G K RI EXODU S A CHURCH WHERE CARE, TEACHING, AND MISSION MEET TOGETHER Susunan Liturgi Ibadah Minggu Panggilan beribadah Pengkhotbah Votum Pengkhotbah Bacaan Bertanggapan Pujian Pengakuan Dosa Doa Pengakuan Dosa Secara Pribadi Doa Pengakuan Dosa Berita Anugerah Petunjuk Hidup baru Pujian “Salam Damai” / “Shalom shalom” Pujian Syukur 1 Pujian Syukur 2 Pengakuan Iman Pujian Doa Firman Tuhan Khotbah Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Jemaat Liturgos Liturgos Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Liturgos & Jemaat Pengkhotbah Pengkhotbah Persembahan Liturgos & Jemaat Doa Persembahan & Doa Syafaat Pengumuman & Seri Pembinaan Doxology / “Kami memuji Kebesaran-Mu” Doa berkat Amin / “Thank You Lord” Theme Song “Jesus At The Center“ Petugas Doa Pengkhotbah Hamba Tuhan GKRI Exodus GEMBALA SIDANG SENIOR Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M Telp : 0815 5055 985 Email: [email protected] Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah Pengkhotbah GEMBALA BAVARIAN Pdt. Reyco Wattimury, S.Th. Telp.081-331515954 Email: [email protected] GEMBALA LOKAL NGINDEN Ev. Yohanes Dodik Iswanto, M.A Telp : 0812 3378 0070 Email: ev.yohanesdodik@gmail. com 2 e MAGZ Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G Kemurahan/kebaikan (Lukas 6:35) Mimbar GKRI Exodus | Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M Khotbah hari ini termasuk ke dalam seri Karakter Kristiani berdasarkan buah Roh di Galatia 5:22-23. Kita sampai pada rasa yang ke-5, yaitu “kemurahan” (LA:TB). Hampir semua versi Inggris memilih terjemahan “kebaikan” (kindness). Apakah arti “kemurahan/kebaikan” di sini? Dalam teks Yunani, kata benda yang digunakan adalah chrēstotēs. Kata ini hanya muncul 8 kali di seluruh Perjanjian Baru, itu pun hanya dalam tulisan Paulus (Rm 2:4; 3:12; 11:22[2x]; 2 Kor 6:6; Gal 5:22; Ef 2:7; Kol 3:12; Tit 3:4). Kata sifat chrēstos juga tidak terlalu sering muncul (Mat 11:30; Luk 5:39; 6:35; Rm 2:4; 1 Kor 15:33; Ef 4:32; 1 Pet 2:3). Kata chrēstotēs atau chrēstos seringkali merujuk pada kebaikan Allah di dalam Kristus Yesus (Rm 2:4; 11:22; Ef 2:7; Tit 3:4; 1 Pet 2:3). Manusia berdosa seringkali tidak memiliki karakter ini (Rm 3:12). Sebaliknya, orang-orang yang sudah menerima kebaikan Allah dinasihati untuk menunjukkan kebaikan kepada orang lain (2 Kor 6:6; Ef 4:32; Kol 3:12). Karena kebaikan yang tercakup dalam kata chrēstotēs atau chrēstos cukup luas, hari ini kita hanya menyoroti salah satu aspeknya saja sesuai dengan Lukas 6:35 “Tetapi kamu, kasihilah musuhmu dan berbuatlah baik kepada mereka dan pinjamkan dengan tidak mengharapkan balasan, maka upahmu akan besar dan kamu akan menjadi anakanak Allah Yang Mahatinggi, sebab Ia baik (chrēstos) terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orangorang jahat.” Kepada siapa kebaikan/kemurahan ditujukan? Bagaimana bentuk konkrit dari kebaikan/kemurahan? Apa alasan yang tepat di balik kebaikan/kemurahan? Obyek kebaikan Kebaikan mengenal tingkatan. Suatu tindakan yang terlihat baik belum tentu benar-benar baik. Ada beragam faktor yang perlu dipertimbangkan sebagai ukuran. Salah satunya adalah obyek kebaikan. Jikalau kita hanya mengasihi orang-orang yang baik kepada kita, maka kebaikan seperti itu tidak ada istimewanya sama sekali. Orang-orang berdosa pun melakukan hal itu (6:32-34). Suatu kebaikan yang bersyarat dan berpamrih bukanlah kebaikan. Dalam banyak kasus, hal itu justru merupakan sebuah sarana untuk memanipulasi orang lain. Tidak demikian halnya dengan kebaikan yang diajarkan oleh Tuhan Yesus di sini. Kebaikan harus ditujukan pada obyek yang tidak baik. Kita dituntut untuk mengasihi musuh (ayat 35a). Istilah “musuh” di sini sebenarnya lebih mengarah pada pandangan atau sikap orang lain terhadap kita, bukan sikap kita yang menjadikan orang lain 3 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ sebagai musuh. Orang Kristen te), “berbuatlah baik” (agathopoieite), dan tidak seharusnya memiliki musuh, walaupun orang lain ada yang menganggap kita sebagai musuh mereka. Musuh tidak usah report-repot dicari. Dengan berbuat baik saja kadangkala orang lain dengan sukarela dan tanpa alasan menjadikan diri mereka sebagai musuh kita. “Musuh” dilihat dari apa yang mereka lakukan maupun yang tidak mereka lakukan. Dari apa yang mereka lakukan, musuh adalah mereka yang membenci (ayat 27), mengutuk (ayat 28a), mencaci-maki (ayat 28b), dan berbuat jahat kepada kita (ayat 29-30, 35). Dari apa yang mereka tidak lakukan, musuh adalah mereka yang tidak tahu berterima kasih (ayat 35). Saya yakin tidak sukar menemukan orang-orang di sekitar kita dengan ciri-ciri seperti di atas. Mereka bukan hanya pernah melakukan hal-hal tersebut. Mereka bahkan terus-menerus melakukannya pada kita. Beberapa tidak bisa menghargai kebaikan yang kita tunjukkan. Walaupun demikian, hal itu tidak boleh menghalangi kita dalam menunjukkan kebaikan. Secara konsisten kita harus menunjukkan kasih dan kebaikan. Itulah sebabnya di ayat 35 Tuhan Yesus menggunakan kata kerja imperatif present “kasihilah” (agapa- “pinjamkanlah” (danizete). Artinya, perintah ini dilakukan terus-menerus. Tidak peduli seperti apa respons dari orang lain, orang Kristen sepatutnya menunjukkan kebaikan. Bentuk kebaikan mungkin fleksibel sesuai dengan apa yang terbaik bagi orang itu, namun semangat untuk berbuat baik tidak boleh padam hanya gara-gara respons negatif dari obyek kebaikan. Ketidakbaikan orang lain justru menjadi ukuran bagi kebaikan yang sejati. Semakin tidak baik suatu obyek kebaikan, semakin baik kualitas kebaikan tersebut. Obyek kebaikan menentukan kualitas kebaikan. Bentuk kebaikan Tiga kata kerja imperatif di ayat 35 muncul dalam urutan yang progresif, dalam arti yang semakin konkrit. Mengasihi berarti berbuat baik, berbuat baik berarti memberi pinjaman tanpa mengharapkan kembali. Semua