BAB II LANDASAN TEORITIS II.1 Komunikasi II.1.1 Pengertian Komunikasi Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan hidup secara berkelompok, dimana di dalamnya manusia menjalin hubungan dengan sesamanya. Manusia mutlak membutuhkan sesamanya dan untuk menjalin hubungan dengan manusia lainnya dibutuhkan suatu komunikasi. Menurut Berelson dan Steiner (Arifin, 1998: 25), komunikasi adalah penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan seterusnya mengenai penggunaan simbol, kata-kata, gambar, angka, grafik dan lain-lain. Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai proses yang berlangsung dimana seseorang (komunikator) menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk mengubah tingkah laku orang lain (komunikan). Pengertian komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communication. Istilah ini bersumber dari perkataan communis yang berarti sama; sama di sini maksudnya adalah sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh komunikan. Jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua aktor komunikasi yaitu antara komunikator dan komunikan, dengan kata lain komunikan tidak mengerti pesan yang diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi (Effendy, 2000: 9). Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat Universitas Sumatera Utara dan sikap. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek ilmu komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat umum (public opinion) yang dalam kehidupan sosial politik memainkan peranan yang amat penting. Hal ini membuat Hovland mendefinisikan pengertian komunikasi secara khusus yaitu mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other individuals) (Effendy, 2000: 9-10). Untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain maka komunikasi yang dilakukan harus komunikatif. Menurut paradigma Lasswell, untuk memahami pengertian komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect? Dimana menunjukan komunikasi mengandung lima unsur yaitu: • Who: komunikator • Says What: pesan (message) • In which channel: media (channel, media) • To Whom: Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) • With What Effect: efek Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2000: 10). Proses dari sebuah komunikasi terbagi dalam dua tahapan yaitu: 1. Proses komunikasi secara primer Proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang pada orang lain dengan menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, sinyal, isyarat, gambar, warna dan lain Universitas Sumatera Utara sebagainya, secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan (Effendy, 2000: 11). 2. Proses komunikasi secara sekunder Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat relatif jauh atau jumlahnya relatif banyak. Surat, telephone, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Hal ini disebabkan karena sebagai lambang (symbol) beserta isi (content) yakni pikiran dan atau perasaan yang dibawanya menjadi totalitas pesan (message) yang tampak tidak dapat dipisahkan, seolah-olah tanpa bahasa manusia tidak dapat berkomunikasi (Effendy, 2000: 16). II.1.2 Fungsi Komunikasi Secara terperinci, Harold D. Lasswell mengemukakan fungsi-fungsi komunikasi: ( Effendy, 2004: 54) 1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment). Fungsi yang pertama ini, menurut Laswell dijalankan oleh para diplomat, atase, koresponden luar negeri untuk menjaga lingkungan. 2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi lingkungannya (correlation of the part of society in responding the environment). Fungsi ini lebih diperankan editor, wartawan dan juru bicara sebagai penghubung respon internal. 3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transformation of the social heritage). Fungsi ini dijalankan oleh para pendidik di dalam pendidikan formal maupun non formal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai dari generasi ke generasi. Fungsi ini lebih berfokus pada pengetahuan, nilai dan norma sosial. Fungsi Komunikasi Penjajagan Lingkungan Korelasi Pelaku Diplomat, Atase, Pemimpin Opini Wartawan, Juru Bicara, Juru Pena Tujuan Mencari tahu, Pertimbangan, Tujuan Memberi Pengertian, Mempengaruhi, Universitas Sumatera Utara Pewarisan Pendidik Hiburan Semua Sumber Informasi Menafsirkan Menjaga Kontinuitas Keseimbangan Menghibur Sedangkan Charles R. Wright menambahkan suatu fungsi yakni entertainment (hiburan) yang menunjukkan pada tindakan–tindakan komunikatif yang terutama sekali dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek–efek instrumental yang dimilikinya (Nasruddin, 2005: 15-17). Pendapat lain mengatakan bahwa untuk memahami fungsi komunikasi kita perlu lebih dahulu memahami tipe–tipe komunikasi, sebab hal ini akan membedakan fungsinya yang secara umum dibagi menjadi empat