Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:849), mengemukakan
pengertian pengaruh sebagai berikut:
“Pengaruh merupakan daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang,
benda) seseorang yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau
perbuatan seseorang.”
Dari pengertian pengaruh diatas, maka pengertian pengaruh dalam
penelitian ini adalah pengaruh yang menunjukkan fungsi setiap variabel setiap
hubungannya, sehingga dapat membentuk sikap dan kepercayaan karyawan dalam
melakukan sesuai dengan yang diharapkan dalam rangka pencapaian tujuan
perusahaan dan nantinya dapat diketahui sebarapa besar pengaruh audit internal
terhadap efektivitas pengendalian internal penjualan.
2.2
Audit Internal
2.2.1
Pengertian Audit
Pada dasarnya pemeriksaan atau yang lebih dikenal dengan istilah audit
bertujuan untuk menilai apakah pelaksanaan sudah selaras dengan apa yang telah
digariskan, maka dapat disimpulkan bahwa audit merupakan suatu proses
membandingkan antara kenyataan dengan yang seharusnya.
Menurut Arens, dkk (2006:4) mengemukakan definisi audit sebagai
berikut:
“Auditing is the accumulation and evaluation of evidence about
information to determine and report on the degree of correspondence
between the information and established criteria. Auditing should be
done by a competent and independent person.”
7
8
Pengertian tersebut dapat diuraikan bahwa audit adalah suatu proses
pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat
diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten
dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi
yang dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Audit seharusnya
dilakukan oleh seseorang yang independen dan kompeten.
Dari definisi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Audit merupakan suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bukti
atau informasi.
2. Adanya bukti audit (evidence) yang merupakan informasi atau
keterangan yang digunakan oleh auditor untuk menilai tingkat
kesesuaian suatu informasi.
3. Adanya tingkat kesesuaian suatu informasi dengan kriteria tertentu.
4. Audit harus dilakukan oleh seorang auditor yang memiliki kemampuan
dalam memahami kriteria yang digunakan. Seorang auditor harus
kompeten dan independen terhadap fungsi atau satuan usaha yang
diperiksanya.
5. Adanya pelaporan dan mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak
yang berkepentingan.
2.2.2
Pengertian Audit Internal
Menurut Tugiman (2001:11) internal auditing atau pemeriksaan internal
adalah suatu fungsi organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan
organisasi yang dilaksanakan.
9
Menurut The Institute of Internal Auditors yang dikutip oleh Sawyer
(2005:8) menyatakan bahwa :
“Peranan utama dari internal audit yang menyangkut manajemen risiko
adalah memberikan keyakinan yang objektif pada manajemen bahwa
risiko bisnis yang utama telah dikelola secara memadai dan kerangka
pengendalian internal berfungsi secara efektif”.
Menurut The Institute of Internal Auditors dikutip oleh Tampubolon
(2008:15) pengertian audit internal yaitu :
“Internal audit is an independent appraisal functionestablished withim
an organization to examine and evaluate is activities as a service to the
organization. The objective of internal auditing is to assist members of
the organization in the effective discharge of their responsibilities”.
Menurut Agoes (2008:221) audit internal memiliki peran untuk menilai
efektivitas sistem manajemen risiko, yaitu dengan mengevaluasi sistem yang telah
ada dan melakukan pemantauan terhadap perbaikan sistem tersebut. Dengan
demikian audit internal perlu menggunakan risk base audit untuk menjalankan
perannya dalam manajemen risiko.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, internal audit harus bersifat
indepeden dimana mempunyai pemikiran-pemikiran yang cerdik baik untuk
sekarang maupun yang akan datang. Berikut ini dijabarkan dalam tabel 2.1
mengenai pengertian audit internal yang lama dan yang baru.
Tabel 2.1
Pengertian Audit Internal yang Lama dan Baru
Pengertian Lama
Pengertian Baru
1. Fungsi penilaian yang dibentuk Suatu aktivitas objektif
dalam suatu organisasi
2. Fungsi penilaian
Aktivitas pemberian jaminan karyawan
10
3. mengkaji dan mengevaluasi
aktivitas organisasi sebagai
bentuk jasa yang diberikan
bagi organisasi
4. membantu agar para anggota
organisasi dapat menjalankan
tanggung jawabnya secara
efektif
5. memberi
hasil
analisis
penilaian
rekomendasi
konseling dan informasi yang
berkaitan dengan aktivitas
yang dikaji dan menciptakan
pengendalian efektif dengan
biaya wajar.
Sumber : Tugiman (2009:5)
Dirancang untuk memberikan suatu nilai
tambah serta meningkatkan kegiatan
organisasi
Membantu organisasi
mencapai tujuannya
dalam
usaha
Memberikan suatu pendekatan disiplin
yang sistematis untuk mengevaluasi dan
meningkatkan keefektifan manajemen
risiko, pengendalian dan proses
pengaturan dan pengelolaan organisasi.
Dari definisi yang ada, dapat disimpulkan bahwa audit internal adalah
aktivitas pengujian yang memberi informasi tentang keadaan atau jaminan yang
dilakukan secara independen dan objektif serta kegiatan konsultasi yang
dirancang untuk pemberian nilai tambah untuk perbaikan suatu sistem aktivitas
yang ada di suatu perusahaan maupun organisasi. Aktivitas tersebut diharapkan
dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya yaitu melalui pendekatan
yang sistematis serta kedisiplinan untuk mengevaluasi dan melakukan perbaikan
serta keefektifan manajemen atas risiko, pengendalian dan proses transparan,
kompeten, dan bersih.
2.2.3
Fungsi audit Internal
Fungsi audit internal adalah membantu manajemen dengan cara
memberikan landasan bagi manajemen untuk mengambil keputusan ataupun suatu
tindakan. Menurut Arens, dkk (1991:309) fungsi audit internal dibuat dalam
satuan usaha untuk memantau efektivitas kebijakan dan prosedur lain yang
berkaitan dengan pengendalian. Agar fungsi audit internal menjadi efektif, adanya
11
staf audit internal yang independen dari berbgai operasi dan operasi dan akuntansi
menjadi penting, dan melapor langsung pada tingkat yang memiliki kewenangan
yang tinggi dalam organisasi, apakah manajemen puncak atau komite audit dari
dewan direksi dan komisaris.
Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:205) tujuan utama fungsi audit
intern pada umumnya adalah mereview, menetapkan, dan memantau kebijakan
prosedur struktur pengendalian intern, prosedur yang dilaksanakan oleh auditor
intern dalam bidang ini memberikan informasi yang bermamfaat bagi auditor
independen.
Menurut Tugiman (2003:99) internal auditing atau audit internal adalah
suatu fungsi penilaian independen yang dibuat dalam suatu organisasi dengan
tujuan menguji dan mengevaluasi berbagai kegiatan yang dilaksanakan organisasi.
Menurut Sawyer, dkk (2005) fungsi audit internal adalah:
“Sebagai alat bantu bagi manajemen untuk menilai efisien dan
keefektifan pelaksanaan struktur pengendalian intern perusahaan,
kemudian memberikan hasil berupa saran atau rekomendasi dan memberi
nilai tambah bagi manajemen yang akan dijadikan landasan mengambil
keputusan atau tindak selanjutnya.”
2.2.4
Standar Profesi
Menurut Webster’s New Internasional Dictionary yang dikutip oleh
Mulyadi dan Kanaka (1998) standar adalah sesuatu yang ditentukan oleh
penguasa, sebagai suatu peraturan untuk mengukur kualitas, berat, luas, nilai, atau
mutu.
Menurut Tugiman (2003:12) kegiatan audit internal (internal audit)
dilaksanakan dalam berbagai lingkungn yang berbeda- beda dan dalam organisasi-
12
organisasi yang tujuan, ketentuan, serta kebiasaanya tidak sama, maka akan
mempengaruhi pelaksanaan pemeriksaan internal di masing- masing lingkungan.
Dalam penerapan standar profesi ini perlu diatur dan dipengaruhi oleh
lingkungan tempat audit internal melaksanakn kewajiban yang ditugaskan
terhadapnya. Kesesuaian dengan konsep- konsep yang telah dinyatakan dalam
standar ini sangatlah penting apabila para auditor internal ingin memnuhi
tanggungjawabnya.
Standar Profesi Audit Internal (SPAI) menurut Konsorsium Organisasi
Profesi Audit Internal (2004:5) mempunyai tujuan sebagai berikut:
1) Memberikan kerangka dasar yang konsisten untuk mengevaluasi
kegiatan dan kinerja satuan audit internal maupun individu auditor.