ini mengajarkan satu prinsip penting tentang kasih. Kasih bukan hanya sekadar perasaan. Kasih terwujud dalam kebaikan. Kasih yang tak berwujud dalam kebaikan adalah perasaan yang kosong dan menipu. Bentuk konkrit kasih/kebaikan di ayat 35 tidak boleh dipisahkan dari penjelasan se4 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ belumnya di ayat 32-34. Beber- aktif. Nasihat ini tentu saja tidak bermakna apa ide yang muncul di ayat 32-34 diulang lagi di ayat 35. Mengasihi musuh disinggung di ayat 32, berbuat baik kepada mereka ada di ayat 33, dan memberikan pinjaman muncul di ayat 34. Dari sini terlihat bahwa ayat 35 merupakan penjelasan sekaligus rangkuman dari ayat 32-34. Lebih jauh, bentuk kasih/kebaikan di ayat 35 juga merujuk balik pada ayat 27-30. Paralelisme dengan ayat 27-30 inilah yang paling banyak membantu untuk menafsirkan bentuk kebaikan di ayat 35. Orang Kristen harus mengharapkan yang baik untuk musuh-musuh mereka (ayat 28). Kata “memberkati” (eulogeō) secara hurufiah mengandung makna “mengucapkan sesuatu yang baik.” Karena dilekatkan dengan “doa” di bagian selanjutnya, eulogeō di sini dengan tepat telah dipahami sebagai “memberkati.” Di dalam doa, kita berharap agar mereka menerima berkat Tuhan, entah apapun bentuk dari berkat itu. Berkat terbesar tentu saja adalah pertobatan mereka, tetapi kita tidak boleh membatasi berkat ilahi. Semua terserah kepada Allah. Apa yang baik di mata Allah bagi musuh-musuh kita, itulah yang kita harapkan dan doakan. Orang Kristen harus memberikan kepada musuh lebih daripada yang diharapkan (ayat 29-30). Memberikan pipi yang satu tatkala pipi yang lain ditampar (ayat 29a) bukan hanya mengajarkan tindakan pasif yang tidak mau melawan. Memberikan pipi yang lain jelas menyiratkan sesuatu yang hurufiah. Poin yang ingin didaratkan adalah kerelaan untuk memberikan lebih daripada yang diharapkan. Hal ini diperkuat dengan ayat 29b tentang pemberian baju kepada orang yang mengambil jubah kita. Kita juga tidak hanya melepaskan sesuatu sebagai pemberian, tetapi kita sekaligus berani untuk tidak mengharapkan hal itu akan kembali pada kita (ayat 30). Poin yang terakhir terakhir, yaitu tentang tidak mengharapkan pengembalian hutang (ayat 30, 35), perlu diberi penjelasan untuk menghindari kesalahpahaman. Teks ini tidak mengajarkan bahwa menagih hutang adalah dosa atau tidak baik. Seorang musuh yang sampai rela mengiba kepada orang yang ia musuhi atau berhutang kepadanya berarti musuh itu benar-benar dalam keadaan yang sangat terjepit. Dia mungkin tidak memiliki jalan keluar yang lain, sehingga ia terpaksa meminta tolong pada orang yang ia musuhi. Kepada orang yang sangat membutuhkan seperti ini, kita tidak sepatutnya menuntut dia mengembalikan pemberian atau melunasi hutangnya. Orang Kristen harus mengasihi musuh seperti diri sendiri (ayat 31). Apa yang kita ingin orang lain perbuat kepada kita, lakukan itu kepada orang lain. Dengan kata lain, kita mengukur orang lain berdasarkan diri kita. Apakah kita ingin dikasihi oleh orang lain? Apakah kita ingin menerima berkat? Apakah kita ingin didoakan oleh orang lain? Apakah kita berbahagia apabila orang lain memberikan lebih banyak daripada yang 5 e Kh o tb ah M in gg u | #T E AC H I N G MAGZ kita harapkan? Jika jawaban dari deretan pertanyaan ini adalah “iya,” kita pun harus mulai melakukannya terlebih dahulu kepada orang lain. Motivasi di balik kebaikan Mengasihi musuh jelas bukan tugas yang mudah. Banyak orang gagal melakukannya. Dibutuhkan alasan yang sangat istimewa untuk melakukannya. Alasan inilah yang disebut motivasi kebaikan. Apakah motivasi yang benar di balik suatu kebaikan? Alasan terbaik adalah status kita sebagai anak-anak Allah, baik status kita sekarang maupun nanti di akhir zaman. Penggunaan kata “tetapi kamu” di awal ayat 35 menandakan sebuah kontras. Kontras antara orang-orang berdosa (ayat 32-34) dengan kita sebagai anak-anak Allah (ayat 35). Kita dituntut untuk menunjukkan kebaikan yang berbeda dibandingkan mereka. Status sebagai anak-anak Allah juga disinggung dalam kaitan dengan upah yang besar di ayat 35. Kita akan menjadi anak-anak Allah Yang Mahatinggi. Pernyataan ini tidak boleh dipahami seolah-olah status sebagai anak-anak Allah adalah hasil perbuatan baik manusia. Poin yang ditekankan adalah pengakuan dan pemuliaan atas anak-anak Allah. Sebagai anak-anak Allah, kita wajib mencerminkan sifat Bapa kita (bdk. ayat 36 “Hendaklah kamu murah hati sama seperti Bapamu adalah murah hati”). Hidup harus sesuai dengan status. Nah, jikalau dalam dunia ini tindakan kita mencerminkan sifat dari Bapa kita (ayat 35 “sebab Ia baik terhadap orang-orang yang tidak tahu berterima kasih dan terhadap orang-orang jahat”), maka di akhir zaman nanti Bapa pun akan mengakui kita sebagai anak-anak-Nya. Bukan hanya mengakui, Ia juga akan memuliakan kita. Kita bukan sembarang anak. Kita adalah anak-anak Allah Yang Mahatinggi (ayat 35). Apakah selama ini kita merasa tidak memiliki alasan untuk mengasihi musuh-musuh kita? Apakah kita memandang orang lain terlalu hina dan tidak pantas mendapatkan kebaikan kita? Apakah orang tersebut tidak kunjung berubah sesudah menerima perlakukan baik dari kita? Ataukah ia justru menjadi semakin jahat kepada kita? Berhentilah melihat siapa mereka. Mulai sekarang, belajarlah melihat siapa kita. Kita adalah anak-anak Allah. Sudah sepantasnya kalau kita hidup seperti Bapa kita. Soli Deo Gloria. 