BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obesitas merupakan epidemi global di negara maju dan negara berkembang seperti Indonesia, terutama di daerah perkotaan. Berbagai laporan terbaru menunjukkan bahwa prevalensi obesitas semakin meningkat di seluruh negara baik negara maju maupun negara berkembang. Di Indonesia prevalensi obesitas semakin meningkat. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013 prevalensi gemuk pada remaja 16-18 tahun sebanyak 7,3% yang terdiri dari 5,7% gemuk dan 1,6% obesitas. Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu dari lima belas provinsi dengan prevalensi sangat gemuk di atas prevalensi nasional, yaitu 7,6%. Obesitas pada remaja penting untuk diperhatikan karena remaja yang mengalami obesitas 80% berpeluang juga mengalami obesitas di masa dewasa (Guo SS, 1999). Remaja yang mengalami obesitas sepanjang hidupnya akan beresiko lebih tinggi untuk mengalami beberapa penyakit serius seperti kardiovaskuler, stroke, diabetes, asma, dan beberapa jenis kanker (Suryaputra, 2012). Stigma obesitas juga membawa dampak pada psikologis sosial remaja, seperti lebih sering mengalami depresi karena lebih sering ditolak oleh temanteman mereka serta digoda dan dikucilkan karena berat badannya (Puhl RM, 2007). Beberapa faktor penyebab obesitas antara lain asupan makan berlebih yang berasal dari jenis makanan olahan serba instan, minuman soft drink dan makanan cepat saji (junk food) serta makanan sejenis lainnya. Faktor penyebab obesitas lainnya adalah kurangnya aktivitas fisik baik kegiatan harian maupun 1 latihan fisik terstruktur. Selain itu, faktor resiko obesitas yang lain pada anak dan remaja adalah pengurangan waktu tidur. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan tidur yang cukup selain ditentukan oleh faktor jumlah jam tidur (kuantitas tidur) juga ditentukan oleh faktor kedalaman tidur (kualitas tidur). Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain penyakit, latihan dan kelelahan, stress psikologis, obat, nutrisi, lingkungan, dan motivasi. Aktivitas rutin seharihari disarankan dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur (Pesonen, et.al, 2011). Latihan dan kelelahan dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur karena keletihan akibat aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Hal tersebut dapat terlihat pada orang yang yang telah melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan maka orang tersebut akan lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya atau Non Rapid Eye Movement (NREM) diperpendek (Hidayat, 2008). Penelitian Eksdedt (2005) menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas fisik yang dilakukan rutin dapat menjadikan kualitas tidur lebih baik. Teori lain menyatakan bahwa pengurangan waktu tidur dapat menjadi kontributor potensial epidemi obesitas. Hal ini disebabkan karena adanya disregulasi kontrol neuroendokrin nafsu makan, dengan penurunan faktor kenyang yaitu leptin dan peningkatan hormon lapar, yaitu ghrelin (Knutson, 2008). Menurut WHO (2000), salah satu dampak obesitas adalah terjadi gangguan pernafasan dan memunculkan sleep apnea yang merupakan salah satu jenis gangguan tidur. Sehingga kondisi ini dapat mempengaruhi kualitas tidur remaja. 2 Aktivitas fisik dan kualitas tidur merupakan dua dari sekian banyak faktor penyebab obesitas, terutama pada remaja. Prevalensi obesitas pada remaja di Yogyakarta yang semakin meningkat, masih sedikitnya penelitian terkait aktivitas fisik dan kualitas tidur pada remaja, serta terdapat beberapa teori dan hasil penelitian yang menunjukan hubungan positif dan negatif antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur membuat peneliti merasa perlu melakukan penelitian tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada remaja di Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Apakah ada hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja di Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja di Yogyakarta 2. Tujuan khusus a. Mengetahui gambaran aktivitas fisik remaja di Yogyakarta b. Mengetahui gambaran kualitas tidur remaja di Yogyakarta c. Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur remaja di Yogyakarta 3 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan dan peneliti lain untuk menambah referensi pada penelitian selanjutnya 2. Bagi sekolah dan masyarakat untuk memberi informasi pentingnya menjaga aktivitas fisik bagi kualitas tidur pada remaja 3. Bagi peneliti untuk menambah wawasan dan pengetahuan terkait aktivitas fisik dan kualitas tidur remaja dan menambah pengalaman melakukan penelitan E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian Anu-Katriina Pesonen, dan kawan-kawan tahun 2006 di Helsinski, Finlandia yang berjudul Temporal Associations between Daytime Physical Activity and Sleep in Children . Metode yang digunakan adalah epidemiological cohort study pada 257 anak usia 8 tahun. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada hubungan dua arah antara tingkat aktivitas fisik yang lebih tinggi dengan tidur yang lebih rendah. Hasil ini berbeda/menentang epidemiologi yang menunjukkan bahwa orang yang lebih aktif dilaporkan memiliki tidur yang lebih baik. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. Perbedaan berada pada subjek penelitian, penelitian sekarang akan mengambil subjek remaja. Selain itu juga berbeda metode penelitiannya, penelitian sekarang akan menggunakan metode observasional dengan rancangan cross-sectional. Penelitian ini mengukur lamanya waktu tidur (kuantitas), sedangkan penelitian sekarang akan melihat kualitas tidur. 4 2. Penelitian Kelly Glazer Baron dan kawan-kawan di Chicago tahun 2013 yang berjudul Exercise to Improve Sleep in Insomnia: Exploration of the Bidirectional Effects. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan dua arah antara aktivitas rutin harian dengan tidur pada sampel 11 wanita dewasa yang mengalami insomnia. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimental. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidur mempengaruhi latihan olahraga dihari berikutnya daripada latihan mempengaruhi tidur. Hasil ini menunjukkan bahwa meningkatkan tidur dapat mendorong partisipasi olahraga. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. Perbedaan berada pada subjek penelitian, penelitian sekarang akan mengambil subjek remaja. Selain itu juga berbeda metode penelitiannya, penelitian sekarang akan menggunakan metode observasional dengan rancangan cross-sectional. Perbedaan juga terdapat pada variabel penelitian, variabel bebas pada penelitian ini adalah exercise sedangkan pada penelitian sekarang aktivitas fisik. Variabel terikat pada penelitian ini adalah peningkatan tidur pada insomnia sedangkan pada penelitian sekarang adalah kualitas tidur. 3. Penelitian Bernadette Hood, Dorothy Bruck, Gerard Kennedy di Australia tahun 2004 yang berjudul Determinants of sleep quality in the healthy aged: the role of physical, psychological, circadian and naturalistic light variables. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan hubungan antara kualitas tidur di malam hari dan berbagai faktor sirkadian, fisik dan psikologis pada sampel usia dewasa. Subjek penelitian ini adalah 33 (11 laki-laki dan 22 perempuan) berusia 65-85 tahun. Metode penelitian yang digunakan adalah cohort. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa ada 5 hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur. Temuan dari penelitian ini mengidentifikasi potensi pengembangan cara pengobatan non-farmakologis untuk insomnia pada orang tua. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. Perbedaan berada pada subjek penelitian, penelitian sekarang akan mengambil subjek remaja. Selain itu juga berbeda metode penelitiannya, penelitian sekarang akan menggunakan metode observasional dengan rancangan cross-sectional. 4. Penelitian Mirjam Ekstedt, Gisela Nyberg, Michael Ingre, Örjan Ekblom and Claude Marcus di Swedia tahun 2001-2005 yang berjudul Sleep, physical activity and BMI in six to ten year-old children measured by accelerometry: a cross-sectional study. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan hubungan antara pengukuran objektif terhadap tidur, aktivitas fisik dan BMI pada pra-remaja di Swedia. Metode penelitian ini adalah cross sectional terdiri dari kohort 1.231 anak usia enam sampai sepuluh tahun di wilayah Kabupaten Stockholm. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa jumlah waktu tidur menurun dengan bertambahnya usia, dan lebih pendek pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan baik pada hari kerja/sekolah maupun pada akhir pekan. Terdapat hubungan negatif antara BMI dan durasi tidur. Durasi tidur yang pendek dikaitkan dengan tingginya BMI pada anak-anak berusia 6-10 tahun. Studi ini menekankan pentingnya waktu tidur yang konsisten/tidak berubah-ubah setiap hari untuk meningkatkan durasi tidur pada pra-remaja. Selain itu, studi ini menunjukkan bahwa sebagian besar aktivitas fisik rutin yang dilakukan di siang hari dapat meningkatkan kualitas tidur. Penelitian ini berbeda dengan penelitian sekarang. Perbedaan berada pada subjek 6 penelitian, penelitian sekarang akan mengambil subjek remaja. Selain itu juga berbeda metode penelitiannya, penelitian sekarang akan menggunakan metode observasional dengan rancangan cross-sectional. Perbedaan juga terdapat pada variabel penelitian, variabel bebas pada penelitian ini adalah BMI sedangkan di penelitian sekarang variabel bebas aktivitas fisik dan variabel terikat kualitas tidur. 5. Penelitian Krisna, Amindiah Ade tahun 2012 yang berjudul hubungan frekuensi senam lansia dengan kualitas tidur di Sasana Tamansari Yogyakarta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat hubungan antara frekuensi senam lansia dengan kualitas tidur lansia di Sasana Tamansari Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 32 lansia di Sasana Tamansari Yogyakarta pada bulan MeiJuni 2012. Hasil dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara senam lansia dengan kualitas tidur lansia di Sasana Tamansari Yogyakarta. Perbedaan berada pada subjek penelitian, penelitian sekarang mengambil subjek remaja. Selain itu juga berbeda variabel bebasnya. Penelitian Krisna menggunakan senam lansia sebagai variabel bebas, penelitian sekarang menggunakan aktivitas fisik sebagai variabel bebas. 6. Penelitian Fitriana tahun 2013 yang berjudul hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur lansia di posyandu lansia melati Dusun Karanggayam, Kelurahan Caturtunggal Depok, Sleman. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia di posyandu melati. Metode penelitian yang digunakan adalah cross sectional pada 49 lansia pada bulan Desember 7 2012-Januari 2013. Hasilnya menunjukkan bahwa ada hubungan yang tidak signifikan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur pada lansia di posyandu melati. Perbedaan berada pada subjek penelitian, penelitian sekarang akan mengambil subjek remaja. Berdasarkan uraian dari keaslian penelitian di atas, dapat diketahui bahwa penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya dalam hal populasi dan subjek penelitian, metode penelitian dan beberapa variabel penelitian. Selain itu dapat terlihat beberapa hasil penelitian yang masih berbeda-beda, sebagian penelitian menunjukan hasil yang positif dan sebagian lainnya menunjukan hasil negatif tentang hubungan antara aktivitas fisik dengan kualitas tidur. 8