2) Menjadi saran bagi pemakai jasa dalam memahami peran, ruang
lingkup, dan tujuan audit internal.
3) Mendorong peningkatan praktik audit internal dalam organisasi.
4) Memberikan kerangka untuk melaksanakan dan mengembangkan
kegiatan audit internal yang memberikan nilai tambah dan
meningkatkan kinerja kegiatan operasional organisasi.
5) Menjadi acuan dalam penyusunan program pendidikan dan pelatihan
bagi auditor internal.
6) Menggambarkan prinsip-prinsip dasar praktik audit internal yang
seharusnya.
Standar profesi harus didasarkan pula oleh norma praktek profesional
audit internal. Norma umum berikut, masing- masing diikuti dengan norma
13
khusus, dilengkapi dengan pedoman yang menjelaskan arti yang tepat dari suatu
istilah yang dipergunakan untuk memnuhi norma tersebut. Menurut Tugiman
(2001:13) standar profesi meliputi sebagai berikut:
1. Independensi atau kemandirian unit audit internal yang membuatnya
terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan objektivitas para
pemeriksa internal (internal auditor).
2. Keahlian dan pengguanaan kemahiran profesional secara cermat dan
seksama para audit internal.
3. Lingkup pekerjaan audit internal.
4. Pelaksanaan tugas audit internal, dan
5. Manajemen unit audit internal.
Standar Profesi Audit Internal ini merupakan awal dari serangkaian
Pedoman Praktik Audit Internal (PPAI) yang diharapkan menjadi sumber rujukan
bagi internal auditor yang ingin menjalankan fungsinya secara profesional.
Apabila aturan-aturan dalam standar tersebut tidak diikuti, artinya auditor tersebut
bekerja diluar dari standar yang telah ditetapkan, sehingga hasilnya pun menjadi
dibawah standar dan juga akan menyebabkan berkurangnya kepercayaan
masyarakat akan mutu jasa auditor tersebut. Standar Profesi Internal yang disusun
oleh Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal terdiri atas Standar Atribut,
Standar Kinerja dan standar Implementasi.
2.2.4.1 Independensi atau Kemandirian Unit Audit Internal
Seorang auditor di dalam melaksanakan tugasnya, sangat diperlukan
untuk memiliki sifat independen atau bebeas dari aktivitas- aktivitas yang
14
diauditnya, sehingga auditor dapat membuat pertimbangan dan penilaian penting
secara netral dan tidak menyimpang pada siapapun. Hal ini dapat dicapai bila udit
internal diberikan status dan kedudukan yang jelas.
Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998) independensi berarti sikap mental
yang bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung
pada orang lain. Independensi juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya pertimbangan
yang objektif tidak memihak dlam diri auditor dlam merumuskan dan menyatakan
pendapatnya.
Menurut Tugiman (2001:20) Auditor internal harus mandiri dan terpisah
dari berbagai kegiatan yang diperiksa. Para auditor internal dianggap mandiri
apabila dapat melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objetif. Kemandirian
para pemeriksa internal dapat memberikan penilaian yang tidak memihak dan
tanpa prasangka, hal mana sangat diperlukan atau/penting bagi pemeriksaan
sebagaimana mestinya. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi dan sikap
objektif para objektif auditor internal.
Dengan independensi memungkinkan auditor internal dapat melakukan
pekerjaan secara bebas dan objektif, sehingga independensi dapat dicapai melalui
status organsasi dan objektivitas. Hal ini dapat diperoleh melalui status organisasi
dan sikap objektif para auditor internal:
1. Status organisasi
Status organisasi dari audit internal (bagian dari pemeriksaan internal)
haruslah
memberikan
keleluasaan
untuk
memenuhi
atau
15
menyelesaikan tanggungjawab pemeriksaan yang diberikan. Dalam
melaksanakan tugasnya, auditor internal harus mempunyai dukungan
dari manajemen senior dan dewan, sehingga mereka memiliki kerja
sama dari pihak yang diperiksa dan dpat menyelesaikan pekerjaanya
secara bebas dari berbagai campur tangan pihak lain.
2. Objektivitas
Objektif merupakan sikap mental yang bebas atau independen yang
harus dimiliki oleh auditor internal (pemeriksa internal) dalam
melakukan pemeriksaanya. Untuk mecapai objektivitas auditor harus
bebas dari tanggungjawab operasional.
Pengertian objetivitas yang dikemukakan oleh Mulyadi (2002), yaitu:
“Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jas
yang diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota
bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain.”
Sikap objektif akan memungkinkan para auditor internal melaksanakan
pemeriksaan dengan sungguh- sungguh dan menimbulkan keyakinan atas
pekerjaanya, sehingga menghasilkan penilaian atas pemeriksaan internal yang
berkualitas dan tidak diragukan.
2.2.4.2 Keahlian dan Penggunaan Kemahiran Profesional Audit Internal
Pemeriksaan internal harus dilaksanakan oleh ahli dan dengan ketelitian
profesioanal. Dalam keahlian dan penggunaan kemahiran seorang auditor internal
diperlukan sebuah kemampuan yang berhubungan dalam profesinya untuk
memeriksa, menganalisis dan memberikan tindakan dalam mengevaluasi
16
laporannya. Menurut Tugiman (2001:27) kemampuan profesional adalah sebagai
berikut:
“Kemampuan Profesional merupakan tanggungjawab bagian audit
internal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dlam setiap
pemeriksaan haruslah menugaskan orang- orang yang secara bersama
atau keseluruhan memiliki pengetahuan, kemampuan dan berbagai secara
tepat dan pantas.”
Menurut The Institute of Internal Auditors yang dikutip oleh Akmal
(2006:13) kemampuan profesional adalah pemeriksa intern harus menggunakan
keahlian dan ketelitian dalam menjalankan profesinya, yang meliputi:
1. Bagian Pemeriksa Intern
a) Kepegawaian: unit pemeriksa intern harus menjamin dimilikinya
keahlian teknis dan latar belakanag pendidikan yang memadai bagi
para pemeriksanya.
b) Pengetahuan
dan
kecakapan:
unit
pemeriksa
intern
harus
memperoleh para pemeriksa yang mempunyai pengetahuan dan
kecakapan mengenai berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya.
c) Supervisi: unit pemeriksa intern harus melakukan supervisi ke para
pemeriksa yang melakukan tugas pemeriksaan.
2. Pemeriksa Intern
a) Ketaatan dengan standar profesi: para pemeriksa internal harus
mematuhi standar pemeriksaan yang berlaku.
17
b) Pengetahuan dan kecakapan: para pemeriksa intern harus memiliki
atau mendapatkan pengetahuan, kecakapan dan disiplin ilmu yang
penting dalam melaksanakan pemeriksaan.
c) Hubungan antar manusia dan komunikasi: pemeriksa intern harus
mampu menghadapi orang lain dan mampu berkomunikasi secara
efektif.
d) Pendidikan berkelanjutan: para pemeriksa intern harus selalu
mengembangkan diri melalui pendidikan berkelanjutan.
e) Ketelitian profesional: ketelitian profesional harus dilaksanakan
dalam setiap penugasan yang dilakukan.
2.2.4.3 Lingkup Pekerjaan Audit Internal
Menurut Tugiman (2001:41) lingkup pekerjaan pemeriksan internal harus
meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektivan sistem
pengendalian internal yang dimiliki oleh organisasi dn kualitas pelaksanaan
tanggung jawab.
Menurut The Institute of Internal Auditors yang dikutip oleh Akmal
(2006:13) lingkup pekerjaan pemeriksa intern harus meliputi pengujian dan
evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas pengendalian manajemen serta
kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan yaitu meliputi:
1. Keandalan Informasi: pemeriksa intern harus memeriksa keandalan
informasi keuangan dan operasi serta cara-cara yang digunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasikan dan melaporkannya.
18
2. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, peraturan dan
undang-undang: pemeriksa intern harus memeriksa sistem yang telah
ditetapkan untuk meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai
kebijaksanaan, rencana, prosedur, peraturan dan undang-undang dan
harus menentukan apakah organisasi telah mematuhi hal-hal tersebut
di atas.
3. Perlindungan terhadap aktiva: pemeriksa intern harus memeriksa alat
atau cara yang dipergunakan untuk melindungi harta dan jika perlu
dilakukan pemeriksaan fisik mengenai keberadaan aktiva tersebut.