6 e Po ko k Do a Syafaat & K at e k i s m u s H e i d e l b e r g | #TEACH ING MAGZ POKOK DOA SYAFAAT • Doakan untuk pembangunan TK, Radio dan Pastori di Sorong-Papua, Kiranya dapat berjalan dengan baik. Beberapa waktu terakhir curah hujan cukup tinggi membuat proses pembangunan sedikit terganggu karena akses jalan ambrol. • Doakan untuk kesiapan para misionaris yang akan melayani di Sorong-Papua. • Doakan untuk keluarga pak Edmon agar dapat mempersiapkan proses perpindahan dengan baik. • Doakan untuk Risty yang akan mempersembahkan 1 tahun pertamanya untuk melayani Tuhan di Sorong-Papua, kiranya Tuhan memberikan peneguhan panggilan melalui orang tua. KATEKISMUS HEIDELBERG Pertanyaan 65: Apa persatuan orang-orang terpilih dengan Kristus? Jawaban Persatuan orang-orang terpilih dengan Kristus merupakan hasil rahmat ALlah. Olehnya, mereka digabungkan dengan Kristus secara rohani dan mistik, namun sungguh- sungguh dan secara tak terpisahkan, sehingga Kristus menjadi Kepala dan suami mereka. Hal itu terlaksana melalui panggilan mereka yang ampuh. a. Efe 1:22; 2:6-8. b. 1Ko 6:17; Yoh 10:28; Efe 5:23, 30. c.1Pe 5:10; 1Ko 1:9. 7 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ DUSTA-DUSTA YANG DIYAKINI KAUM WANITA Mengenai Emosi Tidak ada alat yang digunakan oleh Setan dengan begitu efektifnya untuk membuat kaum wanita terbelenggu selain emosi. Ia melakukannya dengan membuat kita mempercayai hal-hal mengenai emosi yang sebenarnya tidak benar. 32. “JIKA SAYA MERASAKAN SESUATU, PASTILAH ITU BENAR” Setan ingin agar kita percaya bahwa jika kita merasa tidak dicintai, maka kita memang benar-benar tidak dicintai. Jika kita merasa bahwa situasi yang kita hadapi tidak tertolong lagi, maka pasti tidak ada harapan lagi. Kebenarannya adalah, disebabkan oleh kondisi kita yang telah jatuh ke dalam dosa, perasaan-perasaan kita hampir tidak ada hubungannya dengan kenyataan. Dalam banyak kasus, perasaan tidak dapat diandalkan, emosi kita cenderung berfluktuasi dengan tidak terkendali. Di tengah-tengah naik-turunnya emosi yang kadang membuat kita kewalahan, kita harus selalu membawa pikiran kita kembali kepada Kebenaran. Kebenarannya adalah Allah itu baik, Allah mengasihi saya, entah saya merasa dikasihi atau tidak. Jika kita ingin berjalan di dalam kebebasan, kita harus sadar bahwa emosi kita tidak selalu dapat dipercaya dan bersedia menolak setiap perasaan yang tidak konsisten dengan Kebenaran. Rasul Paulus memberikan resep untuk menjaga kewarasan dan kestabilan emosi: Bersukacitalah senantiasa di dalam Tuhan… Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur… Semua yang benar… pikirkanlah semuanya itu. Hasilnya? Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus… Maka Allah sumber damai sejahtera akan menyertai kamu (Fil 4:4, 6-9). 33. “SAYA TIDAK DAPAT MENGENDALIKAN EMOSI SAYA” Setan menggunakan dusta ini untuk membuat kita percaya bahwa kita tidak mempunyai pilihan lain kecuali dikendalikan oleh emosi kita. Walau ada benarnya bahwa kita tidak berdaya melawan perasaan kita, Kebenarannya adalah, kita tidak harus membiarkan perasaan kita mengatur hidup kita. Kenyataannya, tidak peduli emosi apa pun yang sedang berkecamuk di dalam diri kita, dengan kasih karunia Allah, kita dapat memilih untuk memusatkan pikiran kita kepada-Nya dan “percaya serta taat”. Pada saat melakukan itu, kita akan merasakan damai sejahtera-Nya dan kemampuan untuk setia, meskipun situasi tidak berubah. 8 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ Pada saat kita mengarahkan pikiran kita kepada Kristus dan membawa setiap pemikiran kita kepada Kebenaran, maka Roh Kudus akan menyucikan emosi-emosi kita dan memberikan kasih karunia ilahi, penghiburan, dan damai sejahtera (Kol 3:1-2). Kami menawan segala pikiran dan menaklukkannya kepada Kristus (2Kor 10:5b). Yang hatinya teguh Kaujagai dengan damai sejahtera sebab kepada-Mulah ia percaya (Yes 26:3a). 34. “SAYA TIDAK DAPAT MENGENDALIKAN RESPON SAYA APABILA HORMON-HORMON SAYA MULAI KACAU” dan perubahan hormonal kita. Masuk akalkah bahwa sang Pencipta yang bijaksana dan penuh kasih ini tidak memelihara kita dalam setiap tahap kehidupan? Ia tidak menawarkan proses pertumbuhan yang mudah atau bebas dari masalah. Namun Ia telah berjanji untuk memenuhi semua kebutuhan kita dan memberikan kasih karunia kepada kita untuk merespon perubahan dan kesulitan yang ada dalam setiap tahap kehidupan. Doa Paulus ini dapat juga digunakan kaum wanita: Semoga Allah damai sejahtera menguduskan kamu seluruhnya dan semoga roh, jiwa, dan tubuhmu terpelihara sempurna dengan tak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita. Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya (1Tes 5:23-24). Jika kita menerima dusta yang mengatakan bahwa kita tidak dapat mengendalikan emosi kita, kita juga akan percaya bahwa kita tidak dapat mengendalikan tindakan kita pada saat kita merasa tidak stabil atau 35. “CARA MENANGANI DEPRESI berada di luar kendali. ADALAH DENGAN OBAT-OBATAN Masalahnya adalah, jika kita menuruti emosi kita dan membiarkannya mengendalikan rutinitas harian ini, kita akan semakin mudah dikendalikan oleh emosi kita dalam masa peralihan dan masa sulit. DAN ATAU PSIKOTERAPI” Banyak penelitian ilmiah dan medis telah dilakukan untuk memahami keterkaitan depresi, kecenderungan genetik, dan faktor fisiologis lainnya. Yang kita ketahui adalah bahwa dalam banyak kasus, gejala fisiologis berakar dari jiwa – hal-hal seperti tidak tahu berterima kasih, konflik kepahitan, tidak mau mengampuni, tidak percaya, menuntut hak, kemarahan, dan mementingkan diri sendiri. Memang benar bahwa apa yang terjadi dengan tubuh kita mempengaruhi kita secara emosional, mental, dan bahkan spiritual. Itu semua saling berkaitan dan tidak terpisahkan. Namun kita akan jatuh dalam perangkap Musuh apabila kita membenar- Jika akar permasalahan ini tidak ditangani kan perilaku dan respon yang mengikuti menurut jalan Tuhan, maka akibatnya akan kedagingan berdasarkan pada kondisi fisik timbul dalam tubuh dan jiwa kita. Dalam 9 e Al l Ab o ut Mar r i age | #C AR E MAGZ beberapa kasus, obat-obatan mungkin membantu mengatasi gejala-gejala depresi. Namun demikian, jika depresi berakar dari masalah di luar tidak berfungsinya organ-organ fisik, maka obat-obatan