupakan suatu keganasan atau bukan. 19,40
ixvi
38
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Penelitian ini hanya melakukan pengukuran KGB saja dan tidak melakukan
penilaian morfologi KGB. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari sistem
PACS Instalasi Radiodiagnostik RSKD, sehingga tidak dapat mengetahui apakah
KGB yang ditemukan pada pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis merupakan
KGB yang sama yang dinyatakan metastasis pada pemeriksaan PA reseksi.
Berdasarkan hasil penelitian ini, didapatkan bahwa lokasi KGB berdasarkan
pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis yang tersering adalah di iliopelvik
(37,8%), kemudian perirektal (27%), parailiaka (16,3%), obturator (10,8%) ,
presakral (5,4%) dan ilipsoas (2,7%). Lokasi KGB sangat penting dilaporkan
pada kasus kanker rektal, hal ini merupakan panduan untuk dokter spesialis
bedah digestif dalam melakukan operasi eksisi massa tumor dan pengangkatan
KGB. Jumlah minimum KGB yang harus diambil pada saat operasi adalah 12-15
KGB. Prognosis pasien ditentukan berdasarkan rasio KGB. Rasio KGB adalah
jumlah KGB yang metastasis dibagi jumlah KGB yang diambil pada saat
operasi. Pasien dengan rasio KGB ≤ 0,2 mempunyai prognosis yang lebih baik
daripada rasio KGB > 0,2.9,46
Tidak ditemukan hubungan atau kesesuaian antara keterlibatan jaringan
mesorektal berdasarkan pemeriksaan CT Scan abdomen-pelvis dan metastasis
KGB berdasarkan pemeriksaan PA reseksi dapat dilihat dari test McNemar
diperoleh nilai p=0,000, kemudian diperkuat dengan asosiasi Kappa, diperoleh
nilai R=0,02 dan nilai p=0,805. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis peneliti
yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara keterlibatan jaringan
mesorektal pada CT Scan abdomen–pelvis dengan metastasis KGB berdasarkan
pemeriksaan PA reseksi. Penelitian yang dilakukan oleh Yoo HY 15, et
almenyatakan bahwa terdapat hubungan atau kesesuaian antara keterlibatan
jaringan mesorektal dengan metastasis KGB. Tidak terdapatnya hubungan antara
keterlibatan jaringan mesorektal dengan metastasis pada KGB di penelitian ini
mungkin disebabkan jumlah sampel yang sedikit, teknik pemeriksaan yang tidak
sama dengan penelitian terdahulu, tidak semua subyek penelitian mempunyai
potongan tipis pada workstation dan tidak adanya penanda KGB yang dimaksud
39 ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
dalam pemeriksaan CT Scan dibandingkan pemeriksaan PA reseksi setelah
dilakukan operasi oleh dokter spesialis bedah digestif.
40
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
41
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
1. Keterlibatan jaringan mesorektal berdasarkan pemeriksaan CT Scan
abdomen-pelvis tidak menunjukkan kemungkinan adanya suatu metastasis
pada kelenjar getah bening.
2. Modalitas CT Scan baik dalam menilai keterlibatan jaringan mesorektal
dan pembesaran KGB regional, tetapi tidak spesifik dalam menentukan
apakah KGB tersebut merupakan suatu metastasis.
3. Selain invasi tumor pada dinding usus, jumlah KGB dan lokasi KGB pada
saat pemeriksaan CT Scan penting dilaporkan, untuk panduan dokter
spesialis bedah digestif pada tindakan operasi.
6.2 SARAN
1. Penilaian KGB pada kasus kanker rektal sebaiknya dilakukan pada
workstation, karena KGB yang metastasis pada kanker rektal sering
ditemukan berukuran kecil, sehingga tidak terlewatkan pada saat pelaporan
hasil CT Scan.
2. Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan data sekunder dari
sistem PACS Instalasi Radiodiagnostik RSKD, sehingga tidak dapat
mengetahui apakah KGB yang ditemukan pada pemeriksaan CT Scan
abdomen-pelvis merupakan KGB yang diperiksa pada PA reseksi,
sehingga perlu dilakukan penelitian prospektif untuk mengetahui KGB
yang ditemukan pada pemeriksaan CT Scan merupakan suatu metastasis
berdasarkan pemeriksaan PA reseksi.
ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah pasien yang lebih
banyak, sehingga dapat diketahui dengan lebih baik tentang hubungan
keterlibatan jaringan mesorektal dengan metastasis KGB regional.
vi
ix
42
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
DAFTAR PUSTAKA
1.
Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit di Rumah Sakit Kanker Dharmais
pada tahun 1993-1997.
2.
