Aktivitas Komunikasi dan Pengetahuan Tentang

advertisement
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Masyaralcat Desa Hutan
Menurut Shadily dalarn Syani (1995), masyarakat merupakan
golongan besar atau kecil dari beberapa manusia. Masyarakat merupakan
suatu pergaulan hidup bersama (Taneko, 1993)
yang seknjutnya
dijelaskan oleh Soekanto dalam Syani (1995) bahwa masyarakat memiliki
ciri-ciri
pokok,
yaitu
1) manusia
:
yang
hidup
bersama,
2)
bercampur/bergaul selarna jangka waktu cukup lama, 3) adanya kesadaran
sebagai satu kesatuan.
Konsepsi masyarakat tidak terlepas dari karakteristjk individuindividu dalam masyarakat sepert. pada aspek kelas-status sosial. Kelas
dan status sosial sering d h j u k pada kondisi ekonomi dan sosial seseorang
dalarn kaitannya dengan jabatan (kekuasaan), dan peranan dalam
masyarakat. Pengertian tentang status ini dikatakan oleh Sugihen (1997)
berhubungan dengan tingkat kedudukan seseorang cialam komunitas
berdasarkan suatu ukuran tertentu yang mencakup tingkat pendapatan,
pendidikan, pekerjaan, prestise atau kekuasaan.
Desa-Pedesaan (Desa Hutan)
Undang-undang Negara Republik Indonesia No.22/1948, bahwa desa
adalah
bentuk
daerah
otonom
yang
terendah
sesudah
kota.
Penyempurnaan tipologi desa berdasarkan Undang-undang No. 5 / 1975
dimulai dengan bentuk pemukiman paling sederhana (pemukiman
sementara) sampai bentuk pemukiman yang paling kompleks dengan
pengklasifikasian
pra-desa,
desa
desa swasembada (Sugihen, 1997).
swadaya,
desa
swakarya
dan
Desa hutan mengacu pada tipologi
dapat dikatakan sebagai pemukiman yang berlokasi di kawasan hutan.
Menurut Syani (1995) selaras dengan Sugihen ( 1997), pengertian
desa berhubungan dengan faktor geografis, kesempatan mengembangkan
diri, tingkat pencapaian pendidikan, jenis mata pencaharian/pekerjaan,
bentuk keluarga, tip pemukiman.
Lebih lanjut Sugihen (1997)
mengatakan masyarakat desa memiliki karakteristik tertentu seperti hidup
dari berburu, meramu (mengambil, memungut) hasil hutan, mencari ikan,
beternak, berkebun dan berladang. Umumnya masyarakat tkggal menetap
dan mempunyai sistem dalam bermasyarakat, adat istiadat, orientasi nilai
budaya
dan
mempunyai
karakteristik
mentalitas
khas
pedesaan.
Masyarakat desa hutan dapat dikatakan sebagai masyarakat dengan
karakteristik tertentu yang tinggal di desa di kawasan hutan.
Aktivitao Komunikasi
Pengertian Komunikasi
Komunikasi merupakan usaha untuk membuat satuan sosial dengan
men-
bahasa atau tanda. Memiliki serangkaian peraturan untuk
mencapai tujuan (Cherry dalam Rakhmat, 2000). Sedangkan Theodorson
dalam Liliweri (1997), menyatakan komunikasi sebagai proses pengalihan
informasi dengan menggunakan simbol-simbol tertentu kepada satu orang
atau sekelompok orang lain yang mengandung pengaruh tertentu.
Aktivitas K o m u n h d
Aktivitas komunikasi adalah proses dalarn berkomunikasi yang
merupakan semua kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk
memperoleh informasi. Barlund dalam Liliweri (1994), proses komunikasi
dimaksudkan sebagai serial gerakan yang memberi dan menerima pesan
yang bermanfaat untuk mencapai tujuan akhir.