4. Penggunaan sumber daya ekonomis dan efisien: pemeriksa intern
harus menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan sumber
daya.
5. Pencapaian tujuan: pemeriksa intern harus menilai pekerjaan, operasi
dan program untuk menentukan apakah hasil yang dicapai telah
sesuai dengan tujuan dan sasaran semula serta apakah telah
dilaksanakan secara tepat dan sesuai rencana.
2.2.4.4 Pelaksanaan Tugas Pemeriksaan Audit Internal
Menurut Tugiman (2001:53) dalam kegiatan pelaksanaan tugas
pemeriksaan
harus
meliputi
perencanaan
pemeriksaan,
pengujian
dan
pengevaluasian, pemberitahuan hasil dan menindaklanjuti. Adapun pelaksanaan
kegiatan internal audit harus meliputi :
1. Perencanaan pemeriksaan
2. Pengujian dan pengevaluasian informasi
19
3. Penyampaian hasil pemeriksaan
4. Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Penjelasan dari tahapan-tahapan di atas adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan Audit
Tahap perencanaan audit merupakan langkah yang paling awal dalam
pelaksanaan kegiatan audit intenal, perencanaan dibuat bertujuan
untuk menentukan objek yang akan diaudit/ prioritas audit, arah dan
pendekatan audit, perencanaan alokasi sumber daya dan waktu, dan
merencanakan hal-hal lainnya yang berkaitan dengan proses audit.
1) Menurut Tugiman (2006:53) audit intern haruslah merencanakan
setiap pemeriksaan. Perencanaan haruslah didokumentasikan dan
harus meliputi: Penetapan tujuan audit dan lingkup pekerjaan.
2) Peroleh informasi dasar (background information) tentang
kegiatan- kegiatan yang akan diperiksa.
3) Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan
audit.
4) Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.
5) Melaksanakan survey untuk mengenali kegiatan yang diperlukan,
risiko-risiko dan pengawasan-pengawasan.
6) Penulisan program audit.
7) Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil-hasil audit
akan disampaikan.
8) Memperoleh persetujuan bagi rencana kerja audit.
20
b) Pengujian dan Pengevaluasian Informasi
Pada tahap ini audit intern haruslah mengumpulkan, menganalisa,
menginterprestasi dan membuktikan kebenaran informasi untuk
mendukung hasil audit.
Menurut Tugiman (2006:59) proses pengujian dan pengevaluasian
informasi adalah sebagai berikut:
“1) Dikumpulkannya berbagai informasi tentang seluruh hal yang
berhubungan dengan tujuan- tujuan pemeriksaan dan lingkup kerja.
2) Informasi haruslah mencukupi, kompeten, relevan dan berguna
untuk membuat suatu dasar yang logis bagi temuan audit dan
rekomendasi- rekomendasi.
3) Adanya prosedur- prosedur audit, termasuk teknik- teknik
pengujian.
4) Dilakukan
pengawasan
terhadap
proses
pengumpulan,
penganalisaan, penafsiran dan pembuktian kebenaran informasi.
5) Dibuat kertas kerja pemeriksaan.”
c) Penyampaian Hasil Pemeriksaan
Laporan audit internal ditujukan untuk kepentingan manajemen yang
dirancang untuk memperkuat pengendalian audit intern, untuk
menentukan ditaati tidaknya prosedur/kebijakan-kebijakan yang telah
ditetapkan oleh manajemen. Audit intern harus melaporkan kepada
manajemen
apabila
terdapat
penyelewengan/penyimpangan-
penyimpangan yang terjadi di dalam suatu fungsi perusahaan dan
memberikan saran- saran/rekomendasi untuk perbaikannya.
Menurut Tugiman (2006:68) audit intern harus melaporkan hasil audit
yang dilaksanakannya yaitu:
“1) Laporan tertulis yang ditandatanngani oleh ketua audit intern.
2) Pemeriksa intern harus terlebih dahulu mendiskusikan kesimpulan
dan rekomendasi.
21
3) Suatu laporan haruslah objektif, jelas, singkat terstruktur dan tepat
waktu.
4) Laporan haruslah mengemukakan tentang maksud, lingkup dan
hasil dari pelaksanaan pemeriksaan.
5) Laporan mencantumkan berbagai rekomendasi.
6) Pandangan dari pihak yang diperiksa tentang berbagai kesimpulan
atau rekomendasi dapat pula dicantumkan dalam laporan
pemeriksaan.
7) Pimpinan audit intern mereview dan menyetujui laporan audit.”
d) Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Audit intern terus menerus meninjau/melakukan tindak lanjut (follow
up) untuk memastikan bahwa terhadap temuan- temuan pemeriksaan
yang dilaporkan telah dilakukan tindakan yang tepat. Audit intern
harus memastikan apakah suatu tindakan korektif telah dilakukan dan
memberikan berbagai hasil yang diharapkan, ataukah manajemen
senior atau dewan telah menerima risiko akibat tidak dilakukannya
tindakan korektif terhadap berbagai temuan yang dilaporkan.
e) Laporan Audit Internal
Hasil akhir dari pelaksanaan audit internal dituangkan dalam suatu
bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik dan
teratur.
Laporan
ini
merupakan
suatu
alat
penting
untuk
menyampaikan pertanggung jawaban kepada manajemen.
Menurut Arens, dkk (2008:6) tahap terakhir dalam proses audit adalah
menyiapkan laporan audit (audit report), yang menyampaikan
temuan-temuan auditor kepada pemakai. Laporan seperti ini memiliki
sifat yang berbeda-beda, tetapi semuanya harus memberi tahu para
pembaca tentang derajat kesesuaian antara informasi dan kriteria yang
22
telah ditetapkan. Laporan juga memiliki bentuk yang berbeda dan
dapat bervariasi mulai dari jenis yang sangat teknis yang biasanya
dikaitkan dengan audit laporan keuangan hingga laporan lisan yang
sederhana dalam audit operasional atas efektivitas suatu departemen
kecil.
Menurut Agoes (2004:236) sebagai hasil dari pekerjaannya,
internal auditor harus membuat laporan kepada manajemen. Laporan
tersebut merupakan suatu alat dan kesempatan bagi internal auditor
untuk menarik perhatian manajemen dan membuka mata manajemen
mengenai manfaat dari Internal Audit Department (IAD), apa saja
yang sudah dan dapat dikerjakan IAD, hal penting apa saja yang
terjadi di perusahaan dan memerlukan perhatian dan tindakan
perbaikan dari manajemen. Untuk itu IAD harus menyampaikan
laporan yang:
a. Objective
b. Clear (jelas)
c. Concise (singkat tetapi padat)
d. Constructive (membangun)
e. Timely (cepat waktu)
2.2.4.5 Manajemen Unit Audit Internal
Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara
tepat agar dalam pelaksanaannya perusahaan dapat efisien dan efektif. Menurut
23
Tugiman (2003:79) pimpinan audit internal bertanggung- jawab mengelola bagian
audit internal secara tepat, sehingga dapat:
1. Pekerjaan pemeriksaan memenuhi tujuan umum dan tanggungjawab
yang disetujui oleh manajemen senior dan diterima oleh dewan.
2. Sumber daya begian audit internal dipergunakan secara efesien dan
efektif dan
3. Pelaksanaan pekerjaan pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar
profesi.
Menurut The Institute of Internal Auditors yang dikutip oleh Akmal
(2006: 13) manajemen bagian pemeriksa intern harus dikelola secara baik dan
tepat.
1. Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab: pimpinan pemeriksa intern
harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan dan tanggung jawab.
2. Perencanaan: pimpinan pemeriksa intern harus menetapkan rencana
bagi pelaksanaan tanggung jawab bagiannya.
3. Kebijakan dan prosedur: pimpinan pemeriksa intern harus membuat
berbagai kebijakan dan prosedur secara tertulis yang akan
dipergunakan sebagai pedoman oleh staf pemeriksa intern.
4. Manajemen sumber daya manusia: pimpinan pemeriksa intern
harusmenetapkan program untuk menyeleksi dan mengembangkan
SDM pada bagiannya.
24
5. Pemeriksa
ekstern:
pimpinan
pemeriksa
intern
harus
mengkordinasikan tugas-tugas pemeriksa intern dengan pemeriksa
ekstern.
6. Pengendalian mutu: pimpinan pemeriksa intern harusm menetapkan
dan mengembangkan mutu atau jaminan kualitas ketika mengevaluasi
berbagai kegiatan bagian pemeriksa intern.