yakni Komunikasi Dengan Diri Sendiri (Interpersonal Communication) yakni komunikasi yang terjadi di dalam diri individu atau berkomunikasi dengan diri sendiri. Fungsi komunikasi tipe ini adalah untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta meningkatkan kematangan sebelum mengambil keputusan. Mengembangkan kreativitas imajinasi berarti menciptakan sesuatu lewat daya nalar melalui komunikasi dengan diri sendiri. Tipe komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Fungsi komunikasi ini adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation), menghindari dan mengatasi konflik–konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2006: 29-36). Tipe berikut adalah komunikasi publik yakni bisa disebut komunikasi kolektif, komunikasi pidato, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak. Komunikasi ini memiliki ciri bahwa pesan yang disampaikan ini tidak berlangsung secara spontanitas, tetapi direncanakan dan dipersiapkan lebih awal, biasanya ditemui pada kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah dan semacamnya. Universitas Sumatera Utara Karena itu komunikasi publik ini juga disebut komunikasi kelompok. Fungsi komunikasi ini adalah menumbuhkan semangat kebersamaan (solidaritas), mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur. Tipe komunikasi yang terakhir adalah komunikasi massa. Komunikasi massa didefinisikan sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dan sumber yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat–alat yang bersifat mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Dalam komunikasi massa sumber dan penerima dihubungakn oleh saluran yang telah diproses secara mekanik. Proses komunikasinya berlangsung satu arah serta tanggapan baliknya lambat dan terbatas. Fungsi komunikasi massa yakni menyebarluaskan informasi, meratakan pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam hidup seseorang (Cangara, 2006: 55-57). II.2 Komunikasi Massa Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (Human Communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat–alat mekanik, yang mampu melipatgandakan pesan–pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg. Sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal sebagai zaman publisistik atau awal dari era komunikasi massa. Istilah publisistik sering dipakai dalam arti yang identik dengan istilah komunikasi massa. Lee dalam bukunya Publisistik Pers mendefinisikan ilmu publisistik sebagai ilmu kemasyarakatan yang mempelajari gejala komunikasi massa. Di Amerika Serikat, komunikasi massa sebagai ilmu yang baru lahir di tahun 1940-an, ketika para ilmuwan sosial mulai melakukan pendekatan–pendekatan ilmiah mengenai gejala Universitas Sumatera Utara komunikasi. Di Indonesia, gejala komunikasi baru dipelajari di perguruan tinggi sekitar tahun 1950-an. Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris yakni Mass Communication, kependekan dari Mass Media Communication atau Komunikasi Media Massa. Artinya komunikasi yang menggunakan media massa komunikasi yang “Mass Mediated”. Massa di sini bukan hanya diartikan sebagai orang banyak di suatu lokasi yang sama, tetapi meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat–alat komunikasi massa atau orang–orang pada ujung lain dari saluran. Pool mendefinisikan komunikasi massa sebagai komunikasi yang berlangsung pada situasi Interpossed ketika antara sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan–pesan komunikasi mengalir pada penerima melalui saluran–saluran media massa, seperti majalah, surat kabar, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000: 1-3). Selain itu komunikasi massa juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana organisasi media memproduksi pesan–pesan dan mengirimkan kepada publik. Little John menambahkan bahwa sentral studi komunikasi massa adalah pada media. Bila dikatakan bahwa sistem media merupakan bagian dari sistem dalam konteks yang lebih besar yakni politik, ekonomi dan institusi kekuasaan, maka studi komunikasi masa juga mempelajari kaitan sistem–sistem tersebut dengan keberadaan fungsi media massa dalam masyarakat. Karakteristik terpenting komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah, dan kedua, ada proses seleksi. Misalnya setiap media memilih khalayaknya, misalnya koran New Yorker untuk kalangan menengah ke atas saja. Ketiga, karena media mampu meninjau khalayak luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak, sehingga kompetisinya berlangsung ketat. Keempat, untuk meraih khalayak sebanyak mungkin harus berusaha membidik sasaran khalayak tertentu. Misalnya televisi Universitas Sumatera Utara merancang programnya untuk memikat segmen khalayak yang akan menyebarluaskannya, contohnya opera sabun untuk ibu–ibu rumah tangga. Kelima komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi lingkungannya. Media tidak hanya mempengaruhi khalayak yang mengkonsumsinya, tetapi juga dipengaruhi olehnya (Rivers, 2003: 19-20). Michael W. Gamble dan Tery K. Gamble (1986) akan semakin memperjelas apa itu komunikasi massa dengan mendefinisikan komunikasi massa jika mencakup: 1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak luas dan terbesar. 