Aktivitas komunikasi yang dilakukan seseorang atau kelompok-
m a s s akan menentukan efektivitas komunilcasi. Menurut Ahmadi (1982),
aktivitas komunikasi dipengaruhi faktor intern dan ekstern. Dipejelas oleh
Rakhmat (2000), aktivitas komunikasi menunjukkan perilaku komunikan
yang dipengaruhi oleh faktor personal dan faktor situasional.
Faktor intern atau faktor personal merupakan faktor yang berpusat
pada persona, berupa sikap, instink, kepribadian, sistem kognitif. Faktor
intern dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor
sosiopsikologis. Faktor biologis terlibat dalam seluruh aktivitas manusia
dan berpadu dengan faktor sosiopsikologis -at,
2000).
Faktor
biologis sangat mempenganrhi berlangsungnya komunikasi, misalnya
kesiapan untuk melihat-membaca yang berhubungan dengan indera
penglihatan, kesiapan untuk mendengarban suara yang berhubungan
dengan indera pendengaran. Sedangkan faktor sosiopsikologis adalah faktor
yang berhubungan dengan komponen afektif merupakan aspek emosional,
kognitif
merupakan aspek intelektual, dan konatif yang berhubungan
dengan kebiasaan dan kemauan bertindak (Rakhmat, 2000).
Menurut
Rogers (1976), faktor intern merupakh faktor kemauan, pengetahuan dan
pengertian seseorang untuk melakukan sesuatu.
Faktor ini &an
mempengaruhi berlangsungnya aktivitas komunikasi yang pada akhirnya
akan menentukan berhasil tidaknya (efektif)suatu komunikasi.
Faktor situasional atau Mar ekstern juga mempengaruhi aktivitas
komunikasi seseorang sebagai cerminan dari perilaku seseorang. Faktor
situasional merupakan aspek yang berasal dari luar pribadi yang
berpengaruh terhadap perilaku.
Samson dalurn Rakhmat (2000), falctor
situasional dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu :1) aspek objektif dari
lingkungan seperti geografis, iklim, sosial, temporal, suasana perilaku; 2)
lingkungan psikososial seperti iklim organisasi/kelompok; 3) stimuli yang
mendorong dan memperteguh perilaku seperti orang lain.
Media Massa
Media merupakan saluran komunikasi yang dari segi sifht dan
jangkauannya dibagi atas media individual dan media massa.
Media
individual meliputi surat, telepon dan telegram yang digunakan dalam
proses komunikasi persona. Media massa merupakan saluran komunikasi
yang bersifat umum/massal yang meliputi pers (surat kabar), radio, £ilm
dan televisi dengan fungsi sosial yang kompleks (Arifin, 1994). Menurut
Lionberger dan Gwin (1982), media massa merupakan saluran komunikasi
yang digunakan oleh masyarakat yang tidak saling kenal, seperti radio,
televisi, bahan-bahan publikasi, tape dan koran.
Rogers dan Shoemaker (1971), saluran media massa dimaksudkan
sebagai transmisi pesan melalui suatu media seperti radio, film, televisi,
koran, majalah, dan sebagainya dari seorang atau beberapa orang sebagai
sumber kepada banyak orang (massa). Media massa dapat :
1) Menjangkau sejumlah besar audience secara cepat.
2) Membentuk pengetahuan clan menyebarkan informasi.
3) Memimpin kepada perubahan sikap.
Komunikasi massa
dapat dibedakan dengan
media
massa.
Komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang dhkukan
masyarakat atau massa dengan menggunakan media rnassa sebagai
saluran.
Media massa merupakan saluran atau channel komunikasi
berupa media yang digunakan oleh massa.
Avery dan McCain dalam Tubbs dan Moss (1996) mengatakan
komunikasi massa merupakan bentuk komunikasi bermedia dengan aspek:
1) potensi masukan-pesan diindera penerima terbatas; 2) sedikit kontrol
atau tidak mempunyai kontrol atas sumber-sumbernya dengan umpan
balk terbatas. Menurut Wright ddam Tubbs dan Moss (1996),komunikasi
massa
adalah jenis
khusus
komunikasi sosial yang
melibatkan
karakteristik khalayak yang khas. Khalayak di dalam komunikasi massa
relatif besar, heterogen, dan anonim bagi sumber. Sumber bekerja lewat
organisasi dan pesan mungkin mewakili usaha banyak orang yang berbeda.