2.2.5
Tujuan dan Ruang Lingkup Audit Internal
Menurut The Institute of Internal Auditors telah mendefinisikan audit
internal dan tujuannya sebagai:
“Suatu fungsi penilai independen yang dibentuk dalam organisasi.
Tujuan audit internal adalah untuk membantu anggota organisasi
dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif”.
Ruang lingkup dari audit internal menurut The Institute of Internal
Auditors (2004:157) adalah sebagai berikut:
“Internal auditors should consider the following suggestions when
evaluating an organization’s governance activities related to information
security.”
Auditor
internal
harus
memperhatikan
saran
atau
usul
ketika
mengevaluasi kinerja perusahaan berkaitan dengan keamanan informasi.
Adapun menurut Tugiman (2006:99-100) ruang lingkup audit internal
sebagai berikut :
“Ruang lingkup pemeriksaan intern menilai keefektifan sistem
pengendalian intern serta pengevaluasian terhadap kelengkapan dan
keefektifan sistem pengendalian intern yang dimiliki organisasi, serta
kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan. Pemeriksaan
internal harus :
- Me-review keandalan ( reabilitas dan integritas ) informasi finansial dan
operasional serta cara yang dipergunakan untuk mengidentifikasi,
mengukur, mengklasifikasikan dan melaporkan informasi tersebut.
25
- Me-review berbagai sistem yang telah ditetapkan untuk memastikan
kesesuaian dengan berbagai kebijakan, prosedur, hukum dan peraturan
yang dapat berakibat penting terhadap kegiatan kegiatan organisasi
serta harus menentukan apakah organisasi telah mencapai kesesuaian
dengan hal-hal tersebut.
- Me-review berbagai cara yang dipergunakan untuk melindungi harta
dan bila dipandang perlu, memverifikasi keberadaan harta-harta
tersebut.
- Menilai keekonomisan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber
daya.
- Me-review berbagai operasi atau program untuk menilai apakah
hasilnya konsisten dengan tujuan dan sarana yang telah ditetapkan dan
apakah kegiatan tersebut dilaksanakan sesuai dengan yang
direncanakan.”
2.2.6
Wewenang dan Tanggungjawab Audit Internal
Mengenai wewenang dan tanggung jawab audit internal, Konsorsium
Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyebutkan bahwa:
“Tujuan, kewenangan dan tanggung jawab audit internal harus
dinyatakan secara formal dalam Charter Audit Internal, konsisten
dengan Standar Profesi Audit Internal dan mendapatkan persetujuan dari
pimpinan dan Dewan Pengawas Organisasi”.
Hal ini dimaksudkan agar tujuan, kewenangan dan tanggung jawab audit internal
dinyatakan dalam dokumen tertulis secara formal.
Menurut The Institute of Internal Auditors menyatakan secara lebih
terperinci mengenai tanggung jawab Auditor Internal dalam Standar Profesi
Akuntan Publik (SPAP) (2004:322.1) yaitu sebagai berikut:
“Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan data analisis
dan
evaluasi,
memberikan
keyakinan
dan
rekomendasi,
menginformasikan kepada manajemen satuan usaha dan dewan komisaris
atau pihak lain yang setara dengan wewenang dan tanggung jawab
tersebut. Audit internal mempertahankan objektivitasnya yang berkaitan
dengan aktivitas yang diauditnya”.
Menurut Arens, dkk (2008:371) auditor diwajibkan oleh section 404 untuk
menerbitkan laporan audit tentang penilaian manajemen atas pengendalian
26
internalnya, termasuk pendapat auditor mengenai keefektifan pelaksanaan
pengendalian tersebut.
2.2.7
Program Audit Internal
Menurut Mulyadi dan Kanaka (1998:100) program audit merupakan
daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedngkan prosedur audit
adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus
diperoleh pada saat tertentu dalam audit.
Pengertian program audit menurut Tugiman (2004:30) adalah
“Program audit adalah langkah- langkah yang disusun secara rinci yang
kemudian dilaksanakan dalam melakukan suatu pekerjaan. Supaya
pelaksanaan audit internal dapat berjalan dengan baik dan lancar,
penyusunan program audit harus direncanakan dengan baik. Program
audit ini akan berhubungan dengan setiap subjek yang diperiksa dan
dapat dipergunakan sebagai alat perencanaan dan pengawasan yang
efektif atas kegiatan audit.”
Program audit merupakan perencanaan prosedur dan teknik pemeriksaan
secara efisien dan efektif. Oleh karena itu, program audit merupakan petunjuk
bagi auditor internal dalam melaksanakan audit sehingga auditor internal dapat
mengarahkan pekerjaannya kepada tujuan yang telah ditetapkan.
2.3
Pengertian Efektivitas
Dalam menentukan tujuan manajemen untuk mencapai suatu tujuan
perusahaan harus memanfaatkan, mengelola dan menilai efektivitas atas
aktivitas- aktivitas yang terdapat di dalam perusahaan. Jadi suatu aktivitas
dapat dikatakan efektif jika ia berhasil guna atau dapat mencapai tujuan yang
telah ditetaapkan sebelumnya.
27
Pengertian efektivitas menurut Bedford yang dialih bahasakan oleh
Maulana (2001:14) adalah sebagai berikut :
“Efektivitas diartikan sebagai kemampuan suatu unit untuk mencapai
tujuan yang diinginkan”.
Menurut Kartikahadi yang dikutip oleh Agoes (2004:182) efektivitas
yaitu :
“Efektivitas diartikan sebagai perbandingan masukan-keluaran dalam
berbagai kegiatan, samapai dengan pencapaian tujuan yang ditetapkan,
baik ditinjau dari kuantitas (volume) dan hasil kerja, kualitas kerja
ataupun batas waktu yang ditargetkan”.
Dari pernyataan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa apabila tujuan yang
telah direncanakan oleh perusahaan terlaksana dengan baik, maka kegiatan
perusahaan dapat dikatakan efektif. Sebaliknya, apabila tujuan perusahaan yang
telah direncanakan tidak terlaksana dengan baik, maka dapat dikatakan kegiatan
perusahaan tersebut tidak efektif.
2.4
Pengendalian Internal
2.4.1
Pengertian Pengendalian Internal
Menurut The Institute of Internal Auditors (2001:319.2) mendefinisikan
pengendalian internal adalah:
“Pengendalian Internal sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen dan personel lain entitas yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan
berikut ini: (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas operasi, dan
(c) kepatuhan tehadap hukum dan peraturan yang berlaku.”
Menurut Tugiman (2002:1) pengendalian intern dikelompokkan menjadi
dua, yaitu pengendalian intern dalam arti sempit dan pengedalian dalam arti luas.
28
“Pengendalian intern dalam arti sempit adalah pengecekan kecermatan
penjumlahan, baik dalam penjumlahan mendatar (crossfoting) maupun
penjumlahan menurun (footing).
Pengertian dalam arti luas adalah sebagaimana definisi pengendalian intern
diawal perkembangannya, yang baik bermamfaat untuk:
 Menjaga keamanan harta kekayaan perusahaan
 Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi
 Menigkatkan efesiensi dalam operasi
 Membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dalam
kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya.”
2.4.2
Jenis-Jenis Pengendalian Internal
Menurut Tugiman (2002:38) berdasarkan sifatnya, pengendalian intern
diklasifikasikan menjadi pengendalian preventive, pengendalian detective,
pengendalian corrective, pengendalian directive dan pengendalian compensative.
1. Pengendalian Preventive
Pengendalian untuk mencegah terjadinya kekeliruan, kesalahan atau
ketidakberesan yang sering terjadi dalam operasi suatu kegiatan.
2. Pengendalian Detective
Jenis pengendalian ini dimaksudkan untuk mendeteksi kesalahankesalahan setelah kesalahan- kesalahn tersebut terjadi.
3. Pengendalian Corrective
Dimaksudkan
untuk
memperbaiki
masalah-masalah
atau
pun
kelemahan- kelemahan yang teridefikasi melalui pengendalian
detective.
4. Pengendalian Directive
Didesain dengan maksud untuk menghasilkan hasil- hasil yang positif,
sementara fokus pengendalian preventive, detective dan corrective
adalah didasarkan pada pencegahan, deteksi dan koreksi daripada
29
hasil negatif yang ditemukan. Kadang manajemen akan menunujukan
pada kegiatan- kegiatan tertentu.
5. Pengendalian Compensative
Pengendalian untuk menetralisasi kelemahan pada aspek kontrol yang
lain.
2.4.3
Tujuan Pengendalian Internal
Menurut Tugiman (2002:5) tujuan pengendalian pada (General Standard
300. Standard For The Professional Practice Of Internal Auditing, Theinstitute Of
Internal Auditor), yaitu:
1.
Dapat dipercayanya dan integritas informasi
2.
Ketaatatan pada kebijakan, rencana, prosedur, undang- undang dan
peraturan.
3.
Pengamanan aktiva
4.
Ekonomis dan efesiensi pemamfaatan sumber- sumber
5.
Efektivitas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atas kegiatan dan
program
Menurut Arens, dkk (2008) tujuan pengendalian internal yaitu suatu
sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang
untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah
mencapai tujuan dan sasarannya. Kebijakan dan prosedur ini seringkali disebut
pengendalian, dan secara kolektof membentuk pengendalian internal entitas
tersebut.
30
2.4.4
Tanggungjawab Atas Pengendalian Internal
Menurut Arens, dkk (2008:371) menjelaskan bahwa tanggung jawab atas
pengendalian internan berbeda antara manajemen dan auditor. Manajemen
bertanggungjawab utnuk menetapkan dan menyelenggarakan pengendalian
internal entitas. Section 404 menyatakan bahwa manajemen diharuskan untuk
melaporkan secara terbuka tentang keefektifan memahami dan menguji
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Penilaian manajemen mengenai pengendalian internal atas pelaporan
keuangan terdiri dari dua komponen utama yaitu (1) manajemen harus
mengevaluasi rancangan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. (2)
manajemen harus menguji efektiftas pelaksanaan pengendalian.
2.4.5
Komponen Pengendalian Internal
Menurut Internal Control-Integrated Framework
yang dikeluarkan
COSO, yaitu kerangka kerja pengendalian internal yang paling luas diterima di
Amerika Serikat, menguraikan lima komponen pengendalian internal yang
dirancang dan diimplementasikan oleh manajemen untuk memberikan kepastian
yang layak bahwa tujuan pengendaliannya akan tercapai. Setiap kompoen
mengandung banyak pengendalian, tetapi auditor hanya akan berfokus pada
pengendalian yang dirancang utnuk mencegah dan mendeteksi salah saji yang
material dalam laporan keuangan.
Inti dari organisasi yang dikendalikan secara efektif terletak pada sikap
manajemennya. Jika manajemen puncak percaya bahwa pengendalian memang
penting, maka anggota organisasi lainnya akan merasakan hal itu dan menanggapi
31
dengan mengamati secara hati- hati pengendalian yang ditetapkan. Jika anggota
organisasi itu merasa bahwa pengendalian tidak begitu diperhatikan oleh
manajemen puncak, hampir dapat dipastikan bahwa tujuan manajemen tidak dapat
tercapai secara efektif.
Menurut Arens, dkk (2008:376) terdapat komponen pengendalian COSO
meliputi hal- hal berikut ini:
1. Lingkungan Pengandalian
2. Penilaian Risiko
3. Aktivitas Pengendalian
4. Informasi Dan Komunikasi
5. Pemantauan
Setiap komponen mengandung banyak pengendalian, tetapi auditor
hanya akan berfokus pada pengendalian yang dirancang untuk mencegah atau
mendeteksi salah saji yang material dalam laporan keuangan.
2.4.5.1 Lingkungan Pengendalian
Menurut Agoes (2004:76) lingkungan pengendalian menetapkan corak
suatu organisasi dan memengaruhi kesadaran pengendalian orang- orangnya.
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian
intern yang lain, menyediakan disiplin dan struktur.
Menurut Arens, dkk (2008:379) untuk memahami dan menilai
lingkungan pengendalian, auditor harus mempertimbangkan subkomponen
pengendalian yang paling penting, mencakup hal- hal berikut ini:
a. Integritas dan nilai etika
32
Adalah produk dari standar etika dan perilaku entitas, serta bagaimana
standar itu dikomunikasikan dan diberlakukan dalam praktik.
Subkomponen ini meliputi tindakan manajemen untuk menghilangkan
atau mengurangi dorongan dan godaan yang mungkin membuat
karyawan tidak melakukan tindakan tidak jujur, ilegal, atau tidak etis.
Ini juga meliputi pengomunikasian nilai- nilai entitas dan standar
perilaku kepada para karyawan melalui pernyataan kebijakan, kode
perilaku dan teladan.
b. Komitmen terhadap kompentensi
Kompetensi adalah pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan
untuk menyelesaikan tugas mendefinisikan pekerjaan seseorang.
Komitmen pada kompetensi meliputi pertimbangan manajemen
tentang tingkat kopetensi bagi pekerjaan tertentu, dan bagaimana
tingkatan
tersebut
diterjemahkan
menjadi
keterampilan
dan
pengetahuan yang diperlukan.
c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit
Dewan komisari berperan penting dalam tata kelola korporasi yang
efektif karena memikul tanggung jawab akhir untuk memastikan
bahwa manajemen telah mengimplementasikan pengendalian internal
dan proses pelaporan keuangan yang layak.
d. Filosofi dan gaya operasi manajemen
Manajemen, melalui aktivitasnya, memberikan isyarat jelas kepada
para karyawan tentang pentingnya pengendalian internal.
33
e. Struktur organisasi
Struktur organisasional entitas menentukan garis- garis tanggung
jawab dan kewenangan yang ada. Dengan memahami struktur
organisasi klien, auditor dapat mempelajari peneglolaan dan unsurunsur fungsional bisnis serta melihat bagaimana pengendalian
diimplementasikan.
f. Pemberian wewenang
Pemberian
wewenang
merupakan
perluasan
lebih
lanjut
pengembangan struktur organisasi akan dapat mengalokasikan sumber
daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan perusahaan. Disamping
itu, pemberian wewenang yang jelas akan memudahkan pertanggung
jawaban komsumsi sumber daya perusahaan dalam pencapaian
perusahaan.
g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Aspek paling penting dalam pengendalian internal adalah personil.
Jika para karyawan kompeten dan bisa dipercaya, pengendalian
lainnya dapat diabaikan, dan laporan keuangan yang andal masih akan
dihasilkan.
Setelah
memperoleh
informasi
tentang
setiap
subkomponen
lingkungan pengendalian, auditor menggunakan pemahaman ini
sebagai dasar untuk menilai sikap dan kesadaran manajemen serta
para direktur mengenai pentingnya pengendalian.
34
2.4.5.2 Penilaian Risiko
Menurut Agoes (2004:76) risiko yang relevan denga pelaporan keuangan
mencakup peristiwa dan keadaan intern maupun ekstern yang dapat terjadi dan
secara negatif memengaruhi keamanan entitas untuk mencata, mengolah,
meringkas dan melaporkan data keuangan konsisten dengan asersi manajemen
dalam laporan keuangan.
Menurut Arens, dkk (2008:379) penilaian risiko oleh manajemen
berbeda, tetapi berhubungan erat dengan penilaian resiko oleh auditor. Apabila
manajemen menilai resikosebagai bagian dari perancangan dan pelaksanaan
pengendalian internal untuk meminimalkan kekeliruan serta kecurangan, auditor
menilai resiko untuk memutuskan bukti yang dibutuhkan dalam audit. Jika
manajemen secara efektif menilai dan merespon risiko itu, biasanya auditor akan
mengumpulkan
lebih
sedikit
bukti
ketimbang
jika
manjemen
gagal
mengidentifikasi atau risiko yang signifikan.
Dari uraian- uraian diatas dapat diketahui, perkiraan risiko untuk
pelaporan keuangan adalah pengidentifikasian, penganalisian, dan pengeloaan
risiko-risiko yang relevan terhadap penyiapan laporan keuangan yang sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum dalam pencapaian tujuan.
Selanjutnya
proses
penetapan
risiko
suatu
perusahaan
harus
mempertimbangkan kejadian- kejadian dan keadaan- keadaan ekstenal dan
internal yang dapat timbul dan mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk
mencatat, memproses, mengiktisarkan dan melaporkan data keuangan sesuai
35
dengan arsesi manajemen didalam laporan keuangan. Risiko- risiko dapat timbul
atau berubah dikarenakan hal- hal sebagai berikut:
1. Perubahan dalam lingkungan operasi (change in the operating
environment).