2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan–pesannya bermaksud mencoba dengan berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. 3. Pesan adalah publik, artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang, karena itu dijadikan milik publik. 4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan dan perkumpulan. 5. Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper artinya pesan–pesan yang disebarkan atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disiarkan lewat media massa. 6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Dalam komunikasi massa, komunikasi yang dilakukan lewat media massa umpan balik dari komunikasi tidak bisa langsung dilakukan (Nurudin, 2004: 6). Sedangkan Jay Black dan Frederick C. Whitney menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal disebarkan kepada massa penerima yang luas, anonim dan heterogen (Nurudin, 2004: 11). Dari definisi-definisi di atas komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga ciri: 1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan anonim. 2. Pesan–pesan yang disebarkan secara umum, dijadwalkan bisa mencapai sebanyak mungkin audiens secara serempak dan sifatnya sementara. Universitas Sumatera Utara 3. Komunikator cenderung berada dalam sebuah organisasi yang kompleks yang membutuhkan biaya yang besar. II.2.1 Fungsi Komunikasi Massa Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder, interprenuer dan encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan juga efek–efek dari hiburan. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan pendapat Harold D. Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut: 1. Surveillance of the Environment Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai decoder yang menjalankan fungsi the watcher. 2. Correlation of the Parts of Society Responding to the Environment Fungsinya menghubungkan bagian–bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungan. Schram menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan fungsi The Forum. 3. Transmission of the Social Heritage from One Generation to the Next Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan fungsi the teacher. Lasswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi–fungsi yang ia kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan penafsiran. Seorang ahli sosiologi, Charles R. Wright menambahkan fungsi keempat yaitu entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Surveilance Menunjukkan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai kejadian–kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat. Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news. 2. Correlation Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku tertentu dalam mereaksi kejadian–kejadian. Untuk sebagian fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi editorial dan propaganda. 3. Transmission Menunjukkan pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai–nilai dan norma sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota suatu masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi pendidikan. 4. Entertainment Menunjukan pada kegiatan komunikatif yang dimasukkan untuk memberikan hiburan tanpa mengharapkan efek–efek tertentu. II.3 Media Massa Perkembangan masyarakat dan perkembangan teknologi komunikasi menyebabkan perubahan dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi dituntut untuk menjangkau masyarakat dalam lingkup yang lebih luas dan serentak, karena kebutuhan informasi masyarakat semakin meningkat dan bersifat penting. Media massa sebagai salah satu alat yang mampu mengantarkan informasi kepada masyarakat, memberikan karakteristik yang sesuai dan selain itu mudah digunakan oleh masyarakat dari berbagai jenis keragaman masyarakat. Media massa yang kita kenal saat ini adalah media cetak, yang terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid dan media elektronik, terdiri dari radio siaran dan televisi siaran. Selain pembagian di atas, banyak pula ahli yang mengungkapkan film sebagai bagian dari komunikasi massa dalam media massa bahkan di negara maju, buku dan kaset musik rekaman dianggap sempurna. Sulit dibayangkan masyarakat modern tanpa media massa: surat kabar, majalah, buku, radio, TV dan film. Media massa memiliki arti yang bermacam – macam bagi masyarakat dan memiliki berbagai macam fungsi pula, tergantung pada jenis sistem Universitas Sumatera Utara politik dan ekonomi dimana media massa itu berfungsi, tingkat perkembangan masyarakat, serta minat dan perkembangan individu tertentu. II.4 Efek Media Massa Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto, 2004: 49) efek media massa dapat dilihat dari berbagai pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan media massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa perubahan sikap, perasaan dan prilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, behavioral. a. Pendekatan pertama yaitu efek komunikasi massa yang berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. 