Registrasi Kanker Berbasis Rumah Sakit di Rumah Sakit Kanker Dharmais
pada tahun 2003-2007.
Miyoshi M, Ueno H, Hashiguchi Y, Mochizuki H, Talbot I.C. Extent of
Mesorectal Tumor Invasion as a Prognostic Factor After Curative Surgery for
T3 Rectal Cancer Patients. Annals of surgery. 2006;243:492-498.
Husband J.E. CT/MRI of nodal metastases in pelvic cancer. Cancer imaging :
the official publication of the International Cancer Imaging Society.
2002;2:123-129.
Jass J.R, Love S.B, Northover J.M. A new prognostic classification of rectal
cancer. Lancet. Jun 6 1987;1(8545):1303-1306.
3.
4.
5.
6.
8.
Park C.H, Lee H. Is lymph node metastasis the only concern in high-risk
submucosal colorectal cancer following endoscopic resection? Transl
Gastrointestinal Cancer. 2014 ;3:4-6.
Savides T.J, Master S.S. EUS in rectal cancer. Gastrointestinal endoscopy.
Oct 2002;56(4 Suppl):S12-18.
Akagi Y, Kansakar R, Shirouzu K. The Prognostic Significance of Number of
9.
Lymph Node Metastasis in Colon Cancer – Based on Japanese Techniques of
Resection and Handling of Resected Specimens. In: Ettarh DR, ed. Colorectal
Cancer – From Prevention to Patient Care 2012:509-520.
Nadoshan J.J, Omranipour R, Beiki O, Zendedel K, Alibakhshi A,
7.
Mahmoodzadeh H. Prognostic Value of Lymph Node Ratios in Node Positive
Rectal Cancer Treated with Preoperative Chemoradiation. Asian Pasific
Journal of Cancer Prevention. 2013;14:3746-3772.
10. Zou J, Zhan S, Zhu Q, et al. Prediction of nodal involvement in primary rectal
carcinoma without invasion to pelvic structures: accuracy of preoperative CT,
MR, and DWIBS assessments relative to histopathologic findings. PloS one.
2014;9(4):e92779.
11. Wu J.S. Rectal cancer staging. Clinics in colon and rectal surgery. Aug
2007;20(3):148-157.
12. NCCN clinical practice guidelines in oncology symposium : rectal cancer.
Version 4.2013.
13. Rekapitulasi Ketersediaan CT Scan dan MRI di RS Indonesia. Diunduh dari:
http//:www.sirs.buk.depkes.go.id/rsonline/report
vi
ix
43
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
14. Kaur H, Choi H, You Y.N, et al. MR imaging for preoperative evaluation of
primary rectal cancer: practical considerations. Radiographics. Mar-Apr
2012;32(2):389-409.
15. Yoo H.Y, Shin R, Ha H.K, et al. Does T3 Subdivision Correlate with Nodal
or Distant Metastasis in Colorectal Cancer? Journal of the Korean Society
Coloproctology. 2012;28:160-164.
16. Beets-Tan R.G.H, Borstlap A.C.W, Oei T.K, Teune T.M, Meyenfeldt M.F.V,
Engelshoven M.A.V. Preoperative assessment of local tumor extent in
advanced rectal cancer: CT or high-resolution MRI? Abdominal imaging.
2002;25:533-541.
17. Iafrate F, Laghi A, Paolantonio P, et al. Preoperative staging of rectal cancer
with MR Imaging: correlation with surgical and histopathologic findings.
Radiographics. May-Jun 2006;26(3):701-714.
18. Ryan S, McNicholas M, Eustace S.J. Anatomy for diagnostic imaging. Edisi
kedua. Edinburgh; New York: Saunders; 2004.
19. Gowdra Halappa V, Corona Villalobos C.P, Bonekamp S, et al. Rectal
imaging: part 1, High-resolution MRI of carcinoma of the rectum at 3T.
American journal of roentgenology. Jul 2012;199(1):W35-42.
20. Vascular, Lymphatic and Nerve Supply Large Intestine. Diunduh dari:
http//:www.netterimage.com
21. Edge S.B. AJCC cancer staging manual. Edisi ketujuh. New York ; London:
Springer; 2010.
22. McMahon C.J, Rofsky N.M, Pedrosa I. Lymphatic metastases from pelviv
tumors: anatomic classification, characterization, and staging. Radiology. Jan
2010;254(1):31-46.
23. Buddiga P, Gest T.R. Lymphatic System Anatomy. Diunduh dari:
http://www.emedicine.medscape.com/article.
24. Lymph Node. Diunduh dari: http//:www.wikipedia.com.
25. Gow
K.W.
Lymph
Node
Disorders.