2. Karyawan baru (new personnel).
3. Sistem inforamasi baru (new or revamped infomations system).
4. Pertumbuhan yang pesat (rapid growth).
5. Teknologi baru (new technology).
6. Jalur produk baru atau aktivitas baru (new line product or activities).
7. Operasi perusahaan secara internasional (foreign operational).
8. Rekstrukturisasi perusahaan (corporate restructurism).
9. Keputusan akuntansi (accounting decision).
2.4.5.3 Aktivitas Pengendalian
Menurut Agoes (2004:76) aktivitas pengendalian adalah:
“Kebijakan dan prosedur yang membantu memastikan bahwa arahan
manajemen dilaksanakan. Aktivitas tersebut membantu memastikan
bahwa tindakan yang diperlukan untuk mananggulangi risiko dalam
pencapaian tujuan entitas sudah dilaksanakan.”
Sebenarnya ada banyak aktivitas pengendalian semacam ini dalam entitas
mana pun, termasuk pengendalian manual dan terotomasi. Menurut Arens, dkk
(2008:380) aktivitas pengendalian pada umumnya dibagi menjadi lima jenis
berikut ini:
1. Pemisahan tugas yang memadai
36
Ada empat pedoman umum menyangkut pemisahan tugas yang
memadai untuk mencegah baik kecurangan maupun kekliruan yang
terutama penting bagi auditor, sebagai berikut:
a. Pemisahan penyimpanan aktiva dari akuntansi
b. Pemisahan otorisasi transaksi dari penyimpanan aktiva terkait
c. Pemisahan tanggung jawab pencatatn
d. Pemisahan tugas TI dari depatemen pemakai
2. Otorisasi yang sesuai atas transaksi dan aktivitas
Agar pengendalian berjalan denga baik, setiap transaksi harus
diotorisasi dengan tepat. Jika setiap orang dalam suatu organisasi bisa
memperoleh atau menggunakan aktiva seenaknya, hal itu akan
menimbulkan kekacauan. Otorisasi dapat bersifat umum dan khusus.
Otorisasi umum yaitu manajemen menetapkan kebijakan, dan para
bawahan diintruksikan untuk mengiplementasikan otorisasi umum
tersebut dengan menyetujui semua transaksi dalam batas yang
ditetapkan oleh kebijakan itu. Sedangkan otorisasi khusus adalah
berlaku utnuk transaksi individual. Utnuk transaksi tertentu,
manajemen memilih mengotorisasi setiap transaksi.
3. Dokumen dan catatan yang memadai
Adalah objek
fisik
dimana transaksiakan
dicantumkan serta
diiktisarkan. Dokumen dan catatan meliputi penjualan, dan kartu
absensi karyawan.
4. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan
37
Untuk menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, aktiva
dan catatn harus dilindungi. Jika dibiarkan tidak terlindungi, aktiva itu
bisa dicuri. Jika tidak terlindungi secara memadai, catatn bisa dicuri,
rusak, atau hilang, yang dapat sangat menganggu proses akuntansi dan
proses bisnis.
5. Pemeriksaan independen atas kinerja
Kategori terkahir dari pengendalian adalah review yang cermat dan
berkelanjutan atas keempat hal laninya, yang sering kali disebut
pemeriksaan independen (independent cheks) atau verifikasi internal.
Kebutuhan akan pemeriksaan independen timbul karena pengendalian
internal cenderung berubah seiring dengan bberlalunya waktu, kecuali
review sering dilakukan.
2.4.5.4 Informasi dan Komunikasi
Menurut Agoes (2004: 211) komunikasi mencakup penyediaan suatu
pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan
pengendalian inter terhadap pelaporan keuangan.
Menurut Arens,dkk (2008:384)
tujuan sistem informasi dari entitas
adalah untuk memulai, mencatat, memproses, dan melaporkan transaksi yang
dilakukan oleh entitas itu serta mempertahankan akuntabilitas aktiva terkait.
Sistem informasi dan komunikasi akuntansi mempunyai beberapa subkomponen,
yang biasanya terdiri atas kelas- kelas transaksi seperti penjualan, retur penjualan,
penerimaaan kas, akuisisi dan sebagainya.
38
2.4.5.5 Pemantauan
Dalam melaksanakan audit diperlukan pemantauan agar kinerja
pengendalian internal dapat efektif. Menurut Agoes (2004:77) pemantauan
adalah:
“Proses penentuan kualitas kinerja pengandalian intern sepanjang waktu.
Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian
tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan
melalui kegiatan yang berlangsung secara terus- menerus, evalusi secara
terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya.”
Menurut Mulyadi (2005:195) pemantauan , yaitu:
“Proses menentukan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang
waktu. Pemantauan dilaksanakan oleh orang yang semestinya melakukan
pokok tersebut, baik pada tahap desain maupun tahap pengoperasian
pengendalian pada waktu yang tepat untuk menentukan apakah sistem
pengendalian intern tersebut memerlukan perubahan karenaterjadinya
perubahan keadaan.”
Menurut Arens, dkk (2008:385) aktivitas pemantauan berhubungan
dengan penilaian mutu pengendalian internal secara berkelanjutan atau periodik
oleh manajemen untuk menentukan bahwa pengendalian itu telah beroperasi
seperti yang diharapkan, dan telah dimodifikasi sesuai dengan perubahan kondisi.
Bagi banyak perusahaan, terutama yang berukuran lebih besar,
departemen audit internal sangat penting demi tercapainya pengawasan yang
efektif. Agar efektif, fungsi audit internal itu harus dilakukan oleh staf yang
independen dari departemen perasi maupun depatemen akuntansi dan mereka
melapor langsung ke tingkat otoritas yang lebih tinggi dalam organisasi, entah itu
manajemen puncak atau komite audit dewan direksi.
39
2.4.6
Keterbatasan Pengendalian Internal
Menurut Tunggal (2000:26) keterbatasan pengendalian intern dapat
disebabkan antara lain:
1. Manajemen mengesampingkan pengendalian intern.
Pengendalian suatu entitas mungkin dikesampingkan oleh manajemen.
2. Kesalahan yang tidak disengaja oleh personel
Sistem pengendalian intern hanya efektif apabila personil yang
menetapkan dan melaksanakan pengendalian juga efektif.
3. Kolusi
Efektivitas pemisahan fungsi terletak pada pelaksanaan individual
sendiri atas tugas- tugas yang diberikan kepada mereka atau
pelaksanaan pekerjaan seseorang pemisahan fungsi.
Terlepas dari bagaimana bagusnya desain dan operasinya, pengendalian
intern hanya dapat memberikan keyakinan bagi manajemen dan dewan komisaris
berkaitan dengan pencapaian tujuan pengendalian intern.
Menurut Agoes (2004:81) kemungkinan pencapaian dipengaruhi oleh
keterbatasan bawaan yang melekat dalam pengendalian intern. Hal ini mencakup
kenyataan bahwa pertimbangan manusia dalam pengambilan keputusan dapat
salah bahwa pengendalian intern dapat rusak karena kegagalan yang bersifat
manusiawi tersebut, seperti kekeliruan atau kesalahan yang bersifat sederhana.
Disamping itu pengendaliaan dapat tidak efekti karena adanya kolusi diantara dua
orang atau lebih atau manajemen mengesampingkan pengendalian internal.
40
2.5
Penjualan
2.5.1
Pengertian Penjualan
Salah satu kegiatan yang paling penting dalam perusahaan adalah
penjualan, hal ini disebabkan karena penjualan merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi perusahaan.
Adapun pengertian penjualan menurut Ikatan Akuntansi Indonesia
(2002:23) adalah sebagai berikut:
“Penjualan barang meliputi barang yang diproduksi perusahaan untuk
dijual dan barang yang dibeli untuk dijual kembali, seperti barang
dagangan yang dibeli pengecer atau tanah dan properti lain yang dibeli
untuk dijual kembali.
Penjualan jasa biasanya menyangkut pelaksanaan tugas yang telah
disepakati untuk dilaksanakan selama suatu periode waktu yang telah
disepakati oleh perusahaan.”
Pengertian penjualan menurut Mulyadi (2008:202 ), yaitu:
“Penjualan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh penjual dalam
menjual barang atau jasa dengan harapan akan memperoleh laba dari
adanya transaksi- transaksi tersebut dan penjualan dapat diartikan sebagai
pengalihan atau pemindahan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari
pihak penjual ke pembeli.”
Menurut
Puspitawati
(2010:165)
penjualan
merupakan
aktivitas
memperjualbelikan barang dan jasa kepada konsumen. Aktivitas penjualan dalam
perusahaan dapat dilakukan baik secara tunai ataupun kredit.
