talkshow “satu jam lebih dekat”

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORITIS
II.1 Komunikasi
II.1.1 Pengertian Komunikasi
Manusia adalah makhluk yang bermasyarakat dan hidup secara berkelompok,
dimana di dalamnya manusia menjalin hubungan dengan sesamanya. Manusia mutlak
membutuhkan sesamanya dan untuk menjalin hubungan dengan manusia lainnya
dibutuhkan suatu komunikasi.
Menurut Berelson dan Steiner (Arifin, 1998: 25), komunikasi adalah
penyampaian informasi, ide, emosi, keterampilan dan seterusnya mengenai penggunaan
simbol, kata-kata, gambar, angka, grafik dan lain-lain. Carl I. Hovland mendefinisikan
komunikasi sebagai proses yang berlangsung dimana seseorang (komunikator)
menyampaikan perangsang (biasanya lambang-lambang dalam bentuk kata-kata) untuk
mengubah tingkah laku orang lain (komunikan).
Pengertian komunikasi berasal dari bahasa latin yaitu communication. Istilah ini
bersumber dari perkataan communis yang berarti sama; sama di sini maksudnya adalah
sama makna atau sama arti. Jadi komunikasi terjadi apabila terdapat kesamaan makna
mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator yang diterima oleh
komunikan.
Jika tidak terjadi kesamaan makna antara kedua aktor komunikasi yaitu antara
komunikator dan komunikan, dengan kata lain komunikan tidak mengerti pesan yang
diterimanya, maka komunikasi tidak terjadi (Effendy, 2000: 9).
Menurut Carl I. Hovland, ilmu komunikasi adalah upaya yang sistematis untuk
merumuskan secara tegas asas-asas penyampaian informasi serta pembentukan pendapat
Universitas Sumatera Utara
dan sikap. Dari definisi tersebut menunjukkan bahwa yang dijadikan objek ilmu
komunikasi bukan saja penyampaian informasi, melainkan juga pembentukan pendapat
umum (public opinion) yang dalam kehidupan sosial politik memainkan peranan yang
amat penting. Hal ini membuat Hovland mendefinisikan pengertian komunikasi secara
khusus yaitu mengubah perilaku orang lain (communication is the process to modify the
behavior of other individuals) (Effendy, 2000: 9-10).
Untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku orang lain maka komunikasi
yang dilakukan harus komunikatif. Menurut paradigma Lasswell, untuk memahami
pengertian komunikasi adalah menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel
To Whom With What Effect? Dimana menunjukan komunikasi mengandung lima unsur
yaitu:
•
Who: komunikator
•
Says What: pesan (message)
•
In which channel: media (channel, media)
•
To Whom: Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
•
With What Effect: efek
Berdasarkan
paradigma
Lasswell
tersebut,
komunikasi
adalah
proses
penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang
menimbulkan efek tertentu (Effendy, 2000: 10).
Proses dari sebuah komunikasi terbagi dalam dua tahapan yaitu:
1. Proses komunikasi secara primer
Proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang pada orang lain dengan
menggunakan lambang (simbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer
dalam proses komunikasi adalah bahasa, sinyal, isyarat, gambar, warna dan lain
Universitas Sumatera Utara
sebagainya, secara langsung mampu “menerjemahkan” pikiran atau perasaan
komunikator kepada komunikan (Effendy, 2000: 11).
2. Proses komunikasi secara sekunder
Proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang
sebagai media pertama. Komunikator menggunakan media kedua dalam
melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di
tempat relatif jauh atau jumlahnya relatif banyak. Surat, telephone, teleks, surat
kabar, majalah, radio, televisi, film adalah media kedua yang sering digunakan
dalam komunikasi. Hal ini disebabkan karena sebagai lambang (symbol) beserta
isi (content) yakni pikiran dan atau perasaan yang dibawanya menjadi totalitas
pesan (message) yang tampak tidak dapat dipisahkan, seolah-olah tanpa bahasa
manusia tidak dapat berkomunikasi (Effendy, 2000: 16).
II.1.2 Fungsi Komunikasi
Secara terperinci, Harold D. Lasswell mengemukakan fungsi-fungsi
komunikasi: ( Effendy, 2004: 54)
1. Penjajagan/pengawasan lingkungan (surveillance of the environment). Fungsi yang
pertama ini, menurut Laswell dijalankan oleh para diplomat, atase, koresponden luar
negeri untuk menjaga lingkungan.
2. Menghubungkan bagian-bagian yang terpisah dari masyarakat untuk menanggapi
lingkungannya (correlation of the part of society in responding the environment).
Fungsi ini lebih diperankan editor, wartawan dan juru bicara sebagai penghubung
respon internal.
3. Menurunkan warisan sosial dari generasi ke generasi berikutnya (transformation of
the social heritage). Fungsi ini dijalankan oleh para pendidik di dalam pendidikan
formal maupun non formal karena terlibat mewariskan adat kebiasaan, nilai dari
generasi ke generasi. Fungsi ini lebih berfokus pada pengetahuan, nilai dan norma
sosial.
