PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN MELALUI BATOBO SEBAGAI OPTIMALISASI PENDIDIKAN INKLUSI DI PAUD Oleh : Nelti Rizka, S.Tr.Keb PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang Kab.Kampar Provinsi Riau Emai: [email protected] PENGANTAR Indonesia merupakan Negara yang telah mengatur segala kebutuhan warga negaranya dengan baik tanpa membedakan suatu apapun, termasuk kesamaan hak mendapatkan pendidikan bagi anak normal dengan anak berkebutuhan khusus. Berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 yaitu tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran, sehingga dapat disimpulkan bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan pendidikan yang bermutu selayaknya anak normal. Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 32 juga menjelaskan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Penjaminan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus sudah diatur oleh pemerintah dengan dilaksanakannya pendidikan inklusif. Menurut Permendiknas RI No.70 Tahun 2009, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang merupakan salah satu lembaga pendidikan umum yang melaksanakan pendidikan inklusif dan menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk mendapatkan layanan pendidikan layaknya seperti anak normal. Namun perlu disadari bahwa pelaksanaan pendidikan inklusif di PAUD membutuhkan berbagai persyaratan dan kebutuhan yang berbeda dengan anak pada umumnya, sehingga lembaga masih menemukan berbagai kendala dalam melayani ABK di PAUD. Jadi, tujuan penulisan artikel ini adalah untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi lembaga dalam memberikan pelayanan Inklusi di PAUD dan bagaimana solusi yang dilakukan lembaga untuk mengatasi kendala tersebut yaitu dengan membuat strategi Batobo untuk penguatan ekosistem pendidikan. PERMASALAHAN Permasalahan yang ditemukan lembaga PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang selama melaksanakan pendidikan inklusi yaitu mengalami berbagai macam kendala sebagai berikut : Sulitnya mencari guru khusus yang memiliki latar belakang pendidikan luar biasa dan telah berpengalaman menghadapi anak berkebutuhan khusus. Lembaga dan yayasan telah berusaha mencari guru pendamping khusus untuk mendampingi ABK saat belajar dikelas namun sampai saat ini belum menemukan guru tersebut. Hanya sedikit guru yang memiki pendidikan dan pengalaman menghadapi ABK, di daerah kami, sebagian besar guru tersebut telah mengajar di sekolah luar biasa sehingga tidak bisa diminta waktunya untuk mengajar di sekolah inklusi. Sarana prasarana belum memadai untuk melakukan terapi khusus bagi ABK di PAUD sehingga lembaga hanya melakukan konsultasi secara intens dengan orang tua karena orang tua yang rutin melakukan terapi bagi anaknya setiap minggu. Kurangnya sehingga pemahaman sebagian masyarakat besar tentang masyarakat pendidikan yang memiliki inklusi ABK menyekolahkan anaknya di SLB atau bahkan tidak menyekolahkan anaknya. PEMBAHASAN DAN SOLUSI Apa itu pendidikan inklusi? Menurut Permendiknas RI No.70 Tahun 2009, pendidikan inklusif adalah sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam satu lingkungan pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada umumnya. Pendidikan inklusif bertujuan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya; mewujudkan penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman, dan tidak diskriminatif bagi semua peserta didik. Sekilas tentang pelaksanaan pendidikan inklusi di PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang. PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang berada di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau dan memiliki 4 layanan program yaitu Taman Kanak-Kanak (TK) untuk anak usia 4-6 tahun, Kelompok