Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
Dalam kajian teori ini, akan diuraikan teori-teori tentang pengertian
pembelajaran matematika, pembelajaran matematika SMP, hasil belajar
matematika, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, pengertian
pembelajaran kooperatif, unsur-unsur pembelajaran kooperatif, tipe-tipe model
pembelajaran kooperatif, pengertian model pembelajaran tipe TAI, langkahlangkah model pembelajaran kooperatif tipe TAI, kelebihan dan kekurangan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI, dan hubungan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI terhadap hasil belajar matematika.
1. Pembelajaran Matematika
a. Pengertian Pembelajaran Matematika
Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema
yang artinya belajar atau hal yang dipelajari. Matematika dalam bahasa
Belanda disebut wiskunde atau ilmu pasti, yang kesemuanya berkaitan
dengan penalaran. Pengertian matematika dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002:637) adalah ilmu tentang bilangan-bilangan, hubungan
antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam
penyelesaian masalah bilangan.
Ruseffendi (2006:260) menyatakan bahwa matematika sebagai
hasil pemikiran manusia yang berhubungan dengan ide, proses dan
penalaran. Pada tahap awal matematika terbentuk dari pengalaman siswa
berdasarkan realitas atau kenyataan yang ada, karena matematika
sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses dengan
penalaran, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam
pengetahuan sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsepkonsep matematika.
Senada dengan pendapat Ruseffendi, Courant dan Robbin
(2003:18) dalam Erman Suherman menyatakan bahwa untuk dapat
mengetahui apa matematika itu sebenarnya, seseorang harus
mempelajari sendiri ilmu matematika itu, yaitu dengan mempelajari,
mengkaji, dan mengerjakannya. Adapun hakekat matematika, yaitu:
1) Matematika sebagai ilmu deduktif
2) Matematika sebagai ilmu terstruktur
3) Matematika sebagai ratu dan pelayan ilmu
7
8
Dengan adanya hakekat matematika tersebut, matematika
merupakan salah satu ilmu yang mempunyai manfaat yang sangat besar
dalam kehidupan sehari-hari manusia serta matematika juga merupakan
pelajaran yang diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar. Hal ini bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan
berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan dalam
bekerjasama. Kompetensi tersebut ditujukan agar peserta didik
mempunyai kemampuan dalam memperoleh, mengelola, dan
memanfaatkan segala informasi yang ada.
Pembelajaran matematika menurut Dienes dalam Herman Hudojo
(2005:56) adalah belajar tentang konsep dan struktur matematika yang
terdapat dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan antara
konsep dan struktur matematika di dalamnya. Pada hakekatnya belajar
matematika sangat terkait dengan pola berpikir sistematis, yaitu berpikir
merumuskan sesuatu yang dilakukan atau yang berhubungan dengan
struktur-struktur yang telah dibentuk dari hal yang ada.
Fungsi dalam pembelajaran matematika menurut Erman Suherman
(2003:56-57) antara lain:
1) Sebagai alat untuk memahami dan menyampaikan informasi, misalnya
menggunakan tabel-tabel atau model-model matematika untuk
menyederhanakan soal-soal cerita atau soal-soal uraian matematika.
2) Sebagai upaya pembentukan pola pikir dalam pemahaman suatu
pengertian maupun dalam penalaran suatu hubungan diantara
pengertian-pengertian itu.
3) Sebagai ilmu pengetahuan, dimana matematika senantiasa mencari
kebenaran dan mencoba mengembangkan penemuan-penemuan
dengan mengikuti tata cara yang tepat.
b. Pembelajaran Matematika SMP
Matematika sebagai ilmu dasar, dewasa ini telah berkembang
dengan pesat, baik materi maupun kegunaannya, sehingga dalam
perkembangannya di sekolah harus memperhatikan perkembangan perkembangannya, baik di masa lalu, masa sekarang, maupun
kemungkinan - kemungkinannya untuk masa depan.
Matematika SMP merupakan pelajaran matematika yang diajarkan
di Sekolah Menengah Pertama. Matematika sekolah (SMP) terdiri atas
bagian-bagian matematika yang dipilih guna menumbuhkembangkan
kemampuan-kemampuan dan membentuk pribadi serta berpandu pada
perkembangan IPTEK. Hal ini menunjukkan matematika sekolah (SMP)
9
tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu memiliki objek
kejadian yang abstrak serta berpola pikir deduktif konsisten.