Fungsi Komunikasi
Penjajagan Lingkungan
Korelasi
Pelaku
Diplomat, Atase, Pemimpin
Opini
Wartawan, Juru Bicara,
Juru Pena
Tujuan
Mencari tahu,
Pertimbangan, Tujuan
Memberi Pengertian,
Mempengaruhi,
Universitas Sumatera Utara
Pewarisan
Pendidik
Hiburan
Semua Sumber Informasi
Menafsirkan
Menjaga Kontinuitas
Keseimbangan
Menghibur
Sedangkan Charles R. Wright menambahkan suatu fungsi yakni entertainment
(hiburan) yang menunjukkan pada tindakan–tindakan komunikatif yang terutama sekali
dimaksudkan untuk menghibur dengan tidak mengindahkan efek–efek instrumental
yang dimilikinya (Nasruddin, 2005: 15-17).
Pendapat lain mengatakan bahwa untuk memahami fungsi komunikasi kita
perlu lebih dahulu memahami tipe–tipe komunikasi, sebab hal ini akan membedakan
fungsinya yang secara umum dibagi menjadi empat yakni Komunikasi Dengan Diri
Sendiri (Interpersonal Communication) yakni komunikasi yang terjadi di dalam diri
individu atau berkomunikasi dengan diri sendiri. Fungsi komunikasi tipe ini adalah
untuk mengembangkan kreativitas imajinasi, memahami dan mengendalikan diri, serta
meningkatkan kematangan sebelum mengambil keputusan.
Mengembangkan kreativitas imajinasi berarti menciptakan sesuatu lewat daya
nalar melalui komunikasi dengan diri sendiri. Tipe komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi yang berlangsung antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Fungsi
komunikasi ini adalah berusaha meningkatkan hubungan insani (human relation),
menghindari dan mengatasi konflik–konflik pribadi, mengurangi ketidakpastian sesuatu,
serta berbagi pengetahuan dan pengalaman dengan orang lain (Cangara, 2006: 29-36).
Tipe berikut adalah komunikasi publik yakni bisa disebut komunikasi kolektif,
komunikasi pidato, komunikasi retorika, public speaking dan komunikasi khalayak.
Komunikasi ini memiliki ciri bahwa pesan yang disampaikan ini tidak berlangsung
secara spontanitas, tetapi direncanakan dan dipersiapkan lebih awal, biasanya ditemui
pada kuliah umum, khotbah, rapat akbar, pengarahan, ceramah dan semacamnya.
Universitas Sumatera Utara
Karena itu komunikasi publik ini juga disebut komunikasi kelompok. Fungsi
komunikasi
ini
adalah
menumbuhkan
semangat
kebersamaan
(solidaritas),
mempengaruhi orang lain, memberi informasi, mendidik dan menghibur. Tipe
komunikasi yang terakhir adalah komunikasi massa. Komunikasi massa didefinisikan
sebagai proses komunikasi yang berlangsung dimana pesannya dikirim dan sumber
yang melembaga kepada khalayak yang sifatnya massal melalui alat–alat yang bersifat
mekanis seperti radio, televisi, surat kabar dan film. Dalam komunikasi massa sumber
dan penerima dihubungakn oleh saluran yang telah diproses secara mekanik.
Proses komunikasinya berlangsung satu arah serta tanggapan baliknya lambat
dan terbatas. Fungsi komunikasi massa yakni menyebarluaskan informasi, meratakan
pendidikan, merangsang pertumbuhan ekonomi dan menciptakan kegembiraan dalam
hidup seseorang (Cangara, 2006: 55-57).
II.2 Komunikasi Massa
Komunikasi Massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (Human
Communication) yang lahir bersamaan dengan mulai digunakannya alat–alat mekanik,
yang mampu melipatgandakan pesan–pesan komunikasi. Dalam sejarah publisistik
dimulai satu setengah abad setelah ditemukan mesin cetak oleh Johannes Guttenberg.
Sejak itu dimulai suatu zaman yang dikenal sebagai zaman publisistik atau awal dari era
komunikasi massa.
Istilah publisistik sering dipakai dalam arti yang identik dengan istilah
komunikasi massa. Lee dalam bukunya Publisistik Pers mendefinisikan ilmu publisistik
sebagai ilmu kemasyarakatan yang mempelajari gejala komunikasi massa. Di Amerika
Serikat, komunikasi massa sebagai ilmu yang baru lahir di tahun 1940-an, ketika para
ilmuwan sosial mulai melakukan pendekatan–pendekatan ilmiah mengenai gejala
Universitas Sumatera Utara
komunikasi. Di Indonesia, gejala komunikasi baru dipelajari di perguruan tinggi sekitar
tahun 1950-an.
Komunikasi massa diadopsi dari istilah bahasa Inggris yakni Mass
Communication, kependekan dari Mass Media Communication atau Komunikasi Media
Massa. Artinya komunikasi yang menggunakan media massa komunikasi yang “Mass
Mediated”. Massa di sini bukan hanya diartikan sebagai orang banyak di suatu lokasi
yang sama, tetapi meliputi semua orang yang menjadi sasaran alat–alat komunikasi
massa atau orang–orang pada ujung lain dari saluran. Pool mendefinisikan komunikasi
massa sebagai komunikasi yang berlangsung pada situasi Interpossed ketika antara
sumber dan penerima tidak terjadi kontak secara langsung, pesan–pesan komunikasi
mengalir pada penerima melalui saluran–saluran media massa, seperti majalah, surat
kabar, radio, film atau televisi (Wiryanto, 2000: 1-3).