I d o r m d PernbaPgcuran Marganrkat/Pesan Komunikasi
Informasi merupakan pesan yang disampaikan dalam proses atau
aktivitas komunikasi.
Kincaid dan Schramm
(1977), informasi adalah
setiap ha1 yang membantu dalam menyusun atau menukar pandangan
tentang alam kehidupan yang dinyatakan dengan pengertian, gagasan,
pemjkiran, atau pengetahuan. Strater dalam Liliweri (1997) mengatakan
informasi adalah kegiatan pengumpulan atau pengolahan data sehingga
data dapat menghasilkan pengetahuan dan keterangan yang baru.
Informasi yang disampaikan dalam proses komunikasi yang
ditujukan untuk pemberdayaan-pembangunan masyarakat hams sesuai
dengan karakteristik masyarakat dan wilayah. Komunikasi pembangunan
merupakan upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan dan
keterampilan pembangunan yang berasal dari pihak yang memprakarsai
pembangunan dan ditujukan kepada masyarakat luas (Nasution, 1996).
Pengetahuan
Pengetahuan adalah semua informasi yang diperoleh seseorang dari
berbagai sumber yang ada disekitarnya. Pesan berupa informasi yang
diterima seseorang tersebut menurut Lionberger dan Gwin (1982) sesuai
dengan Gonzales dalam Jahi (1988) menghasilkan tiga macam efek, yaitu
menyangkut kognitif, afektif dan konatif.
Pengetahuan merupakan kemampuan seseorang yang berada pada
kawasan kognitif yang dapat dikembangkan melalui proses pendidikanbelajar.
Pengetahuan (knowledge) adalah hierarki pertama dalam
taksonomi tujuan
pendidikan kawasan
kognitif
dengan
hierarki
selanjutnya adalah c o r n p r e ~ n , aplication, analysis, synthesis dun
evaEuation (Bloom dalRm Padmowhnljo, 1994).
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan pengetahuan,
sebagaimana disebutkan & Ban 8& Hawkins (Terjemahan Herdiasti, 1999) :
1. Pengetahuan dianggap sebagai keterangan dari dunia yang dihuni,
retatif daJam pengertian bahwa pandangan bisa berbeda antar orang
karena adanya perbedaan pengalaman.
2. Pengetahuan khas setempat yang dimifiki oleh masyarakat pedesaan,
berdasarkan pengalaman, meliputi keanekaragaman dan kompleksitas
lokal daripada pengetahuan yang didapat secara ilmiah.
3. Pengetahuan sebagai suatu sistem dan informasi pertanian.
pemanfaatan
pengetahuan
dan
informasi untuk
Terjadi
meningkatkan
kesesuaian antara pengetahuan, iingkungan, dan teknologi pertanian.
4. Tingkat pengetahuan adalah pengetahuan seseorang mengenai suatu
keadaan yang dinilai atas dasar jumtah pandangan yang diinghkan.
Dimensi dari pengetahuan menurut No-
dan Takeuchi d a l m
Rinasari (1998) dibedakan dalam dua dimensi, yaitu :
1. Dimensi ontologi, dimana pengetahuan diciptaban melalui individu yang
ditansformasikan ke kelompok, organisasi dan antar organisasi.
2. Dimensi efistemologi, dibedakan :
a. Tacit knowledge (implisit), bersifat personal dari dalRm diri dan
pengalaman, termasuk insight, intuisi, firasat dan kercayaan diri.
b. Explisit knowledge bersifat rasional, metodologis, positip dan empiris.
Agroforestry
Agmfo~stry dapat diterjemahkan sebagai pertanian hutan yang
. .
dmt&an sebagai sistem usahatani atau penggunaan tanah yang
mengintegrasikan tanaman pepohonan dengan tanarnan rendah dan atau
ikan pada sebidang tanah yang sama.