1. Efek Ekonomi Kehadiran media massa di tengah kehidupan manusia dapat menumbuhkan berbagai usaha prosuksi, distribusi dan konsumsi jasa media massa. Keberadaan televisi baik televisi pemerintah maupun televisi swasta dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada sarjana ilmu komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, juru rias dan profesi lainnya. 2. Efek Sosial Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya. 3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari Universitas Sumatera Utara Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke kantor, masyarakat kota akan terlebih dahulu melihat siaran di televisi. 4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan psikologinya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman, misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa dan sebagainya. 5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau negatif terhadap media tertentu. b. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak. 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek ini membahas bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media adalah realitas yang diseleksi. Universitas Sumatera Utara • Efek Proposional Kognitif Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah menimbulkan efek proposional kognitif. 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu khalayak tentang sesuatu, tetapi lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima pesan dari media massa. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut: • Suasana Emosional Respon individu terhadap sebuah film atau sinetron televisi akan dipengaruhi oleh situasi emosional individu. • Skema Kognitif Skema kognitif merupakan naskah yang ada dipikiran individu yang menjelaskan alur peristiwa. • Suasana Terpaan Suasana terpaan adalah perasaan individu setelah menerima terpaan informasi dari media massa. Universitas Sumatera Utara • Predisposisi Individual Predisposisi individual mengacu kepada karakteristik individu. Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedi lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang dan memiliki sifat terbuka cenderung akan lebih senang bila melihat adegan-adegan lucu daripada orang yang melankolis. • Faktor Identifikasi Menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton, pembaca, pendengar akan menempatkan dirinya di posisi tokoh. 3. Efek Behavioral Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk tindakan atau kegiatan. II.5 Televisi II.5.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi di Indonesia Dalam buku “Empat Windu TVRI” disebutkan, televisi merupakan media yang ditemukan oleh orang Eropa. Perkembanganya sejalan dengan kemajuan teknologi elektronika, yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor oleh William Sockley pada tahun 1946. Selanjutnya pada tahun 1923 Vladimir Katajev Z berhasil menciptakan sistem televisi elektris. Pada tahun 1930 Philo T. menciptakan sistem televisi. Penemuan ini terus berkembang sampai akhirnya Paul Nipkow melahirkan televisi mekanik. Hal ini dibuktikan ketika tahun 1939 dipamerkan pesawat televisi berukuran 8 x 10 inci. Dari sinilah akhirnya berkembang pesawat televisi yang kita kenal sekarang. Universitas Sumatera Utara Televisi sejak tahun 1976 telah dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat Indonesia. Sebagai tonggak dari penyebaran siaran televisi secara nasional adalah diluncurkanya satelit Palapa pada tahun itu dan peresmiannya tanggal 17 Agustus 1976 (Effendy, 1993: 54). Masuknya televisi ke Indonesia pada waktu itu berhubungan erat dengan peristiwa olahraga Asia ke-4 (the 4th Asian Games) di mana Indonesia mendapat giliran menjadi tuan rumah. Peresmian televisi bersamaan dengan dibukanya peristiwa olahraga itu oleh Presiden Soekarno tanggal 24 Agustus 1962. Tujuan utamanya adalah untuk meliput kegiatan dan pertandingan selama kejuaraan itu berlangsung (Effendy, 1993: 60-61). Setelah peristiwa itu selesai, Televisi Republik Indonesia (TVRI) terus mengudara. Suatu perkembangan sangat berarti bagi dunia televisi di Indonesia adalah dengan diizinkannya pemancar televisi swasta untuk mengudara. Dengan demikian, pada