Diunduh
dari:
http://www.emedicine.medscape.com/article
26. Itzkowitz S.H, Yio X.. Inflammation and cancer IV. Colorectal cancer in
inflammatory bowel disease: the role of inflammation. American journal of
physiology. Gastrointestinal and liver physiology. Jul 2004;287(1):G7-17.
27. Grady W.M, Carethers J.M. Genomic and epigenetic instability in colorectal
cancer pathogenesis. Gastroenterology. Oct 2008;135(4):1079-1099.
28. Prokop M, Galanski M. Spiral and multislice computed tomography of the
body. Stuttgart: Thieme; 2003.
ixvi
44
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
29. Ashraf K, Ashraf O, Haider Z, Rafique Z. Colorectal carcinoma, preoperative
evaluation by spiral computed tomography. The Journal of the Pakistan
Medical Association. Apr 2006;56(4):149-153.
30. Eisenberg R.L. Gastrointestinal radiology: a pattern approach. Edisi keempat.
Philadelphia; London: Lippincott William & Wilkins; 2003.
31. Halpert R.D. Gastrointestinal imaging. 3rd ed. Ed. Edinburgh: Elsevier
Mosby; 2006.
32. Haaga J.R. CT and MRI of the whole body. Edisi kelima. Philadelphia ;
Edinburgh: Mosby Elsevier; 2009.
33. Fishman E.K, Jeffrey R.B. Multidetector CT: principles, techniques, and
clinical applications. Philadelphia ; London: Lippincott Williams &
Wilkins;2004.
34. Wittenberg J, Harisinghani M.G, Jhaveri K, Vargese J, Mueller P.R.
Algorithmic Approach to CT Diagnosis of the Abnormal Bowel Wall.
Radiographics. 2002;22:1093-1107.
35. Van Persijn, van Meerten E.L, Gelderblom H, Bloem J.L. RECIST revised:
implications for the radiologist. A review article on the modified RECIST
guideline. European radiology. Jun 2010;20(6):1456-1467.
36. Schwartz L.H, Bogaerts J, Ford R, et al. Evaluation of lymph nodes with
RECIST 1.1. European journal of cancer. Jan 2009;45(2):261-267.
37. Nishino M, Jagannathan J.P, Ramaiya N.H, van den Abbeele A.D. Revised
RECIST guideline version 1.1: What oncologist want to know and what
radiologists need to know. American journal of roentgenology. Aug
2010;195(2):281-289.
38. Kaur H.C.H, You Y.N, Rauch G.M, Jensen C.T, Hou P, Chang G.J, Skibber
J.M, Ernst R.D. MR Imaging for Preoperative Evaluation of Primary Rectal
Cancer: Practical Concideration. Radiographics. 2012;32:389-400.
39. Kotanagi H.F.T, Shibata Y, et al. The size of regional lymph nodes does not
correlate with the presence or absence of metastasis in lymph nodes in rectal
cancer. Journal of surgical oncology. 1993;54:252-254.
40. Taylor F.G.M, Swift R.I, Blomqvist L, Brown G. A Systematic Approach to
the Interpretation of Preoperative Staging MRI for Rectal Cancer. American
journal of roentgenology. 2008;191:1827-1835.
41. Medical S. SOMATOM Sensation 10/16 Application Guide Protocols
Principles Helpful Hints Software Versions syngo CT 2006G.
42. Siegel R. DeSantis C, Jemal A. Coloractal Cancer Statistics, 2014. Cancer J
Clin. 2014;64:104-117.
ixvi
45
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
43. McKeown E, Nelson D.W, Johnsons E.K, Maykel J.A, Stojadinovic A, Nissa
A, et al. Current approaches and challenges for monitoring treatment response
in colon and rectal cancer. Journal of Cancer 2013;5(1):31-43.
44. Lanza G, Messerini L, Gafac R, Risio M. Colorectal tumors: The histology
report. Digestive and liver disease 2011;43:344-355.
45. Maughan N.J, Quirke P. Review: Modern management of colorectal cancer-A
pathologist’s view. Scandinavian Journal of Surgery 2003.92:11-19.
46. Noura S, Ohue M, Kano S, Shingai T, Yamada T, Miyashiro I, et al. Impact
of metastatic lymph node ratio in node-positive colorectal cancer. World J
Gastrointest Surg 2010 March 27;2(3):70-77.
ixvi
46
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Lampiran 1. Surat Keterangan Lolos Uji Etik
47ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian
48ixvi
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Lampiran 3. Data sampel penelitian
ixvi
49
Universitas Indonesia
Hubungan keterlibatan..., Astrid Brenda Cindy Bernard, FK UI, 2014
Download