tidak akan menyelesaikan masalah dengan tuntas. lam nama Yesus. Setelah Anda terlebih dahulu berdoa, saling berbagi satu sama lain mengenai kebutuhan Anda – terutama dengan pemimpin spiritual Anda; mintalah mereka untuk mendoakan Anda. Akuilah setiap dosa yang mungkin menyebabkan kelemahan spiritual di dalam hidup Anda dan bersedialah untuk bertanggung jawab pada tubuh Anda melalui proses penyemDi dalam kitab Yakobus kita menemukan buhan dan pemulihan. pertolongan bagi mereka yang berjuang melawan depresi: “Merasa bahagia” bukanlah tujuan akhir Kalau ada seorang di antara kamu yang dari kehidupan Kristiani. Allah tidak menmenderita, baiklah kita berdoa! Kalau ada janjikan bahwa mereka yang berjalan berseorang yang bergembira baiklah ia men- sama-Nya akan bebas dari segala kesulitan yanyi! Kalau ada seorang di antara kamu emosi. Kenyataannya, selama kita masih beyang sakit, baiklah ia memanggil para pe- rada dalam tubuh ini, kita akan merasakan natua jemaat, supaya mereka mendoakan berbagai macam penderitaan dan tekanan. dia… Seperti yang akan kita lihat dalam bab selanjutnya, fokus yang sebenarnya dari keKebenaran pertama adalah, tidak peduli hidupan kita bukanlah untuk mengubah apa yang kita rasakan atau kita alami, kita atau “memperbaiki” hal-hal untuk memharus segera berpaling kepada Tuhan. En- buat diri kita merasa lebih baik, melainktah kita sejahtera atau menderita, bahagia an memfokuskan diri pada kemuliaan Alatau sedih, sehat atau sakit – sebelum kita lah dan rencana keselamatan-Nya di dunia. melakukan hal yang lain, kita harus men- Yang lainnya boleh dikorbankan. Sukacita gakui kehadiran Allah dan meminta-Nya sejati datang dari mengabaikan kepentinuntuk berjalan bersama kita, untuk men- gan kita. garahkan kita dan memberikan kekuatan kepada kita untuk menangani situasi. Ringkasan Bab 8, Bagian 2: Yang Diyakini Kebenaran kedua yang ditekankan Yako- Kaum Wanita bus adalah akan arti penting dan peranan Lies Women Believe – Nancy Leigh DeMtubuh Kristus di dalam memberikan per- oss tolongan dan kesembuhan pada hati yang ~ bersambung ~ terluka. Apabila jiwa Anda sakit, izinkan tubuh Kristus memberikan kasih karunia di da10 e MAGZ Per tan yaan Se p u t ar K i t ab ke j ad i an | #Q an d A Bagaimana Menanggapi GAP T heor y? Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M (Lanjutan tgl 22 Mei 2016) Dukungan untuk Gap Theory Penganut Gap Theory biasanya memakai beberapa argumentasi berikut untuk mendukung pandangan mereka. Pertama, mereka menafsirkan kata Ibrani hāyeţâ di Kejadian 1:2 dengan “menjadi”, bukan “adalah”, sehingga terjemahan ayat 2 yang dianggap tepat adalah “bumi menjadi belum berbentuk dan kosong”. Untuk mendukung pandangan ini, mereka menunjukkan beberapa ayat dari Kitab Kejadian yang juga memakai hayah dengan arti “menjadi”, misalnya: Kejadian 3:20 “Hawa menjadi (hayah) ibu dari semua yang hidup,” Kejadian 21:20 “(Ismael)… menjadi (hayah) pemanah,” dan Kejadian 37:20 “Kita akan melihat apa yang akan terjadi (hayah) dengan mimpinya.” Seandainya terjemahan ini benar, ayat 2 menyiratkan adanya suatu peristiwa khusus yang menyebabkan bumi menjadi kacau (belum berbentuk dan kosong serta gelap gulita). Alasan lain yang dikemukakan untuk mendukung Gap Theory berhubungan dengan penafsiran kata Ibrani tōhû di Yesaya 45:18. Ayat ini menyatakan bahwa Allah tidak menciptakan bumi menjadi tempat yang kosong (tōhû). Bagaimana mungkin ada bumi yang belum berbentuk (tōhû, kata Ibrani yang juga dipakai di Kej 1:2), sedangkan Allah tidak menciptakan bumi 11 e MAGZ Per tan yaan Se p u t ar K i t ab ke j ad i an | #Q an d A yang tōhû? Keadaan bumi yang belum berbentuk (tōhû) di Kejadian 1:2 menunjukkan bahwa ada sesuatu yang telah terjadi pada bumi tersebut. Alasan ketiga adalah perbedaan antara kata “mencipta” (bārā) dan “menjadikan/membentuk” (‘āśâ). Gap Theory meyakini bahwa bārā merujuk pada penciptaan dari ketidakadaan, sedangkan ‘āśâ pada penciptaan ulang atau penciptaan dari bahan yang sudah ada. Pemunculan bārā di Kejadian 1:1 dipandang sebagai dukungan bagi penciptaan dari ketidakadaan. Masih berkaitan dengan dua penjelasan di atas, penganut Gap Theory berpendapat bahwa penafsiran di atas lebih sesuai dan berguna dalam menjelaskan kejatuhan Iblis di Yesaya 14:10-14 dan Yehezkiel 28. Dua teks ini merupakan teks yang secara tradisional dipahami sebagai penjelasan terhadap kejatuhan iblis. Terjemahan King James Version (KJV) bahkan menerjemahkan “bintang timur” di Yesaya 14:12 dengan “Lucifer”. Mereka menganggap bahwa pembuangan Iblis dari surga ke bumi telah menyebabkan kerusakan yang hebat, sehingga bumi menjadi kacau. Respons terhadap Gap Theory Pertama-tama kita perlu mengapresiasi keterbukaan para penganut Gap Theory terhadap ilmu pengetahuan. Baik kitab suci (scripture) maupun alam (nature) sama-sama berasal dari Allah. Allah menaruh kebenaran-Nya di dua area tersebut. Jika sama-sama dipelajari dengan tepat, kebenaran di ranah yang satu pasti selaras dengan kebenaran di ranah yang lain. Hal berikutnya yang perlu diperhatikan adalah jeda waktu sebelum Allah mulai menciptakan di hari ke-1. Apakah antara Kejadian 1:1-2 dengan Kejadian 1:3-31 terbentang waktu yang sangat lama? Alkitab tidak memberikan informasi yang jelas. Allah bisa saja menciptakan langit dan bumi dari ketidakadaan (ayat 1), lalu membiarkan semua itu tetap berada dalam situasi awal (ayat 2), sebelum Ia selanjutnya memulai serangkaian hari-hari penciptaan (ayat 3-31). Dalam hal ini kita dapat terlalu dogmatis. Bersambung.......... 