tahun 1989 mulailah siaran RCTI, kemudian diikuti pula oleh SCTV yang mengudara pertama kali pada tanggal 24 Agustus 1990 di Surabaya dan TPI pada tanggal 1 Januari 1991. Dewasa ini malah sudah ada beberapa stasiun televisi swasta, di samping TVRI yang mengudara, baik secara lokal maupun yang sudah bisa diterima secara nasional. Hal demikian tentu membawa implikasi bagi masyarakat penonton. Jika dahulu mereka hanya bisa menonton dari satu stasiun saja, maka sekarang mereka bisa mempunyai beberapa pilihan. Di samping itu, dengan adanya kemajuan teknologi komunikasi maka banyak pula yang bisa menikmati televisi dari mancanegara melalui parabola. Universitas Sumatera Utara II.5.2 Dampak Acara Televisi Media televisi sebagaimana media yang lainnya berperan sebagai alat informasi, hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, dampak yang ditimbulkan juga beraneka ragam. Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman pemirsa terhadap isi pesan acara televisi bekaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situs dan kondisi pemirsa pada saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak. Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa: a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seorang atau pemirsa yang menyerap dan memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi pemirsa. b. Dampak peniruan yaitu pemirsa yang diharapkan pada trend aktual yang ditayangkan pada televisi. c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari (Kuswandi, 1996: 99). II.5.3 Program Siaran Televisi Pengaruh siaran televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah terlepas dari pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr. Mar’at, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari televisi itu sendiri, dimana televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga mereka terhanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh televisi (Effendy, 2002: 122). Universitas Sumatera Utara Frank Jefkins (dalam Effendy, 2003: 105) menyebutkan ada sejumlah karakteristik khusus dari program acara, yaitu: 1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan warna. 2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama. 3. Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang nampak haruslah dibuat semenarik mungkin. Sedangkan program acara televisi terdiri dari: a. Buletin berita nasional, seperti: siaran berita atau buletin berita regional yang dihasilkan oleh stasiun televisi swasta lokal. b. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara lebih mendalam. c. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan, yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam atau luar negeri. d. Program acara mengenai topik-topik khusus yang bersifat informatif, seperti: acara memasak, berkebun dan acara kuis. e. Acara drama, terdiri dari: sinetron, sandiwara, komedi, film dan lain sebagainya. f. Acara musik, seperti konser musik pop, musik rock, musik dangdut, klasik dan lain sebagainya. g. Acara bagi anak-anak, seperti penayangan film kartun h. Acara-acara keagamaan, seperti: siraman rohani, acara ramadhan dan hari-hari besar keagamaan lainnya. i. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan. j. Acara bincang-bincang atau sering juga disebut dengan talkshow. Universitas Sumatera Utara II.6 Teori Uses And Gratification Model ini membahas tentang penggunaan media oleh khalayak untuk memenuhi kebutuhannya sehingga diperolehlah kepuasan, penghargaan, kesenangan dan hiburan dari media tersebut. Dengan demikian setiap orang menggunakan media (dalam hal ini televisi) dengan tujuan yang tidak sama. Uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain, yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan atau keterlibatan pada kegiatan lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain barang kali yang tidak kita inginkan. Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada khalayak, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan khalayak terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Karena penggunaan media hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi. Konsep dasar model ini diringkas oleh para pendiri dengan model yang diteliti adalah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumbersumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau keterlibatan dalam kegiatan lain) dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat yang tidak dikehendaki (Rakhmat, 2002: 60). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan ”Model Modifikasi Rakhmat” di bawah ini: Universitas Sumatera Utara Gambar. 3 Model Modifikasi Rakhmat Antaseden Variabel individual Variabel lingkungan Motif Pengguna Media Keb. Kognitif Keb. Afektif Keb. Integratif personal Keb. Integratif sosial Keb. Pelepasan Penggunaan media Lokasi Frekuensi menonton Cara menonton Efek Tumbuhnya minat 1. Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial. 2. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara; unifungsional (hasrat melarikan diri, kontrak sosial atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi, fantasiscapist atau gratifikasi tertangguhkan). 3. Penggunaan media merupakan aktivitas dari individu sebagai upaya pemenuhan kebutuhannya dengan mengkonsumsi isi media, dimana dalam hal aktivitas penggunaan media terdapat dua unsur penting yang dapat menentukan dampak media berupa gratifikasi media yaitu tingkat perhatian pada isi media dan frekuensi penggunaan media. 4. Efek media dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media memberikan kepuasan. Uses and Gratification memiliki asumsi bahwa audience dipandang sebagai aktif, memiliki kebutuhan kebutuhan tertentu, tersedianya berbagai alternatif komunikasi dan secara sadar audience memilih saluran komunikasi dan pesan–pesan paling memenuhi kebutuhannya (Effendy, 2000: 289). Katz dan Blumer selanjutnya mengemukakan ada beberapa faktor sosial yang menyebabkan timbulnya kebutuhan seseorang yang berhubungan dengan media, yaitu: 1. Social situation produces tensions and conflict, leading to resure for their easement via mass media consumption (Situasi sosial menimbulkan ketegangan dan Universitas Sumatera Utara pertentangan. Orang berusaha melepaskan dirinya dari hal itu dengan mengkomsumsi media massa). 2. Social situation creates an awareness of problem that demand attention, information about which may be sought in the media (Situasi sosial menciptakan kesadaran akan adanya masalah-masalah yang membutuhkan perhatian dan informasi. Informasi itu dapat dicari lewat media). 3. Social situation gives to rise certain values, the affirmation and reinforcement of which is facilitated by the consumption media material (Situasi sosial memberikan dukungan dan penguatan pada nilai–nilai tertentu melalui konsumsi media yang selaras). Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan memiliki relevansi tinggi saat digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut: a. Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya mengandalkan mood tertentu, namun juga berusaha untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran sosial lainnya. Banyak jenis musik yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan kebutuhan tertentu yang spesifik. b. Penerimaan akan media-media baru (seperti internet) dan penggunaan media-media lama, bahkan dengan adanya media baru pengganti. Inovasi diadopsi saat media baru pengganti memiliki dan dapat menggantikan fungsi-fungsi media lama tradisional. Contohnya alat komunikasi pager yang tergantikan dengan telepon selular, atau media TV yang tetap tidak tergantikan oleh telepon selular walaupun telepon selular kini dapat berfungsi seperti TV. Di lain pihak pengguna lama mulai menggunakan internet dan terpaksa mempelajarinya saat ada informasi-informasi yang disalurkan hanya dapat dilihat melalui internet. Contohnya seperti detik.com saat kerusuhan 1998. Koran jelas kurang cepat dan TV terlalu seragam Universitas Sumatera Utara penayangannya, sementara detik.com menawarkan berita yang lebih spesifik, dituangkan tertulis dan dapat diulang. II.7 Talkshow Talkshow merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang biasanya mengangkat isu-isu yang lagi hangat dalam masyarakat. Tema yang diangkat juga bermacam-macam. Mulai dari masalah sosial, budaya, politik, ekonomi, pendidikan, olahraga dan sebagainya. Program talkshow tampil dalam bentuk sajian yang mengetengahkan perbincangan antara presenter dan narasumber (dapat berjumlah satu orang atau lebih), mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibincangkan oleh masyarakat (Wibowo, 1997: 37). Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung dan teknik wawancara jurnalistik. Wawancara dilakukan di tengah atau di sela pertunjukan, apakah itu musik, lawak, peragaan busana dan sebagainya. Jika suatu wawancara diselenggarakan di tengah-tengah show, maka acara tersebut disebut talkshow. Disini pembawa acara juga berfungsi sebagai pewawancara (Wahyudi, 1996: 90). Acara talkshow disiarkan untuk pertama kali pada 27 September 1954 oleh jaringan televisi NBC (Aylesworth, 1987), dengan nama acara Tonight Show. Acara talkshow ini dipandu oleh pembawa acara Gene Rayburn. Pada acara ini, Gene Rayburn mengadakan dialog dengan Steve Allen (pemain piano), Skitch Henderson (pemimpin orkestra) dan juga dengan hadirin. Pada acara talkshow, sajian musik dan dialog diperagakan saling bergantian. Dengan demikian, bentuk dan format penyajian selain berupa show dapat juga berupa dialog yang bersifat santai. Nama talkshow sendiri baru dicetuskan pada tanggal 29 Juli 1957 