Bermain (KB) untuk anak usia 2-4 tahun, Taman Penitipan Anak (TPA) untuk anak berusia 2 bulan – 2 tahun, dan juga Satuan PAUD Sejenis (SPS) dengan melaksanakan kegiatan yang terintegrasi dengan Bina Keluarga Balita (BKB) Desa Kumantan di tempat PAUD berada. Pada awal berdirinya tahun 2009, lembaga PAUD kami hanya menerima anak usia dini yang normal, namun semenjak tahun 2015 mulai melaksanakan pendidikan inklusi bagi anak berkebutuhan khusus. F berusia 6 tahun merupakan siswa pertama di TK Mutiara Bunda yang berkebutuhan khusus yaitu Autis. Berdasarkan informasi dari orang tuanya, F sudah melaksanakan terapi selama satu tahun terakhir, namun orang tuanya tidak ingin memasukkan anaknya ke SLB karena menginginkan anaknya bisa bersosialisasi dengan anak normal lainnya jika bersekolah di sekolah umum. Gambar 1. ABK di PAUD Mutiara Bunda Pelaksanaan pendidikan inklusi yang telah dilakukan lembaga PAUD untuk ABK F yaitu dengan memberikan seorang guru pendamping untuk mendampingi F selama belajar, namun guru tersebut belum memiliki kemampuan khusus untuk menangani ABK, hanya memanfaatkan guru yang ada karena beberapa kendala yang dihadapi lembaga dalam memberikan layanan pendidikan inklusi. Mengapa harus melibatkan Ekosistem Pendidikan? Secara teori, ekosistem adalah suatu proses yang terbentuk karena adanya hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya (Anonim, 2014). Sedangkan yang dimaksud dengan ekosistem pendidikan yaitu suatu proses pelaksanaan pendidikan yang melibatkan berbagai komponen yang saling mempengaruhi terhadap hasil pendidikan tersebut. Jadi yang termasuk dalam ekosistem suatu pendidikan secara umum yaitu sekolah dengan orang tua (wali murid), guru, masyarakat, pemerintah dan peserta didik. Khusus untuk ekosistem pendidikan pada pelayanan pendidikan inklusi di PAUD memiliki perbedaan dengan ekosistem pendidikan pada umumnya karena melayani anak berkebutuhan khusus yang masih berusia dini sehingga diperlukan adanya guru pendamping khusus dan tenaga kesehatan / psikolog untuk terapi rutin karena pada usia dini erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Sehingga yang dimaksud ekosistem pendidikan pada artikel ini yaitu orang tua, pemerintah, guru kelas, pendamping khusus, masyarakat dan terapis. Pada ekosistem ini sekolah/ lembaga memiliki peran sebagai pusat (central) untuk penggerak berjalannya ekosistem pendidikan tersebut secara maksimal. Orang Tua / Wali Murid Terapis Pemerintah Sekolah / Lembaga PAUD Masyarakat Guru Kelas Pendamping Khusus Gambar 2. Ekosistem Pendidikan Inklusi Pentingnya keterlibatan ekosistem pendidikan yaitu karena kemajuan pendidikan tidak bisa ditentukan oleh satu pihak saja karena jika tidak ada tujuan yang sama dan proses yang berkelanjutan maka hasil yang diharapkan tidak akan tercapai maksimal. Misalnya ketika guru menanamkan budaya antri pada anak di sekolah, tetapi selama dirumah anak terbiasa dimanjakan orang tuanya dan tidak terbiasa antri maka penanaman kebiasaan tersebut tidak akan tercapai. Oleh karena itulah semua ekosistem pendidikan perlu disatukan persepsi dan perlu adanya penguatan antara komponen tersebut. Apa itu Batobo? Secara filosofis, batobo merupakan sebutan untuk gotong royong yang biasa dilakukan oleh suku ocu (Bangkinang) untuk meringankan pekerjaan pertanian seseorang, dengan demikian cepat selesai dan lebih mudah. Dimana pada kegiatan Batobo tersebut terdapat nilai-nilai kebersamaan, kerjasama, kepemimpinan, kepercayaan dan kejujuran. Batobo yang dimaksud dalam artikel ini yaitu akronim dari Bakojosamo (Bekerjasama), Tapicayo (Terpercaya), Bo (Bosuo). Batobo ini merupakan suatu strategi yang dibuat oleh lembaga PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang untuk mengatasi kendala yang dihadapi lembaga dalam