12 e MAGZ Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G PEMILIHAN TANPA SYARAT (Lanjutan tgl 22 Mei 2016) III. BEBERAPA PENJELASAN TENTANG PEMILIHAN TANPA SYARAT Apakah kaum Arminian berhasil menyelesaikan permasalahannya ? Salah satu alasan mengapa kaum Aminian lebih suka memilih manusia sebagai penentu keselamatannya, dan bukannya Allah, adalah karena kaum Arminian ingin mempertahankan kekebasan manusia. Kaum Arminian berpandangan bahwa bila Allah terlebih dahulu telah menentukan segala sesuatu, maka manusia tidak mempunyai kebebasan dan tanggung jawab. Karena itu kaum Arminian memilih untuk mengurangi rencana Allah yang menen- tukan dan memberikan bidang tertentu dimana manusia memiliki kebebasan dan bertindak terlepas dari Allah. (Sebagai antisipasi untuk bahasan selanjutnya, perlu diketahui bahwa kaum Calvinis mempertahankan baik kedaulatan Allah maupun tanggung jawab manuisa meskipun tidak dapat menyelaraskan kedua hal ini secara rasional. Lihat Bab 6) Tetapi perlu diperhatikan bahwa kaum Arminian tidak berhasil mencapai yang dimaksud mereka. Mereka berpendapat bahwa Allah telah mengetahui terlebih dahulu peristiwa yang akan terjadi. Allah tidak memilih siapa yang akan percaya kepada Kristus, tetapai sejak kekekalan, Allah telah mengetahui pilihan apa yang akan diambil 13 e Do ctrin e Do es M at t e r | #T E AC H I N G MAGZ oleh setiap orang karena Allah mahatahu. Bila Allah telah mengetahui terlebih dahulu segala sesuatu yang akan terjadi, maka hanya yang diketahui terlebih dahulu oleh Allah saja yang akan terjadi. Tidak ada alternatif lain. Bila Allah telah mengetahui sejak awal bahwa Tuhan A akan menjadi orang percaya, maka tidak ada kemungkinan bahwa Tuan A akan menjadi orang yang tidak percaya. Jadi bila Allah telah mengetahui segala sesuatu yang akan terjadi sebagaimana diyakini oleh kaum Arminian, maka segala sesuatu yang telah diketahui itu pasti akan terjadi, dan tidak ada alternatif lain. Hal ini justru merupakan keyakinan kaum Calvinis: Allah telah mengetahui terlebih dahulu segala sesuatu, peristiwa-peristiwa masa depan sudah pasti, dan manusia memilki tanggung jawab untuk melakukan yang benar. Perbedaan dari kedua pandangan ini adalah bahwa kaum Calvinis berani menyatakan bahwa Allah adalah mahakuasa dan mengendalikan semua peristiwa; sedangkan kaum Arminian menyatakan bahwa manusialah yang mengendalikan. Kaum Calvinis berani menerima Allah sebagai Allah yang sejati, Allah yang mahakuasa, dan bukan Allah yang setengah berkuasa. Dan kaum Arminian tidak mencapai apa pun dengan teori mereka karena mereka memiliki permasalahan yang sama dengan yang dihadapi kaum Calvinis, yaitu menyelaraskan tanggung jawab manusia dengan kepastian mutlak dari semua peristiwa. Bersambung………… Sumber: Lima Pokok Calvinisme oleh H. Palmer 14 e Papy r us | #DOYO U K N OW PAP YRUS Kita seringkali mendengar kata ‘papirus’ tetapi kita tidak tahu persis apakah yang dimaksud dengan papirus. Terminologi Kata papirus (Ing: papyrus) berasal dari bahasa Yunani papuros. Hal yang menarik dari penggunaan kata ini adalah bahwa kata Yunani memiliki kata kedua untuk kata papuros, yaitu kata bublos. Seorang penulis Yunani, Theophrastos (sekitar abad ke-4 SM), menggunakan istilah papuros untuk merujuk pada sejenis tanaman yang dipergunakan sebagai bahan makanan dan istilah bublos untuk merujuk pada tanaman yang sama namun bukan sebagai bahan makanan, melainkan untuk membuat tali, keranjang dan kertas. Dari penggunaan papuros dan bublos inilah muncul istilah bahasa Inggris bible, bibliography dan paper (bandingkan kemiripan katanya). Manfaat Papirus merupakan bentuk mula-mula dari kertas yang dibuat dari sumsum batang tanaman papirus (Lat: cyperus papyrus). Jenis tanaman papirus ini tumbuh subur di sekitar sungai Nil, Mesir. Masing-masing bagian dari tanaman papirus ini memiliki banyak manfaat yang berbeda. Bongkol tanaman papirus dapat dibuat kalung untuk kuil de15 e I stri-istri Raj a D au d | #D OYO U K N OW MAGZ wa-dewa; kayu akarnya dipergunakan untuk berbagai peralatan dan bahan bakar; batang tanaman dapat dibuat kapal, tikar, pakaian, tali dan alat tulis; sumsumnya merupakan bahan makanan yang dapat dimakan mentah-mentah atau dengan dimasak terlebih dahulu. Walaupun masing-masing bagian dari tanaman papirus dapat bermanfaat, namun papirus lebih dikenal dengan fungsinya sebagai kertas. Orang-orang Mesir Kuno memakai papirus sebagai bahan membuat kertas sepanjang berabad-abad. Namun sekitar abad ke-1 SM hingga permulaan tahun Masehi, gulungan papirus mendapatkan saingan, yaitu dengan munculnya perkamen (dari kulit binatang). Sekitar 800 M, penggunaan perkamen sebagai bahan untuk menulis menjadi lebih luas dikenal masyarakat menggantikan papirus. Salah satu alasan pergeseran tersebut adalah karena sifat perkamen yang lebih tahan lama (utamanya di daerah lembab) dan perkamen mudah untuk didapatkan dimana saja dibandingkan tanaman papirus yang kebanyakan tumbuh di daerah Mesir. Proses pembuatan kertas dari papirus Selembar papirus terbuat dari batang tanaman papirus. Bagian luar dari batang dikuliti sedangkan bagian sumsumnya yang berserat dan lengket dipotong menurut panjang yang diinginkan (sekitar 40 cm). Masing-masing lembaran papirus diatur memanjang; satu lembar dipasangkan dengan lembaran yang lain sampai tidak ada celah di antara keduanya; demikian seterusnya dengan lembaran-lembaran berikutnya. Lembaran papirus itu direndam di dalam air dalam jangka waktu yang cukup lama (proses pembusukan). Selanjutnya 1 lembaran papirus direkatkan dengan lembaran papirus lainnya ketika masing-masing lembaran masih basah sehingga 2 lembaran papirus itu menjadi 1 lembaran papirus yang lebih panjang. 