Selain itu komunikasi massa juga didefinisikan sebagai suatu proses dimana
organisasi media memproduksi pesan–pesan dan mengirimkan kepada publik. Little
John menambahkan bahwa sentral studi komunikasi massa adalah pada media. Bila
dikatakan bahwa sistem media merupakan bagian dari sistem dalam konteks yang lebih
besar yakni politik, ekonomi dan institusi kekuasaan, maka studi komunikasi masa juga
mempelajari kaitan sistem–sistem tersebut dengan keberadaan fungsi media massa
dalam masyarakat.
Karakteristik terpenting komunikasi massa adalah sifatnya yang satu arah, dan
kedua, ada proses seleksi. Misalnya setiap media memilih khalayaknya, misalnya koran
New Yorker untuk kalangan menengah ke atas saja. Ketiga, karena media mampu
meninjau khalayak luas, jumlah media yang diperlukan sebenarnya tidak terlalu banyak,
sehingga kompetisinya berlangsung ketat. Keempat, untuk meraih khalayak sebanyak
mungkin harus berusaha membidik sasaran khalayak tertentu. Misalnya televisi
Universitas Sumatera Utara
merancang
programnya
untuk
memikat
segmen
khalayak
yang
akan
menyebarluaskannya, contohnya opera sabun untuk ibu–ibu rumah tangga. Kelima
komunikasi dilakukan oleh institusi sosial yang harus peka terhadap kondisi
lingkungannya. Media tidak hanya mempengaruhi khalayak yang mengkonsumsinya,
tetapi juga dipengaruhi olehnya (Rivers, 2003: 19-20).
Michael W. Gamble dan Tery K. Gamble (1986) akan semakin memperjelas
apa itu komunikasi massa dengan mendefinisikan komunikasi massa jika mencakup:
1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk
menyebarkan atau memancarkan pesan secara cepat kepada khalayak luas dan
terbesar.
2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan–pesannya
bermaksud mencoba dengan berbagai pengertian dengan jutaan orang yang tidak
saling kenal atau mengetahui satu sama lain.
3. Pesan adalah publik, artinya pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak
orang, karena itu dijadikan milik publik.
4. Sebagai sumber, komunikator massa biasanya organisasi formal seperti jaringan,
ikatan dan perkumpulan.
5. Komunikasi massa dikontrol oleh gate keeper artinya pesan–pesan yang disebarkan
atau dipancarkan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum
disiarkan lewat media massa.
6. Umpan balik dalam komunikasi massa sifatnya tertunda. Dalam komunikasi massa,
komunikasi yang dilakukan lewat media massa umpan balik dari komunikasi tidak
bisa langsung dilakukan (Nurudin, 2004: 6).
Sedangkan Jay Black dan Frederick C. Whitney
menyebutkan bahwa
komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara
massal disebarkan kepada massa penerima yang luas, anonim dan heterogen (Nurudin,
2004: 11).
Dari definisi-definisi di atas komunikasi massa dapat didefinisikan dalam tiga
ciri:
1. Komunikasi massa diarahkan kepada audiens yang relatif besar, heterogen dan
anonim.
2. Pesan–pesan yang disebarkan secara umum, dijadwalkan bisa mencapai sebanyak
mungkin audiens secara serempak dan sifatnya sementara.
Universitas Sumatera Utara
3. Komunikator cenderung berada dalam sebuah organisasi yang kompleks yang
membutuhkan biaya yang besar.
II.2.1 Fungsi Komunikasi Massa
Wilbur Schramm menyatakan, komunikasi massa berfungsi sebagai decoder,
interprenuer dan encoder. Komunikasi massa men-decode lingkungan sekitar untuk
kita, mengawasi kemungkinan timbulnya bahaya, mengawasi terjadinya persetujuan dan
juga efek–efek dari hiburan. Pendapat Schramm pada dasarnya tidak berbeda dengan
pendapat Harold D. Lasswell yang menyebutkan fungsi-fungsi komunikasi massa
sebagai berikut:
1. Surveillance of the Environment
Fungsinya sebagai pengamatan lingkungan, yang oleh Schramm disebut sebagai
decoder yang menjalankan fungsi the watcher.
2. Correlation of the Parts of Society Responding to the Environment
Fungsinya menghubungkan bagian–bagian dari masyarakat agar sesuai dengan
lingkungan. Schram menamakan fungsi ini sebagai interpreter yang melakukan
fungsi The Forum.
3. Transmission of the Social Heritage from One Generation to the Next
Fungsinya penerusan atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi
selanjutnya. Schramm menamakan fungsi ini sebagai encoder yang menjalankan
fungsi the teacher.
Lasswell tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai fungsi–fungsi yang
ia kemukakan itu, sehingga terbuka kesempatan terhadap berbagai spekulasi dan
penafsiran. Seorang ahli sosiologi, Charles R. Wright menambahkan fungsi keempat
yaitu entertainment dan ia memberikan penjelasan keempat fungsi itu sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Surveilance
Menunjukkan pada fungsi pengumpulan dan penyebaran informasi mengenai
kejadian–kejadian dalam lingkungan, baik di luar maupun di dalam masyarakat.
