paham kebencian dan sikap radikal dari masyarakatterutaInklusifisme bukan hanya terhadap manusia, tetapijuma anak-anak muda. Ketika kebencian ini masuk ke dalam ga alam Iingkungan serta memandang segala hal yang dikesadaran manusia, kebencian itu akan berkembang dan hadapi dengan perspektifjamak. Orang yang eksklusif meberanak pinak, karena suatu informasi yang tersimpan di mandang segala hal/masalah yang dihadapi cenderung benak seseorang dan diulang terus menerus, akan mere- menggunakan cara pandang perspektiftunggal atau hibut kesadaran si pemilik benak. Itulah sebabnya menga- tam - putih. Ketiga, pendidikan melahirkan cara berpikir pa suatu aliran keras terus diproduksi dan diterima oleh terbuka dan tidak tertutup, luwes menyikapi perbedaan orang - orang walaupun mereka sadar akan bahayanya. meski punya prinsip hidup yang diyakini secara kokoh (conMengatasi masalah radikalisme ini, dunia pendidikan toh sikap "bagimu agamamu, bagiku agamaku" dan "tidak harus bicara. Pendidikan harus meluaskan wawasan anak, ada paksaan dalam agama". Oua-duanya adalah firman sehingga dapat melihat suatu kebenaran dari berbagai Allah. perspektif. Pendidikan harus meluaskan berbagai Pemikiran-pemikiran baru yang konstruktif, konwawasan anak didik seperti, wawasan spiritual, setroversi, atau bahkan umpan balik yang pedas sekalipun diterima dengan senang. Orang-orang yang berpikir bagai landasan etik, moral, religius yang mendasari pengembangan profesi, wawasan akademis, tertutup cenderung menolak perbedaan dan pikiran-pikiran yang berbeda. sebagai sumber Instrumen bagi pembaharuan Berdasarkan hal tersebut maka Widadi berkesdan pencerahan dalam rangka pengembangan impulan, bahwa pendidikan yang benar dan baik sesumber daya manusia wawasan kebangsaan, harusnya melahirkan kesadaran atau cara berperiyang menumbuhkan kesadaran nasionalisme selaku yang inklusif dan terbuka, kesadaran diri hingga dalam pergaulan antarbangsa tetap mengedepankanjati diri dan ideologinya sebagai insan hamba Allah yang wajib sendiri serta wawasan Perubahan mengambil peran sebagai pembawa rah(Mondial), yang menyadarkan bahmat bagi sesama dan alam semesta. Mampu keluar dari cangkang ego untuk berelasi wa dalam proses dialektika senantidengan sesama dan Oia. asa berhadapan dengan perubahan, yang harus dapat dUadikan peluang Pendidikan yang benar dan baik untuk berkarya. memerlukan role model (dari orang tua, guru, dan warga masyarakat) sebagai Menangkal Radikalisme I teladan inklusivitas dan keterbukaan. lewat pendidikan Widadi, S.H, Ketua PGRI Jateng Komunikasi Terpadu mengungkapkan, bahwa radikalisme Imam Marjuki, Anggota komisi OORmelahirkan sikap atau perilaku menyPO Kota Semarang saat diminta penerang, mengagresi atau mengintimi.as......-;.o._-,,_ dapatnya tentang bagaimana updasi orang lain yang dianggap berbeda aya menangkal radikalisme melalui Imam Marjuki pendidikan? Oia mengemukakan, dengan dirinya atau kelompoknya. Pola pikir radikalis berpusat pada egoisme atau ke-aku-an yang bahwa komunikasi yang baik antara orang tua siswa dan berlebihan, menganggap orang lain salah, membahayakan guru adalah hal yang sangat penting agar tidak terjadi saleksistensinya atau alasan lain yang tidak berdasar akal se- ing menyalahkan antara kedua belah pihak atau yang serhat, sehingga sah apabila dia menyerang orang lain. ing disebut dengan slip of personality. Tiga komponen penMantan Kepala Oinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah didikan antara sekolah, orang tua dan masyarakat harus ini menyatakan pendidikan yang baik dan benartidak akan saling mendukung dan bertanggungjawab agar proses melahirkan pola pikir dan sikap radikal. OUelaskan, ada tiga pendidikan dapat berjalan optimal. Pendidikan harus dilindikasi pendidikan yang benar dan baik. Pertama, pen- ihat bukan saja untuk pendidikan formal di sekolah tetapi didikan melahirkan kesadaran tentang AKU, KITA (orang juga pendidikan dalam keluarga dan masyarakat. Oalam lain) dan OIA (Sang Maha Pencipta). Melahirkan kesadaran lingkup sekolah menurutImam Majuki komite sekolah seTeo-antropo-sentrisme kesadaran membangun / mengem- bagai perwakilan orang tua dan masyarakat harus berfungsi bangkan kualitas diri - membangun kualitas hubungan optimal untuk mendorong terwujudnya proses belajar dengan sesama (hablum minannas) dan hubungan den- mengajaryang baik dan optimal. Kesadaran orang tua ungan Tuhan (hablum minallah). Kesadaran keyakinan/keimanan tuk memilih pendidikan yang bermutu bagi putra-putrinya kepada Tuhan YME, kesadaran kemanusiaan dalam dimensi saat ini sudah semakin tinggi. Karena itu para guru juga etik budaya - kebangsaan - kerakyatan dan sosial ekono- harus selalu meng- up date kemampuannya agar dapat mi - keadilan. Kedua, pendidikan melahirkan kesadaran memenuhi tuntutan masyarakat dan menjawab tantangan inklusifisme, bukan eksklusifisme yaitu kemampuan berdamai perkembangan dengan kapasitas yang memadai. Wakil dengan dirinya, berdamai dengan orang lain, dan segala rakyatyang membidangi pendidikan ini meyakini,jika anak keadaan/peristiwa yang menimpa, mampu bersyukur- memperoleh pendidikan yang baik dari orang tua dan kelubersabar-ikhlas. Sikap inklusif memungkinkan kesediaan arga serta pendidikan yang baik pula dari para guru maka memberi ruang bagi perbedaan sikap, cara dan keyakinan anak akan memiliki karakteryang kuat serta mampu memilih teman dan lingkungan yang baik. dalam hidup. DERAP GURU. No. 194 Th. XVI - Maret 2016 7