BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Kebutuhan listrik masyarakat Indonesia mengalami kenaikan setiap tahunnya. Menurut RUPTL PT. PLN 2013-2022, antara tahun 2008 dan 2012, penjualan listrik meningkat dari 128 TWh pada 2008 menjadi 172 TWh pada 2012 dan jumlah pelanggan meningkat dari 39 juta pada 2008 menjadi 50 juta pada 2012. Konsumsi energi listrik Indonesia diperkirakan akan meningkat dari 189 TWh menjadi 386 TWh. Sedangkan, kebutuhan listrik Jawa-Bali diperkirakan akan meningkat dari 144 TWh menjadi 275 TWh. Untuk melayani pertumbuhan kebutuhan listrik tersebut, diperlukan tambahan kapasitas pembangkit sebanyak 59,5 GW untuk seluruh Indonesia, atau pertambahan kapasitas rata-rata mencapai 6 GW per tahun seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Dari kapasitas tersebut PLN dan IPP akan membangun masing-masing 16,9 GW dan 25,5 GW. Sedangkan 17,1 GW lainnya merupakan proyek unallocated, yaitu proyek yang belum ditetapkan pengembang maupun sumber pendanaannya. Sedangkan pada sistem Jawa-Bali dibutuhkan tambahan kapasitas pembangkit sebesar 31,5 GW atau penambahan kapasitas rata-rata 3,2 GW per tahun. Dari kapasitas tersebut PLN akan membangun sebanyak 8,3 GW. Partisipasi swasta direncanakan cukup besar, yaitu 15,6 GW dan proyek unallocated sebesar 7,5 GW. Gambar 1.2 1 menunjukkan bahwa sistem Jawa-Bali membutuhkan penambahan kapasitas pembangkitan sebesar 7,5 GW yang masih merupakan proyek unallocated, Rencana Kebutuhan Tambahan Kapasitas Pembangkit Indonesia (MW) 12000 10000 8000 6000 4000 2000 0 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 PLN IPP Unallocated *sumber RUPTL PLN 2013-2022 Gambar 1.1 Rencana Kebutuhan Kapasitas Pembangkit Indonesia Rencana Kebutuhan Tambahan Kapasitas Pembangkit Jawa-Bali (MW) 8000 6000 4000 2000 0 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 PLN IPP Unallocated *sumber RUPTL PLN 2013-2022 Gambar 1.2 Rencana Kebutuhan Kapasitas Pembangkit Jawa-Bali 2 yaitu proyek yang belum ditetapkan pengembang maupun sumber pendanaannya. Untuk itu, dibuka kesempatan kepada pihak ketiga non-IPP untuk berpartisipasi dalam pembangunan pembangkit listrik dengan konsep power wheeling. Power wheeling merupakan pemanfaatan bersama suatu jaringan tenaga listrik oleh pihak penyedia listrik lain sebagai suatu alternatif permasalahan penyediaan pasokan serta keandalan sistem tenaga listrik. Definisi lain adalah penggunaan jaringan transmisi atau distribusi untuk mengirimkan daya listrik dari dan ke entitas lain (Merill,1989) atau pengiriman daya listrik dari penjual ke pembeli melalui jaringan yang dimiliki oleh pihak ketiga (Sood,2002). Istilah power wheeling di Indonesia dikenal dengan Pemanfaatan Bersama Jaringan Transmisi (PBJT) atau sewa jaringan transmisi. Payung hukum mekanisme PBJT ini telah terdapat pula pada UU Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan. Dengan adanya konsep power wheeling, perusahaan swasta pembangkit listrik non-IPP dapat menyewa jaringan transmisi milik PLN untuk mengirimkan energi listrik ke pelangan-pelanggannya. Dengan konsep ini PLN selaku penyedia listrik nasional diuntungkan karena mendapatkan solusi alternatif masalah penyediaan energi listrik di Indonesia. Adanya wheeling dalam sistem tenaga listrik ini menjadi landasan adanya transmission open access, dimana jaringan transmisi dibuka selebar-lebarnya untuk setiap perusahaan pembangkitan tenaga listrik. Transmisi tenaga listrik harus diperlakukan sebagai objek bisnis yang terpisah dengan pembangkitan maupun distribusi. 