Fungsi ini berhubungan dengan apa yang disebut handling of news.
2. Correlation
Meliputi fungsi interpretasi pesan yang menyangkut lingkungan dan tingkah laku
tertentu dalam mereaksi kejadian–kejadian. Untuk sebagian fungsi ini
diidentifikasikan sebagai fungsi editorial dan propaganda.
3. Transmission
Menunjukkan pada fungsi mengkomunikasikan informasi, nilai–nilai dan norma
sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain atau dari anggota suatu
masyarakat kepada pendatang baru. Fungsi ini diidentifikasikan sebagai fungsi
pendidikan.
4. Entertainment
Menunjukan pada kegiatan komunikatif yang dimasukkan untuk memberikan
hiburan tanpa mengharapkan efek–efek tertentu.
II.3 Media Massa
Perkembangan
masyarakat
dan
perkembangan
teknologi
komunikasi
menyebabkan perubahan dalam bidang komunikasi. Teknologi komunikasi dituntut
untuk menjangkau masyarakat dalam lingkup yang lebih luas dan serentak, karena
kebutuhan informasi masyarakat semakin meningkat dan bersifat penting. Media massa
sebagai salah satu alat yang mampu mengantarkan informasi kepada masyarakat,
memberikan karakteristik yang sesuai dan selain itu mudah digunakan oleh masyarakat
dari berbagai jenis keragaman masyarakat. Media massa yang kita kenal saat ini adalah
media cetak, yang terdiri dari surat kabar, majalah, tabloid dan media elektronik, terdiri
dari radio siaran dan televisi siaran. Selain pembagian di atas, banyak pula ahli yang
mengungkapkan film sebagai bagian dari komunikasi massa dalam media massa bahkan
di negara maju, buku dan kaset musik rekaman dianggap sempurna.
Sulit dibayangkan masyarakat modern tanpa media massa: surat kabar, majalah,
buku, radio, TV dan film. Media massa memiliki arti yang bermacam – macam bagi
masyarakat dan memiliki berbagai macam fungsi pula, tergantung pada jenis sistem
Universitas Sumatera Utara
politik dan ekonomi dimana media massa itu berfungsi, tingkat perkembangan
masyarakat, serta minat dan perkembangan individu tertentu.
II.4 Efek Media Massa
Menurut Steven M. Chaffe (Ardianto, 2004: 49) efek media massa dapat dilihat
dari berbagai pendekatan. Pendekatan pertama adalah pendekatan media massa yang
berkaitan dengan pesan atau media itu sendiri. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat
jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak yaitu komunikasi massa yang berupa
perubahan sikap, perasaan dan prilaku atau dengan istilah lain dikenal sebagai
perubahan kognitif, afektif, behavioral.
a. Pendekatan pertama yaitu efek komunikasi massa yang berkaitan dengan pesan
atau media itu sendiri.
1. Efek Ekonomi
Kehadiran
media
massa
di
tengah
kehidupan
manusia
dapat
menumbuhkan berbagai usaha prosuksi, distribusi dan konsumsi jasa
media massa. Keberadaan televisi baik televisi pemerintah maupun
televisi swasta dapat memberikan lapangan pekerjaan kepada sarjana ilmu
komunikasi, para juru kamera, pengarah acara, juru rias dan profesi
lainnya.
2. Efek Sosial
Efek sosial berkaitan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial
sebagai akibat dari kehadiran media massa. Sebagai contoh misalnya
kehadiran televisi dapat meningkatkan status dari pemiliknya.
3. Penjadwalan Kegiatan Sehari-hari
Universitas Sumatera Utara
Terjadinya penjadwalan kegiatan sehari-hari, misalnya sebelum pergi ke
kantor, masyarakat kota akan terlebih dahulu melihat siaran di televisi.
4. Efek Hilangnya Perasaan Tidak Nyaman
Orang menggunakan media massa untuk memuaskan kebutuhan
psikologinya dengan tujuan menghilangkan perasaan tidak nyaman,
misalnya untuk menghilangkan perasaan kesepian, marah, kesal, kecewa
dan sebagainya.
5. Efek Menumbuhkan Perasaan Tertentu
Kehadiran media massa bukan saja dapat menghilangkan perasaan tidak
nyaman pada diri seseorang, tetapi juga dapat menumbuhkan perasaan
tertentu. Terkadang seseorang akan mempunyai perasaan positif atau
negatif terhadap media tertentu.
b. Pendekatan kedua yaitu dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri
khalayak.
1. Efek Kognitif
Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang
sifatnya informatif bagi dirinya. Efek ini membahas bagaimana media
massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang
bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitifnya. Melalui
media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat
yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang
ditampilkan oleh media adalah realitas yang diseleksi.
Universitas Sumatera Utara
•
Efek Proposional Kognitif
Efek proposional kognitif adalah bagaimana media massa
memberikan manfaat yang dikehendaki oleh masyarakat. Bila
televisi menyebabkan kita lebih mengerti tentang bahasa
Indonesia yang baik dan benar, maka televisi telah
menimbulkan efek proposional kognitif.