memberikan pelayanan pendidikan inklusi yaitu dengan melibatkan semua ekosistem pendidikan dan melakukan penguatan pada semua komponen ekosistem pendidikan tersebut secara bersama-sama dengan menggunakan prinsip Batobo. Gambar 3. Akronim dan Makna BATOBO Alasan penggunaan strategi Batobo untuk penguatan ekosistem pendidikan yaitu karena dilihat dari sejarah terdahulu dapat diketahui bahwa segala urusan akan dapat terselesaikan dengan cepat jika dilakukan bersama-sama / gotong royong, sebagaimana yang terkandung dalam Batobo. Namun dilihat kenyataannya, saat ini budaya gotong royong mulai luntur di masyarakat sehingga penulis merasa perlu menggali kembali kebiasaan tersebut untuk membangun sebuah ekosistem pendidikan yang kuat agar mengoptimalkan pelayanan pendidikan inklusi bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Bagaimana penguatan ekosistem pendidikan melalui Batobo? Penguatan ekosistem pendidikan menggunakan Batobo yaitu dengan melibatkan semua komponen pada ekosistem pendidikan dan meletakkan sekolah inklusi /lembaga sebagai pusat dari keberlangsungan pendidikan inklusi yang dilakukan secara Batobo (Bakojosamo, Tapicayo, Bosuo) sebagai berikut: 1. Bakojosamo (Bekerjasama) Langkah pertama dan utama untuk penguatan ekosistem pendidikan yaitu melalui kerjasama. Setiap komponen memiliki peran masingmasing, selanjutnya berkoordinasi dan saling bekerjasama untuk mengoptimalisasi pendidikan inklusi di PAUD dan menjadikan lembaga sebagai pusat penggerak semua ekosistem pendidikan yang terlibat seperti sebuah lingkaran yang merupakan titik koordinat dan bekerjasama dengan semua komponen ekosistem pendidikan sebagai berikut : Orang tua - Orang tua memantau perkembangan anak selama dirumah dan mengkoordinasikannya dengan pihak sekolah - Orang tua harus cermat menemukan permasalaha ABK selama dirumah dan perlu melaporkannya kepada pihak sekolah agar pembelajaran sekolah dan keadaan dirumah berkesinambungan - Orang tua membawa ABK melakukan terapi khusus sesuai permasalahan anaknya dan memantau perkembangan dari hasil terapi tersebut dan perlu juga melaporkan hasil terapi tersebut ke pihak sekolah. Pemerintah - Pemerintah menyalurkan bantuan untuk pelaksanaan sekolah inklusi pada lembaga yang melayani ABK sehingga pemenuhan kebutuhan ABK di sekolah umum bias terpenuhi. - Pemerintah melaksanakan program pelatihan bagi guru untuk penanganan anak berkebutuhan khusus. - Pemerintah memfasilitasi sekolah inklusi untuk mendapatkan guru khusus misalnya melalui Dinas Pendidikan & Kebudayaan Kabupaten setempat sehingga sekolah inklusi yang melayani ABK bias dengan mudah mendapatkan guru yang kompeten agar pelayanan yang diberikan juga bermutu. Guru Kelas - Guru yang mengajar dikelas ABK harus mampu membuat ABK percaya diri dan mau gabung bersosialisasi dengan anak normal lainnya dan juga guru memiliki peran untuk memberikan pemahaman kepada anak normal agar mau berteman dan bergabung belajar dengan ABK. - Guru mengajar dikelas secara saintifik dan menggunakan 5M sehingga guru juga harus berperan melibatkan ABK dalam proses pembelajaran secara utuh - Guru kelas bekerjasama dengan guru pendamping khusus untuk membuat dan menyesuai perencanaan pembelajaran bagi ABK agar tujuan yang diharapkan sesuai Pendamping Khusus Pendamping khusus diperlukan bagi ABK pada pelaksanaan pendidikan inklusi yaitu untuk menangani ABK secara khusus dan menyusun program pembelajaran yang sesuai. Pendamping khusus harus memiliki latar belakang pendidikan sesuai dengan permasalahan ABK misalnya tamatan pendidikan luar biasa atau psikolog sehingga bisa menangani permasalahan ABK. Masyarakat - Masyarakat terlibat secara aktif untuk mensosialisasikan pendidikan inklusi agar ABK mendapatkan pendidikan sesuai haknya. - Masyarakat bekerjasama dengan sekolah inklusi untuk melakukan pendataan ABK di wilayah tersebut. Terapis Lembaga perlu juga melakukan kerjasama dengan terapis yang melakukan penanganan khusus untuk kesehatan ABK sehingga proses perkembangan ABK terpantau secara rutin. Jika sekolah belum memiliki kerjasama dengan terapis maka bisa dilakukan melalui perantara orang tua, karena yang terpenting adalah adanya penanganan yang berkesinambungan antara terapi yang diberikan tenaga ahli dengan pelayanan yang didapatkan ABK selama di sekolah. 