Menurut PP No.19 tahun 2005 pengajaran matematika di SMP
mempunyai tujuan agar:
1) Siswa memiliki kemampuan yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan
matematika.
2) Siswa memiliki pengetahuan matematika sebagai bekal untuk
melanjutkan ke pendidikan menengah.
3) Siswa memiliki ketrampilan matematika sebagai peningkatan dan
perluasan dari matematika sekolah dasar untuk dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari.
4) Siswa memiliki pandangan yang cukup luas dan memiliki sikap logis,
kritis, cermat, dan disiplin serta menghargai kegunaan matematika.
Sedangkan menurut kurikulum KTSP mata pelajaran matematika
tahun 2006 tujuan umum pembelajaran matematika di Sekolah
Menengah Pertama (SMP) agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut:
1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat,
efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah.
2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau
menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang matematika, menyelesaikan dan menafsirkan solusi yang
diperoleh.
4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media
lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
5) Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan,
yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam
mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Berdasarkan uraian tersebut, pembelajaran matematika di SMP
dilaksanakan agar terbentuk kemampuan berfikir kritis, logis, sistematis,
dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu
permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam
kehidupan sehari-hari.
10
2. Hasil Belajar Matematika
a. Belajar
Belajar merupakan proses penting bagi perubahan perilaku
manusia dan mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan.
Belajar memegang peranan penting di dalam perkembangan, kebiasaan,
sikap, kenyakinan, tujuan, kepribadian dan bahkan persepsi manusia.
Secara psikologi belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu
perubahan dalam tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan
lingkunganya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Winkel (2004:59) menyatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas
mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan
lingkungan
yang
menghasilkan
perubahan-perubahan
dalam
pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-nilai sikap. Perubahan
itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.
Menurut Sudjana (2000:5) belajar adalah proses perubahan
tingkah laku seseorang berkat adanya pengalaman. Belajar adalah suatu
proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang sebagai hasil
dari proses belajar ditunjukkan dengan berbagai bentuk seperti
perubahan pengetahuan, penalaran,sikap dan tingkah laku, ketrampilan,
kecakapan, kebiasaan serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada
diri individu yang belajar.
Selanjutnya pengertian belajar dikemukakan oleh Slameto (2010:2)
yang menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Hamalik (2008:36)
belajar diartikan sebagai modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui
pangalaman. Belajar bukan hanya mengingat,akan tetapi lebih dari itu
yaitu mengalami.
b. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan murid
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam
bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah meteri
pelajaran tertentu (Hamalik, 2008:30). Sama halnya dengan (Nasution,
2006) yang menyatakan bahwa hasil belajar adalah hasil dari suatu
interaksi tindak belajar mengajar dan biasa ditunjukkan dari nilai tes yang
diberikan oleh guru.
11
Menurut Dimyati (2002) hasil belajar adalah hasil dari interaksi
tindak belajar dan tindak mengajar. Hasil interaksi tersebut dapat dilihat
melalui dua sisi yaitu dari sisi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses
evaluasi belajar dan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya
dan puncak proses belajar. Setianingsih (2007) mengungkapkan evaluasi
dilakukan untuk mengukur dan menilai apakah siswa sudah menguasai
ilmu yang dipelajari sesuai tujuan yang telah ditetapkan.
Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku
pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam perubahan
pengetahuan, sikap dan keterampilan (Hamalik, 2002). Perubahan dapat
diartikan terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik
dibandingkan dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,
sikap tidak sopan menjadi sopan, dan sebagainya. Lebih lanjut Winkel
(2004), mengatakan hasil belajar adalah perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap yang bersifat
konstan menetap. Seseorang yang sudah belajar tidak sama keadaannya
dengan saat ketika belum belajar. Para guru dan sekolah juga lebih
mengutamakan aspek kognitif dalam pengukuran hasil belajar siswa.