2. Efek Afektif
Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada efek kognitif. Tujuan dari
komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu khalayak tentang
sesuatu, tetapi lebih daripada itu, khalayak diharapkan dapat turut
merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah setelah menerima
pesan dari media massa.
Adapun
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
intensitas
rangsangan
emosional pesan dari media massa adalah sebagai berikut:
•
Suasana Emosional
Respon individu terhadap sebuah film atau sinetron televisi akan
dipengaruhi oleh situasi emosional individu.
•
Skema Kognitif
Skema kognitif merupakan naskah yang ada dipikiran individu yang
menjelaskan alur peristiwa.
•
Suasana Terpaan
Suasana terpaan adalah perasaan individu setelah menerima terpaan
informasi dari media massa.
Universitas Sumatera Utara
•
Predisposisi Individual
Predisposisi individual mengacu kepada karakteristik individu.
Individu yang melankolis cenderung menghadapi tragedi lebih
emosional daripada orang yang periang. Orang yang periang dan
memiliki sifat terbuka cenderung akan lebih senang bila melihat
adegan-adegan lucu daripada orang yang melankolis.
•
Faktor Identifikasi
Menunjukkan sejauhmana orang merasa terlibat dengan tokoh yang
ditonjolkan dalam media massa. Dengan identifikasi, penonton,
pembaca, pendengar akan menempatkan dirinya di posisi tokoh.
3. Efek Behavioral
Efek behavioral merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam
bentuk tindakan atau kegiatan.
II.5 Televisi
II.5.1 Sejarah dan Perkembangan Televisi di Indonesia
Dalam buku “Empat Windu TVRI” disebutkan, televisi merupakan media yang
ditemukan oleh orang Eropa. Perkembanganya sejalan dengan kemajuan teknologi
elektronika, yang bergerak pesat sejak ditemukannya transistor oleh William Sockley
pada tahun 1946.
Selanjutnya pada tahun 1923 Vladimir Katajev Z berhasil menciptakan sistem
televisi elektris. Pada tahun 1930 Philo T. menciptakan sistem televisi. Penemuan ini
terus berkembang sampai akhirnya Paul Nipkow melahirkan televisi mekanik. Hal ini
dibuktikan ketika tahun 1939 dipamerkan pesawat televisi berukuran 8 x 10 inci. Dari
sinilah akhirnya berkembang pesawat televisi yang kita kenal sekarang.
Universitas Sumatera Utara
Televisi sejak tahun 1976 telah dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat
Indonesia. Sebagai tonggak dari penyebaran siaran televisi secara nasional adalah
diluncurkanya satelit Palapa pada tahun itu dan peresmiannya tanggal 17 Agustus 1976
(Effendy, 1993: 54).
Masuknya televisi ke Indonesia pada waktu itu berhubungan erat dengan
peristiwa olahraga Asia ke-4 (the 4th Asian Games) di mana Indonesia mendapat giliran
menjadi tuan rumah. Peresmian televisi bersamaan dengan dibukanya peristiwa
olahraga itu oleh Presiden Soekarno tanggal 24 Agustus 1962. Tujuan utamanya adalah
untuk meliput kegiatan dan pertandingan selama kejuaraan itu berlangsung (Effendy,
1993: 60-61).
Setelah peristiwa itu selesai, Televisi Republik Indonesia (TVRI) terus
mengudara. Suatu perkembangan sangat berarti bagi dunia televisi di Indonesia adalah
dengan diizinkannya pemancar televisi swasta untuk mengudara. Dengan demikian,
pada tahun 1989 mulailah siaran RCTI, kemudian diikuti pula oleh SCTV yang
mengudara pertama kali pada tanggal 24 Agustus 1990 di Surabaya dan TPI pada
tanggal 1 Januari 1991. Dewasa ini malah sudah ada beberapa stasiun televisi swasta, di
samping TVRI yang mengudara, baik secara lokal maupun yang sudah bisa diterima
secara nasional. Hal demikian tentu membawa implikasi bagi masyarakat penonton. Jika
dahulu mereka hanya bisa menonton dari satu stasiun saja, maka sekarang mereka bisa
mempunyai beberapa pilihan. Di samping itu, dengan adanya kemajuan teknologi
komunikasi maka banyak pula yang bisa menikmati televisi dari mancanegara melalui
parabola.
Universitas Sumatera Utara
II.5.2 Dampak Acara Televisi
Media televisi sebagaimana media yang lainnya berperan sebagai alat informasi,
hiburan, kontrol sosial dan penghubung wilayah secara strategis. Bersamaan dengan
jalannya proses penyampaian isi pesan media televisi kepada pemirsa, dampak yang
ditimbulkan juga beraneka ragam.
Hal ini terjadi karena tingkat pemahaman pemirsa terhadap isi pesan acara
televisi bekaitan erat dengan status sosial ekonomi serta situs dan kondisi pemirsa pada
saat menonton televisi. Dengan demikian apa yang diasumsikan televisi sebagai suatu
acara yang penting untuk disajikan bagi pemirsa, belum tentu penting bagi khalayak.