De£inisi agroforestry adalah nama bagi sistem-sistem dan teknologi
penggunaan lahan di mana pepohonan berumur panjang dan tanarnan
pangan atau pakan ternak berumur pendek diusahakan pada petak lahan
yang sama d a b suatu pengatwan ruang dan waktu (Foresta et al. 2000).
Beberapa pengertian agroforestry (pertanian hutan) dari beberapa
ahli sebagaimana terdapat dalam ICRAF (International Council for Research
in Agroforestry) dalam Arsyad, (1989),adalah sebagai berikut :
1. Pertanian hutan adalah sistem penggunaan tanah yang menyediakan
baik bahan bakar maupun hasil tanaman pepohonan dan semak atau
memberikan kenyamanan lingkungan, yang merupakan pertanaman
campuran atau yang tersusun secara spasial dimana tanaman tahunan
berkayu
ditanam dengan tanaman semak clan rumput-rumputan.
Pertanian hutan bertujuan memRksimumkan penggunaan energi sinar
matahari,
meminimumkan
eiisiensi
penman
air
serta
meminirnumkan aliran permukaan dan erosi (P.A. Hwdey).
2. Pertanian
hutan
merupakan sistem penggunaan lahan dimana
pepohonan dan tanaman herba ditanam bercampw (Cannel, M.G.R).
3. Pertanian hutan merupahan sistem penanaman pepohonan dan bukan
pepohonan yang ditanam dalam asosiasi yang rapat (D.J. Connor).
Diperjelas oleh Foresta d al. (1997) dalam ICRAF (2000), pengertian
ugroforestry adalah membudidayakan pepohonan di lahan pertanian yang
dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1. Sistem ugroforestry sederhana : sistem perpaduan satu jenis tanaman
tahunan dan satu atau beberapa jenis tanaman semusim.
2. Sistem ugroforestry kompleks : sistem pertanian menetap yang berisi
banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam oleh penduduk
setempat, dengan pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan.
Konsep agroforestry sebagai suatu sistem pertanian ditekankan
hanya pada sistem usahatani tanaman pangan dan perkebunan yang
sifatnya menetap dan terintegrasi dengan pepohonan di kawasan hutan.
Klasifikasi usahatani berdasarkan sistem usahatani dikelompokkan
menjadi dua, yaitu :
1. Usahatani menetap terdiri dari sawah dan usahatani tanaman darat.
2. Usahatani yang tidak menetap berupa perladangan dan usahatani bera.
Penggunaan tanah di KaNmantan Tengah untuk usahatani, rnasi.
didominasi
corak
alamiah
dan
tradisional
yang
diklasifikasjkan
berdasarkan penggunaannya (Bappeda Kalimantan Tengah, 2000), yaitu :
1. Tanah yang diusahakan menetap seperti : persawahan,
kebun
campuran, dan perkebunan.
2. Tanah yang pen,ggunaannya tidak menetap seperti : perladangan, semak
belukar, dan hutan belukar.
PertaPiaP/Perladangan Menetap
Pertanian menetap terdiri atas usahatani sawah dan usahatani tanah
darat (Arsyad, 1989). Sawah umumnya terdapat pada daerah datar atau
agak datar yang diusahakan dari tahun ke tahun untuk penanaman padi
pada tempat yang sama. Usahatani tanah darat dapat diklasiiikasikan
menurut jenis tanaman yang diusahakan, yaitu :
1. Tanaman semusim disebut sebagai usahatani tegalan, dengan jenis
tanaman seperti padi, jagung, ubi kayu, dan sebagainya.
2. Tanaman tahunan disebut sebagai usahatani kebun, dengan jenis
tanaman seperti karet, kopi, lada, dan sebagainya.