1 lembar papirus panjang tersebut dikeringkan dengan semacam alat penggiling. Maka jadilah selembar kertas dari papirus. Bersambung…………. NK_P 16 e B AB I V | #MI S S I O N MAGZ KESELAMATAN (Lanjutan tgl 22 Mei 2016) KESELAMATAN DAN PEMBEBASAN POLITIS Dokumen lain yang berpengaruh di Uppsala adalah laporan dari Conferrence on Church and Society, yang menekankan tema pengembangan dunia. Sebuah Konsultasi tentang Pengembangan yang sifatnya ekumenis di Morreux, mengenai teologi misi dan pengembangan memasukkan penyataan, “keselamatan Allah kepada manusia dalam Kristus meliputi pengembangan semua iman, institusi dan struktur manusia…. Pengembangan yang benar merupakan perjuangan bagi keutuhan manusia, baik individu maupun masyarakat.” Kembalinya konsep “keutuhan” manusia sangatlah penting, sekarang bisa dilihat dari istilah social politik daripada psikologi dan fisik. Selama lima tahun, penekanan ekumenis bergeser dari memanusiakan dan pengembangan ke pada gerakan pembebasan sekuler dan Program untuk Memerangi rasisme (yang dimulai tahun 1969) mendapatkan momentumnya. Penyataannya berbunyi, “keselamatan adalah pembebasan yang dilakukan Yesus Kristus kepada individu-individu dari dosa dan semua konsekuensinya” dan “fokus kita pada dampak-dampak social, ekonomi dan politik dari INjil, sama sekali tidak mengabaikan dimensi pribadi dan kekal dari keselamatan.” Namun inilah kesan umum yang diciptakan oleh laporan itu. Di bagian yang membahas mengenai keselamatan dan keadilan social dalam kemanusian yang terpecah belah, muncul ini: “Keselamatan yang dibawa Kristus dan yang di dalamnya kita berpartisipasi, menawarkan keutuhan dalam kehidupan yang terpecah belah ini… Keselamatan jiwa dan tubuh, individu dan masyarakat, manusia dan “ciptaan yang sangat rindu menantikan” (Rom 8:19)… baik individu maupun masyarakat sama-sama bersalah, maka kuasa pembebasan Allah mengubah baik pribadi maupun strukturnya… Oleh karena itu kita melihat yang terjadi saat ini adalah pergumulan untuk mendapatkan keadilan dalam bidang ekonomi, kebebasan politik dan pembaruan budaya sebagai unsur-unsur pembebasan total dunia melalui misi Allah.” Maka keselamatan adalah pembebasan, yang artinya pembebasan sama-sama mengubah orang maupun institusinya. Persamaan ini bukan hanya meragukan, tetapi laporannya sendiri kemudian menggambarkan “keselamatan dalam empat dimensi”- ekonomi, politik, social dan pribadi bahkan menegaskan bahwa dalam satu pengertian “keselamatan adalah kedamaian bagi orang-orang di Vietnam dan pembebasan di Angola, keadilan dan Utara, rekonsiliasi di Irlandia Utara dan pembebasan dari penawanan kekuasaan di komu17 e B AB I V | #MI S S I O N MAGZ nitas Atlantik Utara. Semua hal itu berarti keselamatan adalah “konversi pribadi yang membebaskan masyarakat yang tenggelam menuju harapan” atau “gaya hidup baru di tengah keegoisan dan kurangnya kasih yang melanda banyak orang.” Gambaran historis singkat tentang pemikiran ekumenis selama 10 tahun, telah menunjukkan bahwa penekanannya ada pada kata-kata kunci seperti “memanusiakan, pengembangan, keutuhan, pembebasan dan keadilan. Izinkan saya mengatakan sekali lagi bahwa semua hal tersebut dan pembebasan manusia dari semua bentuk penindasan, bukan hanya tujuan yang baik, yang menyenangkan Allah Sang Pencipta, tetapi juga orang Kristen sendiri harus secara aktif mengusahakannya bersama-sama orang-orang lain yan gmemiliki belas kasih dan itikad baik. Karena Allah menciptakan manusia dan peduli terhadap semua manusia. Dia ingin semua manusia hidup bersama dalam damai, kebebasan, bermartabat dan adil. Semua hal tersebut dalam tiap masyarakat adalah hal-hal yang diperhatikan Allah, karena Ia adalah Allah yang adil dan juga membenarkan, Dia membenci ketidakadilan dan penindasan. Selain itu, kita sebagai kaum injili sering salah karena mengabaikan tanggung jawab social dan politik. Kita harus disalahkan karena pengabaian ini. Kita harus bertobat, karena Allah mungkin memanggil lebih banyak orang Kristen yang mau mendengar panggilan-Nya untuk melibatkan diri mereka dalam dunia sekuler, dalam bidang politik, ekonomi dan sosiologi, relasi antar ras, kesehatan masyarakat, pengembangan dan banyak bidang lainnya bagi Kristus. Bersambung....... (Diambil dari buku “Murid radikal yang mengubah dunia” karya John Stott, dengan judul asli “Christian mission in the modern World” Literatur Perkantas Jatim) 18 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E RENUNGAN HARIAN Senin, 30 Mei 2016 KEBAIKAN DIBALIK DUKA (Bacaan: Mazmur 23) Fanny Crosby adalah seorang pengarang lagu yang terkenal, salah satunya adalah lagu “Ku berbahagia”. Lagu-lagu tersebut ditulis di dalam masa-masa sulit hidupnya. Ketika berusia enam tahun, ia kehilangan penglihatan seumur hidup diduga karena kesalahan penanganan medis. Ia menikah dengan pria yang juga tuna netra dan dikaruniai seorang anak, namun anak mereka meninggal saat berumur delapan tahun. Tidak lama kemudian, suaminya juga meninggal dunia. Sebatang kara di dunia, Crosby mengalami masa-masa sulit dalam hidupnya. Tetapi dalam kesulitan ia justru menciptakan lagu-lagu yang nantinya menguatkan jutaan orang di seluruh dunia. Jelas kesaksian ini berbeda dengan hal yang lazim yang kita temui di dunia ini. Banyak orang terpuruk dan kehilangan pengharapan saat penderitaan datang bertubi-tubi. Misalnya, saat kehilangan orang yang dikasihi atau kehilangan hal yang berharga. Kita mudah sekali kecewa, dan menyalahkan orang lain, bahkan mungkin Tuhan. Daudpun sebenarnya mengalami hal yang tidak lebih baik. Namun keyakinannya tentang Allah Sang Gembala agung membuat Dia mampu berdiri tegar dan bahkan menuliskan mazmur yang memberkati banyak orang selama berabad-abad? Apakah yang sedang saudara alami begitu menyakitkan saudara? ingatlah bahwa Tuhan Yesus adalah Sang Gembala agung yang sanggup memberikan saudara kelegaan. Dia tetap baik. 19 e Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E MAGZ Selasa, 31 Mei 2016 JANGAN LUPA (Bacaan: Mazmur 103:1-2) Beberapa orang memiliki ‘sakit’, “mudah lupa”. Mereka mudah melupakan janjinya, mereka juga mudah melupakan perbuatan baik orang lain. Sebagian di antara mereka sekalipun mudah lupa, namun anehnya mereka mengingat dengan baik ketika mereka berbuat baik kepada orang lain. Itu sebabnya