Ada tiga dampak yang ditimbulkan dari acara televisi terhadap pemirsa:
a. Dampak kognitif yaitu kemampuan seorang atau pemirsa yang menyerap dan
memahami acara yang ditayangkan televisi yang melahirkan pengetahuan bagi
pemirsa.
b. Dampak peniruan yaitu pemirsa yang diharapkan pada trend aktual yang
ditayangkan pada televisi.
c. Dampak perilaku yaitu proses tertanamnya nilai-nilai sosial budaya yang telah
ditayangkan acara televisi yang diterapkan dalam kehidupan pemirsa sehari-hari
(Kuswandi, 1996: 99).
II.5.3 Program Siaran Televisi
Pengaruh siaran televisi terhadap sistem komunikasi tidak pernah terlepas dari
pengaruh terhadap aspek-aspek kehidupan masyarakat Indonesia. Menurut Prof. Dr.
Mar’at, acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan
perasaan bagi para penontonnya. Hal ini disebabkan oleh pengaruh psikologis dari
televisi itu sendiri, dimana televisi seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga
mereka terhanyut dalam keterlibatan akan kisah atau peristiwa yang disajikan oleh
televisi (Effendy, 2002: 122).
Universitas Sumatera Utara
Frank Jefkins (dalam Effendy, 2003: 105) menyebutkan ada sejumlah
karakteristik khusus dari program acara, yaitu:
1. Selain menghasilkan suara, televisi juga menghasilkan gerakan, visi dan
warna.
2. Pembuatan program televisi lebih mahal dan lama.
3. Karena mengandalkan tayangan secara visual, maka segala sesuatu yang
nampak haruslah dibuat semenarik mungkin.
Sedangkan program acara televisi terdiri dari:
a. Buletin berita nasional, seperti: siaran berita atau buletin berita regional
yang dihasilkan oleh stasiun televisi swasta lokal.
b. Liputan-liputan khusus yang membahas tentang berbagai masalah aktual secara
lebih mendalam.
c. Program-program acara olahraga, baik olahraga di dalam atau di luar ruangan,
yang disiarkan langsung atau tidak langsung dari dalam atau luar negeri.
d. Program acara mengenai topik-topik khusus yang bersifat informatif, seperti:
acara memasak, berkebun dan acara kuis.
e. Acara drama, terdiri dari: sinetron, sandiwara, komedi, film dan lain sebagainya.
f. Acara musik, seperti konser musik pop, musik rock, musik dangdut, klasik dan
lain sebagainya.
g. Acara bagi anak-anak, seperti penayangan film kartun
h. Acara-acara keagamaan, seperti: siraman rohani, acara ramadhan dan hari-hari
besar keagamaan lainnya.
i. Program acara yang membahas tentang ilmu pengetahuan dan pendidikan.
j. Acara bincang-bincang atau sering juga disebut dengan talkshow.
Universitas Sumatera Utara
II.6 Teori Uses And Gratification
Model ini membahas tentang penggunaan media oleh khalayak untuk memenuhi
kebutuhannya sehingga diperolehlah kepuasan, penghargaan, kesenangan dan hiburan
dari media tersebut. Dengan demikian setiap orang menggunakan media (dalam hal ini
televisi) dengan tujuan yang tidak sama.
Uses and gratification meneliti asal mula kebutuhan secara psikologis dan
sosial, yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain,
yang membawa pada pola terpaan media yang berlainan atau keterlibatan pada kegiatan
lain, dan menimbulkan pemenuhan kebutuhan dan akibat-akibat lain barang kali yang
tidak kita inginkan. Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects
tradition of the past, suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini
tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada khalayak, tetapi ia tertarik pada apa
yang dilakukan khalayak terhadap media. Anggota khalayak dianggap secara aktif
menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Karena penggunaan media
hanyalah salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan psikologis, efek media dianggap
sebagai situasi ketika kebutuhan itu terpenuhi. Konsep dasar model ini diringkas oleh
para pendiri dengan model yang diteliti adalah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2)
kebutuhan yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumbersumber yang lain, yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media (atau
keterlibatan dalam kegiatan lain) dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7)
akibat-akibat lain, bahkan sering kali akibat yang tidak dikehendaki (Rakhmat, 2002:
60). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam bagan ”Model Modifikasi Rakhmat” di
bawah ini:
Universitas Sumatera Utara
Gambar. 3
Model Modifikasi Rakhmat
Antaseden
Variabel
individual
Variabel
lingkungan
Motif Pengguna
Media
Keb. Kognitif
Keb. Afektif
Keb. Integratif
personal
Keb. Integratif
sosial
Keb. Pelepasan
Penggunaan
media
Lokasi
Frekuensi
menonton
Cara menonton
Efek
Tumbuhnya
minat
1. Anteseden meliputi variabel individual yang terdiri dari data demografis seperti
usia, jenis kelamin dan faktor-faktor psikologis komunikan, serta variabel
lingkungan seperti organisasi, sistem sosial dan struktur sosial.
2. Motif dapat dioperasionalisasikan dengan berbagai cara; unifungsional (hasrat
melarikan diri, kontrak sosial atau bermain), bifungsional (informasi-edukasi,
fantasiscapist atau gratifikasi tertangguhkan).
3. Penggunaan media merupakan aktivitas dari individu sebagai upaya pemenuhan
kebutuhannya dengan mengkonsumsi isi media, dimana dalam hal aktivitas
penggunaan media terdapat dua unsur penting yang dapat menentukan dampak
media berupa gratifikasi media yaitu tingkat perhatian pada isi media dan
frekuensi penggunaan media.