2. Tapicayo (Terpercaya) Proses terpercaya dalam penguatan ekosistem pendidikan yaitu terkait dengan laporan akurat dari pelaksanaan kerjasama yang dilakukan. Tahapan tapicayo ini memiliki peran penting untuk penguatan ekosistem pendidikan karena ketika semua komponen pada suatu ekosistem tersebut sudah saling percaya maka proses optimalisasi pendidikan inklusi akan berjalan dengan baik, sehingga tahapan ini perlu diperhatikan dan sekolah inklusi merupakan ujung tombak terbentuknya kepercayaan tersebut. Berikut cara yang dapat dilakukan lembaga untuk membentuk rasa kepercayaan antara komponen ekosistem pendidikan : - Lembaga PAUD memberikan laporan perkembangan anak secara rutin dan berkala kepada orang tua dan terapis ABK bersangkutan sehingga orang tua mengetahui perkembangan anaknya selama di sekolah dan percaya bahwa lembaga memberikan pelayanan terbaik bagi ABK dengan melihat buku perkembangan tersebut. Selain itu bagi terapis bermanfaat untuk melanjutkan terapi yang tepat ABK karena adanya informasi yang berkelanjutan. - Lembaga PAUD melaporkan pelaksanaan pendidikan inklusi secara rutin kepada pemerintah terkait misalnya melalui laporan bulanan ABK kepada dinas pendidikan setempat sehingga pemerintah mengetahui bahwa program inklusi berjalan dengan baik. - Lembaga PAUD memberikan kesempatan kepada guru untuk mengikuti pelatihan dan sosiasasi tentang penanganan ABK sehingga guru memahami dan lebih percaya menangani ABK. Selain itu lembaga juga membayarkan gaji/honor kepada guru kelas dan pendamping khusus secara rutin. Lembaga PAUD mempublikasikan kegiatan ABK bersama anak lainnya sehingga masyarakat mengetahui bahwa saat ini telah ada pendidikan inklusi yaitu sekolah umum yang menerima ABK. Publikasi bisa melalui media sosial misalnya website lembaga, facebook atau mungkin mensosialisasikan pada kegiatan masyarakat sehingga layanan pendidikan bisa mencapai semua lapisan dan jenis masyarakat termasuk ABK. 3. Bosuo (Bertemu) Dalam pelaksanaan pendidikan inklusi maka lembaga perlu memfasilitasi untuk melakukan pertemuan rutin dengan komponen ekosistem pendidikan yang melakukan kerjasama. Pertemuan perlu dilakukan untuk mengevaluasi sudah sejauh mana ketercapaian tujuan, bagaimana perkembangan ABK selama disekolah dan menetapkan tindak lanjut dari kegiatan yang sudah terlaksana. untuk Apa Bukti Nyata terjadinya Optimalisasi Pendidikan Inklusi melalui Penguatan Ekosistem Pendidikan yang sudah dilakukan lembaga ? PAUD Terpadu Mutiara Bunda sudah terdata dan diakui menjadi sekolah yang memiliki kelas inklusi di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab.Kampar. Manfaatnya yaitu saat ini Dinas Pendidikan sudah mengupayakan guru khusus melayani ABK untuk penempatan di PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang. Selain itu dengan adanya kerjasama yang baik dengan orang tua maka lembaga sudah bisa mengetahui kemajuan hasil terapi yang dilakukan orang tua dengan terapi khusus pengobatan ABK. Sarana prasarana lembaga untuk ABK mulai terpenuhi dari hasil kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat. Lembaga sedang mengupayakan untuk mendapatkan bantuan sekolah inklusi melaui kerjasama baik dengan pemerintah guna meningkatkan sarana prasarana Meningkatkanya pengetahuan masyarakat