munculah sebuah peribahasa yang baik “ukirlah di batu ketika menerima perbuatan baik orang lain, namun tulislah di tanah ketika engkau berbuat baik kepada orang lain”. Ajaran moral yang hendak diajarkan melalui peribahasa ini adalah: Orang yang berbudi akan mengingat kebaikan orang lain dan membalasnya dan tidak membanggakan diri dengan mengingat perbuatan baik diri sendiri. Seringkali penyakit ini juga dialami oleh orang Kristen. Kita mudah melupakan kebaikan Tuhan yang begitu besar dalam hidup kita, hanya karena hal kecil yang kita inginkan tidak diberikan oleh Tuhan. Pemazmur mendaftarkan berkat-berkat Allah bagi umatNya: pengampunan dosa, kesembuhan dari penyakit, dan karunia-karunia dan hidup kekal. Kita perlu terus mengingat kebaikan-kebaikan Allah agar puji-pujian yang tiada henti dapat mengalir dari mulut kita sebagaimana yang telah dialami oleh Pemazmur. Sudahkah di dalam jiwa saudara mengalir pujian tiada henti kepada Allah? jika kesulitan hidup mengalahkan saudara, mungkin penyebabnya adalah karena Saudara melupakan kebaikan Tuhan dalam hidupmu. Rabu, 1 Juni 2016 BUKAN KARENA MEREKA LAYAK (Bacaan: Amsal 3:27-28) Keberdosaan membuat manusia lebih suka mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Apapun yang dilakukan, pertanyaan yang mucul adalah “untungku apa”? Jika tidak mengasilkan keuntungan bagi diri sendiri, kita seringkali enggan untuk melakukannya. Kalaupun kita mau melakukan yang baik bagi orang lain, pertanyaan yang muncul kemudian adalah “apakah orangnya layak menerima kebaikan dariku”? Kita dengan rela hati menunjukan kebaikan bagi seseorang jika dia pernah melakukan yang baik kepada kita. Kalaupun dia tidak pernah berbuat baik untuk kita, minimal kita menilai bahwa orangnya baik dan layak untuk ditolong. 20 e Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E MAGZ Firman Tuhan akan mengubah cara berpikir umat Allah tentang kebaikan. Amsal 3:1 sama sekali tidak memberikan kategori tertentu bagi orang-orang yang akan menerima kebaikan kita. Dengan kata lain Allah ingin kita belajar bahwa kita harus berbuat kebaikan bukan karena mereka layak mendapatkannya, tetapi karena Allah ingin kita melakukannya maka kita lakukan. Dengan kata lain kita menunjukan kebaikan bukan karena siapa mereka, tetapi karena siapa kita. Kita adalah anak-anak Allah, dan Allah menghendaki anak-anaknya menyatakan kebaikan bagi siapapun yang membutuhkan. Lebih jauh lagi, pengamsal menjelaskan karena “mereka punya hak “ untuk itu. Sudahkah Saudara menyatakan kebaikan bagi mereka yang membutuhkan karena sebagai anak Allah, saudara ingin menyenangkan Sang Bapa? Kamis, 2 Juni 2016 AIR SUSU DIBALAS TUBA=KEJAHATAN (Bacaan: Amsal 17:13) Saya teringat sebuah kalimat bijak, “Membalas yang baik dengan yang jahat adalah berasal dari si jahat, Membalas yang baik dengan yang baik adalah manusiawi, membalas yang jahat dengan yang baik adalah ilahi.” Kita hanya akan membahas bagian pertama saja, yaitu tentang orang yang membalas yang baik dengan yang jahat. Ini merupakan sikap tidak tahu berterima kasih. Orang yang tidak mengenal Allahpun sangat membenci sikap ini, apa lagi bagi seorang yang mengenal Allah. Konsekuensi yang akan diterimapun sangat mengerikan, “kejahatan tidak akan menghindar/pergi atau beranjak dari rumahnya”. Kejahatan pasti akan menimpa orang yang memiliki karakter “suka membalas kebaikan dengan yang jahat”. Gambaran ini tidak hanya berlaku secara horisontal antar sesama manusia, tapi juga bisa terjadi secara vertikal antara manusia dan Allah. Manusia seringkali melupakan anugerah Allah yang melimpah. Itu sebabnya ia mudah mengeluh atau bersungut-sungut hanya karena hal kecil yang tidak sesuai dengan keinginanannya, ia segera melupakan pengampunan Kristus dengan mati di salib, penyertaanNya yang sempurna dll. Ini adalah gambaran manusia yang berkarakter buruk, “membalas yang baik dengan yang jahat”. Sikap hati yang tidak bersyukur adalah bentuk lain dari sikap tidak tahu berterima kasih. Karakter buruk ini patut dibenci dan dihindari oleh orang percaya, karena Tuhan Yesus memberikan perintah yang jelas-jelas berbeda: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu (Mat. 5:44). Untuk orang yang berbuat jahat kepada kita saja, kita diperintahkan untuk mengasihi, apalagi kepada mereka yang berbuat baik. 21 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Jumat, 3 Juni 2016 KALAHKAN KEJAHATAN DENGAN KEBAIKAN (Bacaan: Roma 12:21) Jika kita membalas kejahatan dengan kejahatan, maka kita dikalahkan oleh kejahatan, dan kita tidak ada bedanya dengan penjahat. Kalau kita menanggapi kebencian dengan kebencian, maka kita menjadi sama seperti seteru kita, dan kita kalah! Manusia seringkali tidak melakukan kebenaran ini karena ingin memperjuangkan harga dirinya. ‘Harga diri’ memang tidak dibahas di dalam pengajaran ini, karena harga diri kita tidak ditentukan oleh manusia, tetapi oleh Allah. Seorang yang sudah dibenarkan oleh Allah akan mengalami pembaharuan pikiran, termasuk pemahaman tentang harga dirinya. Ia tidak lagi mempedulikan yang dipedulikan dunia, melainkan yang dipedulikan Allah. Dia tidak lagi mempertimbangkan untung rugi bagi dirinya, karena seluruh hidupnya sudah dipersembahkan untuk kemuliaan Allah. Sekalipun kita telah menjadi orang percaya, ketaatan kepada Allah bukanlah hal yang otomatis terjadi. Ketaatan yang diharapkan dari kita tidak terjadi dengan sendirinya, tetapi harus dijalankan melalui perjuangan dengan pertolongan dari Roh Allah. Maukah saudara menaati Tuhan Allahmu dengan bergumul untuk mengalahkan kejahatan dengan kebaikan? 