4. Efek media dapat dioperasionalisasikan sebagai evaluasi kemampuan media
memberikan kepuasan.
Uses and Gratification memiliki asumsi bahwa audience dipandang sebagai
aktif, memiliki kebutuhan kebutuhan tertentu, tersedianya berbagai alternatif
komunikasi dan secara sadar audience memilih saluran komunikasi dan pesan–pesan
paling memenuhi kebutuhannya (Effendy, 2000: 289).
Katz dan Blumer selanjutnya mengemukakan ada beberapa faktor sosial yang
menyebabkan timbulnya kebutuhan seseorang yang berhubungan dengan media, yaitu:
1. Social situation produces tensions and conflict, leading to resure for their easement
via mass media consumption (Situasi sosial menimbulkan ketegangan dan
Universitas Sumatera Utara
pertentangan.
Orang
berusaha
melepaskan
dirinya
dari
hal
itu
dengan
mengkomsumsi media massa).
2. Social situation creates an awareness of problem that demand attention,
information about which may be sought in the media (Situasi sosial menciptakan
kesadaran akan adanya masalah-masalah yang membutuhkan perhatian dan
informasi. Informasi itu dapat dicari lewat media).
3. Social situation gives to rise certain values, the affirmation and reinforcement of
which is facilitated by the consumption media material (Situasi sosial memberikan
dukungan dan penguatan pada nilai–nilai tertentu melalui konsumsi media yang
selaras).
Teori Penggunaan dan Pemenuhan Kepuasan memiliki relevansi tinggi saat
digunakan untuk menentukan hal-hal sebagai berikut:
a. Pemilihan musik sesuai selera. Saat memilih musik kita tidak hanya mengandalkan
mood tertentu, namun juga berusaha untuk menunjukkan jati diri dan kesadaran
sosial lainnya. Banyak jenis musik yang dapat dipilih dan pilihan kita menunjukkan
kebutuhan tertentu yang spesifik.
b. Penerimaan akan media-media baru (seperti internet) dan penggunaan media-media
lama, bahkan dengan adanya media baru pengganti. Inovasi diadopsi saat media
baru pengganti memiliki dan dapat menggantikan fungsi-fungsi media lama
tradisional. Contohnya alat komunikasi pager yang tergantikan dengan telepon
selular, atau media TV yang tetap tidak tergantikan oleh telepon selular walaupun
telepon selular kini dapat berfungsi seperti TV. Di lain pihak pengguna lama mulai
menggunakan internet dan terpaksa mempelajarinya saat ada informasi-informasi
yang disalurkan hanya dapat dilihat melalui internet. Contohnya seperti detik.com
saat kerusuhan 1998. Koran jelas kurang cepat dan TV terlalu seragam
Universitas Sumatera Utara
penayangannya, sementara detik.com menawarkan berita yang lebih spesifik,
dituangkan tertulis dan dapat diulang.
II.7 Talkshow
Talkshow merupakan suatu sajian perbincangan yang cukup menarik yang
biasanya mengangkat isu-isu yang lagi hangat dalam masyarakat. Tema yang diangkat
juga bermacam-macam. Mulai dari masalah sosial, budaya, politik, ekonomi,
pendidikan, olahraga dan sebagainya. Program talkshow tampil dalam bentuk sajian
yang mengetengahkan perbincangan antara presenter dan narasumber (dapat berjumlah
satu orang atau lebih), mengenai sesuatu yang menarik atau sedang hangat dibincangkan
oleh masyarakat (Wibowo, 1997: 37).
Talkshow merupakan perpaduan antara seni panggung dan teknik wawancara
jurnalistik. Wawancara dilakukan di tengah atau di sela pertunjukan, apakah itu musik,
lawak, peragaan busana dan sebagainya. Jika suatu wawancara diselenggarakan di
tengah-tengah show, maka acara tersebut disebut talkshow. Disini pembawa acara juga
berfungsi sebagai pewawancara (Wahyudi, 1996: 90).
Acara talkshow disiarkan untuk pertama kali pada 27 September 1954 oleh
jaringan televisi NBC (Aylesworth, 1987), dengan nama acara Tonight Show. Acara
talkshow ini dipandu oleh pembawa acara Gene Rayburn. Pada acara ini, Gene Rayburn
mengadakan dialog dengan Steve Allen (pemain piano), Skitch Henderson (pemimpin
orkestra) dan juga dengan hadirin.
Pada acara talkshow, sajian musik dan dialog diperagakan saling bergantian.
Dengan demikian, bentuk dan format penyajian selain berupa show dapat juga berupa
dialog yang bersifat santai. Nama talkshow sendiri baru dicetuskan pada tanggal 29 Juli
1957 oleh aktor film kawakan Franklin Pangborn, yang bertindak sebagai pembawa
acara pada suatu mata acara yang berjudul “The Jack Paar Show” (Wahyudi, 1996: 91).