Berdasarkan uraian di atas, hasil belajar adalah perubahanperubahan dalam pengetahuan, pemahaman keterampilan dan nilai sikap
yang bersifat konstan, yang dapat diamati dan diukur dengan
menggunakan tes untuk mengukur keberhasilan belajar seseorang. Jadi
dapat disimpulkan hasil belajar metematika adalah hasil yang telah
dicapai dari kegiatan belajar yang perubahan pengetahuan yang bersifat
konstan, dinyatakan dalam bentuk skor dari hasil tes mata pelajaran
metematika.
c. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan oleh
beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar. Menurut
Slameto (2003 : 54 – 72) faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat
dibedakan menjadi dua yaitu faktor yang ada pada diri siswa itu sendiri
yang disebut faktor individu (intern) dan faktor pada luar individu
(ekstern). Faktor individu (intern) yaitu: (1) Faktor biologis meliputi:
kesehatan, gizi, pendengaran dan penglihatan. Jika salah satu dari faktor
biologis terganggu akan mempengaruhi hasil prestasi belajar, (2) Faktor
Psikologis, meliputi: intelegensi, minat dan motivasi serta perhatian
ingatan berpikir, (3) Faktor kelelahan, meliputi: kelelahan jasmani dan
rohani. Kelelahan jasmani nampak dengan adanya lemah tubuh, lapar dan
12
haus serta mengantuk. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan
adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk
menghasilkan sesuatu akan hilang. Faktor yang ada pada luar individu
(ekstern): (1) Faktor keluarga. Keluarga adalah lembaga pendidikan yang
pertama dan terutama. Merupakan lembaga pendidikan dalam ukuran
kecil tetapi bersifat menentukan untuk pendidikan dalam ukuran besar,
(2) Faktor sekolah meliputi: metode mengajar, kurikulum, hubungan guru
dengan siswa, siswa dengan siswa dan berdisiplin di sekolah, (3) Faktor
masyarakat, meliputi: bentuk kehidupan masyarakat sekitar dapat
mempengaruhi prestasi belajar siswa. Jika lingkungan siswa adalah
lingkungan terpelajar maka siswa akan terpengaruh dan mendorong
untuk lebih giat belajar.
3. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran
yang siswa belajar dan bekerja dalam kelompok–kelompok kecil secara
kolaboratif yang terdiri dari 4 – 6 siswa-siswi dengan struktur kelompok
heterogen ( Slavin, 2005 ). Kelompok heterogen artinya kelompok yang
setiap anggota kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda –
beda (tinggi, sedang, dan rendah) dan jika memungkinkan anggota
kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta
memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif
mengutamakan kerjasama dalam menyelesaikan permasalahan untuk
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan dalam rangka mencapai
tujuan pembelajaran (Lie, 2002). Pembelajaran kooperatif muncul dari
konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami
konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa
secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu
memecahkan masalah yang kompleks. Anita (2007) menjelaskan model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang
mengutamakan adanya kelompok-kelompok serta di dalamnya
menekankan kerjasama. Tujuan model pembelajaran kooperatif adalah
hasil belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima
berbagai keragaman dari temannya serta mengembangkan keterampilan
sosial (Nur, dkk, 2000).
b. Unsur – Unsur Pembelajaran Kooperatif
Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002) menjelaskan ada lima
unsur pembelajaran kooperatif: (1) Saling ketergantungan positif yaitu
13
keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya,
(2) Tanggung jawab perseorangan yaitu setiap siswa akan bertanggung
jawab untuk melakukan yang terbaik, (3) Tatap muka yaitu setiap
kelompok harus diberi kesemapatan untuk bertatap muka dan berdiskusi,
(4) Komunikasi antar anggota yaitu suatu kelompok tergantung pada
kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan
mereka mengutarakan pendapat, (5) Evaluasi kelompok yaitu setiap
kelompok harus melakukan evaluasi hasil kerja sama mereka agar
selanjutnya bisa bekerja dengan lebih efektif.
c. Tipe – Tipe Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe-tipe model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dan
terus dilakukan serta diperbaiki menurut Slavin (2005), antara lain : (1)
STAD (Student Teams Achievement Divisions), (2) TGT (Teams Games
Tournament), (3) Jigsaw, (4) CIRC (Cooperative Integrated Reading and
Composition), (5) TAI (Team Assisted Individualization), (6) Group
Investigation, (7) Learning Together, (8) Complex Instruction, (8)
Structural Dyadic Methods.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa
bekerja sama satu sama lainnya, berdiskusi dan berdebat, menilai
kemampuan pengetahuan dan mengisi kekurangan anggota lainnya. Bila
diorganisasikan dengan tepat, siswa dapat bekeja sama dengan yang
lainnya untuk memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok tersebut
telah menguasai konsep yang telah diajarkan. Hal ini akan menumbuhkan
realisasi bahwa siswa membutuhkan belajar dan berpikir untuk
memecahkan masalah dan mengaplikasikan pengetahuan serta
keterampilannya.
4. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI ( Team Assisted Individualization )
a. Pengertian Model Pembelajaran Tipe TAI
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model
pembelajaran yang membentuk kelompok kecil yang heterogen dengan
latar belakang cara berpikir yang berbeda untuk saling membantu
terhadap siswa lain yang membutuhkan bantuan (Suyitno dalam
Mufadilah, 2011). Model ini menerapkan bimbingan antar teman yaitu
siswa yang pandai bertanggung jawab terhadap siswa yang lemah.
Disamping itu dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam kelompok
kecil. Siswa yang pandai dapat mengembangkan kemampuan dan
ketrampilannya, sedangkan siswa yang lemah dapat terbantu
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi.
14
Menurut
Slavin
model
pembelajaran
Team
Assisted
Individualization (TAI) adalah model pembelajaran untuk mengadaptasi
pengajaran terhadap perbedaan individual yang berkaitan dengan
kemampuan siswa maupun pencapaian prestasi siswa. Dalam buku
“Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik” Slavin mengemukakan
pendapat bahwa model pembelajaran Team Assisted Individualization
adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk mengoptimalkan
prestasi belajar siswa mengingat di dalam kelas kemampuan siswa
berbeda-beda.
Pembelajaran kooperatif tipe TAI mengkombinasikan keunggulan
pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual yang dirancang
untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Slavin (2005)
menyatakan bahwa:
“TAI was created to take advantage considerable of socialization
potencial of cooperative learning. Previous studies of group-paced
cooperative learning methods have consistently found positive effect of
this method of such out-come as relation and attitudes toward main
streamed academically handicapped student. ”
Kutipan di atas mengandung makna bahwa TAI juga melihat siswa
untuk bersosialisasi dengan baik, ditemukan adanya pengaruh positif
hubungan dan sikap terhadap siswa yang terlambat akademis.
Ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual
belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil
belajar individual dibawa ke kelompok – kelompok untuk didiskusikan dan
saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok
bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab
bersama (Suyatno, 2009).
Berdasarkan uraian di atas, pembelajaran kooperatif tipe TAI
adalah suatu model pembelajaran dimana siswa secara individual belajar
materi pelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru, lalu hasil belajarnya
di bawa ke kelompok kecil yang heterogen dengan latar belakang cara
berpikir yang berbeda untuk saling membantu terhadap siswa lain yang
membutuhkan bantuan, dimana semua anggota kelompok bertanggung
jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
15
b. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Tahap
Tabel 2.1
Sintak pembelajaran kooperatif tipe TAI
Keterangan
Kegiatan Guru
Kegiatan Siswa
1
student
creative
(siswa kreatif)
Pemberian tugas
kepada siswa untuk
mempelajari materi
pembelajaran
secara individual
2
placement
test (tes
penempatan)
Pemberian kuis
secara individual
kepada siswa untuk
mendapatkan skor
dasar atau skor
awal atau dengan
melihat hasil
ulangan
sebelumnya.
Mengorganisasikan
kedalam kelompok
kooperatif
3
team
(kelompok)
4
team study
(belajar
kelompok)
Diskusi kelompok
mengenai hasil
belajar
Guru memberikan
tugas kepada siswa
untuk mempelajari
materi pembelajaran
secara individual yang
sudah dipersiapkan
oleh guru.
Pada tahap ini guru
mendapatkan skor dari
hasil ulangan
sebelumnya.
Siswa
mempelajari
secara individual.
Guru membentuk
beberapa kelompok.
Setiap kelompok terdiri
dari 3 – 4 siswa dengan
kemampuan yang
berbeda-beda baik
tingkat kemampuan
(tinggi, sedang dan
rendah). Jika mungkin
anggota kelompok
berasal dari ras,
budaya, suku yang
berbeda serta
kesetaraan jender.
Guru memberikan
waktu kepada
masing – masing siswa
dalam kelompok untuk
mendiskusikan
hasil belajar
individualnya ke dalam
kelompok. Dalam
diskusi kelompok,
setiap anggota
kelompok saling
memeriksa jawaban
Siswa
menempatkan
diri pada
kelompoknya
masing-masing
Siswa saling
berdiskusi dengan
temannya satu
kelompok. Siswa
yang lebih pandai
membantu siswa
yang kurang
pandai.
16
5
whole class
(unit-unit
kelas
keseluruhan
kelompok)
Menyimpulkan
materi
6
fact test (tes
fakta)
Pemberian kuis
secara individual
7
team scores
and team
recognition
(skor
kelompok dan
pengakuan
kelompok)
Memberikan
penghargaan
teman satu kelompok.