Pola pertanian menetap merupakan anjuran untuk perubahan pola
pertanian tidak
lingkungan.
menetap yang lebih berdampak pada
perusakan
Siklus pemanfaatan lahan pada pertanian tidak menetap
dapat digantjkan melalui mtasi dan diversXIbasi tanaman pada pertanian
menetap. Selanjutnya Arsyad (1989) menyebutkan terdapat tiga macam
pertanian menetap bukan sawah, yaitu perkebunan besar, perkebunan .
kecil, dan tegalan. Perkebunan besar diusahakan pemerintah atau swasta,
perkebunan kecil dan tegalan diusahakan oleh perorangan. Sebagian besar
jenis tanaman dihas-
dari perkebunan besar dan kecil, serta sebagian
kecil dihasillran dari tegalan dengan komoditas yang diusahakan seperti
karet, pisang, sitrus, b p i , coklat, lada, pala, kopra, dan sebagainya.
K o n s e m d Kawasan Hutan
Konservasi mengandung pengertian pengawetan, perlindungan dan
pelestarian sumberdaya alam tennasuk kehutanan.
Undang-undang
Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pada pasal 6
ayat 1 menyebutkan hutan mempunyai tiga fungsi, yaitu : b g s i
konservasi, fungsi lindung, dan fungsi produksi. Selanjutnya pada p a d 46
dikatakan perlindungan hutan dan konservasi slam bertujuan menjaga
hutan, kawasan hutan dan lingkungannya, agar fungsi lindung, fungsi
konservasi dan fungsi produksi tercapai secara optimal dan lestari.
Suhendar et al. (1993) menyatakan bahwa konservasi sumberdaya
alam bertujuan melindungi proses ekologi yang menunjang sistem
penyangga kehidupan, mengawetban keanekaragaman jenis dan ekosistem,
serta melestarikan pemanfaatan sumberdaya slam.
Konservasi pada
rehabilitasi lahan dan tanah ditujukan untuk memulihkan, meningkatkan
dan memper&hankan kondisi lahan sehingga berfungsi secara optimal
sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, dan perlindungan alam
lingkungan. Upaya konservasi dititikberatkan pada partisipasi masyarakat
dalam melestarikan dan memelihara lahan yang digarap atau dimiliki.
Kerusakan kawasan hutan yang dimanfaatkan untuk pertanian
menetap ataupun perladangan berpindah urnurnnya diakibatkan kelalaian
manusia dalarn penggunaan lahan tanpa memperhatikan konservasi
Menurut Iskandar (200l), kerusakan kawasan hutan disebabkan oleh
penebangan hutan secara besar-besaran yang menyebabkan erosi tanah,
perladangan liar, kebakaran hutan, serta akibat pencurian hasil hutan.
Kerusakan lahan pertanian di kawasan hutan dengan topografi
bergelombang dan kemjringan tinggi, dapat disebabkan oleh erosi. Menurut
Arsyad (1983), erosi yang melebihi kapasitas toleransi akan
tingkat
menurunkan
produktivitas tanah akibat hilangnya lapisan olah tanah baCrjan
atas yang relatif lebih subur (top soil)daripada lapisan tanah yang berada di
bawahnya (subsoil).
Penanggulangan kerusakan lahan dan atau sumberdaya alam pada
kawasan hutan dapat dilakukan melalui upaya konservasi kawasan hutan
termasuk konservasi tanah dan air. Sebagaimana djkatakan Arsyad (1989),
pengertian konservasi tanah dan air adalah sebagai berikut :
1. Konservasi tanah diartikan penggunaan setiap bidang tanah yang sesuai
dengan kemampuan tanah dan memperlakukannya sesuai dengan
syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan.
Usaha-
usaha konservasi tanah ditujukan untuk : 1) mencegah kerusakan
tanah oleh erosi, 2) memperbaiki tanah yang rusak, 3) memelihara serta
meningkatkan produktivitas tanah.
2. Konservasi air adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin, pengaturan waktu aliran sehingga tidab
terjadi banjir, dan terdapat cukup air pada waktu musim kemarau.
Pengelolaan
dan
pemmfhatan
kawasan
hutan
pada
aspek
agroforestry dengan memperhatikan tujuan konservasi harus melibatkan
peran
serta masyamkat (selaras dengan Undang-undang Republik
Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pada pasal67,68, 69 dan
70) yang tinggal di kawasan hutan dalarn :
1. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat
selama tidak bertentangan dengan undang-undang.
2. Mendapatkan pemberdayaan untuk meningkatkan kesejahteraan.
3. Melabukan
pengawasan
dan
turut
serta
dalam
pelaksanaan
pembangunan kehutanan.
4. Keikutsertaan dalam memelihara dan menjaga kawasan hutan.
Oleh karena itu usaha pertanian hutan yang dkkukan oleh
masyarakat yang tinggal di kawasan hutan seyogianya memperhatikan dan
melaksanakan tujuan-tujuan konservasi kawasan hutan yang termasuk di
dalamnya berupa konservasi tanah dan air.
Perla-
Berpindah dan Pepgaruhnya
Sistem pertanian ladang merupakan upaya untuk meningkatkan
produksi keperluan pangan dan non pangan, yang mana sistem ini telah
beradaptasi dan terintegrasi dengan kondisi lokal (Iskandar, 200 1).
Sedangkan Arsyad (1989) menyatakan bahwa perladangan dilakukan oleh
petani-petani kecil pada tanah-tanah yang tidak dapat atau belum
dijadikan sawah dengan ciri khas merupakan sebidang tanah yang
dibersihkan dan diusahakan di tengah-tengah hutan atau belukar.
Di
Kalimantan
Tengah
khususnya
di
Kabupaten
Kapuas,
perladangan berpindah biasanya dilakukan di sekitar kawasan hutan
berupa tegalan-ladang. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah
Kalimantan Tengah (2000), merumuskan bahwa ladang merupakan tanah
pertanian semusim yang diusahakan secara berpindah-pindah atau dengan
melaksanakan mtasi Jenis tanaman yang diusahakan antara Lain : padi,
ubi, sayuran dan jagung. Produktivitas tegalan-ladang secara umum masih
sangat rendah dalam arti pemanfmtan tanah/ruang belurn optimal.
Perladangan berpindah merupakan usabatani tanaman bahan
makanan yang ditanam pada permulaan musim hujan dimana pengelolaan
tanah seperti pengolahan tanah, pemupukan dan pencegahan erosi tidak
dilakukan.
L&an
diusahakan dua atau tiga tahun yang kemudian
ditinggalkan ke tempat pembukaan baru.
Kesuburan tanah diperbaiki
secara alami pada ladang yang ditinggalkan setelah 30 - 40 tahun dirnana
lahan tertutup kembali oleh hutan (Arsyad, 1989).
Sistem usahatani dengan perladangan berpindah akan memberikan
pengaruh baik pengaruh positip maupun negatif.
Menurut Wayne dan
Gagne cialam Metzner dan Daldjoeni, (1987),pengaruh atau dampak positip
dari perladangan berpindah :
1. Dapat mengembalikan hara clan organik tanah melalui masa bera yang
panjang.
Sepanjang masa bera, zat hara yang terisap oleh tanaman
sebelumnya akan pulih kembali lewat tumbuhnya rumput-rumputan.
2. Dapat mengendalikan gulma melalui penanaman tumbuhan berdaun
lebar seperti pisang.
3. Dapat mengurangi serangan hama dan penyakit tanaman melalui
diversifikasi tanaman.
4. Juga melalui pembakaran, rotasi,
tumpangsari, dan penaungan
merupakan tindakan yang bersifat mengurangi kerugian akibat hama
pada sistem perladangan berpindah.
Dampak negatif dari sistem perladangan berpindah atau pertanian
tidak menetap menurut Arsyad (1989),
adalah :
1. Dapat menimbulkan kebakaran hutan sebagai efek dari pembersihan-
pembukaan lahan dengan cara pembakaran.
2. Ladang yang ditinggalkan dapat berubah menjadi padang alang-alang
apabila tidak terjadi pertumbuhan hutan kembali.
3. Ladang hanya dapat dipertahankan kalau kepadatan penduduk masih
memungkinkan.
4. Membomskan penggunaan tanah (luasan tanah) dan merusak tanah.
5. Dapat menimbubn erosi.
Download