Universitas Sumatera Utara
Talkshow dewasa ini merupakan program unggulan. Sebab bisa disiarkan secara
langsung atau interaktif atau atraktif, ditambah lagi dengan sifatnya yang menghibur
(entertainment). Entertainment sebenarnya bukan sekedar menghibur, melainkan
dinamis dan hidup. Oleh karena itu, peran pemandu sangat menentukan sukses tidaknya
acara ini. Metode talkshow menurut Klaus Kastan dikenal dengan istilah talkshow skill,
berupa kemampuan memandu dalam melakukan beberapa tindakan yang meliputi:
a. Mengambil keputusan
b. Menyusun topik dan pertanyaan dengan cepat
c. Memotong pembicaraan narasumber yang melenceng
d. Kemampuan melakukan kompromi dan meyakinkan narasumber
e. Memadukan kemasan program secara interaktif.
II.8 Talkshow Satu Jam Lebih Dekat di TvOne
Talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne adalah Program 1 jam yang
ditayangkan di TvOne dengan format talkshow, menghadirkan tokoh-tokoh yang
membahas dengan mengedepankan Human Interest dan membahas tentang keluarga,
karir, hobi dan seputar kehidupan pribadinya. Dimulai dengan tayangan perdana pada
tanggal 23 April 2009, yang disiarkan langsung setiap Kamis pukul 19.30 WIB.
Program talkshow ini berdurasi 60 menit. Tayangan ini dipandu pertama kali oleh Indy
Rahmawati kemudian pada tanggal 02 Juni 2010 digantikan oleh Ira kusno hingga saat
ini. Dalam segmen program ini akan menghadirkan mistery guest dan fans fanatik yang
menjadikan program ini semakin menarik. Dan tidak lupa juga keluarga si tokoh turut
hadir yang menjadikan program ini semakin hangat.
Kekuatan program ini adalah elemen “kejutan” dimana narasumber tampil polos,
jujur dan tanpa selimut hipokrasi. Kebanyakan dari mistery guest adalah orang yang
Universitas Sumatera Utara
mengenal dekat narasumber sebagai pribadi. Bukan sebagai tokoh yang terkemas
sebagai atlet, artis, ulama, politisi atau yang lainnya. Dengan begitu, penuturan yang
jernih tentang jalan hidup yang kadang mengejutkan, memprihatinkan, juga
mengharukan akan mengalir secara wajar. Kejujuran itulah kemudian yang akan
membuat kita ikhlas mengambil hikmah daripadanya.
Tokoh akan selalu memberikan dampak psikologis bagi pemirsa. Dia dapat
menginspirasi, menularkan kebajikan, menggerakkan dan memotivasi. Tujuan yang
ingin dicapai oleh talkshow “Satu Jam Lebih Dekat” di TvOne adalah bahwa program
ini bisa memberikan inspirasi kepada masyarakat untuk maju melalui potret
keberhasilan yang dicapai tokoh-tokoh yang diangkat. Bahwa selalu ada perjuangan
dalam mencapai cita-cita. Bahwa ada yang dikorbankan untuk mencapai puncak
kejayaan. Bahwa kita mau belajar untuk melihat hal lain, yang tersirat dari kemasankemasan berita yang konvensional. Yang terpenting, agar bangsa ini dapat meraih
pelajaran berharga dari semua riwayat tokoh-tokohnya. Narasumber yang pernah
dihadirkan pada tayangan ini antara lain tokoh-tokoh politik seperti Gus Dur, Amien
Rais, Zulkarnaen Malarangeng, BJ Habibie dan ada juga beberapa narasumber yang
berasal dari kalangan artis, misalnya Dewi Yull, Deddy Mizwar dan sebagainya.
II.9 Public Figure
Public figure telah menjadi sebuah media atau tepatnya objek di berbagai bidang
khususnya industri hiburan. Mulai dari jurnalisme sampai humas memanfaatkan sosok
selebritis sebagai salah satu pelakon di dalamnya. Lahirnya pers infotainment karena
sisi kehidupan seorang selebritis yang dinilai layak untuk dikonsumsi masyarakat,
padahal kehidupan mereka tidaklah jauh berbeda dengan kehidupan orang biasa.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Praktiko, ada 3 kriteria penilaian seorang public figure, yaitu:
1. Credibility yaitu kepercayaan atau rasa percaya yang diberikan atau ditonjolkan
oleh seorang public figure kepada masyarakat. Ini bisa berupa kata-kata yang
berisi janji atau sumpah atau hal lain yang sejenis. Ini biasanya terdapat pada
figure pemimpin atau tokoh masyarakat yang menjadi teladan.
2. Power yaitu kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki dan menonjol dari seorang
figure. Hal ini merupakan sesuatu yang dihormati atau dipandang oleh
masyarakat. Ini biasanya dimiliki oleh pemimpin atau politisi ataupun tokoh
masyarakat yang telah menjadi teladan yang dikenal oleh masyarakat luas dan
dalam waktu yang lama.
3. Attractiveness yaitu daya tarik yang dimiliki figure tertentu. Ini biasanya
dimiliki oleh kalangan artis atau selebritis, dipandang dari segi fisik ataupun
kharisma yang dimiliki figure tersebut. Dalam hal fisik dilihat dari penampilan,
ketampanan, karakter dan hal lainnya yang melekat pada public figure tersebut
(Praktiko, 1982: 25
Universitas Sumatera Utara
Download