Guru memfasilitasi
siswa dalam
mengarahkan dan
memberikan
penegasan pada materi
pembelajaran yang
telah dipelajari.
Guru memberikan kuis
kepada siswa secara
individual
Guru memberi
penghargaan pada
kelompok berdasarkan
perolehan nilai
kelompok paling tinggi
Siswa
memperhatikan
guru dan
bersama-sama
dengan guru
membuat
kesimpulan.
Siswa
mengerjakan kuis
yang diberikan
guru secara
individual.
Kelompok yang
mendapatkan
nilai tertinnggi
mendapatkan
penghargaan atau
hadiah.
Widyantini ( 2006 : 9 )
c. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI memiliki kekurangan dan
kelebihan. Adapun kelebihannya antara lain siswa yang lemah dapat
terbantu dalam menyelesaikan masalah, siswa berlatih bekerjasama
dalam suatu kelompok, siswa yang pandai dapat mengembangkan
kemampuan dan ketrampilannya, adanya rasa tanggung jawab dalam
kelompok dalam menyelesaikan masalah. Selain mempunyai kelebihan,
model ini juga mempunyai kekurangan. Kekurangan dari pembelajaran
kooperatif tipe TAI adalah siswa yang kurang pandai secara tidak langsung
akan menggantungkan pada siswa yang pandai, dibutuhkan waktu yang
lama untuk membuat dan mengembangkan perangkat belajar, dan guru
dapat mengalami kesulitan jika jumlah siswa terlalu banyak (Syariffudin,
2011).
5. Hubungan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TAI Terhadap Hasil Belajar
Matematika
Model pembelajaran kooperatif tipe TAI merupakan model
pembelajaran dengan membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa
yang heterogen dengan kemampuan berpikir yang berbeda, dimana siswa
bekerja secara berkelompok, tetapi tetap bekerja dengan kecepatan dan
kemampuan masing-masing sehingga siswa yang berkemampuan rendah
17
dapat terbantu oleh temannya yang berkemampuan tinggi. Cara ini
merupakan upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam kelompok. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka. Kerjasama merupakan proses
interaksi siswa dengan siswa lain untuk mengerjakan sesuatu secara
bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu tim.
Niat dan kiat (will and skill) dari anggota kelompok dibutuhkan dalam model
pembelajaran TAI sehingga masing-masing siswa harus memiliki niat untuk
saling membantu dan bekerja sama dengan anggota lainnya (Slavin, 2010:
94). Dengan bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, maka siswa
dapat menghargai pendapat orang lain, mendorong berpartisipasi, berani
bertanya, mendorong teman untuk bertanya, dan menyelesaikan kesulitankesulitan yang ada pada mata pelajaran matematika. Oleh karena itu
kerjasama dalam kelompok merupakan hal yang penting untuk tercapainya
tujuan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil belajar matematika.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Wahidati Syarifiana (2011) melakukan penelitian dengan judul pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization)
terhadap hasil belajar peserta didik kelas VII pada materi kalor di SMP N 16
Semarang tahun ajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
adakah pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted
Individualization) terhadap hasil belajar peserta didik pada materi pokok kalordi
SMP N 16 Semarang. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pesertadidik
kelas VII SMP N 16 Semarang. Pada penggunaan sampel menggunakan cluster
random sampling, diperoleh kelas VIIF sebagai kelas eksperimen, VIIA sebagai
kelas kontrol, sedangkan VIIIE sebagai kelas uji coba. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen, pada desain eksperimen peneliti dapat membandingkan
kelompok subyek yang mendapatkan perlakuan (eksperimen) dan kelompok
yang tidak mendapatkan perlakuan (kelas kontrol). Pada pengujian hipotesis
dengan mengguanakan uji-t. di peroleh t hitung= 2.539 dan dari tabel distribusi
t diperoleh t tabel= 1.67. Hal ini menunjukan bahwa t hitung > t tabel, Artinya,
bahwa rata-rata hasil belajar peserta didik kelas eksperimen yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) pada
materi pokok kalor berbeda secara nyata dan rata-rata hasil belajar peserta
didik kelas kontrol. Dari hasil penelitian diperoleh rata-rata kelas ekperimen X =
77.3 dan rata-rata kelas kontrol X = 72.3. Hal tersebut nampak bahwa rata-rata
hasil belajar peserta didik yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TAI (Team Assisted Individualization) pada materi kalor lebih baik dari pada
18
rata-rata hasil belajar yang diajar dengan pembelajaran konvensional. Hal ini
berarti bahwa model pembelajaran TAI (Team Assisted Individualization)
berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik pada materi kalor. Penelitian
ini mempunyai kesamaan dengan penelitian penulis, yaitu bertujuan untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe TAI terhadap hasil
belajar, pengambilan sampel juga menggunakan cluster random sampling.