3 Sejauh ini konsep power wheeling tersebut sedang dalam tahap perintisan untuk dapat diaplikasikan di Indonesia terutama pada sistem jaringan transmisi Jawa-Bali. Untuk mengaplikasikan konsep power wheeling, perlu dilakukan tinjauan terkait aspek teknis dan ekonomi. Terkait aspek teknis perlu dilakukan tinjauan mengenai kapasitas jaringan transmisi yang dapat digunakan untuk wheeling tenaga listrik. Sedangkan terkait aspek ekonomi, perlu dilakukan tinjauan mengenai biaya sewa jaringan transmisi. Sehingga evaluasi mengenai biaya jaringan transmisi merupakan hal yang sangat penting. Metode-metode penentuan biaya transmisi telah banyak dipublikasikan dan diimplementasikan sebagai biaya sewa jaringan transmisi di beberapa negara. Untuk itu diperlukan suatu kajian komprehensif mengenai karakteristik tiap metodemetode penentuan biaya jaringan transmisi. Penelitian ini memberikan suatu kajian komprehensif mengenai kelayakan beberapa metode penetuan biaya jaringan transmisi untuk diaplikasikan pada jaringan transmisi di Indonesia terutama jaringan transmisi 500 kV Jawa-Bali. Rumusan Masalah Perumusan masalah untuk tugas akhir ini mengenai studi pemanfaatan bersama jaringan transmisi pada jaringan transmisi Jawa-Bali. Penelitian akan dilakukan mengenai analisis beberapa metode penentuan biaya jaringan transmisi untuk diaplikasikan dalam penentuan tarif wheeling tenaga listrik pada jaringan transmisi Jawa-Bali. Analisis metode-metode penentuan biaya jaringan transmisi tersebut akan ditinjau terkait kebutuhan datanya. Kemudian akan ditinjau terkait ketersediaan data dan kemudahan implementasinya pada jaringan transmisi Jawa4 Bali. Selain itu juga akan dilihat kelebihan dan kekurangan setiap metode penentuan biaya jaringan transmisi. Setelah melakukan analisis, dapat ditetapkan metode-metode yang saat ini dapat diterapkan dalam aplikasi wheeling tenaga listrik Jawa-Bali. Batasan Masalah Batasan yang digunakan untuk penulisan tugas akhir ini yaitu: 1. Sistem transmisi yang menjadi objek penelitian merupakan sistem transmisi 500 kV Jawa-Bali, 2. Penelitian ini difokuskan pada implementasi tiap metode penentuan biaya jaringan transmisi dengan mempertimbangkan aspek kelayakannya pada sistem transmisi Jawa Bali. 3. Pembahasan tidak mencakup perhitungan tarif jaringan untuk tiap metode penentuan biaya jaringan transmisi, 4. Data yang digunakan sesuai dengan data sistem Jawa-Bali tahun 2013 yang dimiliki PT. P3B JB. Manfaat dan Tujuan Penelitian Pembahasan mengenai penentuan biaya transmisi suatu sistem power wheeling pada sistem transmisi jaringan Jawa-Bali memiliki beberapa manfaat, diantaranya sebagai berikut: 1. Mengetahui prinsip sewa jaringan transmisi untuk pemanfaatan bersama antara pihak pemilik jaringan transmisi dengan pihak penyewa jaringan transmisi, 5 2. Menyusun daftar metode penentuan biaya jaringan transmisi yang umum digunakan, 3. Dengan mengetahui metode penentuan biaya transmisi yang tepat diharapkan dapat menjadi landasan implementasi wheeling sistem kelistrikan di Indonesia. Tujuan dilakukannya penelitian adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui karakteristik tiap metode penentuan biaya jaringan transmisi, 2. Menentukan metode penentuan biaya jaringan transmisi yang sesuai dalam aplikasi wheeling tenaga listrik pada jaringan transmisi Jawa-Bali. Sistematika Penulisan Laporan tugas akhir ini merupakan karya tulis yang akan dipaparkan dalam lima bab. Bab pertama merupakan pendahuluan. Bab ini membahas tentang latar belakang mengapa penelitian ini dilakukan, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, batasan masalah, serta sistematika penulisan. Bab kedua merupakan tinjauan pustaka dan landasan teori. Bab ini berisi studi pustaka atas penelitian yang telah dipublikasikan. Selain itu berisi dasar teori mengenai wheeling tenaga listrik dan metode-metode penentuan biaya jaringan transmisi yang umum digunakan. Bab ketiga adalah metode penelitian. Bab ini berisi metode yang digunakan dalam penelitian, sumber data penelitian, dan diagram alir penelitian. 6 Bab keempat merupakan hasil dan pembahasan. Bab ini menjelaskan karakteristik tiap metode penentuan biaya jaringan transmisi, ketersediaan data dan kemudahan implementasinya pada jaringan transmisi Jawa-Bali. Selain itu juga akan membahas kelebihan dan kekurangan setiap metode penentuan biaya jaringan transmisi. Bab kelima merupakan kesimpulan dan saran. Bab ini berisi kesimpulasn yang diperoleh dari hasil pembahasan serta saran-saran yang berhubungan dengan hasil tersebut dan kaitannya dengan pengembangan aplikasi wheeling tenaga listrik di Indonesia. 7