2.5.2
Prosedur Penjualan
Dalam pelaksanaan organisasi penjualan tidak terlepas dari adanya
prosedur penjualan. Pengertian prosedur penjualan menurut Gillespe (2001:8)
adalah sebagai berikut :
“sales procedure is :
1. Sales order, shipping, order and billing
2. Sales distribution
41
3. Account Receivable
4. Cash receivable and credit control”.
Dari pendapat di atas dapat di uraikan prosedur penjualan pada
perusahaan sebagai berikut :
1. Sales order, shipping, order and billing
Prosedur ini biasanya ditangani oleh bagian penjualan. Bagian ini
menerima pesanan dan bagian salesman. Order pembelian dan
pelanggan atau melalui phone, kemudian pesanan dicatat dalam
formulir. Formulir-formulir yang digunakan dalam prosedur penjualan
antara lain :
a. Surat perintah pemesanan barang.
b. Faktur penjualan (sales invoice).
c. Bon penjualan kontan (cash sales slip).
d. Kwitansi pembayaran barang.
2. Sales distribution
Distribusi adalah prosedur pengambilan perincian (dalam jumlah
rupiah atau kwitansi barang) dari salah satu dokumen (faktur
penjualan) dan mengumpulkan untuk keperluan laporan. Langkahlangkah dalam distribusi antara lain :
a. Membuat jurnal yang nantinya akan dipindah bukukan ke dalam
buku besar.
b. Membuat laporan yang menunjukan klasifikasi masing-masing.
c. Membuat kertas kerja, rekening dan formulir lainnya untuk
mengumpulkan transaksi.
42
Untuk
membuat
distribusi
perlu
ditentukan
klasifikasi
yang
diinginkan, yaitu :
a. Klasifikasi barang
b. Klasifikasi penjualan
c. Klasifikasi langganan
d. Klasifikasi metode penjualan
e. Jenis penjualan
f. Klasifikasi golongan konsumen dan saluran distribusi
Laporan yang dihasilkan dari prosedur distribusi antara lain :
a. Laporan bulanan penjualan dan harga pokok masing-masing
kelompok yaitu :
a. Menurut kelompok barang
b. Menurut jenis penjualan
b. Laporan harian, mingguan atau bulanan tergantung keperluan
menurut:
a. Jenis barang
b. Penjualan
c. Langganan
3. Account Receivable
Kegiatan dari fungsi piutang melibatkan beberapa bagian dari
perusahaan sejak timbulnya piutang sampai diterimanya pembayaran.
Adapun bagian-bagian yang terlibat adalah :
43
a. Bagian penjualan yang memegang fungsi penjualan dan merupakan
awal timbulnya piutang.
b. Seksi administrasi piutang mencatat timbulnya dan hapusnya
piutang.
c. Bagian akkuntasi umum yang mencatat transaksi piutang dalam
proses akuntansi.
d. Bagian keuangan yang melibatkan bagian penagihan maupun
penerimaan uangnya.
4. Cash Receivable and Credit Control
a. Petugas yang mencatat atas timbulnya piutang maupun hapusnya
piutang harus terpisah dari petugas buku besar maupun penagihan.
b. Secara periodik diadakan internal cek anatara total bbuku besar
pembantu dengan buku besar piutang.
c. Diadakan konfirmasi atas saldo piutangn secara periodik.
d. Catatan atas piutang berfungsi control atau kondisi dan diatas
maksimum kredit melalui daftar umur piutang.
e. Setiap hasil penagihan oleh petugas inkaso hasilnya harus
dipertanggungjawabkan hari itu juga.
2.5.3
Organisasi Penjualan
Pengertian organisasi menurut Terry yang dikutip oleh Midjan dan
Susanto (2001:51) adalah sebagai berikut :
“Organisasi berarti pengelompokan serta pengaturan berbagai macam
aktivitas yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan.“
44
Organisasi sebagai fungsi akuntansi antara perusahaan yang satu dengan
yang lain tidak ada keseragaman. Organisasi harus menampung dan menangani
aktivitas perusahaan dengan didukung oleh job description (uraian tugas) yang
baik, begitu pula dengan organisasi penjualan.
Menurut Midjan dan Susanto (2001:271) menguraikan bahwa:
“Kegiatan penjualan melibatkan berbagai bagian antara lain :
1. Bagian penjualan itu sendiri.
2. Bagian gudang.
3. Bagian pengiriman.
4. Seksi piutang.
5. Bagian akuntansi
6. Bagian kas”
Luas dan sempitnya aktivitas penjualan, tujuan pimpinan perusahaan,
letak perusahaan (pusat atau cabang) akan menentukan organisasi dari fungsi
penjualan. Untuk perusahaan besar dan memiliki cabang-cabang atau perwakilan
di kota-kota lain, maka fungsi penjualan dapat didelegasikan kepada cabangcabang atau perwakilan dengan mendelegasikan wewenang yang jelas batasbatasannya.
2.5.4
Tujuan Penjualan
Dalam suatu perusahaan, kegiatan penjualan merupakan kegiatan yang
paling penting karena dengan adanya kegiatan penjualan tersebut terbentuklah
laba yang dapat menjamin kontinuitas perusahaan. Tujuan penjualan pada
umumnya adalah untuk mencapai laba optimal dengan modal yang minimal.
Menurut Swastha (2001:80) biasanya perusahaan memiliki tiga tujuan
umum dalam penjualannya, yaitu:
1. Mencapai Volume Penjualan
45
Perusahaan perlu menetapkan target penjualan yang akan dicapai
untuk periode waktu, biasanya dalam satu tahun. Target penjualan ini
sangat penting untuk kegiatan perencanaan keuangan dan manajer
promosi penjualan, karena dengan menetapkan target penjualan,
maka volume penjualan akan tercapai.
2. Mendapatkan Laba Tertentu
Pada saat mendirikan suatu perusahaan, setiap individu dalam
perusahaan tentu mempunyai tujuan masing-masing, dan tujuan
tersebut harus diarahkan menuju tercapainya tujuan perusahaan
secara keseluruhan yaitu untuk memperoleh laba yang optimal.
Pengakuan, pengukuran, dan pelaporan (penyajian) laba perusahaan
sangat penting, hal ini membantu manajem untuk mengetahui
seberapa berhasilkah kegiatan penjualan yang telah dilaksanakan.
3. Menunjang Pertumbuhan Perusahaan
Penjualan yang efektif sangat membantu dalam meningkatkan
volume penjualan, sehingga laba yang diharapkan oleh perusahaan
dapat tercapai. Dengan adanya laba, maka secara tidak langsung
dapat menunjang pertumbuhan perusahaan, sehingga perusahaan
dapat mengembangkan usahanya.
2.6
Tujuan Pengendalian Internal Penjualan
Untuk melindungi dan menguasai keamanan aktiva- aktiva dari
penyelewengan dan kesalahan- kesalahan, maka dalam melaksanakan aktivitas
penjualan pihak manajemen harus nemiliki sistem pengendalian internal penjualan
46
menciptakan suatu cara atau tindakan tertentu, sehingga aktivitas penjualan
berjalan dengan lancar dan hasilnya sesuai dengan jumlah yang seharusnya
diterima dengan baik dalam bentuk uang tunai maupun tagihan- tagihan, yang
seharusnya cepat disajikan dalam catatan- catatan keuangan perusahaan.
Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang
dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak dirancang
perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Menurut Arens, dkk
(2008:370) biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang
sistem pengendalian internal yang efektif:
1. Reabilitas laporan keuangan. Tujuan pengendalian internal yang
efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggungjawab
pelaporan keuangan tersebut.
2. Efesiensi dan efektivitas operasi. Pengendalian dalam perusahaan
akan mendorong pemakaian sumber daya secara efesien dan efektif
untuk mengoptimalkan sasaran- sasaran perusahaan. Tujuan yang
penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan
dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk
keperluan pengambilan keputusan.
3. Ketaatan pada hukum dan peraturan. Section 44 mengharuskan semua
perusahaan
publik
mengeluarkan
laporan
tentang
keefektifan
pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
47
2.7
Pengaruh Audit Internal Terhadap Efektivitas Pengendalian
Internal Penjualan
Menurut Dirmansyah (2004) Pengendalian internal merupakan alat bantu
bagi manajemen dalam usaha untuk mencapai tujuan perusahaan, penyimpangan
atau penyelewengan dengan suatu tindakan pengawasan.