22 e MAGZ Fam ily Fel l ows h i p | #C AR E Sabtu, 4 Juni 2016 KETIDAKPEDULIAN BUKAN KARAKTER KITA (Bacaan: Kejadian 50:15-21) Saat perjalanan dari Shanghai ke Ningpo, Hudson Taylor tiba-tiba mendengar ada sesuatu tercebur ke laut. Ia mencari tahu dan ternyata seorang penumpang bernama Min yang terjatuh. Dalam keadaan bingung, ia melihat para nelayan yang memiliki jala, kemudian dia berpikir alat itu tepat untuk dapat menolong Min. Ada orang tenggelam di sini,” seru Taylor. “Peduli amat. Itu pekerjaan tak menyenangkan,” jawab para nelayan itu. Setelah tawar-menawar dan Taylor bersedia memberi semua uangnya, para nelayan akhirnya menebarkan jala untuk menarik Min, namun nyawanya sudah tak tertolong. Gambaran ini dapat dipakai untuk menggambarkan kondisi nurani dari masyarakat dunia ini. Tidak sedikit kita temui orang yang berada dalam keputusasaan, keterasingan, kesakitan, keterpurukan, kepahitan dan sebagainya, namun kita merasa untuk menolong mereka adalah pekerjaan yang tidak menyenangkan karena harus berkorban tenaga, waktu bahkan materi. Berbeda dengan Yusuf. Sekalipun dia telah disakiti dan dijual oleh saudara-saudaranya sendiri, ia bukan hanya mengampuni mereka, ia bahkan memilih untuk menyelamatkan keluarganya dari kematian karena kelaparan. Dendam tidak ada dalam kamus seorang anak Allah. Ketidakpedulian bukan karakter seorang percaya. 23 e P E N G UM UM AN MAGZ AGENDA MINGGU INI Hari / Tanggal Pukul Senin, 30 Mei 2016 23.00 Selasa, 31 Mei 2016 18.30 Rabu, 1 Juni 2016 19.00 Kamis, 2 Juni 2016 06.00 19.00 Jumat, 3 Juni 2016 Sabtu, 4 Juni 2016 06.00 18.30 22.00 Sabtu, 5 Juni 2016 Keterangan - Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Bahtera Yudha , 96,4 FM STAR : “Sejarah Gereja Umum” Oleh Yohanes Dodik Iswanto, M.A. - Latihan Musik KU 3 - HUT : Sdr. Juandri - HUT : Sdri. Lidya S - HUT : Pdt. Yohanes Harijanto Doa Pagi - Latihan Musik KU 1 dan 2 - HUT : Sdri. Christina Adji - HUT : Sdri. Eunice Geraldine Oenarta - HUT : Bp. Rudy Irwanto - HUT : Sdr. Eber - HUT : Ibu Sri Dewi Doa Pemuridan Persekutuan Pemuda Siaran rohani “Grace Alone” Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M di Radio Mercury, 96 FM Sakramen Perjamuan Kudus (KU 1,2 dan 3) HUT : Ibu Elizabeth Yully Kepada jemaat yang berulang tahun, segenap hamba Tuhan, penatua, dan jemaat mengucapkan, “Selamat bertambah usia, kiranya kasih karunia dan hikmat Tuhan menyertai senantiasa, serta semakin mengasihi dan bertumbuh dalam pelayanan kepada Tuhan dan sesama.” 24 e JADWAL P E NATAL AYANAN IBADAH UMUM MAGZ Minggu, 29 Mei 2016 Penatalayanan Ibadah Remaja (Pk. 09.30 WIB) Ibadah Umum I (Pk. 07.00) Ibadah Umum II (Pk. 09.30) Tema Ibadah Umum III (Pk. 17.00) Cab. Bavarian (07.00) Cab. Bavarian (Pk. 09.30) KEMURAHAN Pengkhotbah Ev. Yohanes Dodik Bp. Koesoemo Liturgos Sdr. Andy Ev. Heri Kristanto Sdri. Helen Pdt. DR. Yakub Hosaana Bp. Koesoemo Sdr. Sumito Sdr. Ishak Sdr. Haryadi Sdr. Ishak Sdr. Haryadi Sdr. Amir Sdr. Dennis Sdr.Toni Pelayan Musik Bp. Eliazar Bp. Eliazar Team Bp. Samuel Pelayan LCD Sdri. Ririt Sdr. Felix Sdr. Kevin Sdri. Marlin Sdri. Marlin Penyambut Jemaat Ibu Suani Bp. Budijanto Ibu Santi Ibu Fenissa Ibu Yen Yen Bp. Budi SG Ibu Lisa A Ibu Yuli Sdri. Michelle Sdri. Ernist Sdr. Sebastian Sdr. Wawan Sdri. Clara Sdri. Olin Sdri. Clara Sdri. Olin Doa Syafaat Bp. Budijanto Ibu Titik Sdri. Zizi Sdri. Lia Sdri. Lia Doa Persembahan Bp. Budijanto Ibu Titik Sdri. Zizi Sdri. Clara Sdri. Clara Petugas Minggu Ini Ev. Heri Bp. Budi SG Ev. Samuel Singer Ibu Susi Sdr. Ikhsan Bp. Stevi Ibu Dina Sdri. Risty Sdri. Febbe Sdr. Freddy Sdri. Risty Sdri. Febbe Sdri. Risty BAKSOS 25 e JADWAL P E NATAL AYANAN IBADAH UMUM MAGZ Minggu, 5 Juni 2016 Penatalayanan Ibadah Remaja (Pk. 09.30 WIB) Ibadah Umum I (Pk. 07.00) Ibadah Umum II (Pk. 09.30) Ibadah Umum III (Pk. 17.00) Cab. Bavarian (07.00) Cab. Bavarian (Pk. 09.30) Kebaikan Tema Pdt. Novida Lassa, M.Th Pengkhotbah Liturgos Pdt. Yakub Tri Handoko, Th.M Sdr. Ikhsan Sdri. Shinta Ibu Ike Ibu Wilis Pdt. Reyco Wattimury, S.Th Sdri. Debbie Pelayan Musik CUBE CUBE Sdr. Ishak Sdr. Ishak Sdr. Ishak Sdr. Hary- Sdr. Haryadi adi Sdr. Amir Sdr. Amir Sdr. Dennis Sdr. Dennis Sdr.Toni Sdr. Toni Pelayan LCD Sdr. Daniel Sdr. Evan Sdr. Kevin Sdri. Marlin Sdri. Marlin Sdr. Aurel Ibu Yen Yen Bp. Budi SG Ibu Lisa A Ibu Yuli Sdri. Michelle Sdri. Ernist Sdr. Sebastian Sdr. Wawan Sdri. Clara Sdri. Olin Sdri. Clara Sdri. Olin Doa Syafaat Ev. Heri Ev. Heri Ev. Samuel Ibu Wilis Sdri. Debbie Doa Persembahan Ev. Heri Ev. Heri Ev. Samuel Sdri. Elvi Sdri. Stevani Petugas Minggu Ini Ev. Heri Ev. Heri Ev. Samuel Singer Sdr. Joy Sdr. Tryphenna Sdr. Joy Sd. Jacinta Penyambut Jemaat GABUNGAN IBADAH UMUM Sdri. Helen Sdri. Risty Sdri. HenSdri. Virgin ny Sdr. Esau Sdri. Kristin 26 e JADWAL P E NATAL AYANAN MAGZ SEKOLAH MINGGU Penatalayanan 29 Mei 2016 1 Juni 2016 (Pk. 09.30 WIB) (Pk. 09.30 WIB) Liturgis Kak Susi Kak Susi Pelayan Musik Kak Sam Kak Sam Doa Pra/Pasca SM Kak Fenny Kak Sam BULAN MISI ANAK Jadikan semua bangsa murid-Ku Tema Mengenal gereja-gereja tertua di Surabaya PIC Kak Budi dan Kak Sam Kak Budi : Khotbah Petrus Kak Suani : Khotbah Petrus Kak Vena : Khotbah Petrus Kak Dessy : Khotbah Petrus Kak Kezia : Khotbah Petrus IBADAH PEMUDA Sabtu, 28 Mei2016 Sabtu, 4 Juni 2016 Tema KTB Kesetiaan (Galatia 5:22-23) Pengkhotbah Ev. Sumito Kak Reyco Litrugos Sdri. Marlin Sdr. Efraim Pelayan Musik TEAM TEAM Pelayan LCD Sdr. Juan Sdri. Clara Penyambut Jemaat Sdri. Rani Sdri. Dian Sdr. Nikson Sdr. Iyan Petugas Doa Sdri. Stevani Sdri. Juan Singer Sdri. Risty Sdr. Efraim Sdr. Yance Sdri. Christine Penatalayanan (Pk. 18.00 WIB) (Pk. 18.00 WIB) 27 e I N F O KE HADI R AN J E M AAT MAGZ DATA KEHADIRAN JEMAAT Ibadah Hari/Tanggal Jumlah Jemaat Keterangan Umum 1 Minggu, 22 Mei 2016 29 orang Umum 2 Minggu, 22 Mei 2016 83 orang Umum 3 Minggu, 22 Mei 2016 70 orang Remaja Minggu, 22 Mei 2016 Pemuda Minggu, 22 Mei 2016 31 orang Cab. Bavarian KU 1 Minggu, 22 Mei 2016 31 orang Cab. Bavarian KU 2 Minggu, 22 Mei 2016 52 orang SM : 4 POS Batam Minggu, 22 Mei 2016 15 orang SM: 36 orang Remaja: 22 orang SM: 35 orang 28