oleh aktor film kawakan Franklin Pangborn, yang bertindak sebagai pembawa acara pada suatu mata acara yang berjudul “The Jack Paar Show” (Wahyudi, 1996: 91). Universitas Sumatera Utara Talkshow dewasa ini merupakan program unggulan. Sebab bisa disiarkan secara langsung atau interaktif atau atraktif, ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur (entertainment). Entertainment sebenarnya bukan sekedar menghibur, melainkan dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu sangat menentukan sukses tidaknya acara ini. Metode talkshow menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talkshow skill, berupa kemampuan memandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi: a. Mengambil keputusan b. Menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat c. Memotong pembicaraan narasumber yang melenceng d. Kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber e. Memadukan kemasan program secara interaktif. II.8 Talkshow Satu Jam Lebih Dekat di TvOne Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne adalah Program 1 jam yang ditayangkan di TvOne dengan format talkshow, menghadirkan tokoh-tokoh yang membahas dengan mengedepankan Human Interest dan membahas tentang keluarga, karir, hobi dan seputar kehidupan pribadinya. Dimulai dengan tayangan perdana pada tanggal 23 April 2009, yang disiarkan langsung setiap Kamis pukul 19.30 WIB. Program talkshow ini berdurasi 60 menit. Tayangan ini dipandu pertama kali oleh Indy Rahmawati kemudian pada tanggal 02 Juni 2010 digantikan oleh Ira kusno hingga saat ini. Dalam segmen program ini akan menghadirkan mistery guest dan fans fanatik yang menjadikan program ini semakin menarik. Dan tidak lupa juga keluarga si tokoh turut hadir yang menjadikan program ini semakin hangat. Kekuatan program ini adalah elemen “kejutan” dimana narasumber tampil polos, jujur dan tanpa selimut hipokrasi. Kebanyakan dari mistery guest adalah orang yang Universitas Sumatera Utara mengenal dekat narasumber sebagai pribadi. Bukan sebagai tokoh yang terkemas sebagai atlet, artis, ulama, politisi atau yang lainnya. Dengan begitu, penuturan yang jernih tentang jalan hidup yang kadang mengejutkan, memprihatinkan, juga mengharukan akan mengalir secara wajar. Kejujuran itulah kemudian yang akan membuat kita ikhlas mengambil hikmah daripadanya. Tokoh akan selalu memberikan dampak psikologis bagi pemirsa. Dia dapat menginspirasi, menularkan kebajikan, menggerakkan dan memotivasi. Tujuan yang ingin dicapai oleh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne adalah bahwa program ini bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk maju melalui potret keberhasilan yang dicapai tokoh-tokoh yang diangkat. Bahwa selalu ada perjuangan dalam mencapai cita-cita. Bahwa ada yang dikorbankan untuk mencapai puncak kejayaan. Bahwa kita mau belajar untuk melihat hal lain, yang tersirat dari kemasankemasan berita yang konvensional. Yang terpenting, agar bangsa ini dapat meraih pelajaran berharga dari semua riwayat tokoh-tokohnya. Narasumber yang pernah dihadirkan pada tayangan ini antara lain tokoh-tokoh politik seperti Gus Dur, Amien Rais, Zulkarnaen Malarangeng, BJ Habibie dan ada juga beberapa narasumber yang berasal dari kalangan artis, misalnya Dewi Yull, Deddy Mizwar dan sebagainya. II.9 Public Figure Public figure telah menjadi sebuah media atau tepatnya objek di berbagai bidang khususnya industri hiburan. Mulai dari jurnalisme sampai humas memanfaatkan sosok selebritis sebagai salah satu pelakon di dalamnya. Lahirnya pers infotainment karena sisi kehidupan seorang selebritis yang dinilai layak untuk dikonsumsi masyarakat, padahal kehidupan mereka tidaklah jauh berbeda dengan kehidupan orang biasa. Universitas Sumatera Utara Menurut Praktiko, ada 3 kriteria penilaian seorang public figure, yaitu: 1. Credibility yaitu kepercayaan atau rasa percaya yang diberikan atau ditonjolkan oleh seorang public figure kepada masyarakat. Ini bisa berupa kata-kata yang berisi janji atau sumpah atau hal lain yang sejenis. Ini biasanya terdapat pada figure pemimpin atau tokoh masyarakat yang menjadi teladan. 2. Power yaitu kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki dan menonjol dari seorang figure. Hal ini merupakan sesuatu yang dihormati atau dipandang oleh masyarakat. Ini biasanya dimiliki oleh pemimpin atau politisi ataupun tokoh masyarakat yang telah menjadi teladan yang dikenal oleh masyarakat luas dan dalam waktu yang lama. 3. Attractiveness yaitu daya tarik yang dimiliki figure tertentu. Ini biasanya dimiliki oleh kalangan artis atau selebritis, dipandang dari segi fisik ataupun kharisma yang dimiliki figure tersebut. Dalam hal fisik dilihat dari penampilan, ketampanan, karakter dan hal lainnya yang melekat pada public figure tersebut (Praktiko, 1982: 25 Universitas Sumatera Utara