Utami Fitri (2012) melakukan penelitian dengan judul pengaruh model
pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) dalam
pembelajaran IPA materi gaya terhadap hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri
Panembahan,Yogyakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen untuk mencari pengaruh perlakuan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan model
pembelajaran kooperatif tipe TAI dan model pembelajaran konvensional
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas IV SD Negeri Panembahan. Diketahui hasil
rata-rata nilai tes kelas eksperimen yaitu 8,29 dan untuk kelas kontrol yaitu
6,89. Penelitian ini memperoleh hasil bahwa penerapan model pembelajaran
TAI (Team Assisted Individualization) berpengaruh terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas IV SD Negeri Panembahan, Yogyakarta. Penelitian ini mempunyai
kesamaan yaitu bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran TAI
terhadap hasil belajar.
C. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting untuk
keberhasilan proses pembelajaran. Penggunaan model pembelajaran yang tepat
akan sangat membantu dalam keberhasilan proses pembelajaran. Keberhasilan
suatu proses pembelajaran dapat dilihat melalui hasil belajar siswa. Hasil belajar
(achievement) itu sendiri dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah, yang dinyatakan dalam bentuk
skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu
(Hamalik, 2002). Jadi dapat dikatakan bahwa pencapaian hasil belajar siswa baik
itu tinggi ataupun rendah dipengaruhi oleh model pembelajaran yang tepat.
Proses pembelajaran di kelas yang cenderung berpusat pada guru dan
kurangnya aktivitas siswa di kelas menyebabkan siswa pasif, mereka kurang
aktif dan malu untuk bertanya mengenai materi yang diajarkan oleh guru
padahal mereka sendiri belum paham. Pembelajaran didominasi oleh siswa
siswa yang memiliki hasil belajar yang tinggi, siswa yang lebih aktif ini cenderung
memiliki pencapaian kompetensi matematika yang lebih tinggi, sedangkan siswa
yang kurang aktif cenderung secara pasif hanya menerima pengetahuan yang
datang kepadanya dan cenderung memiliki pencapaian kompetensi matematika
19
yang lebih rendah. Kerjasama antar teman untuk bertukar pikiran dan
membantu temannya yang mengalami kesulitan juga belum terlihat dalam
proses pembelajaran, sehingga siswa yang lemah terkadang belum dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Permasalahan-permasalahan tersebut berimbas
pada rendahnya hasil belajar siswa.
Bertolak dari hal tersebut maka perlu dicari alternatif lain supaya dalam
pembelajaran di kelas siswa lebih aktif dan dapat berkerjasama antar siswa
untuk saling membantu. Penggunaan model pembelajaran kooperatif
merupakan salah satu model pembelajaran yang membuat siswa menjadi lebih
aktif. Selain meningkatkan keaktifan siswa, kerjasama antar teman untuk saling
membantu dalam menyelesaikan kesulitan yang ada pada pembelajaran
matematika juga perlu diterapkan. Salah satu model pembelajaran kooperatif
yang cocok untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah model
pembelajaran kooperatif tipe TAI. Dalam pembelajaran kooperatif tipe TAI ini,
siswa diberi kesempatan untuk belajar secara individual terlebih dahulu, setelah
itu siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil secara heterogen. Di dalam
kelompok siswa dapat saling bertukar pikiran, apabila saat diberi kesempatan
untuk belajar secara individual masih belum mengerti dapat didiskusikan dalam
kelompok. Siswa yang lebih pintar dapat memberi bantuan kepada siswa yang
lemah untuk menyelesaikan kesulitannya, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
Pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TAI
diharapkan dapat berpengaruh baik pada hasil belajar siswa dan pada akhirnya
siswa akan memperoleh hasil belajar matematika yang tinggi.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe TAI berpengaruh terhadap hasil belajar matematika pada siswa
kelas VIII SMP Kristen 2 Salatiga semester 2 tahun ajaran 2013/2014.
20
Download