Sehubungan dengan hal itu maka penjualan yang merupakan ujung
tombak perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan memerlukan pengendalian
internal yang baik. Dalam hal ini audit internal terhadap penjualan sangat
dibutuhkan dalam mengawasi kegiatan penjualan dalam perusahaan. Hasil audit
internal akan mengurangi atau mencegah penyelewengan dan kesalahan dalam
pekerjaan akuntansi karena adanya pengecekan yang berkelanjutan dari audit
internal. Oleh karena itu audit internal merupakan tahap penting dalam
pengendalian internal.
Peran audit internal sebagai alat bantu manajemen dapat dilihat dari
unsur-unsur audit internal, ruang lingkup audit internal, dan fungsi audit internal.
Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:21) yang dikutip
oleh Ahmad menyatakan bahwa :
“Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara
pengendalian internal yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan,
efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong
peningkatan pengendalian internal secara berkesinambungan”.
Bagian audit internal mempunyai tanggungjawab kepada pimpinan
perusahaan dalam kegiatan penilaian aktivitas perusahan secara menyeluruh.Audit
internal dapat mengetahui sejauh mana pengendalian internal penjualan dapat
dijalankan oleh bagian yang diberi wewenang dan tanggungjawab.
48
Menurut Ahmad (2010) adanya audit sedangkan audit internal
diharapkan sedapat mungkin mencegah adanya internal perusahaan dapat
membantu manajemen dalam mencapai efektivitas pengendalian internal
penjualan. Efektivitas pengendalian internal penjualan terbatas pada entitas
manusia sebagai pelaksananya. Pengendalian internal tidak dapat berjalan efektif
karena adanya keterbatasan bawaan yang memungkinkan pengendalian internal
tidak dapat tercapai seperti : kesalahan dalam pertimbangan, kemacetan, kolusi,
dan pelanggaran. Pengendalian internal penjualan dapat berjalan efektif jika
entitas yang terlibat didalamnya menaati apa yang telah menjadi prosedur dan
kebijakan perusahaan, sehingga penjualan dapat dikendalikan dan mampu
menunjang kelancaran kegiatan operasional perusahaan.
Jadi dapat dinyatakan bahwa audit internal merupakan bagian dari
pengendalian internal yang fungsinya melakukan pengawasan dan penilaian
terhadap pengendalian internal untuk mencegah terjadinya penyimpangan atau
penyelewengan dalam berbagai kegiatan yang dilakukan perusahaan.
2.8
Peneliti Terdahulu yang Relevan
Tabel 2.2
Daftar Peneliti Terdahulu
No
1.
Judul
Manfaat Audit
Internal
Terhadap
Efektivitas
Pengendalian
Internal Penjualan
Tahun
2008
Nama
Peneliti
Unggul
Trudeau
Metode
Hasil
Deskriptif
& Survey
Adanya
Manfaat
49
2.
Pengaruh
Audit 2010
Internal
Terhadap
Efektivitas
Pengendalian Intern
Biaya Produksi
Aristanti
Widyaningsi
h
Deskriptif
& Survey
Adanya
Pengaruh
Yang
Signifikan
3.
Pengaruh
Kualitas 2012
Audit
Internal
Terhadap Efektivitas
Sistem Pengendalian
Internal Satuan Kerja
Perangkat
The Effect Of Internal 2012
Control
On
The
Operating Activities
Of Small Restaurants
Dityatama
Deskriptif
&
Asosiatif
Memiliki
pengaruh
yang
signifikan
LinvalFrazer,
College
atOld
Westbury,
State
University of
New York,
USA
Hussein Abdi
Mohamud
Deskriptif
&
Asosiatif
Memiliki
pengaruh
yang
signifikan
Deskriptif
&
Asosiatif
Memiliki
pengaruh
yang
signifikan
4.
55
5.
Internal
Auditing 2013
Practices and Internal
Control System in
Somali
Remittance
Firms
2.9
Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya tujuan audit internal adalah untuk membantu para anggota
organisasi agar dapat melaksanakan kewajiban dan tanggung jawabnya secara
efektif dan efisien dalam mencapai tujuan organisasi. Untuk itu, audit internal
akan melakukan analisis, penilaian dan mengajukan saran- saran. Tujuan audit
mencakup pula pengembangan pengawasan yang efektif dengan biaya yang wajar.
Audit internal merupakan bagian dari organisasi yang integral dan menjalankan
fungsinya berdasarkan kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh manajemen
senior atau dewan direksi.
50
Untuk dapat melaksanakan audit internal yang memadai, para auditor
internal sebaiknya berpedoman kepada norma-norma praktek profesional audit
internal. Adapun norma praktek profesional audit internal menurut Tugiman
(2001:13) standar profesi meliputi sebagai berikut:
1. Independensi atau kemandirian unit audit internal yang membuatnya
terpisah dari berbagai kegiatan yang diperiksa dan objektivitas para
pemeriksa internal (internal auditor).
2. Keahlian dan pengguanaan kemahiran profesional secara cermat dan
seksama para audit internal.
3. Lingkup pekerjaan audit internal.
4. Pelaksanaan tugas audit internal, dan
5. Manajemen unit audit internal.
Untuk dapat terlaksana pimpinan perusahaan memerlukan alat bantu
yang berfungsi untuk mengendalikan segala aktivitas perusahaan agar dapat
dijalankan dengan efektif dan efisiensi sesuai dengan kebijakan yang telah
ditetapkan oleh pimpinan perusahaan. Alat bantu yang berfungsi sebagai
pengendali ini disebut pengendalian internal.
Pengendalian internal adalah rencana organisasi dan keseluruhan metode
atau cara serta ukuran yang dikoordinasikan dengan tujuan untuk mengamankan
harta kekayaan, meneliti keakuratan dan dapat dipercayanya data akuntansi,
meningkatkan
efisiensi
operasi,
manajemen yang telah ditetapkan.
dan
mendorong
dipatuhinya
kebijakan
51
Semakin meningkatnya persaingan dalam dunia usaha, maka suatu
perusahaan semakin dituntut untuk dapat memilih dan melaksanakan strategi
perusahaan yang tepat. Untuk itu perusahaan dituntut untuk meningkatkan hasil
penjualannya karena penjualan merupakan tulang punggung bagi perusahaan.
Dengan meningkatkan penjualan, perusahaan dapat meningkatkan penghasilannya
dan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
52
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Satuan Pengawasan Intern (SPI)
Internal auditing atau pemeriksaan internal adalah suatu fungsi organisasi untuk
menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.
Sumber: Tugiman (2001:11)
Standar Profesi Audit Internal
Komponen Pengendalian Internal
1.
2.
3.
4.
5.
1. Independensi atau kemandirian
2. Keahlian dan pengguanaan
kemahiran profesional
3. Lingkup pekerjaan audit internal.
4. Pelaksanaan tugas audit internal,
dan
5. Manajemen unit audit internal.
Sumber: Tugiman (2009:53)
Lingkungan Pengandalian
Penilaian Risiko
Aktivitas Pengendalian
Informasi Dan Komunikasi
Pemantauan
Sumber: Arens, dkk (2008:376)
Tujuan Pengendalian Internal
Penjualan
1. Reabilitas laporan keuangan
2. Efesiensi dan efektivitas
operasi
3. Ketaatan pada hukum dan
peraturan.
Sumber : Arens, dkk (2008:370)
Pengaruh
Ho:β = 0 Artinya audit internal tidak memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap efektivits
pengendalian internal penjualan.
Ha:β ≠ 0 Artinya audit internal memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap efektivits pengendalian
internal penjualan.
53
2.10
Hipotesis
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah pelaksanaan audit
internal pada perusahaan sudah dilaksanakan secara efektif dan apakah
pengendalian internal penjualan pada perusahaan sudah mencapai target yang
ditentukan. Selanjutnya akan dilihat bagaimana audit internal berpengaruh
terhadap efektivitas pengendalian internal penjualan. Jika pelaksanaan audit
internal sudah dilakukan secara baik, maka penjualan perusahaan akan efektif.
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, dapat disusun Hipotesis
penelitian yang diajukan adalah hipotesis alternatif (Ha), sedangkan untuk
keperluan analisis statistik hipotesis nol (Ho). Perumusan Hipotesis nol (Ho) dan
Hipotesis Alternatif (Ha) adalah sebagai berikut:

Ho:β = 0 Artinya audit internal tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap efektivits pengendalian internal penjualan.

Ha:β ≠ 0 Artinya audit internal memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap efektivits pengendalian internal penjualan.
Download