karena adanya upaya lembaga mensosialisasikan pendidikan inklusi pada kegiatan masyarakat dan juga melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat tempat PAUD berada pada kegiatan terkait dengan sekolah inklusi. Berdasarkan bukti tersebut maka dapat diketahui bahwa pelaksanaan pendidikan inklusi menjadi lebih optimal dan lebih baik karena mendapatkan berbagai manfaat jika suatu ekosistem pendidikan sudah kuat. Kekuatan ekosistem pendidikan melalui BATOBO (Bakojosamo, Tapicayo dan Bosuo) tersebut perlu dijaga dan diupayakan terus berkesinambungan agar pendidikan inklusi lebih baik. Bagaimana Alur Berpikir Pemecahan Masalah yang dilakukan? HARAPAN PERMASALAHAN Kendala : Sulit mencari guru pendamping khusus Sarana prasarana belum memadai Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang sekolah inklusi Solusi : PENGUATAN EKOSISTEM PENDIDIKAN Optimalisasi Pendidikan Inklusi Memiliki guru pendamping khusus Sarana prasarana terpenuhi untuk ABK Meningkatnya pengetahuan masyarakat ttg inklusi BA TO BO (Bakojosamo) (Tapicayo) (Bosuo) Sekolah / lembaga PAUD Membuat laporan melakukan kerjasama kepada semua dengan ekosistem komponen ekosistem pendidikan : pendidikan agar Orang tua / wali murid tercipta rasa saling tua / wali murid Orang Pemerintah percaya antar sekolah Guru kelas inklusi dengan semua Pendamping khusus komponen pada DAN HARAPAN KESIMPULAN Masyarakat ekosistem pendidikan Terapis Melakukan pertemuan rutin dengan komponen ekosistem pendidikan yang melakukan kerjasama untuk mengevaluasi sejauh mana ketercapaian tujuan, bagaimana perkembangan ABK selama disekolah dan untuk menetapkan tindak lanjut dari kegiatan yang sudah terlaksana. Gambar 4. Skema Optimalisasi Pendidikan Inklusi menggunakan Penguatan Ekosistem Pendidikan melalui BATOBO KESIMPULAN DAN HARAPAN Kesimpulan Kesimpulan dari artikel ini yaitu penguatan ekosistem pendidikan dengan BATOBO dapat mengoptimalkan pendidikan inklusi dan mengatasi permasalahan yang ada. Berikut hasil yang sudah didapatkan : Kendala mendapatkan guru pendamping khusus sudah mulai menemukan solusi karena lembaga sudah melakukan kerjasama dengan pemerintah dan terdata sebagai PAUD Inklusi maka saat ini Dinas Pendidikan sudah mengupayakan guru khusus melayani ABK untuk penempatan di PAUD Terpadu Mutiara Bunda Bangkinang. Selain itu dengan adanya kerjasama yang baik dengan orang tua maka lembaga sudah bisa mengetahui kemajuan hasil terapi yang dilakukan orang tua dengan terapi khusus pengobatan ABK. Kendala dalam mendapatkan sarana prasarana sudah mulai teratasi dengan adanya kerjasama dengan pemerintah dan masyarakat. Lembaga sedang mengupayakan untuk mendapatkan bantuan sekolah inklusi guna meningkatkan sarana prasarana. Kendala tentang kurangnya pengetahuan masyarakat sudah teratasi dengan adanya upaya lembaga mensosialisasikan pendidikan inklusi pada kegiatan masyarakat dan juga melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat tempat PAUD berada pada kegiatan terkait dengan sekolah inklusi. Harapan Penulis berharap agar penguatan ekosistem pendidikan melalui BATOBO ini terus berkelanjutkan sehingga optimalisasi pendidikan inklusi dapat maksimal dan mengatasi semua permasalahan. Diharapkan dalam waktu dekat lembaga sudah mendapatkan guru pendamping khusus dan berharap mendapatkan bantuan sarana prasarana untuk meningkatkan pelayanan ABK di lembaga PAUD. DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2014. http://www.softilmu.com/2014/01/pengertian-dankomponen-ekosistem.html Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2009 Tentang Pendidikan Inklusif Bagi Peserta Didik Yang Memiliki Kelainan Dan Memiliki Potensi Kecerdasan Dan/Atau Bakat Istimewa Undang-Undang Dasar 1945 Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional